KAJIAN ORGANOLOGI INSTRUMEN SARUNE PADA MASYARAKAT KARO. Yobel Arista Sitepu Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN ORGANOLOGI INSTRUMEN SARUNE PADA MASYARAKAT KARO. Yobel Arista Sitepu Abstrak"

Transkripsi

1 KAJIAN ORGANOLOGI INSTRUMEN SARUNE PADA MASYARAKAT KARO Yobel Arista Sitepu Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan Sarune, cara memproduksi bunyi Sarune, dan sistem pelarasan bunyi Sarune. Dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang bertujuan, agar hasil dari suatu studi kepustakaan yang saling berhubungan (relevan) terhadap pokok permasalahan yang hendak diteliti. Adapun teori yang digunakan yaitu, Organologi, Instrumen, Sarune, Proses, Memproduksi, Bunyi, Sistem, dan Pelarasan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampel bertujuan atau Purposive Sample. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, audiovisual dan studi kepustakaan yang dilakukan langsung terhadap pembuat Sarune, masyarakat, dan penatua adat. Metode ini digunakan untuk menjelaskan sampai kepada hal sekecil-kecilnya tentang pembuatan Sarune. Secara umum penelitian ini menunjukkan keberadaan pembuat Sarune pada masyarakat Karo di desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Pembuatan alat musik Sarune Karo tersebut, dikerjakan sepenuhnya secara tradisional dibantu dengan peralatan tukang pada umumnya dan dengan bahan seperti Kayu Selantam, Sisik baning/tanduk kerbau, daun kelapa, dan Timah. Adapun hasil dari pengerjaan itu terbagi menjadi lima bagian yaitu Batang Sarune, Gundal Sarune, ampang-ampang sarune, Tongkeh Sarune, dan Anak-anak Sarune. Kata Kunci : Sarune, Musik Karo, Organologi PENDAHULUAN Suku Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak suku yang ada di Kepulauan Indonesia. Berdasarkan pendapat para ahli, secara geografis yang menjadi wilayah suku Karo adalah: Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Selain itu, suku Karo juga banyak menetap di beberapa wilayah Kota Medan, seperti : Deli Tua, Padang Bulan, Sunggal, dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan Jambur di tempat tersebut. Tanah Karo sebagai tempat bermukim masyarakat yang heterogen memiliki kemampuan mempertahankan seni tradisi dengan baik. Seni tradisi sebagai warisan budaya antara lain terdiri dari seni musik, sastra, (cerita rakyat, 100

2 pantun), tari, ukir (pahat). Salah satu unsur budaya yang diwariskan pada masyarakat Karo adalah kesenian dalam bentuk ensambel musik tradisional yang disebut Gendang lima sendalanen. Selain Gendang lima sendalanen, ada beberapa bentuk kesenian yang hampir punah keberadaannya, bahkan ada yang hilang sama sekali. Hal ini disebabkan karena sudah mengalami perubahan-perubahan pola pikir dalam kehidupan sehari-harinya dan sudah banyak dipengaruhi oleh budaya lain seiring berkembangnya zaman Gendang lima sendalanen adalah sekumpulan instrumen yang terdiri dari satu buah sarune (sebagai pembawa melodi), dua buah gendang (gendang singanaki dan gendang singindungi), serta dua buah gong sebagai instrumen ritmis meskipun kedengarannya sebagai pembawa metronom (gung dan penganak). Ke lima instrumen tersebut bermain bersama sebagai satu grup atau ensambel. Gendang lima sendalanen yang disebut juga gendang sarune, termasuk ensambel musik yang paling dikenal pada masyarakat Karo. Kata gendang diartikan sebagai alat musik, lima berarti lima, dan sendalanen berarti sejalan. Dengan demikian, gendang lima sendalanen mengandung arti lima buah alat musik yang digabungkan dalam satu kelompok atau ensambel, dan dimainkan bersama-sama dalam pertunjukan oleh 4-5 pria. Di antara beberapa instrumen ansambel Gendang lima sendalanen, Sarune merupakan satu-satunya instrumen musik yang termasuk ke dalam klasifikasi alat musik aerophone. Alat musik ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu anak sarune, tongkeh sarune, ampang-ampang sarune, batang sarune, dan gundal sarune, Sarune mempunyai peran penting yaitu berfungsi sebagai pembawa melodi utama dalam gendang lima sendalanen. Sarune ini terbagi dalam 2 ukuran, yaitu ukuran besar dan kecil. Namun kali ini si peneliti hanya meneliti Sarune ukuran kecil saja Sarune diproduksi secara manual. Dalam proses pemilihan bahan baku dan pembuatan sarune, masih menggunakan alat-alat tradisional. Kajian organologis terhadap Sarune ini menarik perhatian peneliti untuk didekati sesuai disiplin ilmu yang dimiliki, dan telah dipelajari selama di bangku kuliah. Kajian ini perlu dilakukan sebagai upaya dukungan untuk pelestarian kesenian. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengangkat judul Kajian Organologi instrumen Sarune Pada Masyarakat Karo. ISI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. 1. Letak Geografis Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak anatara s/d Lu dan s/d BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127, 25 km² atau ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan: - Kabupaten Langkat dan Deli Serdang di bagian Utara - Kabupaten Simalungun di bagian Timur - Kabupaten Dairi di bagian Selatan dan, - Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam di bagian Barat. Ibukota Kabupaten Karo adalah kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara. 101

3 2. Topografi Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah kabupaten Karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah ± 140 m diatas permukaan laut ( Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah ±2.451 m diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah kabupaten Karo yang berada didaerah dataran tinggi bukit barisan dengan kondisi topografi yang berbukit dan dan bergelombang, maka di wilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan aluralur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/ terjal. Sebagian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/ elevasi± 140 m s/d 1400 m diatas permukaan laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungi Wampu dan DAS sungai lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun ( Lawe Alas) bermuara ke lautan Hindia. 3. Iklim Tipe iklim daerah kabupaten Karo menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-tata diatas 1000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara mm/tahun, Hal ini menyebabkan daerah tanah Karo dapat ditanami sepanjang tahun dan ini juga menentukan musim tanam yang nantinya berpengaruh kepada kebudayaan masyarakat karo yaitu dalam menentukan hari upacara pesta tahunan yang dilaksanakan sebelum musim tanam. Dalam pemilihan bahan baku, Ukuran kayu Selantam yang digunakan untuk menjadi bahan dasar Sarune juga sangat ditentukan oleh faktor iklim, karena umumnya kayu tersebut ukurannya besar bila tumbuh didaerah yang agak panas. Oleh karena itu, adapun kayu Selantam yang digunakan biasanya diambil dari luar desa Seberaya, misalnya si pengrajin sendiri memesan kayu tersebut dari Namo Ukur. 4. Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2010 ialah sebanyak jiwa. Jumlah penduduk kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah kabupaten Karo yakni 2.127,25 km² maka kepadatan penduduk kabupaten Karo pada akhir tahun 2010 adalah 161,03 jiwa/km², laju pertumbuhan penduduk kabupaten Karo pada periode tahun adalah sebesar 3, 19% per-tahun. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama Nasranai merupakan yang terbanyak baru disusul oleh pemeluk agama Islam dan agama lainnya. Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo. Sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba, Tapanuli, Jawa, Simalungun, dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya ( dibawah 5 %). Jumlah penduduk masyarakat Karo yang mayoritas mempengaruhi etnis lain yang minoritas untuk terlibat dalam setiap upacara yang sebenarrnya adalah milik etnis karo. Keterlibatan etnis lain dalam kegiatan upacara etnis karo, salah satunya juga disebabkan karena percampuran akibat perkawinan. 102

4 5. Administrasi Pemerintahan Kecamatan Tiga Panah terdiri dari 22 desa, adalah salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo, yaitu: 1. Kecamatan Barus Jahe dengan ibukota dengan ibukota terdiri dari 19 desa 2. Kecamatan Brastagi (Berastagi) dengan ibukota Berastagi terdiri dari 9 desa 3. Kecamatan Dolat Rayat dengan ibukota Dolat Rayat terdiri dari 7desa 4. Kecamatan Juhar dengan ibukota Juhar terdiri dari 24 desa 5. Kecamatan Kabanjahe denga ibukota Kabanjahe terdiri dari 13 desa 6. Kecamatan Kuta Buluh dengan ibukota Kuta Buluh terdiri dari 16 desa 7. Kecamatan Lau Baleng dengan ibukota Lau Baleng terdiri dari 13 desa 8. Kecamatan Mardinding dengan ibukota Mardinding terdiri dari 10 desa 9. Kecamatan Merdeka dengan ibukota Merdeka terdiri dari 9 desa 10. Kecamatan Merek dengan ibukota Merek terdiri dari 19 desa 11. Kecamatan Munte dengan ibukota Munte terdiri dari 22 desa 12. Kecamatan Naman Teran dengan ibukota Naman Teran terdiri dari 14 desa 13. Kecamatan Payung dengan ibukota Tiga Nderket terdiri dari 8 desa 14. Kecamatan Simpang Empat dengan ibukota Simpang Empat terdiri dari 17 desa 15. Kecamatan Tiga Binanga dengan ibukota Tiga Binanga terdiri dari 19 desa 16. Kecamatan Tiganderket dengan ibukota Tiga Nderket terdiri dari 17 desa Kecamatan Tiga Panah terletak lebih kurang 77 km dari kota Medan, Ibu kota Propinsi Sumatera Utara. Tiga Panah berada di dataran tinggi dengan ketinggian 1192 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 18,684 Km2 dan berbatasan : - Sebelah Utara dengan Kecamatan Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi - Sebelah Selatan dengan Kecamatan Merek - Sebelah Barat dengan Kecamatan Juhar, Munte dan Kabanjahe, dan di - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek 6. Mata Pencaharian Penduduk Dilihat dari letak geografis tanah karo maka mata pencarian utama penduduk kecamatan Tiga Panah adalah bertani dan beternak. Karena berada di ketinggian tersebut, membuat Tiga Panah memiliki iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17. Disana bisa ditemukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk yang memungkinkan untuk tumbuh suburnya berbagai macam buah dan sayur. Potensi tanaman yang ada di Tiga Panah terdiri dari: komoditas sayurmayur dan buah-buahan, seperti jeruk, kopi,kol, tomat, cabe, dan lain-lain. Maka dari itu masyarakat sangat memerlukan informasi tentang pertanian dan peternakan. Selain daripada bertani dan beternak ada juga yang bekerja dibagian pemerintahan seperti guru, dokter, dinas pariwisata, perpajakan, polisi dan lainlain. Perekonomian dari masyarakatnya, rata-rata tergolong menengah keatas. Oleh karena itu, mereka masih sempat mengadakan pesta budaya bunga dan buah yang diadakan hampir setiap setahun sekali Kecamatan Tiga Panah dominan ditempati oleh masyarakat asli suku karo dan beberapa suku pendatang lainnya, sepeti suku jawa, tapanuli, dan nias. Suku karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan 103

5 sangat mengikat bagi suku Karo sendiri. Sehingga membuat masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat leluhur. B. Musik Tradisional Karo Salah satu media pengekspresian kesenian melalui musik, dapat berupa musik instrumentalia, musik vocal, musik atau gabungan antara keduanya. Orang Karo menyebut musik dengan istilah Gendang. Dan dalam musik tradisional Karo gendang itu sendiri mempunyai beberapa pengertian, diantaranya; 1. Gendang, sebagai nama sebuah instrumen musik (Gendang singindungi, Gendang singanaki), 2. Gendang, untuk menunjukkan jenis lagu atau komposisi tertentu (Gendang simalungun rayat, Gendang peselukken), 3. Gendang, untuk menunjukkan ensembel musik tertentu (Gendang Lima Sendalanen, Gendang telu sendalanen), 4. Gendang untuk mengartikan sebuah upacara tertentu (Gendang cawir metua, Gendang guro-guro aron) 1. Ansambel Karo Masyarakat Karo memiliki dua ansambel musik yang sering digunakan dalam konteks upacara adat dan ritual yang ada yaitu : 1. Gendang Lima Sendalanen Gendang Lima Sendalanen merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu ansambel musik tradisional Karo yang terdiri dari 5 (lima) buah alat musik. Pemusik dalam ansambel ini disebut sierjabatan atau penggual, walaupun masing-masing pemain instrument mempunyai nama yang lebih khusus lagi. Ansambel gendang lima sendalanen merupakan ansambel musik yang paling besar terdapat pada masyarakat Karo. Mengenai kepastian mulai kapan julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan belum ada sumber yang bisa menjelaskannya, yang jelas profesi ini berkaitan sekali dengan kesenian tradisional Suku Karo. 2. Gendang Telu Sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Dalam ansambel Gendang telu sendalanen ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu Kulcapi atau balobat. Pemakaian Kulcapi atau balobat sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda. Sedangkan Keteng-keteng dan mangkok merupakan alat musik pengiring yang berfungsi sebagai penghasil polapola ritme yang bersifat konstan dan repetitif (perulangan). Jika Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan keteng-keteng serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah Gendang telu sendalanen sering disebut Gendang Kulcapi, dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya tersebut menjadi gendang balobat. Masing-masing alat musik dimainkan oleh satu orang pemain. 104

6 2. Pengelompokan Alat musik Tradisional Karo 2.1 Berdasarkan jenis Instrumen A. Gendang lima Sendalanen : Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Gong dan Penganak Berikut adalah gambar instrumen dari Gendang lima Sedalanen: Gambar 1: Sarune Gambar 2: Gendang singanaki Gambar 3: Gendang singindungi Gambar 4: Penganak dan Palu-palu Gambar 5: Gung dan Palu-pal B. Gendang Telu Sendalanen : Kulcapi/ balobat, mangkok, keteng-keteng Gambar 6 Gendang Balobat Gambar 7Gendang Telu Sendalanen 105

7 2.2 Berdasarkan cara memainkannya : (1). Kelompok Idiophone/ alat musik pukul tanpa nada 1. Gung 2. Penganak 3. Keteng- keteng 4. Mangkuk mbentar 5. Genggong 6. Gendang singanaki 7. Gendang singindungi 8. Gendang Binge (2). Kelompok Aerofone / alat musik tiup 1. Sarune 2. Balobat 3. Surdam (3). Kelompok Kordofon / alat musik petik 1. Kulcapi 3. Sarune Sarune merupakan alat musik yang berklasifikasi areofon, keluarga reed (berlidah). Bahan terbuat dari kayu selantam, mempunyai lima bagian, yaitu anakanak sarune, timah / tongkeh sarune, ampang-ampang sarune, batang sarune dan gundal sarune. Sarune pada Masyarakat karo pada umumnya terbagi dalam 2 ukuran, Yaitu ukuran besar dan kecil. Dilihat dari ukurannya sudah tentu suara yang dikeluarkan pasti berbeda, dimana suara yang dihasilkan sarune ukuran kecil pasti lebih tinggi dari sarune ukuran besar. Sarune ini termasuk dalam gendang Ansambel Lima Sendalanen yang mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai pembawa melodi. C. Proses Pembuatan Sarune 1. Bahan- bahan yang digunakan 1.1 Kayu Selantam Sifat kayu yang fleksibel dalam penggunaan, menyebabkan kayu dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan tidak ternilai bagi kehidupan manusia. Walaupun telah banyak ditemukan bahan lain yang dapat menggantikan penggunaan kayu tersebut. Pemanfaatan kayu antara lain adalah sebagai bahan furniture dan mebel, kayu lapis, papan komposit, kertas, bahan bangunan baik struktural atau non- struktural, kayu bakar dan lain-lain. Selain penggunaan tersebut diatas, kayu juga dapat digunakan untuk pembuatan alat musik seperti gitar, organ, biola dan lain-lain. Alasan kayu sebagai bahan dasar pembuatan alat musik antara lain karena keunggulan sifat akustiknya. Oleh karena itu lah, maka Bahan utama untuk membuat Sarune Karo, kayu yang digunakan adalah kayu selantam (sejenis tumbuhan perdu, termasuk salah satu dari bulung- bulung si melias gelar) walaupun ada juga kayu lain yang pernah dibuat jadi bahan dasar sarune misalnya pohon nangka. Namun karena suara yang dihasilkan kurang bagus, maka kayu tersebut tidak dipakai lagi dan kembali berlalih ke kayu Selantam. Resonansi bunyi ataupun sustain dari kayu Selantam tersebut sangat bagus. Maka dari itu, kayu tersebut digunakan sebagai 106

8 bahan dasar membuat Batang, Gundal dan Abal-abal Sarune. Biasanya kayu selantam ini dapat dijumpai dipagar-pagar perladangan 1.2 Timah Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal ( C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Kegunaan timah banyak sekali, terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa, tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. kegunaan timah disini merupakan sebagai bahan dasar untuk membuat tongkeh Sarune. 1.3 Bambu Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya dan memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat, Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Kegunaan bambu disini merupakan sebagai tempat mencetak timah menjadi tongkeh Sarune. 1.4 Sisik Baning Sisik Baning merupakan suatu istilah yang dipakai dalam bahasa karo, dimana ini merupakan hewan sebangsa penyu, kura-kura, dan bulus. Bagian yang diambil dari binatang ini adalah sisik dari tempurungnya, yang kemudian diolah menjadi ampang-ampang Sarune. 1.5 Benang Benang yang dipakai ini adalah benang yang biasa digunakan tuk menjahit. Kegunaan benang ini, sebagai pengikat daun kelapa ke mata rantai jam (mbulu-mulu). 1.6 Daun Kelapa Daun kelapa yang digunakan ini merupakan daun yang telah kering dan (Biak Mersik) pilihan, dan merupakan sebagai bahan dasar untuk membuat Anakanak Sarune. 1.7 Mata rantai Jam Bahan ini digunakan sebagai tempat diikaatnya daun kelapa. Awalnya bahan yang digunakan yaitu bulu ayam. Namun sekarang ini telah digantikan dengan mata rantai jam. Walaupun bulu ayam tersebut telah diganti dengan mata rantai jam namun namanya tetap mbulu-mbulu. 107

9 2. Alat Yang Digunakan Sepenuhnya teknik pembuatan Sarune di kerjakan dengan tangan dan menggunakan alat bantu yang sering digunakan tukang kayu, adapun alat-alat pertukangan yang digunakan antara lain: 1. Parang 2. Gergaji 3. Pisau kecil 4. Temper / bor batang Sarune 5. Bor gundal 6. Kertas Pasir 7. Bor kecil ( melubangi lubang nada-nada pada batang sarune) 8. Pengkeruk ( mengkerok bagian dalam gundal) 9. kaleng ( tempat memasak timah) 10. pencetak timah 11. kompor Batang Sarune Dalam proses pembuatan sarune ini yang pertama dilakukan dengan mempersiapkan bahan baku yaitu kayu selantam ( sejenis tumbuhan perdu, termasuk salah satu dari bulung- bulung simelias gelar) sebagai bahan dasar dalam membuat batang sarune dan gundal. Adapun yang dilakukan dengan memilih kayu Selantam yang ukuran diameternya lebih kurang 5cm. Ini dilakukan agar sesuai dengan diameter lingkaran pada Gundal Sarune.. Bagian pertama yang dikerjakan yaitu batang Sarune, karna itu merupakan patokan untuk membuat ukuran pada Gundal. kayu Selantam tersebut dipotong dengan menggunakan gergaji sesuai dengan ukuran Sarune yang diinginkan. Umumnya, panjang batang yang dipakai untuk sarune sekitar 22 cm. Gambar 8 kayu Selantam yang telah dipotong Setelah kayu selantam tersebut selesai dipotong, maka proses berikutnya melobangi dari ujung keujung dengan menggunakan temper ( jarum, bor, besi yang digunakan untuk membuat lobang pada sesuatu misalnya papan sebagai tempat paku). Temper yang digunakan ini tidak mempunyai gerigi karena bentuknya yang persegi empat dan ukuran tempernya juga berbeda, dimana dari ujung mata temper, ukurannya sangat kecil dan tajam dan makin ke arah pegangan, ukuran temper bertambah besar. Temper ini sengaja digunakan agar lebar lubang pada batang Sarune tidak sama, dimana ukuran lubang dari ujung batang Sarune yang dibawah lebih lebar dari pada ukuran lubang batang sarune yang di atas. 108

10 Gambar 9 melubangi kayu dengan temper Untuk membuat batang Sarune Setelah kayu tersebut selesai di lubangi, maka dilakukan proses pembentukan menjadi batang Sarune. Dalam pengerjaan ini, sangat dibutuhkan keuletan dan kesabaran. Karena dalam pembentukan kayu selantam tersebut sepenuhnya dikerjakan secara manual dengan tangan dan dibantu dengan peralatan seadanya. Pembentukan batang Sarune pertama dilakukan dengan menggunakan parang hingga menghasilkan bentuk kasar dari batang Sarune. Hasil dari potongan parang tersebut, kemudian dilanjutkan dibentuk dengan menggunakan pisau kecil hingga benar- benar bulat. Diameter lubang bagian dalam batang yang dibawah ± 0,60cm dengan ketebalan dinding ±0,2cm dan diameter lubang bagian dalam batang yang diatas ± 0,2cm. Bagian-bagian kikisan dari pisau yang masih kasar ataupun kurang rata diperhalus dengan menggunakan kertas pasir Gambar 10 membentuk Kasar menjadi Batang sarune Gambar 11 batang Sarune yang telah selesai dibentuk proses berikutnya, membuat lubang-lubang nada pada batang Sarune, dalam membuat lubang ini tidak sembarang dilubangi begitu saja. Melainkan, ada jarak-jarak yang telah ditentukan antara lubang yang satu dengan yang lainnya Agar suara yang dihasilkan harmonis. Dimana batang sarune diukur dengan menggunakan seutas tali, Dan setelah dapat ukuran dari sarune tersebut maka tali dibagi menjadi 9 bagian. Nah, hasil dari pembagian itulah yang nantinya menjadi jarak antara lubang satu kelubang berikutnya. Kecuali lubang yang paling atas, jarak nya 2 kali dari ukuran yang telah dibagi 9 sebelumnya. Untuk membuat lubang yang dibelakang, posisinya tepat di belakang antara lubang 1 dan 2 dari atas 109

11 Gambar 12 Membuat lubang nada pada batang Sarune 3.2. Gundal Sarune Sama seperti batang Sarune, bahan yang digunakan untuk membuat Gundal juga dari kayu Selantam. Ukuran gundal diambil 5/9 dari ukuran Batang Sarune. atau lebih tepatnya diukur dari bawah batang sampai lubang kelima batang yaitu sekitar 12 cm. Setelah dapat ukuran dari gundal tersebut, kemudian Kayu selantam yang telah dipersiapkan sebelumnya dipotong dan dilubangi hingga tembus dari ujung keujung kayu dengan menggunakan. Diameter lubang pada Gundal Sarune ± 0,90cm. Gambar 13 melubangi kayu dengan bor untuk membuat lubang Gundal Kayu Selantam yang telah selesai dilobangi, kemudian dibentuk menjadi Gundal Sarune. Dalam pengerjaan ini pertama dibentuk dengan parang hingga bentuk kasar Gundal, kemudian dilanjutkan dengan pisau kecil sampai bentuknya menyerupai Gundal Sarune. dan untuk menghaluskan bekas kikisan dari pisau yang masih kasar tersebut, digunakanlah kertas pasir hingga permukaan Gundal Sarune Benar-benar Halus. Gambar 14 Membentuk Kasar Badan Gundal Sarune 110 Gambar 15 Menyempurnakan dan Menghaluskan Bentuk Gundal Sarune

12 Setelah Gundal Sarune selesai dibentuk dengan ketebalan dinding ±0,4cm, proses berikutnya membuat ruang resonansi. Alat yang digunakan yaitu dengan pisau pengkeruk yang telah dimodif sedemikian rupa, agar dapat mengkeruk bagian dalam Gundal Sarune. Gambar 16 Mengkeruk Gundal Sarune 3.3 Ampang-ampang Sarune Bagian ini bentuknya melingkar dengan diameter 3 cm dan ketebalan ±2 mm, dibuat dari bahan tulang (hewan),tanduk kerbau tempurung sisik baning atau perak. Dalam pembuatan Ampang-ampang ini, bahan yang digunakan yaitu Sisik Baning dan tanduk kerbau. Sisik baning dikupas dari batok/ tempurungnya atau tanduk kerbau dipotong kemudian direbus. Ini dilakukan agar Sisik baning dan tanduk kerbau menjadi lembek dan mudah dalam pembentukannya. Setelah selesai direbus, maka Sisik baning ataupun tanduk kerbau tersebut dikeluarkan dalam keadaan masih panas dan ditindih misalnya dengan menggunakan kursi ataupun meja. Setelah ± 20 menit, Sisik baning tersebut ataupun tanduk kerbau dikeluarkan dimana bentuknya telah pipih. Kemudian dilakukan pembentukan ukuran menjadi bulat yaitu dengan menggunakan benang dan bor. Ujung ke ujung dari benang mengikat mata bor, dengan ukuran benang setelah mengikat bor 3cm kemudian ujung bor yang satu diletakkan di titik tengah dari Sisik Baning atau tanduk kerbau dan ujung satunya lagi direnggangkan sesuai dengan ukuran benang. Setelah itu bor yang diluar diputar menggores sisik Baning tersebut mengikuti arah jam. Hasil dari kikisan mata bor tersebut membentuk sebuah lingkaran yang nantinya menjadi ukuran dari ampang- ampang Sarune. Gambar 17 membentuk ukuran Ampang-ampang Dan diluar dari kikisan tersebut, dibuang dengan cara di gosok dengan menggunakan kertas pasir. Setelah bagian luar dibuang, tahap berikutnya menghaluskan permukaan ampang dengan menggunakan kertas pasir hingga 111

13 benar-benar halus dan rata. Kemudian dilubangi bagian tengahnya dengan menggunakan bor kecil Gambar 18.Melubangi Ampang-ampang Gambar 19 Ampang ampang dari tanduk kerbau Gambar 20 Ampang-ampang dari sisik Baning 3.4 Tongkeh Sarune Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Tongkeh Sarune yaitu Timah dan alat pencetak yang terbuat dari bambu. Dimana timah dimasak didalam kaleng susu, kemudian dituangkan kedalam pencetak tongkeh tersebut. Sebelumnya, dicetakan tersebut di buat lidi ataupun kawat yang gunanya membuat lubang ditengah-tengah Tongkeh. Setelah ditunggu kira-kira 15 menit, cetakan dibuka dan timah tersebut dikeluarkan. Timah yang dicetak tadi telah menyerupai tongkeh Sarune, namun bentuknya masih agak kasar. Maka untuk memperhalus bagian tongkeh tersebut digunakanlah kertas pasir. Gambar 21 alat pencetak tongkeh Dan timah yang telah selesai dicetak 112

14 3.5. Anak anak sarune Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (atau mata rantai jam) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua atau Biak Mersik dan kering kemudian di rendam (remai) dalam air agar tidak mudah koyak. kemudian Daun dibentuk triangle sebanyak dua lembar dan salah satu sudut dari kedua lembaran daun diikatkan pada mbulu-mbulu atau mata rantai jam dengan menggunakan benang Gambar 22 membentuk daun kelapa Gambar 23 mengikat daun Kelapa ke mbulu-mbulu dengan benang 3.6 Abal-abal Abal-abal adalah tempat penyimpanan anak-anak Sarune, yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama yaitu badan Abal-abal bentuknya seperti tutup pena yang letaknya dibagian bawah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan Anak-anak Sarune. Bagian kedua adalah tutup Abal-abal, bentuknya seperti kepala pena yang berfungsi sebagai penutup bagian badan tempat Penyimpanan Anak-anak Sarune. Abal-abal ini terbuat dari kayu Selantam dan bambu yang masih muda, proses pertama yaitu membuat badan Abal abal. Bambu dipotong ± sepanjang 4cm. Gambar 4.41 memotong bambu Proses selanjutnya membuat tutup untuk badan Abal-abal. ukuran dari tutup tersebut setengah dari ukuran badan Abal-abal. Kayu yang digunakan yaitu kayu selantam. Kayu dipotong ukurannya setengah dari ukuran badan. Kemudian setengah bagian dibentuk dengan pisau hingga melingkar sesuai dengan ukuran lubang badan Abal-abal 113

15 4. Hasil Setelah semua proses pembuatan selesai dilakukan, maka pembuatan Sarune karo telah rampung dan sudah siap untuk di mainkan. Adapun Bagianbagian Sarune, yaitu : (a) batang sarune (b) gundal Sarune (c) ampang-ampang (d) tongkeh (e). anak-anak sarune dan (f). Abal-abal Batang sarune sendiri terbuat dari kayu selantam, pada batang sarune inilah terdapat lobang-lobang nada berjumlah delapan buah sebagai penghasil atau pengubah nada ketika sarune ditiup Gundal, yang fungsinya membuat lantunan nada-nada menjadi lebih panjang dan nyaring atau keras atau lebih tepatnya, sebagai ruang resonansi terhadap nada yang ditiup dari anak-anak sarune. Dan juga terbuat dari kayu selantam yang berada pada bagian bawah sarune. Gundal ini merupakan corong (bell) pada alat tiup sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. Ampang-ampang merupakan sebuah lempengan berbentuk bundar yang terbuat dari tempurung binatang Baning (sebangsa penyu, kura-kura, bulus) ataupun tanduk kerbau diletakkan ditengah tongkeh (terbuat dari timah). Ampangampang berfungsi sebagai penahan bibir pemain sarune ketika sedang meniup alat tersebut. Tongkeh terbuat dari timah yang berfungsi sebagai tempat menempel nya anak-anak sarune, ampang-ampang sarune dan penghubung kebatang sarune Anak-anak sarune berfungsi sebagai lidah (reeds), terbuat dari dua helai kecil daun kelapa yang telah dikeringkan. Biasanya ketika hendak memainkan sarune, anak-anak sarune tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air liur agar menjadi lunak sehingga mudah bergetar jika ditiup. Abal-abal merupakan tempat penyimpanan Anak-anak Sarune agar lebih aman, karena bentuk dari Anak-anak Sarune yang kecil dan mudah koyak. Perlu ditambahkan, ampang-ampang, anak-anak sarune, dan tongkeh biasanya dihubungkan satu sama lain dengan seutas tali berukuran kecil, yang berfungsi sebagai pengikat agar bagian-bagian tersebut tidak tercecer, terpisah atau hilang D. Cara Memproduksi Bunyi Sarune 1. Teknik memegang Ada pun Cara memegang Sarune ini sama dengan batak Toba, dimana posisi tangan kanan berada diatas dan tangan kiri dibawah, Sementara jari-jari kedua tangan si penarune (pemain Sarune) memegang (membuka dan menutup) lobang nada yang terdapat pada badan (batang) alat musik tersebut. Apabila si penarune memegang dengan posisi tangan kanan dibawah dan tangan kiri diatas maka dia disebut jaluk (kidal) 114

16 2. Teknik meniup Sarune merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup, dimana anak-anak sarune (reeds) yang ditiup kemudian bergetar mengeluarkan bunyi yang kemudian merambat ke batang sarune dan ke Gundal yang merupakan ruang atau tempat resonansi dari bunyi tersebut. Kemudian dalam mengolah nada-nada yang ada pada Sarune berada pada lubang-lubang nada di Batang Sarune yang telah di ukur dan distem sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan nadanada yang harmonis. Dalam memainkan Sarune ini terdapat teknik meniup, yaitu Pulu nama (singalor lau), Petelin Kesah (Kenjulu), / circular breathing yaitu teknik melakukan tiupan tanpa putus dengan mengatur pernapasan sambil menghirup udara kembali lewat hidung sembari meniup. Dalam memainkan Sarune ini, pertama-tama anak-anak Sarune terlebih dahulu direndam di dalam air. Ini dilakukan supaya daun kelapa yang menjadi bahan anak-anak sarune tersebut lunak, dan mudah bergetar bila ditiup. Dalam menghasilkan nada-nada tertentu, penarune harus menutupkan ujung Sarune-nya (tonggum) yang dibawah ke bagian betis kakinya sendiri, oleh karena itu posisi si penarune harus lah dalam keadaan duduk dengan kaki yang bersilah. Gambar posisi memegang dan cara meniup pada Sarune E. Sistem Pelarasan Bunyi Proses terakhir Pembuatan Sarune dan yang paling sulit pengerjaannya yaitu dalam sistem pelarasan bunyi nada Sarune. Jarak antara lubang-lubang yang ada pada batang sarune sangatlah bepengaruh dengan nada yang dikeluarkan. Namun, ini pun belum bisa menjamin akan keharmonisan bunyi yang dihasilkan oleh sarune tersebut. Itu disebabkan karena pengaruh dari ruang resonansi pada Gundal dan ukuran lubang-lubang nada pada badan batang Sarune. Ada kesamaan dengan musik gamelan yang prisinsip struktural lebih kurang sama. bahwa tinggi nada dalam gamelan Bali (disini ada laras, Seliris 115

17 yang secara umum juga disebut pelog) tidak 100% sesuai dengan notasi balok, akan tetapi cukup mendekati untuk menjelaskan prinsip dasar. Untuk melaraskan nada Sarune, disini pengrajin sedikit pun tidak dibantu oleh alat yang bisa mengetahui atau mendeteksi setiap nada yang dikeluarkan Sarune. Sipengrajin benar-benar mengandalkan kepekaan dari telinganya untuk mengetahui apakah nada-nada dari sarune buatannya tersebut telah sinkron (sejalan, cocok) dan harmonis. Cara pertama yang dilakukan yaitu dengan memainkan beberapa lagu. Bagian mana nada yang dikeluarkan agak fals atau sumbang, maka dilubang nada tersebutlah diubah kembali dengan cara diperlebar lubangnya. Bila cara itu juga belum sepenuhnya berhasil, maka cara berikutnya dengan mengkeruk bagian dalam gundal hingga nada yang dikeluarkan benar-benar Sinkron dan harmonis. Umumnya, bila ukuran Sarune yang dibuat panjangnya sekitar 22cm maka tonika atau pun nada dasar dari Sarune tersebut yaitu dari E mayor dengan frekuensi mendekati 330 Hz KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sarune merupakan alat musik tradisional Karo yang dimainkan dengan cara ditiup. Dimana sudah jarang ditemukan orang yang ahli dalam membuat alat musik tersebut 2. Bahan utama pembuatan alat musik ini yaitu kayu Selantam dan pengerjaannya dibantu alat yang biasa dipakai dalam pertukangan. 3. Tanah Karo dominan ditempati oleh masyarakat asli suku karo dan beberapa suku pendatang lainnya. Suku karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi suku karo sendiri. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan. 4. Seberaya adalah salah satu desa yang ada di Tanah Karo Provinsi Sumatera Utara, tepatnya berada di kecamatan Tiga Panah. Kehidupan sehari-hari masyarakatnya yaitu dengan berkebun dan beternak. B. Saran Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain: 1. Masyarakat batak Karo hendaknya mempertahankan nilai-nilai tradisi yang sudah ada sejak dulu, demi mengabadikannya. 2. Seorang pengarajin harus mengajarkan tata cara pembuatan Sarunei tersebut, demi menjaga kelestarian budaya karo. 3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengundang minat masyarakat untuk lebih menghargai dan mencintai kebudayaan yang ditinggalkan oleh leluhur kita. Dan alangkah baiknya ikut berpartisipasi melestarikan kebudayaan tersebut. 116

18 4. Penulis sangat mengharapkan dukungan berbagai instansi terkait agar ikut peduli terhadap tradisi-tradisi budaya batak Karo demi melestarikannya. Misalnya dengan melakukan kegiatan-kegiatan kesenian. Dimana bisa menarik minat para generasi muda khususnya masyarakat Karo untuk lebih mencitai budaya dan tradisi nya 5. Penggunaan alat musik tradisional Sarunei dalam ansambel gendang lima sendalanen sebagai musik pengiring dalam upacara adat Karo, hendaknya dipertahankan melihat dampak positif dari penggunaan alat musik tradisional tersebut. Disamping melestarikan budaya, juga dapat menarik para wisatawan yang berkunjung ke daerah Karo. DAFTAR PUSTAKA Ali muhammad.(1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani. Arikunto (1984). Prosedur Penelitian Kependidikan, Jakarta: Bina Aksara Banoe, Pono (2003). Kamus Musik Yogyakarta : Kanisius Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Ginting Pulumun. (2005). Buku catatan Materi Kuliah Musik tradisional II Koentjaraningrat. (1991). Metode-Metode penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia. Koentjaraningrat. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta Purba Rivandi Rikho.(2009). Tinjauan Organologi Arbab Simalungun Buatan Bapak Arsiden Purba di Desa Manik Saribu, Dusun sait Buttu Saribu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Silitonga, Pita H D. Organologi, Universitas Negeri Medan Diktat Mata Kuliah Organologi Sumadi (2005:17). Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rajawali Surakhmad, Winardo. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar : metode, dan Teknik, Bandung : Tarsito Curt Sach dalam website: & id=244&itemid=

ORGANOLOGI INSTRUMEN TIUP SARUNE. Yobel Arista Sitepu ABSTRAK

ORGANOLOGI INSTRUMEN TIUP SARUNE. Yobel Arista Sitepu ABSTRAK 32 ORGANOLOGI INSTRUMEN TIUP SARUNE Yobel Arista Sitepu ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan Sarune, cara memproduksi bunyi Sarune, dan sistem pelarasan bunyi Sarune. Dimana

Lebih terperinci

PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT

PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT 10 PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT Abraham Roma Virganta Abstrak Musik tradisional Karo sebagai salah satu bentuk kebudayaan adalah merupakan peninggalan dari leluhurnya, sebuah komitmen bagi suku karo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, dan

BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, dan BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO 2.1 Pendukung kebudayaan dan Kesenian Karo Secara umum, pendukung kebudayaan dan kesenian Karo adalah masyarakat suku karo. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan ciri khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni. 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari beriburibu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya tentu berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka

Lebih terperinci

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK Tugas Akhir S1 Seni Musik Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM. 1011587013 Program Studi Seni Musik Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Karo terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 2 0 50 3 0 19 Lintang Utara dan 97 0 55-98

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ORGANOLOGI GENDANG SINGINDUNGI DAN GENDANG SINGANAK DI DESA PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG. Hendrix Irvan Tarigan

ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ORGANOLOGI GENDANG SINGINDUNGI DAN GENDANG SINGANAK DI DESA PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG. Hendrix Irvan Tarigan ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ORGANOLOGI GENDANG SINGINDUNGI DAN GENDANG SINGANAK DI DESA PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG Hendrix Irvan Tarigan 208142103 Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o o 19 LU dan 97 o 55

BAB I PENDAHULUAN. Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o o 19 LU dan 97 o 55 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo merupakan salah satu suku bangsa yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, wilayah Karo terletak di antara 02 o 50 03 o 19 LU dan 97 o

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Gambaran Umum Wilayah Karo Suku Karo/Batak Karo banyak terdapat didaerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa

BAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang beberapa tahun terakhir ini. Industri pariwisata banyak dikembangkan dibelahan dunia karena pariwisata itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) 1. Pertanian 5.572, ,06 1.

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) 1. Pertanian 5.572, ,06 1. Lampiran 1. PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Lapangan Usaha Nilai PDRB Kabupaten Karo (miliar) 2010 (Eij) 2014 (E*ij) Perubahan 1. Pertanian 5.572,93

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan suatu hal yang sering kita samakan artinya yaitu suara. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan suatu hal yang sering kita samakan artinya yaitu suara. Bila 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan kita sehari hari, tentu kita tidak pernah terlepas dari suatu hal yang disebut dengan bunyi dan juga suara. Bila kita amati, dari kita bangun pada

Lebih terperinci

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO Lamhot Basani Sihombing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Peranan dan fungsi pada alat-alat musik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami beberapa wilayah sebagai tempat bermukim. Wilayah permukiman suku Karo jauh lebih luas dari pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang berada di provinsi Sumatera Utara. Gendang singindungi (double sided

BAB IV PENUTUP. yang berada di provinsi Sumatera Utara. Gendang singindungi (double sided 52 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka ada beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis yaitu. Gendang singindungi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman

Lebih terperinci

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis 1. ALAT MUSIK RITMIS CONTOH ALAT MUSIK RITMIS Ada beberapa contoh alat musik ritmis tang sering digunakan untuk mengiringi sebuah lagu. 1. GENDANG Gendang atau kendang

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada

Lebih terperinci

ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG

ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG 23 ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG VIDEO CD VCD 1, track 9-12 Demo memainkan rebab, siter, kempul dan gong, saron Jawa Tengah 2.1. Bagaimana Bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah

Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah Bambu merupakan tanaman yang ditemui di Indonesia, dimana terdapat sekitar 60 spesies bambu dari sekitar 1000 spesies bambu di dunia. Indonesia sendiri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara adalah suatu kawasan yang banyak menyimpan bentukbentuk kesenian tradisional Melayu. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lampau dimana kawasan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Bangka Belitung. Dari data Badan Pusat Statistik, secara geografis terletak antara 107 45 BT sampai 108 18 BT dan 02 30 LS sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tari, seni ukir, seni tekstil, seni patung, serta seni musik.

BAB I PENDAHULUAN. tari, seni ukir, seni tekstil, seni patung, serta seni musik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dikenal dengan keberagaman suku dan etnisnya, setiap suku dan etnis tentunya memiliki kekhasan ada istiadat dan budaya masingmasing. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN BAB II BIOGRAFI BAPAK ROSSUL DAMANIK DALAM KONTEKS BUDAYA SIMALUNGUN DI KECAMATAN SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN 2.1 Pengertian Biografi Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gambus merupakan salah satu kesenian daerah yang terdapat di Sungai Apit Kabupaten Siak, Riau. Musik gambus umumnya dibawakan oleh orkes gambus. Saat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

TES HASIL BELAJAR SIKLUS I. Nama :... Kelas :... Hari/ Tanggal :... Alokasi Waktu : Alat musik ini berbunyi dengan cara...

TES HASIL BELAJAR SIKLUS I. Nama :... Kelas :... Hari/ Tanggal :... Alokasi Waktu : Alat musik ini berbunyi dengan cara... 211 LAMPIRAN 10 TES HASIL BELAJAR SIKLUS I Nama :... Kelas :... Hari/ Tanggal :... Alokasi Waktu :... Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat! IPA 1. Alat musik ini berbunyi dengan cara.... a. kecapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK TIUP TRADISIONAL ACEH SEURUNE KALEE PADA TARI PIASAN RAYA DI SANGGAR SEURAYENG NANGGROE BIREUEN

TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK TIUP TRADISIONAL ACEH SEURUNE KALEE PADA TARI PIASAN RAYA DI SANGGAR SEURAYENG NANGGROE BIREUEN TEKNIK PERMAINAN ALAT MUSIK TIUP TRADISIONAL ACEH SEURUNE KALEE PADA TARI PIASAN RAYA DI SANGGAR SEURAYENG NANGGROE BIREUEN Izet Aganovic 1*, Ahmad Syai 1, Nurlaili 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL 33 GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL VCD 1: VIDEO CD track 2 Ensambel dengan gong Nusantara; track 3 Ensambel dengan gong Mancanegara; track 13 Gamelan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian

Lebih terperinci

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN P a g e 80 KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN Febi Andreas Manik Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai dalam upacara ritual maupun pertunjukan kesenian yaitu gendang lima

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai dalam upacara ritual maupun pertunjukan kesenian yaitu gendang lima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo merupakan salah satu etnis di Sumatera Utara yang sangat kaya akan Kesenian. Salah satu dari kesenian yang terus berkembang hingga saat ini adalah seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi Tanah Karo dengan ketinggian antara 600 sampai 1400 meter di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Berastagi merupakan kota yang terletak di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terkenal dengan nama Tanah Karo Simalem yang berarti tanah yang tidak sakit (tanah yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal hal yang harus dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

STUDI ORGANOLOGIS KETENG KETENG PADA MASYARAKAT KARO BUATAN BAPAK BANGUN TARIGAN

STUDI ORGANOLOGIS KETENG KETENG PADA MASYARAKAT KARO BUATAN BAPAK BANGUN TARIGAN STUDI ORGANOLOGIS KETENG KETENG PADA MASYARAKAT KARO BUATAN BAPAK BANGUN TARIGAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA NIM : 100707062 : RANO PRANATA VIRGO SITEPU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang perludilestarikanadalahrengget. Menurut Kumalo Tarigan (dalam Kaban 2007:18), Rengget dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci