BAB II DASAR DASAR TEORI Keunggulan Tube Ice dalam Industri Es

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR DASAR TEORI Keunggulan Tube Ice dalam Industri Es"

Transkripsi

1 BAB II DASAR DASAR TEORI 2.1. Keunggulan Tube Ice dalam Industri Es Keunggulan tube ice, khususnya mesin tube ice, dibandingkan es jenis lain di dalam industri adalah sebagai berikut : 1. Memiliki efisiensi energi yang tinggi, karena tidak membutuhkan fluida perantara seperti air garam pada mesin es balok -, dan proses pendinginan terjadi secara langsung oleh refrigeran. 2. Memiliki space to production ratio yang rendah, dimana untuk kapasitas produksi hingga 50 Ton per hari hanya membutuhkan ruang seluas 20 sampai dengan 30 m². Selain itu, peningkatan kapasitas produksi pada mesin tidak berbanding lurus dengan luas area yang dibutuhkan, karena pipa pipa cetakan es berdiri vertikal. 3. Perawatan mudah dan murah, karena tidak menggunakan water brine, water can sehingga bebas dari perawatan karena perkaratan, pembersihan berkala, dan lainnya. 4. Fleksibel dalam penentuan jumlah produksi, karena tube ice memiliki production cycle yang rendah ( antara 20 menit hingga 60 menit ), sehingga kapasitas produksi dapat diatur seefektif mungkin. 5. Fleksibel dalam pengemasan, karena es berbentuk silinder dan dapat dikemas sesuai dengan ukuran kemasan yang tersedia dan 6

2 menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, tidak terpaku pada ukuran cetakan (seperti pada es balok ). 6. Kualitas es yang lebih baik, karena sistem pendinginan terjadi pada air yang mengalir, sehingga mengurangi jumlah gas yang terperangkap di dalam es. Hal ini mengakibatkan es lebih bening. 7. Higienis. Proses produksi mulai dari pembekuan hingga pengemasan dapat dilaksanakan dalam suatu sistem tertutup, dan bebas dari kontaminasi Prinsip Kerja Mesin Tube Ice Secara umum, mesin tube ice menghasilkan es dengan cara mendinginkan air yang mengalir dalam cetakan berbentuk pipa silinder vertikal. Satu unit pompa memompa air dari lower basin ke upper basin, dimana setelah itu air akan mengalir turun kembali ke lower basin setelah melewati bagian dalam dari serangkaian pipa yang di bagian luarnya bersentuhan dengan fluida pendingin. Pendinginan akan berlangsung ketika air melewati pipa, dan membentuk es di bagian dalam pipa pipa tersebut. Prinsip kerja ini kurang lebih sama dengan yang terjadi pada alat penukar kalor shell and tube, hanya saja bagian dalam dari pipa yang melepaskan kalor, berfungsi sebagai cetakan es. Setelah terbentuk es dengan tebal yang dikehendaki, maka automatic control system akan melaksanakan defrosting dengan cara mengalirkan gas refrigeran yang bersuhu lebih tinggi melewati pipa pipa es, sehingga es akan jatuh dan turun ke ice bin setelah melewat sebuah cutter yang memotong es ke dalam ukuran panjang yang dikehendaki. 7

3 Gambar 2.1. Evaporator Tube Ice Sumber : tanggal : 10 Januari 2014, Jam Gambar 2.2. Prinsip Kerja Pembuatan Tube Ice Sumber : tanggal : 10 Januari 2014, Jam

4 2.3. Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Siklus kompresi uap merupakan siklus yang terbanyak digunakan dalam siklus refrigerasi. Pada suklus ini uap ditekan, dan kemudian diembunkan menjadi cairan, lalu tekanannya diturunkan agar cairan tersebut dapat menguap kembali. Gambar 2.3. Siklus Kompresi Uap Sumber : tanggal : 10 Januari 2014, Jam Dalam siklus kompresi uap standar ini, terdapat empat proses yang terjadi pada refrigeran yaitu : 1. Proses 1 2 : refrigeran meninggalkan evaporator dalam wujud uap jenuh dengan temperatur rendah, kemudian oleh kompresor uap tersebut dinaikkan tekanannya menjadi uap dengan tekanan yang lebih tinggi (tekanan kondensor). Kompresi ini diperlukan untuk menaikkan temperatur refrigeran, sehingga temperatur refrigeran di dalam kondensor lebih tinggi dari temperatur lingkungannya. Dengan 9

5 demikian perpindahan panas dapat terjadi dari refrigeran ke lingkungan. Proses kompresi ini berlangsung secara isentropik. 2. Proses 2 3 : setelah mengalami proses kompresi, refrigeran berada dalam fasa panas lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi. Untuk mengubah wujudnya menjadi cair, kalor harus dilepaskan ke lingkungan. Hal ini dilakukan pada penukar kalor yang disebut kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor dan pada sisi lain dialirkan fluida pendingin (air maupun udara) dengan temperatur yang lebih rendah dari temperatur refrigeran. Oleh karena itu, kalor akan berpindah dari refrigeran ke fluida pendingin dan sebagai akibatnya refrigeran mengalami penurunan temperatur dari kondisi uap panas lanjut menuju uap panas jenuh, dan selanjutnya mengembun menjadi cair. Kemudian keluar dari kondensor dalam wujud cair jenuh. Proses ini berlangsung secara reversibel pada tekanan konstan. 3. Proses 3 4 : refrigeran dalam wujud cair jenuh mengalir melalui katup ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada entalpi konstan, dan berlangsung secara tidak reversibel. Selanjutnya refrigeran keluar dari alat katup ekspansi berwujud campuran uap cair pada tekanan dan temperatur sama dengan tekanan dan temperatur evaporator. 4. Proses 4 1 : refrigeran dalam fasa camuran uap cair, mengalir melalui sebuah penukar kalor yang disebut evaporator. Pada tekanan evaporator, titik didih refrigeran haruslah lebih rendah daripada temperatur media yang didinginkan, sehingga terjadi perpindahan kalor dari media yang didinginkan ke dalam refrigeran. Kemudian 10

6 refrigeran yang masih berwujud cair menguap di dalam evaporator, dan selanjutnya refrigeran meninggalkan evaporator dalam fasa uap jenuh. Proses penguapan tersebut berlangsung secara reversibel pada tekanan konstan Komponen Utama dari Sistem Refrigerasi Tube Ice Berdasarkan gambaran tentang siklus refrigerasi kompresi uap pada sub bab sebelumnya, maka terdapat komponen utama yang diperlukan agar siklus ini dapat bekerja secara sempurna. Gambar 2.4. Siklus Kompresi Uap Sumber : Chengel A. Yunus, Mass and Heat Transfer 11

7 Komponen utama dari sistem refrigerasi pada mesin tube ice adalah : 1. Unit Evaporator, yaitu suatu unit berbentuk seperti penukar kalor shell and tube yang diposisikan berdiri secara tegak, dimana di dalamnya terdapat pipa-pipa yang akan dilewati oleh air yang hendak didinginkan menjadi es. Pada unit freezer ini terdapat lower basin sebagai tempat penampungan air baku, yang akan dialirkan ke upper basin oleh pompa air, sebelum turun kembali ke lower basin dengan melewati serangkaian pipa-pipa. 2. Kompresor, yaitu unit yang berfungsi menaikan suhu dan tekanan refrigeran. 3. Kondensor, yatu unit yang berfungsi menurunkan temperatur refrigeran yang bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi, menjadi bersuhu lebih rendah, dengan tekanan yang tetap tinggi. Unit kondensor dapat berupa shell and tube heat exchanger dan cooling tower, ataupun evaporative condenser. 4. Katup Ekspansi Unit Evaporator Unit Evaporator adalah unit berbentuk seperti penukar kalor shell and tube yang diposisikan berdiri secara tegak, dimana di dalamnya terdapat pipa-pipa yang akan dilewati oleh air yang hendak didinginkan menjadi es. Evaporator menerima aliran refrigeran bersuhu rendah dari tangki receiver, dan kemudian membekukan air yang mengalir di dalam pipa pipa cetakan. 12

8 Gambar 2.5. Patkol Tube Ice Evaporator Unit Sumber : Berbeda dengan aplikasi pada es balok, unit evaporator ini tidak mendinginkan air garam, tetapi dinding dinding bagian dalam pada pipa evaporator ( yang biasanya dialiri air garam ) sekaligus menjadi tempat terjadinya pembekuan air menjadi es. Air bersuhu ruang yang masuk ke dalam pipa pipa akan diserap panasnya oleh refrigeran yang menggenangi shell. Akibat perpindahan panas ini, refrigeran yang menggenangi shell akan menguap dan uap refrigeran akan naik menuju kompresor, sedangkan bagian dalam pipa akan terbentuk es. 13

9 Unit Evaporator ini biasanya dilengkapi dengan sensor level liquid refrigeran di dalam shell yang terhubung dengan mekanisme kerja electronic expansion valve, sehingga akan mengatur banyaknya refrigeran yang masuk ke dalam shell untuk menjaga tingkat terendah refrigeran yang menggenangi shell. Pada perancangan ini penulis mengambil unit evaporator tipe PK-50A, buatan PATKOL Public Company Limited dengan kapasitas 50 Ton per hari, sebagai acuan dasar perancangan Kompresor Pada sistem refrigeran kompresor berfungsi untuk mempertahankan perbedaan tekanan dalam sistem dan mengalirkan refrigeran dari evaporator ke kondensor. Kompresor mempunyai berbagai klasifikasi akan tetapi pada umumnya dalam dua jenis utama yaitu: 1. Kompresor positif, dimana gas dihisap masuk kedalam silinder dan di kompresikan. Yang termasuk jenis ini adalah kompresor torak, kompresor rotari, dan kompresor sekrup. 2. Kompresor non positif (sentrifugal), dimana gas yang dihisap masuk dipercepat alirannya oleh sebuah impeller yang kemudian mengubah energi kinetik untuk menaikkan tekanan. Yang termasuk jenis ini adalah kompresor sentrifugal. Sedangkan berdasarkan jenis konstruksinya, kompresor dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Kompresor tipe terbuka, atau biasa disebut juga belt-driven unit, atau open type compressor. Kompresor tipe terbuka terpisah dari tenaga 14

10 penggeraknya, yang umumnya menggunakan motor listrik, walaupun ada juga yang menggunakan motor bensin atau diesel. Keuntungan dari kompresor model terbuka ini adalah : a. Jika terjadi kerusakan pada motor, maka penggantian / perbaikan dapat dilaksanakan tanpa menggangu kompresor dan refrigeran pada sistem pendingin. b. Putaran kompresor dapat dengan mudah diubah ubah dengan mengubah diameter puli pada kompresor dan puli pada motor penggerak. c. Minyak pelumas pada kompresor dapat dengan mudah diperiksa melalui sight glass. d. Pada daerah yang belum terhubung listrik, dapat digunakan tenaga penggerak dari motor bensin ataupun diesel. Sedangkan kerugian dari kompresor terbuka adalah : a. Bentuk lebih besar, lebih berat, dan harga lebih mahal. b. Seal dari kompresor pada poros engkol sering rusak, sehingga terjadi kebocoran pada minyak pelumas dan refrigeran. 15

11 Gambar 2.6. Mayekawa WBHE Open Type Compressor Sumber : 2. Kompresor semi hermetik, yaitu tipe kompresor dimana motor listrik dibuat menyatu dengan kompresor, melalui perpanjangan dari ruang engkol. Keuntungan dari kompresor ini adalah tidak diperlukannya penyekat pada poros, sehingga mengurangi kemungkinan kebocoran pelumas dan refrigeran, disamping bunyi mesin yang lebih halus dan konstruksi yang lebih kompak.hingga saat ini, kompresor semi hermetik untuk refrigeran freon telah dibuat hingga kapasitas 40 kw. Dari segi konstruksinya, kompresor semi hermetik juga dapat dibuat bersilinder banyak, dengan momen puntir pada waktu start yang rendah. 16

12 Gambar 2.7. Bitzer Semi Hermetic Compressor Sumber : 3. Kompresor hermetik, yaitu tipe kompresor yang pada dasarnya hampir sama dengan tipe semi hermetik. Perbedaannya hanya terletak pada cara menyambung rumah kompresor dengan stator pada motor penggerak. Pada kompresor hermetik, digunakan sambungan las, sehingga kedap udara. Kompresor hermetik biasanya dibuat untuk unit berkapasitas rendah sampai 7,5 kw, misalnya pada penyegar udara paket ataupun kulkas. Keunggulan kompresor hermetik antara lain : a. Tidak menggunakan seal pada porosnya, sehingga jarang terjadi kebocoran refrigeran. b. Bentuknya kecil, kompak, dan harganya murah. c. Tidak memakai tenaga penggerak dari luar, suara sangat tenang, getaran sangat kecil. Sedangkan kerugian penggunaan kompresor hermetik adalah : 17

13 a. Bagian yang rusak di dalam kompresor tidak dapat diperbaiki sebelum rumah kompresor dipotong. b. Minyak pelumas di dalam kompresor hermetik sukar diperiksa. Gambar 2.8. Embraco Hermetic Compressor Sumber : Karena refrigeran yang umumnya digunakan pada sistem refrigerasi pabrik es adalah R-717 (amoniak) dan halocarbon, maka kompresor yang digunakan bisa dari jenis reciprocating, rotary, ataupun centrifugal. Untuk menentukan jenis kompresor pada sistem refrigerasi pabrik es, diperlukan beberapa parameter sebagai berikut : 1. Kecepatan putaran dalam rpm (rotasi per menit) 2. Temperatur evaporator yang dikehendaki dalam C 3. Temperatur kondensor yang dikehendaki dalam C 18

14 Temperatur evaporator untuk pabrik es yang umum digunakan adalah pada suhu -8 C hingga -15 C, karena temperatur es yang lebih rendah dari -15 C akan mengakibatkan es gampang pecah / retak pada saat harvesting,dikarenakan perbedaan temperatur yang besar antara es dan udara Kondensor Dalam aplikasinya, terdapat tiga jenis kondensor berdasarkan media pendinginnya yaitu : 1. Air Cooled Condenser (ACC), yaitu kondensor dengan media pendingin udara. Keuntungan menggunakan Air Cooled Condenser adalah menghilangkan kebutuhan akan cooling tower, sehingga mengurangi biaya investasi awal maupun biaya perawatan. Hal ini disebabkan karena instalasi cooling tower akan berhubungan dengan maintenance pada water treatment, make up water, perawatan pada tower, freeze protection, dan pembersihan tabung kondensor. Selain itu, keuntungan dari penggunaan Air Cooled Condenser adalah sistem yang merupakan suatu kesatuan utuh / packed system, sehingga memungkinkan desain dan instalasi yang lebih sederhana. Sedangkan kerugian pada sistem ini adalah efektivitas kerjanya sangat terpengaruh dengan temperatur lingkungan sekitar, serta relatif lebih boros dalam penggunaan energi listrik. Air Cooled Condenser biasanya diinstal dibagian luar gedung. 19

15 Gambar 2.9. Delphi Air Cooled Condenser Sumber : 2. Water Cooled Condenser (WCC) Water cooled condenser adalah kondensor dengan media pendingin air. Energi yang dipergunakan oleh water cooled condensor lebih efisien dibandingkan air cooled condensor. Keuntungan lain dari tipe kondensor ini adalah efisiensi kerjanya tidak terlalu terpengaruh oleh temperatur udara lingkungan, dan memiliki umur pakai yang lebih panjang hingga 20 tahun. Water cooled condenser biasanya diinstal di dalam gedung. Secara umum, sistem water cooled condenser dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : a. Waste water system, dimana air yang sudah terpakai di dalam kondensor langsung dibuang. Biasanya sistem ini dipakai pada lokasi yang kaya akan sumber air. 20

16 b. Recirculated water system, dimana air yang sudah terpakai untuk mendinginkan kondensor akan didinginkan kembali melalui cooling tower, untuk kemudian disirkulasikan kembali ke kondensor. Terdapat tiga tipe dasar dari water cooled condenser yaitu : a. Tipe double tube / tube and tube, dimana tipe ini menggabungkan dua pipa yang masing masing berisi refrigeran dan air, dimana arah alirannya saling berlawanan. b. Tipe shell and tube, dimana tipe ini mengggabungkan sebuah shell yang berfungsi menampung refrigeran dari kompresor untuk dikondensasikan, sedangkan air dari media penghantar panas berada di dalam pipa pipa horizontal. Gamber Patkol Shell & Tube Condenser-Receiver Packed Unit Sumber : 21

17 c. Tipe shell and coil, dimana tipe ini mengggabungkan sebuah shell yang berfungsi menampung refrigeran dari kompresor untuk dikondensasikan, sedangkan air dari media penghantar panas berada di dalam pipa pipa coil. 3. Evaporative Cooled Condenser (ECC) Evaporative Cooled Condenser adalah kondensor dengan media pendingin kombinasi, antara air dengan udara. Gamber Patkol Evaporative Condenser Unit Sumber : Katup Ekspansi Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansi secara adiabatik cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah. Katup ekspansi mengatur pemasukan 22

18 refrigeran sesuai dengan beban pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator. Dengan kata lain, katup ekspansi mengatur supaya evaporator dapat selalu bekerja sehingga diperoleh efektifitas siklus refrigerasi yang maksimal. Jenis jenis katup ekspansi yang sering dipergunakan antara lain : 1. Katup ekspansi otomatis (automatic expansion valve) Katup ini mempertahankan tekanan evaporator yang tetap walau terjadi perubahan tekanan cairan yang masuk, beban, atau kondisi yang lain. Tenaga penggerak utama adalah tekanan evaporator yang dipakai untuk menekan bagian bawah diafragma. Sebuah katup yang dapat disetel menekan diafragma dari bagian atas. Jika tekanan evaporator naik, tekanan ini akan mengalahkan tekanan pegas yang bekerja di bagian atas, dan diafragma terangkat naik menutup katup. Jika terjadi sebaliknya, dimana tekanan evaporator turun, maka tekanan pegas akan menekan diafragma turun sehingga katup membuka dan cairan refrigeran dapat mengalir ke dalam evaporator. 2. Katup ekspansi termostatik (thermostatic expansion valve) Katup ekspansi termostatik merupakan alat kontrol yang banyak dipergunakan. Alat kontrol ini mengawasi aliran refrigeran dengan mempertahankan relatif konstan superheat pada akhir koil evaporator. Sebuah pipa seperti cerutu (bulb) yang berisi cairan yang mudah menguap diletakan pada ujung koil terakhir, untuk mendeteksi temperatur yang ada. Salah satu ujung yang lain dari bulb dihubungkan dengan kepala katup melalui pipa yang sangat kecil. Tekanan pipa bulb ini tergantung dari temperatur dari ujung koil yang berada di 23

19 dekatnya. Jika temperatur naik, maka cairan dalam bulb akan menguap dan berkembang kemudian menekan diafragma ke bawah. Dengan demikian refrigeran dapat mengalir ke dalam evaporator. Gambar Danfoss Thermostatic Expansion Valve Sumber : 3. Pipa Kapiler (capilary tube) Pipa kapiler dapat diklasifikasikan sebagai katup ekspansi, walaupun dalan kenyataannya pipa kapiler ini tidak dapat mengontrol jumlah alirag refrigeran ke dalam evaporator. Pipa kapiler hanyalah pipa dengan diameter yang kecil, dengan maksud untuk menghasilkan 24

20 penurunan tekanan yang diinginkan. Pipa kapiler tidak berubah ukuran diameter dan juga panjangnya, dan hanya bergantung pada perbedaan tekanan antara tekanan tinggi dan tekanan rendah pada sistem. Oleh sebab itu, pipa kapiler biasanya dipasang pada sistem dengan beban pendinginan yang relatif stabil Refrigeran Dalam industri, terdapat dua jenis sistem refrigerasi jika dilihat dari pemakaian refrigerannya, yaitu : a. Direct Refrigeration System, yaitu sistem dimana refrigeran utama langsung berfungsi untuk memindahkan panas dari substan yang sedang didinginkan. b. Indirect Refrigeration System, yaitu sistem dimana secondary refrigerant ( pada pabrik es balok biasa dipergunakan air garam ) yang bertugas untuk mengambil panas dari substan yang hendak didinginkan. Secondary refrigerant kemudian didinginkan oleh refrigeran utama pada evaporator. Keuntungan dari penggunaan refrigeran sekunder adalah penggunaan refrigeran utama dapat diminimalisir. Sedangkan kerugiannya adalah tingkat efisiensi panas yang lebih rendah, karena harus melewati beberapa tahap proses perpindahan panas. Dalam pabrik pembuatan tube ice, sistem refrigerasi yang dipakai adalah Direct Refrigeration System. 25

21 Berdasarkan bahan penyusunnya, refrigeran dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 1. Kelompok Halocarbon, contohnya R-11, R-12, R Kelompok Cyclic Organic, contohnya R-C316, R-C317, dan R-C Kelompok Azeotropes, contohnya R-500, R-501, R Kelompok Hidrcarbon, contohnya R-50, R-170, dan R Kelompok Oksigen, contohnya R-610, R Kelompok Sulfur, contohnya R Kelompok Nitrogen, contohnya R-630, R Kelompok Inorganic, contohnya R-717, R-718, R-729, R Kelompok Unsaturated Organic, contohnya R-1112a, R-1113, dll. Untuk pabrik es komersial biasanya digunakan refrigeran R-717 (amoniak), walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan refrigeran dari kelompok halocarbon. Dalam memilih suatu jenis refrigeran pada sistem pendingin, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain : 1. Memiliki titik didih yang rendah, lebih rendah dari suhu evaporator yang direncanakan. 2. Memiliki tekanan kondensasi yang rendah. 3. Mempunyai tekanan penguapan yang lebih tinggi sedikit dari tekanan atmosfer. 4. Mempunyai kalor laten penguapan yang besar. 5. Mudah untuk dideteksi bila terjadi kebocoran. 26

22 6. Harganya ekonomis dan mudah didapatkan. Kriteria refrigeran yang ideal berdasarkan faktor termodinamika dan termofisika adalah : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi 2. Tekanan pengembunan yang tidak terlalu tinggi, karena dengan tekanan pengembunan yang rendah maka dapat mempergunakan kompresor dan kondensor yang bekerja pada tekanan rendah. Selain itu, dengan tekanan yang rendah mesin dapat beroperasi dengan lebih aman, karena resiko kebocoran, ledakan, dan kerusakan lainnya menjadi lebih kecil. 3. Refrigeran yang ideal harus memiliki panas laten penguapan yang tinggi, sehingga jumlah refrigeran yang masuk ke dalam evaporator lebih sedikit untuk beban pendinginan yang sama. 4. Refrigeran yang ideal harus memiliki konduktivitas thermal yang tinggi pada fasa cair dan gas, sehingga dapat menghantarkan panas dengan cepat. 5. Refrigeran yang ideal harus memiliki viskositas yang rendah, baik pada fasa cair maupun gas, untuk mengurangi terjadinya penurunan tekanan ( pressure drop ). Sedangkan kriteria refrigeran ideal berdasarkan faktor keamanan dan efek terhadap lingkungan adalah : 27

23 1. Berdasarkan Protokol Montreal, refrigeran harus bersifat tidak merusak lapisan ozon. Berdasarkan penelitian, Chlorine dan Bromine merupakan substan dari refrigeran yang merusak lapisan ozon. 2. Tidak beracun. Sebenarnya semua refrigeran adalah beracun ( kecuali udara ), namun sifat beracun ini sangatlah relatif, karena baru akan muncul ketika konsentrasinya dalam udara sangat tinggi. Refrigeran seperti CFC dan HCFC tidak akan beracun ketika bercampur dengan udara sekitar, namun jika terbakar akan menghasilkan gas yang sangat beracun. 3. Refrigeran yang ideal haruslah tidak mudah terbakar. 4. Refrigeran yang ideal harus memiliki kestabilan unsur kimia yang baik, sehingga ketika digunakan dalam sistem refrigerasi tidak mengalami perubahan unsur kimia dalam waktu yang lama. 5. Refrigeran yang ideal harus dapat digunakan pada sistem refrigerasi yang dibuat menggunakan material apapun, tanpa bereaksi dengan unsur material tersebut. Contohnya R-12 dapat digunakan dalam instalasi pemipaan yang berbahan tembaga, namun tidak demikian dengan R-717, karena akan mengakibatkan perkaratan. R-717 harus menggunakan sistem pemipaan berbahan baja. 6. Refrigeran yang ideal harus mudah terdeteksi ketika terjadi kebocoran sistem refrigerasi. 28

24 Berikut tabel dari beberapa merek dagang refrigeran dan produsennya : Tabel 2.1. Daftar merek dagang refrigeran dan produsennya Nama Pabrik Negara Freon E.I. du Pont de Nemours & Co. USA Genetron Allied Chemical Corp USA Frigen Hoechst AG Jerman Arcton Imperial Chemical Industry Ltd. Inggris Asahi Fron Asahi Glass Co., Ltd. Jepang Forane Pacific Chemical Industry Ltd. Australia Daiflon Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd Jepang Ucon Union Carbide Chemicals Corp USA Isotron Pennsylvania Salt Manufacturing Co. USA Musicool PT. Pertamina (persero) Indonesia Sumber : Patkol Refrigeration Manual 2.6. Peralatan Tambahan Pada Mesin Tube Ice Peralatan tambahan pada sistem refrigerasi tube ice antara lain adalah : 1. Receiver Tank, yaitu unit yang berfungsi menyimpan refrigeran bersuhu rendah dan bertekanan tinggi, sebelum dialirkan kembali menuju pipa pipa cetakan es yang terletak di dalam evaporator unit. 2. Three Way Valve, yaitu suatu unit katup cabang tiga, yang berfungsi mengubah arah aliran refrigeran pada saat defrosting, sehingga refrigeran bersuhu tinggi dari kompresor tidak dialirkan ke evaporator untuk didinginkan, melainkan langsung dialirkan ke freezer. 3. Safety Valve 4. Sight Glass 5. Oil Separator 6. Amonia Accumulator 29

25 2.7. Metode Perencanaan Pahl & Beitz Pahl dan Beitz mengusulkan cara merancang produk sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya; Engineering Desaign : A Systematic Approach. Cara merancang Pahl dan Beitz tersebut terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang masing-masing terdiri dari beberapa langkah. Keempat fase tersebut adalah : 1. Perencanaan dan penjelasan tugas 2. Perancangan konsep produk 3. Perancangan bentuk produk (embodiment design) 4. Perancangan detail Setiap fase proses perancangan berakhir pada hasil fase, seperti fase pertama menghasilkan daftar persyaratan dan spesifikasi perancangan. Hasil setiap fase tersebut kemudian menjadi masukan untuk fase berikutnya dan menjadi umpan balik untuk fase yang mendahului Perencanaan Modifikasi dan Spesifikasi Evaporator Tujuan fase ini adalah menyusun spesifikasi evaporator yang mempunyai fungsi tertentu yang memenuhi kebutuhan produksi. Pada fase ini dikumpulkan semua informasi tentang semua persyaratan atau requirement yang harus dipenuhi oleh evaporator, dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi dalam pembuatan. Hasil fase ini adalah spesifikasi evaporator yang dimuat dalam suatu daftar persyaratan teknis Perancangan Konsep Evaporator 30

26 Berdasarkan perencanaan spesifikasi, dicarilah beberapa konsep evaporator yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi tersebut. Konsep evaporator tersebut merupakan solusi dari masalah perancangan yang harus dipecahkan. Konsep evaporator dapat berupa gambar skets atau gambar skema yang sederhana, tetapi memuat garis besar permasalahan Beberapa alternatif konsep evaporator kemudian dikembangkan lebih lanjut dan setelah dievaluasi. Evaluasi tersebut haruslah dilakukan beberapa kriteria khusus seperti kriteria teknis, kriteria ekonomis dan lain-lain. Konsep evaporator yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi produk, tidak diproses lagi dalam fase-fase berikutnya, sedangkan dari beberapa konsep evaporator yang memenuhi kriteria dapat dipilih solusi yang terbaik Perancangan Bentuk Evaporator (Embodiment Design) Pada fase perancangan bentuk ini, konsep evaporator diberi bentuk, yaitu komponen-komponen konsep evaporator yang dalam gambar skema atau gambar skets masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk, sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut secara bersama menyusun bentuk produk, yang dalam geraknya tidak saling bertabrakan sehingga evaporator dapat melakukan fungsinya Perancangan Detail Evaporator Pada fase perancangan detail, maka susunan komponen produk, bentuk, dimensi, dan material dari setiap komponen produk ditetapkan. Demikian juga dengan perhitungan-perhitungan yang mendasari spesifikasi bentuk. 31

27 Diagram Alir Perencanaan Evaporator Mulai Spesifikasi evaporator yang dikehendaki Identifikasi masalah-masalah penting pada evaporator Membuat beberapa alternatif bentuk evaporator Apakah bentuk terbaik dapat ditentukan? T Y Perhitungan bentuk evaporator dan tube sheet layout Perhitungan beban pendingin yang dibutuhkan Gambar detail evaporator Apakah sesuai dengan perencanaan awal? T Y Spesifikasi Akhir Evaporator Selesai Gambar Diagram Alir Perancangan Evaporator 32

28 33

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK PENDINGIN

DASAR TEKNIK PENDINGIN DASAR TEKNIK PENDINGIN Oleh : Agus Maulana Praktisi Mesin Pendingin HP. 0813 182 182 33 PT Mitra Lestari Bumi Abadi Jl.Gading Indah Raya Blok C No. 25 Kelapa Gading - Jakarta, 14240 Siklus Sistem Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI.

BAB II DASAR TEORI. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Sistem pendinginan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem pendinginan secara langsung dan sistem pendinginan secara tidak langsung. Sistem pendinginan secara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

Komponen mesin pendingin

Komponen mesin pendingin Komponen mesin pendingin Berdasarkan fungsi atau kegunaannya komponen mesin pendingin sistem kompresi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : A. Komponen pokok Yang dimaksud dengan komponen pokok adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet sangat beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI Darwis Tampubolon *), Robert Samosir **) *) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan **) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Abstrak Refrigerasi

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL Disusun Oleh: KELOMPOK 9 Angga Eka Wahyu Ramadan (2113100122) Citro Ariyanto (2113100158) Ahmad Obrain Ghifari (2113100183) INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN 5.1 Pemilihan Kompresor Kompresor berfungsi menaikkan tekanan fluida dalam hal ini uap refrigeran dengan temperatur dan tekanan rendah yang keluar dari evaporator

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA

BAB II DASAR TEORI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA BAB II DASAR TEORI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA 2.1 Pengenalan Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk suatu proses pendinginan, dengan cara menyerap dan memindahkan

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN 3.1.1 Pengertian AC Air Conditioner(AC) merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara. Dengan kata lain,ac berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PABRIK ES

BAB III PERENCANAAN PABRIK ES BAB III PERENCANAAN PABRIK ES 3.1 Pembuatan Es dengan Sistem Tabung Es Dalam perencanaan ini menggunakan sistem tabung es sebagai berikut: 1. Tabung-tabung cetakan es (ice cans) diisi dengan bahan baku

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Di era serba maju sekarang ini, kita pasti sudah sangat akrab dengan air conditioner. Kehidupan modern, apalagi di perkotaan hampir tidak bisa lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

PENDINGINAN KOMPRESI UAP Babar Priyadi M.H. L2C008020 PENDINGINAN KOMPRESI UAP Pendinginan kompresi uap adalah salah satu dari banyak siklus pendingin tersedia yang banyak digunakan. Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi atau disebut juga mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

= Perubahan temperatur yang terjadi [K] BAB II DASAR TEORI 2.1 KALOR Kalor adalah salah satu bentuk energi. Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama adalah terjadinya perubahan temperatur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN

BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN BAB 4 ANALISA KONDISI MESIN 4.1. KONDENSOR Penggunaan kondensor tipe shell and coil condenser sangat efektif untuk meminimalisir kebocoran karena kondensor model ini mudah untuk dimanufaktur dan terbuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI Daud Patabang* * Abstract The performance of refrigeration system are affected by condenser, evaporator,compressor and regulating valve. Besides cooling system itself

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : 1. Data dari hasil pengujian Data diperoleh dari hasil pengujian alat praktikum mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39 BAB IV PEMBAHASAN Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan kerja sistem refrigerasi tanpa metode cooled energy storage dengan sistem refrigerasi yang menggunakan metode cooled energy storage. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia ANALISIS KARAKTERISTIK UNJUK KERJA SISTEM PENDINGIN (AIR CONDITIONING) YANG MENGGUNAKAN FREON R-22 BERDASARKAN PADA VARIASI PUTARAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR 1) Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

PERAWATAN WATER COOLED CHILLER DI HOTEL NOVOTEL MANADO

PERAWATAN WATER COOLED CHILLER DI HOTEL NOVOTEL MANADO LAPORAN AKHIR PERAWATAN WATER COOLED CHILLER DI HOTEL NOVOTEL MANADO OLEH : RHOMANSYAH 12 021 003 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap Azridjal Aziz 1,a* dan Boby Hary Hartanto 2,b 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama

Lebih terperinci

Refrigerant. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut.

Refrigerant. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut. TEKNIK PENDINGIN Refrigerant Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut. Untuk keperluan pemindahan energi panas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Hawlader, M.N.A., Chou, S.K., Ullah, M.Z. ( 2001 ) melakukan penelitian tentang prestasi dari sistem solar assisted heat pump water heater. Pada evaporator ditambahkan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA VERTIKAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

UTS- SISTEM TATA UDARA (Tugas Kelompok) Kelompok 10 TUGAS : Buatlah narasi/uraian tentang gambar yang tertera dibawah ini!

UTS- SISTEM TATA UDARA (Tugas Kelompok) Kelompok 10 TUGAS : Buatlah narasi/uraian tentang gambar yang tertera dibawah ini! UTS- SISTEM TATA UDARA (Tugas Kelompok) Kelompok 10 TUGAS : Buatlah narasi/uraian tentang gambar yang tertera dibawah ini! Penjelasan Umum Gambar di atas merupakan gambar rangkaian mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System) Melinder (2010) menjelaskan sistem refrigerasi tidak langsung yang menggunakan secondary refrigerant telah lama banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Dasar tentang Beban Pendinginan Kita ketahui bahwa tujuan utama dalam melakukan pentataan udara, adalah agar kenyamanan dalam suatu ruang dapat dicapai, sehingga manusia

Lebih terperinci

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B Kristian Selleng * * Abstract The purpose of this research is to find the effect of compressor pressure ratio with respect to

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE

STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE Tonny Siahaan ABSTRAK STUDI SPESIFIKASI TEKNIK WATER CHILLER VAC IEBE. Telah dilakukan studi terhadap

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP PADA UNIT PEMBEKUAN DI PT MITRATANI DUA TUJUH, JEMBER Oleh : KHAFID SUDRAJAT F14103081 Di bawah bimbingan : Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Agr SISTEM REFRIGERASI

Lebih terperinci

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage Sugiyono 1, Ir Sumpena, MM 2 1. Mahasiswa Elektro, 2. Dosen

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM MULTI EVAPORATOR Sistem dua evaporator dengan satu kompresor dengan expansion valve untuk masing-masing evaporator dan satu kompresor ditunjukan pada gambar 2.1. Pada operasi

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Kelas : XI TP A Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Teknik Pendingin & Tata Udara 2010/2011 KATA PENGANTAR Allhamdulillahi rabbil alamiin, pertama-tama marilah

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket. SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011 No Minggu ke 1 1-2 20 Feb 27 Feb Materi Tujuan Ket. Pendahuluan, Jenis dan Contoh Aplikasi system Refrigerasi Siswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN Setelah melakukan perancangan terhadap mesin-mesin refrigerasi yang akan digunakan, maka tahap berikutnya adalah melakukan perhitungan terhadap kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Oraganic Rankine Cycle Pada penelitian ini sistem Organic Rankine Cycle secara umum dibutuhkan sebuah alat uji sistem ORC yang terdiri dari pompa, boiler, turbin dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

AC (AIR CONDITIONER)

AC (AIR CONDITIONER) AC (AIR CONDITIONER) AC adalah suatu jenis mesin pendingin yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan. Ditinjau dari konstruksi, AC bias dibagi menjadi dua bagian, yakni sisi luar dan sisi dalam. Sisi luar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci