BAB I PENDAHULUAN. sumber hukum yang paling utama dalam masalah pokok-pokok syariat dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sumber hukum yang paling utama dalam masalah pokok-pokok syariat dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pokok asasi bagi syariat Islam dan sebagai sumber hukum yang paling utama dalam masalah pokok-pokok syariat dan cabang-cabangnya. 1 Allah menerangkan kaidah-kaidah syaria at dan hukumhukumnya yang tidak berubah-ubah karena perubahan masa dan tempat, mencakup segenap manusia yang tidak terbatas untuk suatu golongan atau bangsa saja. Berbagai aspek kehidupan manusia diatur di dalamnya; baik mengenai urusan akhirat maupun urusan dunia. Di dalam penjelasannya terkadang bersifat mujmal dan terkadang berifat mufashshal. 2 Di antara aspek yang disinggung di dalamnya ialah syura (musyawarah). Syura sudah dikenal oleh masyarakat Arab jahiliyah sejak sebelum bi tsah Rasulullah saw. Pada saat itu, mereka mempunyai sebuah forum musyawarah yang diselenggarakan di rumah Qusay ibn Kilab yang disebut Dar al-nadwah, yang dihadiri para pembesar dan orang-orang yang dianggap sebagai orang yang bijak dan berpengaruh. Dalam forum tersebut dibicarakan 1 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- Qur an dan Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm Ibid., hlm

2 2 pelbagai persoalan yang ada di dalam masyarakat waktu itu, termasuk masalah pemilihan pemimpin. 3 Setelah masa kenabian, syura juga menjadi suatu kebutuhan yang sangat urgen. Bahkan musyawarah merupakan perintah dari Allah kepada Rasulullah dan para sahabatnya. Allah berfirman, Wa syaawirhum fil amri. 4 Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk bermusyawarah dengan para sahabatnya agar mereka senantiasa mengikuti jejak beliau untuk bermusyawarah dan agar musyawarah menjadi sunnah bagi umatnya. 5 Pengertian syura dewasa ini seringkali dikaitkan dengan sistem demokrasi dan parlementer. Dawam Rahardjo, dalam ensiklopedi al-qur an memandang bahwa syura merupakan suatu forum, di mana setiap orang mempunyai kemungkinan untuk terlibat dalam urun rembug, tukar pikiran, membentuk pendapat dan memecahkan suatu persoalan bersama atau musyawarah, baik masalah-masalah yang menyangkut kepentingan maupun nasib anggota masyarakat yang bersangkutan. Menurutnya juga, penafsiran terhadap istilah syura atau musyawarah nampaknya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Bahkan pengertian dan persepsi tentang kata yang syarat makna ini mengalami evolusi. Evolusi itu terjadi sesuai dengan perkembangan pemikiran, ruang, dan waktu. Pada saat ini, pengertian musyawarah dikaitkan dengan beberapa teori politik modern, seperti sistem 3 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur an; Tafsir Al Qur an Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm QS. Ali Imran [3]: Muhammad Ridha, Sirah Nabawiyah, terj. Anshori Umar Sitanggal, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2004), hlm. 911.

3 3 republik, demokrasi, parlemen, sistem perwakilan, senat, formatur, dan berbagai konsep yang berkaitan dengan sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 6 Maskuri bahkan menyimpulkan bahwa semua intelektual Muslim Indonesia menerima sistem demokrasi dan bahkan mendukungnya sebagai sistem yang harus dipraktikkan dalam masyarakat Islam. Menurutnya pula, dukungan mereka terhadap demokrasi ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, nilai-nilai demokrasi ini sejalan dengan nilai-nilai Islam kehidupan sosial, terutama prinsip musyawarah (QS. Al Baqarah (3): 159 dan Asy-Syura (42): 38), kedua, sistem demokrasi ini merupakan cara yang tepat untuk mengartikulasikan aspirasi Islam, karena umat Islam adalah mayoritas di Indonesia, sedangkan pengertian demokrasi sendiri mengandung pengertian pemerintahan mayoritas (majority rule). 7 Sementara di sisi lain, Zaim Saidi memandang bahwa demokrasi dianggap hanya sebagai alat pengorganisasian masyarakat tiranik (menindas) yang berlangsung melalui satu mesin kekuasaan modern yang dirancang dalam struktur negara fiskal. 8 Bahkan ia lebih tegas lagi mengatakan bahwa bentuk demokrasi yang sebenarnya yang sesuai dengan makna demos dan kratos (kekuasaan oleh rakyat) hanya berlaku pada zaman Yunani Kuno dahulu kala, yang berada pada konteks tertentu negara kota dengan jumlah 6 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Ensiklopedia Al-Qur an., op. cit., hlm Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi ( ) (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999), hlm Zaim Saidi, Ilusi Demokrasi: Kritik dan Otokritik Islam, (Jakarta: Penerbit Republika, 2007), hlm. 4.

4 4 penduduk terbatas. Di sini tidak mengenal perwakilan rakyat karena semua penduduk terlibat langsung dalam mengambil keputusan. Adapun dalam demokrasi modern, para wakil rakyat bersikap accountable atas semua keputusan politiknya, dan selalunya mengatasnamakan rakyat dalam setiap keputusannya untuk menghindari tanggung jawab. 9 Sebagaimana halnya, Abu Al A la Al Maududi menolak pendapat bahwa demokrasi merupakan padanan kata dari syura dengan memandang beberapa sisi. Di antaranya ialah bahwa dalam demokrasi, semua rakyat dapat menyuarakan pendapat mereka sebebas-bebasnya, sementara di dalam Islam bahwa kebebasan manusia dibatasi oleh Allah SWT. Oleh karena itu, menyamakan demokrasi dengan syura merupakan bentuk kesyirikan oleh sebab menyekutukan kekuasaan Allah. Menurut pendapat itu pula, demokrasi Barat jelas tidak hanya tidak sesuai dengan Islam, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. 10 Senada dengan Al-Maududi, Talbi berpendapat bahwa mustahil bagi kita untuk menyamakan syura dengan demokrasi dalam keadaan bagaimanapun. Di antara sebabnya ialah bahwa demokrasi ditegakkan berdasarkan suara terbanyak, sedangkan syura, apabila dianalisis akan berbeda karena syura lebih mengedepankan urun rembug Ibid., hlm Abu al-a la al Maududi, Hukum dan konstitusi; Sistem Politik Islam, terj. Asep Hikmah (Bandung, Mizan, 1993), hlm John Cooper, Ronald Nettler, Mohammed Mahmoud, Islam and Modernity; Muslim Intelectuals Respond. Terj. Islam dan Kemodenan; Pandangan Intelektual Islam (Kuala Lumpur: Institut Terjemahan Negara Malaysia Berhad, 2009), hlm. 142.

5 5 Sukron Kamil menyimpulkan di dalam bukunya, Islam dan Demokrasi; Telaah Konseptual dan Historis, bahwa dalam pemikiran tentang demokrasi, ada tiga kelompok pemikiran, yaitu kelompok yang menolak, yang menyetujui prinsip-prinsipnya tetapi mengakui adanya perbedaan, dan yang menerima sepenuhnya. Menurutnya, orang-orang yang menolak demokrasi beralasan bahwa prinsip persamaan demokrasi dalam kenyataannya tidak mungkin, Islam adalah jalan hidup yang telah sempurna dan tidak perlu adanya legislasi dari yang lain; Tuhan berdaulat penuh, baik sunnatullah maupun hukum-hukum wahyunya; syura tidak sama dengan demokrasi; demokrasi adalah berasal dari Barat dan hanya merupakan alat Barat semata. Di antara yang menolak ialah Syaikh Fadhallah Nuri, Sayyid Quthb, al Sya rawi, Ali Benhadji, dan Thabathabai. Selanjutnya, pemikiran yang kedua melihat masih ada persamaan antara Islam dan Demokrasi dikarenakan adanya kemiripan-kemiripan, di antaranya ialah prinsip persamaan, keadilan, musyawarah, dan akuntabilitas. Hanya saja bedanya ialah terletak pada kedaulatan. Di dalam demokrasi, kedaulatan adalah mutlak di tangan rakyat, sementara di dalam Islam dibatasi dengan hukum-hukum Allah (syariah). Berbeda lagi dengan kelompok yang ketiga yang menyatakan bahwa ajaran Islam dengan paham demokrasi bisa dipadukan. Bahkan, menurut kelompok ini bahwa demokrasi sebenarnya dicanangkan pertama kali oleh Islam Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi; Telaah konseptual dan historis. (Jakarta: Gaya Media Pratama, cet. 1), hlm

