BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah banyak dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas, ada yang meneliti tentang pemanfaatan media pembelajaran, penerapan metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun teknik pembelajaran. Penelitian tindakan kelas juga berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu, berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Pada kegatan pembelajaran di SMP, khususnya kelas VIII terdapat materi menulis naskah drama. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang menulis naskah drama. Tri Marina (2011) melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Media Video Lagu untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bobotsari Tahun Ajaran Dalam penelitian ini, pembelajaran menulis naskah drama dengan memanfaatkan media video lagu mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan menulis naskah drama bagi siswa. Pada saat pre test, nilai rata-rata kelasnya adalah 72 dan yang mencapai nilai tuntas belajar adalah 13 siswa atau 32,5%. Padahal nilai KKM adalah 76. Hasil siklus I menulis naskah drama dengan memanfaatkan media video lagu meningkat. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar menjadi 28 siswa atau 70% dengan nilai rata-rata kelas 84. Sementara itu, hasil siklus II hasilnya sangat maksimal, yaitu jumlah 21

2 22 siswa yang mencapai tuntas belajar adalah 40 siswa atau 100% dengan nilai ratarata 89. Kartini (2011) juga melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Naskah Drama dengan Menggunakan Media Video Klip di SMP Negeri 1 Patikraja. Hasil evaluasi penelitian dengan menggunakan media video klip dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil evaluasi pre test dengan nilai rata-rata 54,55 dengan nilai tertinggi 88,8 dan nilai terendah 50. Sedangkan, hasil evaluasi pada siklus II dengan nilai rata-rata 82,81 dengan nilai tertinggi 94,4 dan nilai terendah 66,6. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu antara lain, pada penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto dan pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kolaborasi dalam kegiatan pembelajaran menulis kreatif naskah drama. Sehingga, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Baik dari segi waktu, subjek, dan metode yang digunakan dalam penelitian. Kelebihan dari penelitian ini adalah pada metode pembelajaran yang digunakan. Metode pembelajaran kolaborasi yang digunakan, dapat membuat siswa lebih aktif dan berinteraksi satu sama lain di dalam kelompok. Selain itu, adanya kolaborasi siswa dapat mengomentari hasil menulis kreatif naskah drama milik teman satu kelompoknya. Sehingga, komentar atau saran yang diberikan dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama, karena kesalahan atau kekurangannya telah dikoreksi oleh teman satu kelompoknya. Dari beberapa penelitian di atas, keterampilan menulis naskah drama dapat ditingkatkan dengan adanya sebuah perlakuan atau metode yang digunakan dalam

3 23 kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kolaborasi dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah drama di SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto. B. Landasan Teori 1. Naskah Drama a. Pengertian Naskah Drama Naskah drama adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Naskah drama juga dapat diartikan sebagai karangan seseorang yang belum diterbitkan atau bahan-bahan berita yang siap untuk diset. Berkaitan dengan drama, naskah drama (lakon) merupakan naskah yang masih ditulis dengam tangan dengan gaya dialog langsung (cerita sandiwara). Naskah adalah bentuk/rencana tertulis dari cerita drama. Naskah disebut juga bentuk atau rencana tertulis dari cerita drama yang berbentuk tanya jawab antar pelaku. Naskah drama (lakon) pada umumnya disebut skenario, berupa susunan (komposisi) dari adegan-adegan dalam peluangan sebagai karya tulis. Dasar naskah drama adalah konflik manusia yang di gali dari kehidupan. Konflik drama biasanya terbangun oleh pertentangan antara tokoh-tokohnya. Penulisan naskah ada yang menggambarkan sisi jelek dan ada juga yang menggambarkan sisi baik kehidupan. Dalam penulisan naskah drama perlu diperhatkan unsur-unsur yang membangun naskah drama itu sendiri.

4 24 b. Unsur-Unsur Intrinsik Naskah Drama Unsur-unsur intrinsik naskah drama adalah unsur yang membangun naskah drama dari dalam. Unsur-unsur intrinsik naskah drama menurut Saefudin dkk (2008: 41) meliputi tema dan amanat, tokoh (pelaku) dan perwatakan, latar (setting), alur (plot), konflik (pertentangan), dan dialog. 1) Tema Tema merupakan unsur cerita yang memberi makna menyeluruh terhadap isi cerita yang telah disampaikan kepada pembaca (Hidayati, 2009: 45). Menurut Stanton (2007: 36), tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia terhadap diri sendiri, disilusi, atau bahkan usia tua. Istilah tema menurut Scharbach (dalam Aminuddin, 2010: 91) berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita, sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema berkaitan dengan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan cerita (dalam hal ini drama) oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema, pembaca harus terlebih dahulu memahami unsur-

5 25 unsur yang membangun ceritanya, menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penulisannya. 2) Tokoh dan penokohan Tokoh cerita adalah (character), menurut Abrams (dalam Aminudin, 2004: 165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilukiskan dalam tindakan.tokoh adalah pelaku dalam drama. Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki watak, sikap, sifat, dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakan atau karakter. Dalam drama kita mengenal tokoh protagonis (menjadi sentral atau pusat penceritaan), tokoh antagonis (lawan \tokoh protagonis), dan tokoh figuran atau tokoh pendukung cerita (Saefudin, 2008: 41). Menurut Aminuddin (2010: 79) penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku. Dalam upaya memahami watak pelaku atau tokoh dapat diketahui melalui hal-hal diantaranya: tuturan penulis terhadap karakteristik pelakunya; gambaran yang diberikan penulis lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian; menunjukkan bagaimana perilakunya; melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri; memahami bagaimana jalan pikirannya; melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya; melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya; dan melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya (Aminuddin, 2010: 80-81).

6 26 3) Latar Stanton (2007: 35), latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Selain itu, menurut Hidayati (2009: 37), latar mengacu pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam plot. Masih menurut Hidayati (2009: 9), menguatkan bahwa latar tidak hanya berkaitan dengan tempat dalam arti geografis saja, tetapi juga sosial, dan historis. 4) Alur Menurut Hidayati (2009: 97), alur atau plot adalah bagian dari jalan cerita yang berfungsi memperjelas suatu masalah atau urutan kejadian dan diatur secara tersusun dan sistematis, serta mengandung hubungan sebab akibat. Menurut Stanton (2012: 26), alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Selain itu menurut Hasanudin (2009:24) alur adalah rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain dalam hubungan sebab akibat.tanpa hubungan sebab akibat suatu rentetan peristiwa tidaklah dapat disebut suatu alur. 5) Konflik Konflik merupakan kekutan penggerak drama. Itulah kemungkinan kedua yang menggerakan hati penonton. Yakni, karena konflik. Nash (Hamzah, 1985 : 122) menyebutkan bahwa kisah haruslah dipaparkan melalui penampilan satu atau beberapa masalah yang dihadapi para peran, dan harus dimenangkan. Atau malah peran itu sendiri terkalahkan. Melalui problemproblem inilah plot dikembangkan. Jadi tidak mengherankan jika sampai ada

7 27 penonton yang hatinya tergetar menyaksikan pementasan sebuah drama. Mereka menikmati identifikasi dirinya dengan salah seorang peran. Mendorongnya memandang persoalan yang dihadapi peran pun sebagai persoalanya sendiri. Menurut Hasannudin (2009: 12), konflik kemanusiaan menjadi syarat mutlak. Bentuk dialoglah yang menuntut konflik tersebut di dalam drama. Tanpa konflik peristiwa tidak akan bergerak. Satuan-satuan peristiwa baru dapat berjalan dan menciptakan alur atau plot dalam bentuk dialog, jika satuansatuan peristiwa itu dikontroversikan melalui konflik-konflik. Menurut Saefudin ( 2008: 41), konflik didalam drama ada dua macam, yaitu: a. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam diri seorang tokoh atau dalam pikiran seorang tokoh. b. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antartokoh atau pelaku dalam drama. Konflik eksternal ini dapat berupa konflik ide atau pikiran antartokoh (pelaku), dapat juga berupa konflik fisik (bergulat, bertinju, saling pukul, dan sebagainya). 6) Amanat Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang, baik tersirat maupun tersurat. Secara tersurat disampaikan secara langsung melalui dialog tokoh, sedangkan tersirat yaitu disampaikan melalui penyusunan peristiwaperistiwa yang terjadi dalam cerita. 7) Dialog Menurut Hasanudin (2009:25), dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokohatau pelaku. Kalimat-kalimat atau sekadar kata-kata yang

8 28 diujarkan oleh para tokoh atau pelaku akan memberikan gambaran-gambaran tentang watak, sifat, ataupun perasaan masing-masing tokoh atau pelaku. Seseorang berwatak bengis, kasaratau sebaliknya,berbudi luhur serta penyabar dapatdiketahui melalui dialog-dialog. Kondisi psikologis seperti sedih, senang,cemburu, iri hati ataupun dengki juga diketahui melalui dialog-dialog. Selain itu Menurut Poerwadarminta (2007: 290), dialog adalah percakapan (dalam sandiwara, cerita, dsb). 2. Pembelajaran Menulis Naskah Drama a. Pengertian Menulis Menulis merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 2008:22). Kegiatan menulis juga disebut sebagai suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, dan pengalamanpengalaman kehidupannya dalam bahasa tulis yang jelas, ekspresif, mudah dibaca, dan dipahami oleh orang lain. Menurut Poerwadarminta (2007: ), menulis adalah membuat huruf (angka dsb), dengan pena (pensil, kapur, dsb); melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; menggambar; melukis; dan membatik (kain). Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir kritis, mampu mengungkapkan pikiran,

9 29 perasaan, dan pendapat. Menulis juga dapat melatih mencari, menguasai, dan menangkap informasi tentang topik yang akan kita tulis. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu (Iskandarwassid, 2009: 175). Dalam kegiatan menulis dituntut beberapa kemampuan misalnya: memiliki suatu pengetahuan yang akan ditulis, mengetahui aspek-aspek kebahasaan dan teknik penulisan. Semua itu berkaitan dengan proses berpikir penulisnya. Dapat dikatakan bahwa keterampilan itu secara singkat termasuk kemampuan yang kompleks. Ketika akan menggunakan bahasa untuk menulis, penulis harus menyadari bahwa bahasa Indonesia memiliki kaidah-kaidah yang harus ditaati. Jika tidak ditaati akan terjadi kekeliruan-kekeliruan dalam penggunaan kalimat tersebut dan akan mengakibatkan tulisan tidak dapat dipahami oleh pembacanya. b. Menulis Naskah Drama Menurut Jingga (2012: 112), menulis naskah drama merupakan proses kreatif. Proses kreatif yang berangkat dari dorongan bawah sadar untuk

10 30 melahirkan sebuah karya sastra. Perjalanan sebuah proses kreatif menulis naskah drama dimulai dari keinginan penulis dan angan-angan dalam hatinya hingga mewujudkan satu bentuk karya.malraux (dalam Jingga, 2012: ) menyebutkan bahwa, perjalanan proses kreatif untuk mewujudkan suatu karya sebagai proses melihat, mendalami, dan mewujud. Hal tersebut perlu fase-fase proses pola berikut 1) Merasakan, 2) Menghayati, 3) Menghayalkan, 4) Mengejawantahkan, 5) Memberi bentuk, 6) Menciptakan konflik, 7) Menciptakan tokoh, 8) Menciptakan dialog, 9) Menciptakan simbol, 10) Menciptakan naskah berbobot. Fase-fase tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Merasakan Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia. Segala sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase merasakan. Merasakan diartikan sudah melewati proses melihat dan mendengar dan menyerap. Melihat dan mendengar apa yang ada, siapa yang melakukan, apa yang terjadi, bagaimana kejadiannya, kapan terjadinya, dan dimana kemudia merasakan dan menyerapnya hingga muncul sensasi tertentu dalam diri (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 2) Menghayati Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul temuantemuan yang telah dilakukan pada fase merasakan. Indikator menghayati adalah sampai pada kesadaran pribadi terhadap sensasi yang diperolehnya (Malraux dalam Jingga, 2012: ).

11 31 3) Menghayalkan Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang telah dirasakan dan apa yang dihayati dalam wujud khayalan dengan harapan memperoleh khayalan-khayalan lain yang baru. Pembebasan proses berfikir atau membuka keliaran-keliaran berfikir menjadi pendukung dalam fase mengkhayalkan. Semakin liar akan semakin berkembang daya imajinasi kita dalam melewati fase mengkhayalkan (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 4) Mengejawantahkan Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses sebelumnya. Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar curahan-curahan hasil fase sebelumnya lebih bernilai. Filter estetis ini juga diharapkan dapat memunculkan kreativitas yang bukan hanya peniruan, pengulangan, ataupun pencocokan dan pembenaran yang sudah ada atau terjadi (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 5) Memberi bentuk Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan dengan proses alamiah, mengalir, dengan menggunakan simbol-simbol dan metafora, sehingga keinginan dan angan-angan dapat menjadi sebuah karya (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 6) Menciptakan konflik Kreativitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat dari kemampuan pengarang menciptakan konflik dengan surprise atau kejutan-

12 32 kejutan, menjalin konflik-konflik tersebut, dan memberikan empati dalam penyelesaian konflik (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 7) Menciptakan tokoh Kehadiran tokoh atau pelaku dalam sebuah drama menjadi penting. Tokoh atau pelaku akan menjadi penentu gerak alur cerita. Berdasarkan perannya teradap jalan cerita terdapat tokoh protagonis yaitu tokoh yang mendukung cerita, tokoh antagonis yaitu tokoh penentang, dan tokoh tritagonis atau tokoh pembantu, baik terhadap tokoh antagonis maupun pada tokoh protagonis. Sedangkan, berdasarkan fungsinya terdapat tokoh sentral (tokoh yang menjadi fokus gerak alur cerita), tokoh utama (tokoh pendukung dan atau penentang tokoh sentral), dan tokoh pembantu (tokoh pelengkap atau tambahan dalam alur cerita) (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 8) Menciptakan dialog Dialog merupakan salah satu aspek esensial yang ada dalam naskah drama. Namun bukan berarti bahwa naskah drama hanya tergantung pada dialog, melainkan banyak hal yang menjadikan dialog menjadi ciri penanda naskah drama. Dalam naskah drama, bahasa yabg diwujudkan dalam bentuk dialog, dapat diadikan penanda memahami siapa dan bagaimana tokoh atau pelaku dalam naskah drama tersebut ) (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 9) Menciptakan simbol Pada dasarnya seluruh naskah drama tersaji dalam bentuk yang simbolis. Ada sesuatu yang disembunyikan penulis naskah. Segala sesuatu dikatakan tidak secara terus terang, karena bagaimapun naskah drama sebagai

13 33 karya sastra merupakan proses kreatif individu pengarang yang berbicara tentang dirinya yang disajikan secara tidak langsung atau dengan menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi (Malraux dalam Jingga, 2012: ). 10) Menciptakan naskah berbobot Menurut Malraux (dalam Jingga, 2012: ), naskah drama dapat dikategorikan berbobot jika naskah drama tersebut ditulis dengan dilandasi proses penciptaan antara lain: a) menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imainatif: merasakan, menghayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran kehidupan dengan proses melihat, mendalami, dan mewujudkan. b) memiliki konflik dengan surprise atau kejutan-kejutan, kaya suspense atau ketegangan sehingga memikat untuk dibaca maupun dipentaskan. c) menghadirkan tokoh atau pelaku sebagai penentu gerak alur cerita. d) memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan tokoh disertai dengan lakuan. e) menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi. f) menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung aspek moral, dan mengandung nilai-nilai pendidikan Noor (2004: 27) menyatakan bahwa, pada umumnya naskah drama memuat sepuluh struktur, antara lain: (1) susunan nama pelaku; (2) sinopsis; (3) urutan nomor cakapan (dialog) dengan nama pelaku; (4) mencantumkan tanda baca yang jelas; (5) memberi penjelasan sebagai keterangan dalam tanda kurung;

14 34 (6) memberi tanda bagian ilustrasi musik; (7) menyusun urutan kata dan kalimat yang jelas; (8) mengemukakan pokok pikiran yang jelas dalam cakapan (dialog); (9) memberi tanda pergantian babak dengan jelas; (10) mengakhiri cerita dengan kalimat yang padat. c. Pembelajaran Menulis Naskah Drama di SMP Pembelajaran menulis naskah drama di SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto diajarkan di kelas VIII semester 1. Materi naskah drama terdapat pada Standar Kompetensi 8. Memahami teks drama dan novel remaja, Kompetensi Dasar 8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide. Indikatornya adalah mampu menyusun kerangka naskah drama yang mengandung keaslian ide, mampu mengembangkan kerangka cerita menjadi teks drama satu babak yang mengandung keaslian ide. Pembelajaran menulis naskah drama sebagai proses belajar menulis naskah drama yang didukung oleh serangkaian komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis naskah drama.drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan. Drama sering disebut dengan teater, yaitu sandiwara yang dipentaskan sebagai ekspresi rasa keindahan atau seni. Sebagai karya seni, drama perlu diapresiasi. Salah satu cara apresiasi drama ialah dengan menemukan unsur-unsur drama.

15 35 3. Metode Kolaborasi a. Pengertian Metode Kolaborasi Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.pada pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka menyeluruh tentang proses belajar mengajar. Proses ini tersusun dalam rangkaian kegiatan sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat metode adalah prosedural (Iskandarwassid dan Sunendar, 2009: 40-41). Menurut Suryaman (2012: 85), metode pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu cara untuk merealisasikan strategi. Senada dengan pendapat Sanjaya (2006: 147) yang menyatakan bahwa, metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Sementara itu, kolaborasi adalah suatu pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat untuk saling mengoreksi. Sejawat yang diajak berkolaborasi itu disebut kolaborator (Alwasilah dan Suzzana, 2007: 21). Menurut Ronis (2011: 119), pembelajaran kerjasama atau kolaborasi adalah metode pengajaran yang disitu kelompok kecil siswa dari berbagai tingkat kemampuan menggunakan berbagai macam kegiatan untuk menguasai keterampilan berpikir tingkat tinggi.

16 36 Penggunakan metode kolaborasi, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Di dalam metode kolaborasi, tiap siswa dalam setiap kelompok akan bertukar karya atau tulisannya. Dengan demikian, hasil karya atau tulisan tersebut akan dilihat dan dikoreksi kekurangan serta kesalahannya oleh teman sejawat. Teman satu kelompok sebagai kolaborator akan langsung menyampaikan kekurangan dalam tulisan tersebut kepada pemiliknya agar diperbaiki. Tulisan atau hasil karyanya akan semakin baik. Panduan kolaborasi reading-writing connection menurut Alwasilah dan Alwasilah (2007: 26-29) sebagai berikut: 1) Berbagi diri ke dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas tiga atau empat orang. Pada kelompok besar, kolaborasi cenderung tidak efektif. 2) Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelompok tidak terganggu oleh kelompok lainnya. 3) Masing-masing anggota membaca karangan orang lain dalam kelompoknya. 4) Sewaktu membaca, perhatikanlah mekanik tulisan. Tandailah dengan menggarisbawahi kesalahan kecil. Gunakan tinta warna-warni agar nampak variasi. 5) Baca setiap kalimatnya. 6) Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala Anda menemukan hal-hal yang tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar. 7) Kembalikanlah karangan yang sudah dikomentari itu kepada penulisnya untuk ditulis ulang. 8) Selanjutnya, melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan yang sudah direvisi oleh penulisnya. 9) Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali. 10) Karangan yang telah direvisi b. Menulis Naskah Drama dengan Metode Kolaborasi Panduan kolaborasi reading-writing connection menurut Alwasilah dan Alwasilah (2007: 26-29) yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama adalah sebagai berikut:

17 37 a. Berbagi diri dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri atas tiga atau empat orang. b. Upayakan ada jarak yang cukup agar setiap kelompok tidak terganggu oleh kelompok lainnya. c. Masing-masing anggota membaca naskah drama orang lain dalam kelompoknya. d. Sewaktu membaca, perhatikanlah mekanik tulisan. Tandailah dengan menggarisbawahikekurangan dan kesalahan. e. Baca setiap kalimat dan aspek-aspek yang terdapat dalam naskah drama. f. Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala menemukan hal-hal yang tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar. g. Kembalikanlahnaskah drama yang sudah dikomentari itu kepada penulisnya untuk ditulis ulang. h. Selanjutnya, melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan yang sudah direvisi oleh penulisnya. i. Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali. j. Karangan yang telah direvisi, diserahkan kepada guru pembimbing untuk mendapatkan feedback lain. C. Kerangka Berpikir Rendahnya kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa merasa bosa, jenuh, dan tidak ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat disebabkan karena penggunaan

18 38 metode pembelajaran yang kurang tepat (misalnya hanya dengan menggunakan metode ceramah saja, sehingga siswa merasa bosan dan jenuh), penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik minat belajar siswa, serta guru yang melibatkan siswa dalm proses pembelajaran. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, diduga melalui metode pembelajaran kolaborasi kemampuan menulis naskah drama di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto akan meningkat. Untuk lebih memperjelas kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.

19 39 Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir dalam PTK KONDISI AWAL Guru: Belum menggunakan metode pembelajaran kolaborasi dalam proses pembelajaran. Siswa: Kemampuan menulis naskah drama pada siswa rendah. TINDAKAN Dalam pembelajaran, guru menggunakan metode pembelajaran kolaborasi yang sesuai dengan subtopik pembelajaran. Siklus I: Dalam pembelajaran menulis naskah drama, guru memperbaiki proses pembelajaran dengan metode kolaborasi. KONDISI AKHIR Diduga melalui metode kolaborasi dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa. Siklus II: Jika siklus I belum berhasil dalam pembelajaran menulis naskah drama, guru memperbaiki lagi proses pembelajaran dengan metode kolaborasi.

BAB II LANDASAN TEORI. memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas

BAB II LANDASAN TEORI. memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penenitian yang Relevan Penelitian tindakan kelas tentang kemampuan menulis naskah drama memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur-

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VIII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA Oleh: SRF FAZILAH TOYIBAH RRA1B109065 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Standar Kompetensi KTSP, kompetensi dasar dari aspek menulis, di sekolah menengah pertama kelas XI terdapat kompetensi dasar tentang mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, seorang siswa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa. Salah satu keterampilan berbahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang guru yang berhasil akan selalu memperhatikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan Kurikulum 2013. Penerapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama berorientasi pada kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng adalah cerita bersifat khayal yang dianggap tidak benarbenar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya (Itadz, 2008:73). Pada jaman dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan sepanjang hayat yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kemampuan Kemampuan menyimak manusia sangat terbatas. Manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Berdasarkan Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian yang dilakukan oleh Maimun Ladiku (2008) Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP Oleh: Ella 1, Harris Effendi Thahar 2, Afnita 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa sangat memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kedudukan bahasa itu sangat penting sebab dengan bahasa dapat terlaksananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran berbahasa di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari pengembangan aspek kemampuan berbahasa. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memperlancar dan mempermudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan 1 BAB I PENDAHULUN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan bertujuan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pada dasarnya kegiatan berbahasa terutama menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengamati pembelajaran selama ini, proses dan hasil pembelajaran bahasa khususnya bahasa Jawa dinilai belum memuaskan. Hal ini menjadi sebuah masalah dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Drama Pendek a. Pengertian Drama Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Seorang penulis berkomunikasi melalui tulisan mereka untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016. 0 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Sri Gustina Limbong Drs. Malan Lubis, M.Hum. Penelitian

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses yang kompleks karena menyangkut berbagai faktor baik yang berasal dari diri guru, berasal dari diri siswa maupun yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Konflik Teks Drama dengan Menggunakan Metode Numbered Head Together dalam Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama

B. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan

Lebih terperinci

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. Sinar Ilfat Nursal Hakim Charlina sinarilfat@ymail.com 0853555523813 Education of Indonesian Language and

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo TRANSFORMASI CERPEN DI ATAS SAJADAH CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY MENJADI NASKAH DRAMA PANGGUNG DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI KELAS X SMA Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan di universitas juga diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding genre puisi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,

Lebih terperinci