BAB I PENDAHULUAN. memuat sebuah acara tentang upacara tradisional di sebuah desa yang termasuk
|
|
- Sudirman Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah situs Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan memuat sebuah acara tentang upacara tradisional di sebuah desa yang termasuk wilayah Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan yang dijadwalkan pada bulan April tahun Situs dari dinas tersebut saya lihat pada bulan Oktober 2012 ketika saya dan tim mendapat tugas untuk melakukan penelitian di sebuah desa yang menghadirkan upacara tersebut. Upacara tradisional yang dimaksud adalah upacara mendhak atau masyarakat (dan instansi kedinasan) menyebutnya sebagai upacara nyanggring, sebuah tradisi adat yang dilakukan setiap satu tahun sekali di Desa Tlemang. Ketika wawancara dengan pihak dinas saat itu, promosi acara mendhak baru dilakukan tahun itu. Namun, begitu memasuki tahun 2013 dan pergantian susunan pengurus dinas, situs dinas sudah tidak lagi menampilkan dan menghilangkan berita tentang upacara tersebut. Dengan sebuah buku referensi tentang upacara tradisional mendhak/nyanggring oleh Rudjiati, dkk. yang terbilang lawas (diterbitkan pada tahun ) kami jadikan sebagai pedoman untuk mengenal upacara adat mendhak yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Desa Tlemang. Upacara tradisional yang sempat masuk dalam paket wisata yang diadakan oleh 1 Lihat Rudjiati, dkk Upacara Adat Mendhak/Nyanggring di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1
2 Dinas Pariwisata Kabupaten Lamongan pada bulan April tahun 2012 belum mampu menarik wisatawan untuk menyaksikan upacara tersebut. Akan tetapi, apakah upacara tersebut menarik perhatian pengunjung atau tidak, masyarakat Tlemang tetap akan melakukan tradisi itu. Seperti penuturan Pak Yari, mantan Kepala Dinas Pariwisata: Nyanggring itu upacara adat yang sudah ada sejak zaman Belanda, dan hingga kini masyarakat Desa Tlemang masih menjalankan upacara adat nyanggring. Tujuan upacara adat tersebut dihubungkan dengan sejarah upacara nyanggring, yakni untuk merayakan wisudanya Ki Buyut Terik. Mungkin sebenarnya harus disebut mendhak-an, karena setelah upacara nyanggring semua masyarakat akan berziarah ke makam Mbah Ki Buyut Terik. Upacara tradisional mendhak bagi pihak dinas pariwisata merupakan salah satu jalan untuk mempertahankan dan memperlihatkan kebudayaan yang masih konsisten di tengah arus globalisasi dan modernisasi dimana banyak anggapan bahwa mempertahankan hal yang kuno sudah tidak begitu menarik. Pada sisi lainnya, justru keberadaan tradisi tersebut menguatkan pemikiran bahwa masyarakat pendukung masih sangat memerlukan tradisi dan di sana akan terlihat bagaimana tradisi itu dipertahankan. Selain itu, tradisi mendhak juga menjadi salah satu contoh keberagaman budaya Indonesia dalam hal upacara tradisional. Keberagaman budaya yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kebudayaan oleh Koentjaraningrat meliputi bahasa, sistem religi, kesenian, sistem mata pencaharian, sistem pengetahuan, organisasi sosial, dan sistem peralatan hidup dan teknologi (1990: 217) mendapatkan banyak perhatian terlebih di Indonesia yang memiliki ragam budaya yang sangat banyak. Para peneliti baik peneliti dari Indonesia sendiri bahkan dari luar negeri pun begitu memperhatikan keragaman 2
3 budaya dimana dari kebudayaan-kebudayaan yang terlahir di sebuah tempat kemudian dilakukan oleh masyarakat pendukungnya menjadikan sebuah tradisi itu sebagai pedoman hidup untuk mencapai ketentraman hidup dengan memenuhi kebutuhan spiritualnya. Mengutip Abdullah (2002), Kajian mengenai upacara suatu suku bangsa semakin menarik, selain menemukan bentuk-bentuk aslinya, juga memungkinkan untuk melacak gagasan-gagasan yang melatarbelakangi tindakan itu. Pada pengambilan fokus tentang sistem religi, yang lebih sering dibicarakan adalah mengenai upacara memiliki andil besar dalam menjalankan segala aktivitas hidup kelompok masyarakat pendukungnya. Menurut Julian Steward, upacara dibentuk dari hasil adaptasi manusia terhadap lingkungannya sehingga melalui upacara dan ritual (tradisional) masyarakat mampu mengekspresikan, melestarikan dan mengomunikasikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya agar menjadi referensi hidup, dan mewujudkan solidaritas sosial (Moran, 2002 dalam Hudayana, dkk., 2012: 1). Sebuah upacara yang sering disebut oleh para ahli antropologi sebagai bentuk simbolisasi keeksistensian manusia terhadap lingkungan sebagai bentuk pemikiran dari segala bentuk kegiatan sosial sehari-hari (Geertz, 1983: XI-XII dalam Abdullah, 2002: 3-4) sehingga sebuah upacara masih sering dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan sejak nenek moyang mereka. Upacara merupakan sebuah fenomena sosial yang sangat kompleks. Meskipun ini dianggap sebagai milik/properti studi agama (lihat Leach, 1968), dari segi aktifitasnya, terdapat banyak sekali hal (termasuk yang tidak berkaitan dengan agama) yang secara teknis dapat 3
4 dimasukkan dalam kategori ritual. Turner (1969 dalam James, 2003) membagi ritual ke dalam dua kelompok besar; yakni ritual yang bersifat religius dan ritual yang bersifat sekular. Ritual yang pertama didorong oleh alasan dan dogmadogma agama dalam pelaksanaannya, sementara yang kedua lebih mirip dengan perayaan. Dari segi perspektif keilmuan yang digunakan, Bell (1992: 3) menunjukkan betapa ritual telah menjadi objek kajian, metode penelitian, perspektif, dan bahkan menjadi style dalam berbagai disiplin ilmu. Berangkat dari pemikiran Turner tentang ritual religius dan ritual sekular, hal ini menjadi pertimbangan lain dalam membahas kajian yang akan diuraikan dalam skripsi ini. Pembahasan mengenai perbedaan upacara dan ritual sendiri dibahas berdasarkan terhadap paradigma kebutuhan masyarakat terhadap tindakan religi tersebut. Misalnya saja Soehada (2008) mengutip Turner (1966: 19) mengartikan ritual sebagai perilaku formal yang dilakukan secara berkala dan mengacu pada tindakan yang didasari keyakinan religius terhadap kekuasaan atau kekuatan-kekuatan mistis dan membedakannya dengan upacara yang sifatnya lebih pada rutinitas yang sifatnya teknis. Kemudian, Eliade (1987 dalam Soehada, 2008) menyebut ritual sebagai pengertian perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang sebagai wujud keyakinan keagamaan, dan upacara merupakan kegiatan yang menunjuk pada tindakan sebagai acara sosial (social event). Upacara dan ritual dibedakan pada saat pengambilan keputusan dan berdasarkan anggota yang akan mengikuti kegiatan tersebut. Akan tetapi, seringkali upacara juga sering disebut sebagai kegiatan agama komunal yang melibatkan seluruh masyarakat yang berada dalam lingkup wilayah lingkungannya, dan ritual lebih 4
5 pada kegiatan yang berhubungan dengan agama dan keyakinan, serta kegiatannya dan ekonominya lebih menggunakan milik pribadi. Dengan pembedaan yang jelas antara ritual dan upacara, maka diharapkan akan terlihat bahwa nyanggring yang dahulunya dijadikan sebagai upacara tradisional (Lihat Bab III), belakangan ini mengalami pergeseran-pergeseran akibat adanya pengaruh-pengaruh luar yang justru menyebabkan berubahnya pandangan dan makna mendhak bagi masyarakat Tlemang saat ini (Lihat Bab IV). Upacara yang dilakukan oleh masyarakat lokal di beberapa tempat masih sangat terasa kental dengan dibumbui mitos-mitos dan keyakinan dari masyarakat itu sendiri. Kemudian masyarakat yang masih yakin dengan mengadakan upacara dan ritual tetap menjalankannya sesuai dengan tata cara dan perilaku yang biasa mereka lakukan seperti nenek moyang mereka. Akan tetapi, seringkali upacara dan ritual tidak begitu dikenal oleh para pendukungnya sehingga pengadaan upacara ritual sudah tidak menjadi hal yang penting lagi, dan terjadi penurunan-penurunan pada aspek-aspek pelestarian budaya terlebih pada aksi solidaritas sosial yang mengadakan upacara dan ritual. Memudarnya upacara ritual bisa jadi disebabkan karena kemajuan teknologi di era modern yang lebih mengedepankan informasi-informasi lain, namun jarang untuk menampilkan informasi tentang budaya lokal. Kemungkinan hal ini terjadi karena gerakan modernisasi yang muncul pada masa Orde Baru (Hudayana, 2012:1) dimana pada masa itu penguasa mulai meminggirkan budaya tradisional dengan alasan ingin mewujudkan pembangunan yang akan mengangkat kesejahteraan 5
6 masyarakat sehingga informasi mengenai budaya tradisional atau lokal hanya bisa didapatkan pada buku cetak pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Pada tataran sosial, perubahan-perubahan akibat pengaruh faktor-faktor internal yang muncul dari dinamika yang tumbuh dari dalam atau pun akibat pengaruh yang berasal dari luar masyarakat pendukung kebudayan (Sairin, 2002: 7). Akan tetapi, perubahan-perubahan yang terjadi tidak benar-benar mengubah nilai-nilai budaya yang tertanam dalam diri masyarakat. Seperti pada aspek perubahan sosial, dimana pranata-pranata di dalamnya menuntut ikut berubah menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan adanya pengaruh-pengaruh aspek-aspek lain seperti politik dan ekonomi memunculkan sebuah paradigma baru terhadap makna mendhak bagi masyarakat pendukung yang menjalankannya. 1.2 Permasalahan Dalam buku Rudjiati (1991) tentang upacara mendhak di Desa Tlemang belum banyak dibahas bagaimana masyarakat memaknai upacara pada beberapa aspek yang memengaruhinya, seperti aspek sosial, aspek religi, politik dan ekonomi. Upacara mendhak yang dikemukakannya hanya menguraikan mekanisme pelaksanaan upacara mendhak yang diadakan selama empat hari berturut-turut pada tanggal 24 sampai 27 Jumaddilawal seperti membersihkan sumber mata air (sendhang) dilakukan pada hari pertama, membersihkan makam Ki Buyut Terik yang merupakan seorang tokoh masyarakat yang dalam ceritanya beliau adalah orang yang menyebarkan agama Islam di sekitar daerah Tlemang dan juga menjadi sentral dari kegiatan upacara mendhak, karenanya 6
7 upacara mendhak juga disebut sebagai mendhak/haul Ki Buyut Terik. Pelaksanaan hari ketiga dan keempat merupakan rangkaian acara puncak mulai dari persiapan atau pra-nyanggring pada hari ketiga dan puncaknya adalah memasak sayur sanggring atau nyanggring. Setelah menyantap sanggring, warga berbondongbondong pergi ke makam Ki Buyut Terik untuk melakukan kegiatan terakhir yakni berziarah sebagai penutup rangkaian prosesi upacara mendhak. Tapi, apa yang mempengaruhi masyarakat untuk mengadakan upacara mendhak? Atas dasar apa mereka tetap melaksanakan upacara mendhak di era yang sudah terkontaminasi oleh moderintas sehingga terancamnya kehilangan nilai-nilai budaya sangat besar? Kemudian, bagaimana masyarakat Tlemang memaknai mendhak saat ini? 1.3 Kerangka Pemikiran Upacara ritual diyakini oleh banyak peneliti sebagai bagian dari sebuah religi, dimana lahirnya upacara ritual dianggap sebagai bentuk penghormatan dan tanda syukur kepada kekuatan lain yang melebihi manusia (seperti roh dan alam) dan lahirnya upacara ritual juga mampu mengekspresikan tatanan sistem sosial budaya masyarakat dan konsepsi mekanisme adaptif yang membuat manusia menjaga kehidupan sosial sebagai suatu komunitas yang teratur (Morris, 2003; James, 2003; Soehada, 2008) sehingga pada akhirnya keberadaan upacara ritual itu menjadi sebuah pertunjukkan tradisi tentang interaksi sosial yang harus selalu dijaga dan diusahakan untuk terus ada demi keberlangsungannya. Sztompka (2010) mengatakan bahwa tradisi yang sifatnya nasional seperti lagu, bendera, 7
8 emblem, mitologi dan ritual umum adalah kesediaan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi nasional selalu dikaitkan dengan sejarah, menggunakan masa lalu untuk memelihara persatuan bangsa serta kelompok atau komunitas tertentu. Nyanggring atau masakan sayur sanggring dibuat sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME dan sebagai perayaan atas wisudanya Ki Buyut Terik (Rudjati, dkk. 1991: 37) tidak semata-mata dipandang sebagai masakan komunal untuk dimakan bersama-sama dengan semua masyarakat di Tlemang, namun nyanggring juga memperlihatkan sistem budaya seperti gagasan dan konsep terciptanya upacara mendhak, nilai-nilai, norma-norma, yang mampu menata dan mempengaruhi tindakan dan tingkah laku manusia; serta juga terdapat sistem sosial atau interaksi antar individu yang diatur oleh adat istiadat (Koentjaraningrat, 1990). Asal-usul nyanggring tak terlepas pada asal-usul berdirinya Desa Tlemang, yang di dalamnya juga dikisahkan tentang Ki Buyut Terik yang merupakan sosok penting dalam upacara mendhak dan Desa Tlemang. Reuter menulis mengenai masyarakat Bali Aga (2005) sangat yakin bahwa asal-usul merupakan konsep utama dan nilai yang mengilhami masyarakat kontemporer untuk melihat diferensiasi masa lampau dan masa kini dimana asal-usul juga merupakan sejarah migrasi-migrasi dan pendirian desa-desa sebagai tempat pemberhentian dalam perjalanan nenek moyang dan memberikan status ritual desa tertentu berdasarkan tingkat kedekatan terhadap asal-usul perjalanan. Konsep ini 8
9 nampaknya juga berlaku terhadap keyakinan masyarakat Tlemang tentang gagasan-gagasan, konsep, nilai-nilai dan norma-norma dari upacara mendhak sangat dipengaruhi oleh pendiri desa itu sendiri, yakni Ki Buyut Terik. Pada gagasan dan konsep upacara dapat melihat keseluruhan prosesi mendhak mulai dari membersihkan sumber mata air hingga pada puncaknya membuat masakan sayur sanggring sebagai satu paket ritual yang tidak boleh dihilangkan bagianbagiannya, karena dalam menjalankan kegiatan dari persiapan membersihkan sumber mata air hingga memasak telah terikat pada nilai-nilai budaya dan normanorma sosial agar semua dapat terpenuhi. Pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial dalam upacara mendhak membentuk do (yang diperbolehkan) dan don t (yang tidak diperbolehkan) selama menjalankan seluruh prosesi upacara. Sistem seperti ini biasanya diatur oleh suatu kelompok atau organisasi yang yang dibuat untuk menertibkan dan melancarkan jalannya prosesi upacara. Organisasi sosial dalam kategori masyarakat tentu memiliki tingkatan-tingkatan status perihal upacara ritual seperti umumnya sebuah desa memiliki perangkat desa mulai dari kepala desa, wakil kepala desa atau jika tidak diperlukan langsung menunjuk pada sekretaris desa dan bendahara desa hingga pada perangkat desa berupa seksi-seksi, dan anggota masyarakat. Dalam upacara ritual, tentu akan diketahui siapakah kepala adat atau orang yang memimpin jalannya upacara, koordinator atau wakil pelaksana upacara, kemudian pada anggota masyarakat. Pada tingkatan status sosial dalam upacara ritual didahulukan kepada orang-orang tertentu yang mengetahui secara mendalam tentang bagaimana 9
10 menjalankan prosesi upacara ritual. Akan tetapi, upacara mendhak justru dipimpin oleh kepala adat yang merangkap menjadi kepala desa (Rudjati, 1991: 24-25) dimana peran-peran seorang kepala desa juga muncul secara bersamaan dengan saat ia sedang menjadi seorang kepala adat. Weber (lihat Etzioni and Etzioni- Halevy, 1973: 6) melihat dua fungsi struktur kepemimpinan ini seperti sebuah sistematika untuk melegitimasi kekuasaan yang diperolehnya. man is caught in the institutional web he himself set up, but at charismatic moments, he breaks in. remodeling the institutional structure to bring it closer to his wish. But at the same time too, there is no sign that man is free to reverse this process, should he charge his mind about it. Perubahan sistem pada tingkat atas akan tentu akan mempengaruhi tingkatan-tingkatan yang berada di bawahnya, sehingga masyarakat akan mengalami degradasi pengetahuan religi seperti yang dikatakan Shils (1981: 21 dalam Sztompka, 2010): memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Karena salah satu sumber legitimasi terdapat dalam tradisi. Karena biasanya mereka yang ingin mengatakan pembenaran akan menjawab selalu seperti itu atau orang selalu mempunyai keyakinan demikian. Meski dengan resiko yang paradoksal yakni bahwa tindakan tertentu hanya akan dilakukan karena orang lain melakukan hal yang sama di masa lalu atau keyakinan tertentu diterima semata-mata karena mereka telah menerimanya sebelumnya. Dengan pembenaran pernyataan yang ditulis oleh Shils akan menyebabkan perubahan-perubahan lain dalam sistem sosial, dari tindakan atau perilaku sosial, interaksi antarindividu baik secara resmi (pranata) atau pun tidak resmi, loyalitas, 10
11 ketergantungan, integrasi sosial, bahkan dalam memainkan peran dan siapa saja yang bisa masuk dalam lingkaran pelaku upacara ritual. Terlebih, dengan berubahnya sistem sosial, maka sejalan dengan itu, sistem budaya dan kognisi masyarakat terhadap mendhak juga akan mengalami perubahan sedikit demi sedikit. 1.4 Metode Penelitian Meneliti upacara ritual mendhak atau nyanggring yang dilaksanakan di Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur dilakukan dalam beberapa tahapan, yakni wawancara, studi pustaka, dan observasi partisipasi. a. Wawancara dilakukan kepada pelaku pelaksanaan upacara mendhak, dan beberapa warga yang dipilih secara acak. Wawancara dilakukan pada waktu-waktu luang mereka dengan persetujuan kedua belah pihak. Penerapan metode tersebut sangat berguna dalam menghimpun data dari para informan terkait dengan pandangan mereka mengenai gaya hidup sehat yang tengah mereka jalani. Penyusunan pertanyaan dibuat dengan tujuan agar penelitian tidak menyimpang dengan permasalahan yang hendak dikaji. Para informan terbiasa dengan metode wawancara ringan atau sering disebut dengan mengobrol. Karena dengan metode tersebut mereka merasa nyaman dan tenang dalam menjawab pertanyaan serta mengungkapkan gagasan mereka. Metode wawancara juga sangat efektif untuk menganalisis faktor psikologis informan. Cara mereka menjawab 11
12 dan gerak tubuh yang ditunjukan dapat menghasilkan jawaban tambahan yang berguna dalam melakukan cek kecocokan. b. Demi mendapatkan data lapangan secara maksimal, penulis pun turut serta dalam lingkaran masyarakat atau yang biasa disebut obervasi partisipasi, sebuah metode pendekatan terhadap narasumber yang juga dilakukan saat melakukan pengamatan ketika upacara ritual sedang berlangsung, mengamati bagaimana raut wajah dan tingkah laku para pelaku atau para peserta upacara ritual tersebut. Tidak cukup hanya melihat dengan sepasang mata, maka upacara ritual tersebut terdokumentasikan dalam bentuk foto digital. Kemudian, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, penulis pun turut melakukan kegiatan yang dilakukan saat upacara ritual berlangsung sehingga hasil penelitian tidak bersifat subjektif dan etnosentris. c. Studi pustaka Teori merupakan prinsip dasar yang terwujud dan berlaku secara umum dan akan mempermudah seorang penulis untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi tuntuan kerja bagi pernulis. Mengenai upacara mendhak terbilang sulit karena sedikit sekali tulisan bahkan berita mengenai upacara ritual ini. Akan tetapi, studi pustaka tetap dilakukan untuk mencari perbandingan-perbandingan upacara mendhak dengan upacara ritual lain yang serupa. Selain itu, guna mendukung data hasil wawancara dengan informan, sumber tertulis juga turut dicantumkan. Seperti sumber-sumber 12
13 dari buku, jurnal, dan informasi tertulis lainnya. Media elektronik seperti internet juga turut menjadi sumber yang dapat menjadi acuan analisis penelitian. 13
2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda
Lebih terperincicommit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1
Lebih terperinciBAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ekspresi dan sifat eksistensi kreatif manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat
Lebih terperinciMASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan
MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kebudayaan dan suku bangsa yang sangat beragam. Salah satu suku bangsa yang ada adalah suku bangsa Tionghoa. Akulturasi budaya Tionghoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat yang menciptakannya, serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh masyarkat pendukungnya.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada awalnya kegiatan wisata dimulai dari pergerakan manusia yang melakukan ziarah dan perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN
BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Tindakan, ucapan, bahkan ekspresi manusia dapat disebut dengan bentuk komunikasi baik antara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai deskripsi dan analisis yang telah penulis lakukan dari bab I hingga V penulis menyimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, bahwa tidur tanpa kasur di dusun Kasuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Sasaran Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian tentang struktur penyajian dan peranan masing-masing kelompok/bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Upaya-upaya peningkatan daya tarik yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat pada tahun 2008-2010 menunjukkan hasil yang positif bagi pengembangan pariwisata
Lebih terperinciBAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi
126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari aspek demografisnya, karena negara ini merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar
Lebih terperinciPERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini pembangunan sedang berkembang. Terbukti dengan banyaknya pembangunan yang makin banyak dalam hal pembangunan Mall, Hotel, dan Pemukiman. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dengan akalnya menciptakan kebudayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan untuk menemukan identitas diri. Melalui kebudayaan pula manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan Wisata Pengging kabupaten Boyolali merupakan kawasan yang memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam tirta Pengging.
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya teknologi informasi sebagai konsekuensi dari perubahan zaman yang semakin modern, terutama dunia industri yang semakin pesat turut mempengaruhi berbagai dimensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,
Lebih terperinciBAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak
53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni
147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis
Lebih terperinciD. Dinamika Kependudukan Indonesia
D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinci