ANALISIS PERBANDINGAN INVESTASI SAHAM, EMAS, DAN OBLIGASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBANDINGAN INVESTASI SAHAM, EMAS, DAN OBLIGASI"

Transkripsi

1 ANALISIS PERBANDINGAN INVESTASI SAHAM, EMAS, DAN OBLIGASI Anindito Putra, Mohamad Heykal SE., M.Si Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat Phone (+6221) ABSTRACT This research is motivated by the many types of investment instruments available and have made it difficult for investors to choose the type of investment instrument which is best. Therefore, this research was conducted to find which is the best investment among the three types of investment instruments stocks, gold, and bonds. There are three types of approaches that can be done in evaluating the performance of the three instruments, namely: Sharpe index, Treynor index and Jensen index. This study tried to do a comparison of the three indexes measuring consistency through the data released by each investment instrument in the period January 2010 to December The study sample was taken from the price or value of the index released by each investment instrument during the study period. The results of these three investment instruments during the study period was as follows, according to the method of Sharpe bond is the best investment instruments with a value of , according to Treynor methods gold is the best investment instruments with a value of , and according to the method jensen gold is the best instrument with a value of It can be concluded that during the study period gold is the best type of investment instrument which is then followed by the second in bonds and shares in third. (AP) Keywords: investing, stocks, gold, bonds, Sharpe, Treynor, Jensen

2 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya jenis instrumen investasi yang tersedia dan telah menyulitkan para investor untuk memilih jenis instrumen investasi mana yang terbaik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari investasi manakah yang terbaik diantara ketiga jenis instrumen investasi saham, emas, dan obligasi. Terdapat tiga jenis pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi kinerja ketiga instrumen, yaitu: indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen. Penelitian ini berusaha melakukan perbandingan konsistensi pengukuran ketiga indeks tersebut melalui data yang dikeluarkan oleh masingmasing instrumen investasi pada periode januari 2010 hingga desember Sampel penelitian ini di ambil dari harga atau nilai indeks yang dikeluarkan oleh masing masing instrumen investasi selama periode penelitian. Hasil yang didapat dari ketiga instrumen investasi selama periode penelitian adalah sebagai berikut, menurut metode Sharpe obligasi adalah instrumen investasi terbaik dengan nilai 0,05329, menurut metode Treynor emas adalah intrumen investasi terbaik dengan nilai 0,00227, dan menurut metode jensen emas adalah instrumen terbaik dengan nilai 0, Dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian emas adalah jenis instrumen investasi terbaik yang kemudian diikuti oleh obligasi pada peringkat kedua dan saham pada peringkat ketiga. (AP) Kata kunci: investasi, saham, emas, obligasi, sharpe, treynor, jensen

3 PENDAHULUAN Pada umumnya masyarakat menengah ke atas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, oleh karena itu dalam hal ini diperlukan suatu putusan apa yang akan dilakukan terhadap aset atau pendapatan tersebut. Pilihan untuk tidak menghabiskan uang merupakan pilihan pertama, pilihan kedua adalah apa yang harus dilakukan terhadap uang yang dimiliki, kemudian pilihan ketiga bagaimana cara agar jumlah uang tersebut dapat bertambah seiring berjalannya waktu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sangat tidak bijaksana jika membiarkan harta yang dimiliki hanya tertanam dilahan investasi yang memberikan tingkat pengembalian atau return yang tidak lebih tinggi dari inflasi. Karena dengan tidak berbuat sesuatu terhadap aset atau kekayaan, maka sebenarnya terjadi penyusutan terhadap aset atau kekayaan tersebut. Penyusutan ini terjadi secara alami karena adanya inflasi yang normal terjadi dalam perekonomian suatu negara. Jadi dengan membiarkan suatu aset atau kekayaan tanpa diinvestasikan, akan menyebabkan penurunan nilai dari aset atau kekayaan tersebut. Kegiatan investasi akan selalu dihadapkan pada dua hal yang saling berlawanan yaitu memaksimalkan keuntungan yang diharapkan serta meminimumkan tingkat resiko yang dihadapi. Resiko terjadi akibat adanya perbedaan antara tingkat pengembalian atau return yang diharapkan dengan tingkat pengembalian atau return hasil aktual. Krisis ekonomi dan moneter memberikan pelajaran yang baik bagi investor Indonesia bahwa kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi akan berakibat buruk bagi pengembalian modal investasi. Setelah mengalami badai krisis ekonomi para investor berusaha untuk membandingkan hasil dari portofolio investasi yang dimilikinya dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan resiko yang lebih rendah. Jadi, untuk menghindari kerugian ketika mengejar keuntungan dalam berinvestasi diperlukan penggunaan strategi yang matang disamping memerlukan pula pengetahuan dan wawasan yang luas tentang medan pertempuran tersebut. Salah-satu langkah strategi yang terpenting yang boleh dikatakan merupakan keharusan dalam manajemen aset beresiko adalah masalah pengalokasian dana. Banyaknya jenis investasi yang tersedia telah menyulitkan investor memilih yang terbaik untuk mereka. Jenis-jenis investasi tersebut tidak mempunyai karakteristik yang sama, ada investasi yang memberikan return yang tinggi, ada investasi yang mempunyai resiko yang rendah, atau faktor likuiditas yang tinggi dan karakteristik lainnya. Semua karakteristik ini harus dipertimbangkan dan diperbandingkan dengan tingkat pengembalian atau return yang akan di dapat, agar investor dapat mengoptimalkan pilihan investasinya. Dalam kelas aset beresiko, pengalokasian dana ini ditentukan setelah melakukan penyeleksian terhadap sekuritassekuritas aset yang akan dipilih (security selection). Seleksi sekuritas ini merupakan bagian langkah yang terintegrasi dalam strategi diversifikasi portofolio. Salah satu pengembang dari strategi diversifikasi ini adalah Harry M. Markowitz (1952), seorang ekonom ternama peraih nobel (1992) karena teori model seleksi portofolionya, yang juga terkenal dengan kalimatnya Don t put all your eggs in one basket. Maksudnya adalah apabila satu keranjang jatuh, maka hanya telur-telur di dalam keranjang tersebutlah yang pecah, telur-telur di keranjang lain tidak ikut pecah. Kalimat tersebut merupakan pengilustrasian dari tujuan strategi diversifikasi portofolio yaitu mengurangi resiko yang dihadapi dengan cara melakukan penyebaran resiko sehingga pada satu waktu, resiko agregat yang dihadapi relatif lebih rendah dibandingkan apabila resiko tersebut hanya terkonsentrasi pada satu titik saja. Terdapat banyak pilihan untuk melakukan investasi, instrument investasi yang ada diantaranya pasar modal, pasar uang, maupun pasar komoditi. Perlu diketahui bahwa dalam pasar modal, resiko yang harus dihadapi oleh investor terbagi dalam dua bagian yaitu resiko tidak sistematis (unsystematic risk) dan resiko sistematis (systematic risk). Resiko tidak sistematis adalah resiko yang diakibatkan dari internal perusahaan sehingga dikenal pula sebagai firm-specific risk atau unique risk. Resiko ini dapat dieliminasi dengan menggunakan strategi diversifikasi dalam penyusunan portofolio, sehingga resiko ini disebut pula sebagai diversifiable risk. Sedangkan resiko sistematis adalah resiko yang diakibatkan oleh eksternal perusahaan atau dipengaruhi oleh pasar seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar dan tingkat suku bunga (pengaruh makro) sehingga resiko sistematis ini sering pula disebut dengan resiko pasar (market risk). Karena resiko pasar adalah resiko yang dihadapi bersama oleh semua perusahaan, maka resiko ini tidak dapat dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi dalam penyusunan portofolio. Oleh sebab itu resiko ini dikenal pula sebagai nondiversifiable risk. Jadi secara agregat, efek diversifikasi ini tidak bisa menghilangkan resiko yang dihadapi oleh investor karena

4 dibatasi oleh resiko sistematis ini, sehingga hanya bisa menguranginya saja. Penentuan pemilihan instrument investasi tersebut biasanya dilakukan investor dengan mendasarkan pada rate of return yang paling tinggi dan resiko yang dapat diterima atau berdasarkan resiko terendah dengan return tertentu. Terdapat berbagai macam jenis investasi yang diperdagangkan di bursa efek, yang paling diminati dan dikenal oleh masyarakat adalah saham biasa atau common stock. Saham merupakan sertifikat kepemilikan atas perusahaan. Bahkan informasi saham telah dapat diketahui dari media cetak dan elektronik yang meliputi informasi pergerakan harganya hingga rumor-rumor yang beredar. Kelebihan dari investasi pada saham biasa adalah kemampuannya untuk memberikan keuntungan atau rate of return yang tidak terhingga. Hal ini bukan berarti investasi saham biasa dapat menghasilkan keuntungan yang sangat besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar juga, karena dengan laba yang besar itu diharapkan tersedianya dana yang besar untuk dibayarkan sebagai deviden. Disamping mendapat penghasilan dari deviden, pemilik saham juga memiliki kemungkinan mendapatkan penghasilan dari capital gain. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual kembali saham yang lebih besar dibanding dengan harga belinya. Besarnya tingkat keuntungan yang akan diterima oleh para pemegang saham tersebut juga diimbangin dengan tingginya tingkat resiko dari saham biasa. Tingginya tingkat resiko saham berbanding lurus dengan rate of return yang diharapkan, dapat diartikan bahwa semakin tinggi rate of return yang akan diterima suatu investasi, semakin tinggi pula tingkat resiko yang harus ditanggung investor. Resiko adalah ketidakpastian mengenai rate of return di masa depan, ketidakpastian ini dapat dikuantifikasi dengan menggunakan distribusi kemungkinan (probability distributions) (Bodie, Kane, Marcus, 2008, hlm 136). Tingkat resiko ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kondisi politik suatu Negara, kebijakan pemerintah, permasalahan perburuhan, masuknya pesaing baru dan lain-lain. Selain saham, obligasi merupakan alternatif investasi yang banyak dipilih investor dalam beberapa tahun terakhir. Obligasi atau disebut juga Bond adalah surat utang yang dikeluarkan sebuah badan hukum dengan jangka waktu minimum lima tahun yang ditentukan pembayaran bunga (kupon) dan periode pembayaran kuponnya, serta tanggal jatuh temponya. Dengan demikian obligasi merupakan pernyataan hutang sebuah perusahaan yang dijual kepada masyarakat, dan sebagai bukti pembelian masyarakat menerima sertifikat yang menyebutkan nilai yang dipinjam, tingkat bunga yang disepakati, periode pembayaran bunga, dan kesepakatan lainnya. Biasanya obligasi dijual dengan nominal pecahan tertentu (denominasi) minimum Rp. 50 juta dan maksimum Rp. 1 Milyar, obligasi sering juga disebut sekuritas pendapatan tetap (fixed income), karena jumlah dana yang akan dihasilkan setiap tahun telah ditetapkan atau ditentukan ketika dijual. Apapun yang terjadi dan siapapun yang memegang, obligasi akan menghasilkan nilai yang sama. Harga obligasi tergantung dari tingkat bunga kupon dan tingkat bunga yang berlaku. Harga obligasi akan lebih besar dari pokoknya (nominalnya) bila tingkat bunga kupon lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku. Alternatif investasi lain yang banyak dipilih oleh investor adalah emas, masyarakat selama ini memiliki kebiasaan untuk menyimpan kekayaan baik dalam bentuk emas perhiasan maupun emas murni berupa emas batangan. Dengan demikian emas dipilih sebagai alternatif investasi lainnya karena emas merupakan suatu alat penyimpan nilai (store of value) yang mempunyai harga pasar yang jelas dan memiliki likuiditas yang tinggi, karena diperdagangkan secara luas, sehingga mudah diperjualbelikan. Disamping itu juga, masyarakat menggunakan emas sebagai salah satu alat investasi yang dapat diandalkan, dikarenakan kemampuannya memberikan return yang tinggi. Pada umumnya investor akan melakukan ketiga jenis investasi tersebut setelah motif transaksi dan motif berjaga-jaganya terpenuhi. Kelebihan dana yang dimiliki dimanfaatkan untuk melakukan investasi dan atau spekulasi kedalam berbagai instrument investasi yang ada. Menanamkan kelebihan dana yang dimiliki kedalam instrument investasi, tidak terlepas dari tingkat keberanian investor dalam mengambil resiko, semakin berani seorang investor, maka semakin berani pula investor tersebut menanggung resiko yang akan diterimanya. Pemilihan jenis instrument investasi merupakan sesuatu yang sulit dilakukan, hal ini mendorong kebutuhan penelitian obyektif yang semakin dirasakan keperluannya. Dengan demikian diperlukan suatu gambaran bagi para investor untuk memilih secara obyektif instrument investasi yang paling sesuai dan menguntungkan.

5 Dalam menjawab permasalahan yang dihadapi para investor saat ini, maka penulis mencoba melakukan penelitian dalam rangka mengetahui instrumen investasi mana yang memiliki kinerja paling baik diantara investasi pada saham, obligasi, dan emas. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk menganalisis intrumen investasi yang paling menguntungkan diantara ketiga instrument investasi, yaitu investasi pada saham, obligasi, dan emas. Penelitian Terdahulu: 1. Lutfi (2008), melakukan penelitian tentang optimasi risk-return portofolio investasi saham, obligasi, emas, valas, dan deposito menggunakan metode markowitz dan value-at-risk (periode 17 Januari Desember 2008) menjelaskan bahwa konsep diversifikasi dapat menurunkan resiko terbukti dimana semakin banyaknya jumlah aset didalam portofolio maka akan semakin menurunkan unique risk, hal ini terlihat dari standar deviasi portofolio sebesar 26.05% dan berdasarkan beberapa temuan dalam mapping penghitungan risk adjusted return, diketahui bahwa asumsi high risk high return terbukti, yaitu dimana instrument saham yang memiliki expected return 80.64% juga memiliki risiko paling tinggi yaitu sebesar % dan begitu pula sebaliknya pada instrument deposito dimana mempunyai expected return 3.71% dan risiko sebesar 28.82%... METODE PENELITIAN 1. Metode penelitian a. Tahap pertama studi literatur, diambil dari literatur-literatur baik text book maupun jurnal yang membahas mengenai ketiga investasi tersebut b. Tahap kedua pengambilan data, pengumpulan data berdasarkan data sekunder atau data historis, yang diambil dari daftar harga mingguan baik untuk saham, obligasi, dan emas, semua data yang didapat dihimpun dari segala sumber yang dapat memberikan keterangan mengenai ketiga investasi tersebut, baik dari surat kabar, internet, dan lain-lain. 2. Metode analisis data a. Analisis kinerja instrumen investasi yang dilakukan dengan uji annual return. b. Analisis portofolio optimal dilakukan dengan menggunakan model indeks tunggal yaitu indeks treynor, indeks sharpe, dan indeks jensen. HASIL DAN BAHASAN Annual Return Kinerja Saham LQ-45 (Tabel 4.1 Return saham LQ45) Return LQ IHSG BI rate

6 (Gambar 4.1 Grafik Return Saham LQ45) (Tabel 4.2 Standar Deviasi Saham LQ45) standar deviasi LQ IHSG BI rate (Gambar 4.2 Grafik Standar Deviasi Saham LQ45) Berdasarkan gambar di atas: a. Return saham LQ45 selama januari 2010 hingga desember 2012 menunjukkan rata-rata sebesar dengan standar deviasi sebesar b. Return pasar yang merupakan perubahan indeks harga saham gabungan menunjukkan rata-rata return sebesar dengan standar deviasi sebesar c. Sedangkan nilai BI rate diperoleh rata-rata sebesar dengan standar deviasi d. Kenaikan return yang dialami saham LQ45 juga diikuti dengan kenaikan return pasar IHSG e. Penurunan standar deviasi yang dialami saham LQ45 juga diikuti dengan penurunan standar deviasi pasar IHSG f. Sedangkan tingkat suku bunga Bank Indonesia cenderung bertahan dan apabila ada kenaikan ataupun penurunan hal itu sangatlah kecil. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian januari 2010 hingga desember 2012 menunjukkan adanya rata-rata return saham LQ45 serta return pasar IHSG yang cenderung fluktuatif begitupula standar deviasinya, walaupun begitu pergerakan saham LQ45 tetap mengikuti tren pasar IHSG dan hal ini mengindikasikan bahwa saham LQ45 mengalami kenaikan dan penurunan yang sama pada kinerjanya apabila dibandingkan dengan kinerja pasar saham itu sendiri.

7 Kinerja Emas (Logam Mulia) (Tabel 4.3 Return Emas) Return Emas Antam Emas Dunia BI rate (Gambar 4.3 Grafik Return Emas) (Tabel 4.4 Standar Deviasi Emas) Standar deviasi Emas Antam Emas Dunia BI rate (Gambar 4.4 Grafik Standar Deviasi Emas)

8 Berdasarkan gambar tersebut: a. Return Logam Mulia antam selama tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan rata-rata sebesar dengan standar deviasi b. Return Logam Mulia dunia pada periode yang sama menunjukkan rata-rata sebesar dengan standar deviasi sebesar c. Sedangkan nilai suku bunga Bank Indonesia diperoleh rata-rata sebesar dan standar deviasi sebesar d. Kenaikan return emas PT. Antam Tbk juga diikuti dengan kenaikan standar deviasinya e. Penurunan return emas dunia berbanding terbalik dengan standar deviasinya f. Suku bunga Bank Indonesia cenderung mengalami peningkatan dan penurunan kecil untuk setiap tahunnya selama periode penelitian. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian januari 2010 hingga desember 2012 menunjukkan adanya rata-rata return Logam Mulia yang fluktuatif baik yang dikeluarkan oleh PT. Antam Tbk maupun Logam Mulia dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Logam Mulia tidak selalu mengalami kenaikan tetapi juga mengalami penurunan pada kinerjanya dan pergerakan kinerja Logam Mulia tidak selalu mengikuti tren pasarnya. Kinerja Obligasi (Tabel 4.5 Return Obligasi) Return IGBX ICBX BI rate (Gambar 4.5 Grafik Return Obligasi) (Tabel 4.6 Standar Deviasi Obligasi) Std deviasi IGBX ICBX BI rate

9 (Gambar 4.6 Grafik Standar Deviasi Obligasi) Berdasarkan gambar di atas menunjukkan: a. Rata-rata return obligasi pemerintah selama tahun 2010 hingga 2012 sebesar dengan standar deviasi sebesar b. Dengan rata-rata return obligasi gabungan sebesar dan standar deviasinya sebesar c. Serta rata-rata BI rate sebesar d. Fluktuasi return IGBX dan ICBX bergerak bersamaan setiap tahunnya dengan perbedaan yang sedikit e. Fluktuasi Deviasi standar IGBX dan ICBX bergerak beriringan setiap tahunnya dengan perbedaan yang sedikit sekali Berdasarkan data tersebut selama periode penelitian januari 2010 hingga desember 2012 menunjukkan adanya pergerakan fluktuatif pada kinerja obligasi pemerintah yang pergerakannya beriringan dengan pergerakan obligasi gabungan setiap tahunnya. Indeks Sharpe, Treynor, Jensen Indeks Sharpe (Tabel 4.7 Sharpe Measure) sharpe measure Rata-rata LQ Obligasi Emas (Gambar 4.7 Grafik Sharpe Measure)

10 Berdasarkan gambar tersebut: a. Pada tahun 2010 menurut perhitungan metode sharpe obligasi memiliki kinerja paling baik dengan angka sebesar jika dibandingkan dengan saham LQ45 dan emas b. Pada tahun 2011 menurut perhitungan metode sharpe emas memiliki kinerja paling baik dengan angka sebesar jika dibandingkan dengan saham LQ45 dan obligasi c. Pada tahun 2012 menurut perhitungan metode sharpe obligasi memiliki kinerja paling baik dengan angka sebesar jika dibandingkan dengan saham LQ45 dan emas d. Pada tahun 2010 dan 2012 obligasi memiliki perubahan return yang paling besar dikarenakan peningkatan standar deviasi e. Pada tahun 2011 emaslah yang memiliki perubahan return yang paling besar dikarenakan peningkatan stadar deviasi f. Saham LQ45 dapat dibilang sebagai instrumen investasi yang paling stabil jika dibandingkan dengan obligasi dan emas, karena selama periode 2010 hingga 2012 perubahan return yang dialami oleh saham LQ45 tidak lebih besar daripada perubahan yang dialami oleh obligasi dan emas Indeks Treynor (Tabel 4.8 Treynor Measure) Treynor measure Ratarata LQ Obligasi Emas (Gambar 4.8 Grafik Treynor Measure)

11 Berdasarkan gambar tersebut: a. Pada tahun 2010 saham LQ45 memiliki kinerja yang paling besar jika diukur menggunakan metode treynor b. Pada tahun 2011 dan 2012 emaslah yang memiliki kinerja paling besar jika diukur menggunakan metode treynor c. Sepanjang periode penelitian emaslah yang memiliki beta paling kecil diantara saham LQ45 dan obligasi, hal ini menunjukkan bahwa pergerakan kinerja emas selama periode 2010 hingga 2012 memiliki resiko yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan resiko pasarnya sendiri. Berbeda dengan obligasi walaupun kinerjanya tidak berubah terlalu banyak setiap tahunnya tetapi obligasilah yang memiliki resiko paling besar dan mendeketai resiko pasar obligasi itu sendiri. Indeks Jensen (Tabel 4.9 Jensen Measure) Jensen measure Rata-rata LQ Obligasi Emas (Gambar 4.9 Grafik Jensen Measure) Berdasarkan gambar tersebut: a. Pada tahun 2010 dan 2011 emas memiliki kinerja paling baik diantara saham LQ45 dan OBLIGASI jika diukur menggunakan metode jensen b. Pada tahun 2012 obligasi memiliki kinerja paling baik diantara saham LQ45 dan emas jika diukur menggunakan metode jensen c. Selama periode penelitian kinerja saham LQ45 selalu bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa dalam pembentukan portofolio menggunakan indeks saham LQ45 belum semua saham yang terkandung di dalamnya memiliki kinerja yang positif d. Melihat hasil perhitungan di atas, obligasi memiliki kinerja paling stabil selama periode penelitian diantara saham LQ45 dan emas

12 Analisis Kinerja Ketiga Metode (Tabel 4.10 Sharpe, Treynor, Jensen) metode alat investasi Sharpe Treynor Jensen saham emas obligasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Berdasarkan penilaian kinerja instrumen investasi dengan indeks sharpe selama periode 1 januari desember 2012 ( tiga tahun ) didapatkan hasil penelitian bahwa, pada peringkat pertama diduduki oleh obligasi dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,05329, pada peringkat kedua diduduki oleh emas dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,04435, dan pada peringkat terakhir diduduki oleh emas dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0, Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian obligasi adalah investasi yang paling menguntungkan dan saham LQ45 yang paling tidak menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pengertian bahwa instrumen investasi saham adalah jenis instrumen investasi yang memiliki resiko paling besar diantara yang instrumen investasi lainnya. 2. Berdasarkan penilaian kinerja instrument investasi dengan indeks treynor selama periode penelitian 1 januari 2012 hingga 31 desember 2012 ( tiga tahun ) didapatkan hasil penelitian bahwa, emas adalah instrumen investasi yang berada pada peringkat pertama dengan tingkat rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,00227, pada peringkat kedua diduduki oleh saham LQ45 dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,00052, dan pada peringkat terakhir selama periode penelitian diduduki oleh obligasi dengan nilai sebesar 0, Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian emas adalah investasi yang paling menguntungkan, saham LQ45 yang menengah, dan obligasi yang paling tidak menguntungkan diantara ketiga instrumen investasi tersebut. 3. Berdasarkan penilaian kinerja instrumen investasi dengan indeks jensen selama periode penelitian 1 januari 2010 hingga 31 desember 2012 ( tiga tahun ) didapatkan hasil penelitian bahwa, pada peringkat pertama diduduki oleh emas dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,00029, peringkat kedua diduduki oleh obligasi dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,00002, dan pada peringkat terakhir diduduki oleh saham LQ45 dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar -0, Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan menurut metode jensen emas adalah instrumen investasi yang paling baik, obligasi adalah terbaik kedua, dan saham LQ45 yang adalah yang terakhir. 4. Berdasarkan penilaian melalui metode sharpe, treynor, dan jensen dapat ditarik kesimpulan bahwa emas adalah instrumen investasi terbaik selama periode penelitian, hal ini dikarenakan emas memiliki kinerja yang stabil dan dapat memberikan return selama periode penelitian dengan tingkat perbandingan antara return dan resiko yang tidak terlalu besar. Obligasi adalah instrumen investasi terbaik kedua karena pergerakannya yang cukup stabil meskipun resiko investasinya terbilang cukup besar, walaupun begitu instrumen investasi ini terbilang cukup bagus apabila dibandingkan dengan instrumen investasi saham. Terakhir adalah saham LQ45 dengan pergerakan yang tidak stabil dan tidak

13 selalu menghasilkan return yang diharapkan, hal tersebut dikarenakan perbandingan antara tingkat return dan resiko yang besar dan selalu berubah ubah selama periode penelitian.saran Saran Hasil penelitian ini lebih bersifat kondisional baik dalam ruang dan waktu, karena banyak faktor - faktor yang mempengaruhi return dan resiko ketiga instrumen investasi tersebut, oleh karena itu beberapa saran yang dapat diberikan sesuai dengan penelitian ini adalah : Bagi investor : 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi investor yang ingin berinvestasi pada instrumen investasi saham, emas, dan obligasi, namun tidak memberikan jaminan terhadap kinerja dari ketiga instrumen investasi pada periode yang akan datang, tetapi paling tidak konsistensi jangka panjang atas kinerja masa lalu merupakan salah satu petunjuk bagi instrumen investasi tersebut di masa depan, karena kinerja sebuah instrumen investasi di masa lalu dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai bagaimana kinerja instrumen investasi pada masa yang akan datang serta untuk melihat bagaimana potensi instrumen investasi tersebut dalam menghadapi kondisi ekonomi Indonesia maupun secara global. 2. Apabila hasil penelitian tetap konsisten pada masa yang akan datang, maka hendaknya para investor memilih instrumen investasi emas, meskipun instrumen investasi emas memiliki return yang cukup rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya tetapi memiliki tingkat resiko paling kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa emas adalah instrumen investasi yang paling menjanjikan karena kepastiannya mendatangkan return dengan resiko yang rendah selama periode investasinya, namun tidak memberikan jaminan terhadap kinerja dari instrumen investasi tersebut pada periode yang akan datang. Bagi penelitian selanjutnya: 1. Pada penelitian berikutnya sebaiknya dipertimbangkan juga instrumen investasi lainnya seperti reksadana, deposito, valas, properti dan lain sebagainya disamping instrumen investasi saham, emas, dan obligasi untuk lebih mengetahui instrumen investasi mana yang paling menguntungkan. 2. Sebaiknya jangka waktu pengumpulan data tidak hanya selama tiga tahun, namun perlu ditambah lebih lama, agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan valid. REFERENSI Daftar acuan berisi kumpulan buku yang dipakai dalam Penelitian ini Bodie,Z., Kane, A., & Marcus, A. J., (2008), Investments Eight Edition, Jakarta: Salemba Empat Darmadji Tjiptono., Fakhruddin M. H., pasar modal di indonesia jilid tiga, (2011), Jakarta: Salemba Empat. Fabozzi, J.F., 1995, Manajemen Investasi buku satu, diterjemahkan oleh tim penerjemah salemba empat, (2000), Jakarta: Salemba Empat Fabozzi, J.F., 1995, Manajemen Investasi buku dua, diterjemahkan oleh tim penerjemah salemba empat, (2000), Jakarta: Salemba Empat

14 Mariyanto, (2010), Evaluasi Kinerja Portofolio Saham LQ-45Berdasarkan Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen Periode Agustus-Oktober 2009, Skripsi S-1, Jakarta:Universitas Bina Nusantara Reilly, Frank K dan Keith C. Brown. (2009). Analysis of investments and management of portofolio (9th edition). South-Western, United States of America: Cengage Learning Rizki T. L., Optimasi Risk Portofolio Investasi Instrumen Saham, Obligasi, Emas, Valas, Dan Deposito Menggunakan Metode Markowitz Dan Value-At-Risk, Thesis, Universitas Indonesia Sharpe F. W., Alexander J. G., Jeffrey V. B., (2005), Investasi jilid 1, diterjemahkan oleh tim penerjemah PT.Prenhallindo, jakarta: PT.Prenhallindo Website IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency) Website PT. Antam Tbk Website Bloomberg RIWAYAT PENULIS Anindito Putra, lahir di Jakarta pada 26 Agustus Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return) Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan kekuatan ekonomi global di Asia. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang telah menembus angka US$ 1 trilyun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Setiap individu atau badan mempunyai keinginan agar harta yang dimilikinya dapat terus

BAB 2 LANDASAN TEORI. Setiap individu atau badan mempunyai keinginan agar harta yang dimilikinya dapat terus BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Investasi 2. 1. 1. Pengertian Investasi Setiap individu atau badan mempunyai keinginan agar harta yang dimilikinya dapat terus berkembang sehingga dapat digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada. dalam genggaman tangan beberapa orang, namun. informasi di tangan orang banyak- John Naisbitt

Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada. dalam genggaman tangan beberapa orang, namun. informasi di tangan orang banyak- John Naisbitt BAB 1 SMART INVESTING : DONT PUT YOUR EGGS IN ONE BASKET Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, namun informasi di tangan orang banyak- John Naisbitt (Pemimpin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penanaman modal yang dilakukan saat ini dengan harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi menjadi semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan perekonomian secara keseluruhan dapat dilihat melalui perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menurunnya tingkat suku bunga perbankan saat ini, tidak membuat banyak dana deposan yang disimpan di bank semakin hari semakin mengalami peningkatan. Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan cukup signifikan. Hal itu ditunjukan dengan semakin banyak jumlah sekuritas yang diperdagangkan dengan kapitalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL 1 Pertemuan 9 RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL A. Pengertian Return & Resiko Suatu Investasi Seorang investor maupun perusahaan yang melakukan kegiatan investasi selalu dihadapkan pada resiko dan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan dan perekonomian suatu negara. Di dalam pasar modal, kita dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kegiatan investasi saham menarik perhatian masyarakat dan diminati oleh usahawan dikarenakan adanya kebutuhan yang direncanakan untuk masa depan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek dan saham. Fungsi dari bursa efek di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut.

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD RISIKO Perhitungan risiko digunakan untuk melengkapi perhitungan tingkat return

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang seperti saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen

I. PENDAHULUAN. panjang seperti saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan wadah yang memberikan peluang pada investor untuk melakukan investasi dengan memperjualbelikan instrumen keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi,

Lebih terperinci

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan 1 Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah : Manajemen Investasi Dikompilasi oleh : Nila Firdausi Nuzula, PhD Program Studi : Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya RETURNS Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

Rikas Dwi Cahyo¹. ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom

Rikas Dwi Cahyo¹. ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2010 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL YANG DIBENTUK OLEH SINGLE INDEX MODEL DAN ROYS CRITERION (STUDI KASUS SAHAM- SAHAM LQ45 PERIODE FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure,

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure, Abstract Indonesian capital market is one of promising investment destination in the economic deceleration and global market weaking. The stock price in the capital market always fluctuate and only the

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dilakukan oleh para pemilik dana, yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu. Pemilik dana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) mula-mula adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952). Secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fiskal dan moneter (Fahmi, 2013). Pasar modal menjalankan dua fungsi utama, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global saat ini telah mendorong para investor untuk berinvestasi di pasar modal. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan Portofolio Optimal Terhadap Perusahaan Sektor Perbankan Nama : Bayu Mayura Pridatama NPM : 10208239 Fak/Jur : Ekonomi - Manajemen / S1 Pembimbing :

Lebih terperinci

Stock Portfolio Performance Analysis in Estate Crop Subsector Using Sharpe Measure, Treynor Measure, and Jensen Measure

Stock Portfolio Performance Analysis in Estate Crop Subsector Using Sharpe Measure, Treynor Measure, and Jensen Measure Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6, No.3, Juli 2012 ISSN No. 1978-6034 Stock Portfolio Performance Analysis in Estate Crop Subsector Using Sharpe Measure, Treynor Measure, and Jensen Measure Analisis Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Setiap investor atau orang yang melakukan investasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lunak seperti internet kedua belah pihak sudah menyetujuinya.

BAB I PENDAHULUAN. lunak seperti internet kedua belah pihak sudah menyetujuinya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menurut Irham, Fahmi (2011) Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat telah menyebabkan ilmu investasi ikut mengalami perubahan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baik negara sedang berkembang, negara emerging market dan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Baik negara sedang berkembang, negara emerging market dan negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara tak lepas dari peran penting kegiatan investasi. Dewasa ini investasi telah menjadi salah satu faktor penting dan sangat

Lebih terperinci

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan perekonomian suatu negara, perlu dibangun dan dikembangkan. Pembangunan suatu Negara membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan dalam berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Investasi merupakan hal yang sangat menarik untuk dilakukan. Tujuan investor dalam melakukan investasi adalah memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Investasi merupakan usaha investor untuk mendapatkan hasil yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Investasi merupakan usaha investor untuk mendapatkan hasil yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan usaha investor untuk mendapatkan hasil yang akan dikonsumsi di masa depan. Investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi tentunya

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melakukan investasi. Investasi pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, dan tujuan yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money

BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi berkaitan dengan Penanaman dana yang dilakukan suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah disamping mengarahkan dana dari masyarakat agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah disamping mengarahkan dana dari masyarakat agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Tujuan pasar modal di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat memahami konsep dasar investasi, lingkungan investasi, dan peranan pasar modal terhadap investor dan perusahaan yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2001). Seorang investor apabila ingin berinvestasi akan

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2001). Seorang investor apabila ingin berinvestasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

Meet 2. Definisi & Pengertian

Meet 2. Definisi & Pengertian Meet 2 Definisi & Pengertian Donald E. Fischer & Ronald J. Jordan (Security Analysis and Portofolio Management) : An Investment is a commitment of funds made in the expectation of some positive rate of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan

PENDAHULUAN. penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan bentuk penanaman modal atau suatu kegiatan penempatan dana pada aset produktif dengan harapan akan mendapatkan keuntungan kelak. Investasi pada saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi yang diserahkan oleh investor sedangkan risiko adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam teori investasi dikatakan bahwa setiap sekuritas akan menghasilkan return dan risiko. Return merupakan tingkat pengembalian dari nilai investasi yang diserahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang dikutip dari situs http://bisniskeuangan.kompas.com, bahwa para investor Indonesia mulai tertarik untuk melakukan investasi dalam bentuk saham berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 RKAP PT ASURANSI JASINDO 2003 2007 Di bawah ini adalah Tabel IV.1 yang berisikan nilai nilai RKAP dari PT. Asuransi Jasindo selama tahun 2003 hingga tahun 2007.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dinilai baik apabila memiliki tingkat pengembalian yang baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. investasi dinilai baik apabila memiliki tingkat pengembalian yang baik pada tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko dan Pengembalian (Return) dari sebuah investasi adalah 2 indikator yang paling umum digunakan dalam mengukur kinerja dari sebuah investasi. Sebuah investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN MODEL BLACK LITTERMAN (Studi Kasus: Saham-Saham yang Tergabung dalam Indeks BISNIS-27 Periode 2010-2014) SKRIPSI Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memainkan peran yang strategis dan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, pasar modal yang berkembang sangat baik akan memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Menurut Undang-

II. LANDASAN TEORI. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Menurut Undang- 9 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal Indonesia Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi. Hal ini membuktikan

Lebih terperinci