POLA PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING DI DESA SIDOHARJO DAN SUMBERHARJO, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, PROPINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING DI DESA SIDOHARJO DAN SUMBERHARJO, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, PROPINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 POLA PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING DI DESA SIDOHARJO DAN SUMBERHARJO, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, PROPINSI JAWA TIMUR SKRIPSI AGUSTINA SULASTRI NINGSIH DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN Agustina Sulastri Ningsih. D Pola Penyediaan Hijauan Makanan Ternak Domba dan Kambing di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Muhammad Agus Setiana, MS Pembimbing Anggota : Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc.Agr Usaha ternak ruminansia kecil merupakan salah satu alternatif kegiatan yang dapat diintegrasikan dengan usaha tani, kebun dan perikanan. Mengingat budidaya domba dan kambing ini cukup mudah, hewannya relatif tahan terhadap penyakit, membutuhkan teknologi sederhana, reproduksi cukup cepat sesuai dengan kondisi tropis Indonesia (Udo, 2002). Peningkatan produksi ternak akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinyu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pola penyediaan hijauan makanan ternak dalam memenuhi kebutuhan hijauan pakan domba dan kambing yang nantinya dapat bermanfaat sebagai masukan kepada pemerintah daerah dan peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo. Daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Jawa Timur. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner petani serta pengamatan lapang. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisa deskriptif, dan analisa Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR). Berdasarkan pengamatan di lapang, sistem pemeliharaan di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo merupakan sistem intensif sebanyak 96% dan 84% dari responden. Sisanya merupakan sistem semi intensif sebesar 4% dan 16%. Penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) dengan sistem intensif dilakukan secara cut and carry (mengarit). Pada musim kemarau perbandingan pemberian pakan legum lebih banyak dibandingkan dengan rumput. Pemeliharaan secara semi intensif adalah sistem pemeliharaan ternak yang dikandangkan pada malam hari, sedangkan siang hari diikat dan digembalakan sehingga ternak dapat merumput. Rumput yang biasanya tumbuh di lapangan antara lain rumput grinting (Cynodon dactylon L.), Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum), dan alang-alang (Imperata cylindrica L.). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sistem pemeliharaan ruminansia kecil di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo yang lebih efektif adalah sistem intensif dengan pola penyediaan HMT secara diaritkan (cut and carry). Berdasarkan hasil KPPTR Desa Sidoharjo menunjukkan bahwa daerah tersebut padat ternak sedangkan Desa Sumberharjo sudah mendekati kapasitas tampungnya. Kata-kata kunci : Kecamatan Pacitan, kambing, domba, KPPTR, legum

3 ABSTRACT Availability Forage Pattern For Sheep and Goat In Sidoharjo and Sumberharjo Village, Pacitan Subdistrict And Regency, East Java Agustina, S.N., M. A. Setiana and S. Jayadi Goat and sheep often provide main source of livelihood for small farmers and small source income for the dryland. Both of them have potentially important future economic contribution in the development of sustainable agriculture. The development of animal husbandry related to availability forage pattern problems. The aims of this study are to analyze the availability forages pattern that can support the development of small ruminant livestock and also identified Pacitan area such as Sidoharjo and Sumberharjo. These areas have potency for development ruminant based on forage availability. Data collection was conducted on July 2009 until February 2010, it consists of primary and secondary data. The primary data was collected from interview with quesioner and direct observations. The secondary data was collected from Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Sidoharjo and Sumberharjo village, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, and Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang). This study use descriptive analysis, and Capacity of Additional Ruminant Population (CARP) analysis. Estimation of CARP shows that the CARP value in Sumberharjo was positive but Sidoharjo village was negative. However it does not mean that those villages can not be developed as central of small ruminant production. Keywords : Pacitan regency, goat, sheep, CARP, legume

4 POLA PENYEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DOMBA DAN KAMBING DI DESA SIDOHARJO DAN SUMBERHARJO, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, PROPINSI JAWA TIMUR AGUSTINA SULASTRI NINGSIH D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul : Pola Penyediaan Hijauan Makanan Ternak Domba Dan Kambing Di Desa Sidoharjo Dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur Nama : Agustina Sulastri Ningsih NIM : D Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, ( Ir. Muhammad Agus Setiana, MS ) ( Ir. Sudarsono Jayadi,M.Sc.Agr ) NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen, ( Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr ) NIP Tanggal Ujian : 16 Agustus 2010 Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1987 di Pacitan, Jawa Timur. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Alm. Anung Heru Santosa dan Ibu Tatik Sulastri. Pada tahun 1994 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Baleharjo II Pacitan dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Pacitan dari tahun Pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Pacitan dan lulus pada tahun Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa tingkat Persiapan Bersama di Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Paduan Suara Graziono dan Ikatan Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi yang berjudul Pola Penyediaan Hijauan Makanan Ternak Domba dan Kambing di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana peternakan pada Program Mayor Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009-Februari 2010 di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Persiapan dimulai dari penulisan proposal dilanjutkan dengan perizinan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penulisan hasil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyediaan hijauan makanan ternak yang dapat mendukung perkembangan bidang peternakan terutama ruminansia kecil di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo. Penulis memahami bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan tulisan penulis berikutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis berharap karya kecil ini dapat menjadi salah satu karya terbaik yang bisa penulis persembahkan terutama untuk bunda tercinta. Amin. Bogor, Agustus 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i ABSTRACT... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Kegunaan Penelitian... 2 Kerangka Pemikiran... 4 Bagan Kerangka Pemikiran... 5 TINJAUAN PUSTAKA... 6 Usaha Peternakan Domba dan Kambing... 6 Sistem Pemeliharaan Ternak... 6 Sumberdaya Hijauan... 7 Sumberdaya Manusia... 8 Sumberdaya Lahan... 9 Sumberdaya Teknologi... 9 Karakteristik Padang Penggembalaan Ternak Domba Ternak Kambing Manajemen Kandang dan Penyakit MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Responden Peternak Ternak Peralatan Prodesur Teknik Pengambilan Data Teknik Pengambilan Hijauan Peubah yang Diamati... 15

9 Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pacitan Tatatguna Tanah dan Pertanian Keadaan Umum Desa Sidoharjo Keadaan Topografi Penggunaan Lahan Desa Sidoharjo Keadaan Umum Desa Sumberharjo Keadaan Topografi Penggunaan Lahan Desa Sumberharjo Kependudukan dan Sosial Budaya Sistem Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing Sistem Pemeliharaan Domba dan Kambing Secara Intensif Frekuensi Pemberian Pakan Sistem Pemeliharaan Domba dan Kambing Secara Semi Intensif Karakteristik Peternak Umur Peternak Pengalaman Beternak Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga Jenis Hijauan Manajemen Kandang dan Penyakit Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR).. 40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 48

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman Keadaan Umum Desa Sidoharjo Luas Penggunaan Lahan Desa Sidoharjo Keadaan Umum Desa Sumberharjo Luas Penggunaan Lahan Desa Sumberharjo Sistem pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Pola Penyediaan HMT Cut and Carry Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Frekuensi Pemberian Pakan Pada Ternak Domba dan Kambing Lahan Padang Penggembalaan Ruminansia Kecil di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Jenis Hijauan, Nama Latin, dan Penggunaannya di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Rataan Bobot Badan Ternak Domba dan Kambing Perhitung an Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Desa Sidoharjo dan Sumberharjo... 41

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman Persentase Jumlah Penduduk Desa Sidoharjo Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Persentase Jumlah Penduduk Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Umur Tahun Pola Penyediaan HMT Cut and Carry (Intensif) Pola Penyediaan HMT Cut and Carry dan Grazing (Semi Intensif) Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Umur Tahun Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Pengalaman Beternak Tahun Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun Persentase jumlah responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Pendidikan Tahun Rumput dan legum di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Manajemen Kandang di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo... 39

12 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Peta Halaman Kabupaten Pacitan Peta Kecamatan Pacitan Sketsa Desa Sidoharjo Sketsa Desa Sumberharjo Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Pacitan Tahun Suhu udara di Kecamatan Pacitan tahun Jumlah Penduduk Desa Sidoharjo Berdasarkan Umur Jumlah Penduduk Desa Sumberharjo Berdasarkan Umur Sistem Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing di Desa

13 Sidoharjo dan Sumberharjo Penyediaan HMT secara Cut and Carry di Desa Sidoharjo Penyediaan HMT secara Cut and Carry di Desa Sumberharjo Frekuensi Pemberian Hijauan Pakan di Desa Sidoharjo Frekuensi Pemberian Hijauan Pakan di Desa Sumberharjo Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Peternak di Desa Sidoharjo Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Peternak di Desa Sumberharjo Lahan Padang Penggembalaan (Grazing) di Desa Sidoharjo Lahan Padang Penggembalaan (Grazing) di Desa Sumberharjo Perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Desa Sidoharjo Perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Desa Sumberharjo Kuisioner PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan daging domba dan kambing secara nasional selama beberapa periode terakhir ( ) adalah 55,84 ton/thn. Artinya bahwa prospek pasar

14 ternak domba dan kambing secara nasional cukup besar dilihat dari konsumen yang mengkonsumsi daging tersebut cukup besar. Kurun waktu yang sama ( ) jumlah pemotongan domba dan kambing berkisar rata-rata 2,01 juta ekor per tahun atau sekitar 15,78 terhadap populasi (Statistik Peternakan, 2005). Pembangunan sektor pertanian dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi, senantiasa didorong untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat berdasarkan dari visi yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Sementara itu dalam misi pembangunan peternakan antara lain adalah memfasilitasi penyediakan pangan asal ternak yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitasnya, memberdayakan SDM agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja, dan melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan (Departemen Pertanian, 2001). Salah satu komoditas peternakan yang memenuhi kriteria seperti pada visi daan misi di atas antara lain komoditas domba dan kambing. Desa Sidoharjo dan Sumberharjo merupakan desa yang berada dilingkup wilayah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Ruminansia kecil merupakan salah satu komoditas peternakan di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo yang mendominasi di kedua desa tersebut. Beternak kambing dan domba merupakan usaha sampingan bagi peternak di kedua desa tersebut. Usaha ternak ruminansia kecil merupakan salah satu alternatif kegiatan yang dapat diintegrasikan dengan usaha tani, kebun dan perikanan. Budidaya kambing dan domba cukup mudah, hewannya relatif tahan terhadap penyakit, membutuhkan teknologi sederhana, reproduksi cukup cepat sesuai dengan kondisi tropis Indonesia (Udo, 2002). Menurut Winarso (2009), domba dan kambing merupakan hewan ternak kecil yang memiliki banyak kegunaan dan manfaat, disamping dapat menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat juga bisa memberikan penghasilan tambahan. Domba dan kambing dapat menghasilkan beberapa macam komoditas diantaranya berupa ternak hidup dari hasil repoduksi, daging, susu maupun limbah kotoran ternak yang banyak manfaatnya bagi usaha budidaya pertanian tanaman pangan. Pengembangan sektor peternakan tidak lepas dari masalah penyediaan hijauan makanan ternak. Pakan merupakan input yang memberikan sumbangsih

15 cukup besar demi terjaganya kualitas ternak, agar kedepannya ternak tersebut dapat diolah dan memiliki nilai jual yang tinggi. Lebih dari 60% dari seluruh pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia adalah hijauan, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Menurut McDowell (1972) hasil ternak melibatkan banyak aspek kompleks tetapi penyediaan pakan merupakan faktor pembatas yang lebih pokok dibandingkan dengan segi lingkungan atau kesehatan ternak. Salah satu faktor yang menentukan baik buruknya pertumbuhan ternak ruminansia adalah pakan. Pembangunan peternakan pada masa mendatang akan dihadapkan pada masalah keterbatasan sumberdaya alam sebagai basis penyediaan pakan (Kasryno, 1998). Seiring dengan meningkatnya kepadatan penduduk, keberadaan lahan terutama lahan padang penggembalaan menjadi semakin terancam dikarenakan kebutuhan yang lebih penting yaitu tempat pemukiman penduduk. Semakin sempitnya suatu lahan terutama di Indonesia, membuat lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak juga ikut berkurang. Padahal kebutuhan akan Hijauan Makanan Ternak (HMT) untuk pakan sangat tinggi. Peningkatan produksi ternak akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinyu. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pola penyediaan hijauan pakan ternak domba dan kambing di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo dalam memenuhi kebutuhan ternak yang nantinya dapat bermanfaat sebagai masukan kepada pemerintah daerah dan peternak di daerah Pacitan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pola penyediaan hijauan makanan ternak yang dapat mendukung perkembangan bidang peternakan di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo. Kegunaan penelitian 1. Menjadi acuan bagi peternak domba dan kambing dalam melakukan pemeliharaan ternak guna meningkatkan pendapatannya 2. Bagi instansi yang terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak domba dan kambing di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain 3. Menjadi sumber informasi bagi kalangan akademisi dan peternak lainnya

16 Kerangka Pemikiran Peternakan memiliki peranan sebagai penyedia protein hewani yang memiliki manfaat menciptakan dan membuka lapangan pekerjaan, terutama penduduk desa yang sebagian besar bekerja sebagai petani. Desa Sidoharjo dan Sumberharjo

17 merupakan desa yang berada di lingkup wilayah Kabupaten Pacitan yang terletak di pesisir selatan Propinsi Jawa Timur yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kedua desa tersebut memiliki potensi dalam pengembangan usaha peternakan ruminansia kecil (domba dan kambing) yang merupakan usaha sampingan. Ternak domba dan kambing memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan karena memiliki kelebihan dibandingkan ternak lainnya antara lain : berkembang biak dengan cepat, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering, dan dagingnya relatif disukai oleh masyarakat. Perkembangan peternakan domba dan kambing sampai saat ini perkembangan produksinya dan produktivitasnya hampir tidak mengalami kemajuan berarti. Hal ini diduga akibat pola pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional dengan skala pemilikan yang kecil (small holders), sehingga domba dan kambing kebanyakan dipelihara apa adanya tanpa suatu perencanaan yang jelas untuk lebih berkembang, lebih produktif, dan lebih menguntungkan. Dengan didukung adanya sumberdaya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, ketersediaan hijauan makanan ternak (segar maupun limbah pertanian), dan sumberdaya manusia yang memanfaatkan tenaga kerja keluarga serta didukung dengan adanya metode Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) yang merupakan suatu pendekatan untuk menunjukkan kapasitas wilayah dalam penyediaan hijauan pakan, usaha ternak domba dan kambing dapat berkembang di kedua desa tersebut. Hal-hal tersebut diatas akan sangat membantu dalam menentukan pola penyediaan hijauan makanan ternak di desa Sidoharjo dan Sumberharjo yang nantinya dapat memperbaiki dan meningkatkan produktivitas ternak domba dan kambing. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagaimana disajikan pada Gambar 1.

18 Keterangan : KPPTR = Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia 5 Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian

19 TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Domba dan Kambing Peternakan adalah usaha manusia untuk mendayagunakan hewan bagi kesejahteraan umat manusia. Kegunaan yang diperoleh manusia dari ternak yang dipeliharanya, antara lain tenaga kerja, makanan berupa daging, telur dan susu, olah raga dan rekreasi, serta kotorannya yang digunakan sebagai pupuk organik maupun biologis. Menurut Mubyarto (1989), peternakan dilihat dari pola pemeliharaannya di Indonesia dapat dibagi tiga kelompok, yaitu 1) peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional, 2) peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersial dan 3) peternakan komersial. Agar dapat berproduksi dengan optimal maka diperlukan faktor-faktor produksi meliputi ternak, tenaga kerja, modal dan manajemen. Kambing dan domba merupakan hewan yang sangat penting dalam pertanian subsistem, karena kemampuannya yang unik dalam mengadaptasikan dan mempertahankan dirinya dalam lingkungan yang kering (Williamson dan Payne, 1993). Sebagian masyarakat pedesaan memperlakukan kambing dan domba sebagai pabrik kecil penghasil daging dan susu. Hasil lain yang bisa diperoleh dari ternak adalah kulit dan kotorannya yang berfungsi sebagai pupuk kandang. Pengaruh iklim pada produksi ternak menurut Valtorta (2006) dapat dilihat pada empat hal, yaitu : (1) Pengaruh pada ketersediaan dan harga bijian pakan ternak, (2) Pengaruh pada produktivitas dan kualitas pastura hijauan pakan ternak, (3) Perubahan pada penyebaran hama dan penyakit ternak, (4) Pengaruh langsung dari cuaca dan kondisi yang ekstrim pada kesehatan, pertumbuhan dan repoduksi ternak. Sistem Pemeliharaan Ternak Menurut Parakkasi (1999), sistem pemeliharaan dibedakan menjadi tiga antara lain (1) sistem pemeliharaan secara ekstensif, (2) sistem pemeliharaan secara intensif, (3) sistem pemeliharaan secara semi intensif. Sistem pemeliharaan ternak secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang tanahnya sama sekali tidak cocok untuk peningkatan pertanian dan terlalu sulit atau mahal untuk memagarinya. Usaha ini melibatkan jumlah tenaga kerja dan biaya yang minimal. Segi-segi penentu utama dalam sistem ekstensif adalah kondisi iklim

20 yang menguntungkan khususnya musim hujan yang pendek, tersedianya padang rumput penggembalaan, adanya pepohonan dan semak, sedikit terdapat binatang buas dan rendahnya pencurian ternak. Di Nigeria kambing juga digunakan untuk membantu membersihkan semak-semak (Williamson dan Payne, 1993). Parakkasi (1999) menyatakan bahwa sistem ekstensif dapat dilihat dari aktivitas perkawinan, pembesaran, pertumbuhan, dan penggemukan dilaksanakan oleh orang dan di lapangan penggembalaan yang sama. Ditinjau dari segi usaha, cara ini mungkin tidak merugi dikarenakan ongkos produksi hampir nol, akan tetapi secara nasional akan kebutuhan daging sistem ini tidak diharapkan. Sistem pemeliharaan ternak secara intensif memerlukan pengadaan hijauan pakan terus menerus atau tanpa penggembalaan. Manfaat dari sistem ini antara lain: proteksi maksimal dari pengaruh lingkungan yang tidak terkontrol, dan memberikan control yang lengkap atas aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Parakkasi (1999) salah satu keuntungan dari pemeliharaan intensif adalah penggunaan bahan makanan hasil ikutan dari beberapa industri dan limbah pertanian bisa diberikan secara intensif dibandingkan dengan pemeliharaan secara ekstensif. Kerugiannya adalah mengenai penyakit, investasi yang lebih banyak, dan masalah mengenai limbah kotoran. Sistem pemeliharaan ternak secara semi intensif merupakan gabungan antara pemeliharaan secara intensif dan ekstensif dan biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol di padang penggembalaan (Williamson dan Payne, 1993). Parakkasi (1999) menyatakan bahwa peternak kecil memelihara beberapa ekor domba dan kambing dengan sistem semi intensif dengan maksud digemukkan dengan bahan makanan yang ada di dalam atau sekitar usaha pertanian. Sumberdaya Hijauan Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok HMT ialah bangsa rumput (gramineae), leguminosa, dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, waru dsb. Hijauan diberikan kepada ternak dalam bentuk, yaitu segar atau kering. Hijauan memegang peranan penting bagi ternak, yaitu mengandung hampir semua zat dibutuhkan oleh hewan (Aksi Agraris Kanisius,

21 1995). Faktor-faktor penting yang membatasi pertumbuhan tanaman adalah suhu lingkungan, curah hujan, panjangnya hari, dan intensitas radiasi cahaya. Kadar air yang tinggi pada tanaman makanan ternak dapat mempengaruhi total pakan yang dimakan. Kandungan nutrisi tanaman makanan ternak lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan dengan musim kering. Penyebab salah satunya adalah korelatif positif antara curah hujan dengan protein kasar dan korelasi negatif antara curah hujan dengan serat kasar pada hijauan. Produksi bahan kering dari hijauan tiap unit tanah tergantung pada jenis tanaman yang dipakai, jumlah radiasi sinar, tersedianya kelembaban tanah dan zat-zat makanan untuk tanaman dan cara pengelolaan. Tersedianya air tanah tergantung pada jumlah curah hujan, musim, dan tipe tanah. Kualitas hijauan tergantung pada curah hujan yang efektif dan intensitas radiasi sinar matahari (Williamson dan Payne, 1993). Rumput termasuk dalam family Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput merupakan monokotil yang lambat pertumbuhannya, memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Menurut Pfander ( 1971 ) beberapa keuntungan dari hijauan leguminosa berbentuk pohon antara lain : (1) sumber hijauan yang kandungan proteinnya cukup tinggi, (2) simpanan hijauan alami yang sangat berharga pada musim kemarau karena sifatnya yang evergreen terutama bagi peternak tradisional yang enggan melaksanakan pengawetan hijauan, (3) untuk tanaman pelindung bagi peternak serta perbaikan tanah kritis dari padang rumput dan lainnya. Sumberdaya Manusia Tenaga kerja memiliki peran penting bagi usaha peternakan domba dan kambing baik yang berasal dari dalam maupun dari luar keluarga. Tanpa adanya tenaga kerja mustahil suatu usaha peternakan dapat berjalan. Tenaga kerja sangat berhubungan dengan kegiatan dalam usaha ternak yang meliputi kegiatan penyediaan pakan, pemberian pakan, melakukan vaksinasi, membersihkan ternak, mengawinkan ternak, menjual hasil dan melakukan pembersihan kandang ternak. Tenaga kerja merupakan input dari sumber daya manusia dan salah satu faktor produksi yang utama selain ternak, modal, lahan, lingkungan, serta teknologi (Rahardi dan Hartono, 2003).

22 Penggunaan ketenagakerjaan di bidang pertanian dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Perhitungan efisiensi tenaga kerja diperoleh dengan melihat perbandingan antara jumlah ternak yang dimiliki dalam satuan ternak (ST) serta jumlah curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya berapa tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan macam tenaga kerja yang diperlukan (Soekartawi, 2002). Sumberdaya Lahan Menurut Arsyad (2000) penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan bukan lahan pertanian. Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995) penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan yang terus menerus sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Jenis lahan berdasarkan kebutuhan ternak dalam memperoleh hijauan makanan ternak dapat dilakukan dalam pangonan (padang penggembalaan) maupun cut and carry. Praktik penanaman pada pangonan dengan terlebih dahulu menghitung kebutuhan ternak berdasarkan kebutuhan nisbah energi-protein dan konsumsi bahan kering yang berimbang. Berdasarkan perhitungan tadi, tanaman hijauan pakan ini ditanam dan menghasilkan padang pangonan yang nantinya dapat direnggut oleh ternak sesuai dengan naluri feeding behaviour. Selain dengan cara penggembalaan bebas, hijauan tersebut pun dapat disajikan dengan cara cut and carry. Sumberdaya Teknologi Teknik pemeliharaan ternak domba dan kambing di Indonesia umumnya masih dilakukan secara tradisional, sehingga perlu adanya penyerapan teknologi agar pengembangan ternak domba dan kambing dapat tercapai. Menurut Balitnak (1997), teknologi sendiri menjadi gerakan (revolusi) produksi bila telah menguasai dimensi permintaan pasar (kualitas, kuantitas, waktu, dan harga) yang memiliki berbagai proses produksi dalam industri. Teknologi peternakan mencakup teknologi industri

23 (konsep-konsep mengenai pengembangan peternakan), teknologi budidaya atau produksi (usaha ternak komersial kecil, peternakan kecil, penyuluh, dan penelitian), teknologi prapasca (teknologi budidaya yang dapat meningkatkan kualitas produk sebelum dipanen), teknologi pasca (teknologi dalam pengolahan hasil ternak), dan teknologi pasar/pemasaran (tranportasi dalam pengangkutan dan pemasaran hasil). Karakteristik Padang Penggembalaan Padang rumput merupakan lahan yang paling ekonomis dalam menyediakan pakan ternak ruminansia. Menurut Martojo dan Mansjoer (1985), pada sistem pemeliharaan ternak secara tradisional ekstensif maupun semi intensif, hampir seluruh kebutuhan pakan ternak disediakan dari sumber hijauan yang ada di padang penggembalaan (pangonan), sedangkan pemeliharaan sistem tradisional intensif pemberian pakan hijauan dilakukan di dalam kandang (cut and carry) dan ternak mendapat pakan tambahan berupa dedak maupun konsentrat. Padang rumput yang produktif dapat menghasilkan produksi ternak yang tinggi, dalam upaya pencapaian produksi yang tinggi tersebut diperlukan suatu perencanaan dan manajemen yang baik. Padang penggembalaan tropis biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah dimusim hujan, tunas tanaman dan biji tumbuh serta berkembang lebih cepat. Selanjutnya, pada musim hujan tanaman hijauan yang lebih banyak dikonsumsi oleh ternak dengan daya cerna yang lebih tinggi dibanding tanaman tua. Kadar protein kasar hijauan dapat mencapai 8-10% dari total bahan kering hijauan, sehingga pada musim hujan biasanya ternak menghasilkan produktivitas yang tinggi. Menurut Umberger (2001) bahwa manajemen penggembalaan dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu penggembalaan kontinyu dan penggembalaan bergilir. Penggembalaan kontinyu membiarkan ternak merumput sendiri pada suatu padang rumput yang telah ditetapkan sepanjang musim penggembalaan (ekstensif), sedangkan penggembalaan bergilir melibatkan campur tangan manusia dengan membagi lahan penggembalaan ke dalam petak-petak (intensif). Salah satu keuntungan penggembalaan bergilir untuk mencegah ternak agar tidak melakukan renggut pilih (selective grazing), sehingga pertumbuhan kembali rumput (regrowth) dapat terjamin.

24 Ternak Domba Domba yang berasal dari Indonesia terdiri dari 3 jenis : domba lokal, domba Priangan atau domba garut, dan domba ekor gemuk. Ternak domba memiliki beberapa kelebihan yang dapat diperoleh, antara lain: (1) domba mudah beradaptasi terhadap lingkungan walaupun Indonesia terletak didaerah tropis, (2) domba memiliki sifat hidup berkelompok sehingga pada saat digembalakan tidak akan saling terpisah jauh dari kelompoknya, (3) domba cepat berkembang biak karena dalam kurun waktu dua tahun dapat beranak tiga kali, sekali beranak dapat mencapai dua ekor, (4) modal kecil dan dapat dijadikan sebagai tabungan dan kulit domba merupakan nilai tambah karena dapat dijual dengan harga tinggi. Pemeliharaan domba di daerah pedesaan bersifat komplementer bagi usaha pertanian. Pemeliharaan ternak domba dan kambing kurang memperhatikan tiga faktor penunjang produksi yang terdiri dari breeding, feeding, dan management. Untuk itu, perlu diadakan pembinaan pada peternak dengan tambahan bekal pengetahuan teknis pemeliharaan yang dapat ditinjau dari aspek pembibitan, pemberian pakan dan manajemen sehingga dapat terjadi peningkatan skala usaha. Umumnya semua jenis domba tropik dipelihara pada penggembalaan yang tidak unggul. Di Afrika dan Asia Barat domba digembalakan secara ekstensif kadangkadang bercampur dengan sapi atau kambing dan pada daerah-daerah yang lebih kering domba digembalakan bercampur dengan unta. Di beberapa negara Asia domba berkeliaran di pinggir-pinggir jalan. Domba adalah perumput yang selektif, lebih suka rumput pendek, legum, dan berbagai semak pendek. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumsi pakan dari domba tropik lebih rendah daripada domba jenis daerah dingin. Domba cenderung hidup baik pada daerah yang lebih kering dengan suplai makanan naik turun baik kualitas maupun kuantitasnya pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Domba dihadapkan pada musim kering yang panjang produktivitas dapat dinaikkan dengan memberi tambahan pakan selain digembalakan. Lama kebuntingan dari kebanyakan domba lokal tropik tidak diketahui dengan tepat, tetapi jaraknya kira-kira sama dari masa kebuntingan dari domba daerah dingin hari. Domba tidak mesti minum tiap hari terutama jika digembalakan pada pastura yang

25 muda dan basah. Keperluan air dari domba yang dipelihara pada kondisi tropis setengah kering sekitar 4-5 liter (Williamson dan Payne, 1993). Ternak Kambing Berdasarkan klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam kerajaan animalia, filum cordata, kelas kelompok mamalia, ordo Arthodactyla, family Bovidae, sub famili Caprinae dan genus Capra. Menurut Sodik dan Abidin (2008), dalam perkembanganya tipe kambing diklasifikasikan berdasarkan produk utamanya seperti kambing tipe perah, tipe potong, tipe dwiguna (gabungan tipe potong dan perah) dan kambing tipe bulu. Ciri ciri kambing lokal antara lain : (1) garis profil kepala lurus atau cekung, (2) daun telinga pendek dengan sikap berdiri yang mengarah kedepan dan panjangnya 15 cm, (3) tanduk relatif pendek, melengkung dengan ujung yang membengkok keluar, panjang tanduk jantan lk. 10 cm dan betina lk. 8 cm, (4) betina memiliki bulu bulu yang pendek dan pada jantan bulu bulunya panjang pada dagu, tengkuk, pundak dan punggung sampai keekor serta bagian belakang, (5) warna bulu hitam, putih, coklat serta campuran. Ternak kambing merupakan ternak yang dipelihara oleh masyarakat secara luas karena mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan bagi pemeliharaannya yaitu sebagai tabungan yang sewaktu waktu boleh dijual dan cepat berkembang biak. Ternak kambing selain digunakan sebagai tabungan juga merupakan penghasil pupuk kandang, penghasil daging, susu serta kulit dan mempunyai nilai sosial. Kambing mempunyai kebiasaan makan yang khusus karena lidahnya yang cekatan dan dapat merumput serta makan daun pohon-pohonan atau semak-semak (to browse foliage) yang biasanya tidak dimakan oleh ternak ruminansia lainnya (Wiliamson and Payne, 1993). Pakan kambing yang utama adalah hijauan yang terdiri dari rumput dan daun-daun. Apabila menginginkan produksi lebih baik sesuai dengan tujuan komersil selain rumput dan daun-daun juga harus diberikan makanan penguat seperti dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, dan lainya. Disamping itu, dapat diberikan pakan berupa sisa-sisa dapur seperti kulit pisang, ampas kelapa, kulit ubi, jerami, nangka, kulit jagung dan lain-lainya.

26 Manajemen Kandang dan Penyakit Fungsi kandang bagi ternak diantaranya: sebagai tempat ternak berlindung dari semua gangguan yang dapat diprediksi seperti aklimatisasi, terpaan angin, sinar matahari maupun binatang pengganggu. Fungsi kandang harus mempermudah pengawasan dan pemeliharaan bagi peternak, seperti makan, minum, tidur, membuang kotoran. Kandang kambing sangat sederhana serta tidak membutuhkan tempat yang luas dan tenaga kerja yang banyak. Kandang kambing dibuat seperti panggung dengan lantai bercelah celah supaya kotoran jatuh ke bawah. Ukuran kandang untuk 2 ekor betina dewasa adalah 2 m x 3 m, dan kandang untuk kambing jantan sebaiknya dipisahkan. Penyakit kembung perut pada kambing disebabkan karena terlalu banyak konsumsi sehingga pakan susah dicerna dan menjadi busuk dan menimbulkan gas dalam perut. Pencegahan penyakit ini dengan menghindarkan pemberian pakan yang berlebihan dan penggembalaan di pagi hari. Sedangkan untuk penyakit cacingan dapat menggunakan tepung buah pinang sebanyak 5-10 gr yang diaduk dalam pakan dan setelah 5 jam diberikan garam inggris untuk kambing dewasa. Sebelum diberikan obat hendaknya ternak dipuasakan terlebih dahulu. Penyakit lain yang menyerang kambing yaitu scabies / kudis/ kurap yang disebabkan oleh kotoran dan parasit kulit serta kandang/ lingkungan yang kotor.

27 MATERI METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Pemilihan lokasi peternak dilakukan atas dasar tingkat kesulitan dalam penyediaan hijauan pakan oleh para peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo serta kondisi topografi ke dua desa yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009-Februari Materi Responden Peternak Pemilihan peternak dilakukan secara acak dan sudah mewakili jumlah populasi yaitu 30 % dari per KK penduduk dikedua desa tersebut. Jumlah peternak terpilih sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 peternak pada masing-masing desa. Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing dan domba yang dimiliki oleh 50 responden yang masing-masing terdapat pada Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Ternak berasal dari segala umur, jenis kelamin, dan kondisi reproduksi yang berbeda-beda. Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah karung, plastik, kamera, dan kuisioner. Bobot badan ternak domba dan kambing ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan kapasitas 100 kg. Prosedur Teknik Persiapan Tahap persiapan penelitian ini meliputi dari penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin terhadap instansi-instansi yang terkait, serta persiapan survei diantaranya kegiatan penyiapan kuesioner, pengisian data, petunjuk pelaksanaan, penyusunan jadwal pengambilan data.

28 Teknik Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengambilan data primer dilakukan secara langsung kepeternak dengan teknik wawancara berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan sebagai bahan acuan dan pengamatan lapang. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain desa Sidoharjo dan Sumberharjo, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan, Dinas Bina Marga dan Pengairan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pacitan, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Pacitan, dan Pangkalan TNI AU Iswahyudi Detasemen Pacitan. Data sekunder selain diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, juga diperoleh melalui literatur literatur penunjang lainnya seperti buku, artikel, makalah, jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi data populasi ternak domba dan kambing, jumlah penduduk, luas lahan garapan, data cuaca, iklim serta data-data lain yang mendukung dalam penelitian. Teknik Pengambilan Hijauan Sampel hijauan diambil dari beberapa peternak. Sampel tersebut berasal dari lokasi penanaman hijauan dan yang berasal dari kandang pada saat domba dan kambing diberikan pakan. Hijauan yang dikoleksi kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya dan didokumentasikan. Analisis ketersediaan hijauan juga dilakukan untuk mengetahui ketersediaan dan kontinuitas sepanjang tahun. Hijauan yang digunakan adalah hijauan yang ditanam para peternak di lahan sawah, tegalan, dan halaman rumah yang mereka miliki. Data diambil dengan pengamatan langsung dilapang dan beberapa pertanyaan penunjang kepada peternak yang sebelumnya sudah dipersiapkan pada kuesioner. Peubah yang diamati Peubah yang diamati adalah: 1. Sistem Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing 2. Pola Penyediaan HMT (Hijauan Makanan Ternak) 3. Frekuensi Pemberian Hijauan Pakan

29 4. Karakteristik Peternak (Umur, Pengalaman Beternak, Jenis Pekerjaan, dan Tingkat Pendidikan). Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis secara metode deskriptif, dan Metode Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR). Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keadaan umum di lokasi penelitian dan menganalisa sistem pemeliharaan ternak serta pola penyediaan hijauan makanan ternaknya yang dapat mendukung perkembangan bidang peternakan kambing dan domba. Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Menurut Soewardi (1985), metode Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merupakan suatu pendekatan untuk menunjukkan kapasitas wilayah dalam penyediaan hijauan makanan ternak. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Potensi Maksimum berdasarkan Sumberdaya Lahan (PMSL) PMSL = a LG + b PR + c R PMSL : Potensi Maksimum Sumberdaya Lahan (ST) a : Koefisien kapasitas tampung lahan garapan sebesar 0,8 ST/ha Nilai koefisien dalam perhitungan ini merupakan nilai koefisien untuk Propinsi Jawa Timur. LG : Lahan garapan tanaman pangan (ha) b : koefisien kapasitas tampung padang rumput sebesar 0,5 ST/ha PR : Luas padang rumput c : koefisien kapasitas tampung rawa sebesar 1,2 ST/ha R : Luas rawa (ha) 2. Potensi Maksimum berdasarkan Kepala Keluarga Petani (PMKK) PMKK = d KK PMKK: Potensi Maksimum (ST) berdasarkan Kepala Keluarga

30 KK : Kepala Keluarga termasuk pekerja d : Koefisien rataan jumlah ternak ruminansia yang dapat dipelihara oleh setiap KK yaitu 3 ST/KK 3. Perhitungan KPPTR berdasarkan PMSL KPPTR (SL) = PMSL POPRIL KPPTR (SL) : Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST) berdasarkan Sumberdaya Lahan PMSL : Potensi Maksimum Sumberdaya Lahan(ST) POPRIL : Populasi Riil ternak Ruminansia (ST) 4. Perhitungan KPPTR berdasarkan PMKK KPPTR (KK)= PMKK POPRIL KPPTR (KK) : Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (ST) berdasarkan Kepala Keluarga petani PMKK : Potensi Maksimum Kepala Keluarga petani POPRIL : Populasi Riil ternak Ruminansia (ST) 5. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Efektif ditentukan dengan melihat kendala yang paling besar : KPPTR (SL) Efektif jika dan hanya jika KPPTR (SL) < KPPTR (KK) dan KPPTR (KK) Efektif jika dan hanya jika KPPTR (KK) < KPPTR (SL)

31 PEMBAHASAN Keadaaan Umum Pacitan Kabupaten Pacitan terletak di pesisir selatan Propinsi Jawa Timur. Letak Kabupaten Pacitan secara geografis berada pada BT, LS dengan luas wilayah 1.419,44 km2. Sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan dan tanah kapur yang merupakan bagian pegunungan kapur selatan, dan membentang dari Gunung Kidul hingga Trenggalek menghadap ke Samudera Hindia. Kabupaten Pacitan dibagi menjadi 4 wilayah pembantu bupati, 12 wilayah kecamatan, 5 kelurahan dan 159 desa. Kabupaten ini merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Timur bagian Selatan dan berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Kabupaten Pacitan sebagai berikut : Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek, Sebelah Selatan : Samudera Hindia, Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo Kabupaten Pacitan seperti daerah lain di Pulau Jawa dipengaruhi oleh iklim tropika basah yang memiliki dua musim yaitu musim hujan (Bulan Oktober-April) dan musim kemarau (Bulan April-Oktober). Rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara mm. Suhu udara merupakan parameter yang dapat mempengaruhi cuaca. Suhu udara tersebut dapat mengetahui seberapa kering ataupun basah dari suatu wilayah. Suhu rata-rata di Pacitan dalam setahun sebesar 27,3 o C. Suhu udara tersebut masih sesuai dengan suhu udara daerah tropis yaitu berkisar antar o C. Tataguna Tanah dan Pertanian Tegalan mendominasi sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Pacitan dengan jenis tanaman utama ubi kayu, jagung, padi, kedelai, dan kacang tanah, ubi jalar, sorgum, kacang hijau, beberapa jenis sayuran dan hijauan makanan ternak (HMT). Dari jumlah Ha sawah di Kabupaten Pacitan, hanya Ha yang berpengairan teknis dan setengah teknik, selebihnya + 78,65 % terdiri dari sawah tadah hujan dan sawah berpengairan sederhana (Balitbang, 2003).

32 Keadaan Umum Desa Sidoharjo Keadaan Topografi Desa Sidoharjo merupakan salah satu desa di Pacitan yang berbatasan dengan Desa Bangunsari di sebelah Utara, Teluk Pacitan di sebelah Selatan, Kecamatan Pringkuku di sebelah Barat dan Kelurahan Baleharjo di sebelah Timur. Tabel 1. Keadaan Umum Desa Sidoharjo Keadaan Lokasi Penelitian Keterangan Luas Wilayah ( km 2 ) 8,36 Jumlah Penduduk ( jiwa ) Kepadatan Penduduk ( jiwa/km 2 ) 641,87 Ketinggian tempat ( m/dpl ) Curah Hujan ( mm/th ) Suhu ( 0 C ) Jenis Iklim tropika basah Bentang Alam ( Ha ) Dataran 591,76 Perbukitan/Pegunungan 244,67 Sumber : Data Dasar Profil Desa Sidoharjo ( 2009) Luas Desa Sidoharjo adalah 836,43 ha atau 8,36 km 2 yang terdiri dari dataran seluas ha dan perbukitan/pegunungan seluas 244,67 ha. Kepadatan penduduk di desa tersebut sebanyak 641,87 jiwa/km 2 dengan curah hujan rata-rata mm/tahun dan suhu C. Domba dan kambing merupakan ruminansia yang mampu beradaptasi baik pada wilayah kering beriklim kering seperti di desa Sidoharjo. Penggunaan Lahan Desa Sidoharjo Lahan merupakan salah satu bagian terpenting bagi domba dan kambing untuk pengadaan hijauan makanan ternak (HMT). Fungsi lahan terus mengalami pergeseran dari lahan pertanian menjadi non-pertanian sehingga sumber dan ketersediaan hijauan pakan untuk ternak khususnya ruminansia kecil (domba dan kambing) menjadi terbatas. Seiring dengan meningkatnya kepadatan penduduk, keberadaan lahan terutama lahan padang penggembalaan menjadi semakin terancam

33 dikarenakan kebutuhan yang lebih penting yaitu tempat tinggal. Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar lahan di Desa Sidoharjo digunakan sebagai lahan pemukiman yaitu sebanyak 45,46 %. Dengan semakin sempitnya suatu lahan terutama di Indonesia, membuat lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak juga ikut berkurang. Konsekuensi dari keterbatasan lahan adalah produktivitas ternak domba dan kambing akan mengalami penurunan. Kekurangan dan keterbatasan penyediaan pakan didaerah marjinal yang biasanya padat ternak menurut Nitis (1993) dapat diatasi dengan meningkatkan penggunaan tanah-tanah kosong di batas pekarangan, tepi jalan, pematang sawah, dan tegalan. Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan Desa Sidoharjo Jenis Lahan Luas (ha) Persentase (%) Pemukiman 380,236 45,46 Sawah 99,900 11,94 Tegalan & Perladangan 40,814 4,88 Perkebunan 8,020 0,96 Rawa/Danau 5,500 0,66 Padang Rumput 5,510 0,66 Hutan 171,650 20,52 Perkantoran & Sekolah 36,410 4,35 Jalan 15,500 1,85 Lapangan 25,540 3,05 Lahan Kritis 35,000 4,18 Perikanan 12,350 1,48 Lain - Lain 17,733 2,12 Sumber : Data Dasar Profil Desa Sidoharjo ( 2009) Lahan-lahan yang memiliki potensi dalam pengadaan hijauan pakan untuk domba dan kambing selain dari padang penggembalaan seperti memanfaatkan lahan hutan (20,52 %), perkebunan (0,96 %), pinggiran jalan (1,85 %), dan lahan-lahan kritis yang belum diolah secara maksimal (4,18 %). Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995) penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis,

34 perubahan yang terus menerus sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu. Keadaan Umum Desa Sumberharjo Keadaan Topografi Desa Sumberharjo berbatasan dengan Desa Sambong di sebelah Utara, Desa Bangunsari di sebelah Selatan, Desa Sedeng di sebelah Barat dan Kelurahan Pucangsewu di sebelah Timur. Tabel 3. Keadaan Umum Desa Sumberharjo Keadaan Lokasi Penelitian Keterangan Luas Wilayah ( km 2 ) 1,98 Jumlah Penduduk ( jiwa ) Kepadatan Penduduk ( jiwa/km 2 ) 661,11 Ketinggian tempat ( m/dpl ) Curah Hujan ( mm/th ) Suhu ( 0 C ) Jenis Iklim tropika basah Bentang Alam ( Ha ) Dataran 89,65 Perbukitan/Pegunungan 108,48 Sumber : Data Dasar Profil Desa Sumberharjo ( 2009) Luas Desa Sumberharjo lebih kecil bila dibandingkan dengan desa Sidoharjo yaitu 198,13 ha atau 1,98 km 2 yang terdiri dari dataran seluas 89,65 ha dan perbukitan/pegunungan 108,48 ha. Kepadatan penduduk 641,87 jiwa/km 2 yang pemukimannya menyebar di bawah perbukitan. Desa tersebut memiliki rata-rata curah hujan dan suhu yang sama dengan Desa Sidoharjo sehingga memungkinkan untuk beternak domba dan kambing. Penggunaan Lahan Desa Sumberharjo Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam beternak domba dan kambing. Lahan diperlukan untuk membangun kandang, menanam hijauan makanan tenak (HMT), dan jika dipelihara secara ekstensif maupun semi intensif maka

35 digunakan sebagai padang penggembalaan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Sumberharjo adalah sebagai petani, oleh karena itu persentase penggunaan lahan banyak diperuntukan sebagai lahan persawahan yaitu sebesar 20,53 %. Usaha ternak ruminansia kecil merupakan salah satu alternatif kegiatan yang dapat diintegrasikan dengan usaha tani, kebun dan perikanan. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Desa Sumberharjo Jenis Lahan Luas (ha) Persentase (%) Pemukiman 33,674 17,00 Sawah 40,680 20,53 Tegalan & Perladangan 25,000 12,62 Perkebunan 3,320 1,68 Rawa/Danau 0,000 0,00 Padang Rumput 0,000 0,00 Hutan 30,656 15,47 Perkantoran & Sekolah 0,250 0,13 Jalan 13,000 6,56 Lapangan 0,050 0,03 Lahan Kritis 50,000 25,24 Perikanan 1,500 0,76 Lain - Lain 0,500 0,25 Sumber : Data Dasar Profil Desa Sumberharjo ( 2009) Persawahan di Desa Sumberharjo merupakan sawah tadah hujan, yaitu lahan persawahan yang pengairannya bergantung pada musim hujan saja. Pada musim penghujan lahan sawah berfungsi untuk menanami padi, sedangkan saat musim kemarau tiba lahan tersebut ditanami dengan tanaman tahan kering, bahkan sebagian peternak menggunakan lahan sawah tersebut sebagai padang penggembalaan. Sistem pertanian tersebut memegang peranan penting dalam menunjang kehidupan dan kesejahteraan petani. Selain mendapatkan hasil panen (pangan), limbah pertaniannya dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak domba dan kambing.

36 Berdasarkan Tabel 4, lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menyediakan HMT di Desa Sumberharjo antara lain perkebunan (1,68 %), hutan (15,47 %), tepi jalan (6,56 %), dan lahan kritis ( 25,24 %). Kependudukan dan Sosial Budaya Jumlah penduduk Desa Sidoharjo dan Sumberharjo, yaitu berjumlah dan jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Sidoharjo terdiri atas laki laki dan perempuan. Penduduk desa tersebut lebih banyak berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 54,49 % (2.924 jiwa). Sementara itu, persentase jumlah untuk laki laki adalah sebesar 45,51 % (2.442 jiwa). Penduduk Desa Sumberharjo berdasarkan persentase juga lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu persentase sebesar 53,48 % (700 jiwa). Sementara itu, persentase jumlah untuk laki laki adalah sebesar 46,52 % (609 jiwa). Gambar 1. Persentase Jumlah Penduduk Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 Gambar 2. Persentase Jumlah Penduduk Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Umur Tahun 2009

37 Kepala keluarga dari total jumlah penduduk Desa Sidoharjo dan Sumberharjo sebanyak dan 436 kepala keluarga. Dilihat dari segi umur, penduduk kedua desa tersebut terbagi menjadi tujuh kelompok umur. Kelompok umur tersebut antara lain kelompok umur 0 8 tahun, 9 17 tahun, tahun, tahun, tahun, tahun dan di atas 54 tahun. Persentase jumlah penduduk Desa Sidoharjo dan Sumberharjo berdasarkan umur tahun 2009 disajikan pada Gambar 2. Sistem Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing Yumichad dan Llham (2006) mengemukakan bahwa sistem produksi domba dan kambing tidak mengalami perubahan dalam 50 tahun terakhir. Sebagian besar sumbangan produksi tetap berada dalam tangan peternak rakyat, sementara peternak besar tidak berkembang. Tingkat masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan budidaya ternak kambing lebih didominasi oleh peternak skala kecil dengan tingkat penguasaan ternak berkisar antara 3-10 ekor/kk. Bentuk pemeliharaan di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo masih tetap usaha rakyat yang merupakan usaha sampingan, maka sistem pemeliharaan masih konvensional tidak ada sentuhan investasi dan biaya yang yang nyata dalam pemeliharaan. Sistem pemeliharaan yang digunakan di kedua desa tersebut antara lain sistem intensif dengan pola penyediaan hijauan cut and carry dan sistem semi intensif dengan pola penyediaan hijauan digembalakan pada siang hari agar dapat merumput (grazing) dan sore dikandangkan kembali. Tabel 5. Sistem Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Pola Pemeliharaan Persentase Peternak ( % ) Desa Sidoharjo Desa Sumberharjo Intensif Semi Intensif 4 16 Berdasarkan Tabel 5, pemeliharaan ternak domba dan kambing yang dilakukan peternak secara umum di kedua desa tersebut adalah sistem intensif ternak diberi pakan dan minum di kandang. Mayoritas responden peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo menggunakan sistem intensif dalam memelihara ternak

38 domba dan kambing, yaitu 96 % dan 84 %. Sisanya sebanyak 4 % dan 16 % responden peternak menggunakan sistem semi intensif. Menurut peternak di kedua desa tersebut, sistem pemeliharaan secara intensif lebih efektif dibandingkan dengan semi intensif, antara lain peternak dapat melakukan pekerjaan utama tanpa perlu was-was karena ternaknya hilang saat digembalakan, dan waktu yang digunakan untuk mengawasi ternak saat digembalakan lebih efektif untuk mengarit (menyediakan HMT dengan sistem cut and carry). Jarak lapangan yang digunakan sebagai padang penggembalaan domba dan kambing cukup jauh sehingga membuat enggan peternak untuk menggembalakan ternaknya. Sistem Pemeliharaan Domba dan Kambing Secara Intensif Sistem pemeliharaan ternak secara intensif merupakan sistem pemeliharaan ternak yang dikandangkan dengan pola penyediaan HMT secara cut and carry (diaritkan). Pola Penyediaan HMT secara cut and carry adalah cara penyediaan hijauan pakan dengan cara dipotong dan diangkut. Para peternak di kedua desa tersebut biasanya mengangkut hijauan pakan dengan gerobak kecil, sepeda, atau dengan menggunakan pikulan berjalan kaki hingga rumah. Penyediaan HMT dengan sistem cut and carry di kedua desa tersebut dilakukan peternak pada pagi hingga siang hari sekitar pukul WIB atau pada siang hari hingga sore sekitar pukul WIB. Tabel 6. Pola Penyediaan HMT Cut and Carry Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Penyediaan HMT Cut and Carry Persentase Peternak ( % ) ( Sistem Intensif ) Desa Sidoharjo Desa Sumberharjo Menanam Sendiri 8,33 52,38 Membeli 12,5 14,29 Menggunakan Tanaman Liar 79,17 33,33 Hijauan merupakan hal penting bagi ternak domba dan kambing, oleh karena itu peternak harus menyediakan hijauan dalam jumlah yang cukup. Namun demikian, tidak seluruh peternak memiliki lahan hijauan pakan. Berdasarkan Tabel 6, mayoritas penduduk di Desa Sidoharjo menggunakan tanaman liar dalam menyediakan HMT

39 sedangkan di Desa Sumberharjo 52,38 % responden peternak menanam sendiri hijauan pakannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternak di Desa Sumberharjo peduli terhadap ketersediaan HMT untuk pakan ternak domba dan kambing. Lahan yang digunakan oleh peternak untuk menanam sendiri hijauan pakan antara lain lahan sawah, halaman rumah, tegalan. Beberapa peternak lainnya yang tidak mempunyai lahan membeli dari masyarakat yang menjual HMT, dan pasar hewan. Tanaman liar diperoleh dari mengarit rumput serta legum di pinggiran jalan, serta lapangan sepakbola. Gambar 3. Pola Penyediaan HMT Cut and Carry (Semi Intensif) Luas lahan yang tersedia bagi produksi tanaman hijauan makanan ternak di pedesaan semakin terbatas karena pertambahan penduduk. Potensi pekarangan atau halaman masih belum digunakan secara maksimal oleh beberapa peternak dalam menanam HMT. Lahan pekarangan yang dimiliki oleh peternak umumnya ha dapat dimanfaatkan untuk menanaminya dengan HMT. Desa Sidoharjo maupun

40 Sumberharjo masih memiliki lahan-lahan yang belum dimanfaatkan sebagai sumber hijauan seperti perkebunan, hutan, dan lahan kritis. Frekuensi Pemberian Berdasarkan Tabel 7, frekuensi pemberian hijauan pakan dengan pola penyediaan HMT cut and carry terhadap ternak domba dan kambing di Desa Sidoharjo yang banyak dilakukan adalah satu kali yaitu 62,5 %. Frekuensi pemberian HMT di Desa Sumberharjo sebanyak 90,48 % responden peternak memberikan sebanyak dua kali, yaitu pagi sekitar pukul WIB dan sore hari pukul WIB. Tabel 7. Frekuensi Pemberian Pakan Pada Ternak Domba dan Kambing Frekuensi Pemberian Persentase Peternak (%) Pakan Desa Sidoharjo Desa Sumberharjo satu kali 62,5 9,52 dua kali 37,5 90,48 Sistem pemeliharaan intensif dengan pola penyediaan cut and carry memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat dari pola penyediaan hijauan dengan cut and carry antara lain : (1) Penggunaan lahan lebih efisien untuk produksi hijauan pakan, (2) Meningkatkan hasil produksi khususnya ternak yang menghasilkan susu, (3) Ternak dapat terkontrol dengan baik manajemen pemeliharaannya baik dari penyakit, siklus kebuntingan, maupun proses kelahiran, (4) Penanganan limbah ternak dapat terkontrol yaitu kotorannya yang dapat dijadikan pupuk untuk tanaman pangan dan tanah, (5) Mencegah ternak untuk merusak lahan-lahan pertanian dan tanaman pangan. Kekurangan pola penyediaan HMT secara cut and carry antara lain : (1) Memerlukan tenaga kerja untuk menyediakan pakan, mencari hijauan pakan, dan memberi minum, (2) Risiko penyebaran penyakit dari ternak satu ke ternak lain, (3) Hijauan yang disediakan harus mencukupi kebutuhan ternak dan memerlukan keahlian dalam pemeliharaan

41 Sistem Pemeliharaan Domba dan Kambing Secara Semi Intensif Sistem pemeliharaan ternak secara semi intensif merupakan sistem pemeliharaan ternak yang dikandangkan pada malam hari, sedangkan siang hari diikat dan digembalakan agar dapat merumput (grazing). Pola penyediaan HMT untuk domba dan kambing dengan sistem semi intensif merupakan gabungan antara sistem intensif dan ekstensif. Pola penyediaan HMT dengan sistem semi intensif ini dibedakan menjadi dua yaitu (1) ternak diberi pakan sebelum digembalakan, (2) ternak baru diberi pakan setelah dikandangkan pada sore hari. Pola penyediaan HMT di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo dengan sistem semi intensif yaitu dengan pemberian hijauan pakan pada pagi harinya kemudian pada siang hari sekitar pukul WIB ternak dibiarkan merumput hingga sore hari dan sekitar pukul WIB ternak kembali dikandangkan. Menurut Devendra dan Burns (1971) didaerah tropis yang lembab dan kering, ruminansia kecil biasanya dipelihara dalam kawanan kecil dibawah sistem peternakan semi intensif. Tabel 8. Lahan Padang Penggembalaan Ruminansia Kecil di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Penyediaan HMT Cut and Carry & Grazing Persentase Peternak ( % ) (Sistem Semi Intensif) Desa Sidoharjo Desa Sumberharjo Lapangan Sepak Bola 0 50 Sawah & Tegalan Tepi Jalan 0 25 Pengertian padang penggembalaan secara umum merupakan lahan yang digunakan sebagai tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan legum (jenis rumput atau legum yang tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Akan tetapi padang penggembalaan di kedua desa tersebut yang digunakan untuk menggembalakan ternak merupakan lahan dengan rumput dan legum yang tumbuh liar tanpa dirawat atau sengaja ditanam. Lahan yang biasanya digunakan sebagai padang penggembalaan ruminansia kecil di desa Sidoharjo dan

42 Sumberharjo adalah lapangan sepak bola, tegalan, tepi jalan, dan sawah (musim kemarau). Sebagian wilayah Indonesia, terutama di desa-desa, seperti Desa Sumberharjo menggunakan lapangan sepak bola sebagai padang penggembalaan selain sebagai lapangan olahraga. Responden peternak Desa Sumberharjo sebanyak 50 % menggunakan lapangan sepak bola sebagai pangonan untuk ternak domba dan kambing. Responden peternak lainnya sebanyak 25 % memanfaatkan sawah, tegalan, dan tepi jalan terutama saat musim kemarau. Pada Desa Sidoharjo 100 % responden peternak menggunakan sawah dan tegalan sebagai lahan padang penggembalaan (pangonan) ternak domba dan kambing terutama saat musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan adanya larangan menggembalakan ternak oleh pemerintah daerah, selain itu jarak lapangan dengan rumah peternak cukup jauh sehingga peternak enggan menggembalakan domba dan kambingnya di lapangan sepak bola. Gambar 4. Pola Penyediaan HMT Cut and Carry dan Grazing (Semi Intensif)

43 Karakteristik Peternak Menurut Simamora (2004) karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasikan informasi tersebut. Hasil pengukuran karakteristik peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo dibedakan berdasarkan umur, pengalaman beternak, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Data karakteristik peternak di kedua desa tersebut diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner yang dilakukan pada saat penelitian. Adapun gambar diagram persentase karakteristik peternak sebagai berikut: Umur Peternak Berdasarkan Gambar 5, umur para peternak di desa Sidoharjo dan Sumberharjo sebagian besar berusia produktif (18-54 tahun), yaitu 90 % dan 92 %. Peternak yang berusia nonproduktif di dua desa tersebut, yaitu 10 % dan 8 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja di kedua desa tersebut memiliki potensial dalam pengembangan sektor pertanian terutama subsektor peternakan ruminansia kecil karena sebagian besar peternaknya dalam usia yang produktif. Usia produktif menunjukkan kemampuan dan kemauan yang lebih dibandingkan dengan peternak yang berusia nonproduktif dalam hal penyediaan hijauan makanan ternak dengan jangkauan yang lebih luas, merawat, dan menjaga kebutuhan harian ternak. Gambar 5. Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Umur Tahun 2009 Makin muda usia peternak biasanya mempunyai semangat ingin tahu yang makin besar terhadap hal-hal yang baru sehingga kesan mereka lebih cepat atau

44 responsif dalam pembaharuan. Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi adalah apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak ruminansia di Desa Sidoharjo dan Desa Sumberharjo sebagian besar berkisar 1 5 tahun, yaitu 76 % dan 64 %. Sisa pengalaman beternak di kedua desa tersebut yang lebih dari lima tahun adalah 24 % dan 36 %. Pengalaman beternak mempengaruhi pengolahan usaha tani dimana petani yang lebih tua memiliki banyak pengalaman dan kapasitas pengolahan usaha tani yang lebih matang. Umumnya para peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo telah memiliki pengetahuan tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun. Pengalaman beternak yang lama menandakan peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola ternak domba dan kambing dengan baik, seperti menanam hijauan pakan dilahan sendiri, mempergunakan pakan tambahan seperti ampas tahu dan dedak padi, dan menjaga kesehatan ternak. Gambar 6. Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Pengalaman Beternak Tahun 2009 Jenis Pekerjaan Usaha ternak ruminansia kecil di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo merupakan usaha sampingan. Berdasarkan Gambar 7, sebagian besar 44 % responden di Desa Sidoharjo memiliki pekerjaan tetap sebagai pedagang selain beternak domba dan kambing di rumah. Sisanya adalah peternak dengan pekerjaan sebagai petani (20 %), sopir angkutan (16 %), dan Pegawai Negeri Sipil (20 %).

45 Sebagian besar 52 % responden peternak Desa Sumberharjo bekerja sebagai petani. Sisanya adalah peternak yang bekerja sebagai sopir angkutan (8 %), pedagang (20 %), dan Pegawai Negeri Sipil (20 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa selain bertani, para peternak di Desa Sumberharjo memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam hijauan pakan dan hasil panen berupa limbah pertanian untuk pakan ternak domba dan kambing. Gambar 7. Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan peternak di Desa Sidoharjo pada Gambar 8. sebagian besar lulusan SMP (38 %), SMU (34 %), dan SD (28 %). Sedangkan di Desa Sumberharjo lebih banyak lulusan SD (48 %), SMP (28 %) dan lulusan SD (24 %). Tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam hal memanfaakan teknologi peternakan khususnya teknologi pakan masih rendah, dikarenakan rendahnya pendidikan peternak dan tidak adanya penyuluh peternakan di kedua desa penelitian. Gambar 8. Persentase Jumlah Responden Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Pendidikan Tahun 2009

46 Keterampilan dan pengetahuan dapat diperoleh peternak melalui pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal merupakan ilmu yang diperoleh dibangku sekolahan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi). Adapun pendidikan non-formal dapat dilakukan oleh peternak sebagai usaha untuk menambah wawasan, pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan yaitu dengan seminar-seminar, kursuskursus, dan pelatihan-pelatihan. Kepemilikan Ternak Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak, yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST). Pemilikan ternak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu skala kecil dan skala besar. Menurut Karyadi (2008), menunjukkan bahwa peternak memiliki jumlah ternak sedikit karena usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil dan hanya bersifat sampingan. Usaha peternakan domba dan kambing di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo masih bersifat usaha sampingan dengan tiap-tiap peternak memiliki ternak antara 3 10 ekor. Ketersediaan Tenaga Kerja Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga inti (suami, istri, dan anak) termasuk anggota keluarga lainnya seperti saudara yang masih menjadi tanggungan. Mayoritas jumlah keluarga responden peternak di Desa Sidoharjo termasuk dalam kategori rendah hanya terdiri dari suami, istri, dan anak. Sementara itu responden peternak di Desa Sumberharjo umumnya memiliki anggota keluarga yang terdiri dari 4-6 orang anggota keluarga dan tinggal bersama. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia yang dimiliki peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu usaha ternaknya, akan tetapi juga dapat menjadi beban keluarga jika tidak aktif bekerja. Menurut Soewardi dan Suryahadi (1988), bahwa di Indonesia tenaga kerja keluarga merupakan andalan utama pemenuhan tenaga kerja dalam pemilihan ternak yang sifatnya tradisional, dan tidak dinilai dengan uang, meskipun usaha tani dapat sekali-kali membayar tenaga kerja tambahan untuk pemeliharaan ternak. Anggota keluarga yang aktif bekerja pada usaha tani tergantung dari banyaknya anggota keluarga yang sudah dewasa dan banyaknya pria.

47 Tabel 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Jumlah Anggota Keluarga Desa Sidoharjo Responden Peternak (%) Desa Sumberharjo 1 3 orang (rendah) orang (sedang) orang (tinggi) 8 2 Berdasarkan Tabel 9, sebanyak 64 % responden di Desa Sidoharjo memiliki jumlah tanggungan keluarga yang rendah yaitu 1-3 orang. Sedangkan di Desa Sumberharjo sebanyak 56 % memiliki tanggungan keluarga sedang yaitu 4-6 orang. Jumlah anggota keluarga yang rendah sedikit berpengaruh terhadap pemeliharaan dan penyediaan hijauan pakan terhadap ternak domba dan kambing. Penyediaan HMT dengan sistem intensif membutuhkan tenaga kerja untuk mengarit atau memotong hijauan pakan, menyediakan minum, dan membersihkan kandang. Penggunaan tenaga kerja dalam penyediaan HMT di kedua desa tersebut didominasi oleh tenaga kerja keluarga. Jumlah anggota keluarga dengan rata-rata 3 orang per rumah tangga dan dibandingkan dengan jumlah ternak yang dipelihara rata-rata 4 ekor per rumah tangga sehingga dapat memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga. Adapun tenaga kerja perempuan hanya sebatas dalam pemberian pakan sedangkan pengadaan hijauan pakan setiap harinya dilakukan oleh para pria (anakanak maupun dewasa). Menurut Soewardi dan Suryahadi (1988) bahwa di Indonesia tenaga kerja keluarga merupakan andalan utama dalam pemenuhan tenaga kerja dalam pemilihan ternak yang bersifat tradisional dan tidak dinilai dengan uang. Sabrani et al (1981) menyatakan bahwa ternak ruminansia kecil mempunyai peranan cukup besar dan merupakan salah satu komponen untuk memperbaiki efisiensi tenaga kerja dan pendapatan petani kecil. Sebagian besar sistem pemilikan ternak di desa Sidoharjo dan Sumberharjo adalah milik sendiri. Dalam penelitian ini tidak diamati secara mendalam mengenai hubungan sistem kepemilikan ternak dan pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan peternak.

48 Jenis Hijauan Hijauan makanan ternak (HMT) yang diberikan pada ternak domba dan kambing umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput (gramineae) dan kacang-kacangan (leguminoceae). Pakan berupa konsentrat hampir tidak atau sangat jarang diberikan. Hampir 80 % responden peternak menggunakan hijauan sebagai pakan ternak domba dan kambing, sedangkan pemberian konsentrat sekitar 20 %. Hal tersebut disebabkan karena harganya yang mahal, konsentrat juga susah didapatkan dikedua desa tersebut karena tergantung dari musim tanam. Selain itu kepedulian peternak terhadap pentingnya penyediaan pakan yang berkualitas bagi ternak domba dan kambing di kedua desa tersebut masih terbatas. Hijauan pakan yang diberikan pada ternak domba dan kambing di kedua desa tersebut umumnya dalam bentuk hijauan segar yang ketersediaannya tergantung dari musim dan pola tanam. Persediaan pakan berfluktuasi dengan kualitas yang beragam, produksi melimpah pada musim hujan dan persediaan menipis pada musim kemarau. Tingginya harga pakan, tidak selalu diikuti dengan tingginya kualitas tetapi justru dipengaruhi oleh tingginya permintaan. Pengadaan hijauan pakan di kedua desa tersebut masih sangat bergantung pada penyediaan yang diperoleh dari alam sekitarnya. Oleh karena itu, penyediaan hijauan pakan sepanjang tahun tidak terjamin baik secara kualitas, kuantitas, dan kekontinuannya. Pada musim kemarau yang terjadi pada bulan April sampai Oktober penyediaan hijauan pakan untuk domba dan kambing di desa Sidoharjo dan Sumberharjo menjadi faktor pembatas. Pada awal musim kemarau masih bisa diperoleh rumput dan legum merambat walau dalam jumlah dan kondisi tumbuh yang tidak memadai akibat keterbatasan air. Namun seiring dengan berlanjutnya kemarau dan semakin sedikitnya kandungan air tanah, rumput dan legum merambat makin menghilang dan sulit didapatkan. Penyediaan pakan hijaupun berubah dengan memanfaatkan tanaman yang lebih tinggi seperti leguminosa pohon. Adapun manfaat dari leguminosa pohon antara lain : (1) Leguminosa pohon merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada lahan yang miskin hara dan tahan kekeringan sampai beberapa bulan, sehingga ketersediaannya tidak tergantung oleh musim, (2) karakteristik yang khas dari leguminosa adalah kandungan protein tinggi dan kecernaan yang lebih tinggi dari rumput, (3) Selain itu legume pohon memiliki

49 kandungan mineral makro yang lebih tinggi dibandingkan rumput lapang, sehingga leguminosa dapat digunakan sebagai suplementasi hijauan pakan, (4) adanya antinutrisi pada leguminosa dalam batas tertentu dianggap menguntungkan karena dapat menyediakan protein by pass yang mudah dicerna oleh usus, (5) selain kandungan protein legume pohon juga memiliki kandungan mineral makro cukup tinggi seperti Ca dan P (Williamson dan Payne, 1993). Solanum nigrum L. Manihot utilissima Pohl. Muntingia calabura L. Cyodon dactylon L. Gambar 9. Rumput dan Legum di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Berdasarkan Tabel 10, hijauan segar yang biasa diberikan pada ternak domba dan kambing di desa Sidoharjo antara lain : rumput grinting (Cyodon dactylon L.), alang-alang (Imperata cylindrica L.), daun kresen (Muntingia calabura L.), dan daun pisang (Musa sp). Sedangkan di Desa Sumberharjo hijauan pakan yang diberikan antara lain : rumput grinting (Cyodon dactylon L.), singkong (Manihot utilissima Pohl.), daun kresen (Muntingia calabura L.), lembayung (Solanum nigrum L.),

50 pisang (Musa sp), dan lamtoro (Leucaena leucocephala L.). Selain diberikan hijauan berupa rumput dan legume, ternak domba dan kambing juga diberikan limbah pertanian (ubi dan kulit singkong, batang kangkung, dan lembayung), dan limbah rumah tangga (sisa kupasan sayur, sisa sayuran, dan kulit pisang). Tabel 10. Jenis Hijauan, Nama Latin, dan Penggunaannya di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Jenis Hijauan Nama Latin Desa Sidoharjo Sumberharjo Rumput Gajah Pennisetum purpureum Schum Rumput Grinting Cynodon dactylon L Alang - alang Imperata cylindrica L Singkong Manihot utilissima Pohl Nangka Arthocarpus heterophyllus L Kangkung Ipomea reptans Poir ++ - Kersen/ Talo Muntingia calabura L Mangga Mangifera indica L Ketapang Terminalia cattapa L Alpukat Persea americana Mill + - Jambu Psidium guajava L. + + Belimbing Averrhoa pentandra Blanco ++ + Lembayung Solanum nigrum L Pisang Musa sp Lamtoro Leucaena leucocephala L Beluntas Baccharis indica L Cikri ++ - Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. + + Turi Sesbania grandiflora L Kedongdong Spondias dulcis Forst - + Meniran Phyllanthus niruri L Keterangan : (+++) = Hijauan sering digunakan, (++) = Hijauan jarang digunakan, (+) = Hijauan sangat jarang digunakan, (-) = Hijauan tidak pernah digunakan

51 Frekuensi pemberian hijauan pakan pada sistem intensif antara satu hingga dua kali dalam sehari. Banyaknya pemberian hijauan makanan ternak untuk domba dan kambing sekitar 5-6 kg. Sedangkan sistem pemeliharaan domba dan kambing secara semi intensif, frekuensi pemberian hijauan pakan dilakukan satu kali pada saat pagi hari sekitar pukul WIB. Hijauan pakan yang diberikan merupakan hijauan yang telah disiapkan sore hari sebelumnya. Siang hari pukul WIB domba dan kambing diikat dan digembalakan di lapangan sepakbola, sawah (saat musim kemarau), dan pinggiran jalan. Pertumbuhan ternak kambing dan domba dengan pemberian pakan hijauan dapat meningkatkan berat badan ternak dengan biaya rendah, sedangkan ternak dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat pertambahan berat badannya dua kali lipat dengan biaya pakan lebih tinggi dibandingkan nilai pertambahan berat badan ternak tersebut. Skala peternakan di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo yang masih bersifat non industri dengan modal yang kecil serta pemakaian tenaga kerja anggota keluarga, pemberian pakan dengan hijauan lebih ekonomis. Tabel 11. Rataan Bobot Badan Ternak Domba dan Kambing Spesies Ternak Desa Sidoharjo Desa Sumberharjo Kambing Jantan 26,84 + 2,10 28,26 + 8,85 Kambing Betina 16,55 + 8,59 21,62 + 8,61 Domba Jantan 15,17 + 8,53 27,85 + 0,92 Domba Betina 22,15 + 1,64 22,53 + 3,95 Hijauan merupakan hal terpenting untuk pakan ternak domba dan kambing, oleh karena itu peternak harus menyediakan hijauan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Kualitas hijauan makanan ternak yang diberikan oleh peternak di Desa Sidoharjo bila dibandingkan dengan peternak di Desa Sumberharjo lebih bervariasi. Hal tersebut dikarenakan selain menggunakan rumput lapang yang nilai nutrisinya diduga kurang mencukupi, peternak di Desa Sumberharjo juga menanam sendiri hijauan pakannya. Pertumbuhan ternak domba dan kambing dengan pemberian hijauan di Desa Sumberharjo menunjukkan bahwa rataan bobot badannya lebih tinggi dibandingkan dengan bobot badan ternak di Desa Sidoharjo. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha peternakan domba dan kambing

52 yang saat ini di kedua desa tersebut merupakan usaha sampingan akan mengalami peningkatan dan perkembangan apabila penyediaan hijauan pakannya ditingkatkan yang disesuaikan ketersediaan lahannya. Manajemen Kandang dan Penyakit Sistem pemeliharaan ternak ruminansia kecil secara intensif dan semi intensif di desa Sidoharjo dan Sumberharjo memerlukan kandang saat ternak sudah tidak digembalakan saat malam harinya. Kandang memiliki fungsi diantaranya : (1) tempat domba dan kambing hidup serta berkembang biak, (2) melindungi ternak dari sinar matahari, kedinginan dan kehujanan, (3) memudahkan dalam pemeliharaan, dan pengambilan kotoran, (4) memudahkan dalam pengontrolan terhadap penyakit. Gambar 10. Manajemen Kandang di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Kandang umumnya beratapkan genting dengan dinding dari bambu atau kayu. Tipe kandang yang digunakan oleh peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo adalah tipe panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang

53 bermanfaat sebagai penampung kotoran terutama untuk sistem pemeliharaan secara intensif. Kotoran domba dan kambing dapat dimanfaatkan dengan menjualnya pada pengumpul dan menjadikannya sebagai pupuk bagi lahan pertanian yang dimiliki oleh peternak. Dasar lantai kandang dibuat celah lubang, dengan harapan feces domba dan kambing bisa jatuh ke tanah. Sistem pemeliharaan semi intensif membuat fungsi kandang hanya lebih banyak sebagai tempat beristirahat ternak pada malam hari sedangkan pada pagi harinya ternak dilepas di lapangan. Sebagian peternak menanami pohon kelapa disekitar kandang dengan tujuan untuk melindungi ternak dari terpaan angin kencang dan peneduh. Pada sisi kanan dan kiri kandang dibuat tempat pakan. Letak kandang secara umum berdekatan atau berada di samping rumah sehingga para peternak dapat dengan mudah mengawasinya ternaknya. Tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam hal penyediaan hijauan pakan masih rendah seperti halnya mengenai penyimpanan hijauan pakan yang hanya dimasukkan dalam karung dan disimpan disamping kandang. Hal ini dapat disebabkan karena masih rendahnya tingkat pendidikan peternak dan tidak adanya penyuluh peternakan di kedua desa penelitian. Teknologi pemeliharaan terutama menyangkut pencegahan penyakit untuk ternak domba dan kambing di kedua desa tersebut masih rendah. Mayoritas peternak di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo masih melakukan cara-cara tradisional dalam pengobatan dan pencegahan penyakit seperti, penggunaan air kelapa saat ternak keracunan, dan penggunaan cabe yang dicampur gula jawa saat ternak terkena kudis. Banyak peternak yang belum mengenal obat-obatan untuk ternak domba dan kambing, walaupun sudah ada yang mengetahuinya tetapi masih enggan untuk menggunakan obat-obatan tersebut. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Perkembangan peternakan di Indonesia masih belum merata, terutama di daerah-daerah. Terdapat daerah-daerah yang sudah jenuh ternak tetapi sebaliknya banyak daerah yang masih kosong ternak. Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan terhadap potensi dimasing-masing daerah tersebut sehingga dapat mengetahui jumlah

54 ternak yang masih dapat dikembangkan dan sumberdaya yang mendukung di daerah tersebut. Desa Sidoharjo dan Sumberharjo memiliki sumberdaya lahan, sumberdaya hijauan, sumberdaya manusia, dan didukung dengan sumberdaya teknologi diharapkan peternakan terutama ternak ruminansia kecil di kedua desa tersebut mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia merupakan suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk menunjukkan kapasitas wilayah dalam penyediaan hijauan makanan ternak (HMT) dan ternak yang dipelihara. Penentuan analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo menggunakan data primer dan sekunder dengan perhitungan berdasarkan lahan dan tenaga kerja. Tabel 12. Perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Desa Sidoharjo dan Sumberharjo Lokasi PMSL PMKK Populasi Riil KPPTR SL KK Efektif ST Sidoharjo 121, , , ,69-177,38 Sumberharjo 52, , , ,4 11,94 Keterangan : PMSL=Potensi Maksimum Sumberdaya Lahan, PMKK= Potensi Maksimum Kepala Keluarga, Populasi Riil= Populasi Ternak Ruminansia, KPPTR (SL)= Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Sumberdaya Lahan, KPPTR (KK)= Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia berdasarkan Kepala Keluarga Berdasarkan Tabel 12. Hasil perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Efektif di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo adalah - 177,38 dan 11,94 ST. Hasil KPPTR (SL) Efektif di Desa Sidoharjo menunjukkan bahwa daerah tersebut sudah tidak memungkinkan untuk menampung ternak ruminansia lagi atau sudah kelebihan ternak ruminansia sebesar 177,38 ST. Kendala utama di desa tersebut adalah ketersediaan lahan dalam menyediakan hijauan pakan untuk ternak yang terbatas, sedangkan sebagian besar lahannya digunakan sebagai pemukiman. Oleh karena itu perlu adanya alternatif seperti mendatangkan hijauan

55 pakan dari desa terdekat, seperti Desa Pucangsewu dan Bangunsari atau mengurangi populasi ternak dengan menjadikan Desa Sidoharjo sebagai sumber bakalan ternak domba dan kambing. Sedangkan untuk Desa Sumberharjo nilai KPPTR (SL) Efektifnya positif yang mendekati nilai kapasitas tampungnya. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan peternak dalam meningkatkan penyediaan hijauan pakan untuk ternak domba dan kambing di Desa Sumberharjo adalah dengan mengatur pola tanam setiap musim kemarau dan hujan, pemanfaatan limbah pertanian dan lahanlahan kosong, serta perlunya pengetahuan mengenai pengawetan HMT, seperti silase dan hay.

56 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beternak ruminansia kecil di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo kebanyakan merupakan usaha ternak berskala kecil, bersifat sambilan, belum dikelola secara professional tidak memperhitungkan keuntungan ataupun kerugian. Mayoritas pola pemeliharaan ternak domba dan kambing di kedua desa tersebut dilakukan secara intensif dengan pola penyediaan HMT secara cut and carry yang penyediaannya masih tergantung pada alam sekitarnya. Berdasarkan hasil perhitungan KPPTR di Desa Sidoharjo menunjukkan bahwa nilai KPPTR (SL) Efektifnya negatif yang artinya, daerah tersebut sudah tidak memungkinkan untuk menampung ternak ruminansia lagi atau sudah kelebihan ternak ruminansia. Sedangkan untuk Desa Sumberharjo nilai KPPTR Efektifnya positif yang mendekati nilai kapasitas tampungnya. Saran Perlunya peningkatan keterampilan beternak masyarakat dalam memelihara ternak domba dan kambing, dan perlunya alternatif dalam penyediaan hijauan makanan ternak dengan mendatangkan HMT dari desa lain yang terdekat, atau menjadikan desa padat ternak sebagai sumber bakalan ternak domba dan kambing.

57 UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillaahirabbil aalamiin. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir. Muhammad Agus Setiana, MS. selaku pembimbing utama skripsi sekaligus pembimbing akademik dan Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr selaku pembimbing anggota skripsi atas bimbingan, saran, nasihat yang telah diberikan. Ucapan terimakasih yang tulus dan tak terkira penulis haturkan kepada Bunda Tatik Sulastri yang selalu mencurahkan kasih sayang yang tiada hentinya, do a, kesabaran, dukungan moril dan material yang diberikan kepada penulis. Semoga penulis dapat memenuhi harapan dan memberikan yang terbaik. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Mbak Ani, Dea, Chandra, Pebri, Vira, Sukma, Irin, Bachtiar, Sri, Aini, dan teman-teman INTP 43 yang telah banyak memberikan bantuan dalam penelitian dan memberikan masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada para peternak dan instansi yang terkait di Desa Sidoharjo dan Sumberharjo yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Banyak sekali pelajaran yang penulis dapat ambil selama kegiatan penelitian ini. Semoga pengalaman tersebut bermanfaat untuk kegiatan penulis selanjutnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2010 Penulis

58 DAFTAR PUSTAKA Aksi Agraris Kanisius Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Kanisius, Yogyakarta. Arsyad, S Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Balai Penelitian Peternakan Analisis Potensi Wilayah di Jawa Barat, Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Studi Kelayakan dan Penyusunan Model Perencanaan Kawasan Industri dan Pariwisata di Teluk Pacitan. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang Badan Pusat Statistik Pacitan Dalam Angka Badan Pusat Statistik, Pacitan Desa Sidoharjo Profil Desa/Kelurahan. Laporan. Pemerintah Kabupaten Pacitan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pacitan Desa Sumberharjo Profil Desa/Kelurahan. Laporan. Pemerintah Kabupaten Pacitan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pacitan Departemen Pertanian Kebijakan Umum Pembangunan Sistem Agribisnis Peternakan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Jakarta. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Profil Peternakan Kabupaten Pacitan. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan, Pacitan Dinas Pengairan Kabupaten Pacitan Data Curah Hujan dan Hari Hujan. Dinas Pengairan Kabupaten Pacitan, Pacitan. Karyadi, D Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Rakyat Desa Cigedug Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasryno, F Strategi dan Kebijaksanaan Penelitian dalam Menunjang Pembangunan Peternakan. Laporan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Bogor. Martojo, H., & Mansjoer, S. S Ilmu Pemuliaan Ternak. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. McDowell, R. E Improvement of livestock production in warm climates. 709 h. Freeman, San Francisco. Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Nitis, I.M Forage production system in marginal land. Proc. Seminar on Ruminant Nutrition in the Tropics, Cipanas. Pangkalan TNI AU Iswahyudi Detasemen Pacitan Data Iklim. Stasiun Metro Klas II Pacitan, Pacitan Parakkasi, A Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Univesitas Indonesia, Jakarta.

59 Pfander, W.H Animal Nutrition in The Tropics Problems and Solution. J. Anim. Sci. 2 : 157. Rahardi, F., & R. Hartono Agrisbisnis Peternakan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Sabrani,M., M. Pandjaitan & A. Mulyadi Prospek Pengembangan Kambing Domba Bagi Petani Kecil dan Perlunya Pendekatan Keilmuan Terpadu. Dalam : Prosiding Seminar Penelitian Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,Bogor. Saefulhakim, R. S. & L. I. Nasoetion. 1995a. Kebijaksanaan Pengendalian Konversi Sawah Beririgasi Teknis. Dalam : Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, Bogor. Simamora, B Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Sodik, A. & Abidin, Z Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soewardi, B Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Laporan. Kerjasama Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan, Ditjen Peternakan, Deptan, dan Fapet IPB, Bogor. Soewardi, B. & Suryahadi Potensi dan Sistem Usaha Tani Pengembangan Peternakan di daerah Transmigrasi Sumatera. Prosiding Pengembangan Peternakan di Sumatera Dalam Menyongsong Era Tinggal Landas. Universitas Andalas Padang, Padang. Statistik Peternakan Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. Udo, H Livestock and Livelihoods. The 3 rd ISTAP. Faculty of Animal Science. Gadjah Mada University, Yogyakarta. Umberger, S. H Sheep Grazing Management. Managing Virgina s Steep Pasture, Till Seeding of Forages and Legumes. Virginia State University, Virgina. Valtorta, S. E Animal production in changing climate. [ 15 Juni 2010 ] Williamson, G & W. J. A. Payne Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajahmada University Press, Yogyakarta. Winarso, B Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Ternak Kambing/Domba di Indonesia. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Yumichad Y., & N. Llham Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agrisbisnis Sapi Potong. Badan Litbang Pertanian, Bogor.

60 LAMPIRAN

61 48 Lampiran 1. Peta Kabupaten Pacitan

62 49 Lampiran 2. Peta Kecamatan Pacitan

63 50 Lampiran 3. Sketsa Desa Sidoharjo

64 51 Lampiran 4. Sketsa Desa Sumberharjo

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kota Palembang Sumatera Selatan

Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kota Palembang Sumatera Selatan Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 3, No. 2, Desember 2014, pp. 1-11 ISSN 2303 1093 Pengembangan Populasi Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kota Palembang Sumatera

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati 39 Lampiran 2. Data Pendidikan Peternak Keterangan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Kecamatan Pati 9 29 10 12 0 % 15 48,3 16,7 20 0 Ngepungrojo 6 6 1

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi: MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan pada tiga kecamatan di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kecamatran Tanjungpandan, Badau, dan Membalong pada bulan Agustus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN MEMBUAT SILASE Oleh : Drh. Linda Hadju BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2014 PENDAHULUAN Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) Siti Nurul Kamaliyah SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) DEFINISI Suatu cara penanaman & pemotongan rumput, leguminosa, semak & pohon shg HMT tersedia sepanjang rahun : m. hujan : rumput &

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TIK : Setelah mengikuti kuliah II ini mahasiswa dapat menjelaskan peranan ternak perah dalam kehidupan manusia Sub pokok bahasan : 1. Peranan susu dan produk susu dalam

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang terdiri dari sembilan desa. Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan September

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan

Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 3, No. 2, Desember 2014, pp. 35-42 ISSN 2303 1093 Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan Hijauan dan Tenaga Kerja di Kabupaten Muara Enim Sumatera

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

POTENSI DAN DAYA DUKUNG HIJAUAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN PATI SKRIPSI FAJAR ARIF WISANTORO

POTENSI DAN DAYA DUKUNG HIJAUAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN PATI SKRIPSI FAJAR ARIF WISANTORO POTENSI DAN DAYA DUKUNG HIJAUAN SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN PATI SKRIPSI FAJAR ARIF WISANTORO DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA

ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK DOMBA SKRIPSI YULIDA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci