PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT"

Transkripsi

1 PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT Elis Kartika, Arzita, Wilma Yunita dan Gusniwati Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Desa Mujahirin adalah salah satu desa di Kecamatan Jaluko yang mempunyai areal perkebunan karet rakyat yang sangat luas, namun sebagian besar adalah pohon karet tua. Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Muhajirin sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan hidup kepada kebun karet rakyat yang sudah tua dan kurang produktif karena banyak terserang penyakit terutama Jamur Akar Putih (JAP). JAP ini dapat menurunkan produksi karet secara drastis. Petani di Desa Muhajirin menggunakan pestisida sintetik untuk mengatasi JAP dan pemupukan menggunakan pupuk anorganik. Dengan meningkatnya harga pestisida sintetik dan pupuk anorganik serta semakin luasnya serangan penyakit, dan juga harga pupuk yang mahal serta ketersediaannya tidak teratur menyebabkan petani enggan untuk menyemprot dan memupuk sehingga produksi karet semakin menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan bimbingan, penyuluhan dan demplot untuk mengatasi masalah-masalah penyakit jamur akar putih pada karet, dimulai dari pembibitan.serta mengurangi ketergantungan pestisida sintetik dan pupuk anorganik di pasaran. Metoda pendekatan yang dilakukan adalah melalui bimbingan, penyuluhan dan demonstrasi plot (demplot). Hasil pengabdian menunjukkan bahwa respon dari mitra sangat positif, di mana mitra memberikan antusias dan mau menerima inovasi teknologi yang diberikan serta memiliki minat yang tinggi dan bersedia untuk menerapkan teknologi yang diberikan dan akan terus melanjutkan semua kegiatan kegiatan nyang sudah diberikan selama pengabdian ini berlangsung. Lebih dari 70% anggota petani karet Sukamaju I dan II di Desa Muhajirin mengikuti semua kegiatan pengabdian. Kata Kunci : Trichokompos, Jamur Akar Putih, Mikoriza, Trichoderma PENDAHULUAN Desa Muhajirin adalah salah satu Desa di Kecamatan Jambi Luar Kota, berada pada posisi jalan alternatif menuju Kabupaten Batanghari dan merupakan daerah ekstransmigrasi yakni PIR NES II Bajubang, dengan luas wilayah Ha, jumlah Kepala Keluarga 808 dengan jumlah penduduk Jiwa, yang terdiri dari 3 Dusun, yakni Dusun Sinar Harapan, 4 Dusun Suka Rame dan Dusun Suka Makmur, terdapat 21 RT dan 10 RW. Perkembangan Penduduk pertahun adalah 1 %. Mayoritas Penduduknya bermata pencaharian sebagai Petani dengan komoditas utama adalah karet (80 persen). Masyarakat di Desa Muhajirin adalah masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai suku, Jambi, Jawa dan Medan. Hal ini merupakan suatu dinamika dalam masyarakat untuk dapat lebih maju lagi. Di Desa Muhajirin terdapat 15 Kelompok Tani, pada umumnya adalah kelompok Tani Karet Rakyat, ada yang campuran Karet dan Perikanan. Yang terpilih menjadi mitra adalah Kelompok Tani Suka Maju I dan Suka Maju II, pemilihan ini didasarkan karena semua anggotanya adalah petani karet rakyat. Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Muhajirin sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan hidup kepada kebun karet rakyat yang sudah tua, kurang produktif karena banyak terserang penyakit terutama Jamur Akar Putih. Jamur akar putih ini dapat menurunkan produksi karet karena berkurangnya getah karet pada alur sadapan karena akar pohon sudah tidak maksimal untuk menyerap zat hara dari dalam tanah. Lama-kelamaan pembusukan pada akar sampai pangkal batang. Jika seluruh akar batang sudah terserang maka pohon tersebut akan roboh dengan sendirinya secara bergantian. Keadaan ini akan menurunkan hasil karet secara drastis. Sebagian besar petani Penerapan Teknologi Mikrotriderm Berbasis 3 in 1 Dalam Pembibitan Karer Rakyat 54

2 kurang memperhatikan adanya penyakit jamur akar tersebut, karena tidak mengetahui bagaimana caranya. Keadaan ini lama-kelamaan menyebabkan meningkatnya tanaman karet yang terserang jamur akar putih, situasi ini menjadi lebih buruk karena tanaman kurang dipupuk. Petani hanya menggunakan pupuk kandang ayam dan kotoran sapi seadanya. Keadaan ini menyebabkan rendahnya produksi tanaman. Peremajaan tanaman sudah dilakukan namun terkendala oleh jamur akar putih Petani mengatasi penyakit ini dengan penggunaan pestisida sintetik Bayleton. Dengan meningkatnya harga pestisida sintetik dan semakin luasnya serangan 5 penyakit ini menyebabkan petani akhirnya tidak menyemprot tanaman karet yang terserang dan hanya membiarkan saja. Pemupukan pada tanaman karet dilakukan dengan menggunakan pupuk sintetik. Dengan menurunnya produksi maka kemampuan petani untuk membeli pupuk semakin kurang. Selain hal tersebut juga karena harga pupuk yang mahal dan ketersediannya tidak teratur. Keberadaan pupuk di pasaran sulit diperoleh, harus melalui GAPOKTAN dan sangat dibatasi, pada waktu tertentu terutama bulan Maret sampai Mei, suplai pupuk mulai tidak teratur, akibatnya petani tidak memberi pupuk. Sebagian besar petani kurang memperhatikan adanya penyakit jamur akar tersebut, karena tidak mengetahui bagaimana caranya. Keadaan ini lamakelamaan menyebabkan meningkatnya tanaman karet yang terserang jamur akar putih, situasi ini menjadi lebih buruk karena tanaman kurang dipupuk. Petani hanya menggunakan pupuk kandang ayam dan kotoran sapi seadanya. Keadaan ini menyebabkan rendahnya produksi tanaman. Peremajaan tanaman sudah dilakukan namun terkendala oleh jamur akar putih. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan bimbingan, penyuluhan dan demplot untuk mengatasi masalahmasalah penyakit jamur akar putih pada karet, dimulai dari pembibitan serta ketergantungan pada ketersediaan pupuk dan pestisida anorganik di pasaran. Tujuan dari pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani melalui pendampingan, penyuluhan dan demonstrasi teknologi Mikotriderm, dan bibit karet 3 in1 supaya dapat mengantisipasi penyakit JAP sejak di pembibitan sehingga dapat meingkatkan perekonomian petani karet di Desa Muhajirin. METODE PELAKSANAAN 1. Persiapan. Persiapan program dilakukan selama empat minggu. Proses persiapan meliputi administrasi dan surat-menyurat ke desa, persiapan alat dan bahan serta tempat untuk melakukan demonstrasi dan pembentukan panitia pelaksana program. 2. Pelaksanaan Program. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah pendidikan kepada masyarakat melalui: 1. Mengadakan ceramah tentang Teknologi MIKOTRIDERM, yaitu inovasi baru, yang memanfaatkan perananan mikroorganime dan ekstrak tanaman. Mikroorganisme yang digunakan berperan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit ( induksi ketahanan) dan produktivitas tanaman. Mikoriza dapat digunakan sebagai komponen pengendali hayati, yang diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman. Akar tanaman yang mengandung mikoriza dapat terhindar dari serangan hama dan patogen akar. Infeksi penyakit akan terhambat karena mikoriza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen. Penerapan Teknologi Mikrotriderm Berbasis 3 in 1 Dalam Pembibitan Karer Rakyat 55

3 Mikotriderm mengandung Cendawan Mikoriza Arbuskullar ( CMA) dan Trichoderma sp. Trichoderma berfungsi sebagai biodekomposer (Trichokompos) dan biofungisida. 2. Mengadakan penyuluhan dan demontrasi cara perbanyakan mikoriza dan biodekomposer Trichoderma sp. 3. Mengadakan penyuluhan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi tentang cara mempersiapkan bibit karet 3 in 1, yaitu bibit karet dengan akar tungang tiga. 4. Mengadakan diskusi dan tanya jawab tentang materi yang diberikan. 5. Demonstrasi dilakukan untuk setiap petani yang mengikuti penyuluhan tentang cara memperbanyak Mikoriza yang berasal dari mikofer sebagai starter. 6. Pemantauan secara berkala, dengan site visited ke lokasi demplot setiap dua minggu sekali. - Kontribusi Partisipasi Mitra 1. Mengumpulkan seluruh anggota Kelompok Tani Suka Maju I dari Dusun Sinar Harapan dan Kelompok Tani Suka Maju II dari Dusun Suka Rame. 2. Mempersiapkan tempat untuk bimbingan dan penyuluhan (bisa bersamaan dengan DEMPLOT) 3. Mempersiapkan lahan untuk demonstrasi plot. 4. Mempersiapkan bahan dan peralatan untuk demonstrasi. - Keterkaitan Kegiatan ini ikut mendukung ; - Dalam merealisasikan RPJM Kabupaten Muaro Jambi, untuk mendukung kegiatan Bina Kelompok Tani/ Karang Taruna agar mandiri dalam berusaha tani. - Merealisasikan Program Dinas Perkebunan dalam Program Peningkatan hasil tanaman Perkebunan - Merealisasikan program Dinas Tanaman Perkebunan dalam penerapan Teknologi Mikotriderm untuk mengatasi Jamur akar putih. - Rancangan Evaluasi - Evaluasi dilakukan sejak awal kegiatan, kriteria evaluasi adalah jumlah kehadiran dan persentase keaktifan petani pada waktu ceramah, diskusi, demonstrasi, mau menerapkan di pembibitan karet mereka, tetap melanjutkan perbanyakan CMA dan Trichoderma sp. dan menerapkan di pembibitan karet. - Indikator pencapaian tujuan adalah: Hadir ketika ceramah dan demostrasi dilaksanakan. Aktif atau tidak aktifnya setiap petani ketika berdiskusi dan tanya jawab. Petani mau mempersiapkan tempat, alat, bahan, untuk perbanyakan CMA dan membuat pupuk Trichokompos. Setiap petani mau mencoba sendiri melakukan teknologi yang diajarkan. Hadir dan aktif pada waktu demonstrasi di lapangan. Memelihara kelanjutan setiap kegiatan sampai siap digunakan. Bersedia untuk melakukan peyusuan sendiri sampai berhasil memperoleh bibit karet dengan akar tunggang tiga. Tolak ukur dari keberhasilan penerapan IPTEKS adalah 70 persen dari jumlah peserta hadir dan mau aktif dari awal kegiatan yaitu dari penyuluhan dalam bentuk ceramah sampai demonstrasi dan tetap memelihara kegiatan sampai selesai, dan melanjutkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Penerapan Teknologi Mikrotriderm Berbasis 3 in 1 Dalam Pembibitan Karer Rakyat 56

4 Kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksankan selama pengabdian di Desa Muhajirin ini adalah sebagai berikut : 1. Penyuluhan tentang perbanyakan mikoriza dan pupuk padat Trikokompos serta mikotriderm. 2. Penyiapan bibit karet 3. Demplot dan pelatihan pembuatan Trichokompos 4. Pembuatan pupuk cair 5. Demplot dan perbanyakan mikoriza 6. Penyuluhan tentang pembuatan dan perbanyakan Trichderma sp 7. Demplot dan pelatihan perbanyakan Trichderma sp. 8. Pemeliharaan bibit karet dan mikoriza 9. Penyuluhan tentang penyusuan dengan sistem 3 in Demplot Penyusuan Respon Kelompok Sasaran Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Tani Sukamaju I dan II di Desa Muhajirin sangat menyambut positif kegiatan-kegiatan yang ada pada program pengabdian Ipteks bagi Masyarakat ini. Selama ini perekonomian masyarakat Desa Muhajirin sangat kecil dan sangat tergantung pad hasil kebun karet rakyat yang sudah tua dan kurang produktif karena banyak terserang penyakit terutama Jamur Akar Putih. Jamur akar putih ini dapat menurunkan produksi karet secara drastis. Jamur akar putih (JAP) disebabkan oleh Rigidoporous microporus merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang tanaman karet di desa ini. Penyakit JAP bukan hanya menyerang tanaman muda tetapi juga tanaman yang sudah mulai menua. Infeksi penyakit akar putih terjadi karena persinggungan akar sehat dengan sisa-sisa akar tanaman lama yang mengandung spora cendawan ini. Penyebarannya bisa dengan bantuan angin yang menerbangkan spora ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa tanaman yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul ini jamur menjalar ke akar dan akhirnya menginfeksi akar tanaman yang sehat di sekitarnya. Selama ini petani di Desa ini menggunakan Bayleton untuk mengatasi JAP, dan dengan meningkatnya harga pestisida sintetik dan semakin luasnya serangan 5 penyakit ini menyebabkan petani akhirnya tidak menyemprot tanaman karet yang terserang dan hanya membiarkan saja. Pemupukan pada tanaman karet dilakukan dengan menggunakan pupuk sintetik. Dengan menurunnya produksi maka kemampuan petani untuk membeli pupuk semakin kurang. Selain hal tersebut juga karena harga pupuk yang mahal dan ketersediannya tidak teratur. Keberadaan pupuk di pasaran sulit diperoleh, harus melalui GAPOKTAN dan sangat dibatasi, pada waktu tertentu terutama bulan Maret sampai Mei, suplai pupuk mulai tidak teratur, akibatnya petani tidak memberi pupuk. Dengan adanya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini mulai ada kesadaran dari anggota kelompok untuk ikut berpatisipasi terhadap program yang diberikan. Lebih dari 70% anggota kelompok tani mengikuti kegiatan ini dari awal hingga selesai, bahkan mereka berjanji akan terus melanjutkan kegiatan ini. Para petani begitu antusias mengikuti dan melaksanakan semua kegiatan yang diberikan. Mereka yakin dengan mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan pengabdian ini, mereka akan dapat mengatasi penyakit JAP dan juga dapat memproduksi sendiri pestisida organik, pupuk padat dan cair Trichokompos, mikoriza serta bibit unggul hasil okulasi yang memiliki akar tunggang tiga. Para petani yakin bahwa jika kegiatan ini terus dilaksanakan akan dapat mengatasi kesulitan yang selama ini mereka hadapi yaitu penyakit JAP, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produksi lateks. Jika produksi lateks sudah meningkat maka secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian mereka. Penerapan Teknologi Mikrotriderm Berbasis 3 in 1 Dalam Pembibitan Karer Rakyat 57

5 Daya Terima Masyarakat Terhadap Inovasi Baru Dalam menerima inovasi baru, petani karet Desa Muhajirin telah dapat menerapkan teknologi yang diberikan berupa teknologi perbanyakan mikoriza, pupuk padat dan cair Trikokompos, pembuatan bibit karet berakar tunggang melalui teknologi penyusuan, dan pengokulasian bibit karet. Hampir 90% petani karet mulai menerapkan semua kegiatan yang diberikan. Kemampuan Petani Karet dalam Menerapkan Teknologi yang Diberikan Petani karet mempunyai kemampuan (90%) dalam menerapkan teknologi yang diberikan. Petani karet terpilih merupakan petani yang ulet dan bersedia menerima dan menerapkan inovasi-inovasi baru. Hal ini dibuktikan dengan mulai mencoba menerapkan teknologi yang diberikan di rumahnya masing-masing. Peluang Peningkatan Pendapatan Peluang peningkatan pendapatan petani karet cukup tinggi dengan dihasilkan pupuk padat dan cair organik, pertisida organik dan mikoriza serta bibit karet unggul hasil okulasi, sehingga para petani dapat mengatasi penyakit JAP dengan pestisida dan pupuk organik buatan sendiri. Dengan pemakaian pestisida dan pupuk organik tersebut secara kontinyu, maka diharapkan produksi lateks akan meningkat dan para petani karet akan dapat meningkatkan pendapatannya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya. petani karet Sukamaju I dan II di Desa Muhajirin mengikuti semua kegiatan pengabdian. Saran Dalam kegiatan pelaksanaan program berikutnya, sebaiknya dilanjutkan dan diteruskan kegiatan pengembangan dan pembinaan kepada kelopmpok petani karett yang sudah mulai berkembang, sehingga tercipta program yang berkelanjutan dan terarah yang dibina oleh LPM UNJA. DAFTAR PUSTAKA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Pemanfaatan Trichokompos pada Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jambi. Bapeda Kabupaten Muaro Jambi Laporan Tahunan Kabupaten Maro Jambi tahun BPS Kabupaten Muaro Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi Data Base Potensi Produksi Pertanian (Statistik Pertanian. Distankannak Muaro Jambi). Yovita Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Respon dari mitra sangat positif, di mana mitra memberikan antusias dan mau menerima inovasi teknologi yang diberikan serta memiliki minat yang tinggi dan bersedia untuk menerapkan teknologi yang diberikan dan akan terus melanjutkan semua kegiatan kegiatan nyang sudah diberikan selama pengabdian ini berlangsung. Lebih dari 70% anggota Penerapan Teknologi Mikrotriderm Berbasis 3 in 1 Dalam Pembibitan Karer Rakyat 58

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN LIMBAH DRUM CAT MENJADI DEKOMPOSTER SISTEM KIPAS SEBAGAI TEKNOLOGI UNTUK MENGOLAH LIMBAH PERTANIAN 1 Elis Kartika, Made Deviani Duaja, Lizawati, Gusniwati and Arzita 2 ABSTRAK Tujuan dari penyuluhan

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 2 April Juni 2015

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 2 April Juni 2015 IbM KELOMPOK TANI KARET Penerapan Teknologi Pengendalian Terpadu Penyakit Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet Di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Neliyati, Gusniwati, Lizawati dan

Lebih terperinci

IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM

IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM IbM KELOMPOK PKK DUSUN SUKAREJO DAN DUSUN KARANGHARJO DALAM PEMANFAATAN PEKARANGAN DENGAN INTRODUKSI PADI METODE SRI DI POT BERBASIS MOL PUEYEM Lizawati, Elis Kartika dan Buhaira Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota

Lebih terperinci

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT.

BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI DUSUN SIDODADI DAN DUSUN SUKA MAJU DENGAN MENGGUNAKAN KOMPOS BERBASIS MOL REBUNGCOT. Gusniwati dan Dedy Antoni Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI

INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI Yurleni Fakultas Peternakan Universitas Jambi Email: yurleni@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay.    ABSTRAK PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN:

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 55 Tahun 2013, ISSN: PEMANFAATAN PEKARANGAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN JAHE MERAH UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA PETANI DI KELURAHAN TALANG BABAT KECAMATAN MUARA SABAK BARAT KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR 1 Madyawati Latief,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember Peneliti Ringkasan Eksekutif Ir. Abdul Majid, MP HPT/FAPERTA Universitas Jember majidhpt@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

I b M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT DESA SIDO MULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

I b M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT DESA SIDO MULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, P-ISSN: 2503-1031, E-ISSN: 2503-1112 I b M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT DESA SIDO MULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Dyah Nuning Erawati

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS TRIKOLIMTAN DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS TRIKOLIMTAN DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI 1 13 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK BERBASIS TRIKOLIMTAN DI KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI 1 (Suandi, Jasminarni, Trias Novita, Evita) 2 dan Suryono 3 ABSTRAK Tujuan kegiatan

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik Oleh : Isroi Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern. Pertanian organik mengandalkan

Lebih terperinci

IbM KELOMPOK PETANI PADI DI KECAMATAN SAKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI DALAM UPAYA MENUJU PERTANIAN ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN

IbM KELOMPOK PETANI PADI DI KECAMATAN SAKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI DALAM UPAYA MENUJU PERTANIAN ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN IbM KELOMPOK PETANI PADI DI KECAMATAN SAKERNAN KABUPATEN MUARO JAMBI DALAM UPAYA MENUJU PERTANIAN ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN Zurhalena, Heri Junedi dan Yulfita Farni Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2

PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2 PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN LINGKAR SELATAN KOTA JAMBI 1 Novalina, Zulkarnain, Wilma Yunita dan Yusnaini 2 ABSTRAK Sebagian petani telah memiliki motivasi untuk menerapkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK DAN PENGENDALI HAYATI HAMA TANAMAN KELAPA RAKYAT DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER 1)

PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK DAN PENGENDALI HAYATI HAMA TANAMAN KELAPA RAKYAT DI KECAMATAN WULUHAN KABUPATEN JEMBER 1) Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, Vol. 1, No. 1, Juni 2016, P-ISSN: 2503-1031, E-ISSN: 2503-1112 PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK DAN PENGENDALI HAYATI HAMA TANAMAN KELAPA RAKYAT DI KECAMATAN WULUHAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP GAMBARAN UMUM Tanamankaret(Haveabrasiliensis) merupakan salah

Lebih terperinci

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan. Produk Kami: Teknologi Bio-Triba, Bio-Fob, & Mitol 20 Ec Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan. A. Bio TRIBA Teknologi ini adalah hasil penemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 Fax. (4238210) PROBOLINGGO 67271 POTENSI JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LANAS DI PEMBIBITAN TEMBAKAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali, Yulian Junaidi, Henny Malini Dosen Fakutas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA DEMPLOT SAYURAN ORGANIK DI KELURAHAN TALANG KERAMAT KABUPATEN BANYUASIN M.Yazid, Nukmal Hakim, Guntur M.Ali,

Lebih terperinci

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN AIR BERSIH DI DESA RANTAU KARYA DAN KOTA BARU (Made Deviani Duaja, Elis Kartika, Gusniwati) dan Johannes Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Staf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tanaman karet merupakan salah satu komoditas pertanian penting untuk perkebunan Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena Latar Belakang Permasalahan lahan kritis di Indonesia semakin besar dengan semakin meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena pemanfaatannya yang melebihi kapasitasnya.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA PENDAHULUAN Petani pakai pupuk kimia Tekstur & struktur tanah ( sulit diolah & asam) Mobilisasi unsur hara Suplai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. Berdasarkan luas pertanaman, kacang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. Refliaty dan Endriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan di Indonesia secara tidak langsung sering digunakan sebagai media penanaman tanam pangan, karena lahan yang sebagian besar adalah tanah, mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Resona Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol. 1, No. 1 (2017) 1-5 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/index

Lebih terperinci

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2 8 PENERAPAN POLA USAHA TANI TERINTEGRASI TRIBIONIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI 1 Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2 ABSTRAK Pemeliharaan ternak sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet) Karet memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas ini merupakan salah satu penghasil devisa utama dari sektor perkebunan dengan nilai ekspor sekitar US$ 11.8 milyar pada tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dalam produksi semai di daerah-daerah tropis telah banyak diketahui dan diuji. Diantara jenis pohon yang diuji, sebagian besar adalah

Lebih terperinci

Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat

Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat (1 Uswatun Hasanah, 2 Murniaty Simorangkir, 3 Indra Masmur, 4 Sajaratud Dur dan, 5 Elvri Melliaty Sitinjak) Abstrak

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sludge Hasil Samping Instalasi Biogas Kotoran Sapi Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif berdampak pada permasalahan limbah, baik yang berupa limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Politeknik Pertanian Negeri Kupang e-mail: anggarini.foenay@gmail.com, indahkoni@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanaman yang dilakukan berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan penduduk yang besar. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk akan berakibat meningkatnya kebutuhan akan pangan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang

Lebih terperinci

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Agrium ISSN 082-1077(Print) ISSN 2442-7306 (Online) April 2017 Volume 20 No. 3 PEMBERIAN MIKORIZA DAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays) Erlita 1 dan Farida Hariani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman I. PENDAFIULUAN 1.1. Latar Bclakang Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan devisa negara dari sektor non migas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak awal pembangunan peranan sektor pertanian dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sejak awal pembangunan peranan sektor pertanian dalam pembangunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal pembangunan peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB oleh : Bayu Widhayasa 0910480026 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

Lebih terperinci

Produk original : PT. AMBAGIRI NUSANTARA

Produk original : PT. AMBAGIRI NUSANTARA - Memperbaiki struktur tanah dan PH tanah - Mempercepat proses penguraian/decomposisi bahan-bahan organik di tanah untuk menghasilkan unsur hara yang siap diserap oleh akar - Mengefektifkan penguraian

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG Ferdinan S. Suek, Melkianus D. S. Randu Program Studi Produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

Berburu Kwangwung Di Sarangnya

Berburu Kwangwung Di Sarangnya PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 Berburu Kwangwung Di Sarangnya Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Sudah puluhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah di Indonesia, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok tetapi hampir selalu

Lebih terperinci

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 1 No. 2 Tahun 2016

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 1 No. 2 Tahun 2016 OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN TIDUR DI MUSIM KEMARAU UNTUK USAHA TANAMAN PERTANIAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGAIRAN DALAM JUMLAH TERBATAS DAN PUPUK DARI FECES SAPI Johanis A. Jermias 1) dan Max A. J. Supit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia, karena merupakan salah satu produk non migas yang menjadi sumber pemasukan devisa negara dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING

KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING KEMAMPUAN ANGGOTA KELOMPOK TANI DALAM PEMANFAATAN SARANA PRODUKSI PADA USAHATANI BELIMBING Diarsi Eka Yani 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas MIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia Email:

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

Logista Vol. 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN:

Logista Vol. 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN: Logista Vol. 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN: 2579-6283 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN Trichoderma sp SEBAGAI DEKOMPOSER LIMBAH SERASAH KARET

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan komoditas perkebunan. Hal ini didukung dengan keadaan iklim dan tanah di Indonesia yang sesuai dengan syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

JAP PADA TANAMAN KARET

JAP PADA TANAMAN KARET JAP PADA TANAMAN KARET Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906. Tanaman karet dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1 Program Berdasarkan masalah yang diprioritaskan untuk diselesaikan dalam pen keluarga prasejahtera ini, adapun realisasi kegiatan pemecahan masalah yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang

Lebih terperinci

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK

SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK SYLABUS MATA KULIAH PERTANIAN ORGANIK I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Dasar Pertanian Organik 1.2. Kegunaan Budi Daya Organik II. PUPUK ORGANIK 2.1. Pupuk Organik 2.1.1. Karakteristik Umum Pupuk Organik

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik Murniaty Simorangkir Ratih Baiduri Idramsa Abstrak Program tanaman organik adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BOKS 1 PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH I. PENDAHULUAN Komoditas karet memegang peranan utama dalam perekonomian masyarakat di semua kabupaten

Lebih terperinci

IbM BAGI KELOMPOK WANITA TANI MELALUI PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

IbM BAGI KELOMPOK WANITA TANI MELALUI PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN IbM BAGI KELOMPOK WANITA TANI MELALUI PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Kustiawati Ningsih, SP., MP. 1), Halimatus Sakdiyah, MM. 2), dan Lia Kristiana, SP., MP. 3) 1 Dosen Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEMBINAAN PETANI DAN PETERNAK MELALUI TEKNIK PENGEMBANGAN TANAMAN SORGUM. Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PEMBINAAN PETANI DAN PETERNAK MELALUI TEKNIK PENGEMBANGAN TANAMAN SORGUM. Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2 PEMBINAAN PETANI DAN PETERNAK MELALUI TEKNIK PENGEMBANGAN TANAMAN SORGUM Asniwita 1, Mapegau 1 dan Yurleni 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2 Fakultas Peternakan Universitas Jambi e-mail: asniwita@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang semakin bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh

Lebih terperinci

Bagan Penelitian BI CI CII DIII

Bagan Penelitian BI CI CII DIII Lampiran. Bagan Penelitian di Areal TOT Bagan Penelitian U FI AI BI BII AII FIII CI EIII EI CII DII EII FII DI DIII CIII BIII AIII Lampiran. Jadwal Penelitian Jenis Kegiatan Survei Lapangan Penandaan unit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADA DESA BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN Wahyuning K. Sejati dan Herman Supriadi PENDAHULUAN Kelembagaan merupakan organisasi atau kaidah baik formal maupun informal yang mengatur

Lebih terperinci