BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah peneliti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah peneliti"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang telah peneliti peroleh dari lapangan. Pertimbangan yang peneliti kedepankan dalam bab ini adalah tingkat objektifitas data tersebut dalam arti sesuai dengan hasil yang diperoleh dari lapangan. Dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa sub bab pokok diantaranya mengenai gambaran umum SMAN 1 Baleendah, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Gambaran Umum SMAN 1 Baleendah a. Sejarah berdirinya SMAN 1 Baleendah SMA Negeri Baleendah didirikan pada tahun 1975 melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor: 0274/O/1975 dengan nama Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan Negeri (SMPPN) 37 Bandung yang berlokasi di Bandung selatan, sekitar 11 km arah selatan kota Bandung atau sekitar 1,5 km dari Tugu Pahlawan Nasional Mohamad Toha (Pahlawan Nasional dari Bandung Selatan). Pada tahun 1985, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor: 0353/O/1985 nama SMPPN 37 Bandung dirubah menjadi SMA Negeri (SMAN) Baleendah. Pada saat ini SMA Negeri 1 Baleendah beralamat di: Jl. RAA Wiranatakusumah nomor 30 Baleendah Kabupaten Bandung dengan kode pos Bandung 40375, telepon: (022) , faksimili: (022) , alamat sbismanbe@yahoo.com dan alamat website : 48

2 49 Pada tahun 2007, melalui Surat Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional nomor: 697/C4/MN/2007, tanggal 18 Juli 2007, SMA Negeri1 Baleendah adalah satu-satunya SMA di Kabupaten Bandung yang ditunjuk untuk mengembangkan program rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sejak berdiri hingga sekarang, SMA Negeri 1 Baleendah selalu merintis, mendirikan, dan membina sekolah-sekolah baru yang kemudian berdiri sendiri menjadi sekolah negeri. Sekolah-sekolah yang pendiriannya dirintis oleh SMA Negeri 1 Baleendah adalah: 1. SMA Negeri Buah Batu (tahun ) yang kemudian menjadi SMA Negeri 25 Kota Bandung. 2. SMA Negeri Banjaran (tahun ). 3. SMA Negeri Ciparay (tahun ) 4. SMA Negeri Dayeuhkolot (tahun ) 5. SMA Negeri Bojongsoang (tahun ) Nama-nama kepala sekolah yang pernah memimpin SMAN 1 Baleendah dari mulai berdiri sampai dengan sekarang adalah: 1. Drs. Amaruloh (SMPPN 37 Bandung: ) 2. Drs. Sap an Sumarja Putra (SMPPN 37 Bandung: ) 3. Drs. Husnu Wangsaatmadja (SMPPN 37/SMAN Baleendah: ) 4. Drs. Rukawi Fachruddin (SMAN Baleendah: ) 5. Rd. Saleh, BA (SMAN Baleendah: ) 6. Drs. M.U. Gurbadi (SMAN Baleendah: )

3 50 7. Drs. H. Sobir Komara (SMUN Baleendah: ) 8. Dra. Hj. Ratna Ratmanah (SMUN Baleendah: ) 9. DR. H. Dadi Permadi, M.Ed (SMUN Baleendah: April Juli 2002) 10. Drs. H.E. Shohib Al Kosim, M.M.Pd. (SMAN 1 Baleendah: ) 11. Drs. H. Tjahra Sumpena, M.M.Pd. (SMAN 1 Baleendah: ) 12. Drs. H. Aa Sudaya, MPd. (SMAN 1 Baleendah: sekarang) b. Visi SMAN 1 Baleendah Mewujudkan sekolah yang Berstandar Internasional, cemerlang dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan berlandaskan pada nilai-nilai Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. c. Misi SMAN 1 Baleendah Menyelenggarakan pembelajaran yang membina keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Menyelenggarakan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menyelenggarakan pendidikan untuk mencapai tujuan institusional pendidikan menengah. Menyelenggarakan kegiatan sekolah sesuai dengan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan. Menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat. Mengelola dan menggunakan keuangan secara transparan, efektif dan akuntabel.

4 51 Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang bermutu dengan daya dukung tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi standar kompetensi dan kualifikasi akademik. Menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Menyelenggarakan pembelajaran berbasis kompetensi dan keunggulan. Menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan informatika. Menyelenggarakan pembinaan cinta tanah air dan bangsa, patriotisme, demokratis, serta kepemimpinan melalui organisasi kesiswaan dan kegiatan ekstrakurikuler. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai secara kuantitatif dan berkualitas. Menyelenggarakan pendidikan yang membina sikap dan perilaku berwawasan lingkungan hidup. d. Strategi SMAN 1 Baleendah Terpenuhinya proses kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan (PAKEM), Terpenuhinya kepuasan dan ketenangan para orang tua peserta didik e. Sarana dan prasarana Dalam rangka penyelenggaraan perintisan sekolah bertaraf internasional, SMA Negeri 1 Baleendah memanfaatkan daya dukung sarana dan prasarana yang memadai, diantaranya : 1. Setiap ruang kelas SBI dilengkapi dengan : a. 1 unit komputer canggih berfasilitas internet

5 52 b. 1 unit pesawat televisi 29 c. 1 unit LCD (permanen) d. 1 unit big screen projector e. 2 unit big white board f. Locker pribadi siswa g. Soket-soket koneksi internet bagi siswa yang membawa laptop h. Kipas angin 2. Dua unit laboratorium komputer. 3. Laboratorium multi media. 4. Laboratorium bahasa. 5. Laboratorium IPA (fisika, kimia, biologi) 6. Perpustakaan. 7. Bahan ajar moduler dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 8. Bahan ajar elektronik (CD/software pembelajaran). 9. Layanan web site melalui situs sekolah. 10. Pusat kegiatan siswa. 11. Sarana ibadah / masjid 12. dan lain-lain B. Deskripsi hasil penelitian Agar mempermudah penulis dalam mendeskripsikan hasil penelitiannya, maka penulis mencoba mendiskripsikannya berdasarkan rumusan masalah yang telah di susun sebelumnya, adapun pembahasannya sebagai berikut : 1. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan Remaja yang terjadi di SMA Negeri 1 baleendah?

6 53 Untuk mengetahui bentuk-bemtuk kenakalan remaja yang terjadi di SMA Negeri 1 Baleendah, maka penulis melakukan beberapa cara untuk mendapatkan data tersebut, diantaranya peneliti melakukan proses observasi dan wawancara. Supaya permasalahan ini tidak melebar, maka penulis langsung menuju akar permasalah maka dari itu proses wawancara dilakukan terhadap guru PKn. Dari hasil observasi yang penulis lakukan selama berada di lapangan, masih terlihat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa selama berada di lingkungan sekolah yang masih ada dalam tahapan wajar, yaitu pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan sekolah seperti terlambat, berkeliaran selama jam pelajaran berlangsung,berpakaian seragam yang tidak sesuai dengan aturan serta kegiatan merokok di lingkungan sekolah. Hasil pemantauan dari observasipun penulis coba untuk mengsinkronkan dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru PKn. Adapun hasil wawancara sebagai berikut: Menurut KM, beliau menyebutkan bahwa jenis-jenis kenakalan yang terjadi di sekolah adalah termasuk kedalam jenis kenakalan yang wajar dilakukan oleh seorang siswa,hal ini mungkin terjadi karena proses perkembangan siswa yang sedang melalui fase remaja, proses pencarian jati diri,dan juga tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh yang kurang baik dari pergaulan para siswa di luar lingkungan sekolah. Akan tetapi jika di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun sekarang jenis-jenis pelanggaran/kenakalan yang dilakukan oleh siswa tidak begitu banyak terjadi. Merokok adalah salah satu bentuk kenakalan yang sering terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,akan tetapi alhamdulillah untuk beberapa tahun terakhir kenakalan itu sudah dapat teratasi dengan baik, dan pelanggaran/ kenakalan yang terjadi saat ini mungkin hanya

7 54 pelanggaran tehadap tatatertib sekolah saja seperti kesiangan dan kelengkapan seragam sekolah. Menurut MK kenakalan yang terjadi adalah masih dalam tahapan wajar dan masih dapat ditagggulangi dengan baik, seperti salah satunya adalah terlambat, tapi untuk masalah keterlambatan allhamdulillah sudah jarang terjadi. Menurut VN bentuk kenakalan yang terjadi adalah masih merupakan kenakalan pada tahaf biasa, seperti salah satunya adalah masih ada siswa yang berada di luar kelas ketika jam pelajaran sudah dimulai, hal itu pun hanya terjadi pada beberapa siswa saja Setelah melakukan proses wawancara dengan beberapa guru PKn mengenai jenis kenakalan/pelanggaran yang terjadi maka jawabannya hampir sama yaitu kenakalan yang terjadi masih dalam tahap kewajaran, dan sangat masih bisa di tanggulangi, baik itu oleh guru PKn maupun oleh pihak sekolah secara keseluruhan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian terdiri beberapa siswa kelas X, XI, dan XII, menunjukan bahwa jenis kenakalan yang sering terjadi di SMAN 1 Baleendah sesuai dengan yang dikemukakan oleh guru yang bersabgkutan kebanyakan tidak menjurus kearah kriminalitas misalnya kesiangan, tidak masuk jam pelajaran, rambut gondrong, sepatu berwarna putih,saling mengejek hal seperti ini masih dapat ditanggulangi oleh pihak sekolah. Hasil pemantauan observasi tidak jauh berbeda dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru PKn baik guru kelas X, XI, ataupun kelas XII. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai informasi bahwa bentuk kegiatan yang dilakukan dalam menanggulangai kenakalan siswa di sekolah adalah sebagai berikut;

8 55 2. upaya yang dilakukan oleh guru PKn dalam menanggulngi masalah-masalah kenakalan remaja di sekolah Masa remaja bukan sebagai periode konsolidasi kepribadian, tetapi sebagai tahapan penting dalam siklus kehidupan. Masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan sense of identity us role confusion, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Remaaja dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang menyangkut keberadaan dirinya (siapa saya?), masa depannya (akan menjadi apa saya?), peran peran (apa peran saya dalam keluarga dan mesyarakat, dan kehidupan beragama; mengapa harus beragama?). Selain itu masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Dalam masa ini banyak permasalahan yang akan dihadapi remaja dalam pembentukan identitas diri yang tidak menutup kemungkinan akan terpengaruh pada hal-ha yang negatif. Siswa selaku remaja juga tidak terlepas dari hal tersebut. Maka selaku guru PKn secara langsung bertnggung jawab untuk menanggulangi/mengatasi permasalahan tersebut, supaya permasalahan tersebut tidak meluas dan tidak mengakibatkan halhal yang negatif. Upaya yang dilakukan oleh salah seorang guru PKn untuk mencegah timbulnya kenakalan yang dilakukan oleh siswa yaitu dengan cara mengadakan razia kelas secara rutin dan berkesinambungan, menegakan disiplin yang tegas di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah, selain itu lingkungan yang kondusif menjadi salah satu cara untuk mencegah timbulnya kenakalan yang dilakukan oleh siswa. Selama dalam proses pembelajaran dikelas, guru PKn selalu memotifasi siswa untuk lebih baik lagi, selain itu guru PKn juga harus mampu mengaitkan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari yang didalamnya mengandung unsur

9 56 pembinaan dan pengarahan tentang nilai, moral dan norma pada siswa sebagai fondasi siswa dalam berprilaku di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai upaya untuk meminimalisir dari setiap kenakalan yang dilakukan guru PKn yang bersangkutan memberikan suatu tindakan berupa teguran lisan maupun tindakan hukuman yang tentu saja harus bersifat mendidik dan menimbulkan efek jera, sehingga kenakalan yang dilakukan tidak akan terulang dikemudian hari. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa guru PKn maka upaya untuk meneggulangi kenakalan yang terjadi disekolah tersebut pada umumnya adalah hampir sama yaitu dengan memberikan teguran secara lisan maupun tindakan, hal ini terjadi karena keseluruhan guru PKn sudah berkoordinasi mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Selain itu untuk jenis kenakalan merokok yang pernah terjadi, guru PKn beserta pihak sekolah melakukan teguran terhadap para penjual rokok yang ada di sekitar sekolah supaya tidak menjual kepada siswa. Upaya yang dilakukan oleh guru PKn untuk memperbaiki prilaku siswa yang melakukan kenakalan tersebut yaitu dengan cara memberikan pengarahan, bimbingan pada siswa yang bersangkutan, memberikan dorongan atau motivasi pada siswa tersebut supaya berprilaku lebih baik, dan tentunya bekerja sama dengan elemen-elemen sekolah lainnya seperti guru BP dan kesiswaan. Secara garis besar penegakan kedisiplinan yang konsisten adalah salah satu cara yang efektif untuk menaggulangi masalah kenakalan yang terjadi di sekolah, selain itu punishmen atau hukuman yang bersifat mendidik dan menimbulkan efek jera adalah salah satu cara untuk mencegah timbulnya kenakalan/pelaggaran tersebut di waktu yang akan datang.

10 57 3. Faktor penghambat yang dihadapi guru PKn dalam upayanya menanggulangi masalah-masalah kenakalan remaja di sekolah Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat di pengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan teman sebayanya. Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksikan secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku malasual (maladjusment), seperti 1) agresif: melawan, keras kepala dan sengan menggangu dan 2) melarikan diri dari kenyataan. Sebelum penulis menguraikan tentang faktor penghambat yang dihadapai oleh guru PKn dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah terlebih dahulu penulis akan menguraikan jenis-jenis kenakalan yang terjadi selama berada di lapangan maupun berdasarkan keterangan hasil wawancara, yaitu pada umumnya adalah lah pelanggaran terhadap tata tertib sekolah diantaranya adalah terlambat, berkeliaran diluar kelas setelah jam pelajaran dimulai, rambut gondrong siswa laki-laki, sepatu yang tidak sesuai dengan aturan, dan faktor pendorong siswa melkukan kenakalan/pelanggaran tesebut berasal dari faktor siswa itu sendiri, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Dalam mengatasi suatu permasalahan pasti ada faktor penghambat dalam pemecahannya. Hal itu juga di rasakan oleh guru PKn yang ada di sekolah tersebut, salah satu hambatan yang di rasakan adalah pengaruh dari luar (ekstern) yang banyak membawa pengaruh dalam hal yang negatif di bandingkan dengan pengaruh positifnya, selain itu juga siswa yang sedang melalui fase puber dan

11 58 pencarian identitas diri yang selalu ingin mencoba sesuatu hal yang baru dan kurangnya keaktifan ataupun peranan orang tua siswa dalam hal berkomunikasi dengan pihak sekolah dalam mengawasi anak-anaknya. 4. upaya guru PKn untuk mengatasi faktor penghambat dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja di sekolah Untuk mengatasi hambatan dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah, para guru PKn yang ada di SMA 1 Baleendah selalu berkordinasi dengan guru mata pelajaran lainnya dalam hal mendidik siswa semaksimal mungkin, selain itu bekerja sama dengan guru BP/BK dalam membimbing, membina serta membantu para siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa, bekerja sama dengan pihak kesiswaan, dan yang paling penting guru harus bisa menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa untuk belajar dan berkembang, serta semaksimal mungkin selalu bisa intens untuk berhubungan dengan para orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarkat. C. Analisis hasil penelitian Dalam pembahasan ini penulis akan menyajikan hasil penelitian selama dilapangan yang akan dihubungkan dengan teori para ahli dan pendapat dari penulis sendiri Proses penelitian tentang peranan guru PKn dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja di sekolah, dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah. Peneliti melakukan proses observasi dan wawancara terhadap guru PKn tersebut guna

12 59 mendapatkan data yang di inginkan dan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu a. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan Remaja yang terjadi di SMA Negeri 1 baleendah? dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa kenakalan yang terjadi disekolah tersebut adalah msih dalam tahap kewajaran yang dilakukan oleh para siswa ataupun para remaja pada umumnya dan tidak menjurus kearah kriminalitas. Kenakalan yang terjadi di sekolah tersebut antara lain adalah terlambat, bolos tanpa alasan, berpakaian tidak sebagaimana mestinya, mendengarkan musik player saat proses belajar berlangsung, rabut gondrong untuk anak laki-laki dan lain sebagainya. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Soesilowindranidi (2001:194) mengenai pelanggaran-pelanggaran di sekolah yang antara lain Tidak membuat PR, merokok dihalaman sekolah, berbisik-bisik didalam kelas, mencontek pekerjaan anak lain, membolos, mengganggu guru sehingga menjadi jengkel, merusak benda-benda milik sekolah Hal senada juga diungkapkan oleh Y Singgih D Gunarsa (2001:20) mengenai kenakalan yang dilakukan oleh remaja dilihat dengan adanya gejala Membohong, membolos, kabur dari rumah tanpa ijin orang tua,keluyuran, memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, membaca buku cabul, menyontek, berpakaian tidak pantas, minum-minuman keras Melihat dari beberapa bentuk kenakalan yang dilakukan oleh siswa menurut peneliti memang harus dengan cepat ditangani lebih cepat, karena apabila hanya dibiarkan saja kemungkinan besar kenakalan tersebut dapat menular terhadap siswa yang lainnya.

13 60 Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan jenis-jenis kenakalan yang terjadi disekolah memang tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh beberapa pendapat ahli diatas, tetapi dengan adanya gejala seperti itu guru langsung menindak dan memberikan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya. Menurut hasil wawancara terhadap siswa dorongan untuk melakukan kenakalan itu sangat besar dipengaruhi faktor lingkungan, dan keadaan orang tua dan keluarga. Kondisi keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Proses pendidikan dan pembelajaran nilai-nilai dalam keluarga turut menentukan pola perilaku anak dala menyikapi permasalahannya. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orang tua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Selain faktor keluarga, lingkungan social memiliki pengaruh besar terhadap pola perilaku remaja. Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja terutama ketika komunitas tersebut lebih menghargai nilai-nilai perilaku yang menyimpang atau anti social dibandingkan dengan nilai-nilai yang lebih positif. Masyarakat adalah bagian integral dari sebuah proses pembentukan kualitas individu terutama remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memberikan kesempatan kepada remaja untuk

14 61 melakukan pembelajaran dan meniru pola perilaku menyimpang agar mendapatkan penghargaan. Gunarsa (1990) mengungkapkan bahwa factor yang berpengaruh terhadap kenakalan remaja adalah tingkat emosionalitas remaja dalam menghadapi situasi atau permasalahan baik yang terjadi dilingkungan sekolah atau keluarga. Emosional tersebut berbentuk kemarahan, temper tantrum (ngadat).agresi yang berlebihan, negatifisme Berdasarkan pendapat yang di terangkan oleh ahli, penulis mencoba untuk menyimpulkan bahwa faktor yang paling utama adalah dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal, yang mana faktor keluarga menjadi penentu utama dari perkembangan siswa, karena dari keluargalah siswa akan mendapatkan pendidikan yang paling dasar. Selain itu lingkungan pun sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa disekolah. b. Apa sajakah upaya yang dilakukan oleh guru PKn dalam menanggulangi masalah-masalah kenakalan remaja di SMA Negeri 1 baleendah? Bentuk kegiatan dalam segi materi upaya pencegahan tindak kekerasan siswa, yang dilakukan guru PKn di SMAN 1 Baleendah yaitu dengan memasukan aspek sikap atau pembentukan karakter siswa dalam Silabus atau RPP yang dibuat dan mengaitkan pengembangan materi pelajaran dengan aspek nilai, moral, dan norma dalam pembentukan karakter perilaku siswa yang berlaku dalam lingkungan sekolah, keluarga. Materi pelajaran ini membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara serta warga negara dengan warga Negara lainnya agar siswa dapat mewujudkannya dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahluk ciptaan Tuhan

15 62 Yang Maha Esa. Sehingga dapat terhindar dari perbuatan yang melanggar peraturan dan norma yang berlaku. Mata pelajaran PKn memandang siswa dalam kedudukannya sebagai warga negara, sehingga materi yang diberikan kepada peserta didik diarahkan untuk mempersiapkan agar mereka nantinya mampu hidup secara fungsional sebagai warga negara yang baik dalam kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun negara. Secara umum Pkn bertujuan untuk membentuk warga Negara yang baik (to be a good citiezenship) dan pembentukan karakter bangsa yang baik. penjelasan tersebut senada dengan pendapat Acmad Kosasih Djahiri (1995) yang mengemukakan bahwa secara khusus PKn itu bertujuan untuk Membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan yang maha esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, prilaku, yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, prilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan kepentingan prilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatas melalui musyawarah dan mufakat, serta prilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Melihat pengertian diatas jelaslah bahwa PKn bertujuan untuk membentuk warga Negara yang cerdas, terampil dan berkarekter yang dapat dilihat dari segi agama dan sosio cultural. sampailah tujuan akhir yang ingin dicapai dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan ini untuk membentuk warga Negara yang

16 63 baik (to be a good citizenship) dan pembentukan karakter bangsa (nation and building). Seperti hal nya tujuan dari PKn yang telah di kemukakan di atas, penulis menemukan fakta pada saat melakukan penelitian, yakni beberapa usaha yang telah dilakukan oleh guru PKn untuk menanggulangi kenakalan remaja di sekolah sudahlah sangat baik, seperti halnya kenakalan/pelanggaran terhadap tatatertib sekolah yaitu kesiangan atau terlambat, masih di bolehkan masuk akan tetapi mereka mendapatkan pembekalan dari guru-guru termasuk dari guru PKn mengenai kesadaran, pengendalian diri dan yang mencakup pembinaan terhadap nilai dan moral para siswa. Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai- nilai kehidupan yang perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dan dibelajarkan kepada siswa melalui pembelajaran pengalaman hidup sehari-hari. Pembelajaran nilai-nilai kewarganegaraan ini tidak berhenti pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada tataran internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan anak didik sehari-hari-hari di masyarakat dan seorang guru memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan arti pelajaran PKn bagi siswa secara nyata. Sasaran guru PKn adalah membawa anak didilnya menjadi manusia yang memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Nu man Somantri (1976) Guru Pkn harus banyak berusaha agar siswa-siswanya mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermanfaat, oleh karena itu guru PKn harus dapat memanfaatkan fungsinya

17 64 sebagai penuntun moral, sikap serta memberi dorongan kearah yang lebih baik Sejalan dengan pendapat dari Achmad Kosasih Djahiri (1985:) bahwa fungsi peran guru menampilkan hal-hal sebagai berikut (a) Guru sebagai perencana (programer/planer), (b) Guru sebagai pelaksana pengajar/instruksional yang baik, (c) Guru sebagai fasilitator, (d) Guru sebagai administator, (e) Guru selaku evaluator, (f) Guru sebagai rewarder, (g) Guru sebagai manaje/ pengelola kelas, (h) Guru sebagai pengarah/director, (i) Guru selaku pemberi keputusan (Decission Maker). Seorang guru PKn dituntut tidak hanya sebagai pemberi materi pelajaran saja, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembinaan moral, membentuk peserta didiknya agar mempunyai kepribadian yang berjiwa Pancasila, melek politik, melek hukum, dan berpartisipasi dalam pembangunan serta membekali siswanya dengan pengetahuan yang nantinya akan menjadi bekal bagi siswanya dalam berperilaku yang baik di dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja disekolah guru PKn memberikan pengarahan serta teguran dan berusaha menekankan peraturan yang tegas salah satunya dengan memberikan punishmen yang tentunya bersifat mendidik dan menimbulkan efek jera kepada siswa yang melakukan kenakalan/pelanggaran terhadap tatatertib sekolah. Selain itu dengan membuat kondisi belajar yang nyaman dan kondusif sehingga tidak akan memungkikan siswa untuk melakukan kenekalan/pelanggaran disekolah Bentuk kegiatan dalam penanggulangan siswa yang melakukan kenakalan/pelanggaran, dari segi pendekatan dengan cara memotivasi siswa pada saat proses pembelajaran dengan cara memberikan perhatian yang lebih di dalam

18 65 kelas, mendekati dan mengajak siswa, dan mencarikan solusi pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa yang melakukan kenakalan/pelanggaran dengan begitu siswa dapat lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan terhindar dari perilaku yang menyimpang. Hal ini senada dengan pendapat dari Sofyan S. Willis (1994) Usaha untuk menanggulang kenakalan siswa disekolah, yaitu diantaraya dengan adanya bagian bimbingan dan penyuluhan disekolah, mengintensifkan pelajaran agama, melengkapi fasilitas pendidikan dan perbaikan ekonomi guru. Selain itu upaya pendekatan yang lakukan dengan mengadakan kerjasama dengan wali kelas, guru BK, kesiswaaan dan orang tua siswa. Adanya koordinasi dengan pihak sekolah diantaranya, wali kelas, guru BK, kesiswaan dan orang tua siswa dapat memudahkan proses pencegahan dan penanggulangan tindak kenakalan siswa sehingga bersama-sama dapat turut serta mengawasi perilaku siswa. Berdasarkan pemaparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagai guru PKn, guru-guru di sekolah tersebut sudah cukup berhasil menjalankan tugas dan fungsinya, bukan hanya mengajarkan materi pembelajaran saja, akan tetapi guru Pkn dituntut untuk bisa memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimiliki siswa, selain itu guru PKn harus mampu menjadi motivator untuk siswanya agar lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran, dan guru PKn pun memiliki tanggung jawab yang besar untuk membentuk siswa yang berkualitas secara intelektual maupun moral, agar mereka nantinya mampu hidup secara fungsional sebagai warga negara yang baik dalam kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun negara.

19 66 c. Apa sajakah faktor penghambat yang dihadapi guru PKn dalam upayanya menanggulangi masalah-masalah kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Baleendah? Berdasarkan pengamatan serta wawancara yang peneliti lakukan, banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PKn dalam upayanya menanggulangi kenakalan siswa di sekolah. Namun sebelum peneliti membahas tentang kendala-kendala yang dihadapi guru PKn dalam upaya penanggulangan kenakalan siswa di sekolah, terlebih dahulu peneliti akan memaparkan tentang pengertian kenakalan siswa, jenis-jenis kenakalan siswa yang dilakukan di SMA Negeri 1 baleendah dan faktor yang menjadi penyebab siswa melakukan kenakalan tersebut. Gunarsa (1990) mengungkapkan bahwa factor yang berpengaruh terhadap kenakalan remaja adalah tingkat emosionalitas remaja dalam menghadapi situasi atau permasalahan baik yang terjadi dilingkungan sekolah atau keluarga. Emosional tersebut berbentuk kemarahan, temper tantrum (ngadat).agresi yang berlebihan, negatifisme, selain itu menurut Santrock (1996) menyebutkan beberapa faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja disekolah antara lain: Identitas, kemampuan mengembangkan kontrol diri, usia, jenis kelamin, keadaan sosial dan ekonomi keluarga, pengaruh kelompok, lingkungan sekitar. Sehubungan proses perkembangan anak yang masih meniru perilaku orang di sekitarnya diharapkan dalam proses perkembangan perilaku yang dimanifestasikan dalam bentuk pengetahuan (penalaran), sikap (penghayatan), dan keterampilan (pengalaman). maka secara umum perilaku dapat dirumuskan

20 67 sebagai setiap perubahan, pergerakan atau respon dari seorang individu yang bertahan dengan lingkungan serta situasi dan kondisinya kearah yang positif. Perilaku yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Baleendah baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah bermacam-macam sesuai dengan pribadi dari masing-masing siswa tersebut. Siswa SMA yang sedang memasuki fase pertumbuhan remaja akhir terbilang masih dalam kondisi yang labil selalu mengekspresikan setiap perilakunya pada perbuatan-perbuatan yang mereka anggap benar dan dalam batas kewajaran. Menurut Kartini kartono (1992:7), bahwa : kenakalan remaja (Juvenile delinquency) ialah prilaku jahat dursila atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian sosial sehingga itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang... Beberapa contoh kenakalan remaja yang dapat ditemui di lingkungan sekolah seperti bolos sekolah, terlambat, berkeliaran disaat jam pelajaran dimulai, merokok, melalaikan tugas dan tidak berpakaian layaknya pelajar. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan siswa SMA Negeri 1 Baleendah melakukan kenakalan/pelanggaran yaitu faktor internal yang berasal dari siswa itu sendiri misalnya kondisi psikis siswa yang sedang berkembang, rasa ingin tahu serta mencoba hal-hal baru dan ingin disegani oleh temannya, dan sebagainya. Adapun faktor eksternal yang menyebabkan siswa melakukan kenakalan/pelanggaran tersebut yaitu berasal dari luar diri siswa seperti dari lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, televisi dan masyarakat. Faktor eksternal yang paling dominan yaitu berasal dari lingkungan keluarga misalnya kurangnya perhatian dari orang tua, dan teman sebaya.

21 68 Selain faktor penyebab yang berasal dari teman sebaya, keluarga maupun masyarakat, kendala yang paling mendasar yang dihadapi guru PKn di SMAN 1 baleendah dalam penanggulangan kenakalan siswa di sekolah adalah berasal dari siswa itu sendiri yang tertutup pada guru mengenai masalah yang sedang dihadapi oleh siswa tersebut. Selain itu, kurangnya dukungan dari lingkungan disekitar siswa baik lingkungan keluarga maupun masyarakat juga merupakan salah satu faktor kendala dalam penanggulangan kenakalan siswa di sekolah. Misalnya yang paling dominan adalah kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga yaitu kurangnya pengawasan serta perhatian dari orang tua siswa. Sedangkan pengaruh dari luar yaitu berasal dari luar lingkungan sekolah seperti lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan siswa, kondisi psikologis siswa yang sedang berkembang, dan berasal dari lingkungan masyarakat tempat ia bergaul baik dengan teman sebaya ataupun dengan teman yang bukan sebaya, karena bila sudah masuk dalam lingkungan masyarakat tersebut sulit untuk masuk secara mendalam atau secara 24 jam mengawasi siswa tersebut. Maka PKn sebagai pendidikan nilai, moral, dan norma agar berusaha untuk menciptakan agar tercipta generasi yang berkualitas serta berperilaku baik sesuai dengan karakter warga negara yang baik (to be good of citizenship) sehingga dapat menyelamatkan siswanya dari perilaku yang negatif seperti perilaku kenakalan remaja disekolah. Lebih lanjut Nu man soemantri (2001:159) mendefinisikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut: Pendidikan kewarganegaraan program pendidikan yang berintikikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-

22 69 sumber pengetahuan lainnya, pengruh-pengeruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis jenis kenakalan remaja disekolah antara lain bolos sekolah, terlambat, berkeliaran disaat jam pelajaran dimulai, merokok, melalaikan tugas dan tidak berpakaian layaknya pelajar. Adapun kendala-kendala yang dihadapi guru PKn dalam menaggulangi masalah kenakalan remaja disekolah adalah berasal dari siswa itu sendiri yang tertutup pada guru serta tidak mau mengubah perilakunya, kurangnya dukungan dari lingkungan disekitar siswa baik lingkungan keluarga maupun masyarakat juga merupakan salah satu faktor kendala dalam penanggulangan kenakalan remaja disekolah. d. Bagaimanakah upaya guru PKn untuk mengatasi faktor penghambat dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Baleendah? Berdasarkan penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa adanya beberapa faktor penghambat yang dihadapi oleh para guru PKn dalam menanggulangi kenakalan siswa disekolah. Maka diperlukan upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat Secara umum upaya yang dilakukan oleh guru PKn di SMAN 1 Baleendah untuk menanggulangi kenakalan siswa disekolah antara lain: a. Guru PKn berusaha untuk mendekatkan diri dengan mengajak bicara siswa yang melakukan kenakalan-kenakalan dengan menyapa di luar jam pelajaran.

23 70 b. Guru PKn berusaha untuk menciptakan lingkungan belajar di dalam kelas dan lingkungan sekolah yang kondusif dengan kondisi kelas yang nyaman dan tidak rebut sehingga siswa merasa nyaman berada di sekolah. c. Guru PKn memberikan punishmen atau hukuman terhadap siswa-siswa yang melakukan kenakalan-kenakalan/pelanggaran sesuai dengan apa yang dilakukannya. d. Guru PKn akan memanggil siswa yang bermasalah di luar jam pembelajaran agar siswa dapat berkonsultasi langsung mengenai masalah yang dihadapinya dengan berkoordinasi dengan guru BP. e. Guru PKn mengadakan kerjasama dengan wali kelas, guru BK, kesiswaan, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, serta orang tua siswa untuk sama-sama mengawasi siswa agar kenakalan yang terjadi dapat diminimalisir. Upaya guru PKn SMAN 1 Baleendah di atas dalam mengatasi kendalakendala dalam penanggulangan kenakalan siswa menegaskan bahwa, dengan cara memotivasi siswa untuk belajar baik melalui pendekatan secara formal maupun informal dapat membantu merubah tingkah laku dan perbuatan siswa. Berdasarkan kompetensi di atas, yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, karena banyak aspek yang berhubungan dengan manusiawi, seperti sikap, nilai, perasaan, motivasi, kepribadian, ketauladanan, dan demokratis. Dengan demikian kemampuan mengajar sangat penting dimiliki oleh setiap guru agar terwujud prestasi belajar yang tinggi. Untuk itu seorang guru dituntut untuk memilki

24 71 sejumlah kompetensi yang dapat dijadikan modal dasar bagi seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya. Peran guru merujuk pada Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru sebagai pendidik professional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan rumusan undang-undang tersebut dapat digambarkan dengan jelas bahwa peran guru dalam dunia pendidikan saat ini lebih besar, kompleks, dan strategis untuk membina siswa melalui transformasi nilai-nilai social dan budaya dalam pendidikan. jelaslah bahwa kepribadian guru akan sangat berpengaruh terhadap perannya sebagai pendidik maupun pembimbing. Disinilah diperlukan pribadi yang dapat dijadikan teladan bagi siswanya. Bahkan ketauladanan guru bukan hanya untuk siswa saja namun sebagai panutan dan contoh ketika guru hidup di tengah-tengah masyarakat. Sehubungan dengan kompetensi guru PKn, guru Pkn dituntut untuk dapat membentuk peserta didiknya agar mempunyai kepribadian yang berjiwa Pancasila, melek politik, melek hukum, dan berpartisipasi dalam pembangunan serta membekali siswanya dengan pengetahuan yang nantinya akan menjadi bekal bagi siswanya dalam berperilaku yang baik di dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Merujuk pada pendapat di atas, berdasarkan hasil penelitian bahwa guru PKn SMAN 1 Baleendah telah menunjukkan pada upayanya dalam mengatasi hambatan penanggulangan kenakalan siswa disekolah, baik melalui pembelajaran, serta kemampuan guru dalam bersosialisasi atau bekerjasama dengan pihak sekolah, orang

25 72 tua, dan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja yang ditampilkan guru PKn sudah sangat baik dalam upaya mengatasi hambatan penanggulangan kenakalan siswa di sekolah. Upaya-upaya yang dilakukan guru PKn melalui kerjasama baik dengan pihak sekolah, orang tua siswa, maka peranan guru PKn dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan siswa disekolah dapat dikatakan telah berjalan dengan baik walaupun pada proses pelaksanaannya guru PKn masih harus terus berusaha untuk lebih meningkatkan keprofesionalannya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Berdasarkan deskripsi hasil wawancara dapat disimpulkan upaya-upaya yang dilakukan guru PKn dalam menanggulangi kenakalan siswa diantaranya, berusaha untuk mendekatkan diri dengan mengajak bicara siswa yang melakukan kenakalan/pelanggaran dengan menyapa di luar jam pelajaran, menciptakan lingkungan belajar di dalam kelas dan lingkungan sekolah yang kondusif dengan kondisi kelas yang nyaman dan tidak rebut sehingga siswa merasa nyaman berada di sekolah dan aktif dalam kegiatan-kegiatan di sekolah. Selain itu memanggil siswa yang bermasalah di luar jam pembelajaran agar siswa dapat berkonsultasi langsung mengenai masalah yang dihadapinya dengan berkoordinasi dengan guru BP. mengadakan kerjasama dengan wali kelas, guru BK, kesiswaan, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, serta orang tua siswa dan masyarakat sekitar untuk sama-sama mengawasi siswa yang melakukan tindak kekerasan dan membuat program dalam upaya pembinaan karakter siswa. E. Deskripsi hasil penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang didukung dengan obserasi dan dokumentasi peneliti akan memaparkannya sesuai dengan rumusan masalah penelitian

26 73 dengan maksud untuk memudahkan dalam proses pembahasan masalah tentang peranan guru Pkn dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah. Kenkalan remaja adalah perbuatan dan tingkah laku yang merupakan pelanggaranpelanggaran terhadap kesusilaan dan menimbulkan persoalan bagi yang lain. Dalam lingkungan sekolah kenakalan remaja adalah sikap yang tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan melanggar aturan sekolah. Setiap keluarga, lembaga pendidikan, Iembaga masyarakat dan lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pembentukan perilaku siswa yang baik, oleh karena itu diperlukan adanya kerja sama yang baik guna mencegah dan menanggulangi tindak kenakalan secara serius dan bijaksana. Penanggulangan ini harus dilakukan sejak dini kepada anak-anak upaya tidak terus berkembang dan berlanjut sampai dewasa karena akan berakibat buruk bagi kepribadian anak dan dapat merusak masa depan mereka serta lingkungan sekitarnya. Salah satu upaya untuk menanggulangi kondisi tersebut antara lain melalui pendidikan formal di sekolah. Pada lembaga sekolah ini yang sangat berperan dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru dan lingkungan sekolah itu sendiri. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki fungsi peran yang sangat besar karena ia secara langsung berinteraksi dengan pelajarnya dan menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan. Oleh karena itu mengorientasikan pendidikan sebagai wahana untuk pembinaan dan pembentukan warga negara yang baik sangatlah penting. Salah satu pendidikan yang secara langsung bertanggung jawab terhadap pembinaan watak dan karakter siswa adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terutama dalam membentuk warga Negara yang baik (to be good citizenship), yang memiliki intelegensi tinggi dan berakhlak rnulia serta rasa cinta terhadap bangsa dan negara Indonesia.

27 74 PKn menitikberatkan pada kemampuan dan keterampilan berpikir aktif warga negara terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik dalam suasana yang demokratis. Hal ini merujuk pada PKn sebagai pendidikan nilai (value education). PKn itu mempunyai tujuan akhir untuk menanamkan, mengembangkan dan membina sikap nilai, moral dan norma pancasila dan UUD 1945 kepada pelajar agar dapat dipahami, diyakini, dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara secara nalar dan penuh keyakinan. Mengingat arti penting dari tujuan mata pelajaran PKn tersebut, maka seorang guru PKn dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi pembelajaran saja tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembinaan moral dan perilaku pelajar yang sesuai dengan nilai, moral dan norma yang berlaku dimasyarakat sehingga akan terbentuk warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab dan mempunyai karakteristik budaya Indonesia. Tugas utama guru PKn adalah berusaha agar siswanya mempunyai sikap yang baik serta memiliki kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat. Apalagi seorang guru PKn dituntut tidak hanya sebagai pemberi materi pelajaran saja, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembinaan moral, membentuk peserta didiknya agar mempunyai kepribadian yang berjiwa Pancasila, melek politik, melek hukum, dan berpartisipasi dalam pembangunan serta membekali siswanya dengan pengetahuan yang nantinya akan menjadi bekal bagi siswanya dalam berperilaku yang baik di dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan tugas guru di dalam proses pembelajaran adalah menciptakan proses pembelajaran yang baik, mulai dari penyusunan rencana, pelaksanaan proses

28 75 pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai kompetensi yang diajarkan. Ketiga hal tersebut harus dikuasai oleh guru secara professional supaya kualitas pembelajaran nantinya menjadi optimal. Peran guru PKn, dalam membina moral dan perilaku pelajar yang baik yang dilakukan di dalam proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaraan dan pembinaan dari guru. Sehingga pelajar dapat berperilaku sesuai dengan apa yang diharapakan dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab terutama dalam menghadapi tantangan kehidupan dimasa yang akan datang. Guru PKn sangat besar kontribusi dan peranannya sebab ia tidak hanya dituntut untuk memberikan materi pembelajaran saja tetapi juga bertanggung jawab terhadap pembinaan moral dan perilaku siswa yang sesuai dengan nilai, moral dan norma yang berlaku dimasyarakat, sehingga diharapakan perilaku-perilaku pelajar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tersebut dapat diminimalisir dan ditanggulang dengan baik. Bila dikaji berdasarkan pendapat di atas, guru PKn bertugas untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk membentuk karakter siswa-siswinya agar nantinya ia dapat berperilaku baik di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, misalnya dengan cara selalu menekankan materi yang berhubungan dengan norma baik norma agama, kesopanan ataupun kesusilaan sehingga siswa terhindar untuk berperilaku yang menyimpang seperti kenakalan/pelanggaran terhadap tatatertib sekolah. Selain itu guru PKn dapat mengelola kelas dan menambah keterampilannya dalam rangka meningkatkan keprofesionalannya, sehingga peran guru PKn dapat berjalan secara

29 76 optimal. Oleh sebab itu guru PKn sangat berperan penting dalam upaya penanggulang kenakalan remaja disekolah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian mengenai peranan guru PKn dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil kesimpulan dari data dan fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan perilaku yang bersifat kemanusiaan dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dan dilanjutkan dengan proses analisis, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. bahwa karakteristik

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting berkaitan dengan pembentukan karakter siswa. Pada dasarnya karakter yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari penelitian. Kesimpulan yang peneliti rumuskan berupa jawaban dari masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran PKn di sekolah menghadapi sejumlah masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran PKn di sekolah menghadapi sejumlah masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran PKn di sekolah menghadapi sejumlah masalah yang belum dapat dipecahkan sampai saat ini, permasalahan yang dihadapi tersebut berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang memuat tujuan negara, memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan. PENEGAKAN KEDISIPLINAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Tawang Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk membina siswa menjadi warga negara yang baik (to be a good citizenship)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 (Standar Isi) mengenai cakupan kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian disebutkan bahwa kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. siswa (Studi Deskriptif Analitis di SMAN 1 CIASEM Kabupaten Subang) dapat 133 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peran guru PKn dalam membentuk karakter disiplin siswa (Studi Deskriptif Analitis di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia, yaitu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengusahakan untuk mencerdaskan kehidupan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib. DIKTI/ Kep/ 2000 : Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib. DIKTI/ Kep/ 2000 : Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam pembangunan bangsa, karena pendidikan dapat mengubah keadaan suatu bangsa menuju ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung kemajuan suatu bangsa adalah melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan sangat berperan dalam mewujudkan perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam mencerdaskan kehidupan dan untuk memajukan kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang diberikan kesempurnaan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya. Sejak dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia, hak organisasi diatur oleh undang-undang. Hak berorganisasi secara tidak langsung tersirat dalam pancasila, sebagai sumber hukum Indonesia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani tidak hanya mengedepankan pengetahuan yang digambarkan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran penjas. Penjas menekankan adanya realisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan memunculkan pertanyaan bagaimana sistem pendidikan yang sangat kompetitif ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Batasan Masalah, (5) Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah. 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu untuk menjadi manusia berkualitas yang berlangsung sepanjang hayat. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru 204 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru dalam menumbuhkan kesadaran hukum siswa terhadap Tata Tertib Sekolah di SMP Negeri 3 Depok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pendidikan salah satu alat untuk membawa perubahan pola pikir dan perlu, harus dilakukan terhadap masyarakat harus diakui bahwasanya pendidikan itu penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Peserta didik merupakan pewaris bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk kematangan moral memang merupakan masalah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu membicarakan masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Faktor-Faktor Determinan Dalam Pembinaan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 8 13 Periode Wisuda November 2016 PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena pendidikan adalah upaya manusia untuk memperluas dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal itu, pendidikan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan a. Letak geografis SMAN 1 Rejotangan terletak di Desa Buntaran Kecamatan Rejotangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, penulis dapat menarik kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas ke masa pemilikan identitas diri.

Lebih terperinci