BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Tematik Teori pembelajaran Tematik dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, yang menekankan bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian atau unsur-unsur yang dipelajari, Koffka, 1963 (dalam Olson 2008). Menurut Kohler (1925) dalam Olson (2008), belajar menurut Gestalt adalah fenomena yang terjadi pada otak manusia (Kognitif). Setiap manusia dapat memikirkan suatu solusi setelah menatap suatu masalah. Orang yang sedang belajar akan memikirkan semua aspek dan unsur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan menempatkan bersama (secara kognitif) dalam suatu cara dalam pemecahan masalah dan kemudian seseorang yang sedang belajar dapat menggunakan cara yang lain berdasarkan unsur-unsur yang ada sampai masalah yang dihadapi dapat terselesaikan. Permasalahan yang dihadapi akan menghadirkan wawasan baru tentang cara atau solusi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Wawasan tersebut adalah masalah terpecahkan dan masalah tak terpecahkan. Proses pemecahan masalah dapat 12

2 diartikan sebagai upaya seorang manusia dalam menggabungkan semua unsur yang ada dalam masalah yang dihadapinya untuk digunakan dalam proses pemecahan masalah. Adapun dalam hasilnya, masalah yang dihadapi dapat terselesaikan atau tidak tetap akan menghadirkan sebuah wawasan baru. Belajar adalah proses memuaskan secara personal atau individu dan tidak perlu mendapat dorongan dari pihak-pihak atau faktor eksternal (Olson, 2008). Dalam proses pembelajaran, kelas yang berorientasi Gestalt akan dicirikan dengan hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru akan membantu siswa memandang suatu fenomena yang dihadapi dengan menggabungkan pengalaman yang mereka punya untuk menjadi pola yang bermakna. Belajar berdasarkan Gestalt bisa dimulai dari sesuatu yang dekat dengan siswa dan setiap langkah dalam pembelajaran didasarkan pada halhal yang sudah dikuasai berdasarkan pengalaman mereka. Olson (2008) menjelaskan bahwa Semua aspek pelajaran dibagi menjadi unit-unit yang bermakna, dan unit-unit itu harus berkaitan dengan seluruh konsep atau pengalaman. Guru yang berorientasi Gestalt mungkin akan menggunakan ceramah, tetapi ia akan berusaha agar selalu ada dalam interaksi antara guru dan siswa 13

3 dalam proses pemaduan unit-unit yang saling bermakna. Mengingat fakta tanpa pemahaman akan dihindari. Setelah siswa memahami prinsip dibalik pengalaman belajar barulah mereka bisa memahami dengan sesungguhnya. Ketika hal-hal yang dipelajari telah dipahami, bukan hanya diingat, maka ia dapat mudah diaplikasikan ke situasi yang baru dan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Peneliti menyetujui aliran psikologi Gestalt, bahwa proses pembelajaran di kelas rendah SD diawali oleh penggabungan berbagai unsur yang saling berhubungan dalam suatu fenomena atau masalah untuk digunakan dalam proses belajar, sehingga dari berbagai unsur yang ada akan digabungkan menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna. Proses penggabungan berbagai unsur yang saling berhubungan dalam suatu fenomena atau masalah untuk digunakan dalam proses belajar menjadi dasar terbentuknya Pembelajaran Tematik. Pembelajaran Tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan unsurunsur tertentu yang ada dalam sebuah pembelajaran. Penggabungan unsur-unsur dapat diambil dari tema-tema yang ada dalam setiap kompetensi dalam mata pelajaran. Tema-tema yang digabungkan atau dikaitkan dalam setiap mata pelajaran harus saling berkaitan, sehingga 14

4 pembelajaran yang dilakukan menjadi bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran yang menganut aliran Gestalt menjadi dasar pemerintah dalam membuat peraturan pemerintah tentang Pembelajaran Tematik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran yang ditekankan untuk kelas 1 sampai kelas 3 SD adalah Pembelajaran Tematik. Penetapan pemerintah tentang pembelajaran tematik telah melalui pertimbangan dan kajian dari berbagai pihak terkait sebagai pengambil kebijakan, yaitu bahwa pembelajaran dengan pendekatan tematik dianggap bermanfaat dan sesuai dengan perkembangan anak kelas awal sekolah dasar. Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik anak dimana pada usia tersebut mereka masih berada pada rentangan usia dini 0-6 tahun (masa kanak-kanak awal) yang masih perlu 10 penggabungan berbagai unsur-unsur atau tematema dalam memadukan suatu pelajaran sehingga menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna bagi siswa. Pelaksanaan pembelajaran Tematik perlu direncanakan secara matang dalam implementasi di kelas (Ernawati, dkk. 2011). Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional 15

5 Pendidikan, disebutkan dalam pasal 16, ayat 1 yang berbunyi penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Perencanaan suatu kurikulum merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Dalam KTSP (2011) perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Menurut pendapat Joyce (1992) dalam Trianto (2010) Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives. Artinya bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Diharapkan setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun pada masing-masing tingkat satuan pendidikan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai kebutuhan masing-masing tingkat satuan pendidikan. 16

6 Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran yang ditekankan untuk kelas 1 sampai kelas 3 SD adalah Pembelajaran Tematik. Penyusunan RPP yang digunakan juga harus RPP dengan model Tematik. Pada dasarnya prinsipprinsip pengembangan RPP tematik tetap memuat komponen-komponen sebagaimana RPP yang ada dalam RPP mata pelajaran, hanya saja dalam RPP tematik penting memperlihatkan keterkaitan rumusan-rumusan komponen utama RPP dengan Tema yang diterapkan. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. 2. Kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung (Calistung) a. Membaca Membaca masuk dalam perkembangan kognitif anak. Anak mulai dapat menguasai membaca ketika menginjak umur 6 tahun atau pada pertengahan masa kanak-kanak (Papalia dkk. 2008). 12 Anak dapat mengidentifikasi kata-kata melalui dua cara, yaitu decoding dan visually based retrival. Menurut Papalia dkk. (2008) Decoding diartikan sebagai mengucapkan suatu kata, menerjemahkan kata yang tersebut dari 17

7 yang tercetak kepada suara sebelum mengingatnya dari memori jangka panjang. Agar dapat melakukan proses decoding, seorang anak harus menguasi kode fonetik yang menyesuaikan alfabet tercetak dengan suara yang keluar. Sedangkan metode yang kedua adalah visually based retrival, dimana anak melihat huruf kemudian mengingatnya kembali. Papalia dkk. (2008) menyebutkan bahwa metode decoding dan visually based retrival telah mengispirasi pendekatan pembelajaran membaca 13 yang saling bertolak belakang. Pertama, pendekatan profesional yang menekankan decoding disebut fonetik atau pendekatan yang menekankan pada kode. Kedua, pendekatan keseluruhan bahasa yang lebih menekankan pada kemampuan mengingat visual dan penggunaan isyarat kontekstual. Program keseluruhan membaca dibangun berdasarkan literatur yang sebenarnya dan aktifitas mandiri siswa dalam mempelajari suatu bacaan. Program keseluruhan membaca bertolak belakang dengan tugas-tugas yang diarahkan guru yang lebih melibatkan instruksi fonetik atau pengucapan bunyi suatu bahasa. Menurut Papalia dkk. (2008), pendekatan keseluruhan membaca didasarkan pada 18

8 keyakinan bahwa anak dapat belajar membaca dan menulis secara alami, sebanyak mereka belajar memahami dan menggunakan dalam percakapan. Untuk mendorong proses ini, sejak awal anak didorong untuk mengetahui tujuan bahasa yang tertulis dalam mengkomunikasikan maknanya. Stahl, McKenna dan Pagnucco (1994 dalam Papalia dkk. 2008) menjelaskan bahwa membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan kepada seorang anak. Pencampuran dari pendekatan fonetik dan keseluruhan bahasa sangat dianjurkan dalam proses belajar membaca (Papalia dkk. 2008). Anak belajar keterampilan fonetik disertai dengan berbagai strategi membantu mereka memahami apa yang mereka baca. Pendekatan kombinasi fonetik dan keseluruhan bahasa seperti ini sesuai dengan cara kerja otak anak. Anak-anak yang dapat memilih strategi berbasis visual atau fonetik, akan menggunakan pengingat visual untuk kata yang telah akrab dengan memori anak, sedangkan pengkodean fonetik sebagai cadangan untuk kata yang tidak akrab dengan memori anak (Siegler, 1998 dalam Papalia dkk. 2008). Menurut Siegler (1998 dalam Papalia dkk. 2008), proses perkembangan yang dapat 19

9 meningkatkan pemahaman kalimat yang tertulis sama dengan perkembangan yang meningkatkan memori. Seiring dengan semakin otomatisnya pengidentifikasian kata, anak-anak dapat lebih fokus pada makna dari apa yang anak-anak baca. Strategi baru yang lebih rumit memungkinkan anak untuk menyesuaikan kecepatan membaca serta kemampuan dalam memahami isi dari suatu bacaan. Pendapat lain yang sesuai dengan teori kognitif, menurut Tarigan (1990) membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD. Dalam Bahasa Indonesia, kegiatan manusia dibagi menjadi 4 aspek yaitu: menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi keterampilan membaca dan menyimak, (2) Keterampilan yang bersifat mengungkapkan (produktif) yang meliputi menulis dan berbicara. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman baru. Semua yang 20

10 diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Dengan demikian, maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri, oleh karena itu pembelajaran membaca permulaan di SD mempunyai peran penting (Tarigan, 1990). Papalia dkk. (2008) menyebutkan bahwa membaca juga dapat didefinisikan sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktifitas yang pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa latar belakang pengetahuan yang dimiliki pembaca selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual (Papalia dkk, 2008). Informasi visual merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. 21

11 Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan. Berdasarkan pendapat dari Papalia dkk. (2008) dan Tarigan (1990), peneliti sependapat dengan Papalia dkk. (2008) yang menyebutkan bahwa kegiatan membaca bukan sekedar aktifitas yang pasif dan reseptif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir mengenali huruf demi huruf sesuai dengan kode fonetik untuk mendapatkan makna dari teks bacaan. b. Menulis Menulis berasal dari kata tulis, yang berarti suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Yunus, 2002). Penguasaan keterampilan menulis bergerak beriringan dengan perkembangan membaca (Papalia dkk. 2008). Ketika anak belajar untuk menerjemahkan kata yang tertulis ke dalam perkataan, mereka juga mencoba menggunakan kata yang tertulis untuk mengekspresikan ide, pemikiran, dan perasaan. Menurut Whitehurst dan Lonigan (1998 dalam Papalia dkk. 2008) pada tahap prasekolah, anak mulai mengenal huruf, angka, dan bentuk 22

12 seperti huruf sebagai simbol untuk merepresentasikan kata atau bagian dari kata. Sering kali ejaan yang mereka juga berdaya cipta, bahkan karena jumlahnya yang beraneka ragam berdasarkan kreatifitas anak, mengakibatkan anak sendiri tidak dapat membacanya. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca langsung lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Supriyadi, 1994). Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca (Tarigan,1986). Papalia dkk. (2008) menyebutkan bahwa menulis adalah sesuatu yang sulit bagi anak, sehingga karangan pertamanya biasanya pendek. Sering kali tugas menulis yang diberikan seolah mengandung topik yang tidak akrab pada diri anak. Semua memori jangka panjang berusaha dikumpulkan menjadi satu untuk dapat menulis suatu karangan. Berbeda dengan percakapan yang memberikan umpan balik seketika, menulis mensyaratkan anak untuk menilai secara independen apa tujuannya sudah tercapai. Anak 23

13 juga harus mengingat kembali batasan lainnya, seperti ejaan, tanda baca, tata bahasa, dan huruf besar. Berdasarkan pengertian menulis yang disampaikan oleh Yunus (2002), Papalia dkk. (2008), Supriyadi (1994), dan Tarigan (1986), peneliti sependapat dengan Papalia dkk. (2008) yang menyebutkan bahwa menulis merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang yang berasal dari memori jangka panjang, sehingga inti dari tulisan dapat dipahami oleh pembaca. c. Berhitung Berhitung merupakan bagian dari pembelajaran Matematika. Matematika mulai dipelajari oleh anak sejak masa usia dini umur 3 tahun (Henniger, 2009). Pada masa anak usia dini, anak-anak mengembangkan pemahaman kognitif yang mendasar untuk dapat mempelajari isi dari matematika. Menurut Henninger (2009), dalam mempelajari Matematika terdapat 5 aspek, yaitu: 1) Operasi Hitung Pada masa tahun-tahun anak usia dini, mereka harus belajar konsep dasar Matematika tentang penomoran. Anak pada jenjang 24

14 Sekolah Dasar juga siap untuk mengembangkan pemahaman mereka tentang operasi hitung Matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. 2) Aljabar Kebanyakan orang menganggap aljabar harus diajarkan di sekolah menengah dan sekolah tinggi, namun anak-anak pada usia dini akan mendapat keuntungan yang lebih apabila sudah mulai diajarkan tentang dasar-dasar aljabar. 3) Geometri Anak-anak usia awal sekolah mulai diperkenalkan pada bentuk geometris dasar dan keterampilan menganalisis dengan menggunakan penalaran awal mereka. 4) Pengukuran Pengukuran dipelajari anak usia dini karena langsung dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Ada banyak kesempatan untuk melibatkan anak-anak dalam kegiatan pengukuran yang lebih, karena anak-anak dapat mengukur tinggi, lebar, berat, dan volume berdasarkan dari apa yang mereka jumpa dalam kehidupan sehari-hari. 5) Analisis Data 25

15 Penalaran statistik memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk merumuskan pertanyaan dan mengumpulkan data untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Matematika. Berdasarkan pemahaman dari kelima aspek yang perlu dipelajari, anak-anak akan mempunyai kemampuan mengklasifikasikan objek atau ide yang mereka temukan. Misalnya mampu menempatkan abjek-objek yang memiliki kesamaan bentuk. Keterampilan klasifikasi merupakan dasar dari konsep-konsep Matematika (Henniger, 2009), seperti penulisan nomor 46 yang perlu memahami tentang puluhan dan satuan. Menurut Murry dan Mayer (1998 dalam Hanniger, 2009) mulai anak memahami konsep bilangan akan berkembang pesat selama tahuntahun awal anak usia dini. Pada awal 3 tahun sampai 4 tahun seringkali anak hanya memahami bahwa angka 1 adalah angka yang paling kecil. Pemahaman anak prasekolah, pemahaman tentang penomoran berasal dari pengalaman menghitung berulang-ulang. Banyak lagu anak-anak yang dapat membantu belajar berhitung dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memudahkan dalam mengingat angka-angka. 26

16 Bertambahnya umur otomatis membawa anak untuk masuk pada masa sekolah dasar. Anak-anak mulai dapat mengembangkan kemampuan untuk menghitung maju dan mundur, berhitung melompat, dan memahami angka sampai ratusan yang lebih khususnya pada masa usia 7 tahun atau pada jenjang Sekolah Dasar (Charlesworth 2005 dalam Henniger, 2009). Peneliti sependapat dengan Charlesworth (2005 dalam Henniger, 2009) yang menjelaskan bahwa kemampuan berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki anak untuk menghitung maju dan mundur, berhitung melompat, serta memahami angka sehingga dapat digunakan untuk mengklasifikasikan objek atau ide yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Supervisi Klinis Supervisi mengandung pengertian melakukan kegiatan pengawasan, membantu dan turut serta dalam perbaikan dan meningkatkan mutu (Sagala, 2010). Pada penelitian ini, supervisi yang digunakan adalah supervisi klinis. Supervisi klinis menurut Cogen, 1973 (dalam Sagala, 2010) merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan membantu guru untuk pengembangan profesional dalam melakukan proses pembelajaran berdasarkan hasil observasi dan analisis data secara teliti dan 27

17 objektif sebagai pegangan untuk perubahan yang lebih baik. Supervisi klinis juga bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar serta minta belajar siswa di dalam kelas. Cogen, 1973 (dalam Sagala, 2010) juga menekankan bahwa supervisi klinis adalah upaya bantuan secara langsung yang diberikan supervisor kepada guru dengan cara melakukan observasi dan melakukan analisis. Hasil observasi saat guru mengajar, agar guru menjadi lebih efektif dalam melaksanakan tugas mengajar. Peneliti sependapat dengan pendapat Cogen (1973), yang menyebutkan bahwa supervisi klinis adalah suatu bentuk bimbingan professional yang diberikan kepada calon guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata untuk meningkatkan keterampilan dan sikap profesional seorang guru. Adapun menurut Cogen, 1973 (dalam Sagala 2010) unsur-unsur supervisi klinis adalah sebagai berikut: 1. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru dalam proses supervisi klinis. 2. Berfokus pada tingkah laku sebenarnya dari guru dalam proses di kelas. 28

18 3. Observasi secara cermat. 4. Perdeskripsian data dalam observasi dilakukan secara terperinci. 5. Supervisor dan guru bersama-sama dalam melakukan penilaian dari apa yang sudah dilakukan guru di kelas. 6. Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan dari guru. Menurut Cogen, 1973 (dalam Sagala 2010) tujuan supervisi klinis dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Tujuan umum Memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar seorang guru. 2. Tujuan khusus a. Memberikan masukan yang obyektif kepada guru dari kegiatan mengajar yang sudah dilakukan. b. Mendiagnosis memecahkan dan membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pembelajaran. c. Membantu seorang guru mengembangkan keterampilan dasar mengajar dan mengembangkan model atau strategi dalam pembelajaran. d. Meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam melakukan supervisi klinis harus dijalankan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. 29

19 Menurut Cogen, 1973 (dalam Sagala 2010) prosedur dalam melakukan supervisi, dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut. Pertemuan perencanaan Pengamatan Mengajar Pertemuan Balikan Gambar 2.1 Prosedur Supervisi Klinis 1. Pertemuan Perencanaan Langkah-langkah yang dilakukan: a. Usaha menciptakan suasan yang hangat antara supervisor dengan guru. b. Berdiskusi tentang kesulitan yang dialami guru. c. Berdiskusi rencana pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. d. Berdiskusi tentang penyusunan instrument yang akan digunakan. 2. Pengamatan Mengajar Kegiatan pengamatan yang dilakukan supervisor fokus pada kegiatan pembelajaran yang 30

20 dilakukan guru maupun interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa menggunakan instrument yang sudah disepakati. Penyusunan instrument dalam kegiatan pengamatan disusun berdasarkan karakteristik Pembelajaran Tematik. Adapun karakteristik pembelajaran Tematik menurut Imran (2011) adalah sebagai berikut: a. Berpusat pada anak b. Memberikan pengalaman langsung c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. e. Bersifat fleksibel. f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. 3. Pertemuan Balikan Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan balikan meliputi: a. Supervisor menanyakan kepada guru bagaimana peranannya selama proses pengajaran berlangsung. b. Supervisor bersama dengan guru melihat kembali pencapaian yang sudah dilakukan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan instrumen pengamatan yang sudah disepakati. 31

21 c. Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, supervisor menanyakan kesan dari guru. d. Supervisor menyajikan data berupa hasil rekaman kemudian bersama-sama menganalisis dan menafsirkan hasil pengamatan. 29 e. Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, supervisor menanyakan kembali kasan dari guru tentang hasil pengamatan yang sudah dilakukan. f. Supervisor bersama dengan guru membandingkan hasil pengamatan dari pertemuan pertama dengan target pembelajaran yang sudah disepakati bersama. g. Berdasarkan hasil pengamatan bersama, supervisor membantu guru dalam merencanakan proses pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. B. Hasil Penelitian yang Relevan Peneliti menemukan ada 2 penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan tentang Perbedaan hasil belajar Calistung siswa melalui Pembelajaran Tematik Tersupervisi di SD Negeri Giyono dengan Tanpa Supervisi di SD Negeri Gunung Gempol yaitu penelitian yang dilakukan oleh Salimudin (2010) dengan judul Supervisi Klinis sebagai Alternatif untuk 32

22 Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas 3 dan Meningkatkan Prestasi Belajar Calistung Siswa dalam Pembelajaran Tematik di Gugus Cut Nyak Dien Kecamatan Wanasari Brebes, yang menyimpulkan bahwa Pelaksanaan supervisi dengan teknik supervisi klinis mengubah pandangan guru dari merasa takut ketika akan disupervisi menjadi merasa senang dan nyaman karena supervisi klinis bertujuan memberikan layanan dan bantuan sehingga supervisi yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar Calistung siswa serta mengataasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran Tematik bisa teratasi. Hasil penelitian Salimudin (2010) dibuktikan dengan data peningkatan secara signifikan pada kemampuan guru kelas III dalam pembelajaran tematik, yaitu dari skor nilai pelakasaan pembelajaran Tematik sebesar 41,3 atau 58,8 % kategori cukup pada siklus 1 menjadi 55,7 atau 78,4 % pada siklus 2. Dengan demikian, ada peningkatan skor nilai pelakasaan pembelajaran Tematik sebesar 13,8 atau 19,6 %. Penelitian dari Rahayuningsih (2011) dengan judul Supervisi Klinis dalam Pembelajaran Tematik pada Guru di SD Negeri Dadapsari Semarang, yang menyimpulkan bahwa supervisi yang dilakukan dapat membantu pemecahan masalah dalam Pembelajaran Tematik. Permasalah yang terjadi dalam tahap persiapan pembelajaran yang mencakup penyusunan 33

23 RPP Tematik. Kepala sekolah sebagai supervisor memberikan masukan dan pengawasan kepada guru dalam penyusunan RPP Tematik. Selain itu, supervisi yang dilakukan dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa guru di SD Negeri Dadapsari dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap yang sudah disusun dalam RPP. Kepala sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengoreksi sendiri kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan pada saat pertemuan individu dengan kepala sekolah. Dalam pertemuan umum, kepala sekolah memberikan solusi kepada guru dalam pemecahan masalah mengajarnya seperti mengikuti kegiatan study banding, workshop, pelatihan, dan juga KKG. Sehingga supervisi yang sudah dilakukan berdampak pada peningkatan prestasi belajar Calistung siswa. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan hasil kajian teori dan penelitianpenelitian sebelumnya, terdapat 2 penelitian yang menyimpulkan bahwa Supervisi Klinis efektif dapat meningkatkan prestasi belajar Calistung siswa, oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Calistung siswa melalui Pembelajaran Tematik 34

24 Tersupervisi di SD Negeri Giyono dengan Tanpa Supervisi di SD Negeri Gunung Gempol. Hipotesis tersebut dirumuskan secara statistik sebagai berikut: H1 : µ1 µ2 : Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Calistung siswa melalui Pembelajaran Tematik Tersupervisi dengan Pembelajaran Tematik tanpa Supervisi. Hasil pehitungan uji t koefisien signifikansi 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembelajaran kelas rendah untuk kelas 1 sampai kelas 3 dan pembelajaran kelas tinggi untuk kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di 2 tempat, yaitu SD Negeri Giyono dan SD Negeri Gunung Gempol. Subyek penelitian mengambil siswa kelas 2 di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

SUPERVISI KLINIS ADALAH SUATU PROSES BIMBINGAN YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBANTU PENGEMBANGAN PROFESIONAL CALON GURU, KHUSUSNYA DALAM PENAMPILAN MENGAJAR

SUPERVISI KLINIS ADALAH SUATU PROSES BIMBINGAN YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBANTU PENGEMBANGAN PROFESIONAL CALON GURU, KHUSUSNYA DALAM PENAMPILAN MENGAJAR SUPERVISI KLINIS PROGRAM LATIHAN PROFESI (PLP) : SUATU PROSES YANG TERSUPERVISI DIMANA MAHASISWA MENGIMPLEMETASIKAN BERBAGAI PENGETAHUAN,SIKAP DAN KETERAMPILAN PROFESIONAL DI SEKOLAH SUPERVISI KLINIS :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK? MAKALAH PPM Pelatihan Penerapan Kecerdasan Majemuk melalui Model Pembelajaran Tematik Di SDN Kiyaran I dan II Cangkringan Sleman Oleh: Woro Sri Hastuti/ PGSD FIP UNY woro_uny@yahoo.com MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TANYA-JAWAB BERBASIS MEDIA VIDEO TAYANGAN ORBIT DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

2014 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TANYA-JAWAB BERBASIS MEDIA VIDEO TAYANGAN ORBIT DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar para siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan bersikap positif terhadap bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses yang cukup panjang. Menulis memerlukan adanya pengetahuan, waktu dan pengalaman. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bersosial. Manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain melalui bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pembelajaran terdapat banyak kendala untuk menyampaikan materi pelajaran, terutama dalam mata pelajaran matematika. Minat siswa dalam belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa memiliki arti penting bagi kehidupan yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa dan keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109 DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I, DAN I SD NEGERI KARANGTURI KECAMATAN LASEM Teguh Riyanto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Bahasa memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, tanpa bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang besar tidak pernah terlepas dari sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

MAKALAH PENELITIAN. diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada program studi PBS Indonesia dan Daerah

MAKALAH PENELITIAN. diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada program studi PBS Indonesia dan Daerah PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Hosana Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012) MAKALAH PENELITIAN diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa indonesia dan diperjelas didalam isi sumpah pemuda yang berbunyi kami

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL. ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONTEKSTUAL ( DESKRIPTIF PADA Siswa Kelas X SMA Darmayanti Tahun Pelajaran 2011 2012 ) NAMA : NENENG WULANSARI ALAMAT Email : wulansari@land.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah kebutuhan setiap manusia untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kemampuan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketrampilan berbahasa ada empat macam yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan mengenyam pendidikan di sekolah baik sekolah formal maupun informal, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Peran pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia. Kegiatan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menyadari akan hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA Herlina, Kaswari, Heri Kresnadi Prodi PGSD FKIP Untan Pontianak

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Tujuan MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan mengembangkan keterampilan berbahasa siswa dimana keterampilan berbahasa itu terdiri dari empat aspek yaitu

Lebih terperinci

mengganggu situasi pembelajaran. Perekaman

mengganggu situasi pembelajaran. Perekaman di kelas. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas dan pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam upaya mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis (1988) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIS DENGAN MENGGUNAKAN KARTU HURUF PADA SISWA KELAS II SD Pertiwi Laboro Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Bahasa merupakan saran yang efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran wajib yang telah ditetapkan di setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum kemampuan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu keterampilan meyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Karena hal itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) menuju kearah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Matematika diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini dalam perjalanan umur manusia merupakan periode penting bagi pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak pakar matematika, baik pendidik maupun peneliti yang. (1997) yang menyatakan bahwa much discucion and concern have been

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak pakar matematika, baik pendidik maupun peneliti yang. (1997) yang menyatakan bahwa much discucion and concern have been BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah terlatihnya kemampuan berpikir matematik. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) dewasa ini cukup menggembirakan. Hal itu tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan (KI-3), dan keterampilan (KI-4). Dalam implementasinya, pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan yang disampaikan secara langsung, dan bahasa tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa adanya bahasa setiap orang akan merasa kesulitan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS VI SD PABELAN III TAHUN AJARAN 2009 SKRIPSI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS VI SD PABELAN III TAHUN AJARAN 2009 SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS VI SD PABELAN III TAHUN AJARAN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Jenjang S-1 Oleh HARI HIDAYAT

Lebih terperinci