6 6 Sementara jika kita melihat istilah syura sendiri, di dalam ayat-ayat Al-Qur an terdapat term yang mempunyai akar kata syûrâ terdapat dalam tiga tempat, yaitu; QS. al-baqarah (2): 233 yang di dalamnya terdapat term tasyâwur; QS. Ali Imrân (3): 159 yang di dalamnya terdapat term syâwir; dan QS. al-syûra (42): 38 yang di dalamnya terdapat term syûra. 13 Adapun kata di dalam Al-Qur an yang artinya identik dengan syura di antaranya ialah QS. Al-Qaṣaṣ (28): 20 yang di dalamnya terdapat kata ya`tamirûna yang berarti mereka sedang berunding, dan QS. (65): al-ṭalâq: 6 yang di dalamnya terdapat kata i`tamirû yang berarti bermusyawarahlah kalian. Oleh karena itu, untuk mengkaji lebih mendalam mengenai syura maka sangatlah penting meneliti term syûrâ yang terdapat di dalam al-qur an. Al-Qur an diturunkan dalam bahasa Arab dan bahkan susunan bahasanya pun tidak dapat ditandingi oleh orang-orang Arab sekali pun, namun dalam hal ini kita tetap perlu memahami uslub-uslub Arab dalam meng-istinbath-kan hukum dari Al-Qur an. 14 Perdebatan mengenai syura pun disebabkan karena tidak ada kesepakatan mengenai definisi syura 15. Oleh sebab itu, penting untuk mengembalikan terminologi syura kepada uslub dalam bahasa Arab. Oleh sebab itu, kajian ini akan lebih spesifik membahas tentang konsep syura menurut pandangan Hamka dan Quraish Shihab khususnya di 13 Azharuddin Sahil, Indeks Al-Qur an: Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata Dalam Al Qur an, (Jakarta: Mizan Pustaka. Cet. I, 2007), hlm Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, op. cit., hlm Taufiq Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi, (Jakarta: Gema Insani Press, cet. 1, 1997), hlm. 15.

7 7 dalam Tafsir al-azhar dan Tafsir al-mishbah. Kajian ini menjadi menarik karena keduanya adalah penafsir kontemporer yang produktif dalam membicarakan diskursus Al-Qur an melalui buku tafsir mereka dan gagasan mereka cukup banyak mewarnai aliran-aliran pemikiran di Indonesia. Kajian ini akan menelaah mengenai pemikiran kedua tokoh tersebut, yang nantinya akan dikaji bagaimana pendapat mereka tentang konsep syura, apakah ada persamaan atau perbedaan persepsi antara keduanya, sekaligus relevansinya dengan sistem pemerintahan saat ini. B. Rumusan Masalah Untuk lebih fokus terhadap pembahasan pada penelitian ini yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perlu adanya batasan masalah pada ayatayat syura dalam tafsir al-azhar dan tafsir al-mishbah. Term syûrâ terdapat dalam tiga tempat. Penelitian ini akan difokuskan pada tiga ayat tersebut, yaitu; QS. al-baqarah (2): 233, QS. Ali Imrân (3): 159, dan QS. al-syûra (42): 38. Agar lebih terfokus, maka permasalahan yang akan dibahas diformulasikan dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang ayat-ayat syura dalam tafsir al-azhar dan al-mishbah? 2. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat syura versi Hamka dan versi Quraish Shihab dalam kedua tafsirnya? 3. Bagaimana relevansi penerapan syura di Indonesia?

8 8 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1. Menelaah penafsiran Hamka dalam tafsir al-azhar dan penafsiran Quraish Shihab dalam tafsir al-mishbah mengenai ayat-ayat syura. 2. Mengetahui persamaan dan perbedaan dengan mengomparasikan kedua penafsiran tersebut. 3. Mengetahui relevansi penafsiran keduanya dalam penerapan syura di Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat akademik, untuk memperkaya khazanah keilmuan tentang pemahaman syura, khususnya pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam tafsir al-azhar dan tafsir al-mishbah. Serta bisa dijadikan bahan perbandingan penelitian yang berkenaan dengan pemikiran tokoh dalam hal syura. 2. Manfaat Praktis, untuk memberikan konstribusi pemikiran serta bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya dan masyarakat sosial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan syura. D. Telaah Pustaka Setelah melakukan pemeriksaan pustaka, ditemukan penelitianpenelitian terdahulu yang terkait dengan syura dalam bentuk tesis, papper,

9 9 buku, dan artikel. Di antaranya ialah hasil penelitian M. Syafi i Anwar yang diterbitkan dalam buku berjudul Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia; Sebuah Kajian Politik Tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru. Buku ini merupakan tesis MA pada Program Studi Ilmu Politik Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Buku ini menyinggung kajian tentang syura menurut Syafi i Ma arif, bahwa pada dasarnya, syura merupakan gagasan politik utama dalam Islam. Menurutnya, jika konsep syura ditransformasikan dalam kehidupan modern sekarang maka sistem politik demokrasi adalah lebih dekat dengan cita-cita politik Qur ani, sekalipun ia tidak selalu identik dengan praktik demokrasi Barat. Dengan berpijak pada pendapat Muhammad Iqbal dan Fazlur Rahman, Syafi i merasa yakin dan menerima sistem politik demokrasi. Dia juga tidak mempersoalkan bentuk demokrasi yang bagaimanakah yang diterapkan, asalkan betul-betul bisa menjalankan prinsip syura. Buku ini juga mengupas pemikiran Dawam Raharjo mengenai demokrasi. Dawam tidak terlalu mempersoalkan aspek-aspek normatif dari hubungan Islam dan demokrasi. Ia melihat bahwa demokrasi merupakan sistem yang terbuka dan bersifat universal sehingga tidak perlu mengaitkannya dengan klaim-klaim ideologis. 16 Buku ini tidak menyinggung pemikiran Hamka ataupun M. Quraish Shihab. Adapun penelitian yang akan dilaksanakan nanti akan mengungkap pemikiran Hamka ataupun M. Quraish Shihab. Tesis hasil penelitian Muhammad Damami berjudul Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Tesis ini mengetengahkan beberapa pengalaman 16 M. Syafi i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia; Sebuah Kajian Politik Tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru (Jakarta: Penerbit Paramadina, 1995), hlm

10 10 politik Hamka dalam dalam beberapa organisasi politik yang tentunya memberikan pengaruh terhadap pemikiran politiknya. 17 Adapun penelitian yang akan dilaksanakan nanti justru akan membahas bagaimana konsep syura menurut Hamka dan tentunya juga menurut M. Quraish Shihab. Tesis karya Mukhlis berjudul Corak Pemikiran Hamka Tentang Pluralitas Agama (Rekonstruksi dari Tafsir Al-Azhar) menyimpulkan bahwa mainstream pemikiran Hamka yang tertuang dalam tafsir Al-Azhar inklusif dengan kecenderungan ke arah pluralis. Tesis ini tidak menyentuh sama sekali mengenai penafsiran syura. 18 Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yang akan mengupas mengenai syura. Buku yang membahas tentang syura ialah buku karya Munawir Sjadzali berjudul Islam dan Tata negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran. Dalam buku ini, ia mengupas kesejarahan konsep syura dalam Islam yang pada akhirnya menemukan beberapa unsur yang bisa dijadikan landasan pemerintahan, di antaranya ialah kedudukan manusia, musyawarah (syura), ketaatan kepada pemimpin, keadilan, persamaan, dan hubungan antar umat. 19 Buku Politik Bermoral Agama: Tafsir Politik Hamka, karya Ahmad Hakim dan M. Thalhah, dikupas mengenai pokok-pokok pemikiran Hamka tentang politik yang dibagi menjadi lima pemikiran yang dikaitkan dengan sistem ketatanegaraan yang ada di Indonesia, yaitu: 1) Syura, 2) Negara dan 17 Muhammad Damami, Tasawuf Positif, dalam Pemikiran Hamka (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000). 18 Mukhlis, Corak Pemikiran Hamka Tentang Pluralitas Agama, Rekonstruksi dari Tafsir Al-Azhar (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga) 19 Muawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: UII Press, 1993).

11 11 kepala negara, 3) Agama dan Negara, 4) Hubungan Internasional, 5) Politik Bermoral. 20 Buku berjudul Syura Bukan Demokrasi karya Taufiq asy-syawi cukup menarik untuk dikaji. Pandangannya sangat berbeda dengan para pemikir yang menerima demokrasi sebagai padanan kata bagi syura. Di dalam buku tersebut dikaji secara mendalam mengenai syura, mulai dari sisi bahasa sampai dengan penerapan syura sebagai sebuah konsep pemerintahan di dalam Islam. Pada akhir pembahasan, disimpulkan bahwa syura tidak bisa disamakan dengan demokrasi. 21 Penelitian lain selain judul-judul di atas ialah penelitian dalam bentuk skripsi 22, tetapi sejauh ini tidak ditemukan pembahasan mengenai studi komparatif pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab tentang syura. 20 Ahmad Hakim, M. Thalhah, Politik Bermoral Agama: Tafsir Politik Hamka (Yogyakarta UII Press, 2005). 21 Taufiq Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi, (Jakarta: Gema Insani Press, cet. 1, 1997). 22 Hasil Penelitian dalam bentuk skripsi di antaranya ialah hasil penelitian Achmad Syahrul, Penafsiran Hamka Tentang Syura Dalam Tafsir Al-Azhar (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), menyimpulkan bahwa syura merupakan dasar pemerintahan dalam pembangunan masyarakat dan Negara Islam, walaupun dalam pemikirannya menurut Syahrul Hamka tidak menginginkan negara Islam. Syura juga merupakan sifat sekaligus dasar sebuah masyarakat muslim. Hamka memandang bahwa aplikasi syura harus memperhitungkan konteks, yaitu keadaan tempat dan keadaan zaman. Disimpulkan juga bahwa pelaksanaan syura di dalam Islam mempunyai kesinkronan dengan sistem permusyawaratan yang berlaku di Indonesia. Anang Masduki, Konsep Musyawarah Dalam Surat Ali Imran Ayat 19 Menurut Tafsir Al Mishbah (Yogyakarta: Skripsi, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga), menyimpulkan bahwa konsep musyawarah sebagaimana terdapat dalam surah Ali Imran: 159 merupkan konsep musyawarah dalam bentuk ideal yang perlu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi. Konsep musyawarah yang ditawarkan oleh Quraish Shihab adalah kekonsistenannya untuk selalu mengaitkan dengan kondisi sosial kemasyarakatan di mana masyarakat tersebut tinggal sehingga teks Al-Qur an selalu sesuai dengan tuntutan zaman dan menjadi solusi bagi masyarakat. Irkham Khumaidi, Studi Komparatif Penafsiran Muhammad Abied al-jabiri dan Muhammad Syahrur tentang Syura (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006), menyimpulkan bahwa al-jabiri menolak sepenuhnya bahwa syura sama dengan demokrasi, akan tetapi ia menerima dan mendukung demokrasi untuk diterapkan di negara Arab-Islam. Sama halnya

12 12 Oleh karena itu, dirasa perlu meneliti penafsiran tentang syura oleh kedua tokoh mufassir kontemporer tersebut antara persamaan dan perbedaannya di dalam karya mereka yang terkenal, tafsir Al-Azhar dan tafsir Al-Mishbah, termasuk di dalamnya ialah penerapan syura dalam kehidupan bernegara. E. Kerangka Teoretik Untuk mengkaji permasalahan yang ada, teori yang digunakan merupakan teori yang berada dalam ranah normatif agama. Teori tersebut diambil dari tafsir-tafsir yang sudah diakui oleh kaum Muslim secara luas, yaitu Tafsir al-qurṭubi, Tafsir Ibn Kaṡir, Tafsir Jalâlain, Tafsir al-marâghî, dan Tafsir Fî Ẓilâli Al-Qur ân. Sukron Kamil menyimpulkan di dalam bukunya, Islam dan Demokrasi; Telaah Konseptual dan Historis, bahwa dalam pemikiran tentang demokrasi, ada tiga kelompok pemikiran, yaitu kelompok yang menolak, yang menyetujui prinsip-prinsipnya tetapi mengakui adanya perbedaan, dan yang menerima sepenuhnya. Menurutnya, orang-orang yang menolak demokrasi beralasan bahwa prinsip persamaan demokrasi dalam dengan al-jabiri, Syahrur juga menerima konsep demokrasi, akan tetapi penerimaannya itu cenderung kepada kebutuhan kebebasan manusia dan HAM dan ia juga berpendapat bahwa demokrasi merupakan teknis pelaksanaan syura dalam konteks hari ini. Endrizal, Syura dan Demokrasi dalam Pemikiran Politik Muhammad Abid Al Jabiri (Yogyakarta: Skripsi, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga), bahwa Al Jabiri memberikan pembedaan antara demokrasi dan syura. Demokrasi dalam pandangan Al Jabiri merupakan suatu sistem politik, ekonomi, dan sosial yang dibangun atas beberapa pilar: Hak Asasi manusia berupa kebebasan dan persamaan serta derivasi dari keduanya. Adanya berbagai lembaga negara yang eksistensinya terdiri dari lembaga-lembaga poitik dan sipil yang melampaui individu-individu. Adanya perputaran kekuasaan (di lembaga-lembaga negara) antar berbagai kekuatan politik atas dasar suara mayoritas dan tetap menjaga hak-hak minoritas.

13 13 kenyataannya tidak mungkin, Islam adalah jalan hidup yang telah sempurna dan tidak perlu adanya legislasi dari yang lain; Tuhan berdaulat penuh, baik sunnatullah maupun hukum-hukum wahyunya; syura tidak sama dengan demokrasi; demokrasi adalah berasal dari Barat dan hanya merupakan alat Barat semata. Di antara yang menolak ialah Syaikh Faḍallah Nuri, Sayyid Quṭb, asy-sya rawi, Ali Benhadji, dan Ṭabaṭaba i. Pemikiran yang kedua melihat masih ada persamaan antara Islam dan Demokrasi dikarenakan adanya kemiripan-kemiripan, di antaranya ialah prinsip persamaan, keadilan, musyawarah, dan akuntabilitas. Hanya saja bedanya ialah terletak pada kedaulatan. Di dalam demokrasi, kedaulatan adalah mutlak di tangan rakyat, sementara di dalam Islam dibatasi dengan hukum-hukum Allah (syariah). Kelompok yang ketiga menyatakan bahwa ajaran Islam dengan paham demokrasi bisa dipadukan. Bahkan, menurut kelompok ini bahwa demokrasi sebenarnya dicanangkan pertama kali oleh Islam. 23 Penelitian ini akan melihat klasifikasi pandangan Hamka dan Quraish Shihab terhadap syura sebagaimana klasifikasi di atas. Adapun agar kerangka teori yang akan memberikan frame alur pemikiran di dalam penelitian ini dapat dipahami dengan mudah, akan kami tuangkan melalui diagram sebagai berikut: 23 Sukron Kamil, Islam dan Demokrasi; Telaah konseptual dan historis. (Jakarta: Gaya Media Pratama, cet. 1), hlm

14 14 Prinsip Ii Syura Dalam Islam Prinsip Demokrasi Penerapan Syura dalam Sejarah Peradaban Islam Sistem Politik Di Indonesia Pandangan Hamka Pandangan Quraish Shihab Tafsir al-azhar Tafsir al-mishbah Persamaan dan Perbedaan Pandangan Relevansi Penerapan Syura dalam Sistem Politik di Indonesia Kontribusi Hasil Penelitian F. Metode Penelitian Metode penelitian ini di dalam operasionalisasinya berpedoman pada beberapa hal berikut:

15 15 1. Paradigma Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menitikberatkan pada proses dengan metode analisis interpretatif dan analisis komparatif. 2. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini jika dilihat berdasarkan ruang lingkupnya maka penelitian ini merupakan penelitian agama, jika dilihat berdasarkan tempatnya maka penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), dan jika ditinjau dari tipe penelitian maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara detail atas fenomena yang ada dengan memberikan penilaian terhadap fenomena tersebut sesuai dengan sudut pandang yang digunakan. 24 Yaitu dengan cara menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu masalah tertentu. 25 Penelitian ini akan mendalami pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat syura di dalam buku tafsir karya mereka, al-azhar dan al-mishbah. 3. Pendekatan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang akan melibatkan dua pendekatan. Yaitu pendekatan filosofi yang meneliti pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab khususnya pandangan mereka terhadap syura dalam Islam. Pendekatan politik untuk melihat bagaimana aplikasi syura dalam sistem pemerintahan Islam. 24 Sudarno Shobron, dkk. Pedoman Penulisan Tesis (Surakarta: Sekolah Pascasarjana UMS, 2014), hlm Abd. Al-Hayy al-farmawi, Metode Tafsir Mawdhu iy: Suatu Pengantar, terj. Suryan A. Jamrah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994, hlm. 36.

16 16 4. Sumber Data dan Subyek Penelitian. Semua bahan yang digunakan mengacu kepada literatur kepustakaan. Sumber data primer (primary sources) dari penelitian ini ialah Tafsir al-azhar karya Hamka dan Tafsir al-mishbah karya M. Quraish Shihab, sedangkan sumber data sekunder (secondary sources) ialah semua data kepustakaan yang bisa digunakan untuk mendukung dalam pembahasan. 5. Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini ialah teknik dokumentasi. Menurut Pohan, telaah dokumen adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. 26 Adapun dokumen yang digunakan di dalam penelitian ini ialah bukubuku karya Hamka dan M. Quraish Shihab dan buku-buku atau penelitian-penelitian yang membahas mengenai kedua tokoh tersebut. Menurut Guba dan Lincoln, dokumen merupakan sumber data yang stabil, kaya, dan mendorong. Selain itu, sumber data dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengujian, bersifat alamiah, sesuai dengan konteks, dan mudah diperoleh Validitas Data. Data-data yang diperoleh berupa buku-buku referensi merupakan data yang bersifat informatif /narasi. Oleh karena itu, uji validitas yang digunakan ialah Derajat Kepercayaan (Credibility) dengan 26 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. 2, hlm Ibid., hlm. 227.

17 17 menggunakan teknik triangulasi, sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 28 Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain dengan cara dibanding-bandingkan. 29 Teknik triangulasi digunakan untuk menjaga keajegan pengamat dan agar pengamat dapat membandingkan data hasil dokumentasi untuk mencapai derajat kepercayaan Analisis Data. Metode analisis dalam penelitian ini ialah analisis interpretatif, yang akan menguraikan objek penelitian secara teratur sehingga bisa memberikan pemahaman terhadap sebuah pemikiran. 31 Selanjutnya juga digunakan analisis komparatif untuk membandingkan kedua penafsiran tersebut. G. Sistematika Penulisan Untuk lebih mudah dalam memahami alur penalitian dan teraturnya penalaran dalam penulisan, maka pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu pendahuluan, isi, dan penutup yang kemudian dibagi menjadi beberapa bab dan sub bab. 28 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm Patton dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), Cet. Ke 11, hlm Sudarno Shobron, dkk. Op. Cit., hlm Anton Bekker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 65.

18 18 Bab pertama ialah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, lalu dilanjutkan dengan rumusan masalah yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini. Berikutnya dijelaskan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian, baik secara akademis maupun praktis. Terakhir dijelaskan mengenai kerangka teoritis, pendekatan, dan metode penelitian yang digunakan berikut sistematika pembahasan. Bab kedua berisi tentang gambaran umum syura yang mencakup definisi syura, penafsiran syura di dalam Al-Qur an, serta mendeskripsikan praktiknya dalam sejarah Islam. Bab ketiga berisi biografi Hamka dan M. Quraish Shihab yang memuat riwayat hidup, pemikiran, dan karya-karya mereka. Bab keempat membahas karakteristik Tafsir Al-Azhar dan Al- Mishbah serta konsep Syura menurut Hamka dan Quraish Shihab yang akan diuraikan secara deskriptif. Bab kelima berisi analisis penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbah, perbandingan beserta interpretasinya, dan relevansi kedua penafsiran tersebut terhadap sistem ketatanegaraan di Indonesia. Bab keenam merupakan bab penutup, yang memuat kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi lurusnya pemikiran di tengah carut marutnya pemikiran umat dewasa ini, serta bisa memberikan saran-saran bagi penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang universal. Dalam Islam, tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Karena keduanya saling berkaitan. Termasuk dalam kehidupan bernegara. Islam

Lebih terperinci

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas.

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas. ISLAM DAN DEMOKRASI Modul ke: 13Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi A. Ajaran Islam Tentang Kesehatan Kata demokrasi yang dalam bahasa

Lebih terperinci

SYURA KONSEP. Oleh : Adfan O SEKOLAH 2015 M/1437. al-azhar

SYURA KONSEP. Oleh : Adfan O SEKOLAH 2015 M/1437. al-azhar KONSEP SYURA MENURUT HAMKA DAN M. QURAISH SHIHAB (Studi Komparatif Tafsir al-azhar dan Tafsir al-mishbah) NASKAH PUBLIKASI Oleh : Adfan Hari Saputro O 000080001 PROGRAM STUDI MAGISTER PEMIKIRAN ISLAM SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA 18 BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA A. Konsep Syura dalam Islam Kata syura berasal dari kata kerja syawara>> yusyawiru yang berarti menjelaskan, menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki 2 sumber dasar untuk ajarannya, yaitu al-quran dan Hadis. 1 Al-Quran mendefinisikan dirinya sebagai kitab yang benar, menjadi sebuah cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan sumber hukum yang utama bagi umat Islam. Semua hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di samping al-qur an sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman dan petunjuk dalam kehidupan manusia, baik itu ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat. Al-Qur an juga sebagai Kitab Suci

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Perbankan Syari ah dewasa ini dipandang cukup pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh masyarakat. Pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua isi alam ini diciptakan oleh Allah swt. untuk kepentingan seluruh umat manusia. Keadaan tiap manusia berbeda, ada yang memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas elit politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, cendikiawan,

BAB I PENDAHULUAN. kelas elit politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, cendikiawan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit politik, birokrat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut: 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah sistem demokrasi, rakyat adalah sumber hukum dan hukum pada gilirannya berfungsi menjamin perlindungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan masalah kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan zaman. Berbagai masalah muncul dari berbagai sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka. dibutuhkan pemahaman tentang hakikat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. proses penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka. dibutuhkan pemahaman tentang hakikat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari proses penciptaan manusia. Agar dapat memahami hakikat pendidikan maka dibutuhkan pemahaman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN A. Konsep Saudara Sepersusuan Menurut Mufassir Sayyid Quthub dan Hamka Dalam Tafsir Fii Dzilal Alquran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Setiap kegiatan ilmiah untuk bisa menjadi terarah dan rasional diperlukan suatu metode yang sesuai dengan obyek yang dikaji, karena metode berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Satu hal lain yang dalam dunia keilmuan segera dilekatkan pada masalah sistem adalah metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani: methodos) adalah cara atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an secara harfiah berarti bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan. Al-Qur an al karim berarti bacaan yang maha sempurna dan maha mulia. Tidak ada satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an dan sunnah Rasulullah saw. merupakan sumber tuntunan hidup bagi kaum muslimin untuk menapaki kehidupan fana di dunia ini dalam rangka menuju kehidupan kekal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di mana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung,

BAB III METODE PENELITIAN. di mana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang tela disusun tercapai secara optimal. 1 Adapun secara

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada dasarnya adalah transformasi pengetahuan ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan potensi manusia.oleh karena itu pendidikan tidak mengenal ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasan Al-Banna menetapkan bahwa berdirinya pemerintah Islam merupakan bagian dasar manhaj Islam (metode Islam). Hasan Al- Banna menjelaskan bahwa pengaturan kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat muslim sudah tidak asing lagi dengan kata hikmah karena kata-kata ini sering dijumpai hampir disetiap kitab-kitab yang bernuansa ibadah bahkan kata hikmah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya Tuhan yang menjadi sumber hukum dalam suatu masyarakat Islam. Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. artinya Tuhan yang menjadi sumber hukum dalam suatu masyarakat Islam. Tuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abu A la al-maududi adalah seorang pembicara yang ulung dan penulis yang amat produktif, khususnya dalam bidang agama. Dalam hubungan ini adalah penting untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari perilaku manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi orang Islam, Al-Qur an merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Dengan fitrah tersebut, maka manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah Negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Bahkan jumlah umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri telah, sedang, dan akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur a>n merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu, al-qur a>n juga berfungsi sebagai pemberi penjelas terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani : 56 BAB III METODE PENELITIAN Cara Kerja keilmuan salah satunya di tandai dengan penggunaan metode yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani : methodos, meta berarti sesudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan kepada hambanya, penutup para nabi dan rasul, Muhammad SAW. Ia adalah jalan lurus dan ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajiannya, juga dalam pengolahan alur ceritanya, Al-Qura>n memiliki cara

BAB I PENDAHULUAN. penyajiannya, juga dalam pengolahan alur ceritanya, Al-Qura>n memiliki cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kisah dalam Al-Qura>n bukan sebuah karya seni yang terpisah dalam tema dan penyajiannya, juga dalam pengolahan alur ceritanya, Al-Qura>n memiliki cara tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demokrasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 1-7.

BAB I PENDAHULUAN. Demokrasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 1-7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya, manusia mempunyai hasrat untuk hidup bersama, yaitu hidup bermasyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. oleh sektor hukum, yakni dilandasi dengan keluarnya peraturan perundangundangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam atau yang lazim dikenal dengan ekonomi syariah di Indonesia berlangsung dengan begitu pesat. Hal ini juga didukung oleh sektor hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan agar dalam berusaha hanya mengambil yang halal dan baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latang Belakang Masalah Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan, manusia tidak pernah luput dari kegiatan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan, manusia tidak pernah luput dari kegiatan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia tidak pernah luput dari kegiatan sosial atau berhubungan satu sama lain, baik dalam hubungan sosial, agama, dan budaya. Salah satu hubungan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an,

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an, 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian poko-pokok permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun

BAB 1 PENDAHULUAN. zakat sama dengan perintah sholat. Namun dalam kenyataannya rukun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai salah satu rukun Islam, zakat hukumnya fardu ain dan merupakan kewajiban yang bersifat ta abudi. Dalam Al Qur an perintah zakat sama dengan perintah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan deskripsi, analisis sekaligus mengkritisi teori nasikh-mansukh Richard Bell dalam buku Bell s Introduction to the Quran, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN Mata Kuliah : Pendidikan Agama Kode / Bobot sks/smt : 703103A/2/III Waktu Pertemuan : menit/ Mgg Tujuan Pembelajaran Umum : Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Prinsip berarti sebuah asas, pegangan, dasar atau landasan,

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Prinsip berarti sebuah asas, pegangan, dasar atau landasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen adalah piranti penting yang memungkinkan manusia mencapai prestasi gemilang dalam bidang apapun. 1 Dalam suatu manajemen mencakup prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini dengan terjadinya perkembangan global disegala bidang kehidupan, selain dapat mengindikasikan kemajuan umat manusia di satu pihak, juga mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap orang yang hidup di dunia ini. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini maka penelitian dilakukan bersifat library research atau kepustakaan. Sebab

BAB III METODE PENELITIAN. ini maka penelitian dilakukan bersifat library research atau kepustakaan. Sebab BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian historis atau sejarah yang dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat mengumpulkan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) yaitu penelitian yang dilaksanaakan dengan menggunakan literature kepustakaan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Manusia mempertanyakan diri sendiri apakah ia makhluk jahat atau makhluk baik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk sampai ke seluruh lapisan kehidupan masyarakat. Perkembangan terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan jenis penelitian Library Research atau kepustakaan.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan jenis penelitian Library Research atau kepustakaan. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian Library Research atau kepustakaan. Menurut Strauss dan Corbin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang. menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang. menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan ajaran yang diberikan kepada manusia untuk dijadikan dasar dan pedoman hidup di dunia. Ajaran ini diturunkan untuk dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bank yang diteliti adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Kota Malang, yang beralamat di Jl. Kawi Atas No. 36A Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Bank yang diteliti adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Kota Malang, yang beralamat di Jl. Kawi Atas No. 36A Malang. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Bank yang diteliti adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Kota Malang, yang beralamat di Jl. Kawi Atas No. 36A Malang. B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman Allah SWT dalam al-qur an Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manajemen secara ilmiah mulai nampak pada Negara industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan perlunya pengaturan hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian lapangan. Peneliti menggambarkan secara detail dan mendalam tentang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian lapangan. Peneliti menggambarkan secara detail dan mendalam tentang 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris yang juga dikenal dengan penelitian lapangan. Peneliti menggambarkan secara detail dan mendalam tentang suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sosial, sehingga di dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, sehingga masing-masing manusia saling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat,

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode memegang peran penting dalam mencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang dimaksud adalah cara-cara melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sejak manusia lahir ke dunia, telah dibekali Allah SWT dengan adanya rasa ingin tahu. Adapun wujud dari keingintahuan ini adalah adanya akal. Dengan akal, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci