LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN INKUBATOR UNTUK PROSES FERMENTASI PEMBUATAN YOGHURT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN INKUBATOR UNTUK PROSES FERMENTASI PEMBUATAN YOGHURT"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN INKUBATOR UNTUK PROSES FERMENTASI PEMBUATAN YOGHURT Disusun Oleh: ARIS MARWOTO-I DANANG WIDIYANTO N. I PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2 UNIVERSITASSEBELASMARET FAKULTASTEKNIKJURUSAN TEKNIKIMIA PROGRAM STUDIDITEKNIKIMIA ii

3 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Nama / NIM : Aris Marwoto /I : Danang Widiyanto N /I Judul Tugas Akhir : Pembuatan Inkubator Untuk Proses Fermentasi Pembuatan Yoghurt Tanggal Ujian Tugas Akhir : 18 Januari 2013 Dosen Pembimbing : Dr. Margono, S.T., M.T. Surakarta, Januari 2013 Mengetahui Ketua Program Studi DIII Teknik Kimia Dosen Pembimbing Bregas S. T. Sembodo, S.T., M. T. NIP Dr. Margono, S.T., M.T. NIP Dosen Penguji I Ir. Arif Jumari, M.Sc. NIP Dosen Penguji II Ir. Rusdiansjah, M. Si. NIP ii

4

5

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT ynag telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir (TA) ini dengan baik. Laporan ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Progam Diploma III Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Dengan selesainya Tugas Akhir ini dan tersusunnya laporan Tugas Akhir ini, maka kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Sunu H Pranolo, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. 2. Bapak Bregas STS, S.T., M.T., selaku Ketua Progam Studi Diploma III Teknik Kimia Fakultas Teknik 3. Bapak Dr. Margono, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Progam Diploma III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu terselesainya Tugas Akhir ini. Untuk pengembangan laporan kearah lebih baik, kritik dan saran atas laporan Tugas Akhir ini sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca yang memerlukannya. Surakarta, Januari 2013 Penyusun v

7 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Lembar Konsultasi... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Intisari... Abstract... i ii iii v vi viii ix x xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Tugas Akhir Manfaat Tugas Akhir... 2 BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran... 5 BAB III METODOLOGI Spesifikasi Lokasi Cara Kerja Jadwal Pelaksanaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan vi

8 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

9 DAFTAR TABEL Tabel III.1 Data Suhu Inkubator Tabel IV.1 Data Pengujian Inkubator viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar III.1 Termometer... 8 Gambar III.2 Heater Regulator... 9 Gambar III.3 Blower Gambar III.4 ElemenPemanas Gambar III.5 Adaptor Gambar IV.1 InkubatorAlmari Gambar IV.2 Grafik Hubunganantara Waktu (menit) dengan Suhu ( o C) Ruang Inkubator pada Skala Tertentu Gambar IV.3 Yoghurt Hasil Fermentasi Selama 24 Jam (37 C) ix

11 INTISARI ARIS MARWOTO, DANANG WIDIYANTO NUGROHO, 2013, PEMBUATAN INKUBATOR UNTUK PROSES FERMENTASI PEMBUATAN YOGHURT, PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA. Inkubator merupakan perkakas yang terkontrol suhunya. Untuk bisa mengatur suhu ruang di dalam inkubator dibutuhkan alat kontrol seperti heater, blower dan regulator. Inkubator berbentuk almari dibuat dari kayu dengan dua rak yang berlubang agar udara panas dapat naik ke ruang rak atas. Tujuan membuat inkubator untuk mempercepat proses fermentasi pembuatan yoghurt. Proses fermentasi dengan kondisi operasi suhu 37ºC dan 45ºC. Proses pembuatan inkubator pada tugas akhir ini dilakukan dengan cara menentukan kapasitas dan dimensi inkubator yang dapat memuat 4 toples, dengan desain inkubator 2 rak, yang masing- masing rak dapat memuat 2 toples. Untuk dimensi inkubator, berdasarkan dimensi toples tersebut yang berjumlah 4. Dimensi toples sendiri berukuran diameter alas 23 cm dan tinggi 27 cm. Inkubator ini berbentuk almari yang terbuat dari kayu dengan tebal 1,5 cm, panjang 64 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 60 cm. Menentukan panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari suhu lingkungan (30ºC) menjadi suhu kerja maksimum inkubator (60ºC) didapat 1,158 Watt.hours. Penentuan daya pemanas yang mencukupi untuk kebutuhan panas dengan menggunakan heater daya 300 watt. Inkubator ini di lengkapi juga dengan blower, regulator dan termometer. Heater sebagai elemen pemanas. Untuk start up diawali dengan menghidupkan blower dan heater regulator. Menentukan suhu yang diinginkan dan tunggu hingga suhu yang diinginkan tercapai. Untuk shut down, cukup dengan mematikan heater regulator dan blower. Dari hasil uji didapatkan bahwa inkubator dapat bekerja dengan baik. Suhu ruang dalam inkubator dapat terkontrol. Inkubator berhasil untuk proses fermentasi pembuatan yoghurt, baik pada suhu 37ºC dan 45ºC. commit x to user

12 ABSTRACT ARIS MARWOTO, DANANG WIDIYANTO NUGROHO, 2013, FABRICATION OF INCUBATOR USED FOR YOUGHURT FERMENTATION, CHEMICAL ENGINEERING DIPLOMA III PROGRAM, ENGINEERNG FACULTY, SEBELAS MARET UNIVERSITY SURAKARTA Incubator is a temperature controlled tooling. To be able to set at room temperature in an incubator takes control device such as a heater, blower and regulator. Incubators made of wood shaped cupboard with two shelves are perforated so that hot air can rise to the top shelf. Purpose of making an incubator to accelerate the manufacture of yoghurt fermentation process. The fermentation process operating conditions at 37 º C and 45 º C. The process of creating an incubator at the end of the task is done by determining the capacity and dimensions of an incubator that can load 4 jars, with a design incubator 2 racks, each rack can accommodate two jars. For the dimensions of the incubator, based on the dimensions of the jar are numbered 4. Dimensions of the jar itself diameter base 23 cm and height 27 cm. Incubator is shaped cupboard made of wood with a thickness of 1.5 cm, length 64 cm, width 30 cm, height 60 cm. Determine the heat required to raise the temperature from ambient temperature (30 º C) to a maximum working temperature of the incubator (60 º C) obtained Watt.hours. Determination sufficient heating power to heat by using a heater needs 300 watts of power. This incubator is also equipped with a blower, regulators and thermometers. Heater as heating element. To start up and begin to turn the heater blower regulator. Determine the desired temperature and wait until the desired temperature is reached. To shut down, simply by turning off the heater and blower regulator. From the test results it was found that incubators can work well. Room temperature in the incubator can be controlled. Incubator successfully for the manufacture of yoghurt fermentation process, both at 37 º C and 45 º C. commit xi to user

13 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong manusia untuk berusaha mengatasi segala permasalahan yang timbul di sekitarnya serta meringankan pekerjaan yang ada. Banyak sekali manfaat dan kemudahan yang telah dihasilkan dengan adanya perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang teknik kimia. Kebutuhan akan operasi fermentasi dengan kondisi suhu yang terkontrol memerlukan alat khusus yang mampu memenuhi kondisi yang diinginkan. Alat tersebut biasa dikenal dengan inkubator. Inkubator merupakan perkakas yang terkontrol suhunya. Untuk bisa mengatur suhu ruang di dalam incubator dibutuhkan alat control seperti heater, blower dan regulatornya. Yoghurt merupakan salah satu minuman kesehatan yang rasanya asam segar dan disukai banyak orang, dewasa maupun anak-anak. Sedemikian tinggi popularitasnya, sampai produk fermentasi susu bersifat semi-padat ini dikenal di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Selain cita rasanya yang nikmat, sebenarnya yoghurt memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh. Manfaat ini pertama kali diperkenalkan oleh Elie Metchnikoff, ilmuwan Rusia penerima Nobel biologi/fisiologi kedokteran tahun 1908, yang mengungkapkan bahwa yoghurt dapat memperpanjang usia. Menurut Metchnikoff, tingginya usia hidup rata-rata warga suku-suku pegunungan di Bulgaria, yakni 87 tahun, berkaitan dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi yoghurt. Bakteri akan masuk dan tinggal di usus, lalu memberi pengaruh positif terhadap keseimbangan mikroflora usus. Mekanismenya dengan cara menurunkan efek racun dari bakteri yang merugikan di usus (Dewi Rusmiati dkk, 2008). Kondisi operasi pembuatan starter yoghurt pada suhu 37º C selama 24 jam dan untuk produksi pada suhu 45º C selama 4-6 jam. Laboratorium Proses Teknik Kimia belum memiliki inkubator sehingga belum bisa melakukan proses fermentasi pada suhu 37º C dan 45º C. Oleh karena itu untuk memenuhi 1

14 2 kebutuhan tersebut maka penulis membuat incubator dalam rangka mengerjakan Tugas Akhir di fakultas teknik program studi diploma III teknik kimia. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pembuatan inkubator untuk proses fermentasi pembuatan yoghurt dengan peralatan yang murah dan sederhana (teknologi tepat guna). 1.3 Tujuan Tugas Akhir Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini yaitu : 1. Membuat inkubator untuk proses fermentasi pembuatan yoghurt. 2. Menguji inkubator tersebut dengan memanfaatkannya untuk membuat yoghurt. 1.4 Manfaat Tugas Akhir Manfaat yang diharapkan dari pembuatan inkubator untuk proses fermentasi pembuatan yoghurt, antara lain : a. Keberhasilan pembuatan inkubator yang murah dan sederhana ini dapat diterapkan untuk kalangan industri kecil, sehingga dapat memberikan solusi bagi masyarakat yang ingin berwirausaha dalam bidang pembuatan yoghurt. b. Untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Mengetahui kualifikasi inkubator dan kondisi proses fermentasi pembuatan yoghurt. c. Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Peneliti Peneliti dapat memperoleh ketrampilan dalam memanfaatkan incubator untuk pembuatan yoghurt.

15 3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Yoghurt Yoghurt adalah suatu produk fermentasi yang diperoleh dari susu segar dengan biakan campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus (Nelson dan Trout, 1964). Di Indonesia produk yoghurt ini semakin dikenal dan diminati masyarakat. Produk ini dapat dikonsumsi oleh penderita laktose intolerance, yaitu gejala tidak tahan terhadap gula susu (laktosa). Dengan proses pengolahan susu menjadi yoghurt dapat menurunkan sekitar 25 persen kadar laktosa yang ada, sehingga jika dikonsumsi oleh penderita tersebut, tidak menyebabkan terjadinya gejala-gejala yang merugikan (Winamo, 1980). Oleh sebab itu pengolahan susu segar menjadi produk yoghurt sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani maupun menunjang kesehatan. Robinson dan Tamime (1989) mengatakan bahwa yoghurt komersial dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu plain/natural yoghurt (yoghurt tanpa penambahan bahan lain, selain susu dan kultur), fruit yoghurt (yoghurt yang ditambah buah) dan flavoured yoghurt (yoghurt yang berflavor). Produk yoghurt juga mudah cepat rusak sama seperti produk hasil peternakan lainnya, karena yoghurt ini kaya akan gizi yang dimanfaatkan mikroba dalam pertumbuhannya. Untuk mempertahankan mutu yoghurt tersebut dibutuhkan penyimpanan yoghurt yang baik, yaitu pada suhu 5ºC - 10ºC. Streptococcus thermophilus dibedakan dari genus streptococcus lainnya berdasarkan pertumbuhannya pada suhu 45 C dan tidak tumbuh pada suhu 10 C (Tamime dan Deeth, 1980). Bakteri ini menyukai suasana ph mendekati netral dan ph optimal untuk pertumbuhannya adalah 6,5 (Helferich dan Wethoff, 1980). Menurut Davis (1975), umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam 3

16 4 laktat, tumbuh sangat baik pada ph 6,5 dan pertumbuhannya terhenti pada keasaman ph 4,2-4,4. Bakteri Laktobacilus tumbuh sangat baik pada ph 5,5 dan pertumbuhannya terhenti pada keasaman ph 3,8-3,8. Helferich dan Westhoff (1980) menyatakan bahwa bakteri ini mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhannya dan menyukai suasana agak asam (ph 5,5). Suhu optimum bagi pertumbuahan S. thermophilus adalah 37 C dan L. bulgaricus 45 C. Jika kedua bakteri itu diinokulasi pada suhu 45 C (ph 6,6-6,8), S. thermophilus mula-mula tumbuh Iebih baik dan setelah ph menurun karena dihasilkan asam laktat, maka L. bulgaricus akan tumbuh lebih baik (Pederson, 1977). Menurut Moon dan Reinbold (1975), kultur campuran S. thermophilus dan L. bulgaricus menghasilkan lebih banyak asam daripada bila hanya digunakan satu jenis kultur. Karena itu perbandingan kedua bakteri ini harus dipertahankan 1:1 agar asam yang diproduksi terbentuk dengan cepat (Anonymous, 1979). Laktosa dalam susu digunakan sumber energi dan sumber karbon selama pertumbuhan biakan yoghurt. Menurut Helferich dan Westhoff (1980) sebanyak 0,5 persen dari 5 persen laktosa yang ada dalam susu, digunakan oleh kultur untuk pertumbuhannya dan sisanya diubah menjadi asal laktat. Akumulasi asam laktat menyebabkan penurunan ph atau menaikkan keasaman susu Inkubator Desain inkubator tidak hanya terpaku pada fungsi saja tapi juga dari segi estetika tanpa melupakan fungsi utamanya. Fitur utama dari sebuah inkubator adalah suhu. Proses fermentasi memerlukan kondisi suhu yang terkendali biasanya antara 30ºC, 37ºC atau 45ºC. Kondisi suhu yang terkendali tersebut dicapai dengan alat yang disebut inkubator. Panas yang diperlukan oleh udara dalam ruang inkubator dapat ditentukan dengan rumus:

17 5 Q = m. Cp. Dimana: Q = jumlah kalor (kj) m = massa udara dalam ruang inkubator (kg) Cp = kapasitas panas udara (kj/kg.k) = perbedaan suhu (K) (Kern, D. Q. 1983) 2.2. Kerangka Pemikiran Inkubator ini berbentuk almari yang terbuat dari kayu. Pemilihan kayu sebagai bahan utama dikarenaka kayu merupakan isolator yang baik dan ekonomis. Inkubator ini digunakan untuk fermentasi yoghurt. Alat ini dilengkapi pemanas dan pengontrol suhu. Inkubator perlu panas yang terkontrol Panas berasal dari energy listrik dan dilengkapi regulator Ditentukan suhu yang diperlukan untuk fermentasi Ditentukan kapasitas (volume) inkubator Ditentukan daya pemanas listrik Uji penggunaan inkubator Penyusunan laporan

18 6 BAB III METODOLOGI Spesifikasi 1. Menentukan kapasitas dan dimensi inkubator. Penulis menentukan kapasitas inkubator muat dengan 4 toples, dengan desain incubator 2 rak. Dimana rak 1 dapat diisi 2 toples dan rak 2 juga dapat diisi 2 toples. Untuk dimensi inkubator, berdasarkan dimensi toples tersebut yang berjumlah 4. Dimensi toples dengan ukuran diameter alas 23 cm dan tinggi 27 cm. Pertimbangan memilih dimensi ini karena ukuran ini cukup besar dan dapat masuk ke dalam autoklaf untuk disterilisasi. Dari dimensi toples tersebut, penulis dapat menetukan dimensi inkubator. Dimensi inkubator Panjang = 64 cm = 0,64 m Lebar = 30 cm = 0,30 m Tinggi = 60 cm = 0,60 m Volume = p. l. t = ( 0,64 x 0,3 x 0,6 ) m 3 = 0,1152 m 3 2. Menentukan panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu dari suhu lingkungan (30ºC) menjadi suhu kerja inkubator (60º). Dengan rumus : 6

19 7 Dimana: Q = jumlah kalor (kj) m = massa udara dalam ruang inkubator (kg) = berat jenis udara pada 1 atm (1,2 kg/m 3 ) v = volume ruang inkubator (m 3 ) Cp = kapasitas panas udara (1,005 kj/kg.k) = perbedaan suhu (K) Menghitung massa udara dalam ruang inkubator : m = 1,2 kg/m 3. 0,1152 m 3 = 0,1382 kg Menghitung perbedaan suhu T1 = suhu lingkungan (30ºC= 303 K) T2 = suhu yang dikehendaki (60ºC = 333 K) = T2 - T1 = ( ) K = 30 K = 0,1382 kg x 1,005 kj/kg.k x 30 K = 4,1680 kj = 4168 Watt.s = Watt.hours 3. Menentukan daya pemanas Pemilihan daya pemanas yang mencukupi untuk kebutuhan panas di atas yaitu dengan menggunakan heater dengan daya 300 Watt. Untuk mengubah energi listrik menjadi energi panas, penulis menggunakan

20 8 heater regulator dengan daya 500 Watt, karena dipasaran hanya ada daya 500 Watt dan 1000 Watt 4. Komponen dan alat instrumentasi dalam inkubator a. Termometer Termometer merupakan alat ukur suhu atau temperatur. Termometer yang digunakan pada alat ini adalah termometer ruang dengan merk GEA dan mempunyai kemampuan mengukur suhu dari -30 ºC sampai 50ºC. Gambar termometer disajikan pada gambar III.1 Gambar III.1 Termometer

21 9 b. Heater regulator Heater regulator merupakan alat untuk mengkonversi energi listrik menjadi kalor atau panas. Heater regulator ini juga dapat mengatur besar kecilnya kalor atau panas yang penulis butuhkan. Heater ini mempunyai daya sebesar 500 Watt dan mampu menaikan suhu hingga 60ºC. Gambar Heater regulator disajikan pada gambar III.2 Gambar III.2 Heater regulator c. Blower Blower disini berfungsi menghembuskan udara ke elemen panas agar panas di dalam ruang inkubator merata. Blower ini

22 10 mempunyai tegangan sebesar 12 Volt. Kecepatan udara yang dihembuskan blower dapat dikendalikan dengan regulator. Gambar blower disajikan pada gambar III.3 Gambar III.3 Blower d. Elemen pemanas (bersirip) Elemen pemanas ini berfungsi menghantarkan energi panas atau kalor. Elemen pemanas ini berbentuk U dengan penembahan sirip-sirip di tengahnya agar luas kontak perpindahan panas semakin besar. Elemen pemanas ini terbuat dari alumunium, pemilihan bahan ini dikarenakan alumunium tidak korosif atau tidak mudah berkarat. Gambar elemen pemanas disajikan pada gambar III.4

23 11 Gambar III.4 Elemen Pemanas e. Adaptor Adaptor ini berfungsi mengubah arus AC menjadi arus DC pada blower. Adaptor yang digunakan adalah adaptor universal dengan 220 volt dan 18 Watt. Gambar adaptor disajikan pada gambar III.5 Gambar III.5 Adaptor

24 Lokasi Tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Teknik Kimia Fakultas Teknik Cara Kerja Cara Pengoperasian Inkubator Inkubator ini bekerja dengan prinsip meratakan udara panas yang dihembuskan oleh blower ke dalam ruangan inkubator. Panas ini berasal dari energi listrik yang dikonversi oleh heater regulator. Panas yang dihasilkan oleh heater regulator kemudian dikonduksikan ke elemen pemanas, lalu dikonveksikan oleh udara dari blower sehingga tercipta udara panas dengan panas yang terkontrol. Berikut merupakan start up dan shut down alat ini. Start up: a) Nyalakan blower dengan cara menggeser polaritas pada adaptor dengan posisi polaritas negatif (-), atur kecepatan putarnya dengan menggeser voltase adaptor. Semakin tinggi voltase (max 12 volt), semakin cepat kecepatan putarnya. Blower berfungsi untuk mensirkulasikan panas agar merata di dalam inkubator. b) Nyalakan heater dengan cara memutar regulator, atur skala regulator untuk panas yang diinginkan : Tabel III.1 Data Suhu Inkubator Skala Suhu

25 c) Tunggu panas naik dari suhu ruangan ke suhu yang diinginkan. d) Amati suhu dalam inkubator pada termometer. e) Setelah mencapai suhu yang dikehendaki (konstan), inkubator dapat digunakan untuk inkubasi. Shut down : a) Turunkan level regulator heater ke level 1. b) Matikan regulator heater. c) Matikan blower dengan menggeser polaritas ke positif (+). d) Keluarkan bahan yang sudah diinkubasi Cara Kerja Pembuatan Yoghurt a. Membuat Starter 1. Membuat susu skim dengan takaran 8 gr dalam 100 ml 2. Dimasukan ke dalam kuvet 5 ml sebanyak 20 buah 3. Disterilisasi pada tekanan 10 psi selama 15 menit 4. Didinginkan pada suhu kamar 5. Memasukan bakteri Lactobacillus bulgaricus pada 10 kuvet dan 10 kuvet lagi untuk Streptococcus thermophilus 6. Diinkubasi pada suhu 37 o C selama 12 jam

26 14 b. Membuat Media 1. Merendam kedelai selama 4-6 jam sebanyak 500 gr 2. Mencuci kedelai 3. Merebus kedelai sampai mendidih 4. Mencuci kedelai lagi 5. Memblender kedelai dengan menambahkan aquadest sebanyak 2L 6. Disaring diambil filtratnya yang berupa susu kedelai 7. Susu kedelai lalu dididihkan dan ditambahkan gula pasir, gelatin (nutri jell) dan skim diaduk agar homogeny 8. Didinginkan hingga suhu kamar (30 o C) 9. Memasukan starter 10 ml Lactobacillus bulgaricus dan 10 ml Streptococcus thermophilus 10. Dihomogenkan lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam atau 45 o C selama 4-6 jam 3.4. Jadwal Pelaksanaan Pengujian alat inkubator ini dilakuakan pada tanggal 11 November Desember 2012

27 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Alat Inkubator Gambar IV.1 Inkubator Almari Inkubator ini berbentuk almari dibuat dari kayu dengan tebal 1,5 cm dengan dua rak/lantai yang berlubang agar udara panas dapat naik ke ruang rak/lantai dua. Terdapat heater sebagai elemen pemanas dan blower untuk meratakan panasnya yang di letakkan di rak/lantai bawah. Inkubator ini dilengkapi dengan termometer, untuk dapat mengamati suhu ruang inkubator melalui kaca di bagian depan. 15

28 16 Besar kecilnya panas dapat diatur melalui regulator. Panas yang dihasilkan akan diratakan dengan kipas yang di letakkan di belakang heater. Panas keluar melalui lubang-lubang kecil pada box heater. Selama proses dilakukan pemantauan suhu pada termometer yang ada. Pengoperasian inkubator ini pertama menyalakan blower dengan cara menggeser polaritas pada adaptor pada posisi polaritas negatif (-). Kemudian menyalakan heater dengan cara menyalakan regulator heater, mengatur level regulator untuk panas yang diinginkan. Menunggu panas naik dari suhu ruangan ke suhu yang diinginkan. Amati suhu dalam inkubator pada termometer. Setelah mencapai suhu yang dikehendaki (konstan), inkubator dapat digunakan untuk inkubasi Pengujian Pengujian Pemanasan Suhu (ºC) Waktu (menit) Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5 Skala 6 Skala 7 Skala 8 Skala 9 Skala 10 Skala 11 Skala 12 Skala 13 Gambar IV.2 Grafik Hubungan antara waktu (menit) dengan suhu (ºC) ruang inkubator pada skala tertentu

29 17 Pengujian inkubator ini dilakukan dengan mengambil data suhu setiap interval waktu 10 menit sampai konstan. Dari suhu awal 30ºC menjadi suhu yang dikehendaki. Kenaikan suhu ini karena adanya panas dari heater. Pemanas yang digunakan adalah heater karena lebih praktis, dibandingkan dengan pemanas lain misalnya lampu bohlam yang dapat memakan tempat yang banyak. Hasil uji kinerja inkubator disajikan dalam bentuk grafik. Grafik ini disajikan pada Gambar IV.2. Dari grafik IV.2 membuktikan bahwa semakin lama waktu maka suhu juga akan semakin naik dan konstan pada suhu tertentu. Semakin tinggi skala maka suhu juga akan semakin tinggi/naik. Semakin tinggi skala maka waktu yang diperlukan untuk mencapai konstan semakin lama. Untuk memudahkan membaca data dalam grafik, maka data ditabelkan pada tabel IV.1. Dari tabel IV.1 dapat diketahui bahwa untuk memperoleh suhu ruang inkubator 37 o C, maka digunakan skala 5 dan waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 37 o C adalah 90 menit. Untuk memperoleh suhu ruang inkubator 45 o C, maka digunakan skala 8 dan waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 45 o C adalah 120 menit. Tabel IV.1 Data Pengujian Inkubator Skala Suhu ( o C) Waktu yang diperlukan untuk konstan menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit menit

30 Pengujian Alat untuk Pembuatan Yoghurt Dari pengujian yang telah dilakukan, inkubator ini dapat digunakan untuk fermentasi yoghurt pada suhu 37 o C maupun 45 o C. Uji alat inkubator untuk pembuatan youghurt dilakukan dengan prosedur : a. Menyiapkan inkubator b. Memanaskan inkubator pada suhu yang dinginkan c. Membuat media dan starter yoghurt d. Memasukan media yang telah ditambahkan starter ke dalam inkubator. e. Melakukan fermentasi selama 24 jam pada suhu 37 o C atau selama 6 jam pada suhu 45 o C f. Mengeluarkan yoghurt hasil fermentasi g. Mematikan inkubator Dari yoghurt yang dihasilkan, diperoleh rasa asam dengan ph 4, bertekstur lembut, cair semi padat. Hasil pembuatan yoghurt disajikan pada gambar IV.3. Gambar IV.3 Yoghurt Hasil Fermentasi selama 24 jam (37 o C)

31 Pembahasan Inkubator dalam pengujiannya dapat mengahasilkan suhu yang terkontrol, akan tetapi untuk mendapatkan suhu yang diinginkan memerlukan waktu yang cukup lama. Dalam prakteknya untuk menaikan suhu awal 30 o C menjadi 60 o C dalam ruang inkubator dengan volume 0,1152 m 3 dan daya pemanas 300 Watt membutuhkan waktu 190 menit. Hasil ini sangat jauh berbeda dari perhitungan secara teoritis yaitu hanya memerlukan 14 sekon. Faktor yang menyebabkan waktu yang yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang diinginkan sangat lama antara lain perpindahan panas dari sumber panas ke udara yang kurang sempurna dan kecilnya luas kontak permukaan sumber panas dengan udara. Selain itu faktor di atas, efisiensi alat juga mempengaruhi. Alat pemanas inkubator ini hanya menghasilkan efisiensi sebesar 75%. Perhitungan efisiensi ini dapat dilihat pada lampiran hal L.3. Uraian di atas menjelaskan bahwa inkubator ini mempunyai kekurangan dalam hal kecepatan dalam memanaskan suhu ruang di dalam inkubator. Dari pengujian pembuatan yoghurt, inkubator ini dapat melakukan fermentasi pada suhu 37 o C selama 24 jam, waktu yang diperlukan incubator untuk mencapai suhu ini adalah 90. Dan inkubator ini juga dapat melakukan fermentasi pada suhu 45 o C selama 6 jam, waktu yang diperlukan inkubator untuk mencapai suhu ini adalah 120. Dari kedua percobaan di atas yoghurt yang dihasilkan bertekstur lembut, cair semi padat, mempunyai ph 4 dan mempunyai rasa asam.

32 20 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Inkubator berhasil dibuat untuk proses fermentasi yoghurt. 2. Suhu ruang inkubator dapat terkontrol. 3. Untuk mencapai suhu yang diinginkan membutuhkan waktu yang cukup lama. 5.2 Saran 1. Perlu adanya alat pengukur suhu yang lebih akurat dan mudah diamati. 2. Perlu adanya tempat khusus untuk penempatan box heater. 3. Menambah luas permukaan kontak antara sumber panas dengan udara 20

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Menurut Davis (1975), umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam laktat, tumbuh sangat baik pada ph 6,

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Menurut Davis (1975), umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam laktat, tumbuh sangat baik pada ph 6, Lokakarya Fungsional Non Penelti 1997 PROSES PEMBUATAN DAN PENYIMPANAN YOGHURT YANG BALK Sugiarto Balai Penelitian Temak, Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Yoghurt adalah suatu produk fermentasi

Lebih terperinci

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

BAB V RANCANGAN PENELITIAN BAB V RANCANGAN PENELITIAN 5.1 Alat dan Bahan yang digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan Alat yang digunakan pada penelitian meliputi autoklaf 50X Electric Model 24 Liter, neraca digital, erlenmeyer 500

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan Starter Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah bogor meliputi langkah-langkah sebagai berikut, dapat dilihat pada Gambar 1.

Lebih terperinci

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR (MANUFACTURE OF COW S MILK YOGHURT WITH THE HELP OF MICROORGANISMS IN PLAIN YOGHURT

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan ph Pada Pembuatan Yoghurt Jahe Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor

Pengaruh Suhu dan ph Pada Pembuatan Yoghurt Jahe Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor TUGAS AKHIR Pengaruh Suhu dan ph Pada Pembuatan Yoghurt Jahe Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor ( The Influence of Temperature and ph to Make Ginger Yoghurt with Lactobacillus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT DISTILASI BERTINGKAT SKALA LABORATORIUM Disusun oleh: ARIF WIBOWO BIAN YOVIETA WIJAYA I8311004 I8311008 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian Penelitian yang saya lakukan ini adalah tentang pembuatan susu prebiotik ubi jalar yang mengacu pada (Suhartini,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.)

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) Disusun Oleh : TRI HANDAYANI WARIH ANGGRAINI (I8311060) (I8311063) PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT Laporan Tugas Akhir ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT (Analysis Of Optimum ph For Lactobacillus bulgaricus Growth In Glucose

Lebih terperinci

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor TUGAS AKHIR Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor ( The Influence of Time and Nutrient in The Manufacture

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ALAT PENGERING BIOETANOL METODE ADSORPSI DALAM KOLOM UNGGUN TETAP

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ALAT PENGERING BIOETANOL METODE ADSORPSI DALAM KOLOM UNGGUN TETAP LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ALAT PENGERING BIOETANOL METODE ADSORPSI DALAM KOLOM UNGGUN TETAP Disusun Oleh: DANI WAHYU NUGROHO I 8306049 KRISTIANI I 8306069 M. SOFYAN HAFIDZ I 8306078 THESA FITRIA NINGRUM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa proses pengolahan susu kambing menjadi yoghurt. Melalui beberapa tahapan yang digambarkan melalui bagan alir dbawah ini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Percobaan Pembuatan yoghurt dari kacang merah Bahan : Kacang merah = 250 gram Aquadest = 1000 ml Gula pasir = 7,5 gram Susu Skim = 70 gram Jumlah Kultur = Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijual olahan susu fermentasi, salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih besar daripada susu segar karena terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN KONDENSOR PERALATAN PIROLISIS SAMPAH PLASTIK Disusun oleh: SEFI YUDA YURI YUAN DANA I 8310055 SENO PRASETYO I 8310058 TANGGUH PERWIRA NEGARA

Lebih terperinci

b. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.

b. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan. Cara penggunaan autoklaf: a. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN NATA DE CITRULLUS Disusun Oleh : Harisda Gresika Fitriati Vigisha Laudia Harning I8310037 I8310065 JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus terhadap kualitas yoghurt susu kambing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM (Shorgum bicolor) DENGAN PROSES HIDROLISIS KATALIS ASAM KLORIDA (HCl) Disusun oleh: AYU KARTIKA SARI I 8310013 DWI WIDY ASTUTI I 8310027 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuz polyrhizus) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS ORGANOLEPTIK, KIMIA DAN FISIK YOGHURT SUSU SAPI

PENGARUH PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuz polyrhizus) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS ORGANOLEPTIK, KIMIA DAN FISIK YOGHURT SUSU SAPI PENGARUH PENAMBAHAN JUS BUAH NAGA MERAH (Hylocereuz polyrhizus) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS ORGANOLEPTIK, KIMIA DAN FISIK YOGHURT SUSU SAPI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Agro inovasi Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan www.litbang.deptan.go.id 2 AgroinovasI

Lebih terperinci

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA Making Soursop (Annona muricata L.) Ice Cream and Product Economy Analysis Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SILVI DIANA SHOFI L0C

TUGAS AKHIR SILVI DIANA SHOFI L0C TUGAS AKHIR Pengaruh Suhu dan ph Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Nanas (Ananas Comosus) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor ( The Influence of Temperature and

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( ) Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( 08307144033 ) PROGRAM STUDI KIMIA JURDIK KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI PAKAN TERNAK BERPROTEIN TINGGI DENGAN HASIL SAMPING GLUKOSA CAIR MELALUI PROSES FERMENTASI OLEH ASPERGILLUS NIGER Oleh : NUR AMIN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-P Formulasi dan Daya Terima Susu Fermentasi yang Ditambahkan Ganyong (Canna edulis. Kerr) sebagai Minuman Sinbiotik Serta Daya Hambatnya Terhadap Pertumbuhan E.coli. Oleh: Babang Yusup

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN Lactobacillus sp. DAN Streptococcus sp. DENGAN VARIASI SUKROSA DAN POTONGAN BUAH MANGGA Optimization of Manufacturing

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Industri Pengolahan Hasil Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Laboratorium

Lebih terperinci

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan Abstrak Wedang cor merupakan minuman khas jember yang biasanya di jual dipenggiran jalan. Minuman ini sangat diminati oleh kalangan Mahasiswa maupun mayarakat. Wedang cor ini terdiri dari jahe, ketan dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak sekali minuman fermentasi yang dijual dipasaran, salah satunya yoghurt. Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan susu segar sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe sangat familiar dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Protein sebagai salah satu komponen gizi yang dibutuhkan manusia. Protein ini dapat diperoleh dari bahan nabati ataupun hewani. Dari bahan hewani salahs atunya adalah

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU

LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU LAPORAN TUGAS AKHIR ALAT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PROSES PEMBUATAN TAHU Disusun oleh: ADHITYA FAJAR R I 8310003 ANGGA EKO D I 8310007 BANGKIT SURYO W I 8310015 FIKRI FARID B I 8310032 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Produk-produk fermentasi dapat berbahan dari produk hewani maupun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA KETEL UAP BERTENAGA LISTRIK

RANCANG BANGUN DAN ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA KETEL UAP BERTENAGA LISTRIK KARYA AKHIR RANCANG BANGUN DAN ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA KETEL UAP BERTENAGA LISTRIK M.KELANA PUTRA.S 035202063 KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH IJAZAH SARJANA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada. Program Studi Diploma III Teknik Kimia

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada. Program Studi Diploma III Teknik Kimia TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT DARI BIJI NANGKA DENGAN STARTER LACTOBACHILUS BULGARICUS DAN STREPTOCOCUS THERMOPHILUS MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR DENGAN VARIASI SUKROSA DAN STARTER (yoghurt making of seeds

Lebih terperinci

MINUMAN FERMENTASI KOPI SIDIKALANG KHAS SUMATERA UTARA OLEH LACTOBACILLUS BULGARICUS DENGAN PENAMBAHAN LAKTOSA

MINUMAN FERMENTASI KOPI SIDIKALANG KHAS SUMATERA UTARA OLEH LACTOBACILLUS BULGARICUS DENGAN PENAMBAHAN LAKTOSA LAPORAN TUGAS AKHIR MINUMAN FERMENTASI KOPI SIDIKALANG KHAS SUMATERA UTARA OLEH LACTOBACILLUS BULGARICUS DENGAN PENAMBAHAN LAKTOSA (Fermented Beverages of Sidikalang Coffee Typical North Sumatra by Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu jamur yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt adalah pangan fungsional yang menarik minat banyak masyarakat untuk mengkonsumsi dan mengembangkannya. Yogurt yang saat ini banyak dikembangkan berbahan dasar

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor LAPORAN TUGAS AKHIR Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor ( The Influence of Temperature in The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt merupakan sejenis produk susu terkoagulasi yang diperoleh dari fermentasi oleh bakteri asam laktat yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA. Disusun Oleh :

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA. Disusun Oleh : LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA Disusun Oleh : JUNITA ISNA SUSANTI RIRIN MEINDAH SARI (I8313029) (I8313053) PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf 24 L yang merupakan alat hasil rancangan tugas akhir angkatan

Lebih terperinci

FERMENTASI FRUITGHURT DENGAN VARIASI KULIT BUAH UPAYA DALAM PEMANFAATAN LIMBAH CAIR BUAH

FERMENTASI FRUITGHURT DENGAN VARIASI KULIT BUAH UPAYA DALAM PEMANFAATAN LIMBAH CAIR BUAH FERMENTASI FRUITGHURT DENGAN VARIASI KULIT BUAH UPAYA DALAM PEMANFAATAN LIMBAH CAIR BUAH FITRI YULYANTI SILALAHI, M.IKHSAN F DOSEN PEMBIMBING:Ir.AGUS HADIYANTO, MT. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN YOGHURT SUSU KECAMBAH KACANG HIJAU

PEMBUATAN YOGHURT SUSU KECAMBAH KACANG HIJAU PEMBUATAN YOGHURT SUSU KECAMBAH KACANG HIJAU Skripsi Oleh : BERNANDA YULIASANJAYA NPM : 0333010049 PROGDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator. BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Peralatan Desain genset bermula dari genset awal yaitu berbahan bakar bensin dimana diubah atau dimodifikasi dengan cara fungsi karburator yang mencampur bensin dan udara

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) Disusun oleh: RASINTAN AYUDHA PRAMITA I 8310050 SEKAR KUSUMANINGRUM I8310056 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pengujian mesin pendingin yang menggunakan termoelektrik peltier TEC1-12706 dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017-30 April 2017 bertempat di rumah penulis yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control

INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control INCUBATOR SHAKER IK.KS.4000i Control Incubator dibuka dan letakkan bahan yang akan disentrifuse; Pasang dan hubungkan cable dengan listrik, tunggu ± 15 detik agar aliran listrik stabil Tekan tombol power

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja dari hasil perancangan

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik dari rizqi yang terdapat di bumi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-nya

Lebih terperinci

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP MIKROSKOP Ambil mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop, lalu letakkan diatas meja datar. Hindari sentuhan-sentuhan terhadap lensa, apabila bagian lensa mikroskop terlihat kotor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang fungsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir.

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KULTUR YOGURT

KAJIAN PENGGUNAAN AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KULTUR YOGURT KAJIAN PENGGUNAAN AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SUSU SKIM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KULTUR YOGURT (Streptococcus thermophilus DAN Lactobacillus bulgaricus) SKRIPSI OLEH: FELICIA NOVITA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE Setelah selesai pembuatan prototipe, maka dilakukan evaluasi prototipe, apakah prototipe tersebut telah sesuai dengan SNI atau tidak, setelah itu baru

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pengolahan dan Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian. Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama 2

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT DARI KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL) Disusun Oleh: NUR FAIZIN LUKMAN HAKIM I

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT DARI KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL) Disusun Oleh: NUR FAIZIN LUKMAN HAKIM I LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT DARI KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL) Disusun Oleh: NUR FAIZIN LUKMAN HAKIM I 8309033 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN SOYGHURT KAYA ANTIOKSIDAN dengan SUBSTITUSI EKSTRAK WORTEL (Daucus carrota) SKRIPSI

PEMBUATAN SOYGHURT KAYA ANTIOKSIDAN dengan SUBSTITUSI EKSTRAK WORTEL (Daucus carrota) SKRIPSI PEMBUATAN SOYGHURT KAYA ANTIOKSIDAN dengan SUBSTITUSI EKSTRAK WORTEL (Daucus carrota) SKRIPSI Oleh : FAUZIAH IMROATUS SHOLIHAH 1033010017 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN A. Spesifikasi Susu Skim Bubuk Oldenburger Komponen Satuan Jumlah (per 100g bahan) Air g 3,6 Energi kj 1480 Protein g 34,5 Lemak g 0,8 Karbohidrat g 53,3 Mineral

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN TEMPE BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI. Disusun oleh : ADI KURNIAWAN

SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN TEMPE BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI. Disusun oleh : ADI KURNIAWAN SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN TEMPE BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI Disusun oleh : ADI KURNIAWAN 0834010065 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pendalaman materi prediksi Ujian Nasional SMP 62 Jakarta - SW Page 1

Pendalaman materi prediksi Ujian Nasional SMP 62 Jakarta - SW Page 1 SOAL LATIHAN (PREDIKSI UN 2013) Pilihlah jawaban yang benar. 1. Perhatikan tabel berikut! No Besaran Satuan Alat ukur 1 Berat kg Neraca 2 Panjang meter Mistar 3 Suhu celcius Termometer 4 Waktu sekon Arloji

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK FURFURAL DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN Oleh : Yosephin Bening Graita ( I 0509043 ) JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci