TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Mentimun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Mentimun"

Transkripsi

1 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Mentimun Menurut Rukmana (1994), mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari famili Cucurbitaceae yang sudah populer di seluruh dunia. Maynard dan Maynard (2000) menyatakan bahwa Cucurbitaceae dapat ditemukan di sepanjang daratan Afrika tropis maupun subtropis, Asia tenggara, dan benua Amerika. Beberapa Cucurbitaceae dapat beradaptasi di daerah dengan kondisi lembab dan beberapa spesies yang lain ditemukan di daerah kering. Sebagian besar Cucurbitaceae tidak toleran terhadap suhu dingin sehingga membutuhkan daerah beriklim sedang atau daerah beriklim hangat untuk mendukung pertumbuhannya. Cucurbitaceae sebagian besar merupakan tanaman tahunan, berbentuk herba, dan tumbuhan merambat dengan sulur yang tegas. Menurut Yamaguchi (1983) tanaman mentimun memiliki sistem perakaran yang dangkal, batang lunak dan berbulu kasar, daun berbentuk hati berlekuk tiga atau lima. Rukmana (1994) menambahkan bahwa mentimun termasuk tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat hingga mencapai 1-3 meter dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral (sulur). Tinggi tanaman dapat mencapai cm dan mempunyai batang yang bercabang. Robinson dan Walter (1997) menyatakan bahwa bunga mentimun dihasilkan pada buku batang dan cabang. Bunga betina berbentuk tunggal, sedangkan bunga jantan berbentuk tandan (kluster). Buah berbentuk silinder oval dan ada yang berbintil-bintil pada permukaan kulitnya. Sedangkan biji relatif kecil, panjang, dan berwarna putih. Buah yang digunakan untuk tujuan komersial umumnya berbentuk silindris dan berwarna hijau untuk dikonsumsi (Maynard dan Maynard, 2000). Masa berbuah pada tanaman mentimun adalah hari. Panen dapat dilakukan setiap hari, dengan tiap kali petik dapat diperoleh 1-2 buah atau lebih tiap tanaman. Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur kira-kira hari tergantung tingkat pertumbuhan dan kesuburan tanaman (Imdad dan Nawangsih, 1995).

2 5 Fenologi Pembungaan Mentimun Maynard dan Maynard (2000) menyatakan bahwa bunga betina pada tanaman mentimun dapat diidentifikasi dengan lebih mudah karena ovariumnya menyerupai miniatur buah mentimun. Bunga jantan dan bunga betina mentimun mempunyai ukuran yang besar yaitu berdiameter 2-3 cm dengan lima daun mahkota bunga yang terpisah berwarna kuning mencolok. Menurut Nath dan Vahista (1970), Cucurbitaceae umumnya merupakan tanaman hari netral, akan tetapi hampir sebagian besar bunganya lebih banyak muncul pada musim panas dibandingkan musim dingin. Tanaman ini umumnya adalah monoecious (bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman), akan tetapi ada beberapa yang dioecious (bunga jantan dan bunga betina pada tanaman yang berbeda), sedikit yang mempunyai bunga hermaprodit, dan gynoecious (Maynard dan Maynard, 2000). Menurut Maynard dan Maynard (2000) pada mentimun tipe monoecious, bunga jantan muncul pertama kali dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina. Bunga muncul di buku batang dan bunga jantan biasanya muncul dalam satu gerombol atau muncul tunggal dan mekar sehari. Bunga betina muncul secara tunggal di batang utama dan batang cabang. Nath dan Vahista (1970) menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk berbunga adalah sekitar hari dari penanaman, bergantung kondisi cuaca. Bunga jantan pada Cucurbitaceae biasanya muncul lebih dahulu pada buku batang pertama hingga buku batang keenam, kemudian disusul oleh munculnya bunga betina. Pada snapmelon, bunga betina hanya muncul pada cabang yang kedua dan terjadi dalam dua siklus baik di musim panas dan musim hujan dengan interval sembilan hari di antara dua flushes (terbentuknya bunga), sehingga terdapat dua siklus pembentukan buah. Pada tanaman dengan tipe penyerbukan terbuka, buah dapat terbentuk sekitar 60-80% dan dibutuhkan waktu satu bulan untuk pematangan buah. Bunga betina umumnya berkembang lebih lama dibandingkan bunga jantan, dimana bunga jantan akan gugur beberapa jam lebih cepat dari bunga betina. Delaplane dan Mayer (2009) menambahkan bahwa bunga jantan terdapat pada tandan bunga dengan batang kecil dan mempunyai tiga benang sari. Bunga betina berdiri sendiri dan dapat dibedakan oleh ovarium yang besar pada dasar

3 6 bunga. Mahkota bunga berwarna kuning pucat. Bunga jantan dan betina menghasilkan madu dan umumnya lebah madu datang untuk mengumpulkan madu. Lebah madu dengan cepat akan memindahkan serbuk sari pada tanaman disekitarnya. Butiran serbuk sari mentimun ukurannya besar dan lengket sehingga mudah menempel pada lebah madu. Menurut Lower dan Edward (1986), pola pembungaan pada batang utama ditandai dengan 3 fase ekspresi sex. Fase pertama hanya terbentuk bunga jantan, fase kedua terbentuk bunga jantan dan betina, sedangkan fase ketiga hanya terbentuk bunga betina. Pada umumnya cabang mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan bunga betina lebih banyak. Menurut Galun (1980) faktor genetik, lingkungan, dan kimia merupakan faktor yang terlibat dalam pengendalian stamen dan diferensiasi ovarium dalam tunas bunga mentimun. Faktor lingkungan seperti panjang hari dan suhu umumnya menentukan rasio bunga betina dan bunga jantan. Hari pendek dan suhu rendah memicu kemunculan bunga betina, sedangkan hari panjang dan suhu tinggi memicu kemunculan bunga jantan (Galun, 1980; Siemonsma dan Piluek, 1994) dan hampir sebagian besar kelompok ZPT dalam kombinasi menentukan diferensiasi kelamin pada mentimun. Ahmed et al. (2004) menambahkan bahwa rasio terbentuknya bunga jantan dan betina juga dipengaruhi oleh kandungan N yang tinggi. Menurut More dan Seshadri (1998b) pada mentimun dengan tipe monoecious rasio bunga betina dan bunga jantan adalah 1:15 sampai 1:30. Ahmed et al. (2004) menambahkan bahwa pada pertanaman konvensional, kluster bunga pertama selalu terdiri dari bunga jantan sebagai respon dari periode penyinaran selama 14 jam. Bunga betina secara normal tidak muncul sampai panjang hari mulai menurun. Pada mentimun monoecious jumlah bunga jantan yang diproduksi jauh lebih banyak proporsinya dibandingkan bunga betina yaitu dari 25-30:1-15. Masa antesis lebih dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan waktu dibandingkan suhu, akan tetapi suhu mempunyai pengaruh yang besar pada kemunduran dan kesuburan serbuk sari (Choudhury dan Phatak, 1961). Masa reseptif putik hanya mempunyai sisa waktu yang pendek. Perbedaan varietas yang telah diamati adalah pada ukuran dan bentuk serbuk sari (More dan Seshadri,

4 7 1998a). Pada labu tipe sponge antesis terjadi sekitar pukul dan pada labu tipe ridge antesis terjadi saat menjelang atau setelah matahari tenggelam pada pukul (Singh, 1957). Kepala putik reseptif selama sehari akan tetapi putik paling reseptif di awal pagi. Bunga jantan telah membuka 10 hari lebih awal sebelum bunga betina mekar (Delaplane dan Mayer, 2009). Benih Hibrida Benih hibrida adalah benih yang berasal dari persilangan antara dua tetua yang berbeda secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi dari tetua tersebut (Satoto, 2006). Menurut McVetty (1997) mekanisme reproduksi pada sebagian besar tanaman membuatnya sulit untuk menghasilkan benih hibrida yang berasal dari persilangan antara dua tetua terpilih pada skala komersial. Serbuk sari dan putik mungkin terdapat dalam satu bunga (pada gandum) atau terdapat pada bunga yang terpisah dalam satu tanaman (pada jagung), dan penyerbukan sendiri kemungkinan besar dapat terjadi diantara tanaman betina maupun pada populasi tanaman tersebut. Penyerbukan sendiri ini dapat mengurangi persentase pembentukan benih hibrida. Menurut Dadlani dan More (1998), produksi benih hibrida pada Cucurbitaceae membutuhkan beberapa perhatian khusus, terkait dengan biologi bunga. Metode di bawah ini merupakan metode yang dapat digunakan dalam memproduksi benih hibrida yaitu: 1. Penyerbukan buatan: pada tanaman dioecious, emaskulasi tidak perlu dilakukan. Bunga dari tetua betina diserbuk secara buatan dengan serbuk sari dari tetua jantan. 2. Emaskulasi dan penyerbukan: tetua betina dan jantan ditanam berselangseling pada lahan yang terisolasi. Bunga jantan dari tetua betina dibuang terlebih dahulu sebelum antesis. Bunga betina dari tetua betina yang telah disisakan menunggu untuk diserbuki oleh serangga dari tetua jantan. 3. Penggunaan galur gynomonoecious: gynomonoecious (tetua betina) dan monoecious (tetua jantan) ditanam secara terpisah. Pada tahapan awal

5 8 tanaman, semua bunga jantan dan bunga hermafrodit dibuang dari tetua betina sehingga hanya bunga betina yang tersisa. Selanjutnya, benih didapatkan dari bunga betina yang tersisa untuk produksi benih hibrida. 4. Penggunaan galur gynoecious (menghasilkan bunga betina saja): galur gynoecious homozigot pada mentimun diperbanyak menggunakan GA 3 ( ppm) atau Ag(NO 3 ) 2 ( ppm) pada dua tahapan daun. Galur gynoecious homozigot dan monoecious ditanam secara terpisah dan terisolasi. Kemudian galur gynoecious disilangkan dengan tetua jantan oleh bantuan serangga untuk menghasilkan hibrida F1. Benih dikumpulkan dari tanaman induk gynoecious. Viabilitas Serbuk Sari Menurut Malik (1979), peningkatan pengetahuan mengenai viabilitas serbuk sari, penyimpanan, dan perkecambahannya sangat membantu para pemulia tanaman dalam menyediakan kebutuhan hidup. Ketersediaan serbuk sari dengan viabilitas yang tinggi merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan persilangan tanaman. Menurut Widiastuti dan Palupi (2008), viabilitas serbuk sari juga dapat mempengaruhi viabilitas benih yang dihasilkan. Serbuk sari dengan viabilitas yang tinggi akan lebih dahulu membuahi sel telur, serta menghasilkan buah bermutu baik dan benih berviabilitas tinggi. Menurut Kelly et al. (2002), kualitas serbuk sari dapat ditentukan salah satunya dengan melihat tingkat viabilitasnya. Menurut Galleta (1983) ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui viabilitas serbuk sari, diantaranya adalah 1) pengecambahan serbuk sari secara in vitro, 2) pengamatan dengan metode pewarnaan pada serbuk sari yang tidak dikecambahkan, 3) pengujian in vitro melalui pengamatan tabung serbuk sari pada jaringan stylus (tangkai putik), dan 4) pengamatan terhadap produk benih yang terbentuk (seed set) dari hasil penyerbukan pada pohon contoh. Widiastuti dan Palupi (2008) menyatakan bahwa pengamatan viabilitas serbuk sari bisa diketahui dari daya simpan dan daya berkecambahnya. Daya simpan serbuk sari bisa diketahui melalui pengelolaan suhu dan RH ruang simpan. Sedangkan pengamatan daya berkecambahnya bisa diketahui melalui teknik

6 9 perkecambahan secara in vitro. Daya berkecambah serbuk sari dikategorikan telah berkecambah apabila tabung serbuk sari yang terbentuk telah mencapai paling sedikit sama dengan panjang diameter serbuk sari. Pengelolaan Serbuk Sari Menurut Lubis (1993), pengelolaan serbuk sari yang mencakup saat pemanenan yang tepat, pengolahan untuk menjamin kemurniannya, dan penyimpanan untuk mempertahankan viabilitasnya mempunyai peranan penting dalam produksi benih kelapa sawit. Selain itu, menurut Warid (2009) pengelolaan serbuk sari mulai dikembangkan dan diadopsi produsen benih untuk mencegah terjadinya pencurian materi genetik. Galetta (1983) menyatakan bahwa waktu pengambilan serbuk sari tergantung dari: 1) fase kemasakan ditentukan oleh ukuran, warna dan jumlah antera yang telah pecah pada suatu bunga, 2) jumlah bunga mekar dalam satu periode pembungaan. Antera yang diambil prematur tidak akan menghasilkan serbuk sari secara normal atau menghasilkan serbuk sari yang sedikit. Serbuk sari yang mempunyai kualitas tinggi diperoleh dari antera bunga jantan yang sudah pecah dan siap melakukan penyerbukan. Serbuk sari yang dipanen, kemudian dibersihkan, disortasi, dan dikemas dalam wadah khusus sebelum dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan. Menurut Warid (2009) dalam pemanenan serbuk sari kegiatan yang dilakukan berupa pembersihan dan pemilahan serbuk sari agar tidak tercampur dengan spesies atau varietas lain. Pengeringan Serbuk Sari Proses pengeringan serbuk sari dibutuhkan untuk mengurangi kadar airnya sebelum disimpan. Proses pengeringan yang tepat perlu dilakukan untuk menjaga viabilitas serbuk sari tetap tinggi sebelum disimpan. Menurut Livingston dan Ching (1966), serbuk sari segar Douglas-fir mempunyai kadar air 12-16% dan menurun menjadi 5-8% setelah 24 jam dikeringanginkan. Hal ini terjadi karena banyak air yang hilang setelah proses pengeringan. Freeze-drying jauh lebih menurunkan kadar air selama periode pengeringan selama dua jam, menjadi 2% bahkan kurang. Beineke et al. (1977) menambahkan bahwa serbuk sari black

7 10 walnut mempunyai kadar air bervariasi dari 10-30% saat dipanen segar. Penyimpanan di freezer (-15 0 C) dan perlakuan desikasi menyebabkan serbuk sari black walnut rusak dan viabilitasnya berfluktuasi. Livingston dan Ching (1966) menyatakan bahwa freeze-drying dapat menurunkan kadar air serbuk sari Douglas-fir ke level yang rendah. Satu setengah atau satu jam periode vakum sudah cukup untuk menjaga viabilitas, akan tetapi dua jam pengeringan dapat menurunkan viabilitas lebih jauh. Menurut Wilcox (1966) perlakuan vakum-drying berpotensi menurunkan kadar air serbuk sari yellow-poplar (pohon tulip) dari 27% menjadi 4.2% selama setengah jam pertama, menjadi 2.8% selama dua jam, dan menjadi 1.6% selama 8 jam. Daya berkecambah mengalami kemunduran selama proses pengeringan. Daya berkecambah serbuk sari segar sebesar 83%. Perkecambahan ini kemudian menurun menjadi 20, 17, dan 7% setelah 0.5, 2, dan 8 jam setelah proses vakumdrying. Penyimpanan Serbuk Sari Penyimpanan serbuk sari merupakan salah satu dari metode pengelolaan serbuk sari yang digunakan untuk menjaga viabilitasnya. Menurut Sumardi et al. (1995), pengawetan serbuk sari merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengawetkan sumber plasma nutfah suatu tanaman, karena dianggap lebih efektif dibandingkan memelihara tanaman dewasa di lapangan. Pada umumnya kondisi penyimpanan dilakukan dengan suhu rendah, yaitu antara 0-(-20 0 C) dan pada penyimpanan RH 0-30% serbuk sari memiliki viabilitas yang paling tinggi (Sriwahyuni, 1999). Penyimpanan serbuk sari merupakan salah satu cara untuk menjamin ketersediaan serbuk sari, sehingga sewaktu-waktu diperlukan dapat digunakan. Selain itu, penyimpanan serbuk sari untuk jangka panjang memberi kesempatan untuk melestarikan dan memanipulasi sumber genetik (Warid, 2009). Menurut Krishnamurthi (1980) karakter serbuk sari pada tebu mempunyai daya hidup hanya 1 jam dimana dalam penyerbukan yang berlangsung, serbuk sari akan mengarbsorbsi nutrisi dari kepala putik. Barnabas dan Kovacs (1997) menambahkan bahwa daya simpan serbuk sari bermacam-macam mulai dari

8 11 hitungan menit hingga tahunan bergantung pada sifat genetik tanaman dan kondisi lingkungan. Berdasarkan daya simpannya, serbuk sari digolongkan ke dalam tiga bagian besar: 1) daya simpan panjang (6 bulan-1 tahun), misalnya pada famili Palmae, Pinaceae, Rosaceae, Leguminoceae, dan Vitaceae, 2) daya simpan sedang (1-3 bulan), misalnya pada famili Liliaceae, Amarylidaceae, dan Solanaceae, 3) daya simpan pendek (antara beberapa menit-beberapa hari), misalnya pada Gramineae dan Cyperaceae (Sriwahyuni, 1999). Beineke et al. (1977) menyatakan bahwa penyimpanan menggunakan kulkas (0-4 0 C) tanpa desikasi pada serbuk sari black walnut dapat digunakan untuk penyimpanan jangka pendek selama satu sampai tiga minggu. Penyimpanan jangka panjang serbuk sari black walnut selama lebih dari setahun di nitrogen cair ( C) mempunyai viabilitas sekitar 28.9%, hampir sama dengan viabilitas serbuk sari tanpa disimpan sekitar 31.5%. Rajasekharan dan Ganeshan (2003) menambahkan bahwa viabilitas serbuk sari Capsicum dengan fase antesis dapat dipertahankan selama beberapa waktu dengan menyimpan di C segera setelah dikumpulkan dari lahan. Menurut Abreu dan Oliveira (2004) suhu yang terbaik untuk menjaga viabilitas serbuk sari Actinida deliciosa adalah C (RH 51%) ditunjukkan dengan viabilitas dan daya berkecambah yang tinggi. Pada 20 0 C (RH 65%), serbuk sari sudah kehilangan daya berkecambahnya kurang dari 8 minggu, sedangkan pada C atau C daya berkecambah menurun drastis dan hilang pada akhir periode penyimpanan. Livingston dan Ching (1966) menyatakan bahwa serbuk sari Douglas-fir dengan freeze-dried yang disimpan selama satu dan dua tahun pada 20 0 C, 3 0 C, dan C menunjukkan perkecambahan yang lebih tinggi dibandingkan serbuk sari yang tidak dilakukan freeze-dried. Menurut Wilcox (1966) daya berkecambah serbuk sari yellow-poplar (pohon tulip) menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu penyimpanan. Daya berkecambah mengalami penurunan drastis dari 89% menjadi 0% pada serbuk sari yang tidak diberi perlakuan dan disimpan pada suhu ruang ( C) selama 45 hari. Serbuk sari segar yellow-poplar kehilangan viabilitasnya setelah hari disimpan di suhu ruang.

9 12 Wilcox (1966) menyatakan bahwa serbuk sari yellow-poplar tanpa pengeringan yang disimpan di 5 0 C mempunyai daya berkecambah yang lebih baik dibandingkan dengan yang disimpan di suhu ruang. Setelah 12 bulan, serbuk sari yang disimpan di 5 0 C mempunyai rata-rata daya berkecambah sebesar 7%. Serbuk sari yang dikeringkan menggunakan vakum-drying selama 0.5 jam menunjukkan daya berkecambah yang paling tinggi selama enam bulan penyimpanan. Daya berkecambah serbuk sari yang disimpan selama 12 bulan di akhir pengamatan masih menunjukkan viabilitas yang bervariasi antara 1-2% untuk serbuk sari yang dikeringkan menggunakan vakum-drying. Pengecambahan Serbuk Sari secara In Vitro Metode yang umumnya digunakan dalam menguji viabilitas serbuk sari adalah metode perkecambahan secara in vitro dan metode pewarnaan (Warid, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan serbuk sari secara in vitro diantaranya adalah spesies tanaman, waktu pengambilan serbuk sari dari lapang, musim, metode pengambilan serbuk sari, sejarah penyimpanan, dan kondisi perkecambahan seperti suhu, RH, media, dan ph (Brewbaker dan Kwack, 1964). Menurut Galetta (1983), metode pengecambahan serbuk sari secara in vitro merupakan metode yang paling akurat untuk menduga viabilitas serbuk sari. Warid (2009) menambahkan bahwa dalam metode pengecambahan serbuk sari secara in vitro perlu diadakan pencarian media yang tepat terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian pengecambahan, sehingga metode ini tergolong sulit, lama, relatif mahal, dan memerlukan keterampilan khusus. Warid (2009) menyatakan bahwa media perkecambahan polen (PGM) dengan komposisi 10% sukrosa, 0.005% H 3 BO 3, 10 mm CaCl 2, 0.05 mm KH 2 PO 4, dan 4% Polyetilene Glycol 6000 (PEG) memberikan nilai viabilitas yang lebih tinggi daripada media Brewbaker & Kwack; Brewbaker & Kwack tanpa sukrosa; dan sukrosa 10% pada sebagian besar spesies dari empat famili (Euphorbiaceae, Solanaceae, Poaceae, Myrtaceae). PGM dapat dijadikan alternatif dalam pengujian viabilitas serbuk sari secara in vitro karena media ini dapat digunakan untuk banyak spesies serta memberikan nilai viabilitas yang lebih baik

10 13 dibandingkan media lainnya, termasuk media Brewbaker dan Kwack. Selain itu, media PGM memerlukan waktu pengamatan yang relatif lebih cepat (kurang dari 24 jam). Pengamatan serbuk sari dapat dilakukan rata-rata pada 4 JSP (jam setelah pengecambahan). Bahan pewarnaan yang digunakan dalam pengujian viabilitas serbuk sari umumnya berbeda-beda tergantung pada spesies dan senyawa dalam serbuk sari yang berfungsi sebagai indikator viabilitas serbuk sari tersebut. Metode pewarnaan serbuk sari menggunakan larutan tetrazolium juga banyak digunakan untuk menentukan viabilitas serbuk sari (Warid, 2009). Intensitas pewarnaan serbuk sari dari tanaman apel, anggur, pir, dan peach menggunakan MTT (2,3,5- triphenyl tetrazolium chloride) bervariasi, dari transparan atau tak berwarna sampai merah gelap. Serbuk sari yang berwarna merah terang atau merah normal merupakan serbuk sari yang viabel dan serbuk sari yang tidak berwarna merupakan serbuk sari yang nonviabel (Norton, 1966) Menurut Warid (2009), pewarna acetocarmine 0.75% (0.75 gram carmine dilarutkan dalam 45 ml asam asetat glacial + 55 ml aquadest, kemudian didihkan, setelah dingin disaring) memberikan nilai viabilitas serbuk sari tertinggi untuk estimasi serbuk sari keempat famili (Euphorbiaceae, Solanaceae, Poaceae, Myrtaceae) dan waktu pengamatan dapat dilakukan pada 2 JSP (jam setelah pengecambahan). Pewarna aniline blue 0.2% (0.2 gram aniline blue dilarutkan dalam 100 ml aquadest) dapat digunakan untuk menduga perkecambahan serbuk sari dengan PGM dengan waktu pengamatan 4-24 JSP.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH VI.SISTEM PRODUKSI BENIH UNTUK PRODUKSI BENIH MAKA HARUS TERSEDIA POHON INDUK POPULASI DURA TERPILIH POPULASI PISIFERA TERPILIH SISTEM REPRODUKSI TANAMAN POLINASI BUATAN UNTUK PRODUKSI BENIH PERSIAPAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter. (cm) (hari) 1 6 0, , , Jumlah = 27 0, Rata-rata = 9 0, 4.1 Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang dilakukan pada kedua galur murni G.180 dan menunjukkan hasil yang optimal pada berbagai pertumbuhan tanaman, dengan parameter pengamtan seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun sebagai berikut : Kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun sebagai berikut : Kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman mentimun sebagai berikut : Kingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ; Sub Divisio : Angiospermae ; Class : Dicotyledoneae ; Ordo : Cucurbitales ;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan viabilitas diperlukan untuk menduga keberhasilan proses fertilisasi atau viabilitas suatu polen yang ditunjukkan oleh diameter polen pepaya, daya berkecambah polen pepaya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung dengan ketinggian 1 100 m dpl (di atas permukaan laut). Penelitian dilakukan pada Februari

Lebih terperinci

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN MODUL II TEKNIK PERSILANGAN BUATAN 2.1 Latar Belakang Keragaman genetik merupakan potensi awal di dalam perbaikan sifat. Salah satu upaya untuk memperluas keragaman genetik ialah melalui persilangan buatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serealia). Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuh. Iklim yang dikehendaki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Malvales, famili Malvaceae, genus Hibiscus,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubi kayu: Taksonomi dan Morfologi Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja,

I. PENDAHULUAN. Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, I. PENDAHULUAN Desa Serang merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa Serang terletak pada ketinggian 800-1200 dpl dan memiliki curah hujan bulanan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih Produksi benih non hibrida meliputi : inbrida untuk tanaman menyerbuk sendiri bersari bebas/open bebas/open pollinated (OP) untuk tanaman menyerbuk silang Proses produksi lebih sederhana, karena hampir

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum 11 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dan bisa mencapai ketinggian 1.5 m 2.0 m. Tanaman wijen berbentuk semak yang berumur

Lebih terperinci

Perkembangbiakan Tanaman

Perkembangbiakan Tanaman SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Jagung Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledone

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman semusim yang mempunyai dua macam akar yaitu akar kecambah dan akar adventif. Akar adventif ini nantinya akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika (taksonomi) tanaman mentimun adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah, 20 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengamatan Buah per Tandan Salah satu ciri perkembangan pada buah yang baik yaitu ditentukan bertambahnya volume dan biomassa selama proses tersebut berlangsung.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Keragaan Pengaruh Tingkat Kemasakan Terhadap Daya Berkecambah Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Jarak pagar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

Program Lay ut Medan Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention Medan Toba Lake Niagara Hotel Parapat Pematang Siantar Marihat Parapat Colloquium Location Field Clinic Location 1. Teknik Hatch

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci