BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Bidang refrigerasi dan pengkondisian udara saling berkaitan satu sama lain, tetapi masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Penerapan teknik refrigerasi yang terbanyak refrigerasi industri, yang meliputi pemprosesan, pengawetan makanan, penyerapan kalor dari bahan-bahan kimia, perminyakan dan industri petrokimia. Selain dari itu terdapat penggunaan khusus seperti pada industri manufaktur dan konstruksi. Dalam hal yang sama, teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai pendingin tetapi lebih daripada itu. Definisi pengkodisian udara nyaman (comfort air conditioning) adalah proses perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni yang berada di dalamnya. Pada dasarnya refrigerasi (refrigeration) dan pengkondisian udara (air conditioning) merupakan terapan dari teori perpindahan kalor dan termodinamika. Kebanyakan kendaraan yang dikondisikan udaranya adalah otomobil, jenis kendaraan lain yang juga dikondisikan misalnya bis, kereta api, truk, kendaraan rekreasi, traktor, kabin mesin penderek, pesawat terbang, kapal dan jenis kendaraan lainnya. 6

2 7 2.2 Pengkondisian Udara Pada Kendaraan Pengkondisian udara atau air conditioning (AC) merupakan istilah umum untuk perlengkapan pemeliharaan udara di dalam ruangan agar temperatur dan kelembabannya sesuai dengan kenyamanan tubuh manusia. Bila temperaturnya tinggi, maka panas yang diambil agar temperatur turun disebut pendinginan. Sebaliknya, ketika temperatur ruangan rendah panas yang diberikan agar temperatur naik disebut pemanasan. Sebagai tambahan, kelembabannya ditambah atau dikurangi agar terasa nyaman. Perlengkapan yang diperlukan untuk suatu pengkondisian udara (air conditioning) terdiri atas cooler, heater, ventilator (pengatur aliran udara) dan saringan udara. Dengan demikian pengkondisian udara di dalam kabin bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengendara apakah pendinginan atau pemanasan yang diperlukan. Gambar 2.1 Tata letak komponen AC pada kendaraan Sumber: System.jpg

3 8 Sistem pengontrolan sirkulasi dan distribusi udara pada kendaraan difungsikan untuk mengatur sirkulasi dan pendistribusian aliran udara sesuai kebutuhan yang diharapkan. Sirkulasi udara pada AC mobil terbagi menjadi dua bagian, yaitu sirkulasi di dalam kabin (recirculation air) dan di luar kabin (fresh air). S irkulasi tersebut menggunakan blower atau kipas untuk mensirkulasikan udara, pengaturan pencampur udara (air mix control) melengkapi proses sirkulasi sehingga dapat menghasilkan udara yang lebih bersih. Pengontrolan distribusi aliran udara dalam kabin difungsikan untuk menentukan pendistribusian aliran udara sesuai kebutuhan pengguna. Terdapat beberapa pilihan mode distribusi aliran seperti ke arah wajah, kaki, arah wajah dan kaki, serta arah kaki dan defroster. Gambar 2.2 Skema pengontrolan sirkulasi dan distribusi udara Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual. Hal. HAC-11

4 9 2.3 Komponen Utama Sistem AC Pada Kendaraan Sistem kerja AC pada kendaraan merupakan suatu siklus yang terus berproses tanpa berhenti selama dihidupkan. Prinsip kerjanya adalah dengan cara mensirkulasikan refrigeran atau freon pada komponen AC kendaraan yang merupakan sirkulasi tertutup. Komponen utamanya terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi (expansion valve) dan evaporator Kompresor Kompresor merupakan jantung dari sistem refrigerasi dan air conditioner karena kompresor memompa bahan pendingin (refrigeran) ke seluruh sistem, sama seperti jantungnya manusia yang memompa darah ke seluruh tubuh manusia. Adapun fungsi dari kompresor adalah: 1. Mensirkulasikan bahan pendingin (refrigeran). 2. Mempertinggi tekanan agar bahan pendingin (refrigeran) dapat berkondensi pada kondisi ruangan. 3. Mempertahankan tekanan yang konstan pada evaporator (superheat vapour) dari evaporator dan kemudian menekan/memampatkan gas tersebut, sehingga menjadi gas dengan tekanan dan suhu tinggi lalu dialirkan ke kondensor, sehingga gas tersebut dapat mengembun yang memberikan panasnya pada medium yang mendinginkan kondensor dengan medium udara, air, fan (air cooled/water cooled). 4. Menciptakan perbedaan antara daerah sisi tekanan tinggi dan daerah sisi tekanan rendah.

5 10 Adapun empat jenis kompresor yang paling umum adalah kompresor torak (reciprocating compressor), sekrup (screw), sentrifugal dan sudu (vane). Kompresor torak terdiri atas sebuah piston yang bergerak ke depan dan ke belakang di dalam suatu silinder yang mempunyai katup-katup hisap (suction valve) dan katup buang (discharge valve) sehingga berlangsung proses pemompaan. Kompresor sekrup, sentrifugal dan sudu, semuanya menggunakan elemen-elemen yang berputar. Gambar 2.3 Kompresor Sumber: Dokumentasi pribadi Kondensor Kondensor berkemampuan mendinginkan refrigeran bertemperatur tinggi dan dalam bentuk gas yang datang dari kompresor menggunakan bantuan cooling fan mesin atau condenser fan untuk mengubah refrigeran menjadi cair. Panas yang dilepaskan kondensor didapat dari panas yang diserap dari ruangan penumpang oleh evaporator yang kerjanya dilakukan oleh kompresor dengan mengkompresikan refrigeran.

6 11 Untuk mencairkan uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi (yang keluar dari kompresor), diperlukan usaha melepaskan panas dengan cara mendinginkan uap refrigeran tersebut. Jumlah panas yang dilepaskan oleh uap refrigeran pada udara pendingin atau air pendingin, di dalam kondensor, sama dengan selisih entalpi uap refrigeran pada seksi masuk dan pada seksi keluar kondensor. Gambar 2.4 Kondensor Sumber: Dokumentasi pribadi Katup Ekspansi (Expansion Valve) Katup ekspansi dipasang pada lubang masuk evaporator. Katup ekspansi mengubah refrigeran cair tekanan tinggi yang berasal dari receiver drier menjadi butiran halus sebelum mengirimnya ke evaporator. Beban panas dari sebuah air conditioning kendaraan bermotor sangat bervariasi tergantung pada temperatur udara luar, kelembaban, jumlah penumpang dan lain-lain. Agar seluruh peralatan yang jumlahnya banyak dapat bekerja dengan kapasitas penuh sebagai reaksi atas perubahan beban tersebut, maka perlu pengaturan jumlah refrigeran yang

7 12 disirkulasikan dalam siklus pendinginan untuk tujuan inilah katup ekspansi digunakan. Jika beban panas bertambah, sedangkan jumlah refrigeran yang dialirkan tetap. refrigeran akan sepenuhnya menguap sebelum mencapai saluran keluar evaporator. Lebih banyak panas yang akan diserap kemudian, sehingga temperatur uap refrigeran akan menjadi lebih tinggi dari temperatur penguapannya. Situasi ini disebut superheating. Temperatur superheating dari 3 C sampai 5 C dianggap benar dari standpoint design. Keadaan ini tidak menjadi masalah selama derajat superheating rendah, tetapi bila menjadi tinggi, temperatur refrigeran pada lubang keluar kompresor menjadi sangat tinggi, menyebabkan overheating pada silinder kompresor. Sebaliknya bila beban panas rendah, refrigeran tidak diuapkan dengan sempurna sebelum mencapai saluran keluar evaporator dan masih tetap cair saat dikirim ke kompresor, maka compressor valve dapat rusak saat cairan ini ditekan. Expansion valve menyediakan sejumlah refrigeran yang tepat ke evaporator, meskipun beban panas berubah, untuk menjaga derajat superheating pada tingkat yang konstan. Gambar 2.5 Katup ekspansi (Expansion valve) Sumber: Dokumentasi pribadi

8 Evaporator Evaporator adalah penukar kalor yang di dalamnya mengalir cairan refrigeran yang berfungsi sebagai penyerap panas dari daerah sekitar. Temperatur refrigeran di dalam evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya, sehingga dengan demikian panas dapat diserap oleh refrigeran. Refrigeran cair bertekanan tinggi yang masuk katup ekspansi kemudian dikabutkan sehingga tekanannya menurun, baru kemudian masuk ke evaporator. Pada evaporator refrigeran cair bertekanan rendah menguap dengan menyerap panas dari sekitar sehingga terbentuklah udara dingin di sekitar evaporator. Blower motor kemudian menghembuskan angin melewati kisi-kisi evaporator sehingga udara dingin bisa dirasakan di dalam kabin. Gambar 2.6 Evaporator Sumber: Dokumentasi pribadi

9 Komponen Pendukung Sistem AC Pada Kendaraan Komponen pendukung sistem AC pada kendaraan juga mempunyai peranan penting dalam praktiknya. Komponen-komponen tersebut meliputi receiver drier, compressor clutch, blower motor, thermo control amplifier, pipa-pipa dan selang, refrigeran dan minyak pelumas Receiver Drier Salah satu komponen dari pengkondisian udara yang dapat menyerap uap air dan menyaring kotoran di dalam sistem pendingin disebut pengering (drier). Di dalam pengering diisikan bahan pengering dan kawat saringan, maka dapat menyerap dan menyaring uap air, asam, kotoran dan benda-benda lain yang tidak diperlukan dalam sistem. Tujuan pemakaian sistem pengering (drier) untuk menyerap semua kotoran seperti air, uap air, asam, campuran dan endapanendapan hasil uraian minyak pelumas. Saringan (filter) pada pengering dipakai untuk menyaring butiran-butiran kotoran di dalam sistem. Gambar 2.7 Receiver drier Sumber: Dokumentasi pribadi

10 Compressor Clutch Compressor clutch terdiri dari stator, rotor dengan pulley dan pressure plate untuk mengikat drive pulley dan compressor secara magnetik. Stator diikat pada compressor housing, sedangkan pressure plate dipasangkan pada kompresor shaft. Apabila mesin hidup, maka pulley berputar karena gerakan oleh shaft melalui tali penggerak (drive belt), tetapi kompresor tidak berputar kecuali magnetic clutch dialiri arus listrik. Saat sistem AC pada posisi dihidupkan, amplifier mengalirkan arus listrik ke stator koil, sehingga gaya elektro magnetik pada stator akan menarik pressure plate dan menarik plate terhadap permukaan gesek pada pulley. Pergesekan antara permukaan dan plate menyebabkan clutch assembly berputar sebagai satu unit dan menggerakkan kompresor. Gambar 2.8 Compressor clutch Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual. Hal. HA-20

11 Blower motor Blower motor adalah kipas motor bertipe elektro magnetik. Kipas motor membangkitkan aliran udara di dalam kabin kendaraan atau memasukkan udara luar yang segar ke dalam kabin kendaraan. Air conditioning manual menggunakan resistor untuk mengontrol kecepatan blower motor, biasanya dari kecepatan satu sampai empat. Sedangkan pada air conditioning otomatis menggunakan transistor kuat untuk mengontrol aliran udara secara linier dan kecepatannya bisa sampai tujuh. Gambar 2.9 Blower motor Sumber: Dokumentasi pribadi Blower motor berfungsi untuk menghembuskan udara ke evaporator sehingga udara dingin di sekitar evaporator tertiup ke kabin kendaraan. Blower motor diatur oleh AC control unit yang biasanya terletak pada bagian tengah dashboard. Di dalam AC unit assembly (dudukan blower motor) dilengkapi sebuah saringan debu (air conditioner filter) yang menyaring partikel-partikel halus sebelum angin yang dingin ditiupkan ke dalam kabin kendaraan, sehingga udara yang dihembuskan lebih bersih.

12 17 Gambar 2.10 AC control Sumber: Dokumentasi pribadi Thermo Control Amplifier Thermo control amplifier diletakkan pada fin-fin outlet evaporator, hal ini dimaksudkan untuk membaca seberapa banyak suhu ruangan yang dibutuhkan sesuai pengaturan pada temperatur kontrol. Jika diletakkan pada bagian inlet evaporator maka yang terjadi adalah pembekuan pada dinding evaporator karena yang disensor bagian udara panas yang dihasilkan dari hembusan blower motor. Gambar 2.11 Thermo control amplifier Sumber: Dokumentasi pribadi

13 Pipa-Pipa dan Selang Pipa-pipa dalam sistem AC kendaraan digunakan untuk menghubungkan berbagai macam komponen-komponen AC dari dan ke sistem AC. Flexible hose digunakan pada tempat yang mana terjadi vibrasi dan digunakan pada kedua tipe tekanan rendah dan tinggi. Material flexible rubber hose terbuat dari bahan karet sintetis khusus agar tidak rusak oleh refrigeran dan oli kompresor. Sedangkan pipapipa tembaga atau aluminium yang digunakan ada dua tipe sambungan yaitu flare nut dan o-ring. Pipa-pipa tersedia dalam dua ukuran yaitu imperial dan metrik. Gambar 2.12 Pipa-pipa dan selang Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual. Hal. HA-33

14 Refrigeran Refrigeran adalah bahan pendingin berupa fluida yang digunakan untuk menyerap panas melalui perubahan phasa cair ke gas (menguap) dan membuang panas melalui perubahan phasa gas ke cair (mengembun). Association Heating Refrigeration and Air Conditioning Engineer (ASHRAE, 2005) mendefinisikan refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin. Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena dialah yang menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin pendinginan. Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau media yang didinginkan dan membawanya, kemudian membuang panas tersebut ke udara luar atau ke atmosfir. Refrigeran yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan. 2. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan udara, minyak pelumas dan sebagainya. 3. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi dan air conditioning. 4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak mempengaruhi atau merusak minyak pelumas tersebut. 5. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali di mampatkan, diembunkan dan diuapkan. 6. Mempunyai titik didih yang rendah. Harus lebih rendah daripada suhu evaporator yang direncanakan. 7. Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah. Tekanan kondensasi yang tinggi memerlukan kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat

15 20 dan kemungkinan bocor besar. 8. Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih tinggi dari 1 atmosfir. Apabila terjadi kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke dalam sistem. 9. Mempunyai kalor laten uap yang besar, agar jumlah panas yang diambil oleh evaporator dari ruangan jadi besar. 10. Apabila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana. 11. Harganya murah. Andika (2006) mengelompokkan jenis-jenis refrigeran menjadi refrigeran sintetik dan refrigeran alami. Refrigeran sintetik tidak terdapat di alam dan dibuat oleh manusia dari unsur-unsur kimia. Jenis refrigeran sintetik yaitu: 1. Refrigeran CFC (Chloro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini terdiri dari unsur Chlor (Cl), Fluor (F) dan Carbon (C). Contoh dari refrigeran ini adalah R- 11 (CFC-11), R-12 (CFC-12). Karena tidak mengandung hidrogen CFC adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat lain meskipun terlepas ke atmosfir. Karena mengandung chlor, CFC merusak ozon di atmosfer (stratosfer) jauh di atas muka bumi. Zat ini memiliki nilai potensi merusak ozon yang tinggi (ODP = 1). Lapisan ozon bermanfaat untuk melindungi mahluk hidup dari pancaran sinar ultraviolet intensitas tinggi. Oleh sebab itu kelestariannya perlu dijaga. 2. Refrigeran HCFC (Hydro-Chloro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini terdiri dari unsur Hydrogen (H), Chlor (Cl), Fluor (F) dan Carbon (C). Karena mengandung hidrogen, refrigeran ini menjadi kurang stabil jika berada di atmosfer, sehingga sebagian besar akan terurai pada lapisan atmosfer

16 21 bawah dan hanya sedikit yang mencapai lapisan ozon. Oleh sebab itu HCFC memiliki ODP yang rendah. Contoh refrigeran ini adalah R-22 (HCFC-22). 3. Refrigeran HFC (Hydro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini tidak memiliki unsur chlor. Oleh sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODP nya sama dengan nol. Contoh dari refrigeran ini adalah R- 134a (HFC-134a), R-152a (HFC-152a), R-123 (HFC-123). Refrigeran alami adalah refrigeran yang dapat ditemui di alam, namun demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan pemurniannya. Contoh refrigeran alami adalah Hidrocarbon (HC), Carbondioksida (CO2) dan Amonnia (NH3). Jenis refrigeran ini tidak mengandung chlor oleh sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP = 0). Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan memakai nama dagang mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang telah beredar di Indonesia adalah: Tabel 2.1 Beberapa merk dagang refrigeran Nama Pabrik Negara Freon E.I.du Pont de Nemours & Company U.S.A Genetron Allied Chemical Corporation U.S.A Frigen Hoechst AG Jerman Arcton Imperial Chemical Industries Ltd. Inggris Asahi Fron Asahi Glass Co., Ltd. Jepang Forane Pacific Chemical Industries Pty. Australia Daiflon Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd. Jepang Ucon Union Carbide Chemical Corporation U.S.A Isotron Pennsylvania Salt Manufacturing Co. U.S.A

17 22 Jenis refrigeran yang umum digunakan pada kendaraan adalah jenis R-12 dan R-134a. Kendaraan saat ini banyak menggunakan R-134a karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan R-12, karena refrigeran R-12 diketahui dapat merusak lapisan ozone, maka penggunaannya dihentikan. Penggantinya adalah R-134a (HFC-134a) yang mempunyai sifat termodinamika yang sama seperti R-12, bahkan lebih baik dan juga tidak berpotensi merusak lapisan ozone. Refrigeran biasanya disimpan dalam tabung dan drum. Untuk mengetahui isinya, tabung-tabung tersebut diberi berbagai warna serta keterangan pada tabung. Warna tabung fluida pendingin dari Du Pont adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Warna tabung refrigeran merk Du Pont Refrigeran Freon 11 Freon 12 Freon 22 Freon 113 Freon 114 Freon 134a Freon 500 Freon 502 Warna Tabung Jingga (Orange) Putih Hijau Ungu Tua (Purple) Biru Tua Biru Muda (Biru Langit) Kuning Ungu Muda (Orchid) Pada tabel digambarkan masing masing jenis freon dibedakan dengan warna tabung, ditunjukkan untuk jenis freon 134a dengan warna tabung biru muda atau biru langit seperti terlihat pada gambar berikut.

18 23 Gambar 2.13 Jenis refrigeran R-134a Sumber: Dokumentasi pribadi Minyak Pelumas Minyak pelumas dalam sistem pendingin merupakan bagian yang penting untuk melumasi dan melindungi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor. Kompresor mesin pendingin harus terus-menerus mendapat pelumasan. Jika cara pelumasannya kurang sempurna, bagian-bagian yang bergerak dari kompresor akan cepat aus dan rusak. Kegunaan minyak pelumas dalam sistem pendingin adalah: 1. Mengurangi gesekan dari bagian-bagian yang bergerak. 2. Mengurangi terjadinya panas pada bus dan bantalan. 3. Membentuk lapisan penyekat antara torak dan dinding silender 4. Membantu mendinginkan kumparan motor listrik di dalam kompresor hermetik.

19 24 Di dalam kompresor minyak pelumas selalu berhubungan, bahkan bercampur dengan refrigeran dan mengalir bersama-sama ke semua bagian dari sistem. Minyak pelumas harus tetap stabil pada suhu dan tekanan yang tinggi dari kompresor, juga harus tetap dapat memberikan pelumasan dan melindungi bagianbagian yang bergerak agar tidak aus dan rusak. Pada suhu rendah minyak pelumas harus tidak menimbulkan kotoran atau endapan yang dapat menyebabkan katup ekspansi menjadi buntu. Minyak pelumas yang ikut terbawa oleh refrigeran harus dapat dikembalikan ke kompresor dengan perencanaan dari sistem, terutama evaporator yang baik. Minyak pelumas dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu yang berasal dari hewan, tumbuhan dan mineral. Minyak pelumas yang berasal dari hewan dan tumbuhan adalah minyak pelumas yang tetap (fixed oil), karena tidak dapat dimurnikan tanpa diuraikan. Minyak tersebut tidak stabil, mudah membentuk asam dan endapan, sehingga tidak dapat dipakai untuk mesin pendingin. Minyak pelumas untuk mesin pendingin dibuat dari mineral yang baik dari golongan napthene. Gambar 2.14 Minyak pelumas refrigerasi Sumber: Dokumentasi pribadi

20 25 Minyak mineral harus dibersihkan melalui proses penyulingan minyak, untuk diambil kandungan lilin, air, belerang dan lain-lain kotorannya. Umumnya minyak pelumas diberi bahan tambahan untuk menghindarkan terjadinya endapan atau busa. Minyak pelumas harus mempunyai pour point (suhu terendah dimana minyak masih dapat mengalir) yang rendah, agar pada suhu rendah lilinnya tidak memisah lalu membeku. Lilin yang membeku dapan membuat buntu alat kontrol refrigeran seperti katup ekspansi. Syarat-syarat minyak pelumas untuk mesin pendingin adalah: 1. Tidak mengandung air, lilin, asam dan lain-lain kotoran. 2. Mempunyai pour point yang rendah yaitu -32 C sampai dengan -40 C. Agar pemakaian pada sistem dengan suhu rendah, lilinnya tidak memisah dan membeku. 3. Mempunyai dielektrik (tidak menghantar listrik) yang kuat, minimum 25 kv. 4. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah bereaksi dengan refrigeran atau benda lain yang dipakai pada sistem pendingin. 5. Tidak berbusa, karena jika berbusa minyak pelumas dapat membawa refrigeran cair masuk ke kompresor, dapat merusak katup kompresor. 6. Mempunyai kekentalan (viscosity) pada 100 F (37,8 C) antara SUV (Saybolt Universal Viscosity) dan untuk kompresor AC mobil 500 SUV.

21 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Kompresi Uap Mesin pendingin kompresi uap merupakan salah satu mesin pendingin yang penggunaannya sangat massif di sektor industri maupun di sektor rumah tangga, baik untuk keperluan pendinginan maupun untuk sistem pengkondisian udara. Proses-proses utama yang terjadi pada mesin pendingin kompresi uap terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi. Proses evaporasi refrigeran di dalam evaporator merupakan proses yang paling strategis yang merupakan tugas utama mesin pendingin. Bahkan performansi sebuah mesin pendingin kompresi uap bergantung pada kemampuan proses evaporasi menyerap energi panas sebanyakbanyaknya dari media hangat yang akan didinginkan. Mesin pendingin mempunyai fungsi utama memindahkan energi dalam bentuk panas dari daerah bertemperatur rendah ke daerah bertemperatur lebih tinggi. Fluida kerja pendingin yang mengalir bersirkulasi di dalam mesin pendingin adalah fluida refrigeran. Aliran refrigeran yang bertemperatur cukup rendah (dingin) dalam siklus kerjanya mengalami proses penguapan atau evaporasi di dalam evaporator sambil menyerap energi panas dari suatu daerah tertentu yang didinginkan. Setelah itu, refrigeran yang telah mengangkut sejumlah tertentu energi panas yang diserapnya dari aliran udara hangat yang melewati elemen-elemen evaporator mengalir ke dalam mesin kompresor untuk kemudian dikompresikan sehingga tekanan dan juga temperaturnya meningkat. Setelah memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur media (udara atau air) yang mengalir di sekeliling kondensor, refrigeran kemudian dialirkan ke dalam kondensor dan didinginkan pada temperatur tertentu sampai mengalami kondensasi sehingga refrigeran berubah dari tingkat keadaan uap menjadi cair. Proses

22 kondensasi dapat berlangsung berkat adanya aliran fluida pendingin (air atau udara) yang mengalir secara kontinyu mendinginkan permukaan elemen-elemen kondensor. 27 Gambar 2.15 Skema sederhana siklus kerja mesin pendingin kompresi uap pada kendaraan Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual. Hal. HA-14 Selanjutnya, agar refrigeran kembali ke tingkat keadaan tekanan dan temperatur yang rendah sebelum memasuki evaporator, aliran refrigeran dari kondensor terlebih dahulu diexpansikan di dalam katup ekspansi agar tekanan dan temperaturnya menurun mencapai tekanan dan temperatur tertentu yang diinginkan. Setelah itu refrigeran dialirkan kembali ke dalam evaporator untuk melakukan tugas utamanya yaitu menyerap energi panas dari aliran udara hangat yang bersirkulasi pada suatu daerah tertentu yang ingin didinginkan.

23 28 Aliran udara hangat dengan batuan blower motor dialirkan ke dalam evaporator melewati permukaan-permukaan luar elemen-elemen evaporator sehingga terjadi kontak secara tidak langsung antara kedua aliran tersebut. Pada saat itulah terjadi perpindahan energi panas dari aliran udara hangat ke aliran refrigeran yang lebih dingin di dalam pipa melalui perantaraan permukaan luar dinding-dinding pipa. Dalam kondisi tersebut, aliran udara hangat melepaskan sejumlah energi panas, sehingga saat meninggalkan evaporator temperaturnya turun ke tingkat yang diinginkan. Untuk melakukan fungsinya secara kontinyu mesin pendingin memerlukan sumber energi untuk menggerakkan kompresor agar dapat mengkompresikan aliran refrigeran yang berasal dari evaporator agar mencapai tingkat keadaan tertentu sehingga kemudian mampu melepaskan energi panasnya pada saat mengalami proses kondensasi di kondensor. Kebutuhan energi di kompresor tersebut pada umumnya disuplai oleh mesin penggerak yang dapat berupa motor listrik, motor bakar, atau mesin penggerak lainnya. Dalam pengoperasiannya pada kendaraan konvensional yang menggunakan motor bakar, kompresor diputar dengan crankshaft pulley mesin melalui sabuk penggerak (drive belt), sehingga putaran dari mesin mempengaruhi putaran kompresor Proses Kompresi Aliran Refrigeran di Dalam Kompresor Tugas utama kompresor pada sistem mesin pendingin kompresi uap adalah mengkompresikan aliran refrigeran yang berasal dari evaporator agar tekanannya meningkat beberapa kali lipat sehingga temperaturnya lebih tinggi daripada temperatur media yang ada di sekeliling kondensor agar mampu melepaskan energi panasnya pada saat mengalir di dalam kondensor.

24 29 Gambar 2.16 Skema sederhana kesetimbangan energi pada kompresor Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Hal. 222 Pada siklus mesin pendingin yang skemanya diberikan pada gambar 2.15, apabila kita tinjau bagian dari alat kompresornya saja secara individual dan kemudian kita telaah tentang kesetimbangan energi yang terlibat di dalamnya maka kita dapat menggambarkan interaksi masing-masing energi yang terlibat pada alat kompresor seperti diberikan pada gambar Analisis kesetimbangan energi pada sistem kompresor bertujuan tidak hanya untuk memperkirakan besarnya energi (energi mekanik berupa kerja atau daya) yang dibutuhkan oleh kompresor tetapi juga mempelajari faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja dari sebuah mesin kompresor. Pada sistem yang diberikan pada gambar 2.16, refrigeran yang berasal dari alat evaporator mengalir masuk ke kompresor, dan energi total yang diangkut oleh aliran refrigeran tersebut kita anggap besarnya adalah E 1. Di dalam kompresor aliran refrigeran dikompresikan agar energinya meningkat dan temperaturnya lebih tinggi daripada temperatur media pendingin pada kondensor agar proses

25 30 pembuangan energi panasnya dapat berlangsung secara efektif. Untuk keperluan tersebut kompresor membutuhkan suplai sejumlah energi mekanik yang berupa kerja kompresor, dan besarnya kerja kompresor tersebut kita sebut sama dengan W k. Kemudian, E 2 adalah energi total aliran refrigeran saat meninggalkan kompresor. Selama berlangsungnya proses kompresi ada kemungkinan terjadi kehilangan energi panas ke sekeliling kompresor, dan besarnya energi panas tersebut kita sebut sama dengan dq. Pada saat yang bersamaan, selama proses kompresi berlangsung terjadi gesekan antara aliran refrigeran dengan sudu-sudu dan dinding kompresor, dan besarnya kerugian energi gesekan tersebut sama dengan de f. Selanjutnya, apabila prinsip kesetimbangan energi (jumlah energi yang masuk ke dalam sistem harus sama dengan perubahan energi di dalam sistem ditambah dengan jumlah energi yang keluar dari sistem) diterapkan pada sistem tersebut, maka diperoleh persamaan berikut: E 1 + W k = de dt + E 2 + dq + de f (2.1) Apabila refrigeran yang mengalir di dalam kompresor dianggap stasioner atau steady maka perubahan energi di dalam kompresor per satuan waktu dapat diabaikan, artinya (de/ dt) = 0, sehingga persamaan (2.1) di atas menjadi: E 1 + W k = E 2 + dq + de f (2.2)

26 31 Apabila selanjutnya selama berlangsungnya proses kompresi kehilangan energi panas ke sekeliling dan kerugian energi karena gesekan diabaikan maka persamaan kesetimbangan energinya menjadi: E 1 + W k = E 2 (2.3) Kemudian, apabila beda energi kinetik dan beda energi potensialnya dianggap kecil maka persamaan (2.3) di atas dapat ditulis kembali menjadi berbentuk: W ks = h 2s h 1 (2.4) Dimana: W ks : kerja teoritis yang diperlukan oleh kompresor, karena proses kompresinya dianggap ideal h 1 : enthalpi refrigeran saat masuk kompresor h 2s : enthalpi isentropik refrigeran saat keluar kompresor Dalam keadaan ideal atau teoritis, karena proses kompresi dari tingkat keadaan (1) ke tingkat keadaan (2s) dianggap isentropik (adiabatik dan reversible) maka besarnya entropi dianggap konstan, artinya besarnya entropi refrigeran masuk dan keluar kompresor adalah sama. Dalam keadaan sebenarnya, proses kompresi di kompresor tidak benar-benar isentropik karena bisa jadi ada kehilangan energi panas ke sekeliling karena

27 32 perbedaan temperatur, dan terjadinya gesekan antar aliran refrigeran dengan sudusudu dan dinding kompresor tak dapat dihindari. Untuk memperhitungkan hal tersebut maka dalam perhitungan analisis termodinamika diberikan sebuah parameter yang disebut efisiensi isentropik kompresor, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang diperlukan kompresor secara isentropik (W ks ) dengan kerja yang diperlukan kompresor sebenarnya (W k ): W k = W ks η ps (2.5) Apabila diketahui harga dari laju aliran massa refrigeran yang mengalir di dalam sistem pendingin (m refr ), maka besarnya daya yang diperlukan kompresor (W k): W k = W k. m refr (2.6) Untuk perhitungan laju aliran massa refrigeran yang mengalir di dalam sistem pendingin (m refr ), dapat dihitung menggunakan persamaan: m refr = V v 1 ( 2.7) Dimana: V : laju aliran volume refrigeran yang masuk dan keluar kompresor (m 3 /s) v 1 : volume spesifik refrigeran saat masuk kompresor (m 3 /kg)

28 Untuk perhitungan laju aliran volume refrigeran yang masuk dan keluar kompresor dapat dihitung menggunakan persamaan: 33 V = V 1. n. η v (2.8) Dimana: V 1 : volume silinder kompresor (m 3 /rev) n : putaran kompresor (rev/s) η v : efisiensi volumetrik kompresor (%) Besar enthalpi refrigeran sebenarnya keluar kompresor (h 2 ) dapat dihitung menggunakan persamaan: Atau, W k = h 2 h 1 (2.9) h 2 = W k + h 1 (2.10) Besarnya kerja atau energi mekanik yang diperlukan kompresor bergantung kepada besarnya harga enthalpi refrigeran saat masuk dan keluar kompresor. Besarnya enthalpi tersebut bergantung kepada tingkat keadaan refrigeran saat masuk dan keluar kompresor, yaitu pada tekanan dan temperatur evaporasi dan kondensasi.

29 Proses Kondensasi Aliran Refrigeran di Dalam Kondensor Setelah mengalami proses kompresi di kompresor, aliran refrigeran yang meninggalkan kompresor kemudian dikondensasikan di dalam kondensor agar energi panas yang diangkutnya yang berasal dari evaporator dapat dilepaskan ke sekeliling kondensor. Pada proses tersebut uap refrigeran mengalami proses proses pengembunan sehingga berubah menjadi tingkat keadaan cair jenuh. Pada saat yang bersamaan aliran fluida pendingin di kondensor menyerap energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran panas. Aliran fluida pendingin yang bersirkulasi di dalam kondensor atau hembusan udara dari cooling fan menangkap sejumlah energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran panas selama proses kondensasi berlangsung untuk kemudian membuangnya ke lingkungan sekitarnya. Apabila kita tinjau kondensor secara individual dan kemudian kita telaah energi-energi yang terlibat di dalamnya maka kita dapat menggambarkan interaksi masing-masing energi tersebut pada alat kondensor seperti diberikan pada gambar berikut ini. Gambar 2.17 Skema sederhana kesetimbangan energi pada kondensor Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Hal. 233

30 35 Pertama-tama, refrigeran yang berasal dari kompresor mengalir masuk ke dalam kondensor dengan mengangkut sejumlah energi, yang merupakan gabungan dari enthalpinya, energi kinetik, dan energi potensialnya, yaitu sebesar E 2. Sebelum dialirkan ke dalam kondensor refrigeran harus memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur media pendingin yang dialirkan ke dalam kondensor agar proses pembuangan energi panasnya dapat berlangsung secara efektif. Proses pendinginan yang kontinyu oleh media pendingin aliran refrigeran dikondensasikan hingga mencapai kondisi cair jenuh saat keluar dari kondensor. Saat meninggalkan kondensor energi total yang dikandung aliran refrigeran kita anggap sama dengan E 2. Sedangkan, besarnya energi panas yang dilepaskan oleh aliran refrigeran dan kemudian diserap oleh aliran fluida pendingin atau udara pendingin kita anggap sebesar (Q k ). Besarnya kehilangan energi panas ke sekeliling kondensor kita anggap sama dengan dq, dan besarnya kerugian energi karena gesekan-gesekan yang terjadi di dalam kondensor kita anggap sama dengan de f. Selanjutnya, apabila prinsip kesetimbangan energi kita terapkan pada system tersebut maka diperoleh persamaan berikut: E 2 = de dt + E 3 + Q k + dq + de f (2.11) Dimana: de : perubahan energi yang terjadi di dalam kondensor per satuan waktu dt

31 36 Apabila aliran uap air di dalam kondensor dianggap stasioner (steady) maka perubahan energi di dalam kondensor per-satuan waktu dapat diabaikan. Dalam keadaan tersebut, persamaan di atas menjadi: E 2 = E 3 + Q k + dq + de f (2.12) Atau, Q k = E 2 E 3 dq de f (2.13) Apabila selama proses kondensasi kondensor dianggap adiabatik maka dq = 0, dan apabila selama proses kondensasi kerugian energi karena gesekan dianggap kecil maka de f = 0. Dalam kondisi seperti itu, maka laju pelepasan energi panas dari aliran uap ke media pendingin di dalam kondensor (kj/kg) dapat dievaluasi menggunakan persamaan: Q k = E 2 E 3 (2.14) Asumsi ketiga adalah beda energi kinetik dan beda energi potensial antara aliran refrigeran masuk dan keluar kondensor dianggap kecil maka persamaan (2.9) menjadi: Q k = h 2 h 3 (2.15)

32 37 Dimana: h 2 : enthalpi uap air saat masuk ke dalam kondensor h 3 : enthalpi uap air saat keluar dari kondensor Apabila diketahui harga dari laju aliran massa refrigeran yang mengalir di dalam sistem pendingin (m refr ), maka laju pelepasan energi panas dari refrigeran: Q k = Q k. m refr (2.16) Pada proses kondensasi ini, refrigeran saat keluar kondensor berada dalam keadaan cair jenuh sehingga besarnya enthalpi secara mudah dapat ditentukan dengan menggunakan data tabel atau diagram sifat-sifat refrigeran.

33 Proses Ekspansi Aliran Refrigeran di Dalam Katup Refrigeran bertemperatur rendah yang masuk ke dalam alat evaporator sebelumnya mengalami proses ekspansi pada alat katup. Tugas utama alat tersebut adalah menurunkan tekanan refrigeran cair yang berasal dari kondensor agar selanjutnya refrigeran lebih mudah mengalami proses penguapan di evaporator. Gambar 2.18 Skema sederhana kesetimbangan energi pada aliran refrigeran di katup ekspansi Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Hal. 243 Gambar sistem proses ekspansi aliran refrigeran di dalam katup ekspansi diberikan pada gambar Pada sistem tersebut, aliran refrigeran yang berasal dari kondensor masuk ke dalam katup ekspansi dengan mengangkut energi sebesar E 3. Selanjutnya aliran refrigeran mengalami proses ekspansi tanpa membutuhkan energi eksternal dan tanpa menghasilkan energi apapun. Di dalam katup ekspansi, energi kinetik aliran refrigeran mengalami kenaikan yang signifikan sehingga tekanannya menurun. Kemudian refrigeran meinggalkan alat katup dengan

34 mengangkut energi sebesar E 4. Dari gambar sistem tersebut maka penerapan prinsip kesetimbangan energi memberikan persamaan berikut: 39 E 3 = de dt + E 4 + de f + dq (2.17) Selanjutnya, apabila diasumsikan bahwa alirannya stasioner, sistem adiabatik, gesekan diabaikan, beda energi kinetik dan energi potensial dianggap kecil, maka besarnya enthalpi refrigeran masuk sama dengan enthalpi refrigeran yang keluar katup ekspansi: h 3 = h 4 (2.18) Proses Penguapan Aliran Refrigeran di Dalam Evaporator Tugas utama siklus refrigerasi adalah mendinginkan suatu media di sekitarnya, yang dapat berupa media padat, cair atau gas. Sebagai pelaksana tugas untuk misi pendinginan tersebut tersebut adalah evaporator, di dalamnya mengalir fluida refrigeran bertemperatur rendah yang mampu menyerap sejumlah tertentu energi panas dari media bertemperatur lebih tinggi yang bersirkulasi di sekitar evaporator. Dengan kata lain, aliran refrigeran mengalami proses penguapan, sambil menyerap sejumlah energi panas dari lingkungan sekitarnya. Pada umumnya proses penguapan tersebut berlangsung pada temperatur dan tekanan tertentu yang konstan.

35 40 Gambar 2.19 Diagram proses siklus kerja mesin pendingin kompresi uap Sumber: diagrams/r134a%col_common_refridgrant_without_ci.pdf, dengan plotting Pada gambar 2.19, diperlihatkan diagram proses bagi aliran refrigeran R- 134a yang mengalami proses-proses di dalam siklus kerja mesin pendingin. Proses yang pertama yaitu proses perubahan tingkat keadaan yang dialami aliran refrigeran pada saat melakukan proses pendinginan di dalam evaporator. Proses tersebut ditunjukkan oleh proses dari tingkat keadaan (4) ke tingkat keadaan (1), di mana evaporator menyerap sejumlah tertentu energi panas (Qevap). Karena menyerap sejumlah tertentu energi panas maka fluida refrigeran akan mengalami perubahan tingkat keadaan, di mana sebelum masuk ke dalam evaporator tingkat keadaannya adalah dalam keadaan fasa campuran cairan dan uap pada tingkat keadaan (4).

36 41 Setelah menyerap energi panas tingkat keadaannya berubah menjadi fasa uap jenuh, yaitu pada tingkat keadaan (1). Energi panas yang diserap oleh aliran refrigeran di dalam evaporator (Qrefr) berasal dari energi panas yang dilepaskan oleh aliran udara hangat (Qud) yang dialirkan ke arah permukaan-permukaan pipa bersirip di dalam alat evapoprator. Karena melepaskan sejumlah energi panas maka temperatur aliran udara pada saat meninggalkan alat evaporator menjadi lebih dingin yang kemudian pada saat bersirkulasi di dalam ruangan tertentu akan menyerap energi panas dari dalam ruangan. Gambar 2.20 Skema sederhana kesetimbangan energi di evaporator Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi. Hal. 240 Di dalam evaporator pertukaran energi panas dari aliran udara hangat ke aliran refrigeran yang lebih rendah temperaturnya berlangsung melalui perantaraan permukaan dinding-dinding pipa. Skema sederhana prinsip kesetimbangan energi antara aliran refrigeran yang mengalami proses penguapan dan aliran udara yang mengalami pendinginan di dalam alat evaporator diperlihatkan pada gambar Pada sistem tersebut, aliran refrigeran saat memasuki evaporator dianggap mengangkut sejumlah tertentu energi total sebesar E 4. Kemudian, karena aliran

37 42 refrigeran menyerap energi panas sebesar Qrefr, maka saat meninggalkan evaporator energinya telah meningkat menjadi E 1. Pada saat yang bersamaan, aliran udara hangat saat masuk ke evaporator kita anggap memiliki energi total sebesar E 2, karena kemudian melepaskan energi panas sebesar Qud maka pada saat meninggalkan evaporator energinya telah menurun menjadi E 3. Untuk mempelajari penerapan prinsip kesetimbangan energi bagi kedua aliran fluida yang bekerja di dalam evaporator dapat ditinjau pada sistem yang ada pada gambar 2.21 berikut ini. Gambar 2.21 Skema kesetimbangan energi pada aliran refrigeran dan aliran udara Sumber: Chandrasa Soekardi. Modul 2 Mesin Pendingin Kompresi Uap Ideal. Hal. 7 Pertama-tama kita tinjau apa yang terjadi pada sistem aliran refrigeran. Pada gambar tersebut aliran refrigeran memasuki evaporator dengan mengangkut sejumlah tertentu energi total sebesar E 4. Kemudian, di dalam evaporator aliran refrigeran menyerap energi panas sebesar Qrefr. Selama proses mendinginkan aliran

38 43 udara, energi aliran refrigeran di dalam evaporator dapat berubah sejalan dengan fungsi waktu. Selama proses pendinginan berlangsung bisa juga terdapat sejumlah energi panas tertentu yang masuk (sebesar dq) yang berasal dari sekeliling karena adanya perbedaan temperatur, di samping terdapatnya sejumlah energi yang hilang ke sekeliling karena akibat gesekan (sebesar de f ) di dalam evaporator. Selanjutnya, saat meninggalkan evaporator aliran refrigeran mengangkut energi total sebesar E 1. Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan energi, di mana jumlah energi yang masuk ke dalam sistem harus sama dengan perubahan energi yang terjadi di dalam sistem ditambah dengan jumlah energi yang keluar dari sistem, maka bagi aliran refrigeran di dalam evaporator didapat persamaan berikut: E 4 + Q refr + dq = de dt + E 1 + de f (2.19) Selanjutnya, agar persamaan di atas dapat ditanggapi secara praktis maka perlu menerapkan beberapa asumsi atau anggapan. Pada analisis ini hanya akan ditinjau sistem setelah beroperasi mencapai keadaan yang stasioner atau steady state. Dalam hal ini refrigeran diasumsikan telah mengalir dalam keadaan stasioner sehingga dapat mengabaikan besaran (de/dt). Sistem juga dianggap adiabatik, artinya dq dianggap kecil (dq = 0) dibandingkan dengan besarnya energi E 4 dan E 1. Kerugian energi yang hilang karena gesekan juga dianggap kecil sehingga dapat diabaikan. Oleh karena itu dengan menerapkan beberapa asumsi di atas maka persamaan (2.1) berubah menjadi: E 4 + Q refr = E 1 (2.20)

39 44 Atau, Q refr = E 1 E 4 (2.21) Beda antara energi total aliran refrigeran saat keluar evaporator dengan energi total aliran refrigeran saat masuk evaporator (kj/kg) merupakan gabungan dari beda enthalpinya ditambah dengan beda energi kinetiknya dan beda energi potensialnya seperti diberikan oleh persamaan berikut: E 1 E 4 = (h 1 h 4 ) (v v 4 ) + g (Z 1 Z 4 ) (2.22) Apabila beda energi kinetik dan energi potensial kita anggap kecil, seperti yang memang banyak terjadi pada aliran refrigeran di dalam evaporator mesin pendingin, maka besarnya laju energi panas yang diserap oleh aliran refrigeran (kj/s) dapat diperkirakan menggunakan persamaan: Q refr = m refr. (h 1 h 4 ) (2.23) Di sini m refr adalah laju aliran massa refrigeran yang mengalir di dalam evaporator. Sekarang apabila ditinjau apa yang terjadi pada sistem aliran udara hangat yang mengalir ke dalam evaporator yang akan didinginkan oleh aliran refrigeran dingin. Dalam hal ini, aliran udara hangat harus melepaskan sejumlah tertentu energi panas yang kemudian diserap oleh aliran refrigeran. Dengan

40 menerapkan prinsip balans energi pada aliran udara seperti yang tertera pada gambar 2.3. maka kita akan memiliki persamaan berikut: 45 E 2 + dq = de dt + Q ud + E 3 + de f (2.24) Selanjutnya, apabila pada aliran udara diasumsikan bahwa alirannya stasioner, sistem adiabatik, gesekan diabaikan, beda energi kinetik dan energi potensial dianggap kecil maka laju pelepasan energi panas oleh aliran udara hangat (kj/kg) dapat diperkirakan besarnya menggunakan persamaan berikut: Q ud = h 2 h 3 (2.25) Apabila dalam keadaan tertentu udara dianggap sebagai gas ideal, maka besarnya energi panas yang dilepaskan oleh aliran udara (kj/s) dapat diperkirakan menggunakan persamaan: Q ud = m ud. C p (T 2 T 3 ) (2.26) Dalam kebanyakan keadaan kehilangan energi panas dari evaporator ke sekelilingnya dapat dianggap kecil sehingga besarnya laju energi panas yang diserap oleh aliran refrigeran sama dengan besarnya laju energi panas yang dilepaskan oleh aliran udara (Q refr= Q ud).

41 Koefisien Prestasi (Coefficient of Performance) Koefisien Prestasi (KP) atau Coefficient of Performance (COP) dipergunakan untuk menyatakan efisiensi dari siklus refrigerasi. Pada umumnya, efisiensi mesin kalor selalu lebih kecil dari satu. Dengan kata lain, energi yang dimasukkan ke dalam mesin tidak semuanya dapat diubah menjadi kerja berguna, namun selalu ada kerugian. Berbeda dengan mesin kalor, mesin refrigerasi bekerja sebagai pompa untuk memindahkan kalor. Oleh karena itu, jika kerja yang dilakukan (dalam satuan kalor) untuk menggerakkan kompresor dibandingkan dengan kapasitas refrigerasi, akan terlihat bahwa kapasitas refrigerasi lebih besar dari besaran yang pertama. Koefisien prestasi merupakan besarnya energi panas yang diserap oleh aliran refrigeran dibagi dengan besarnya daya yang diperlukan kompresor, maka COP dapat dihitung menggunakan persamaan COP = Q refr W k (2.27) Semakin besar kapasitas refrigerasi yang diperoleh untuk kalor ekivalen kerja kompresi tertentu, semakin besar koefisien prestasinya. Semakin lebih besar koefisien prestasi daripada 1, semakin baik prestasinya.

42 MiniREFPROP REFPROP (REFerence fluid PROPerties) merupakan program referensi properti untuk berbagai jenis fluida. Program ini dikembangkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST), perhitungan sifat termodinamika dan transportasi properti berbagai cairan industri yang penting maupun campurannya. Properti ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel serta plot dengan tampilan antarmuka berupa grafik. Gambar 2.22 Tampilan program minirefprop Sumber: Dokumentasi pribadi REFPROP didasarkan pada data yang akurat untuk fluida murni maupun campuran pada model yang tersedia saat ini. Menerapkan tiga model untuk properti termodinamika dari fluida murni meliputi persamaan secara eksplisit dalam energi Helmholtz, persamaan Benediktus-Webb-Rubin yang dimodifikasi dan model ECS (Extended Corresponding States). Perhitungan campuran menggunakan model yang berlaku, pencampuran sesuai aturan untuk energi Helmholtz dari komponen campuran,

43 48 menggunakan fungsi permulaan untuk menjelaskan permulaan dari pencampuran yang ideal. Viskositas dan konduktivitas termal dimodelkan dengan korelasi cairan khusus, metode ECS atau dalam beberapa kasus metode teori gesekan. Program minirefprop adalah versi sampel dari program REFPROP penuh dan dimaksudkan untuk digunakan sebagai alat pembelajaran dalam pengenalan termodinamika untuk pelajar. Program ini berisi sejumlah cairan murni (air, CO 2, R- 134a, nitrogen, metana, propana, hidrogen, dan dodekan) dan juga memungkinkan perhitungan campuran nitrogen dengan metana untuk mempelajari VLE (Vapour Liquid Equilibrium).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tentang refrigerasi dan pengkondisian udara Sekilas tentang refrigerasi dan pengkondisian udara secara fungsi utama bidang refrigerasi dan pengkondisian udara saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan kondisi udara yang nyaman pada saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama pada kendaraan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet sangat beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari modul ini anda dapat :

TUJUAN PEMBELAJARAN. Setelah mempelajari modul ini anda dapat : TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini anda dapat : 1. Menjelaskan prinsip kerja air conditioner system. 2. Mengidentifikasi komponen air conditioner system. 3. Menjelaskan cara kerja air conditioner

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL Hartoyo PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. PENDAHULUAN Dilihat dari fungsinya, AC Mobil memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Garis Besar Penelitian Penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini adalah melakukan pengujian pengaruh putaran mesin terhadap performansi sistem pengkondisian udara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tata Udara [sumber : 5. http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id] Sistem tata udara adalah proses untuk mengatur kondisi suatu ruangan sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

SISTEM AIR CONDITIONER (AC)

SISTEM AIR CONDITIONER (AC) SISTEM AIR CONDITIONER (AC) KOMPETENSI Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan prinsip terjadinya pendinginan pada sistem AC. 2. Menjelaskan Fungsi AC pada mobil. 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober 2016 114 PENGUJIAN PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP PERFORMANSI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KENDARAAN PENUMPANG 1.500 cc Suadi Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Hawlader, M.N.A., Chou, S.K., Ullah, M.Z. ( 2001 ) melakukan penelitian tentang prestasi dari sistem solar assisted heat pump water heater. Pada evaporator ditambahkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN 5.1 Pemilihan Kompresor Kompresor berfungsi menaikkan tekanan fluida dalam hal ini uap refrigeran dengan temperatur dan tekanan rendah yang keluar dari evaporator

Lebih terperinci

CAR AIR CONDITIONER PT. HANINDO AUTOMOTIVE CONSULTANT

CAR AIR CONDITIONER PT. HANINDO AUTOMOTIVE CONSULTANT CAR AIR CONDITIONER PT. HANINDO AUTOMOTIVE CONSULTANT Fungsi Air Conditioner adalah untuk : 1. Mengatur suhu udara 2. Mengatur sirkulasi udara 3. Mengatur kelembaban udara 4. Mengatur Kebersihan udara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi senantiasa selalu mengalami peningkatan seiring dengan ditemukan berbagai ilmu-ilmu baru pada dunia pendidikan. Teknologi yang telah ada mengalami

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 Pengertian AC Air Conditioner(AC) merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara. Dengan kata lain,ac berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

PENDINGINAN KOMPRESI UAP Babar Priyadi M.H. L2C008020 PENDINGINAN KOMPRESI UAP Pendinginan kompresi uap adalah salah satu dari banyak siklus pendingin tersedia yang banyak digunakan. Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C.

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C. UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN Kevin Sanjaya 1), I Made Kartika Dhiputra 2) dan Harto Tanujaya 1) 1) Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Di era serba maju sekarang ini, kita pasti sudah sangat akrab dengan air conditioner. Kehidupan modern, apalagi di perkotaan hampir tidak bisa lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD Oleh: Daglish Yuliyantoro 2107100518 Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Konvensi Wina dan Protokol

Lebih terperinci

KOMPONEN, FUNGSI DAN CARA KERJA SISTEM AC

KOMPONEN, FUNGSI DAN CARA KERJA SISTEM AC KOMPONEN, FUNGSI DAN CARA KERJA SISTEM AC Dosen Pengampuh : Drs. Abdurrahman, M.Pd. Disusun oleh : Taofik Hidayat (5202412052) 2012 PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

BAB II DASAR DASAR TEORI Keunggulan Tube Ice dalam Industri Es

BAB II DASAR DASAR TEORI Keunggulan Tube Ice dalam Industri Es BAB II DASAR DASAR TEORI 2.1. Keunggulan Tube Ice dalam Industri Es Keunggulan tube ice, khususnya mesin tube ice, dibandingkan es jenis lain di dalam industri adalah sebagai berikut : 1. Memiliki efisiensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 REFRIGERASI DAN SISTEM REFRIGERASI Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari ruangan bertemperatur tinggi, dan memindahkan kalor tersebut ke suatu medium tertentu yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pengkondisian Udara/AC Sistem Pengkondisian udara atau yang lebih dikenal dengan Sistem pendingin adalah suatu proses dimana mengkondisikan udara suatu ruangan sehingga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SISTIM AC KOMPRESOR TIPE WOBBLE PLATE Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistim AC Disusun Oleh : Cahyono (5201410028) Naufal Farras Sajid (5201410029) Riwan Setiarso (5201410030) Rifki Yoga Kusuma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air Conditioner (AC) adalah alat pada kendaraan khususnya mobil yang mempunyai fungsi untuk mengatur suhu di dalam kendaraan sesuai dengan keinginan pengendara

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR AIR CONDITIONING

PRINSIP DASAR AIR CONDITIONING PRINSIP DASAR AIR CONDITIONING Pendahuluan Kebutuhan akan kondisi udara yang nyaman pada saat ini nampaknya sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, terutama pada kendaraan

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengkondisian udara pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban,

BAB II LANDASAN TEORI. Pengkondisian udara pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, 6 BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udara pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan,

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM AIR CONDITIONER (AC) PADA TRAINER AC MOBIL

TROUBLE SHOOTING SISTEM AIR CONDITIONER (AC) PADA TRAINER AC MOBIL 26 TROUBLE SHOOTING SISTEM AIR CONDITIONER (AC) PADA TRAINER AC MOBIL Setiyo Hermawan 1, Rizki Novianto 2 Program Studi Teknik Mesin Otomotif, Politeknik Muhammadiyah Pekalongan Jl. Raya Pahlawan No. Gejlig

Lebih terperinci

Gambar 2.1. COP vs Condenser Temperatur (Thangavel, 2013)

Gambar 2.1. COP vs Condenser Temperatur (Thangavel, 2013) 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II LANDASAN TEORI Nagalakshmi dan Yadav (2014) melakukan eksperimen mengenai analisis performa dari sistem refrigerasi dengan menggunakan refrigeran R12 dan R134a. Pengujian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air conditioner atau yang biasa di sebut AC merupakan sebuah alat yang mampu mengondisikan udara. Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia ANALISIS KARAKTERISTIK UNJUK KERJA SISTEM PENDINGIN (AIR CONDITIONING) YANG MENGGUNAKAN FREON R-22 BERDASARKAN PADA VARIASI PUTARAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR 1) Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemilihan judul di atas maka permasalahan yang diangkat dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemilihan judul di atas maka permasalahan yang diangkat dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi pada era sekarang sangatlah pesat dari peningkatan kemampuan, keterampilan dan profesionalisme sumber daya manusia. Berbagai usaha peningkatan

Lebih terperinci

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar. 5 TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan. Udara

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB III SISTEM AC ( AIR CONDITIONER ) PADA TOYOTA YARIS

BAB III SISTEM AC ( AIR CONDITIONER ) PADA TOYOTA YARIS Laporan Kerja Praktek 14 BAB III SISTEM AC ( AIR CONDITIONER ) PADA TOYOTA YARIS 3.1 PENGERTIAN AIR CONDITIONER Air Conditioner adalah seperangkat peralatan yang tergabung dalam satu kesatuan dan terbentuk

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci