BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kreativitas Pengertian Kreativitas Al- Khalili (2005) kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran. Munandar (2002) menambahkan bahwa kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubunganhubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Barron (dalam Ali & Asrori, 2005) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, meskipun tidak mesti baru sama sekali. Guilford (dalam Ali & Asrori, 2005) menambahkan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang yang kreatif. Salah satunya adalah kemampuan berfikir divergen, kemampuan berfikir divergen merupakan kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Guilford menekankan bahwa orang-orang yang kreatif lebih banyak memiliki cara berfikir divergen daripada konvergen. Soesilo (2012) mendefinisikan kreativitas merupakan salah satu kemampuan manusia yang menakjubkan dalam memahami dan menghadapi kenyataan-kenyataan situasi yang selalu berubah, bahkan bertentangan. Kemampuan berkreasi memungkinkan manusia untuk mempertemukan, atau 9

2 menggabungkan berbagai kenyataan-kenyataan, gagasan-gagasan, atau hal-hal yang berbeda sebelumnya tidak berhubungan, menjadi suatu gagasan atau produk baru yang berguna untuk menjawab masalah yang dihadapi. Berdasarkan berbagai definisi kreativitas, Rogers (dalam Munandar, 1999) mengelompokkan berbagai definisi tersebut ke dalam empat katagori, yaitu person (pribadi), press (pendorong), process (proses), dan product (produk). Dapat dijelaskan seperti berikut : a. Kategori pribadi menyimpulkan bahwa pribadi dari individu yang kreatif merupakan titik pertemuan antara intelegen, gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi. b. Katgori proses pada dasarnya serupa dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu kesadaran adanya kesulitan atau masalah, membuat dugaan dan hipotesa, menguju dugaan atau hipotesis, mengevaluasi dan menguji ulang hipotesis, serta menyimpulkan hasil temuan. c. Kategori pendorong tidak hanya berasal dari diri sendiri (internal) tetapi juga dari lingkungan (eksternal). d. Kategori produk kreatif menekankan definisinya pada orisinalitas, keba ruan, dan kebermaknaan. Produk yang dihasilkan merupakan kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya, sebagai contoh kursi roda merupakan perpaduan antara kursi dan roda. Produk kreatif memiliki karakteristik yaitu produk tersebut harus nyata, baru, dan merupakan hasil unik individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. Keempat kategori ini saling berkaitan, pribadi yang kreatif melibatkan diri dalam proses kreatif, dengan dukungan atau dorongan dari lingkungan menghasilkan suatu produk kreatif. Dengan demikian, penting mengembangkan bakat kreatif seorang anak sejak dini yang dimulai dengan dorongan dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Dari beberapa teori kreativitas yang dijabarkan oleh penulis, menyimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu proses dimana setiap orang atau individu mempuanyai pemikiran yang unik dalam menemukan gagasan, pendapat serta hal- 10

3 hal yang baru, dengan hal-hal baru tersebut manusia dapat mengembangkan bakat, minat, serta potensi yang dimilikinya Tingkatan-tingkatan Dalam Kreativitas Menurut Al-Khalili (2005) ada beberapa tingkatan-tingkatan dalam kreativitas, diantaranya adalah : a. Kreativitas Ekspresionis Adalah ungkapan bebas dan mandiri yang didalamnya tidak memiliki urgensi atau kepentingan bagi kemahiran dan keaslian. Misalnya gambar spontanitas anak-anak. b. Kreativitas Produktif Yaitu hasil-hasil produksi seni dan keilmuan yang diperoleh melalui usaha mendisiplinkan kecenderungan untuk bermain bebas, dan dengan menentukan langkah -langkah untuk mencapai hasil yang sempurna. c. Kreativitas Inovatif Kreativitas ini banyak diungkapkan oleh para penemu yang memperlihatkan kejeniusan mereka dengan menggunakan pengembangan ketrampilanketrampilan individu. d. Kreativitas pembaruan Kreativitas pembaruan ini berarti pengembangan dan perbaikan yang mencakup penggunaan ketrampilan-ketrampilan individu. e. Kreativitas emansipasi. Kreativitas yang terakhir ini berarti menunjukan prinsip baru atau aksomaaksoma baru yang muncul dari pendapat yang baru. Kelima tingkatan ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang mana individu yang kreatif akan melalui beberapa tahapan-tahapan yang menunjang perkembangan kreativitasnya. Mulai dari ungkapan bebas dan mandiri yang di dalamnya tidak memiliki kemahiran kemudian individu berusaha untuk mencapai hasil yang sempurna. Untuk mencapai hasil yang sempurna tersebut seorang individu berusaha mengembangkan ketrampilan-ketrampilannya dan memperbaiki kesalahan sehingga individu akan mencapai tahapan emansipasi yaitu individu akan mempunyai prinsip, penemuan, dan pendapat yang baru. 11

4 2.2.3 Ciri-ciri Sikap Kreatif Menurut AL-Khalili (2005) ciri-ciri sikap kreatif sebagai berikut: a. Orang kreatif yaitu orang yang tidak kekanak-kanakan dan tidak penentang. b. Orang kreatif bergantung pada dua unsur sadar dan tidak sadar sekaligus, dengan tujuan untuk menentapkan apa yang telah menjadi tujuannya. Maka, orang kreatif itu harus membuka unsur tidak sadarnya karena korelasi unsur tersebut dengan keanehan-keanehan, dan jauhnya unsur ini dari ajaranajaran sosial yang berlaku. Kekanak-kanakan dan keanehan itu dapat tumbuh sejak kecil. Kreativitas menuntut seseorang untuk menjaga diri dari hal ini dimulai sejak kecil. c. Orang kreatif yaitu orang yang luar biasa. Dalam arti kemampuannya berkreativitas itu luar biasa jika dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki orang pada umumnya. Orang kreatif juga mampu memecahkan beberapa permasalahan dalam satu waktu sekaligus. d. Orang kreatif memiliki kesadaran terhadap berbagai problematika. Dengan demikian, kreativitas menitis dengan pemikirannya, dengan cara menitis dengan akal yang kritis terlebih dahulu dalam menghadapi permasalahan. e. Orang itu memiliki sifat mengosongkan pemahaman manusia dengan melepaskan setiap problem dan pemikiran, dan memiliki kemampuan untuk menyederhanakan berbagai perkara. f. Orang kreatif itu memiliki entitas yang tinggi atau daya ingat yang kuat. Kekuatan daya ingat ini juga termasuk sifat yang paling penting untuk dimiliki orang yang kreatif dalam dunia masa kini. Dari beberapa ciri individu yang kreatif tentunya tidak semua ciri-ciri tersebut dimiliki oleh individu yang kreatif. Setiap individu memiliki ciri yang berbeda-beda atau dominan pada bagian tertentu tetapi ciri yang lainnya tidak begitu nampak. Soesilo (2012) menambahkan ciri-ciri orang yang kreatif antara lain: a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar, setiap manusia pada umumnya memiliki sikap kodrati yakni rasa ingin tahu yang cukup besar tentang suatu fenomena dilingkungannya. b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, orang yang mempunyai kemampuan kreativitas pada umumnya juga berupaya melakukan cobacoba tentang sesuatu. Perasaan ketidakpuasan terhadap hal yang selama ini digelutinya mendorong untuk mencari kepuasan dengan cara melakukan hal lain yang dianggap baru. Oleh karena itu, orang kreatif sangat terbuka terhadap pengalaman yang baru. c. Panjang akal, berbagai persoalan yang dialami dapat dihadapinya dengan berbagai cara sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika suatau cara 12

5 telah dilakukan masih menghadapi kegagalan, maka orang kreatif masih memiliki 1001 cara untuk mengatasi persoalannya. d. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti, orang yang kreatif melakukan berbagai uji coba tentang sesuatu sampai menghasilkan sesuatu yang baru yang diharapkannya e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, orang kreatif biasanya tidak mau diam dan tidak menyukai dengan kondisi yang statis, selalu ada saja yang dilakukan. Jika diberi tugas, orang yang kreatif tidak menyukai tugas yang terlalu ringan, tetapi lebih menyukai tugas yang menantang, yang dianggap cukup berat dan sulit. f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, dalam menghadapi suatu persoalan, orang yang kreatif biasanya berupaya mencari jawaban yang luas dengan sudut pandang yang berbeda dengan yang lainnya. Jawaban tersebut dikaitkan dengan alasan yang rasional sehingga dapat diterima, bahkan memuaskan bagi yang mendengarkannya. g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas, orang yang kreatif biasanya tidak mau diam dan tidak menyukai kondisi yang statis, selalu ada saja yang dilakukan. Oleh sebab itu, orang yang kreatif selalu giat dan aktif bahkan bergairah dalam melaksanakan tugasnya h. Berfikir fleksibel, orang kreatif tidak kaku dalam mencari jawaban untuk mengatasi suatu masalah, biasanya hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi seseorang. i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis, bagi individu yang kreatif pada umumnya memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang menonjol dibandingkan individu yang kurang kreatif. Analisi dalam menghadapi suatu kejadian dengan berfikir faktor apa yang dapat menimbulkan serta bagaimana proses kejadian tersebut. Sedangkan kemampuan sintesis dimaksudkan berfikir tentang berbagai hal sehingga menjadi suatu kesatuan. Tentunya hal ini sesuai dengan hobinya atau bidang yang diminatinya. k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti, jika tertarik pada sesuatu maka diawali dengan tumpukan berbagai pertanyaan, dan berusaha untuk mendalaminya dengan cara meneliti. l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik, kemampuan berfikir kreatif pada umumnya seiring dengan kemampuan abstraksi yakni dengan membayangkan sesuatu yang lebih baik dibanding individu yang lain. m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas, selain memiliki banyak pengalaman, individu yang kreatif akan terdukung semakin kreatif jika dengan banyak membaca. Hal ini akan menambah pengetahuan dan juga dapat melatih diri untuk cepat mencerna serta membayangkan bahan bacaanya dalam perspektif yang berbeda. 13

6 Dengan melihat ciri-ciri orang yang kreatif, tentunya ciri-ciri tersebut sangat mendukung untuk mencapai keberhasilan, khususnya dalam pengembangan dari dan prestasi belajar. Jadi kreativitas itu perlu dikembangkan dan jangan sampai kreativitas itu terhambat, oleh karena itu setiap orang, khususnya pendidik perlu memahami lebih dalam lagi arti dan hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas, agar kreativitas dapat berkembang dalam diri seseorang khususnya dalam diri anak sebagai peserta didik Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kreativitas Menurut Williams (dalam AL-khalili, 2005) kreativitas memiliki beberapa aspek mendasar yang menyusunnya, yaitu: a. Ketangkasan yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak. b. Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu kepada jenis pemikiran lainnya. c. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk berfikir dengan cara yang baru atau dengan ungkapanyang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran jenius yang lebih banyak daripada pemikiran yang telah menyebar atau lebih jelas diketahui. d. Elaborasi, yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil produk tertentu. Untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki tentunya seseorang atau individu harus berusaha menambah pengetahuan, wawasan dan ketangkasannya. Melalui ketangkasan individu akan berfikir fleksibel, berfikir dengan cara yang baru sehingga sehingga kreativitasnya akan berkembang dan menghasilkan suatu hal yang baru. 14

7 2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Menurut Williams ( AL-khalili,2005), kreativitas memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu: a. Faktor Kecerdasan Semakin cerdas seseorang maka akan semakin luas pemikiran dan pengetahuan nya. Jika individu mempunyai pengetahuan dan pemikiran yang bagus dan mengasahnya maka kreativitas juga akan semakin tinggi. b. Faktor Kebebasan Kebebasan dalam arti bebas untuk mengekspresikan dirinya agar semakin kreatif. Dengan diberikan kebebasan maka individu akan semakin berusaha untuk mengembangkan pemikiran dan kemampuan sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. c. Faktor Fleksibilitas Kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam pemikiran, dan mudah ber pindah dari jenis pemikiran tertentu terhadap jenis pemikiran yang lainnya, tidak hanya terpaku pada satu hal saja. d. Faktor Orisinalitas Berfikir dengan cara yang baru, menghasilkan pemikiran yang lebih banyak dan lebih jelas diketahui. e. Faktor Pendorong Seseorang harus memiliki motivasi untuk mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk mencapai apa yang di inginkan atau hasil yang lebih baik lagi. f. Faktor Lingkungan Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas seseorang, lingkungan yang nyaman, sarana prasarana yang memadai, dukungan orang tua, ekonomi orang tua, tempat tinggal dan lain-lain akan mendukung individu untuk berusaha mengembangkan pemikiran dan mencari hal-hal baru sehingga semakin tinggi pula kreativitasnya. Setiap individu pastinya memiliki faktor yang berbeda dalam mengembangkan kreativitasnya hal ini dikarenakan faktor lingkungan, faktor motivasi, faktor cara berfikir, faktor kebebasan, faktor mengekspresikan, dan faktor kecerdasan yang berbeda-beda pula. Sebagian besar faktor tersebut ditentukan oleh keadaan dalam diri individu itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk menemukan hal yang baru dan lain-lain. 15

8 Guilford ( Dukapare, 2004) menambahkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas antara lain: a. Peka Terhadap Berbagai Permasalahan Peka terhadap berbagai permasalahan, yang mana orang kreatif itu memiliki ketajaman perasaan dalam menghadapi beragam permasalahan. Inilah yang membedakannya dengan orang-orang biasa, yang selanjutnya membedakan keistimewaannya, serta mendorongnya untuk menaruh perhatian terhadap permasalahan dan menyibukkan diri dengan permasalahan tersebut. b. Kelancaran Kelancaran yang berarti kemungkinan mengasilkan sebanyak mungkin pemikiran dalam satu waktu. Kelancaran memberikan kesempatan paling besar dalam berkreativitas. Orang kreatif selalu memiliki pemikiran baru, dan dapat menguji kemampuannya ini dengan cara mengukur tingkat pengulangan atas pemikiran yang belum menyebar dan luar biasa. c. Fleksibilitas Fleksibilitas berarti bahwa orang kreatif secara mudah dapat mengubah hasrat psikilogisnya. Mempunyai pemikiran yang luwes dan tidak terpasung dengan pemikiran atau cara tertentu, mampu mengubah segala hal jika memang diharuskan untuk itu. d. Sistematisasi Pemikiran kreatif menuntut adanya sistematisasi pemikiran dalam corak yang lebih luas dan universal. Mengharuskan adanya suatu kapabilitas yang dinamakan dengan Synthesizing Ability dan Analyising Ability. Kedua kemampuan ini sangat penting bagi kreativitas. e. Kompleksitas Kompleksitas berarti kemampuan yang terkait dengan pengaturan beberapa perubahan dalam satu waktu. Dari kelima faktor ini hampir sama dengan pendapat AL-Khalili yang mana setiap individu pastinya memiliki faktor yang berbeda dalam mengembangkan kreativitasnya. Sebagian besar faktor tersebut ditentukan oleh keadaan dalam diri individu itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk menemukan hal yang baru dan lain-lain Fase-fase Kreativitas Wallas (dalam Al-khalili, 2005) memberikan deskripsi tentang empat fase berkreativitas yang dilalui oleh proses kreativitas. Keempat fase tersebut meliputi: 16

9 a. Fase persiapan (Preparation) Fase ini mencakup segala hal yang dipelajari orang yang kreatif melalui kehidupannya, dan pengalaman yang diperolehnya, hingga meskipun melalui usaha dan kesalahan terlebih dahulu. Dapat dikatakan bahwa segala hal yang dipelajari seseorang dalam hidupnya dapat bermanfaat bagi proses berpikir kreatif. Disamping berbagai macam pengetahuan yang dibawa oleh orang kreatif, terkadang juga diperlukan latihan khusus yang berkaitan dengan kerja kreatif disesuaikan dengan program yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. b. Fase inkubasi Dalam fase ini, secara emosional orang yang kreatif tidak akan menyibukkan diri dengan berbagai permasalahan, dan proses berpikir sedang dalam kondisi tidak aktif, serta tidak memperlihatkan kemajuan apa pun menuju solusi atau produk kreatif. Orang kreatif menyengaja untuk mengalihkan pandangannya dari permasalahan utama kepada sesuatu yang lain setelah melewati fase persiapan, dengan harapan dapat memberikan petunjuk kepada solusi akhir bersamaan dengan berlalunya waktu. Perilaku orang kreatif ini tampak jelas melalui fase inkubasi antara seseorang dengan orang lain, dan dari satu sikap dengan sikap lainnya. Dalam fase ini, kegundahan dapat mengalahkan perilaku seseorang dengan disertai rasa tidak nyaman sampai frustasi dan menjadi mudah terpengaruh dengan faktor yang terpisah. Terkadang orang lain menjadi merasa sedih dan tertekan. Seseorang yang santai, dapat meminimalisir pengaruh pencegahan kreativitas, ia akan lebih mempersiapkan kesempatan untuk memunculkan kreativitas melalui dorongan yang kuat dan baru, serta keberanian melangkah ke depan. c. Fase inspirasi (Illumination) Dalam fase ini, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba, disertai dengan emosi yang meluap dan menyenagkan. Fase inpirasi ini bukan merupakan fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase sebelumnya. d. Fase perealisasian (Verification) Dalam fase ini, orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui eksperimen. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian revisi atau perubahan atas produk kreativitas tersebut yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan memunculkannya dengan bentuk sebaik mungkin. Meskipun keempat fase ini ada dalam proses kreativitas, namun sebaiknya lebih melihat kreativitas sebagai suatu proses yang dinamis, reaktif, dan berkesinambungan secara lebih banyak daripada proses psikologis lainnya. Proses 17

10 kreativitas juga merupakan proses intervensi antar beberapa fase, reaktif, dan eksis. Inilah yang berlawanan dengan pembagian proses kreativitas menjadi beberapa fase yang berbeda. Meski demikian, lebih fokus mengarah pada dua fase yaitu inkubasi dan iluminasi sebagai dua fase dasar yang memberikan cahaya bagi proses berkreativitas itu sendiri secara langsung. 2.2 Kepramukaan Pengertian Kepramukaan Menurut Sarkonah (2011) kepramukaan merupakan pendidikan diluar sekolah yang dilakukan di alam terbuka, menantang, menyenangkan, kreatif, dan inovatif sehingga mampu membentuk generasi muda yang berkepribadian, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Es, tinggi moral, dan tinggi ketrampilannya. Sarkonah (2011) mengatakan sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antar manusia. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan: a. Di depan menjadi teladan; b. Di tengah membangun kemauan; dan c. Di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian. Lord Boden Powell (dalam Sarkonah, 2011) menambahkan kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan, seperti kakak beradik, membina 18

11 kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan, dan kesediaan memberi pertolongan. Pendapat tersebut dikuatkan Laswono (Sarkonah, 2011) mendefinisikan tentang kepramukaan adalah suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan remaja di bawah tanggung jawab orang dewasa, yang dilaksanakan diluar pendidikan keluarga, dan dilakukan di alam terbuka. Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa hakikat kegiatan kepramukaan, antara lain sebagai berikut: a. Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anakanak dan pemuda dibawah tanggung jawab orang dewasa sebagai pengawas. b. Kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan pendidikan sekolah dan di luar pendidikan keluarga (nonformal). c. Kepramukaan sebagai proses pendidikan merupakan kegiatan yang dapat diper tanggungjawabkan dan bernilai pendidikan sehingga setiap kegiatannya harus terencana. Pada dasarnya kepramukaan merupakan kegiatan yang dilakukan di lingkungan pendidikan sekolah dalam bentuk yang menyenangkan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bernilai pendidikan sehingga kegiatannya harus terencana. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan kepramukaan adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah diluar jam belajar kurikulum standar yang dilakukan di alam terbuka, menantang, menyenangkan, kreatif, dan inovatif sehingga mampu membentuk generasi muda yang berkepribadian, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Es, tinggi moral, dan tinggi ketrampilannya sehingga berguna bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat, agama, nusa dan bangsa. 19

12 2.2.2 Tujuan Gerakan Pramuka Menurut Sarkonah (2011), tujuan Gerakan Pramuka adalah : a. Menjadi manusia yang berkepribadian tinggi, bermoral, beriman, bertakwa, dan berbudi pekerti yang luhur, meliputi: 1. Kuat mental, tinggi moral, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilan. 3. Kuat dan sehat jasmani. b. Menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada negara kesatuan Republik Indonesia, serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna sehingga dapat membangun dirinya serta bersama-sama ber tanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara. Tujuan tersebut merupakan cita-cita gerakan pramuka, karena semua kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam gerakan pramuka harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Pada dasarnya tujuan kegiatan pramuka adalah menjadikan manusia yang berkepribadian tinggi, bermoral, beriman, bertakwa, dan berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara yang berjiwa pancasila, setia, dan patuh Landasan Hukum Gerakan Pramuka Indonesia yaitu : Menurut sarkonah (2011) Landasan Hukum Gerakan Pramuka Indonesia a. Keputusan Presiden RI No.238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang ditetapkan pada tanggal 20 Mei b. Keputusan Presiden RI No.57 Tahun 1988 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang ditetapkan pada 13 Desember 1988 c. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.103 Tahun 1989 tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka yang ditetapkan pada 20 Mei d. Undang-Undang No 12 Tahun 2010 tentang Geraka Pramuka. Dalam gerakan pramuka terdapat landasan hukum yang mendasari kegiatan tersebut yaitu KEPRES, Kep. Kwatir Nasional, dan undang-undang yang 20

13 didalamnya mengatur dan mengesahkan gerakan pramuka. Merupakan landasan gerakan setiap aktivitas dalam menjalankan organisasi dan menejemen di gerakan pramuka Prinsip Dasar Kepramukaan Menurut sarkonah (2011) Prinsip Dasar Kepramukaan meliputi : 1. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama mahluk hidup dan alam seisinya; 3. Peduli terhadap diri pribadinya; dan 4. Taat kepada Kode Kehormatan Kepramukaan. Prinsip-prinsip tersebut tidak akan tercapai dan terlaksana apabila tidak ada kesadaran dalam diri individu untuk melaksanakannya. Melalui iman dan takwa pastinya individu akan diajarkan bagaimana peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama mahluk hidup dan alam seisinya, peduli terhadap dirinya sendiri dan lainlain. Pengamalan Nilai dan Prinsip Dasar Kepramukaan dilaksanakan dalam bentuk-bentuk : 1. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangannya serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki kewajiban untuk menjaga, memelihara persaudaraan dan perdamaian di masyarakat, memperkokoh persatuan. 3. Melestarikan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup masyarakat. 4. Mengakui bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip perikemanusiaan yang adil dan beradab; 5. Memahami potensi diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depannya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan 6. Mengamalkan Satya dan Darma pramuka dalam kehidupan sehari-hari. 21

14 Gerakan pramuka, merupakan salah satu kegiatan yang memiliki visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap satuan sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang dalam Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan Negara Metode Kepramukaan Menurut Sarkonah (2011) metode kepramukaan adalah suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu metoda atau ketentuan khusus yang kita sebut Metoda Kepramukaan. Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. Metode kepramukaan merupakan salah cara belajar interaktif progresif melalui: a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka b. Belajar sambil melakukan c. Sistem beregu 22

15 d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda. e. Kegiatan di alam terbuka f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan g. Sistem tanda kecakapan h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri i. Kiasan dasar PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan MK (Metode Kepramukaan) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode Kepramukaan merupakan subsistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan Pembentukan Karakter, Organisasi dan Pengembangan Kreativitas Melalui Kegiatan Kepramukaan Berdasarkan paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohamad Nur (TEMPO.com, 2012) mengenai pramuka yang akan dijadikan ekstrakurikuler wajib pada kurikulum baru tahun 2013 pramuka menjadi eskul wajib terutama di SD dan SMP selain itu juga akan didorong menjadi eskul wajib di SMA, sementara di perguruan tinggi, pramuka menjadi kegiatan pilihan. Hal ini ditegaskan karena meyakini jika kegiatan kepramukaan memiliki banyak sekali muatan karakter, mulai dari pembentukan kepemimpinan, kedisiplinan, kejujuran, gotong royong, persaudaraan, melatih mental, mandiri, serta dapat meningkatkan prestasi. Kepramukaan bukan hanya sekedar latihan baris berbaris saja, selain dari kegiatan LTBB, kepramukaan juga sebagai sarana keterampilan para pelajar ataupun pemuda didalam menyalurkan bakat dan 23

16 keahlian masing-masing diantaranya fun cooking (masak men yenangkan), pentas seni, hasta karya, serta petualangan malam yang memberikan pelatihan mental untuk generasi masa depan. Anggota pramuka memiliki keistimewaan, berkaitan dengan penguasaan kemampuan dan kemahiran lapangan dalam bidang P3K, evakuasi, PBB, organisasi, kesakaan, survival-navigasi darat, mountaineering, tali-temali(simpul), juga pengabdian masyarakat berupa penyuluhan, bakti sosial, atau penang gulangan korban bencana alam. Kepramukaan juga menerapkan dan memupuk karakter yang siap untuk berpartisipasi didalam masyarakat, memahami perbedaan pemikiran antar kelompok, membentuk kerjasama, menambah pengalaman sehingga pendidikan karakter yang di dapat dalam kegiatan kepramukaan dapat langsung di implementasikan di dalam lingkungan masyarakat. Dengan banyak kegiatan positif yang ada dikepramukaan dapat memberikan suatu arahan, dan pegangan kepada kaum muda didalam bertindak dan bertingkah laku, yang harus sesuai dengan tri satya dan dasar darma. Pandurasta (2010) mengatakan bahwa kepramukaan merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang di adakan disekolah. Tugas dari gerakan pramuka adalah menumbahkan tunas-tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik serta tanggung jawab. Dengan berbagai macam kegiatan yang ada di kepramukaan, diharapkan dapat membantu para siswa untuk mengisi waktu luangnya dengan ikut berpartisipasi, partisipasi yang dimaksud adalah keterlibatan dalam menggunakan kretivitas mereka. 24

17 Sarkonah (2011) mengatakan bahwa dengan mengikuti kegiatan kepramukaan dapat mengasah dan mengembangkan kreativitas yang dimiliki. Sarkonah (2011) nilai karakter yang ada dalam kegiatan kepramukaan antara lain adanya rasa ingin tahu, semangat kebersamaan, mencintai tanah air, sikap jujur dan religius, peduli lingkungan, bersahabat dan cinta damai, demokratis, peduli sosial, menghargai preastasi dan mandiri, tanggung jawab, disiplin dan bekerja keras, toleransi, semangat kebangsaan, kreatif. 2.3 Hasil Penelitian yang Relevan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Felycia (2009) Perbedaan Kreativitas Siswa yang Mengikuti dan yang Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Siswa kelas VIII SMP Negeri 01 Wanasari Brebes Tahun Pelajaran ), Mean rank siswa yang mengikuti dan mean rank siswa yang tidak mengikuti sebanyak pada uji statistik Mann-Whitney Test sebesar pada Asymp. Sig. (2-tailed) (p<0,05), dengan nilai rxy> rtabel 5% = 0,444. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian diperoleh tingkat reliabilitas 0,936> rtabel = 0,444 yang berarti reliabel. Hal ini berarti siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka lebih kreatif. Sebaliknya siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kurang dan bahkan tidak kreatif. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Prihatsari, Untari (2008) Perbedaan kreatifitas berdasarkan keikutsertaan Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan siswa kelas X dan XI SMA 1 PGRI Sragen Tahun ajaran , menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, dengan analisis menggunakan 25

18 t-test untuk menganalisis data, hasilnya adalah t(38) = 0,83 p > Analisis ini menyatakan bahwa kreativitas antara siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti ekstrakurikuler adalah sama. 2.4 Hipotesis Atas dasar permasalahan diatas, maka penelitian mengajukan hipotesis Hi : Ada perbedaan kreativitas yang signifikan berdasarkan keikutsertaaan dalam kegiatan kepramukaan siswa kelas X dan XI SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun Ajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kreativitas sangat penting bagi setiap orang atau individu, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kreativitas sangat penting bagi setiap orang atau individu, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kreativitas sangat penting bagi setiap orang atau individu, karena merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia, dapat mewujudkan diri,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KREATIVITAS BERDASARKAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN KAB BANJARNEGARA TAHUN AJARAN ARTIKEL SKRIPSI

PERBEDAAN KREATIVITAS BERDASARKAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN KAB BANJARNEGARA TAHUN AJARAN ARTIKEL SKRIPSI PERBEDAAN KREATIVITAS BERDASARKAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN KAB BANJARNEGARA TAHUN AJARAN 2015-2016 ARTIKEL SKRIPSI Oleh Riski Wahyu Kurniawan 132011056 PROGRAM STUDI BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga, beralamat Jln. KH. Ahmad Dahlan, Salatiga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi) dewasa ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila generasi muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: RATIH SILVIANA A NASKAH PUBLIKASI PERANAN KEGIATAN KEPRAMUKAAN DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DALAM MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI I SAWAHAN, NGEMPLAK, BOYOLALI TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya

Lebih terperinci

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H.

REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU : H. REVITALISASI ASET GERAKAN PRAMUKA DALAM MENGANTISIPASI PROGRAM PEMERINTAHAN BARU Oleh : H. Muhammad Syafrudin, ST, MM (Anggota DPR RI Fraksi PAN Dapil NTB Andalan Nasional Kwarnas Pramuka Urusan Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR : 104 Tahun 2004 TANGGAL : 18 Oktober 2004 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan pramuka Indonesia merupakan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Pramuka merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat mengembangkan potensi diri, sehingga dapat didayagunakan dalam kehidupan baik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 34 Tahun 1999 TANGGAL : 3 Mei 1999 ANGGARAN DASAR GERAKAN PRAMUKA PEMBUKAAN Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik

PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH. Saipul Ambri Damanik Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli Desember 2014: 16-21 PRAMUKA EKSTRAKULIKULER WAJIB DI SEKOLAH Saipul Ambri Damanik Abstrak: Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal yang memiliki fungsi membina dan mengembangkan kemampuan siswa. Sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang sangat penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Indri Cahyani 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 220 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA Menimbang Ketua, : a. bahwa untuk keseragaman dan keselarasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Pendidikan berfungsi menyiapkan generasi yang terdidik, mandiri dan memiliki keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memajukan bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia seacara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa subbab sebagai berikut, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan penegasaan istilah. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan tahapan dalam memperoleh informasi dan pengetahuan yang ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia melalui proses pembelajaran dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan dapat dilakukan oleh semua elemen masyarakat melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu wahana

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK

DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK DAMPAK PEMBINAAN KEPRAMUKAAN TERHADAP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PESERTA DIDIK oleh : Lani Widia Astuti & Eka Jayadiputra Program Studi PPKn Universitas Islam Nusantara, Bandung ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan reformasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional Indonesia berlandaskan Pancasila yang bertujuan untuk membentuk pribadipribadi yang bertakwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga 230 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Propinsi Jawa Barat sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga terbesar di Pulau Jawa memiliki isu sentral kepadatan penduduk dengan segala permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR EKONOMI KELAS VII SMP NEGERI 2 MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di antara berbagai program dan kegiatan pembangunan Nasional, salah satunya adalah pembangunan di bidang pendidikan yang di kenal dengan sebutan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci