ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh"

Transkripsi

1 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 2 RINGKASAN WAWAN KURNIA. Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan JAENAL EFFENDI). Usaha kecil dan mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, dan mengatasi masalah kemiskinan. Tetapi dalam perkembangannya, UKM mengalami keterbatasan dalam mengakses permodalan. Porsi kredit yang diberikan perbankan kepada sektor UKM masih terbatas. Kredit perbankan lebih banyak diberikan kepada sektor-sektor ekonomi unggulan dan mempunyai risiko pembiayaan yang rendah. Salah satu mekanisme pembiayaan yang menjangkau pelaku UKM adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang membantu pengembangan UKM. BMT memadukan aktivitas ekonomi dan sosial dalam pengembangan bisnisnya. Salah satu BMT yang memiliki kinerja yang baik di Kota Bogor adalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT) Wihdatul Ummah. KBMT Wihdatul Ummah memberikan pembiayaan kepada sektor UKM dengan memberikan kredit secara perorangan dan kelompok. BMT memberikan kredit dengan persyaratan yang lebih mudah, adanya pembinaan kepada nasabahnya berupa pelatihan, dan mengutamakan prinsip kekeluargaan dalam pembiayaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator social capital. Eksistensi KBMT Wihdatul Ummah dalam memberikan pembiayaan kepada sektor UKM menarik untuk diteliti berkaitan dengan adanya pengaruh social capital terhadap repayment rate. Oleh karena itu, tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah: (1) Menganalisis secara deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan tersebut. Data primer diperoleh melalui studi kasus di KBMT Wihdatul Ummah dengan wawancara langsung terhadap nasabah dan pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probabilitas (non acak). Data yang diperoleh diolah dengan software E-Views 4.1 dan SPSS 13. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi binary dengan model probit dan analisis secara deskriptif dengan metode frekuensi dan tabulasi silang (cross tabs). Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data diketahui bahwa mekanisme pembiayaan yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah memiliki kelebihan dibandingkan mekanisme yang diterapkan di perbankan, yaitu adanya indikator social capital yang mendukung KBMT Wihdatul Ummah tetap survive dalam memberikan pembiayaan kepada UKM. Perbedaan kredit kelompok dengan

3 kredit perorangan berkaitan dengan indikator social capital adalah tingkat kepercayaan yang diberikan KBMT Wihdatul Ummah kepada kelompok lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan dan lebih singkatnya waktu pencairan pada pengajuan kredit pertama kali. Tingkat kepercayaan dan tingkat pengembalian kredit yang lebih baik menunjukkan indikator social capital kredit kelompok lebih baik daripada kredit perorangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah hubungan antar anggota, jarak antar rumah anggota, kepercayaan, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antara rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah. Sedangkan indikator diluar social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repaymnent rate adalah capital dan character. Indikator social capital yang signifikan tersebut memiliki pengaruh terhadap repayment rate. Jika semakin dekat hubungan yang dimiliki antar anggota, maka ikatan kekeluargaan akan semakin kuat dan berpengaruh positif terhadap produktivitas usaha, implikasinya repayment rate-nya semakin lancar. Jika semakin baik tingkat kepercayaan KBMT Wihdatul Ummah kepada nasabah, maka nasabah akan semakin bertanggung jawab sehingga repayment rate-nya semakin baik. Semakin besar capital yang dimiliki nasabah, produktivitas usahanya akan semakin meningkat sehingga repayment rate-nya semakin baik. Jika semakin baik character nasabah berupa ketepatan dalam melunasi pembayaran dan memiliki hubungan yang baik di lingkungannya, maka akan memiliki repayment rate yang semakin baik. Jika semakin jauh jarak rumah nasabah ke KBMT Wihdatul Ummah atau ke rumah anggota lainnya, maka hubungan dengan pengurus atau dengan anggota lainnya semakin berkurang dan repayment rate-nya semakin kurang baik. Sebagian besar nasabah yang berstatus sebagai mitra adalah nasabah yang memiliki aset usaha besar dan tidak ada waktu untuk menghadiri pertemuan sehingga repayment rate-nya berhubungan negatif. Tetapi sebagian besar nasabah merasakan manfaat yang baik dengan adanya pertemuan tersebut. Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini belum dapat merepresentasikan pengaruh social capital secara nasional karena keterbatasan waktu, biaya, dan akses untuk mendapatkan data nasabah pembiayaan dalam pengambilan sampel. Indikator social capital belum dapat dilihat dengan nilai indeks karena nasabah sibuk dengan usahanya sehingga variasi nilai indeks social capital yang dimiliki terbatas. Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya dibidang lain, agar dapat lebih jelas melihat nilai social capital sebaiknya menggunakan nilai indeks. 3

4 4 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

5 5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Wawan Kurnia NRP : H Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Nunung Nuryartono, Ph.D Jaenal Effendi, S.Ag, MA NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Tanggal Kelulusan : Dr. Ir. Rina Oktaviani, Ms NIP

6 6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAINNYA. Bogor, Mei 2007 Wawan Kurnia H

7 7 RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama Wawan Kurnia lahir di Karawang pada tanggal 1 Januari Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Rosid dan Ibunda Acem Mugiana. Penulis pernah mengikuti pendidikan di SDN Dayeuh Luhur I dan tamat pada tahun 1996 serta mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Jannah hingga lulus tahun Melanjutkan ke tingkat SLTP, di SLTPN II Tempuran lulus tahun 1999, Selanjutnya penulis melanjutkan ke tingkat SMU, di SMUN I Karawang lulus tahun Penulis juga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis memasuki IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi. Penulis aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Ketua Departemen Kewirausahaan periode Ditingkat dua, penulis juga aktif di Himpunan Profesi, yaitu HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) sebagai Ketua Umum periode serta Menjadi Ketua Kajian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuam Agama Islam di ROHIS EKBANG 40 (Rohani Islam Ekonomi Pembangunan). Di tingkat tiga Penulis juga aktif di DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa periode ) sebagai Ketua Komisi III/Komisi Eksternal, di samping itu masih aktif di HIPOTESA sebagai Dewan Penasehat Hipotesa (DPH HIPOTESA). Selain aktif di berbagai organisasi penulis pernah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dari tahun Penulis juga pernah mendapat Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) periode dan pada tahun 2006 sampai tahun 2007 penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Goodwill International Leadership hingga menyelesaikan kuliah di IPB. KATA PENGANTAR

8 8 Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Jl. Gunung Batu, Kota Bogor). Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa tarima kasih kepada Nunung Nuryartono, Ph.D dan Jaenal Effendi, S.Ag, MA yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini, serta pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan rekan-rekan yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap agar penelitian selanjutnya mampu melengkapi kekurangan yang ada dalam karya penulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan perekonomian syariah di Indonesia. Bogor, Mei 2007 Penulis

9 9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR SINGKATAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Kredit Perbankan Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Pengertian dan Latar Belakang BMT Ciri-ciri BMT Badan Hukum BMT BMT dalam Bentuk KSM BMT dalam Bentuk Koperasi Kegiatan-kegiatan BMT Kegiatan bidang keuangan Kegiatan non Keuangan Permodalan BMT Perkembangan Teori Kapital Kapital Menurut Teori Ekonomi Konvensional... 25

10 Kapital Menurut Teori Social Capital Definisi Social Capital Indikator untuk Mengukur Social Capital Fungsi Social Capital Model Probit Penelitian penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data IV. GAMBARAN UMUM KBMT WIHADATUL UMMAH Latar Belakang Pendirian KBMT Wihdatul Ummah Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah Kinerja KBMT Wihdatul Ummah Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha Penghimpunan Dana Tahun Tingkat Kesehatan dan Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah V. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik Individu Karakteritik Usaha Karakteristik Pembiayaan Faktor-Faktor yang Menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah Tetap Survive Memberikan Pembiayaan kepada UKM Berkaitan dengan Adanya Indikator Social Capital... 72

11 Perbedaan Pembiayaan pada Kredit Perorangan dan Kredit Kelompok Berkaitan dengan Indikator Social Capital yang Mempengaruhi Repayment Rate Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status Keanggotaan Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan pada Pengajuan Kredit Pertama Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan setelah Pengajuan Kredit Pertama Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate (lancar atau tidak lancar) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Repayment Rate VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 95

12 12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar Terhadap PDB Tahun 2001 s.d (dalam persentase) Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga kerja, dan Produktivitas Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan Perkembangan BMT di Indonesia... 5 l.4. Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum tahun 2000 s.d 2004 (dalam milyar rupiah) Data yang Digunakan dalam Penelitian Kinerja KBMT Wihdatul Ummah Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha Penghimpunan Dana Tahun Tingkat Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Tahun 2005 dan Proyeksi Tahun Kualitas Aktiva Produktif 2005 dan Proyeksi Hubungan Skema Kredit dengan Bidang Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Hubungan Skema Kredit dan Besarnya Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Alasan Memilih BMT Manfaat dan Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Bentuk Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Kondisi Usaha setelah Pembiayaan Tingkat Pendapatan sebelum dan sesudah Pembiayaan Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status Keanggotaan Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya

13 13 Pencairan pada Pinjaman Pertama Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya Pencairan setelah Pinjaman Kredit Pertama Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate Analisis Crosstabs Repayment Rate (lancar/tidak lancar) dan Skema Kredit Hasil Estimasi Koefisien Faktor-faktor yang Mempengaruhi Repayment Rate Berkaitan dengan Social Capital... 82

14 14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Sistem Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Kerangka Pemikiran Konseptual Metode Pengambilan Sampel Nasabah Pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah Usia Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Besarnya Pengeluaran Per Hari Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Lama Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Menekuni Usaha Jumlah Tenaga Kerja Responden KBMT Wihdatul Ummah Sumber Modal Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Besarnya Pendapatan Per Tahun Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Ikut Menabung selain Melakukan Pinjaman Besarnya Tabungan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Banyaknya Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Mendapatkan Pinjaman Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengajukan Kembali Pinjaman setelah Pinjaman Pertama Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengalami Peningkatan Pinjaman Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Pernah Menunggak... 67

15 15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Contoh Kuisioner Hasil Analisis Probit Karakteristik Responden Indikator Social Capital

16 16 DAFTAR SINGKATAN ADB BI BKD BMT BOPO BPR BPRS BPS BRI CAMEL CAR DBS KBMT KOPONTREN KSM KSP KUD LDR LKM PINBUK PDB ROA ROE TPK UKM UMKM U2O USP ZIS Asian Development Bank Bank Indonesia Badan Kredit Desa Baitul Maal wat Tamwil Biaya Operasional Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat Syariah Badan Pusat Statistik Bank Rakyat Indonesia Capital Asset Management Earning Liquidity Capital Adequacy Ratio Dana Bergulir Syariah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil Koperasi Pondok Pesantren Kelompok Swadaya Masyarakat Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Unit Desa Loan to Deposit Ratio Lembaga Keuangan Mikro Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil Produk Domestik Bruto Return On Asset Return On equito Tempat Pelayanan Koperasi Usaha Kecil Mikro Usaha Mikro Kecil dan Menengah Unit Usaha Otonom Unit Simpan Pinjam Zakat Infaq Sadaqah

17 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan sejumlah kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa Usaha Kecil dan Mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu, UKM juga merupakan salah satu komponen utama dalam pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan data BPS tahun 2006, kondisi UKM dari tahun 2003 sampai 2006 menunjukkan perkembangan positif. Selama periode ini, kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata mencapai 54,8 persen. Secara sektoral aktivitas UKM ini didominasi oleh sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1.1). Kontribusi yang diberikan berdasarkan skala usaha rata-rata tahun 2003 sampai 2006 berdasarkan Tabel 1.1, usaha kecil memiliki persentase PDB tanpa migas terbesar (43,1 persen) dibandingkan usaha menengah (17,6 persen) dan usaha besar (39,3 persen). Usaha Kecil memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor tersier seperti perdagangan, hotel dan restoran. Penciptaan nilai tambah usaha kecil di masing-masing sektor tersebut tercatat rata-rata 87,3 persen dan 75,5 persen selama periode

18 18 Tabel 1.1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar terhadap PDB Tahun (dalam persentase) No Lapangan Usaha Usaha Kecil Rata-Rata Tahun Usaha Menengah Usaha Besar Jumlah 1 Pertanian 87,3 8,7 4, Pertambangan dan Penggalian 8,2 3,3 88, Industri Pengolahan 13,1 11,9 75, Listrik, Gas, Dan Air 0,5 7,7 91, Bangunan 44,3 21,8 33, Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 75,5 20,8 3, ,9 24,2 45, Keuangan, Sewa, dan Jasa 17,0 46,9 36, Jasa-jasa 39,7 7,9 52,4 100 PDB 38,8 15,9 45,3 100 PDB tanpa migas 43,1 17,6 39,3 100 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007). Data BPS menunjukkan bahwa jumlah usaha kecil pada tahun 2006 meningkat 3,9 persen dibandingkan dengan tahun 2005 menjadi unit. Jumlah ini merupakan bagian terbesar dari pelaku usaha di Indonesia. Tenaga kerja yang diserap oleh usaha kecil tahun 2006 mencapai orang, bertambah 2,5 persen dibandingkan tahun 2005 (Tabel 1.2). Dengan semakin produktifnya usaha kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diserap sehingga diharapkan pengangguran akan berkurang dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Tabel 1.2. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2005 dan 2006

19 19 No Indikator Satuan Tahun Perkembangan Jumlah Persen 1 Usaha Kecil (unit) ,9 Usaha (unit) ,3 Menengah Usaha Besar (unit) ,8 Total Unit (unit) ,9 Usaha 2 Usaha Kecil (orang) ,5 Usaha (orang) ,8 Menengah Usaha Besar (orang) ,5 Total Tenaga Kerja (orang) ,7 Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007). Usaha kecil memiliki kontribusi yang besar terhadap PDB, jumlah unit usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu harus didukung dengan permodalan yang cukup. Salah satu lembaga keuangan mikro yang memberikan pembiayaan kepada UKM adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang banyak membantu pengembangan usaha mikro dan kecil dalam pengembangan bisnisnya serta dapat memadukan aktivitas ekonomi dan sosial. Kondisi yang memungkinkan BMT lebih banyak mendorong perkembangan usaha mikro dan kecil disebabkan layanan keuangan syariah BMT mudah diakses berbagai pelaku bisnis UKM yang unbankable. Sektor UKM yang mendapat dukungan BMT meliputi berbagai jenis usaha, di antaranya perdagangan, kerajinan, jasa, dan pertanian. Dengan memperoleh dana dari BMT, diharapkan usaha masyarakat kecil dan mikro dapat terbantu dan berkembang. Perkembangan BMT cukup pesat akhir-akhir ini. Dalam periode satu dasawarsa pertama tahun 1995 sampai dengan tahun 2005, Pusat Inkubasi Usaha

20 20 Kecil (PINBUK) berhasil memfasilitasi perkembangan lebih dari BMT di seluruh Nusantara yang memiliki aset (konsolidasi) lebih dari Rp. 1 Triliun dengan jumlah pengelola lebih dari orang, hampir setengahnya lulusan S-1 dan berjenis kelamin wanita. BMT melayani lebih dari 2 juta penabung dan memberikan pinjaman kepada lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil (PINBUK, 2003). BMT termasuk dalam salah satu lembaga keuangan mikro disamping lembaga keuangan formal (BPR, BRI, BKD, KSP, USP, dll) memiliki peranan penting untuk menyalurkan kredit UKM. Menurut laporan program Dana Bergulir Syariah (DBS) Kementerian Koperasi UKM, kinerja BMT semakin baik yang diindikasikan dengan dana yang disalurkan sejak tahun 2003 kepada 127 BMT mencapai Rp. 6,35 milyar. Sedangkan kredit macetnya (Non Performing Loan) juga kecil, yaitu 2 persen. Implikasi dari keberhasilan tersebut, pada tahun 2005 dana untuk program ditambah menjadi Rp. 53 milyar yang diberikan kepada 256 BMT di seluruh Indonesia. Berdasarkan data dari PINBUK, pada bulan Juni 2006 total konsolidasi pembiayaan seluruh BMT di Indonesia sebesar Rp. 2 trilyun dan total konsolidasi simpanannya Rp. 209 milyar (Tabel 1.3). Tabel 1.3. Perkembangan BMT di Indonesia

21 21 No Propinsi Jumlah (unit) Aset Th (milyar Rp) Konsolidasi Simpanan Th (milyar Rp) Konsolidasi Pembiayaan Th (milyar Rp) Jumlah Penabung Th (milyar Rp) 1 DKI Jakarta 72 16,39 4,23 4,45 17,76 2 Jawa Barat ,89 16,99 63,41 41,91 3 Jawa ,60 71,47 77,88 139,76 Tengah 4 D.I ,76 17,07 16,74 23,77 Yogyakarta 5 Jawa Timur ,97 34,56 38,30 57, ,33 276,82 247,71 387,67 Juni Sumber: Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (2007). Keberhasilan BMT dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor UKM tidak terlepas dari sistem yang diterapkan di BMT. Sistem yang diterapkan di BMT menerapkan prinsip syariah yang pelaksanaannya mengutamakan kesejahteraan bersama tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan, kejujuran, kepercayaan dan mendukung peran serta nasabahnya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator modal sosial (social capital) yang diterapkan di BMT untuk mengoptimalkan fungsinya. Social capital merupakan ciri-ciri organisasi sosial seperti norma-norma, jaringan, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama dan koordinasi untuk saling menguntungkan (Putnam, 1995). Social capital juga merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji akhir-akhir ini. Dalam laporan tahunannya yang berjudul Entering the 21 st Century, Bank Dunia mengungkapkan bahwa tingkat social capital memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses pembangunan (World Bank, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Karlan (2001) menyimpulkan

22 22 adanya social capital terbukti mengurangi moral hazard dan kesalahan yang diakibatkan negative personal shock. Penelitian lainnya dilakukan oleh Bastelaer dan Leathers (2006), hasilnya menemukan bahwa semakin kecil grup, tingkat interaksinya semakin kuat sehingga menunjukkan adanya social capital berpengaruh signifikan terhadap repayment rate dari kredit yang diberikan. Grootaert (1999) juga melakukan penelitian serupa, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rumah tangga dengan social capital yang tinggi menghabiskan lebih banyak pendapatan, mereka juga memiliki lebih banyak aset, lebih banyak tabungan, dan lebih baik dalam mengakses kredit. Rupasingha, Goetz, dan Freshwater (2002) juga melakukan penelitian yang menemukan bukti signifikan bahwa pendapatan per kapita tumbuh dengan cepat di negara Amerika dengan tingkat social capital yang tinggi. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan melihat pengaruh adanya indikator social capital tersebut dalam perkembangan BMT terutama dalam repayment rate-nya Permasalahan Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan lebih diutamakan pada lembaga usaha yang dianggap lebih menguntungkan (usaha besar) dan kurang menjangkau sektor UKM. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dari tahun , porsi pembiayaan bagi usaha besar lebih tinggi dibandingkan usaha kecil dan semakin menurun dari 21 persen hingga 17 persen (Tabel 1.4). Berdasarkan laporan triwulan BI IV-2005 dan triwulan IV-2006 pembiayaan untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan. Tetapi jika dilihat dari kredit UMKM yang benar-benar disalurkan untuk usaha produktif (kredit konsumsi dihilangkan)

23 23 maka jumlahnya hanya mencapai 49,9 persen dari total kredit UMKM atau 26 persen dari total kredit perbankan. Tabel 1.4. Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum tahun Tahun Total Kredit (milyar rupiah) Korporasi (Usaha Besar) Nominal (milyar rupiah) Porsi (persen) Usaha Kecil Nominal (milyar rupiah) Porsi (persen) Sumber: Bank Indonesia (2004). Pembiayaan kepada UMKM memiliki berbagai kendala disamping memiliki potensi dan peluang. Berdasarkan salah satu hasil survei Bank Indonesia (BI) tahun 2005 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan mengambil kredit ke bank karena tidak adanya agunan (untuk debitur mikro) atau terlalu tingginya suku bunga bank (untuk debitur kecil dan menengah). Selain itu, survei BI tersebut juga mendukung realita mengapa jumlah UMKM di Indonesia hanya sekitar 12 persen saja yang mengambil kredit bank. Hal ini karena untuk kredit di atas Rp. 50 juta, pada umumnya bank telah mensyaratkan dilengkapinya berbagai dokumen seperti ijin usaha dan legalitas perusahan (badan hukum), sedangkan kedua hal ini masih jarang dimiliki oleh sebagian besar UMKM. Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM terhadap lembaga-lembaga keuangan formal seperti perbankan

24 24 menyebabkan UKM bergantung pada sumber-sumber informal. Bentuk dari sumber-sumber ini beraneka ragam mulai dari lembaga informal seperti pelepas uang (rentenir) hingga berkembang menjadi bentuk yang lebih formal seperti unit-unit simpan pinjam dan koperasi. BMT sebagai salah satu lembaga alternatif untuk mendapatkan pinjaman bagi sektor UKM memberikan kelebihan, yaitu tidak adanya jaminan atau agunan yang memberatkan seperti yang disyaratkan oleh perbankan. Pinjaman BMT lebih didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh BMT. BMT juga melakukan pembinaan usaha bagi peminjam. Kemudahan lain adalah mekanisme pencairan dan pengembalian pinjaman fleksibel serta disesuaikan dengan cash flow peminjam. BMT juga dalam memberikan pembiayaannya tidak hanya kepada UKM secara perorangan tetapi juga memberikan kredit secara berkelompok. Kelompok tersebut dapat dibentuk langsung oleh BMT secara sengaja atau dapat juga diajukan oleh kelompok sendiri. Pembiayaan secara berkelompok berbeda dengan pembiayaan secara perorangan. UKM dengan pembiayaan secara kelompok dapat memperoleh pembiayaan yang lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan secara perorangan, di dalam kelompok juga diterapkan peraturan yang disepakati bersama, dan adanya tanggung renteng (joint liability). Sistem yang digunakan di BMT berbeda dengan perbankan maupun lembaga keuangan mikro lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan penting dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi pertanyaan umum dan pertanyaan spesifik. Adapun pertanyaan umumnya adalah mekanisme apa yang

25 25 menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive dalam memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital? Sedangkan pertanyaan spesifiknya adalah: 1. Bagaimana perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi mekanisme yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah: 1. Menganalisis secara deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu:

26 26 1. Menjelaskan mekanisme yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital. 2. Menjelaskan perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan social capital. 4. Sebagai masukan bagi pemerintah agar mendukung BMT melalui kebijakan yang efektif dengan adanya social capital yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil. II. TINJAUAN PUSTAKA

27 Kredit Perbankan Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah kepercayaan yang terjadi antara pemberi dan penerima kredit. Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan (Simorangkir, 2004). Perbankan memiliki beberapa tujuan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Simorangkir (2004), tujuan kredit yang diberikan oleh perbankan, khususnya bank pemerintah adalah sebagai berikut: 1. Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Menurut Simorangkir (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi bank dalam menilai calon peminjam dalam memberikan kredit adalah sebagai berikut: 1. Karakter (character), yaitu tabiat serta kemauan pemohon kredit untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah dijanjikan. Karakter yang diteliti dalam hal ini, yaitu sifat-sifat, kebiasaan, kepribadian, cara hidup, dan

28 28 keadaan keluarga. Karena penilaian aspek itu sukar, maka bank melakukannya dengan sangat hati-hati. 2. Kemampuan (capability). Capability merupakan kesanggupan calon peminjam kredit untuk mengembalikan pinjaman dan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. Kemampuan calon peminjam kredit tergantung pada kecakapan, sifat, keadaan perusahaan, dan situasi perekonomian pada umumnya. 3. Modal (capital). Penyelidikan terhadap aspek modal tidak terbatas pada besar kecilnya modal yang ditanam, tetapi bagaimana penyebaran modal tersebut dalam alat-alat produksi. 4. Bidang usaha (condition). Bank kurang tertarik memberikan kredit kepada usaha yang sudah jenuh. Misalnya, di suatu daerah usaha pengangkutan sudah melebihi kebutuhan, maka bank tidak bersedia lagi memberikan kredit di bidang pengangkutan. 5. Rekening. Bank memperhatikan perputaran keuangan yang disalurkan dalam rekening nasabah, yaitu mutasi penyetoran dan penarikannya. Mutasi ini diperlukan untuk waktu tiga atau enam bulan terakhir. 6. Pergaulan sosial. Seseorang mempunyai lingkungan hidup sendiri atau berbagai ragam. Ada lingkungan pergaulan sosial, lingkungan bisnis, lingkungan intelektual, dan sebagainya. Misalnya, dikalangan pengusaha ia mempunyai nama yang baik dan dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya, tidak pernah memberi cek kosong.

29 29 7. Permintaan produksi. Bank ingin mengetahui perkembangan permintaan barang yang diproduksi oleh calon peminjam kredit. Bank meneliti tentang apa yang menyebabkan permintaan terhadap barang yang dijual oleh pemohon kredit dapat meningkat. 8. Persaingan. Bank juga akan menyelidiki persaingan dalam pemasaran barangbarang calon peminjam kredit Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Pembiayaan Mikro (Microfinance) adalah usaha untuk meningkatkan akses pinjaman dan untuk menyelamatkan masyarakat yang memiliki pendapatan dan kesejahteraan rendah serta merupakan cara terbaik untuk mengurangi kemiskinan (Schreiner, 1999). Menurut Bank Indonesia kredit mikro adalah kredit yang diberikan kepada para pelaku usaha produktif baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Prinsip umum lembaga keuangan mikro menurut PINBUK (2003), yaitu sebagai berikut: 1. Modal LKM haruslah bersumber dari anggotanya sendiri yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib serta dapat pula kita tambahkan istilah simpanan pokok khusus sebagai penguat modal, semacam saham di PT./bank. Selain itu LKM dapat membuka berbagai jenis tabungan (simpanan sukarela). 2. Layanan kredit/pinjaman/pembiayaan hanya diberikan kepada anggota LKM saja, tidak boleh kepada bukan anggota.

30 30 3. Jaminan barang boleh diterapkan, namun pertimbangan yang terbaik berdasarkan watak/karakter peminjam sendiri. Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro (microfinance) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil (insurance to poor and low-income households and their microenterprises). Sedangkan bentuk LKM dapat berupa lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi, lembaga semiformal misalnya organisasi non pemerintah, dan sumber-sumber informal misalnya pelepas uang (Wijono, 2005). LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang berwujud bank dan non bank. Sedangkan menurut Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), LKM dibagi menjadi bank dan non bank dan LKM yang berwujud non bank dibedakan menjadi formal dan non formal (Gambar 2.1).

31 31 Bank BPR/BPRS Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998 Perijinan : BI Pengawasan : BI LKM BRI unit Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998 Perijinan : BI Pengawasan : BRI cabang, BI BKD unit Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998 Perijinan : BI Pengawasan : BRI atas nama BI Non Bank Koperasi Pengaturan Perijinan : UU Koperasi No.25/1992 : Kementrian Negara Koperasi & PKM Pengawasan : Kementrian Negara Koperasi & PKM Formal BKD Unit Pengaturan : - Perijinan : Gubernur setiap propinsi Pengawasan : Pemda Tingkat I Non Formal KSM BMT Arisan Gambar 2.1. Sistem Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Sumber : Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (2003).

32 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Terdapat berbagai definisi UMKM baik dari lembaga lokal maupun asing. Salah satunya berdasarkan Kesepakatan Bersama Menko Kesra Sebagai Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (No.11/KEP/MENKO/KESRA/IV/2002 No.4/2/KEP.GBI/2002 tanggal 22 April 2002). Definisi UMKM berdasarkan kesepakatan bersama tersebut, yaitu (Rudjito, 2003): 1. Kredit Usaha Mikro adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro. Pemberian kredit dilakukan secara langsung maupun tidak langsung serta dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin dengan kriteria penduduk miskin menurut Badan Pusat Statistik dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp. 50 juta. 2. Kredit Usaha Kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1 milyar per tahun, dengan plafon kredit maksimum sebesar Rp. 500 juta. 3. Kredit Usaha Menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafon di atas Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 5 milyar.

33 33 Menurut Rudjito (2003), terdapat juga beberapa definisi usaha kecil dan usaha menengah yang diberikan oleh beberapa lembaga, diantaranya sebagai berikut: 1. UU No. 9 Tahun Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia. 2. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum. 3. Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum di Indonesia No.3/9/BKr, Tanggal 17 Mei Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, berbentuk usaha perorangan, dan merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

34 34 Menurut PINBUK (2003), usaha mikro atau usaha kecil bawah adalah usaha yang memiliki omzet lebih kecil dari Rp. 50 juta per tahun. Sedangkan usaha kecil adalah usaha dengan omzet antara Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta per tahun Baitul Maal wat Tamwil (BMT) BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang berbentuk syariah. Legalitas BMT diberikan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil. Sedangkan pembinaannya dibawah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Pengertian dan Latar Belakang BMT Penggunaan istilah BMT diambil dari kata-kata Baitul Maal wa Baitul Tamwil, yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wat Tamwil yang disingkat menjadi BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda. Menurut asal katanya Baitul maal (Bait = rumah, Maal = harta) merupakan lembaga penerima zakat, infak, sadaqoh dan sekaligus menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitut Tamwil (Bait = rumah, at-tamwil = pengembangan harta) adalah lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil. Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai usaha Mandiri Terpadu yang singkatannya juga BMT (PINBUK, 2003).

35 35 Istilah Baitul Maal telah ada dan tumbuh sejak zaman Rasulullah SAW, meskipun saat itu belum terbentuk suatu lembaga yang permanen dan terpisah. Kelembagaan Baitul Maal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi berdiri pada masa khalifah Umar bin Khathab atas usulan seorang ahli fiqh bernama Walid bin Hisyam. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Saat ini BMT telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang berdomisili di pedesaan. Usaha pendirian ini biasanya dimotori oleh para tokoh masyarakat, baik yang berada di lingkungan masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, ataupun pesantren. BMT menjadi dekat dengan masyarakat karena proses kelahirannya tidak terlepas dari budaya lokal lingkungan masyarakatnya. Latar belakang pendirian BMT merupakan usaha-usaha pemberdayaan umat yang selama ini berada dalam kondisi di bawah garis kesejahteraan. Latar belakang ini juga tidak terlepas dari sistem perekonomian yang tidak pernah memihak kepada umat. Lebih parah lagi jeratan para rentenir yang semakin mencekik dengan kelipatan bunga (riba) yang tak mampu dibayar. Secara financial, Baitul Maal menggali dana dari zakat, infak, dan sadaqah (ZIS), sedangkan Baitul Tamwil merupakan akumulasi simpanan shohibul maal. Dengan demikian, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan intermediasi antara aghniya (kaum kaya) dan dhu afa (kaum lemah).

36 Ciri-ciri BMT Menurut PINBUK (2003), BMT memiliki ciri-ciri utama dan ciri-ciri khas. Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut: 1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya. 2. Bukan lembaga sosial tapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf bagi kesejahteraan orang banyak. 3. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat dan sekitarnya. 4. Milik bersama masyarakat kecil bawah (mikro) dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat itu. Sedangkan ciri-ciri khas BMT, yaitu sebagai berikut: 1. BMT adalah lembaga milik dan di bawah kendali masyarakat setempat sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak masyarakat setempat, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri. 2. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, proaktif, dinamis tidak menunggu tetapi menjemput calon anggota penyimpan/peminjam, baik anggota yang dihimbau untuk menempatkan dana simpanan maupun untuk pembiayaan usaha. Istilah populernya adalah menjemput bola, tidak menunggu. 3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya (biasanya di madrasah, masjid atau mushalla) ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah atau anggota BMT. Setelah pengajian ilmu-ilmu agama

37 37 biasanya dilanjutkan dengan balam (bagi-bagi pengalaman) pembicaraan bisnis dari para anggota pengelola usaha kecil. 4. Manajemen BMT adalah profesional dan islami Badan Hukum BMT BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau berbentuk Koperasi BMT dalam Bentuk KSM Jika BMT didirikan dalam bentuk KSM, maka BMT akan mendapat sertifikasi operasi dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) yang mendapat pengakuan dari Bank Indonesia sebagai lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang mendukung program yang menghubungkan antara bank dengan KSM. KSM juga dapat berfungsi sebagai pra koperasi dengan tujuan mempersiapkan segala sesuatu agar BMT dapat menjadi koperasi BMT. Jika para pengurus siap untuk mengelola BMT dengan baik dengan badan hukum koperasi, maka BMT dapat dikembangkan dengan badan hukum koperasi BMT dalam Bentuk Koperasi Jika pada awal pendirian telah ada kesiapan, maka BMT langsung didirikan sebagai badan hukum koperasi. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang bisa diambil: a. Sebagai koperasi serba usaha untuk perkotaan.

38 38 b. Sebagai Koperasi Unit Desa (KUD), dengan ketentuan yang diatur oleh Menteri Koperasi dan pengusaha kecil tanggal 20 Maret 1995, yaitu bila di suatu wilayah telah ada KUD dan berjalan dengan baik, maka BMT dapat menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi (TPK). Bila KUD tersebut belum berfungsi dengan baik, maka KUD tersebut dapat difungsikan sebagai BMT dan pengurus dipilih dalam suatu rapat anggota. Jika di daerah tersebut belum ada KUD, maka dapat didirikan KUD BMT. Dalam pendirian KUD diperlukan minimal 20 orang anggota. c. Sebagai Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN), BMT juga dapat menjadi U2O dan TPK dari Kopontren dan juga dapat didirikan Kopontren BMT. Dalam hal ini panitia pendirian BMT dapat berkonsultasi dengan Departemen Agama dan Departemen Koperasi di kabupaten/kota setempat Kegiatan-kegiatan BMT Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh BMT, yaitu: Kegiatan bidang keuangan Ada dua kegiatan BMT dalam bidang keuangan, yaitu pelayanan jasa simpanan dan pembiayaan, kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jasa Simpanan Jasa simpanan merupakan salah satu produk BMT yang memiliki keragaman sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan. Jasa simpanan sering disebut juga dengan tabungan. Ada beberapa jenis tabungan (simpanan), yaitu:

39 39 a. Tabungan Wadi ah Menurut Antonio (1999), Al Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan harus dikembalikan kapan saja penitip menghendaki. Tabungan atau simpanan dengan prinsip wadi ah adalah titipan dana yang setiap waktu dapat ditarik pemiliknya. b. Tabungan Mudharabah Tabungan atau simpanan dengan prinsip mudharabah dilakukan dengan cara dana dipercayakan oleh pemilik harta kepada BMT digunakan untuk kegiatan usaha yang menguntungkan, namun secara implisit pemilik dana bersedia menanggung kerugian selama BMT tidak dapat menutupi kerugian dengan cara lain (Antonio, 1999). Pemilik mendapatkan bagian bagi hasil dari modal tersebut sesuai dengan kesepakatan. Produk simpanan ini bermacam-macam, yaitu simpanan Mudharabah biasa, haji, nikah, dan sebagainya. 2. Pembiayaan Kegiatan pembiayaan adalah upaya BMT dalam membiayai usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota sesuai dengan kebutuhan usaha tersebut. Pembiayaan dapat berbentuk: 1. Mudharabah. Menurut Antonio (1999), pada sisi penghimpunan dana, mudharabah digunakan pada:

40 40 a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya. b. Deposito biasa. c. Deposito spesial (special investment), dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya untuk murabahah atau ijarah saja. 2. Musyarakah. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek. musyarakah dilakukan dengan cara bank dan nasabah bersama sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut dengan sistem bagi hasil. (Antonio, 1999). 3. Murabahah. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (Antonio, 1999). Al murabahah banyak digunakan di KBMT yang memberikan pembiayaan kepada para pedagang. 4. Qardhul hasan. Qardhul hasan adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan (Antonio, 1999). Biasanya Al qard hanya diberikan kepada kaum dhuafa dan merupakan penyaluran dana zakat, infak, atau shodaqah.

41 Kegiatan non Keuangan Prioritas utama dari BMT adalah melakukan kegiatan bidang keuangan, namun bila ada kesempatan dan peluang tidak ada halangan bagi BMT untuk bergerak dalam sektor riil. Kegiatan tersebut antara lain: 1. Membuka usaha dagang. 2. Menyediakan jasa konsultasi bisnis, dll Permodalan BMT BMT dapat didirikan dengan modal awal Rp. 10 juta atau lebih. Namun jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan dana maka dapat juga didirikan dengan dana Rp. 5 juta. Modal ini dapat ditambah sejalan dengan bertambahnya usia BMT. Berdasarkan sumber modal, BMT dapat didirikan dengan modal beberapa orang, yayasan, BAZIS. Namun dari awal minimal untuk mendirikan sebuah BMT harus ada 7 orang, sedangkan jumlah yang sebaiknya adalah orang Perkembangan Teori Kapital Pengertian kapital memiliki perkembangan yang berbeda. Kapital yang dulu dianggap sebagai sesuatu yang berwujud, tetapi sekarang kapital tidak hanya dilihat dari sisi fisik saja. Perbedaannya dapat dilihat menurut teori ekonomi konvensional dan teori tentang social capital.

42 Kapital Menurut Teori Ekonomi Konvensional Kapital adalah sesuatu yang menghasilkan pendapatan dan tidak dikonsumsi tetapi mengalami penyusutan input melalui proses produksi. Kapital tersebut harus diciptakan dan harus dipertahankan melalui usaha manusia (Goeorgi, 2002). Menurut Adam Smith dan Marshall, yang termasuk modal adalah hukum, gereja, literatur, kesenian, dan pendidikan. Menurut Irving Fisher yang disebut modal adalah semua yang termasuk manusia dan bentuk organisasi sosial. Joseph Schumpeter dan Theodere Schultz menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan sumber daya alam (Deliarnov, 2003). Teori ekonomi klasik menekankan akumulasi kapital secara fisik dan harta kekayaan sebagai mesin dari perekonomian. Jika semakin banyak modal fisik yang dimiliki seperti tenaga kerja, peralatan, gedung, tanah dll, maka produktifitas akan semakin meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Hal serupa juga dinyatakan oleh teori konvensional neo klasik tentang perusahaan yang secara umum mengasumsikan tidak ada ketergantungan antara modal secara fisik dan modal sosial yang mempengaruhi transaksi atau pertukaran. Kritikan dari teori konvensional ini dilakukan oleh Coleman dan Putnam yang beralasan bahwa adanya aturan yang saling mempengaruhi atau timbal balik harus dimasukan ke dalam model ekonomi kita (Wilson, 2000).

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh

ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh 1 ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) Oleh WAWAN KURNIA H14103116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor yang berperan vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah sudah dimulai sejak tahun 1992, dengan didirikannya bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Pada tahun itu juga dikeluarkan

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENGAMBILAN PEMBIAYAAN DAN PEMBIAYAAN MACET PADA KBMT MADANI PULO EMPANG BOGOR Oleh : A LAA HIMMATI H14052961 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA). URGENSI UNDANG-UNDANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BAGI PENGUATAN USAHA MENENGAH, KECIL DAN MIKRO DI INDONESIA H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Kongres Nasional Baitul Mall wa-tamwil (BMT)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya. 12 LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Lembaga perbankan Islam mengalami perkembangan yang amat pesat dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu tumpuan perekonomian Indonesia. Hingga tahun 2011, tercatat sekitar 99,99 persen usaha di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, MS Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, MS Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Antonio, MS. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta Aziz, MA. 2004. Penanggulangan Kemiskinan Melalui POKUSMA dan BMT. PINBUK Press, Jakarta Bintoro, 2003.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perbankan syariah pada saat ini merupakan isu yang hangat dan banyak dibicarakan baik oleh praktisi perbankan syariah dan para ahlinya maupun para pakar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8% sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam salah satu pasal Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Liberalisme dan kemiskinan serta ketergantungan merupakan fenomena yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orangorang atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO PT BPD JABAR BANTEN KCP DRAMAGA OLEH FRANSISCUS HALOHO H14053267 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, Pembangunan ekonomi merupakan hal yang sangat peting bagi negara. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat)

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat) OLEH: ELLY EROSA H 14103108 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kredit adalah salah satu faktor yang berperan penting di dalam pengembangan usaha. Pada umumnya ada dua jenis kredit, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Kredit

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional

II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Syariah dengan Konvensional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional 2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan merupakan lembaga yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian suatu negara dan bank adalah salah satunya. Bank berperan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam kondisi sehat. Tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra periode 2006 sampai

BAB II LANDASAN TEORI. dalam kondisi sehat. Tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra periode 2006 sampai BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian A.Dharnaeny (2012) dengan tajuk kajian analisis penilaian tingkat kesehatan BPR HASA MITRA dengan metode CAMEL tahun 2006-2010. Hasil kajian ini menunjukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BMT Syariah Tambang merupakan salah satu lembaga keuangan yang bersifat syariah, yang menghimpun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu Lembaga Keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah sebuah lembaga bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN 2007-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT ialah termasuk dari Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, simpanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI BUNGA KEPADA USAHA MIKRO DAN KECIL (UMK) KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya lembaga keuangan makro maupun mikro yang tersebar ke berbagai pelosok tanah air, rupanya belum mencapai kondisi yang ideal jika diamati secara teliti.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia pada dasarnya didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan Kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediate atau lembaga yang berfungsi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Keberadaan UMKM di Indonesia pada tahun 2010 sangat besar jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak permasalahan yang terkait dengan hal ekonomi dan pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah diperkenalkan suatu sistem perbankan dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Prof. Dr. Sri Adiningsih Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016 RAKERNAS PERBARINDO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di dunia sekarang ini mengalami perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta) OLEH MUKTI ASIH H14103026

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian kinerja sebuah bank syariah yang menjadi interpretasi penilaian pada aktiva produktif, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis perbankan syariah pada tahun 2015 memasuki fase menurun. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49% pada tahun 2013 mengalami penurunan drastis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenaikan garis kemiskinan menggambarkan bahwa kesejahteraan yang menjadi tujuan negara belum terealisasikan. Hal ini dibuktikan dengan data yang ada di Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syariah atau lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal yang tidak asing lagi.mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Perbankan Syariah 2.1.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya kesadaran umat Islam dalam mengkaji ajaran Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga dakwah islam, majlis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan memasuki fase konsolidasi sehubungan dengan belum rampungnya langkah-langkah untuk menurunkan defisit transaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat

Lebih terperinci

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Implikasi Grameen Bank di Indonesia Grameen Bank pertama kali direplikasikan di Indonesia pada tahun 1989 di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh Yayasan Karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin maju dan berkembang, maka peradaban manusia pun akan selalu mengalami pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT secara defenisi adalah balai

Lebih terperinci