BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, perusahaan yang menyediakan data tentang topik yang kami teliti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, perusahaan yang menyediakan data tentang topik yang kami teliti"

Transkripsi

1 47 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Pada penelitian ini, perusahaan yang menyediakan data tentang topik yang kami teliti ini ada 3 perusahaan, yaitu BLU (Badan Layanan Umum), DISHUB DKI (Dinas Perhubungan), dan Dinas PU (Pekerjaan Umum). Pada tiap perusahaan tersebut memiliki tugasnya masing-masing, dilihat pertama dari DISHUB DKI (Dinas Perhubungan khusus DKI), lembaga ini hanya menangani sarana dan prasarana Transjakarta Busway. PU (Dinas Pekerjaan Umum), lembaga ini dipusatkan hanya pada bagian jalur busway dan segala kelengkapan tentang jalurnya baik tentang dampak awal sampai dampak akhir pengoperasian Busway. BLU (Badan Layanan Umum), menangani dalam hal pengoperasian Transjakarta Busway Profile Perusahaan Profil Transjakarta Busway BLU Transjakarta Busway semula merupakan lembaga non struktural Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta Busway yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur No. 110 Tahun Oleh karena adanya perubahan mekanisme keuangan, maka diubah menjadi lembaga struktural dan menjadi unit pelaksana teknis Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta yang menerapkan PPK BLUD sesuai dengan SK Gubernur No. 48/2006. Transjakarta memulai operasinya pada 15 Januari 2001 dengan tujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, namun terjangkau bagi warga

2 48 Jakarta. Untuk mencapai hal tersebut, bus Transjakarta diberikan lajur khusus di jalanjalan yang menjadi bagian dari rutenya dan lajur tersebut tidak boleh dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus umum selain Transjakarta). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket disubsidi oleh pemerintah daerah. Pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) merupakan salah satu strategi dari Pola Transportasi Makro (PTM) untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang aman, terpadu, tertib, lancar, nyaman, ekonomis, efisien, efektif, dan terjangkau oleh masyarakat. BRT yang difasilitasi dengan jalur, armada bus dan infrastruktur yang dibangun khusus, sistem tiket elektronik yang saat ini dioperasikan di koridor 1-3 serta keramahan petugas adalah layanan yang diberikan kepada masyarakat untuk dapat menggunakan angkutan umum yang lebih baik. Kini masyarakat mempunyai alternatif angkutan umum yang memberikan kemudahan menjangkau seluruh wilayah Jakarta dengan pelayanan yang berbeda dibandingkan dengan angkutan umum lainnya. Kami juga menghimbau kepada masyarakat khususnya yang menggunakan kendaraan pribadi agar menggunakan busway, sehingga dapat ikut membantu mengurangi kemacetan di kota Jakarta Profil DISHUB DKI DISHUB DKI ini merupakan Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perhubungan darat, laut dan udara, Dishub dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dishub dikoordiansikan oleh Asisten Pembangunan. Dinas Perhubungan Prov. DKI Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan,

3 49 pembangunan, pengelolaan, pengendalian dan pengkoordinasian kegiatan di bidang perhubungan darat, laut dan udara Profile Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan Umum (DPU) provinsi Jakarta terletak di jalan Taman Jati Baru 1, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dinas Pekerjaan Umum berada dibawah kewenangan pemerintahan daerah yaitu gubernur. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan proyek-proyek pembangunan yang ada Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan pembinaan, pengembangan dan peraturan prasarana dan sarana bidang pekerjaan umum yang meliputi jalan, tata air beserta bangunan perlengkapannya dan teknik lingkungan serta kelengkapan prasarana kota Visi dan Misi Visi Transjakarta Busway Busway sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, aman, nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya, dan bertaraf internasional Misi Transjakarta Busway Meningkatkan kualitas hidup pengguna jasa layanan sistem Transjakarta dan masyarakat DKI Jakarta pada umumnya Menyediakan layanan transportasi publik yang aman, nyaman dan terjangkau di DKI Jakarta Mengoptimalisasikan layanan transportasi publik yang efisien dari sisi budaya dan investasi, sehingga dapat berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam jangka panjang

4 50 Mengefisienkan waktu dari pengguna jasa layanan dan masyarakat pada umumnya, dengan berkurangnya waktu tempuh perjalanan Mengurangi pencemaran udara dan menjaga kesehatan lingkungan di DKI Jakarta, memberikan kualitas pelayanan yang baik, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengguna jasa layanan Mengusahakan tarif yang terjangkau bagi pengguna jasa layanan Meningkatkan pengguna sistem Transjakarta Busway seluas-luasnya bagi masyarakat Menjadikan BLU Transjakarta Busway sebagai pengelola sistem Transjakarata Busway yang profesional, kompeten dan mandiri dari segi ekonomi Mendorong penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya bagi masyarakat melalui berbagai instansi dan perusahaan yang terkait dengan sistem Transjakarta Busway Mendorong perubahan budaya transportasi di masyarakat yang menghargai kualitas hidup efisiensi waktu dan kesetaraan Visi Dinas Perhubungan (DISHUB) Terciptanya sistem transportasi yang terintegrasi dan berkualitas yang sejajar dengan kota besar negara maju Misi Dinas Perhubungan (DISHUB) 1. Mewujudkan transportasi darat yang aman, tertib, terintegrasi, terjangkau, 2. berdaya saing dan diterima oleh masyarakat,

5 51 3. Mewujudkan transportasi laut dengan standar internasional dengan memanfaatkan keunggulan teknologi serta untuk pengembangan wilayah, 4. Mewujudkan transportasi udara dengan standar internasional serta untuk pengembangan wilayah Visi Dinas Pekerjaan Umum "JAKARTA YANG NYAMAN DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA" Penjelasan makna atas pernyataan visi dimaksud adalah: 1. Jakarta yang nyaman, bermakna terciptanya rasa aman, tertib, tentram dan damai. 2. Jakarta yang sejahtera, bermakna terwujudnya derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehat, layak dan manusiawi Misi Dinas Pekerjaan Umum Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka formulasi misi yang digagaskan adalah: 1. Membangun tata Pemerintahan yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah "Good Governance". 2. Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima 3. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas pada masyarakat untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan. 4. Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan, dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

6 52 5. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan Struktur Organisasi Struktur Organisasi BLU Struktur organisasi BLU Transjakarta Busway berdasarkan PERGUB NO.48/2006, yaitu : Sumber : Data dari Perusahaan (2010) Gambar 4.1 Struktur Organisasi Transjakarta Busway Kepala BLU Transjakarta Busway : Ir. D. A. Rini, Msc Tata Usaha dan Keuangan :Ir. Anthon R Paruda, MT Manajer Sarana dan Prasarana : Ir. Taufik Adiwiyanto, Msc Manajer Operasional : Andara Y Agussalam, Mba

7 53 Manajer Pengendalian : Rene Nunumete, SH, MS Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Srtuktur organisasi Dinas Perhubungan, yaitu: Sumber : Data dari Perusahaan (2010) Gambar 4.2 Struktur Organisasi DISHUB Kepala Dinas : Ir. UDAR PRISTONO, MT Wakil Kepala Dinas : Ir. RIZA HASHIM, MT Kepala Bidang MRLL : M. AKBAR, M.Sc Kepala Bidang Angkutan Darat : SYAFRIN LIPUTO, ATD, MT Kepala Bidang Transportasi Laut dan Udara : Drs. TURIPNO, MM Kepala Bidang Pengendalian Operasional : Drs. ARIFIN HAMONANGAN, MM

8 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Struktur organisasi PU, yaitu: Sumber : Data dari Perusahaan (2010) Gambar 4.3 Struktur Organisasi PU Kepala Dinas : Ir. Eriy Basworo. Msc Wakil kepala dinas : I Putu Nourah Indiana Bidang jalan : Dr. Ir. H. Mohamad Taufik, Msi Bidang Jembatan : Ir. H. Noovizal, M.M Bidang Pengelola dan Sumber Daya Air : Ir. H. Fahrul Rozi Bidang Pemeliharaan dan Sumber Daya Air :Ir. Tarjuki Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan :Ir. H. Asnik Hasan, Mt Bidang Bina Prasarana dan Sarana Jaringan Utilitas : Ir. H. Tri Joko M.M

9 Sistem Transjakarta Busway Latar Belakang Didirikannya Transjakarta Jumlah kendaraan di DKI Jakarta 6.3 juta (rata-rata meningkat 11% per tahun) Penambahan kendaraan sebanyak 296 unit kendaraan roda empat per hari Setiap hari kendaraan meningkat dari Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi) masuk ke Jakarta (mengangkut 1.2 juta orang) Rasio kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum 92:8 Dari 17 juta perjalanan per hari, 47% ditempuh dengan kendaraan pribadi, sedangkan 53% dengan kendaraan umum Kondisi angkutan umum sangat memprihatinkan dan setiap tahun jumlahnya berkurang Tujuan Pembangunan Sistem Busway Meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan menggunakan suatu sistem transportasi yang aman, nyaman dan handal Menciptakan sistem transportasi dengan jalur yang terpisah dari lalu lintas umum untuk kemudahan akesibilitas Menciptakan sistem transportasi dengan pelayanan yang terjadwal dengan baik Meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan penumpang bus umum Meningkatkan pelayanan angkutan umum yang terintegrasi Menciptakan sistem transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi operator bus

10 56 Menerapkan sistem pengumpulan pendapatan tiket yang efektif Standar Pelayanan Publik yang diharapkan dari Sistem Busway Aksesibilitas Keamanan dan keselamatan Ruang tunggu yang aman Waktu tunggu yang minimum Kualitas pelayanan yang tinggi Tersedianya informasi yang dapat diandalkan Desain Bus Transjakarta Bus-bus Transjakarta dibangun dengan menggunakan bahan-bahan pilihan. Untuk interior langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunkan Galvanil, suatu jenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat. Bus Transjakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga hanya dapat dinaiki dari halte khusus busway. Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Pintu ini menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Setiap bus Transjakarta Busway diberikan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indosesia dan bahasa inggris. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, dan lain-lain.

11 57 sumber :google.com Gambar 4.4 Bus Single Transjakarta sumber : google.com Gambar 4.5 Bus Gandeng Transjakarta

12 58 Sumber : google.com Gambar 4.6 Keadaan dalam Bus Transjakarta Koridor IX akan mulai di operasikan pada tanggal 31 desember 2010, maka kami asumsikan pendapatan koridor IX pada koridor I, karena kurang lebih halte pada koridor I dan koridor IX sama. Dilihat dari segi tingkat pengunjung yang hampir sama karena melewati pusat-pusat kota (mall, rumah sakit, universitas, sekolah, dll). Berikut ini adalah pendapatan koridor I yang disajikan dalam bentuk tabel: Table 4.1 Pendapatan Koridor I Sumber : Data dari Perusahaan (2010)

13 Analisis Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar dan Pemasaran a. Proyeksi Pasar Proyeksi penjualan Transjakarta koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) pada tahun pertama adalah sebesar ± atau ± per bulan dan di tahun selanjutnya diharapkan penjualan meningkat terus menerus seperti koridor-koridor lain yang sudah berjalan. Hal ini mempertimbangkan beberapa penilaian diantaranya yaitu koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) banyak di lalui oleh pusat-pusat kota di Jakarta seperti mall, rumah sakit, universitas, dan lain-lain. Oleh karena itu pembangunan koridor IX diyakini sangat bermanfaat untuk masyarakat sekitar dan pengunjung lainnya. Pemerintah melakukan pembangunan Transjakarta koridor IX (Pinang Ranti- Pluit) agar para masyarakat setempat menggunakan jasa transportasi yang dibangun oleh pemerintah. Pemerintah membangun koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) untuk kepentingan masyarakat, agar masyarakat mudah, nyaman menggunakan jasa transportasi, menghindari kemacetan, dan dengan tarif yang sangat murah. b. Strategi Bauran Pemasaran Dalam aspek pasar dan pemasaran ini, perusahaan harus dapat memenuhi bauran pemasaran yang terdiri dari 4 komponen, yaitu : 1. Produk Transjakarta ini merupakan produk jasa yang di beli sebelum dirasakan hasilnya. Jasa transportasi ini merupakan transportasi yang dibangun untuk mengurangi

14 60 kemacetan yang terjadi di ibu kota, dan akan menjadi transportasi yang aman, dan murah untuk di pakai bagi semua masyarakat umumnya. 2. Harga Harga yang sekarang di terapkan pada tiket masuk Transjakarta Busway harga yang masih di subsidi oleh pemerintah, yaitu Rp 2.000,00 untuk jam 05.00AM AM dan RP 3.500,00 untuk jam 07.01AM PM. Bila harga tidak lagi bersubsidi, maka harga normal yang akan diterapkan pada sekali masuk busway Transjakarta adalah Rp 8.900,00 Dengan menetapkan tarif Rp 3.500,00 akan menarik masyarakat untuk menggunkan jasa transportasi Transjakarta, karena harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan dengan jasa transportasi lainnya. Dengan menetapkan harga di bawah harga rata-rata, pemerintah mengharapkan agar masyarakat menggunakan jasa Transjakarta yang telah disediakan. 3. Distribusi PEMDA DKI BLU Pemakai Jasa TransJakarta (User) koridor IX (pinang ranti pluit) Sumber : Data dari perusahaan (2010) Gambar 4.7 Saluran Distribusi Transjakarta Pemda DKI memiliki tugas membangun prasarana (halte dan jalur/ lajur busway) dan menyediakan sarananya (busnya) yang di rancang untuk kemudian BLU yang mengelolah Transjakarta tersebut dan menawarkan jasa transportasi kepada masyarakat sekitar yang ingin menuju daerah yang dilewati di sekitar Pinang Ranti-Pluit. Dimana

15 61 fungsinya adalah untuk mempermudah penggunaan transportasi kepada masyarakat (user) dan user bisa menikmati sarana pelayanan (transportasi) yang diberikan pemerintah berupa Transjakarta. 4. Promosi Badan Layanan Umum Transjakrta Busway melakukan promosi yang dilakukan berupa himbauan yang terdapat di belakang kaca bus Transjakarta atau di beberapa spanduk-spanduk yang ada di setiap halte. seperti contoh tulisan malu dong menyerobot jalur busway c. Strategi Pemasaran Strategi yang digunakan Transjakarta koridor IX untuk memasarkan jasa transportasi, yaitu dengan cara: 1. Segmentasi Pasar Membagi pasar menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan karakteristik masingmasing konsumen yaitu demografik dan geografik, yaitu dengan cara: Geografik Membagi daerah pemasaran menjadi beberapa wilayah, yaitu berdasarkan jangkauan wilayah kecamatan, dan kelurahan (Pinang Ranti Pluit). Demografik Daerah pemasaran berdasarkan tingkat pemakaian jasa transportasi yang menggunakan jasa transportasi semua lapisan masyarakat, baik masyarakat menengah kebawah-masyarakat menengah keatas dapat menggunakan jasa

16 62 transportasi Transjakarta, kemudian semua umur, semua jenis kelamin baik wanita atau pria dapat menggunakan jasa transportasi Transjakarta. 2. Targeting Dalam 1-2 tahun mendatang Transjakarta koridor IX (pinang ranti pluit) dari segi kualitatif, yaitu ingin meningkatkan dari jumlah penumpang, jumlah armada bus yang ada, dan presentase kendaraan pribadi yang beralih ke untuk menggunakan Transjakarta Busway. 3. Positioning Dengan memposisikan jasa transportasi kepada masyarakat sehingga menimbulkan penilaian tersendiri dari masyarakat kepada busway Transjakarta. Dalam hal ini Busway Transjakarta ingin memposisikan diri sebagai alat transportasi yang dinilai : 1. Aman, prioritas utama TransJakarta dalam memberikan pelayanan adalah keamanan penumpang untuk itu di dalam setiap bus yang beroperasi, dijaga oleh satuan pengamanan tugas (satgas). 2. Murah, dengan bus Tranjakarta, pengguna dapat mengelilingi semua koridor yang rutenya telah menjangkau wilayah Jakarta dengan hanya membayar 1x tiket perjalanan. 3. Nyaman, Transjakarta dilengkapi dengan alat pendingin serta pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam 2 bahasa, yaitu bahasa indonesia dam bahasa inggris.

17 63 4. Cepat, Transjakarta merupakan angkutan umum yang memliki jalur khusus sehingga memungkinkan waktu tempuh yang relatif lebih cepat dan terhindar dari kemacetan Aspek Teknis dan Operasi a. Lokasi dan Luas wilayah Lokasi rencana pembangunan koridor IX terletak dari arah awal Pinang Ranti sampai Pluit. Batas wilayah melewati beberapa Kecamatan dan beberapa Kelurahan, yaitu: Tabel 4.2 Kecamatan Dan Kelurahan yang Dilalui Koridor IX

18 64 Sumber : Data dari Perusahaan (2010) b. Kesampaian Daerah Penghubung Pembangunan koridor IX memiliki panjang 29,9 km. Untuk mencapai halte terakhir yaitu Pluit di lewati 29 buah halte yang akan menjadi penghubung antara Pinang Ranti Pluit. Jarak dari tiap-tiap halte rata-rata 1,3 km/halte yang di lewati koridor IX terdiri dari :

19 65 Tabel 4.3 Halte di koridor IX No. Halte 1. Pluit 2. Penjaringan 3. Jembatan Tiga 4. Jembatan Dua 5. Jembatan Besi 6. Stasiun Latumenten 7. Grogol 2 8. S. Parman Central Park 9. S. Parman Harapan Kita 10. Slipi Kemanggisan 11 Slipi Petamburan 12. Senayan JCC 13. Komdak Semanggi 14. Gatot soebroto Lipi 15. Gatot soebroto Jamsostek 16. Kuningan Barat 17. Tegal Parang 18. Pancoran Barat 19. Pancoran Tugu 20. Tebet BKPM 21. Stasiun Cawang 22. Cawang ciliwung

20 Cawang BNN 24. Cawang UKI 25. Sutoyo BKN 26. Cililitan 27. Pasar Keramat Jati 28. Taman Mini Garuda 29. Pinang Ranti Sumber : Data dari Perusahaan (2010) C. Jam kerja efektif pertahun koridor IX Setiap satu armada Busway umumnya dioperasikan oleh satu team yang masing masing bekerja 1 shift secara bergantian. Shift I dimulai dari jam , dan shift II dari jam atau masing-masing bekerja selama kurang lebih 8-9 jam/hari. Team shift I berkewajiban mengambil armada bus dari pool dan demikian sebaliknya team shift II berkewajiban mengembalikan armada bus ke pool. Sebagai tambahan lain, bagi pengemudi wanita hanya akan mendapatkan tugas pada shift I. Tabel 4.4 Jam Kerja Efektif

21 67 Sumber: Data Perusahaan (2010) D. Fasilitas Fasilitas Pada Busway koridor IX terdapat beberapa sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas pelengkap yang terdapat di 29 buah tempat pemberhentian koridor IX sebagai berikut: Kipas angin Gade (pintu pemutar pada saat memasuki ruang tunggu Transjakarta) Sistem loketing Kursi tunggu Layar tv dibeberapa pemberhentian SPBG dan instansinya

22 68 Bengkel bus Toilet pada halte transfer Rambu- rambu (rambu lalu lintas, rambu OHS, rambu besar, rambu kecil) Marka jalan (marka merah, marka putih, tulisan busway) Data teknis : Table 4.5 Rincian Mengenai Transjakarta Koridor IX Sumber: Data dari Perusahaan (2010)

23 69 E. Umur Transjakarta Berdasarkan umur ekonomis Transjakarta dan koridor Busway, yaitu diperkirakan kira-kira 5 (lima) tahun yang diperoleh dari Dinas Perhubungan. F. Layout koridor IX Pada pembangunan koridor IX tersebut, dapat kami sertakan gambar layout jalan yang dilaluin koridor IX serta halte pemberhentian, dari pemberhentian halte pertama sampai halte ke 29. Pada layout tersebut juga disertakan beberapa data teknis yang merupakan fasilitas penunjang di setiap halte yang dilalui, baik dari pagar pembatas jalan sampai rambu lalu lintas yang merupakan pelengkap dari setiap jalur yang dilalui koridor IX. Sumber: Data dari perusahaan (2010) Gambar 4.8 Lay Out koridor IX (Pinang Ranti Pluit)

24 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia a. Bagan Organisasi Bagan organisasi yang berkenaan di koridor IX (Pinang Ranti Pluit) : Operasional Tiket Sumber: Data dari perusahaan (2010) Gambar 4.9 Bagan Organisasi Operasional Tiket Penanggung jawab: Mengawasi dan bertanggung jawab terhadap kegiatan penjualan tiket di berbagai koridor Assisten Pengawas: Membantu pengawas dalam melakukan tugasnya dan melakukan absensi petugas tiket Supervisor:

25 71 Memeriksa laporan penjualan tiket busway Menghitung fisik uang dan mengumpulkan uang hasil penjualan tiket Kasir: Memeriksa kesesuaian jumlah uang hasil penjualan dengan jumlah tiket electronik yang terjual Melakukan penjualan tiket busway di loket Barrier: Memeriksa tiket busway di pintu masuk Bertanggung jawab atas kotak barrier Pengendalian Sumber: Data dari Perusahaan (2010) Gambar 4.10 Bagan Organisasi Bagian Pengendalian

26 72 Koordinator koridor: Memonitor dan mengecek berita acara, pencatat kilometer (Km), dari petugas lapangan dan ke bagian operasional Memonitor dan mencatat setiap laporan yang masuk dan membuat laporan Memonitor keluar dan masuk bus berdasarkan rencana operasi yang telah ditetapkan Memonitor dan mengawasi situasi koridornya Memberikan petunjuk dan arahan kepada pengendali tengah dan pencatat kilometer berdasarkan kebutuhan pelayanan Melakukan koordinasi dengan instansi terkait bila diperlukan Pengendali tengah: Mengendalikan situasi khususnya jalur tengah apabila ada kejadian dan melaporkan ke posko Melakukan pengawasan dan pengendalian atas jumlah bus di koridor berdasarkan gelombang masuk dan kembali ke pool di malam sesuai dengan rencana operasi Melaporkan kejadian-kejadian menonjol di koridor kepada kepala koridor Pencatat kilometer (Km): o Melakukan tugas pencatatan kilometer

27 73 o Mengendalikan headway pemberangkatan bus sesuai dengan rencana operasi o Melaksanakan kebijakan pemulangan bus o Mengawasi pelaksanaan tugas petugas pengamanan di bus saat berangkat dari halte Koordinator lapangan : Memberikan petunjuk dan pengarahan kepada jajaran dibawahnya, berkaitan dengan tugas dan aktifitas keseharian Melakukan penilaian kinerja seluruh anggota, serta mengembangkan program peningkatan kinerja secara umum maupun bila ada anggota secara spesifik perlu ditingkatkan Melakukan inspeksi langsung secara rutin untuk memastikan bahwa tugas-tugas yang telah dilakukan sesuai dengan penugasannya Memberikan petunjuk dan arahan tentang sistem penjagaan patroli di halte dan jalur bus Supervisior+admin: Mengkoordinir satuan anggota pengamanan dalam melaksanakan tugasnya Bertanggung jawab penuh terhadap hasil pelaksanaan tugas pengamanan dan pengawasan dari seluruh tugas keamanan dalam lingkup servicenya

28 74 Melakukan investigasi terhadap kejadian yang serius dan melakukan pendataan dengan lengkap dan baik, serta melakukan tindakan cepat terhadap situasi darurat yang tejadi Memelihara dan meningkatkan hubungan baik dengan aparat kepolisisan terkait Melaporkan aktivitas harian petugas pengamanan Busway dan daftar kehadiran petugas Sarana dan Prasarana Cleaning service Menjaga kebersihan halte Merawat peralatan dan perlengkapan di halte SPV Bertanggung jawab atas pekerjaan petugas cleaning service Melakukan absensi petugas cleaning service b. Sistem Kerja Sistem kerja yang disepakati antara perusahaan dan pekerja yaitu: Pada DISHUB, lembaga tersebut hanya berwenang pada saat pra saranannya. DISHUB yang merencanakan pembangunan proyek busway koridor IX.

29 75 Pada PU, lembaga tersebut berwenang dalam melaksanakan, pembangunan, pemeliharaan, pengamanan, dan pengaturan bangunan fisik yang meliputi bangunan jalan dan jembatan yang merupakan salah satu dari sarana pelengkap untuk Transjakarta Busway koridor IX. Pada BLU, lembaga ini yang menjalankan rencana yang telah disusun oleh DISHUB dan lembaga inilah yang berwenang mengatur jalananya pengoperasian Transjakarta Busway koridor IX setelah dioperasikan. Sistem kerja yang diterapkan dan disepakati beberapa staff dalam pengoperasian koridor IX: Staff pelayanan (operasional tiket) antara lain kasir, barrier, kolektor, Supervisior, assisten pengawas, pengawas, dan penanggung jawab. Staff pengendalian antara lain satgas, patroli, PAM shelter, pengendalian tengah, koordinator, dan sopir. Staff fungsional (sarana dan prasarana) antara lain cleaning cervice dan supervsior cleaning service. Pembagian sistem kerja ini, di sesuaikan dengan peraturan dan perundangundangan yang ditetapkan oleh gubernur. Gaji dan upah ditetapkan sesuai dengan tingkat keterampilan dan kemampuan serta disesuaikan dengan tarif UMP (upah minimum provinsi) yang berlaku sekarang kurang lebih Rp ,00

30 76 c. Jumlah Tenaga Kerja Berikut ini adalah kriteria atau persyaratan untuk karyawan yang akan dicari atau diterima untuk bekerja di Transjakarta khususnya pada kordor IX (Pinang Ranti Pluit) : 1. Staff operasional 2. Tenaga kerja kasar Tenaga operasional diatasi oleh pekerja yang usianya maksimal dibatasi oleh perusahaan yaitu maksimal 28 tahun dan berlatar pendidikan minimal SMA (Sekolah Menengah Atas). Hubungan kerja yang baik akan sangat penting untuk mencapainya suatu keberhasilan. Dalam pelaksanaan pembangunan koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) harus memiliki tenaga kerja yang ahli dan harus memiliki keterampilan. Jumlah tenaga kerja yang digunakan di dasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: Operasional tiket

31 77 Pengendalian Sarana dan Prasarana Cleaning service : 37 orang SPV : 1 orang kontrak d. Hubungan Tenaga Kerja Untuk mengatur hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan dibuat kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau SPI (Sertifikat Pekerja Indonesia). Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua

32 78 belah pihak. DASAR: UU NO. 21 TAHUN 1954, PP No.49 / 1954 dan Permenaker No.1/Men/1985 berikut: Hal-hal yang terdapat dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) adalah sebagai 1. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawannya 2. Pembayaran gaji 3. Jam kerja dan lembur 4. Transport dan makan 5. Kesehatan dan keselamatan kerja Transjakarta hanya memberikan Jasmsostek khusus untuk karyawan tetap, dimana Jasostek digunakan untuk mengalihkan tanggung jawab perusahaan atas kewajiban memberikan perlindungan bagi tenaga kerja baik dalam masalah, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua serta jaminan pemeliharaan kesehatan. Proram Jamsostek diselenggarakan berdasarkan undang-undang No.3 Tahun 2003 yang pelaksanaannya diatur oleh PP No. 14 Tahun 1993, Kepres No.22 tahun 1993 dan peraturan Mentri 05 /Men/ Aspek Keuangan A. Modal tetap Modal tetap adalah segala bentuk barang atau benda yang tidak ikut digunakan secara langsung sebagai bahan atau material dalam proses produksi, tapi hanya digunakan sebagai pendukung dalam proses produksi tersebut atau bisa disebut aset atau kekayaan.

33 79 Modal tetap terdiri dari : Biaya pembangunan koridor IX (Pinang Ranti-Pluit) yang dibangun pada tahun 2008 yang sebesar Rp ,00 dan biaya pembelian bus yang terdiri dari 2 jenis bus yaitu bus single dan bus gandeng. Tabel 4.6 Biaya Bus No. Uraian Jumlah Bus Harga Satuan (Rp) Total (Rp) 1. Single 69 Unit Gandeng 10 Unit Total Sumber : Data dari Perusahaan (2010) B. Metode Penilaian Investasi Penilaian Investasi dilakukan dengan metode Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, Profitability Index. Berikut ini adalah perincian perhitungan penilaian investasi : 1. Payback Period Merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengambilan investasi suatu proyek atau usaha. Kas bersih yang diperoleh setiap tahun adalah sebagai dasar perhitungan.

34 80 Maka jangka waktu (periode) pengambilan investasi suatu proyek ini 4 tahun 4 bulan. 2. Net Present Value Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5%, diambil dari table present value interest factor for one dollar annuity (PVIFA) pada 0,329 tahun ke 5(lima)

35 81 Pada hasil NPV ini, proyek dinyatakan layak karena total pendapatan yang di hitung berdasarkan suku bunga yang didapat lebih besar dari jumlah investasinya. 3. Internal Rate Return IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern, Diskon faktor yang digunakan adalah 3% dan 4%. Dengan uraian sebagai berikut:

36 82 Tabel 4.7 Perhitungan IRR Sumber: Hasil olahan data (2010) IRR yang dihasilkan sebesar 36,04% sehingga rencana proyek transjakarta koriodor IX ini layak untuk dijalankan, karena IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat bunga sebesar 18%. 4. Profitability Index Merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.

37 83 Syarat : PI > 1, maka proyek dikatakan menguntungkandan layak PI < 1, maka proyek dikatakan tidak menguntungkan dan tidak layak dibulatkan menjadi 102,18 kali PI yang diperoleh dari perhitungan ini adalah 102,18 kali, dapat disimpulkan bahwa rencana keuangan atas proyek Transjakarta koridor IX layak. Penetapan tarif Transjakarta sebesar Rp 3.500,00 merupakan tarif yang bersubsidi dari pemerintah. Sekarang ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempertimbangkan rencana menaikkan tarif bus Transjakarta. Kenaikan tarif diperlukan untuk mengatasi membengkaknya subsidi setelah Badan Arbitrase Nasional Indonesia menolak biaya operasional yang diajukan Pemprov. Keputusan menaikkan tarif bus Transjakarta atau menambah subsidinya akan disesuaikan dengan kondisi perekonomian Jakarta beberapa bulan ke depan Aspek Hukum a. Jenis badan hukum usaha

38 84 Pada DISHUB DKI, ini merupakan Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perhubungan darat, laut dan udara, Dishub dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Dishub dikoordiansikan oleh Asisten Pembangunan. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan, pembangunan, pengelolaan, pengendalian dan pengkoordinasian kegiatan di bidang perhubungan darat, laut dan udara. Transjakarta merupakan sarana yang diberikan pemerintah untuk mempermudah masyarakat dalam menggunakan alat transportasi. Transjakarta merupakan milik pemerintah dikarenakan pemerintah tidak diperbolehkan menghasilkan keuntungan yang diperoleh untuk pemerintah itu sendiri, maka Transjakarta melakukan pelelangan untuk setiap koridor (koridor 1-15). Hasil pemenang lelang untuk koridor IX adalah oleh PT. Bianglala Metropolitan. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah bukti bahwa Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) wajib dimilki oleh perusahaan/badan usaha Penanaman Modal Asing (PT-PMA), PT Non PMA, CV, Koperasi, Firma atau perusahaan perorangan yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota/Kabupaten. Table 4.8 Tanda Daftar Perusahaan PT. BIANGLALA METROPOLITAN Nama Pendaftaran Tanda Daftar Perusahaan Dasar Hukum UNDANG_UNDANG NOMOR 3 Thn 1982

39 85 Tentang Wajib Daftar Perusahaan Nama Perusahaan PT. BIANGLALA METROPOLITAN Nomor Tanda Daftar Perusahaan Penanggung Jawab Tasmiyati Mujiono Alamat Jl. Raya Cilandak KKO No. 112 RT 009/08 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Kegiatan Usaha Pokok Persewaan Alat Transportasi Darat Masa Berlaku 5 Tahun (07 Desember Oktober 2014) Persyaratan Perusahaan Tata Cara Penggunaan Pendaftaran Perusahaan a. Perusahaan Berbentuk PT : 1. Asli dan copy Akta Pendirian Perusahaan serta Data Akta Pendirian Perseroan yang telah diketahui oleh Departemen Kehakiman. 2. Asli dan copy Keputusan Perubahan Pendirian Perseroan (apabila ada). 3. Asli dan copy Keputusan Pengesahan sebagai Badan Hukum. 4. Copy Kartu Tanda Penduduk atau

40 86 Paspor Direktur Utama atau penanggung jawab. 5. Copy Ijin Usaha atau Surat Keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang. Tanda Daftar Perusahaan Hilang kewajiban untuk mengajukan permohonan dibedakan antara TDP yang hilang dan TDP yang hilang dan TDP yang rusak,yaitu untuk penggantiaan TDP yang hilang,perusahaan yang bersangkutan secara tertulis mengajukan kepada Kepala KPP Tingkat II dengan melampirkan Surat Keterangan Hilang dari kepolisian selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari terhitung mulai tanggal kehilangan Sumber : Hasil Pengolahan Data (2010) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), merupakan identitas WP (Wajib Pajak) dalam sistem administrasi perpajakan yang dipergunakan dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan WP. NPWP terdiri dari 15 (lima belas) digit dimana 9 (sembilan) digit pertama menunjukkan kode spesifik WP, 3 (tiga) digit berikutnya menunjukkan kode KPP (Kantor Pelayanan Pajak), sementara 3 (tiga) digit terakhir adalah kode cabang WP. Operator bus untuk transjakarta koridor IX yang menang dalam lelang PT.Bianglala Metropolitan mempunyai NPWP

41 87 a. Dokument dokumen yang diperlukan dalam melihat kelayakan pengoperasian suatu usaha. 1. Surat Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Perhubungan. No: 520/2010 tentang penetapan hak proporsi bus bagi operator kemitraan pada koridor 9 dan 10. Ditetapkan Gubernur Fauzibowo pada tanggal 12 oktober Surat Gubernur provinsi daerah khusus ibukota Jakarta tentang Prosedur Penetapan Operator Bus Transjakarta Busway. No 173 tahun 2010, ditetapkan Gubernur Sutiyoso pada tanggal 6 oktober yang isinya mengenai ketentuan umum, operasional busway, jumlah bus dalam koridor Busway, operator kemitraan, pengadaan jasa operator bus, kontrak kerja sama, perizinan, ketentuan peralihan, sampai ketentuan penutup. 3. Surat Gubernur propinsi daerah khusus ibukota Jakarta, tentang Pola Transporasi Makro. No 103 tahun 2007, ditetapkan Gubernur Sutiyoso pada tangggal 26 juli Surat Gubernur propinsi daerah khusus ibukota Jakarta, tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan Layanan Umum Transjakarta Busway. No 48 tahun 2006, ditetapkan Gubernur Sutiyoso pada tanggal 4 mei Surat gubernur propinsi daerah khusus ibukota Jakarta, tentang Penetapan Laju Khusus Busway Pada Ruas-ruas Jalan tertentu. No 1418 tahun 2008, ditetapkan Gubernur Sutiyoso pada tanggal 13 oktober Surat Gubernur propinsi daerah khusus ibukota Jakarta, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Operator Bus Busway di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. No 123 tahun 2006, ditetapkan Gubernur Sutiyoso pada tanggal 7 desember 2006

42 88 7. Surat Gubernur Provinsi daerah khusus ibukota Jakarta, tentang Prosedur Penetapan Operator Bus Transjakarta Busway. Nomor 173 tahun 2010 ditetapkan oleh Fauzi Bowo pada tanggal 6 Oktober Surat mengenai AMDAL : KOMISI PENILAI AMDAL PROPINSI DKI JAKARTA, perihal rekomendasi Andal,RKL/RPL kegiatan pembangunan busway koridor IX (Dinas Pekerjaan Umum) no 32/Amdal/ tanggal penetapan 3 desember 2007 Munculnya jasa Busway memang jelas sudah banyak, tetapi dalam pengoperasiannya muncul 1 permasalah, yakni mengurangi jalur jalan raya yang sudah ada. Padahal tanpa dikurangi sejalurpun kemacetan sudah sering terjadi di semua jalur jalan raya yang ada di Jakarta dan muncul persepsi monopoli pada penggunaan jalur busway tersebut, karena dalam kenyataanya jalur tersebut hanya boleh digunakan dan dimanfaatkan oleh Transjakrta saja tidak untuk bus bus lain. Monopoli di perkuat dengan di pasangnya pembatas jalan yang memisahkan antara jalur umum dengan jalur khusus Transjakarta. Pada hakikatnya jalur Busway melanggar UU anti monopoli, sebab tanpa izin para pembayar pajak kendaran bermotor, Pemprov Jakarta telah mengambil bahkan memonopoli yang dimana jalur tersebut pembangunan dan perawatannya di biayai oleh pajak kendaraan bermotor Aspek Ekonomi dan Sosial Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat karena adanya suatu proyek tersebut : a. Sisi Budaya

43 89 Dengan adanya Transjakarta koridor IX, maka masyarakat disekitar Pinang Ranti- Pluit akan terbiasa menggunakan jasa angkutan umum (Transjakarta) ini karena penggunaan yang mudah,terhindar dari macet, aman, nyaman, dan cukup murah tarifnya. b. Sudut Ekonomi Dengan adanya koridor IX ini, maka akan memberikan beberapa kesempatan bagi para investor untuk membuka usaha di sekitar 29 halte yang dilewati koridor IX ini. Dengan demikian akan membuat beberapa lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi bagi para penduduk sekitar. c. Segi Sosial Dengan dibangunnya koridor IX, pihaknya mengharapakan akan memperlancar kemacetan yang sudah merupakan kebiasaan di sekitar daerah Pluit. Sisi rencana pembangunan nasional Table 4.9 Rencana Pembangunan Nasional Jenis Kegiatan Keterangan Penyerapan tenaga kerja Tenaga kerja terdidik Tenaga kerja terampil Tenaga kerja kasar/ buruh Namun keterlibatan penduduk setempat hanya sedikit, karena sebagian besar

44 90 penduduk setempat merupakan masyarakat perkotaan yang tidak terbiasa dengan pekerjaan kasar. Infrastruktur Penanaman kembali vegetasi/ penghijauan di sekitar kodidor IX Pemindahan fasilitas utilitas umum yang terkena proyek pembanguan koridor IX Pembangunan saluran drainase yang lebih memadai di kiri dan kanan jalan Perbaikan pada banguan bangunan sekitar proyek yang mengalami retakan akibat proyek koridor IX Industry yang meningkatkan kegiatan ekonomi Mengundang para investor untuk membuka usaha atau melakukan di versifikasi usaha. Sumber : Data dari perusahaan (2010) Aspek Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Kegiatan sosialisasi AMDAL, survai, dan pengukuran trase (rencana jalan) jalan telah menimbulkan presepsi positif dari masyarakat dalam wilayah studi. Terlihat baik dari hasil tanggapan masyarakat pada saat sosialisasi AMDAL maupun dari hasil survey

45 91 lapangan yang menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat/responden dalam wilayah studi menunjukan tanggapan positif berupa persetujuan terhadap rencana pembangunan busway koridor IX (Pinang Ranti Pluit). Faktor yang mendorong munculnya persepsi positif karena adanya harapan akan adanya fasilitas angkutan umum yang memadai, serta meningkatkan aksesibilitas transportasi terutama antar Pinang Ranti Pluit. Namun diperikirakan dapat juga menimbulkan dampak penting berupa timbulnya persepsi masyarakat yang negatif/keresahan sosial terhadap rencana pembangunan busway koridor IX. Persepsi negative ini diindikasikan muncul dengan adanya kekhawatiran akan macetnya jalan-jalan di wilayah studi yang memang merupakan jalan jalan arteri utama. Pada aspek ini akan diuraikan tentang dampakdampak yang ditimbulkan dari awal perencanaan pembanguan koridor IX sampai selesainya pembanguan dan dimulainya pengoperasian koridor IX(Pinang Ranti Pluit) Komponen penting yang terkena dampak penting Kegiatan pembangunan Busway koridor IX menimbulkan dampak positif dan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak yang telah di telah akan di konsentrasikan ke dalam dampak penting yang dikaitkan dengan sebab dan akibat dampak, serta luas dan pola penyebaran dampak. Dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan pembangunan busway koridor IX akan mengakibatkan perubahan terhadap rona lingkungan awal, sebagai berikut: Tahap persiapan Komponen lingkungan yang terkena dampak: 1. Lingkungan Fisik-kimia

46 92 a. Iklim, meliputi curah hujan, temperatur udara, penyinaran matahari, arah dan kecepatan mata angin, kelembaban udara. b. Kualitas udara dan kebisingan, meliputi kualitas udara, kebisingan. c. Fisiografi, meliputi morfologi lahan, geologi, topogfafi d. Kualitas air meliputi, kualitas air saluran Dainase 2. Komponen Biologi o Biota darat : flora dan fauna 3. Lingkungan Sosial Ekonomi Budaya, meliputi kependudukan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, agama, budaya, dan persepsi masyarakat 4. Komponen Lingkungan Binaan, meliputi kondisi lingkungan perkotaan, rencana tata ruang kota, dan manajemen pemanfaatan kawasan. A. Dampak komponen kegiatan pembangunan Busway koridor IX Dampak penting Busway Koridor IX Tahap Pra Konstruksi 1. Persepsi Masyarakat Faktor yang mendorong munculnya persepsi positif dari pihak yang pro adalah harapan akan adanya fasilitas angkutan umum yang memadai, serta meningkatnya aksesibilitas transportasi terutama antara Pinang Ranti-Pluit. Adapun dampak yang terjadi tergolong negatif dari presepsi pihak yang kontra dengan kategori penting. Dampak telah terkelola dengan baik terutama untuk

47 93 persepsi positif masyarakat. Namun untuk persepsi negatif sampai saat ini belum tertangani. 2. Dampak kegiatan pelebaran jalan Pengadaan dan pembebasan lahan untuk pembangunan koridor IX menimbulkan dampak kekhawatiran terganggunya vegetasi dan utilitas. a. Tergantungnya vegetasi dan utilitas Rencana kegiatan pembangunan Busway koridor IX dengan rincian panjang 29,9 km dan lebar rata-rata 3,44m, akan dilakukan pelebaran jalan di lokasi lokasi halte. Kegitan tersebut dikhawatirkan akan menganggu vegetasi dan utilitas yang ada di daerah tersebut. Terganggunya vegetasi akan menyebabkan kegersangan pada jalan, sedangkan utilitas menyebabkan terganggunya kinerja pelayanan sarana dan prasarana umum. Dampak yang terjadi tergolong kecil. Dampak terkelola dengan baik, karena tidak akan terlalu meresahkan masyarakat atau sampai memprotes. Tahap kontruksi 1. Dampak kegiatan mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja a. Peluang kerja dan berusaha Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak positif dan negatif pada aspek sosial ekonomi budaya, yaitu hilangnya lapangan kerja serta peningkatan / penurunan pendapatan penduduk. Tenaga kerja yang akan teserap selama masa konstruksi terdiri dari tenaga kerja terdidik, tenaga terampil, dan tenaga kerja kasar. Tenaga kerja terdidik meliputi manajer proyek, dan tenga ahli di bidang konstruksi jalan, drainase,

48 94 tanah dan material, ahli konstruksi, ahli pengukuran, pengawas lapangan, konsultan pengawas, dan administrasi proyek. Tenaga terampil meliputi operator, surveyor, kepala tukang dan tukang, dan tenaga kasar. Keterlibatan penduduk sekitar dalam proyek kegiatan sebagian tenaga lokal hanya sedikit, disebabkan karena sebagian besar penduduk wilayah studi merupakan masyarakat perkotaan yang tidak terbiasa bekerja kasar. Dampak yang terjadi tergolong kecil. Dampak terkelola dengan baik karena kegiatan ini tidak melibatkan warga sekitar dan warga sekitar juga tidak mempermasalahkan ketidak terlibatan dalam kontruksi busway. 2. Dampak mobilisasi / demoblisasi alat berat dan material a. Gangguan lalu lintas Selama masa konstuksi, akan dimobilisasi peralatan berat untuk kegiatan pekerjaan tanah (seperti: excavator, buldozer, grader, whell loader, vibrating roller, water tank dan dump truck). Mobilitas kendaraan pengangkutan bahan material dan alat berat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan konstruksi diperkirakan akan berlangsung menerus, namun kegiatan puncaknya selama ±3 bulan pada saat pekerjaan pemasangan beton pratekan dan pembuatan halte. Dampak dari kegiatan tersebut dan alat berat akan mempengaruhi lalu lintas, terutama pada jalan-jalan yang mempunyai daya dukung jalan yang kecil seperti jalan pluit permai, pluit putra, pluit putri. Dampak yang terjadi tergolong besar. Dampak ini sudah terkelola cukup baik. 3. Dampak kegiatan mobilisasi dan demobilisasi material Kegiatan mobilisasi dan demoblisasi material pada pembangunan Busway koridor IX diperkirakan menimbulkan dampak pada aspek fisik kimia, sosial budaya.

49 95 Kesehatan masyarakat, serta sarana dan prasarana yaitu berupa penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan, timbulnya keresahan masyarakat, penurunan kesehatan masyarakat dan peningkatan kepadatan lalu lintas. a) Penurunan kualitas udara Kegiatan konstruksi jalan diperlukan suplai material. Kegiatan mobilisasi dan demoblisasi material tersebut akan berlangsung ±3 bulan, kegiatan ini berdampak pada peningkatan pencemaran gas buang kendaraaan dan debu sebagi akibat dari lalu lintas kendaraan pengangkutan material, peningkatan volume transportasi dari sarana jalan yang ada serta adanya kemacetan lalu lintas. Material yang berterbangan tertiup angin saat penimbunan. Dampak lanjutan dari pencemaran gas buang dan debu adalah penurunan kesehatan masyarakat, teutama masyarakat yang tinggal di sepanjang rencana Busway koridor IX dan jalur pengangkutan material. Adanya kegiatan transportasi kendaraan pengangkutan material bangunan selama pelaksanaan konstruksi secara langsung akan menyebabkan peningkatan pembuangan gas buang yang berasal dari pembakaran bahan bakar sejumlah kendaraan yang beroperasi baik di tapak kegiatan maupun di sepanjang jalur jalan yang dilaluinya. Dampak yang terjadi tergolong sedang. Dampak sudah terkelola dengan baik. b) Peningkatan kebisingan Kegiatan pengangkutan dan penimbunan material, dengan total kebutuhan volume material berdampak pada peningkatan kebisingan sebagai akibat dari lalu lintas kendaraan pengangkut material, peningkatan volume transportasi pada sarana jalan yang ada serta adanya kemacetan lalu lintas, meskipun tingkat kebisingan di wilayah survey saat ini sudah cukup tinggi, namun kegiatan pengangkutan mateial dapat menyebabkan penduduk yang tinggal disepanjang rencana busway koridor IX serta jalur

50 96 pengangkutan material merasa kurang nyaman akibat kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan pengangkutan material. Dampak kebisingan akibat peningkatan transportasi akan dirasakan oleh penduduk yang tinggal di sepanjangn jalur jalan yang dilalui kendaraan pengangkutan bahan bangunan, serta tenaga kerja konstruksi, karena kegiatan tersebut akan dilakukan dimalam hari. Peningkatan intensitas kebisingan disebabkan oleh gerakan dari beberapa bagian kendaraan seperti as roda, dan lain lainnya disamping gas buang dari proses pembakaran bahan bakar sehingga berasnya peningkatan intensitas kebisingan ajab semakin tergantung dari jenis kendaraan, kecepatan, berat, dan kondisi lingkungan di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan tersebut. Dampak yang terjadi tergolong kecil. Dampak sudah terkelola dengan baik. c) Gangguan lalu lintas Volume lalu lintas di ruas-ruas jalan yang merupakan jalur pengangkutan material akan meningkat dengan adanya lalu lintas kendaraan pengangkutan material. Untuk ruas ruas jalan primer sekitar Busway koridor IX peningkatan volume lalu lintas ini tidak signifikan, tetapi untuk ruas jalan sekunder dan jalan lingkungan, peningkatan volume lalu lintas tersebut sangat signifikan. Hal tersebut sangat berpengaruh pada tingkat layanan di jalan sekunder dan lingkungan. Dampak yang terjadi tergolong besar. Dampak sudah terkelola dengan baik. 4. Dampak kegitan pembenahan dan penyiapan lahan Kegiatan pembenahan dan penyiapan lahan ini terdiri dari perataan lahan dan penebangan pohon/pembersihan tanaman. Hal ini berdampak pada komponen lingkungan berupa penurunan kualitas udara, berkurangnya penghijauan, estetika lingkungan, serta terganggunya fasilitas dan utilitas umum. a. Penurunan kualitas udara.

51 97 Pada aspek fisik kimia kegiatan pembenaan dan pembersihan lahan berupa penebangan dan pembersihannya, serta perataan lahan berdampak pada penurunan kualitas udara akibat pencemaran debu teutama apabila kegiatan tersebut dilaksanakan pada musin kemarau. Dengan adanya pencemaran debu selama kegiatan pembersihan lahan dengan intensitas cukup tinggi, dan menimbulkan penurunan kualitas udara. Dampak yang terjadi tergolong besar. Dampak sudah terkelola dengan baik. b. Gangguan terhadap vegetasi Selama ini lahan penghijauan di tangani oleh dinas pertamanan DKI Jakarta, biasanya terdiri dari tanaman peneduh dan tanaman hias. Pekerjaan pembenaan serta pembersian lahan dan pembangunan halte (29 lokasi) akan membongkar semua tanaman yang ada diatasnya. Maka akan mengakibatkan hilangnya vegetasi yang terdapat di atasnya, baik yang mempunyai nilai ekologis, maupun nilai estetika. Dampak ini bersifat sementara, sebab Dinas Pertamanan DKI akan menata ulang vegetasi/penghijauan di sekitar koridor IX. Selain itu kegiatan konstruksi juga menyebabkan sebaran debu ke lingkungan yang akan menutupi vegetasi di sekitar Busway koridor IX. Dampak terutama dapat terjadi pada musin kemarau/kering. Penutupan daun oleh debu akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan vegetasi karena terhambat proses photosintesis. Dampak yang terjadi tergolong kecil. Dampak sudah terkelola dengan baik. c. Estetika dan sanitasi lingkungan / limbah padat Kegiatan pembersihan lahan berupa penebangan pohon dan pembersihannya, serta penataan lahan telah berdampak pada peningkatan jumlah buangan yang disebabkan oleh bekas tanaman/ pohon yang dibersihkan ataupun material bekas. Dampak yang terjadi tergolong besar. Dampak sudah terkelola dengan baik. d. Gangguan fasilitas dan utilitas umum

52 98 Kegiatan pembersihan lahan dan pembenaan akan memindahkan dan merusak fungsi sarana utilitas-utilitas. Fasilitas penghijauan yang akan terganggu akan berakibat kepada estetika dan kenyamanan sekitarnya, sedangkan pemindahan sarana PLN dan TELKOM akan mempengaruhi pasokan lisrtik dan mengganggu telekomunikasi. Tetapi gangguan terhadap fasilitas / kerusakan tersebut tidak akan memicu terjadinya konflik dengan masyarakat. Dampak yang terjadi tergolong sedang. Dampak sudah terkelola dengan baik. 5. Dampak pekerjaan badan jalan dan lapisan perkerasan (pasangan beton praktekan) a. Penurunan kualitas udara Kegiatan perkerasan jalan dan pekerjaan lapis perkerasan menggunakan material beton. Dari aspek fisik kimia, kegiatan tersebut berdampak pada penurunan kualitas udara akibat pencemaran debu, terutama apabila kegiatan tersebut dilaksanankan pada saat kemarau. Dampak yang terjadi tergolong sedang. Dampak telah terkelola dengan baik, namum adanya kemacetan yang ditimbulkan adanya busway diperkirakan menimbulkan gas buangan sehingga akan menambah polusi udara kota secara kumulaif. b. Air larian Perkerasan dan levelling akan menambah kecepatan air larian, terutama pada musim hujan. Untuk mengatasi hal tersebut, bersamaan dengan levelling, maka akan dibangun saluran drainase yang memadai di kiri dan kanan jalan. Adapun genangan berpotensi timbul di jalan latumenten karena berdekatan dengan kali grogol. Dan pada daerah pluit karena adanya pompa swadaya warga akan memperkecil potensi untuk

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SALINAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PERSEROAN TERBATAS TRANSJAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang relatif padat. Jakarta juga dikenal sebagai kota dengan perlalulintasan tinggi karena banyaknya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 108 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM TIDAK DALAM TRAYEK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tenta No.516, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek. Penyelenggaraan Angkutan Orang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

-2- Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2016 KEMENHUB. Angkutan Bermotor. Pencabutan. Orang. Kendaraan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 32 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada zaman sekarang, transportasi merupakan hal yang penting bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di kota besar seperti DKI Jakarta. Bagi

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA PENETAPAN SIMPUL DAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG SERTA LOKASI FASILITAS PERPINDAHAN MODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik memiliki

Lebih terperinci

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK ANGKUTAN UMUM DAN KENDARAAN OPERASIONAL

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum Pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun 2006 sebesar 1,43% dengan jumlah penduduk 1.434.025 jiwa. Oleh karena itu, Semarang termasuk 5 besar kota yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN No ( Kinerja RPJMD) Program Dedicated 2 Pembangunan Perhubungan dan Transportasi 14.c Program pembangunan Terminal Bus Pulogebang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: 11 30 November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Tanggal laporan: Desember 2013 Disusun oleh: Tim dari Nusaresearch

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 75 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan 3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Pada awalnya Dinas Perhubungan dikenal dengan nama DitJen (Direktorat Jenderal) Perhubungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 7 2000 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah. banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik,

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah. banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik, 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Transportasi darat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 25-26 Agustus 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angkutan umum merupakan suatu bentuk transportasi kota yang sangat esensial dan komplementer terhadap angkutan pribadi, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak dapat sepenuhnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK

REPUBLIK DEMOKRASI RAKYAT LAOS JADWAL KOMITMEN SPESIFIK I. KOMITMEN HORISONTAL SEMUA SEKTOR YANG DICAKUP DALAM JADWAL INI 3) Kehadiran komersial pemasok jasa asing dapat berbentuk sebagai berikut : - Suatu usaha patungan dengan satu atau lebih penanam modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau biasa disebut dengan nama DKI Jakarta, merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.653/AJ.202/DRJD/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN ANGKUTAN SEWA Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Menimbang : a. Bahwa pelayanan angkutan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG . BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2007 TENTANG

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2007 TENTANG Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2007 TENTANG UJI EMISI DAN PERAWATAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. transportasi untuk kebutuhan produksi, distribusi dan konsumsi

BAB II LANDASAN TEORI. transportasi untuk kebutuhan produksi, distribusi dan konsumsi 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ekonomi Transportasi Menurut Lyod (2002), ekonomi transportasi adalah salah satu cabang ilmu ekonomi tentang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan transportasi untuk kebutuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 7-8 Juli 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin meningkat. Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu kota didorong oleh lengkapnya dari sarana dan prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota dapat dicirikan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. SPM. Angkutan Massal. Berbasis Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 10 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG KELAS JALAN, PENGAMANAN DAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci