BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi pada dasarnya bermula dari awal abad ke 20, yakni pada saat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi pada dasarnya bermula dari awal abad ke 20, yakni pada saat"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi pada dasarnya bermula dari awal abad ke 20, yakni pada saat revolusi transportasi dan elektronika mulai memperluas dan mempercepat perdagangan antar bangsa. Disamping pertambahan dan kecepatan lalu lintas barang dan jasa, berkembang pula secara cepat globalisasi gagasan modern seperti negara, konstitusi, nasionalisme, kapitalisme, demokrasi, sekularisme, juga industri dan perusahaan media massa. 1 Dengan makin meningkatnya perkembangan teknologi informasi yang menembus batas-batas geografis negara, diharapkan bangsa-bangsa akan menjadi lebih menyatu dalam mendorong bangsa tersebut mengidentifikasikan diri dengan cara-cara yang baru. 2 Globalisasi membawa dua akibat atau makna. Di satu sisi melahirkan dunia tanpa batas, menimbulkan keunggulan kompetitif, di mana faktor-faktor lintas benua seperti teknologi, pendidikan, manajemen, disamping modal semakin menampilkan peranannya. Di sisi lain globalisasi membangkitkan reaksi balik atau countertrend. Selain terdapat hal positif yang bisa dimanfaatkan oleh setiap bangsa, khususnya di bidang teknologi, juga menyimpan kerawanan yang tentu saja sangat membahayakan dengan munculnya tindak pidana di dunia maya yang telah menjadi realitas masyarakat dunia. 3 1 Abdul Wahid, 2005, Kejahatan Mayantara Cyber Crime, Refika Aditama, Bandung, hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 12.

2 2 International Telecommunication Union (ITU), badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab untuk masalah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi dan informasi, merilis statistik bahwa pada 2015 secara global terdapat 3,2 miliar orang yang bisa mengakses internet, dua milyar di antaranya berada di negara-negara berkembang. Dalam 15 tahun terakhir, teknologi informasi dan komunikasi telah tumbuh dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, penetrasi internet global berkembang tujuh kali lipat dari 6,5 persen menjadi 43 persen. 4 Era digital di dunia perbankan tidak terhindarkan lagi dan Indonesia diramalkan akan mengalami transformasi besar di seluruh aspek sosial dan ekonomi, termasuk di dalamnya industri jasa keuangan khususnya perbankan. Dengan mengandalkan infrastruktur dan teknologi informasi yang sudah ada seperti perangkat berbasis internet, digital banking akan mampu mengurangi biaya operasional bank. 5 Penyalahgunaan teknologi informasi seperti internet telah merambah kehidupan masyarakat sehingga menjadi masalah hukum pidana. Teknologi informasi dimanfaatkan untuk melakukan tindak pidana yang dikenal dengan nama cyber crime atau tindak pidana dunia maya. Tindak pidana ini merupakan tipologi tindak pidana baru yang membutuhkan pencegahan dan pemberantasan. 6 4 Redaksi, Pengguna Internet Dunia Meningkat, Koran Tempo, 29 Oktober 2015, hlm Romualdus San Udika, Adu Langkah dengan Penjahat Siber, Majalah Bloomberg Businessweek, 04 Oktober 2015, hlm Teguh Sulistia, 2011, Hukum Pidana Horizon Baru Pasca Reformasi, RajaGrafindoPersada, Jakarta, hlm.125.

3 3 Semua perangkat yang terhubung ke internet, seperti personal computer, server, peralatan jaringan, perangkat mobile, dengan cepat menjadi korban attack surface yang jumlahnya terus meningkat. Serangan terhadap sistem komputer (cyberattack) merupakan masalah serius. Cyberattack dilakukan oleh pelaku profesional dan jumlahnya terus meningkat begitu juga dengan kecanggihan dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Laporan McAfee serta Center for Strategic and International Studies menunjukkan biaya cybercrime yang menyerang sebuah perusahaan di Amerika Serikat diperkirakan mencapai $100 miliar per tahun, ditambah biaya tambahan global tahunan yang besarnya lebih dari $500 miliar. 7 Pada dasarnya cybercrime meliputi semua tindak pidana yang berkenaan dengan sistem informasi, sistem informasi (information system) itu sendiri, serta sistem komunikasi yang merupakan sarana untuk penyampaian/pertukaran informasi kepada pihak lainnya (transmitter/originator to reciptient). 8 Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Muliaman D Hadad menyatakan bahwa globalisasi dan perkembangan sektor keuangan yang pesat didukung makin berkembangnya teknologi informasi. Pentingnya penanganan tindak pidana perbankan berbasis teknologi sangat diperlukan untuk menghindari dampak pada risiko operasional yang dapat mempengaruhi penilaian pihak-pihak 7 Hugh Aston, Know Yourself, Know Your Enemy;Menangkal Berbagai Jenis Gangguan Sistem Komputer, Majalah Bloomberg Businessweek, 04 Oktober 2015, hlm. 5. McAfee adalah perusahaan perangkat lunak antivirus dan keamanan komputer yang berpusat di Santa Clara, California. 8 Didik M. Arief Mansur dan Elisataris Ghultom, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung, hlm.10.

4 4 independen di dunia internasional. Laporan Security Threat disebutkan bahwa Indonesia dianggap menjadi negara paling berisiko untuk mengalami cyber crime. 9 Berdasarkan Convention on Cybercrime pada tahun 2001 di Budapest, menyebutkan tindak pidana teknologi informasi yang pertama ialah illegal access atau akses ilegal terhadap sistem dan perangkat internet. Menurut Convention on Cybercrime, illegal access atau akses ilegal merupakan perbuatan mengakses atau memasuki sebagian atau seluruh bagian dari sistem komputer tanpa izin. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, transportasi dan keterbukaan ekonomi serta kondisi politik, tindak pidana diakui telah bertransformasi dari sekedar masalah lokal/nasional menjadi masalah internasional. 10 Kegiatan cyber tidak lagi sederhana karena dibatasi oleh teritori suatu negara, yang mudah diakses kapan pun dan dari mana pun. 11 Contoh tindak pidana akses ilegal adalah pada tanggal 23 Oktober 2015 tim terpadu Kejaksaan Agung dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), telah melakukan penangkapan terhadap Dimitar Nikolav Iliev seorang warga negara asing yang diduga melakukan tindak pidana perbankan dengan menggunakan teknologi baru. Dimitar Nikolav Iliev telah melakukan tindak pidana pada kartu nasabah bank dengan kerugian 15 miliar euro atau sekitar Rp. 24 triliun. 9 Fitriya, Hadapi Pasar Bebas ASEAN OJK Siapkan Strategi Tangani Cyber CrimePerbankan, Siapkan_trategi_Tangani_Cyber_Crime_Perbankan&level2=newsandopini&id= &im g=level1_topnews_5&urli, diakses 07 November 2015, Jam 0.33 Wib. Perusahaan keamanan internet Symantec mengeluarkan statistik mengenai kejahatan internet yang disebut dengan Security Threat. 10 Retno Kusumastuti, Saat Hubungan Semakin Erat. As the Relationship Becomes Closer, Majalah Requisitoire, Volume 26 Tahun 2012, hlm Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang informasi Dan Transaksi Elektronik (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843)

5 5 Komplotan tersebut menjadi buronan Europol karena menimbulkan kerugian sangat besar bagi korbannya di berbagai negara di Eropa. Pelaku membobol rekening para korban dengan menggunakan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang telah digandakan serta memasukkan kode rahasia yang didapatkan melalui alat skimmer. Menurut Wakil Jaksa Agung saat itu Andhi Nirwanto pelaku diduga melakukan beberapa tindak pidana salah satunya transfer informasi dan uang dengan menggunakan elektronik serta dapat dikenakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. 12 Permasalahan yurisdiksi hukum menjadi poin penting di dalam cyber crime khususnya mengenai tindak pidana akses ilegal, karena di dalam dunia virtual tempat dilakukan tindak pidana internet tidak terbatas pada teritorial suatu bangsa dan negara, sehingga cyber crime dapat digolongkan sebagai transnasional crime atau tindak pidana lintas batas negara. Jasa keuangan khususnya perbankan sering menjadi sasaran tindak pidana teknologi informasi khususnya tindak pidana akses ilegal terhadap sistem komputer. Contohnya ialah Syamsir Alamsyah yang melakukan transaksi pembayaran secara berulang kali di Hotel Grand Victoria Samarinda dengan cara pelaku menggunakan Debit Bank Negara Indonesia Card melalui mesin EDC (electronic data capture) yang dipasang pada merchant Hotel Grand Victoria secara off line sehingga data transaksi tidak terlihat. Pembobolan Bank BNI tersebut menyebabkan kerugian sebesar kurang lebih 4 milyar. Perkara tersebut terbukti 12 Redaksi, Pembobol Rekening WNA di Bali Dibawa dari Serbia, Kompas, 24 Oktober 2015, hlm. 4.

6 6 dengan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 13 Perusahaan telekomunikasi besar juga menjadi sasaran dari tindak pidana teknologi informasi. Contoh perkaranya yaitu Ahmad Hanafi Alias Ifan dengan menggunakan peralatan PC (Personal Computer) rakitan, harddisk eksternal, modem dan laptop melalui jaringan internet berhasil masuk ke dalam beberapa server internal PT. Telkomsel untuk kemudian dapat terhubung pada server URP (Universal Recharge Platform) PT. Telkomsel sehingga pelaku dapat mengambil keutungan, yang mengakibatkan kerugian kurang lebih 11 milyar. Perkara tersebut terbukti dengan Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu akses ilegal dengan mengakses sistem komputer dengan tanpa hak atau melawan hukum. 14 Teknologi yang tergolong baru di Indonesia mengenai keuangan digital berupa uang elektronik (digital cash) pun tidak luput dari tindak pidana teknologi informasi. Contohnya adalah Abd Rahman Saleh alias Upik berhasil memasuki sistem keamanan jaringan dari jasa keuangan digital yaitu T-Cash, uang senilai 72 juta dikirimkan ke rekening milik pelaku secara bertahap. Pelaku dapat ditangkap pada Maret 2015 di Kota Gorontalo. 15 Contoh-contoh perkara tindak pidana di atas mempunyai beberapa kesamaan yaitu tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana akses ilegal yang 13 Putusan PN No. 52/Pid.B/2011/PN.Smda, tanggal 28 Maret Putusan PN No. 133/Pid.B/2012/PN.Pwk, tanggal 15 Oktober Tro, Rp.72JutaMasukRekeningBertahap, juta-masuk-rekening-bertahap/diakses pada tanggal 24 November 2015, Jam Wib.

7 7 menggunakan berbagai modus operandi, pengaturan tindak pidananya terdapat dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Persamaan yang lain ialah menggunakan alat bukti elektronik sebagai alat bukti utama dalam proses pembuktiannya. Alat bukti elektronik sebagai alat bukti lain dipertegas dalam Pasal 44 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mengatur bahwa Informasi atau Dokumen Elektronik adalah alat bukti lain, yaitu alat bukti yang sah serta dapat diajukan ke pengadilan tetapi terlepas dari Pasal 184 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mengatur secara limitatif mengenai alat bukti. Dalam penyelesaian tindak pidana di bidang teknologi informasi, kondisi yang paperless (tidak menggunakan kertas) ini menimbulkan masalah dalam pembuktian mengenai informasi yang diproses, disimpan, atau dikirim secara elektronik. Informasi atau Dokumen Elektronik yang mudah diubah sering menimbulkan pertanyaan hukum mengenai keotentikan informasi atau dokumen yang dimaksud 16. Keabsahan alat bukti elektronik di Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat dalam Pasal 6 yang menyebutkan :...Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. 16 Josua Sitompul, 2012, Cyberspace Cybercrimes Cyberlaw Tinjauan Aspek Hukum Pidana, Tatanusa, Jakarta, hlm.262.

8 8 Unsur dijamin keutuhannya menjadi penting dalam proses pembuktian mengingat Penjelasan Umum Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa informasi elektronik ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan, dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan detik. Dengan demikian, dampak yang diakibatkannya pun bisa kompleks dan rumit. 17 Menurut O. C. Kaligis yang menyatakan bahwa belum ada hukum positif Indonesia yang mengatur secara detail, komprehensif serta seragam mengenai keabsahan alat bukti elektronik yang dijamin keutuhannya, sehingga menyebabkan di dalam proses persidangan terjadi perbedaan pendapat dari keterangan ahli mengenai terjaminnya keutuhan alat bukti elektronik tersebut. 18 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik tidak ditemukan pembahasan mengenai terjaminnya keutuhan bukti elektronik serta keabsahan dari alat bukti elektronik. Multi tafsir akibat dari pemaknaan unsur dijamin keutuhannya yang berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik bisa berpengaruh terhadap keyakinan hakim dalam menilai dari keabsahan alat bukti elektronik tersebut. Oleh karena itu, proses pembuktian dengan menggunakan alat bukti elektronik tersebut menjadi penting karena dalam tindak pidana di bidang teknologi informasi atau cyber crime khususnya tindak pidana akses ilegal yang menggunakan dokumen elektronik atau informasi elektronik sebagai pembuktian. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, 17 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang informasi Dan Transaksi Elektronik (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) 18 O.C.Kaligis, 2012, Penerapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam Prakteknya, Yarsif Watampone, Jakarta, hlm. 297.

9 9 perlu diadakan penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam berupa tesis dengan judul Keabsahan Alat Bukti Elektronik Dalam Perkara Tindak Pidana Akses Ilegal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah menentukan keabsahan alat bukti elektronik dalam pembuktian perkara tindak pidana akses ilegal? 2. Bagaimanakah seharusnya konsep keabsahan alat bukti elektronik dalam pembuktian perkara tindak pidana akses ilegal di masa mendatang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan di atas adalah : 1. Mengetahui parameter yang digunakan untuk menentukan keabsahan alat bukti elektronik dalam pembuktian. 2. Mengkaji pengaturan keabsahan alat bukti elektronik dalam pembuktian perkara tindak pidana akses ilegal di masa mendatang.

10 10 D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia akademis serta secara teoritis, yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum pidana pada umumnya dan peraturan perundangundangan mengenai informasi dan transaksi elektronik pada khususnya. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, kegunaan serta kontribusi secara praktis bagi pihak pemegang kepentingan (stake holder) pada penanganan alat bukti elektronik. Penegak hukum seperti penyidik, penuntut umum dan hakim dapat mengetahui secara pasti mengenai kedudukan serta keabsahan alat bukti elektronik dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system) demi menyamakan persepsi hukum agar tercapainya tujuan hukum. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, peneliti menemukan 2 (dua) penelitian yang sejenis, salah satunya pada Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Penelitian tersebut dilakukan oleh Raden Rachmat Herwannuri pada tahun 2010 dengan judul Tinjauan Yuridis Carding Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Raden Rachmat Herwannuri, 2010, Tinjauan Yuridis Carding Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, Tesis, Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

11 11 Perumusan Masalah : 1. Bagaimana KUHP, Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatur tindak pidana carding dalam cybercrime? 2. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dalam proses pembuktian masalah carding dalam cybercrime tersebut? Kesimpulan : 1. Keberadaan teknologi informasi disamping memberi harapan di masa depan juga melahirkan kecemasan-kecemasan baru dengan munculnya bentuk kejahatan baru (cyber crime) yang lebih canggih. Carding merupakan suatu bentuk kejahatan dengan cara mencuri dan menipu suatu website e-commercial untuk mendapatkan produk yang ditawarkan. Berbagai cara dilakukan carder untuk mendapatkan kartu kredit dari situs komersial. Meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai kejahatan komputer, perundangundangan nasional dapat diterapkan dengan menggunakan penafsiran ekstensif. Pelaku kejahatan carding dapat dipidana jika pelaku memenuhi delik yang tercantum dalam Pasal 167 KUHP dan Pasal 22 Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dapat digunakan untuk akses ilegal terhadap jaringan sistem telekomunikasi atau jaringan internet serta Pasal 38, Pasal 40 dan Pasal 42 yang masih berkaitan dengan kejahatan carding. Undang-Undang ITE merupakan salah satu upaya penting dalam pengakuan transaksi elektronik dan dokumen elektronik dalam kerangka hukum perikatan dan hukum pembuktian, sehingga kepastian hukum transaksi elektronik dapat

12 12 terjamin. Diklasifikasikannya tindakan-tindakan yang terjamin dan diklasifikasikannya tindakan-tindakan yang termasuk kualifikasi pelanggaran hukum terakhir penyalahgunaan TI disertai sanksi pidananya termasuk untuk tindakan carding, hacking dan cracking. Untuk masalah tindak pidana carding hal ini disebutkan dalam Pasal 30 dan 31 Undang-Undang ITE. 2. Kekurangan dalam undang-undang yang pernah ada sebelumnya, yaitu KUHP dan Undang-Undang Telekomunikasi diakomodasikan ke dalam Undang- Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dimana sistem informasi yang merupakan penerapan teknologi informasi yang berbasis jaringan telekomunikasi dan media elektronik, yang berfungsi merancang, memproses, menganalisa, menampilkan, dan mengirimkan atau menyebarkan informasi elektronik. Pemerintah seharusnya memulai penyusunan regulasi terkait dengan tindak pidana siber (Cyber Crime), mengingat masih ada tindak-tindak pidana yang tidak tercakup dalam UU ITE tetapi tercakup dalam instrumen Hukum Internasional di bidang tindak pidana siber, misalnya menyangkut tindak pidana pornografi, deufamation, atau perjudian maya. Kejahatan yang menggunakan hi-tech, jangkauannya sangat luas serta pelaku rata-rata mempunyai intelektualitas yang tinggi dan mempunyai komunitas tersendiri, sehingga untuk pembuktiannya memerlukan penyidik yang mengerti bidang tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut di atas, peneliti menemukan beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu :

13 13 a. Peneliti membahas mengenai tindak pidana akses ilegal dimana carding termasuk ke dalam tindak pidana akses ilegal. Cakupan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih luas karena tidak hanya membahas khusus carding tetapi segala aspek pidana mengenai akses ilegal terhadap sistem elektronik. b. Peneliti bukan hanya membahas mengenai tindak pidana akses ilegal dalam sistem peradilan tetapi peneliti juga mengkhususkan kepada penerapan alat bukti elektronik mengenai keabsahan serta keutuhan dari alat bukti elektronik tersebut. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang sejenis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marissa Amalina Shari Harahap pada tahun 2012 pada Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, dengan judul Analisis Penerapan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam Tindak Pidana Siber. 20 Perumusan Masalah : 1. Bagaimana penyelesaian tindak pidana siber di Indonesia menurut Undang- Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? 2. Apakah ketentuan pidana pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan ketentuan yang mampu mengikuti perkembangan tindak pidana siber? 20 Marissa Amalina Shari Harahap, 2012, Analisis Penerapan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam Tindak Pidana Siber, Tesis, Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Depok.

14 14 3. Kendala apa sajakah yang dapat dijumpai dalam menegakkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam pemberantasan tindak pidana siber? Kesimpulan : 1. Beberapa masalah yang memerlukan perhatian lebih lanjut antara lain pembahasan tentang telekomunikasi global, sistem pengamanan komunikasi elektronik, perbandingan Undang-undang tentang Informasi dan Elektronik. Sedangkan faktor-faktor penghambat juga merupakan masalah karena keterkaitan antara satu dan lainnya, faktor penghambat itu antara lain masalah peraturan perundang-undangan, penegak hukum, dan masyarakatnya itu sendiri sebagai sasaran penerapan dan penegakan hukum. 2. Masih banyaknya kelemahan atau kekurangan pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang perlu ditinjau kembali terhadap pasal-pasal yang diundangkan untuk dilengkapi atau disesuaikan ataupun diubah dengan aturan hukum di bidang Informasi dan Transaksi Elektronik agar tidak menimbulkan berbagai celah hukum di dalamnya. 3. Terkait dengan semakin canggihnya modus tindak pidana siber yang berkembang pesat, para pembuat undang-undang dan penegak hukum belum melakukan perubahan sama sekali kualitas dan kuantitas undang-undang ini justru cenderung menuai pro dan kontra dianggap tidak dapat menurunkan tingkat kejahatan tindak pidana siber secara signifikan sehingga memunculkan

15 15 tudingan bahwa undang-undang ini tidak berjalan secara efektif terutama dari aspek pidananya. Berdasarkan penelitian tersebut di atas, peneliti menemukan beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu : a. Penelitian tersebut tidak membahas secara spesifik mengenai tindak pidana cyber crime nya, bahwa di dalam tindak pidana cyber crime terdapat banyak jenis dan macamnya. Oleh sebab itu peneliti lebih mengkhususkan penelitian mengenai tindak pidana akses ilegal atau hacking terhadap sistem elektronik. b. Peneliti bukan hanya membahas mengenai tindak pidana cyber crime yang berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tetapi mengenai penerapan alat bukti elektronik di dalam proses sistem peradilan.

DAFTAR PUSTAKA. Al-Azhar, Muhammad Nuh, 2012, Digital Forensik Panduan Praktis Investigasi Komputer, Salemba Infotek.

DAFTAR PUSTAKA. Al-Azhar, Muhammad Nuh, 2012, Digital Forensik Panduan Praktis Investigasi Komputer, Salemba Infotek. 123 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Al-Azhar, Muhammad Nuh, 2012, Digital Forensik Panduan Praktis Investigasi Komputer, Salemba Infotek. Antiterrorism Assistance, 2016, Modul Pelatihan Cyber Awareness for Prosecutors,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan industri yang merupakan hasil dari budaya manusia membawa dampak positif, dalam arti teknologi dapat di daya gunakan untuk kepentingan

Lebih terperinci

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Oleh: Dr Jamal Wiwoho, Dr I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani 4/30/2012 model pengaturan ITE www.jamalwiwoho.com 1 Saat ini telah lahir suatu rezim hukum

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG- 62 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku

Lebih terperinci

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00

NCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00 There are no translations available. Oleh: Ny. JUSRIDA TARA, SH., M.Hum. I. PENDAHULUAN Teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan perkembangan pola berfikir umat manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) A. Pengertian Cyber Crime Membahas masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan jaringan komputer atau keamanan informasi

Lebih terperinci

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi*) Kelompok Kerja e-security, suatu unit aktivitas di dalam wadah Organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pacific (APEC) kembali menggelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Internet adalah seluruh jaringan

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. 5 KEPENTINGAN HUKUM YANG HARUS DILINDUNGI (PARAMETER SUATU UU MENGATUR SANKSI PIDANA) : 1. NYAWA MANUSIA. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dapat dikatakan sebagai lokomotif yang dipergunakan dalam proses globalisasi di berbagai aspek kehidupan. 1 Dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini teknologi mengalami perkembangan diseluruh belahan dunia termasuk juga Indonesia. Salah satu perkembangan tersebut ditandai dengan munculnya Internethingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. Beragam agama, ras, suku bangsa, dan berbagai golongan membaur menjadi satu dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya.

Lebih terperinci

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. Ketentuan Umum :berisi hal yang berkait dengan ITE II. Yurisdiksi Pengaturan teknologi informasi yang diterapkan oleh suatu negara berlaku untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini sudah semakin berkembang lantaran aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan transaksional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini berkembang secara pesat, baik dari sisi kecepatan maupun kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke 21 perkembangan dunia terasa semakin pesat. Internet merupakan suatu jaringan komunikasi digital dan merupakan jaringan komputer terbesar yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perjanjian atau Kontrak adalah suatu wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain dalam membuat suatu kesepakatan yang kemudian menimbulkan suatu

Lebih terperinci

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Kejahatan E-Commerce Kasus Penipuan Online Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi perkembangan dan kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling menonjol adalah dengan hadirnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN SOFTWARE SEBAGAI SARANA KEJAHATAN CYBERPORN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SKRIPSI Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER)

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) 45 BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) A. Pihak-Pihak Yang Terkait Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Modus Skimmer Masyarakat kini telah semakin banyak memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Dengan kemampuan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

CYBER LAW & CYBER CRIME

CYBER LAW & CYBER CRIME CYBER LAW & CYBER CRIME Di susun Oleh: Erni Dwi Larasati ( 18120251 ) Desi Nur Anggraini ( 12129972 ) Kelas: 12.4B.04 DEFINISI CYBER CRIME Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi, karena saat ini banyak sekali perusahaan yang ingin berkembang. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lagi, karena saat ini banyak sekali perusahaan yang ingin berkembang. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dalam dunia bisnis saat ini tidak perlu diragukan lagi, karena saat ini banyak sekali perusahaan yang ingin berkembang. Perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang merupakan jawaban hukum terhadap persoalan masyarakat pada waktu dibentuknya undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 amandemen ketiga yang berbunyi

Lebih terperinci

CYBERCRIME & CYBERLAW

CYBERCRIME & CYBERLAW CYBERCRIME & CYBERLAW Disampaikan oleh : SUHENDAR 12100208 BAHRUDIN 12100213 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Masalah-masalah cybercrime selalu menjadi masalah yang menarik. Di Indonesia penanganan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar-Belakang Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek hukum yang berlaku. Kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya upaya yang dilakukan dalam pembuktian

Lebih terperinci

oleh perdagangan secara konvensional. 1

oleh perdagangan secara konvensional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan internet menyebabkan terbentuknya sebuah arena baru yang lazim disebut dengan dunia maya. Dalam hal ini setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, hampir seluruh negara di dunia dapat mengakses internet. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses yang sangat mudah untuk menggunakan internet.

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Oleh : GUSTI BETHA V.Y. D1A 011 117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perbuatan-Perbuatan Pidana Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) di Dunia sangat dirasakan manfaatnya dalam berbagai sektor Industri, Perbankan maupun Usaha Kecil-Menengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan iptek dan globalisasi membawa kemudahan dan kemanfaatan kepada

I. PENDAHULUAN. Kemajuan iptek dan globalisasi membawa kemudahan dan kemanfaatan kepada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan iptek dan globalisasi membawa kemudahan dan kemanfaatan kepada manusia di berbagai bidang kehidupan, antara lain di bidang komunikasi dan informasi. Hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini sangatlah pesat, berbagai macam alat elektronik bermunculan dari berbagai merk, model dan keunggulan. Bila mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank melalui Internet Kecanggihan teknologi komputer telah memberikan kemudahankemudahan,

Lebih terperinci

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA) PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA) Diajukan Oleh : Nama : Gabe Ferdinal Hutagalung Nim

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime. BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime. Dunia maya (cyberspace) adalah media yang tidak mengenal batas, baik batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin lama semakin bertambah membuat perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Berdasarkan perkembangan yang masih terus berjalan,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini BAB III PENUTUP Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini penulis mencoba menyimpulkan hasil penulisan sesuai dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS ABSTRAK Oleh I Made Agus Windara AA. Ketut Sukranatha Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Seperti yang kita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebenarnya tidak dipermasalahkan mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan baik karena adanya unsur kepercayaan. Kepercayaan ini muncul karena adanya pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) 59 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) A. Efektivitas Mengenai Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui

Lebih terperinci

CYBER CRIME: PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP PEMBOBOLAN ATM

CYBER CRIME: PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP PEMBOBOLAN ATM CYBER CRIME: PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP PEMBOBOLAN ATM DEWI MUSTARI mustaridewi@yahoo.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman telah menuntut berbagai jenis bidang usaha untuk memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN SECARA ELEKTRONIK DALAM PERKARA CYBER CRIME DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR II TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA

Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Anekdot : Tindak Pidana Perbankan SIFATNYA NON CONCEALMENT jenis kejahatan bank yg dilakukan tanpa upaya manipulasi laporan atau catatan keuangan bank. CONCEALMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara demokrasi tuntutan masyarakat terhadap keterbukaan informasi semakin besar. Pada masa sekarang kemajuan teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, mengatakan bahwa Teknologi Informasi semakin dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dan

Lebih terperinci

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Cyber crime adalah sebuah bentuk kriminal yang mana menggunakan internet dan komputer sebagai alat atau cara untuk melakukan tindakan kriminal. Masalah yang berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL Dosen : Yudi Prayudi S.Si., M.Kom Oleh : Nama : Achmad Syauqi NIM : 15917101 MAGISTER

Lebih terperinci

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Seperti telah Penulis paparkan sebelumnya, Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian (analisa) berkaitan dengan usaha menjawab rumusan masalah dalam penelitian Penulis.

Lebih terperinci

Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum Juli November 2015, Hal

Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum Juli November 2015, Hal Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum Juli November 2015, Hal. 135 149 KENDALA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENCURIAN UANG DI BANK MELALUI INTERNET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

Lebih terperinci

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom Cyber Crime Ade Sarah H., M.Kom Cybercrime adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan telekomunikasi. Karakteristik

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA JURNAL ILMIAH KENDALA POLDA DIY DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI INTERNET DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Disusun oleh : SAUT MANATAR TUA HASUGIAN NPM : 08 05 09821 Program Studi

Lebih terperinci

KETERKAITAN ARSIP ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH DI PENGADILAN

KETERKAITAN ARSIP ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH DI PENGADILAN KETERKAITAN ARSIP ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI SAH DI PENGADILAN Clara Lintang Parisca Mahasiswi Fakultas Hukum Atmajaya Yogyakarta Pendahuluan Pembuktian merupakan satu aspek yang memegang peranan sentral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya dari layanan perbankan kepada nasabah. Pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya dari layanan perbankan kepada nasabah. Pelayanan yang diberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menciptakan good performance, bank tidak dapat menghindari fungsinya dari layanan perbankan kepada nasabah. Pelayanan yang diberikan kepada nasabah

Lebih terperinci

KOMPUTER FORENSIK DALAM HUKUM INDONESIA

KOMPUTER FORENSIK DALAM HUKUM INDONESIA UNIVERSITAS GUNADARMA Fakultas Teknik Industri Jurusan Teknik Informatika KOMPUTER FORENSIK DALAM HUKUM INDONESIA Pengantar Komputer Forensik Teknologi Informasi 1 FORENSIK TI DALAM HUKUM INDONESIA PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehadiran internet dalam kehidupan manusia ternyata telah mengubah sebagian besar pola kehidupan manusia dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya, mulai dari

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komuniksai telah menyebabkan

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komuniksai telah menyebabkan 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komuniksai telah menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas ( borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dari waktu kewaktu semakin pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. berkembang dari waktu kewaktu semakin pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan pengembangan pemberdaya manusia (SDM). Pada saat ini pendidikan dituntut peranannya

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia)

(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia) (Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia) A. Pendahuluan Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari hampir seluruh aktivitas masyarakat. Bahkan di dunia perbankan dimana

Lebih terperinci

berjalan jauh dan bertatap muka secara langsung. Inilah yang dikenal orang

berjalan jauh dan bertatap muka secara langsung. Inilah yang dikenal orang 2 Perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet, maka manusia dapat mengetahui apa yang terjadi didunia dalam hitungan detik, dapat berkomunikasi dan mengenal orang dari

Lebih terperinci

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Tema : Kejahatan Multimedia di Media Sosial @HOM Platinum Hotel Yogyakarta, 17 Nopember 2015 Dr. Mochamad Wahyudi, MM, M.Kom, M.Pd, CEH, CHFI wahyudi@bsi.ac.id

Lebih terperinci

Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE

Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE Pertemuan 5 HUKUM E-COMMERCE Pembahasan 1. Cyber Crime dalam E-Commerce 2. Hukum E-Commerce Cyber Crime dalam E- Commerce Cybercrime dalam e-commerce, oleh Edmon Makarim didefinisikan sebagai segala tindakan

Lebih terperinci

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2 N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian Jenis-jenis ancaman (threats) melalui IT, Kasus-kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu, semakin modern sebuah peradaban, semakin modern pula teknologi serta bentuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015 PEMALSUAN UANG RUPIAH SEBAGAI TINDAK PIDANA MENURUT UU NO. 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG 1 Oleh: Hendra Aringking 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik sudah mengalami perluasan terhadap Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. elektronik sudah mengalami perluasan terhadap Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenai alat bukti dalam hukum acara pidana dalam mengantisipasi meningkatnya tindak kejahatan dengan menggunakan sarana dan media informasi dan elektronik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SEBAGAI TINDAK PIDANA NON KONVENSIONAL.

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SEBAGAI TINDAK PIDANA NON KONVENSIONAL. IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SEBAGAI TINDAK PIDANA NON KONVENSIONAL Oleh: Mastur Fakultas Hukum, Universitas Wahid Hasyim Semarang E-mail: mastur_unwahas@yahoo.com

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika Alamat: KampusII,Jl.JembatanMerah,No.84.C.,Gejayan, CondongCatur,Yogyakarta.Telp.(0274)-584922,550703,550704

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas Sms Banking

Lebih terperinci

Perkembangan Cybercrime di Indonesia

Perkembangan Cybercrime di Indonesia Perkembangan Cybercrime di Indonesia Devi Pursitasari Devi.pursitasari@raharja.info Abstrak Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakkukan dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi informasi.fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1

Pencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1 Pencegahan dan Penanganan Kejahatan Pada Layanan Perbankan Elektronik Ronald Waas 1 Yang saya banggakan, Ketua Umum dan Jajaran Pengurus Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, Para Pembicara dari Bank Indonesia,

Lebih terperinci

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime cybercrime Kriminalitas dunia maya (cybercrime) atau kriminalitas di internet adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum di

Lebih terperinci

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim No.1872, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PPATK. Penyedia Jasa Keuangan. Penghentian Sementara dan Penundaan Transaksi. Pencabutan. PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Dian Anggraheni Widyaningrum NIM : C

Dian Anggraheni Widyaningrum NIM : C PENYELESAIAN PERKARA PIDANA PENYALAHGUNAAN DAN PEMALSUAN KARTU KREDIT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA)

CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA) CONTOH KASUS CYBER CRIME (KEJAHATAN DI DUNIA MAYA) Mungkin istilah Cyber Crime sudah tidak asing lagi bagi kita, dimana istilah cyber crime itu sendiri adalah suatu tindakan yang menjurus pada tindakan

Lebih terperinci

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN ANALISIS DAN IMPLIKASI YURIDIS TINDAK PIDANA MENYEBARKAN BERITA BOHONG DAN MENYESATKAN BERDASARKAN PASAL 28 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Kejahatan Mayantara (Cybercrime)

Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Dalam era globalisasi memberikan pengaruh thd perkembangan teknologi informasi, shg telah memberikan pengaruh thd terjadinya berbagai bentuk kejahatan yg sifatnya modern

Lebih terperinci

Widaningsih 1 Abstrak

Widaningsih 1   Abstrak Widaningsih, Tinjauan Aspek Hukum Pidana Teknologi Informasi Di Indonesia 31 TINJAUAN ASPEK HUKUM PIDANA TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA (UU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK)

Lebih terperinci