BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. suatu hal. (Poerwodarminto, 1976:694). Pemahaman merupakan proses bepikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. suatu hal. (Poerwodarminto, 1976:694). Pemahaman merupakan proses bepikir"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis Pengertian Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. (Poerwodarminto, 1976:694). Pemahaman merupakan proses bepikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami. (Poerwodarminto, 1976:636). Pemahaman adalah tingakatan kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahui. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan (Purwanto, 1997:44). Di dalam ranah diatas menunjukkan tingakatan-tingkatan kemampuan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar pengetahuan. Definisi menurut Sudijono adalah Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan (Sudijono, 1996:50 ). Menurut Saifuddin Azwar, dengan memahami

2 7 berarti sanggup menjelaskan, mengklasifikasikan, mengikhtiarkan, meramalkan, dan membedakan. (Azwar, 1987:62). Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi imu pengetahuan (Gardner, 1999:102). Pemahaman merupakan indikator unjuk kerja yang siap direnungkan, dikritik, dan digunakan oleh orang lain (Gardner, 1999:107). Pemahaman muncul dari hasil evaluasi dan refleksi diri sendiri (Wenning, 2006:67) Pengertian Cerita Dongeng Cerita adalah salah satu hiburan yang murah, yang kehadirannya sangat diperlukan sebagai bumbu dalam pergaulan. Pertemuan akan terasa sangat kering dan gersang tanpa kehadiran cerita. Cerita lama yang dikisahkan oleh orang tua ataupun oleh pelipur lara pada umumnya menampilkan tema hitam putih artinya kebenaran dan keluhuran budi dipertentangkan dengan kebatilan selalu dimenangkan disinilah pencerita menyampaikan sekaligus mengajarkan nilai-nilai luhur yang bersifat universal, sekaligus menampilkan tokoh protagonis sebagai model yang diteladani. Cerita yang baik akan lebih menarik jika diceritakan oleh pencerita yang baik. Untuk menjadi pencerita yang baik harus ada persiapan dan latihan yang mantap. Selain itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : 1) penguasaan dan penghayatan cerita, 2) penyelarasan dengan situasi dan kondisi, 3) pemilihan da penyusunan kalimat, 4) pengekspresian yang alami, dan 5) keberanian. (Pattiiha, 2007:23).

3 8 Cerita adalah penuturan tentang suatu kejadian. Dari cerita tersebut, kita dapat mengetahui di mana, bagaimana, dan apa yang dialami oleh pelaku cerita dari awal sampai akhir, Pelaku cerita dapat manusia, binatang, maupun, manusia. Pada zaman dahulu cerita dapat dituturkan secara lisan. Di tempat pesta biasanya diramaikan oleh tukang cerita. Fungsinya sebagai penghibur. berfungsi sama demgan penyanyi dan penari Manfaat Cerita Dongeng a. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak b. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif c. Pendidikan imajinasi/fantasi d. Menyalurkan dan mengembangkan emosi e. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam dongeng f. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin g. Sarana Hiburan dan penarik perhatian h. Menggugah minat baca i. Sarana membangun watak mulia Jenis-Jenis Cerita Dongeng Menurut Subyantoro (2007:11), terdapat jenis-jenis cerita yang diklasifikasikan menurut asal-usulnya yaitu: (1) isinya, (2) bentuk penulisannya, (3) fungsinya, dan (4) bahannya. Berdasarkan isinya, cerita anak-anak dapat berasal dari satra tradisional, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi sejarah, dan puisi. Menurut bentuk penulisannya, buku bacaan bergambar, komik, buku ilustrasi, dan novel. Dilihat

4 9 dari fungsinya, ada pula buku untuk pemula disebut sebagai buku konsep, buku pertisipasi, dan toybooks. Sedangkan jens-jenis cerita tersebut berupa: mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar dianggap terjadi serta dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Legenda adalah cerita prosa rakyat yang hampir mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi dianggap tidak suci. Tokoh dalam legenda adalah manusia walaupun adakalanya mempunyai sifat luar biasa karena bantuan makhluk gaib. Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benarbenar terjadi oleh yang mempunyai cerita dan tidak terikat oleh tempat dan waktu. Kemudian selanjutnya cerita dijeniskan kedalam fantasi modern, fiksi realitas, dan fiksi realistis kontemporer. Fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh pengarang. Cerita ini berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat, fantasi ilmiah ataupun cerita fantasi lain mengenai hewan atau robot. Fiksi realitas berisi tentang cerita petualangan, detektif, misteri atau humor dan sebagainya. Kemudian cerita tersebut dibedakan lagi dalam fiksi realistis komtemporer yang berisi masalah-masalah yang dahulu bersifat tabu seperti perceraian, kematian, seksual, narkoba dan lainnya Unsur-unsur Cerita Unsur yang membangun sebuah cerita terdiri atas dua yaitu Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik.

5 10 a. Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur unsur intrinsik cerpen mencakup : 1) Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita. 2) Latar(setting) adalah tempat, waktu, suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung. 3) Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur dibagi menjadi 3 yaitu: (1) Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus. (2) Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback). (3) Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur. Alur meliputi beberapa tahap: (1) Pengantar: bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. (2) Penampilan masalah: bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.

6 11 (3) Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. (4) Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. (5) Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. 4) Perwatakan Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui: (1) Dialog tokoh (2) Penjelasan tokoh (3) Penggambaran fisik tokoh 5) Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita. b. Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi: 1) Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi) 2) Latar belakang kehidupan pengarang 3) Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan

7 12 Sumber: unsur-unsur-cerita/#ixzz1c5qlrrap Dongeng adalah jenis/bentuk prosa fiksi lama yang dalam Bahasa Inggris disebut folklore. Defenisi dongeng adalah suatu cerita rekaan atau fantasi atau khayalan belaka yang kejadiannya tidak mungkin terjadi. Dongeng adalah cerita yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dalam bentuk lisan, namun sekarang sudah banyak yang ditukis dan dibukukan. Munculnya cerita yang bertradisi tutur ini hampir bersamaan dengan munculnya kepercayaan dan kebudayaan suatu masyarakat. Pada mulanya dongeng berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat yang berkebudayaan primitif terhadap hal-hal supranatural atau gaib dilingkungannya. Berdasarkan isinya dongeng dibagi menjadi : 1.) Fabel. Fabel adalah dongeng yang isinya tentang kehidupan binatang / tumbuhtumbuhan dan kehidupan binatang / tumbuh-tumbuhan yang dihubungkan dengan kehidupan manusia. Cerita fabel di Indonesia sangat banyak, bahkan hampir semua daerah di Indonesia mempunyai cerita / dongeng fabel. Misalnya, kancil, kora dan kura-kura, bangau dengan kepiting, pelanduk jenaka, bujuk dan tupai, dan sebagainya. Cerita fabel yang berasal dari luar Indonesia juga banyak, bahkan membanjiri seluruh toko buku. Pengaruh luar ini dikarenakan adanya pengaruh media massa, seperti televisi, internet, buku, majalah serta pengaruh agama, ilmu pengetahuan, budaya, dan sebagainya.

8 13 Contoh fabel yang berasal dari luar adalah doraemon (kucing ajaib), Mickey Mouse (tikus yang cerdik), Winnie The Pooh (beruang), Tweety (burung yang pintar), dan lain-lain. 2.) Parabel. Parabel adalah dongeng khayal yang mengandung ajaran yang baik.munculnya parabel ini dimungkinkan karena pada waktu itu masih sangat terbatas pendidikan formal sehingga diperlukan suatu alat untuk mendidik masyarakatnya. Salah satu jalan yang ditempuh adalah melalui cerita atau farabel ini. Dongeng atau cerita yang dapat digolongkan farabel ini adalah hampir semua cerita fabel. Hal ini karena hampir semua cerita fabel yang ada dinusantara (Indonesia) pada umumnya berupa ajaran yang baik bagi masyarakatnya. Oleh sebab itu dongeng Kancil, Burung Bayan. Bujuk dan Tupai, Burung Bangau dan Kepiting dapat juga disebut parabel. 3.) Sage. Sage adalah dongeng /cerita khayal yang memasukkan peristiwa-peristiwa, tempat kejadian, tokoh-tokohnya merupakan tokoh sejarah, padahal sage ini adalah dongeng atau cerita khayalan belaka. Jadi dalam sage ini cerita itu seolah-olah merupakan bagian sejarah didalamnya misanya, dongeng JAKA Tarub, Angling Darmo, Ciung Wanara, Lutung Kasarung, Roro Mendut dan sebagainya.

9 14 4.) Mite. Mite atau Mitos adalah cerita khayalan yang dihubung-hubungkan dengan dewa-dewi, terjadinya bumi dan isinya serta kepercayaan pada dunia gaib. Munculnya cerita mitos ini tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat gaib. Cerita mitos yang hidup di Indonesia sangat beragam. Mulai darp Contoh pengaruh animise, misalnta Nyai Roro Kidul ; pengaruh Hindu misalnya Mahabrata, Ramayana, Dewi Sri; pemgaruh Budha, misalnya Sung Go Kong ; pengaruh Islam, misalnya Cerita Seribi Satu Malam. 5.) Lagende atau lagenda. Lagende atau lagenda adalah cerita khayal yang dihubung-hubungkan dengan gejala alam, kenyataan-kenyataan alam yang ada pada masyarakat. Berdasarkan asalnya, dongeng dapat dibagi menjadi : 1) dongeng asli Indonesia / nusantara, 2) dongeng dari luar (Arab, Jepang, Eropa, Amerika, dan sebagainya), dan 3) adaptasi (gabungan) dari luar. (Supriyadi, 2006: 28). Materi yang disenangi siswa kelas rendah tersebut diantaranya adalah dongeng fabel dan farabel. Sedangkan untuk kelas tinggi antara lain dongeng lagende, mite, cerita pendek, dan biografi singkat. Kegiatan mendengarkan cerita pendek sudah dapat dilakukan dikelas rendah khususnya dikelas I Sekolah Dasar asalkan siswa sudah mempunyai keterampilan membaca permulaan. Teknik pembelajaran materi simakan yang berupa cerita pendek tidak jauh berbeda dengan mendengarkan materi dongeng.

10 15 Strategi mendongeng dapat dilakukan dengan beberapa cara : a) mendongeng tanpa alat peraga, dan b) mendongeng dengan alat peraga. Mendongeng dapat dilakukan secara klasikal dan dapat dilakukan secara kelompok. Evaluasi mendongeng dilakukan dalam proses dan setelah guru selesai mendongeng. Untuk siswa kelas rendah, evaluasi yang sesuai adalah secara lisan, baik menyangkut evaluasi kebahasaan dan evaluasi pemahaman. Banyak strategi mendongeng yang digunakan guru atau orang tua kepada anak-anaknya dan siswa. Salah satu strategi yang sangat bagus disampaikan salah seorang pendongeng terkenal di Indonesia yaitu Priyono. (Priyono, 2001) memberikan contoh beberapa strategi mendongeng yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, yakni : a) mendongeng tanpa alat peraga; b) mendongeng dengan alat peraga gambar; c) mendongeng dengan alat peraga boneka; d) mendongeng dengan alat peraga buku; e) mendongeng dengan alat peraga papan panel, dan f) mendongeng dengan gaya menirukan / memperagakan / mendemonstrasikan serta dengan perubahan wajah / mimik muka disesuaikan dengan tokoh yang didongengkan, misalnya ekspresi wajah sedih ketika tokohnya sedang berduka dan sebaliknya. Saat mendongeng perhatikan juga ekspresi wajah siswa dan libatkan mereka dalam alur cerita supaya siswa tersebut mempunyai kebanggaan menjadi bagian dari tokoh idola masing-masing. (Supriyadi, 2006:79). Mendongeng dengan alat peraga berupa gambar lebih menarik bila dibandingkan tanpa alat peraga. Mendongeng dengan teknik ini diperlukan alat peraga gambar berupa tokoh-tokoh cerita, latar / setting cerita misalnya Pesta

11 16 Hutan diperlukan gambar kera, burung dan ular. Teknik mendongeng dengan cara ini tidak berbeda jauh dengan tanpa alat peraga, namun dalam teknik ini guru dapat menunjukkan gambar-gambar yang sudah dipersiapkan sesuai dengan tokoh dan latar cerita. Penggunaan gambar akan efektif bila diikuti dengan menirukan, memperagakan, mendemonstrasikan satu persatu sesuai dengan alur cerita. Hal ini sangat penting untuk perkembangan dan pertumbuhan emosi anak secara wajar. Contoh dongeng untuk siswa kelas rendah : Pesta Hutan Musim bunga sudah tiba Beruang, gajah, kucing dan buaya Tampak berkumpul Mereka akan mengadakan Acara pesta hutan yang Meriah Mereka kemudian menyiapkan Tempat pesta Hutan dihias dengan indah Lalu mereka mengundang hewan lainnya Tampak di antara yang hadir si kera dan pak burung serta pak ular dipesta banyak makanan si kera tampak sangat gembira

12 17 pesta hutan di mulai burung bernyanyi dengan suara merdu ular menari sangat gemulai kera berjingkrak jingkrak akhirnya kera sangat kelelahan kera tertidur dengan pulas acara makan sudah dimulai kera masih tidur Lalu kera terbangun Kera sangat kaget Pesta telah usai Tidak ada makanan tersisa Kera sangat menyesal Ia tidak kebagian makanan Wacana ini sengaja dipilih untuk siswa kelas I yang baru masuk dan baru belajar membaca. Pemilihan wacana ini berdasarkan kemampuan membaca siswa yang sangat terbatas. Wacana ini nantinya juga digunakan sebagai materi pembelajaran menulis, yaitu dengan menyalinnya. Apabila siswa sudah mempunyai kemampuan membaca. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Hal-hal yang perlu diketahui mengenai dongeng: 1). Dongeng dalam pengertian yang lebih luas merupakan pengungkapan diri manusia,tempat mencari hiburan dan memenuhi angan-angannya.2).dalam

13 18 Ensiklopedi Indonesia, dongeng memiliki pengertian cerita singkat tentang hal-hal aneh dan tidak masuk akal, berbagai keajaiban dan kesaktian yang biasanya mengisahkan dewa, raja, pangeran dan putri. 3). Pada umumnya, dongeng tidak diketahui pengarangnya dan terkadang hanya diketahui nama pengumpul/penyadurnya.4).berdasarkan muasalnya, dongeng berasal dari bangsa Thai di Yunan, tetapi kemudian tersebar ke seluruh Asia Tenggara Pengertian Metode Demonstrasi a. Pengertian metode. Pengertian metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajaar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. b. Jenis Metode Pembelajaran 1. Metode Tugas dan Resitasi. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah,

14 19 di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. 2. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannyasering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah : a).agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b).dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. c).dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. d). Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. 3. Metode Proyek. Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kamudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. 4. Metode Diskusi. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada sutu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

15 20 Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. 5. Metode Eksperimen. Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. 6. Metode Problem Solving. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a). Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b). Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan un tuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain. c). Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang

16 21 telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. d). Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. e). Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. 7. Metode Karyawisata. Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karyawisata, adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum, dan sebagainya. 8. Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. 9. Metode Latihan. Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu,

17 22 metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. 10. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. (Djamarah, 1995:102) 11. Metode Ceramah. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Dari berbagai macam metode tersebut maka penulis lebih memfokuskan pada metode demonstrasi.

18 23 Metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. (Soekarwati, 1995:57). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran atau metode demostrasi adalah guru atau siswa memperagakan gerakan gerakan yang tersirat dalam teks. Metode demonstrasi mengkombinasikan teknik lisan dengan suatu perbuatan, tutur kata, perubahan raut muka, dan gerakan badan seorang tokoh dapat diperagakan seorang guru di depan siswa. (Djamarah,2000:120). Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakantindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya: proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan objek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi, guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi

19 24 tersebut. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan metode demonstrasi adalah: 1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. 3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas. 4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

20 Tujuan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan: 1. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa. 2. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa. 3. Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secar bersama-sama Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi Kapan guru menggunakan metode demonstrasi? Guru menggunakan metode demonstrasi apabila: 1. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi. 2. Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi. 3. Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam audutif dan motorik, ataupun sebaliknya. 4. Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja. 5. Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit.

21 Kelebihan dan Kelemaham Metode Demonstrasi 1. Kelebihan Metode Demonstrasi Kelebihan metode Demonstrasi dibanding dengan metode yang lain adalah: 1. Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme 2. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan itu 3. Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi 4. Siswa akan lebih akktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri 5. Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain 2. Kelemahan Metode Demonstrasi Kelemahan metode Demonstrasi adalah : 1. Tidak semua guru dapat melakuakn demonstrasi dengan baik 2. Terbatasnya sumber belajar, alat pembelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu. 3. Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab. 4. Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang. (Udin S. Winata Putra : 98)

22 27 3. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi Kelemahan metode demonstrasi dapat diatasi melalui berbagai cara berikut: a. Guru harus terampil melakukan demonstrasi. b. Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi. c. Mengatur waktu sebaik mungkin. d. Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin Kajian Penelitian yang relevan Penelitian ini dilakukan oleh Rosna Ahmad Tahun 2012 dengan judul : Meningkatkan kemampuan kosa kata melalui metode bercerita pada anak kelompok B di TK ABA Dehuwalolo Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode bercerita kemampuan kosakata pada anak kelompok B di TK ABA Dehuwalolo Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo meningkat. Hal ini ditandai oleh meningkatnya anak yang memiliki kemampuan kosa kata yang sebelumnya hanya 6 orang anak (30%) meningkat 18 orang anak atau (90%) Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini ialah jika jika guru menggunakan metode Demonstrasi/ peniruan, maka pemahaman siswa tentang cerita dongeng di kelas I SDN 8 Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango akan meningkat.

23 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah minimal 80% dari jumlah siswa 32 orang yang dikenai tindakan memperoleh nilai rata-rata 65 keatas.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 1999:623). Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 1999:623). Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan 7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Depdikbud, 1999:623). Seseorang dikatakan mampu apabila ia

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bagian penting untuk ditanamkan dan diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya tidak akan

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kegiatan membangun pengetahuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kegiatan membangun pengetahuan untuk 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan membangun pengetahuan untuk dikembangkan dalam kehidupan. Bruner (dalam Trianto, 2009: 20) mengemukakan bahwa belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada

BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dongeng Menurut Priyono (2006 : 9) dongeng sering diidentikan sebagai suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada yang menganggap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dan dianggap sebagai karya khas daerah tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Cerita Rakyat

Lebih terperinci

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting, karena pendidikan itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup manusia. Dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang kolektif bersifat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang kolektif bersifat tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang kolektif bersifat tradisional yang berbentuk lisan atau contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau pembantu pengingat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan diuraikan beberapa hal yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Secara rinci hal tersebut diuraikan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dengan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian

II. KAJIAN PUSTAKA. dengan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian 7 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Cerpen Pengertian cerpen adalah sebagai berikut. 2.1.1 Pengertian Cerpen Cerita pendek atau sering disebut cerpen adalah suatu bentuk bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO Lisliarty Pantolay Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan.

BAB II LANDASAN TEORI. yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mendengarkan Ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009-2010 Kompetensi Dasar MENDENGARKAN 1.1 Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio. Indikator Pencapaian (peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang pendidikan setingkat sekolah menengah atas (SMA), semakin memprihatinkan. Misalnya, penyalahgunaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi cipta, rasa, dan karsa manusia tentang kehidupan. Refleksi cipta artinya karya sastra merupakan hasil penciptaan yang berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II PADA MATERI MENCERITAKAN KEMBALI ISI DONGENG YANG DIDENGARKAN MELALUI KEGIATAN KOMIDI PUTAR DISKUSI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II PADA MATERI MENCERITAKAN KEMBALI ISI DONGENG YANG DIDENGARKAN MELALUI KEGIATAN KOMIDI PUTAR DISKUSI MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II PADA MATERI MENCERITAKAN KEMBALI ISI DONGENG YANG DIDENGARKAN MELALUI KEGIATAN KOMIDI PUTAR DISKUSI SLAMET BASUKI SDN Sukorame 3 Kec. Mojoroto, Kota Kediri

Lebih terperinci

Cerita dalam Fase Awal Belajar

Cerita dalam Fase Awal Belajar Cerita dalam Fase Awal Belajar ase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum anak memasuki fase belajar lanjutan, selepas F mereka dari usia balita hingga menjelang akhir masa kanak-kanak. Fase ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG 2.1 Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi estetika. Apapun bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata. mampu bisa. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan

BAB II KAJIAN TEORI. Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata. mampu bisa. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu bisa. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL Vidya Mandarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Kampus I Jl. Mojopahit 666B Sidoarjo Surel: vmandarani@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Jlamprang 2 Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Liburan 63. Bab 6. Liburan

Liburan 63. Bab 6. Liburan Liburan 63 Bab 6 Liburan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) mengomentari tokoh cerita Gara-gara Tape Recorder ; 2) memberikan tanggapan dan saran tehadap suatu masalah;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan membaca. Membaca itu sendiri merupakan suatu proses yang

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan membaca. Membaca itu sendiri merupakan suatu proses yang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Unsur Intrinsik Untuk mampu mengidentifikasi suatu, tokoh, watak, latar, tema, dan amanat dalam cerita anak, siswa harus mampu menguasai keterampilan berbahasa yaitu keterampilan

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif 33 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yang artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 1. Bacalah dengan seksama penggalan novel berikut! SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3 Ketika pulang, pikirannya melayang membayangkan kejadian yang

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur 2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat Berdasarkan definisi Folklore dari Wikipedia.org, (2012) cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

Lebih terperinci

MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA

MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA Rina Ratih Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta rinaratihuad@yahoo.com Abstrak Maraknya buku cerita anak di berbagai toko buku negeri ini memberi gambaran

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah mencakup dua kegiatan, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah mencakup dua kegiatan, yakni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah mencakup dua kegiatan, yakni kegiatan berbahasa dan kegiatan bersastra. Pada kedua kegiatan tersebut, di dalamnya

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan bagian folklore, yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci