BAB 2 KAJI LITERATUR. 2.1 Crashworthiness

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 KAJI LITERATUR. 2.1 Crashworthiness"

Transkripsi

1 BAB 2 KAJI LITERATUR Crashworthiness tidak bisa dilepaskan dari peristiwa tumbukan akibat tabrakan. Tumbukan adalah permasalahan dinamik dan nonlinier yang terjadi dalam waktu yang singkat, dalam orde milidetik sampai mikrodetik. Tabung yang mengalami tumbukan pada arah aksial akan mengalami fenomena yang dikenal sebagai progressive buckling. Pada fenomena ini energi tumbukan diubah menjadi lipatan-lipatan yang berurut dan berulang. Referensi yang digunakan pada pembahasan bab ini adalah [1], [2],[3], [4], [7], [8], [9], [15], [16], [18] dan [20]. 2.1 Crashworthiness Pengertian crashworthiness secara umum adalah ketahanan struktur terhadap tabrakan. Pentingnya crashworthiness didalam dunia transportasi telah diaplikasikan di berbagai negara maju. Pada bidang otomotif, hampir semua produsen mobil telah melakukan uji crashworthiness (gambar 2.1) terhadap kendaraan jenis terbaru sebelum menjualnya ke konsumen, contohnya subaru yang baru-baru ini melakukan uji crashworthiness untuk model mobil terbarunya. Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh mobil untuk memenuhi crashworthiness : 1. Kompartemen penumpang tidak berubah bentuk dan tidak ada intrusi benda luar yang bisa membahayakan penumpang. 2. Tersedianya jarak deformasi di depan kompartemen penumpang sehingga deselarasi berlebihan pada penumpang dapat dicegah. Pada mobil untuk melindungi bagian kompartemen penumpang karena tabrakan dibagian depan dipasang sistem bumper. Sistem bumper ini akan menyerap energi tumbukan akibat tabrakan dengan cara berdeformasi. Dengan berdeformasi, sistem bumper dapat mengurangi kerusakan pada kompartemen penumpang yang mengakibatkan penumpang terluka serta memberikan perlambatan yang berada pada tingkat aman terhadap tubuh penumpang. 7

2 Sistem bumper terdiri dari frontal bar dan longitudinal. Ketika tabrakan didepan terjadi frontal bar menyalurkan energi tumbukan pada longitudinal. Energi tersebut kemudian diserap oleh longitudinal, dengan cara deformasi plastis berupa lipatan-lipatan berulang pada longitudinal. Gambar 2.1 Uji crashworthiness pada mobil (Auto Motor und Sport spezial 1992, photo H.P. Seufert) 2.2 Tumbukan Tumbukan adalah suatu perubahan momentum yang tiba-tiba pada saat dua benda saling bersentuhan, tanpa perubahan posisi yang berarti. Berdasarkan Salah Faik dan Witteman [4] ada empat aspek penting dalam masalah tumbukan yaitu : 1. Mekanika klasik 2. Propagasi gelombang elastik 3. Mekanika kontak 4. Deformasi plastis 8

3 2.3.1 Mekanika Klasik Bab 2 Kaji Literatur Mekanika klasik membahas tumbukan berdasarkan aplikasi dari hukumhukum mekanika dasar untuk memprediksi kecepatan setelah tumbukan. Hukum impuls-momentum merupakan inti dari pendekatan ini. Matematika aljabar yang digunakan cukup mudah dan dimengerti oleh semua ahli teknik. Energi yang hilang telah diperhitungkan dengan menggunakan definisi koefisien restitusi. Akurasi dari koefisien ini sangat penting untuk mendapatkan hasil yang benar. Kerugian pendekatan ini adalah tidak mampu memprediksi gaya kontak antara kedua benda atau stress diantara keduanya Propagasi Gelombang Elastik Tumbukan disertai dengan gelombang stress yang merambat pada benda yang mengalami tumbukan dan menjauhi daerah tempat terjadinya tumbukan. Jika energi yang berubah menjadi getaran adalah bagian yang terpenting dalam energi total maka pendekatan mekanika klasik tidak dapat digunakan pada masalah tumbukan ini. Pendekatan ini digunakan pada tumbukan pada batang arah longitudinal (gambar 2.2), tumbukan suatu benda penumbuk pada batang dan untuk mengetahui efek viskoelastis pada perilaku tumbukan. Kecepatan batang (V) Saat t = 0 L L Kecepatan batang (V) dl Stasioner dan tertekan Saat waktu t Tidak tertekan Stress wave (C) Gambar 2.2 Propagasi gelombang elastik [22] 9

4 2.3.3 Mekanika Kontak Bab 2 Kaji Literatur Tegangan (Stress)pada bidang kontak akibat tumbukan antara dua benda menjadi bagian lain yang menarik pada studi mengenai tumbukan. Mekanika kontak konvensional dengan basis kontak statis sudah diperluas untuk memberikan solusi pendekatan pada masalah tumbukan. Pada permukaan bola, teori Hertz digunakan untuk mendapatkan hubungan antara gaya dan deformasi yang dibutuhkan untuk menghitung lamanya tumbukan dan jarak maksimum akibat tumbukan. Pendekatan ini telah dipeluas pada kasus-kasus yang mengandung deformasi plastis. Persamaan gaya-deformasi sering diperluas dengan memberikan efek redaman untuk merepresentasikan disipasi pada daerah kontak, sehingga daerah kontak dapat dimodelkan secara lebih efektif sebagai sistem spring-damper Deformasi Plastis Ketika regangan plastis berada diatas skala deformasi yang ada, model propagasi gelombang elastik tidak dapat lagi digunakan untuk menganalisis tumbukan. Ini adalah domain dari tumbukan dengan kecepatan tinggi yang pada umumnya berkaitan dengan ledakan dan proyektil. Goldsmith memberikan studi mengenai subyek ini dengan menggunakan dua pendekatan yaitu teori hidrodinamik dari perilaku benda solid dan teori propagasi gelombang plastis. Pada teori hidrodinamik, deformasi permanen diperhitungkan sebagai hasil dari perubahan kerapatan benda. Persamaan keadaan untuk material yang menghubungkan tekanan dengan perubahan kerapatan dan temperatur atau entropi digunakan bersama dengan hukum konservasi momentum, energi dan massa. Pada teori propagasi regangan plastis, material dipertimbangkan sebagai inkompresibel pada domain plastis. 10

5 2.4 Perkembangan Penelitian Tumbukan pada Tabung Bab 2 Kaji Literatur Telah banyak penelitian mengenai tumbukan pada struktur berdinding tipis [7]. Wierzbicki dan Abramowicz (1983,1989) serta Jones (1983) mengeluarkan teori dasar mengenai mekanika struktur berdinding tipis. Teori dasar ini membahas hubungan antara lebar, ketebalan dinding dan bentuk geometri pada penyerapan energi untuk modus pelipatan (folding) tertentu. Wang dan Yuan (1992) membuat analisis untuk tabung lingkaran yang memiliki modus pelipatan berbeda-beda. Kemudian Kim (1996) melakukan eksperimen dan analisis untuk tabung berpenampang persegi empat. Pengaruh material pada penyerapan energi juga sangat menarik. Beermann (1982), Behler (1991) dan Markiewiez (1996) meneliti pengaruh strain rate baja pada tumbukan dinamik. Belingardi (1994) meneliti perilaku tumbukan pada tabung aluminium. Serta Albertini (1996) Magee (1978) dan Wheeler (1998) memberikan perbandingan perilaku tumbukan antara material aluminium dengan baja. Wheeler (1998) dan Kormi (1995) mempublikasikan penggunaan penguat (stiffener), dari pengamatan mereka penggunaan stiffener ternyata memberikan perilaku pelipatan yang kurang stabil. Giess (1998) menjelaskan simulasi numerik dengan penampang bujur sangkar dengan ketebalan dinding bervariasi, temanya mengenai optimisasi beban buckling. Penelitian yang lain membahas mengenai tabung yang di las atau di tempel dengan lem, jarak antara spot weld memberikan pengaruh pada perilaku pelipatan (Nishino 1992, Eichhorn 1984, Barbat 1995), serta pengaruh dari pemicu (trigger) (Krauss 1994, Yamaguchi 1985). Pada umumnya penelitian hanya berdasarkan beban aksial (longitudinal), beban yang lebih realistik adalah beban yang diberi sudut incident (Crutzen 1996). 11

6 2.5 Progressive Buckling Bab 2 Kaji Literatur Sebuah tabung aluminium diberi beban aksial (gambar 2.3) maka akan didapatkan kurva gaya (crushing force) terhadap perpindahan (crushing length) yang diperlihatkan pada gambar 2.4. Gambar 2.3 Tabung aluminium diberi pembebanan aksial [20] Gambar 2.4 Kurva gaya (crushing force)-perpindahan (crushing length) tabung aluminium yang diberi beban aksial [20] Tiap pasang puncak pada kurva gaya-perpindahan (gambar 2.4) berhubungan dengan terjadinya sebuah lipatan pada tabung. Lipatan yang terjadi pada tabung aluminium untuk kurva gaya-perpindahan diatas dapat dilihat pada gambar

7 Biasanya lipatan-lipatan ini terjadi secara berurutan dari salah satu ujung tabung. Fenomena terbentuknya lipatan-lipatan ini disebut juga sebagai progressive buckling. Gambar 2.5 Rekaman fotografi dari proses pembentukan lipatan [20] Gambar 2.5 menunjukkan bagaimana terbentuknya lipatan-lipatan. Penggunaan paling efisien dari tabung sebagai komponen penyerap energi adalah ketika tabung tersebut mengalami deformasi plastis seperti gambar 2.6. Gambar 2.6 Tabung baja berdinding tipis berpenampang bujur sangkar sebelum dan setelah pembebanan longitudinal (Quasi -Static) [20] Gaya awal yang menyebabkan terjadinya pelipatan pada tabung sangat erat kaitannya dengan gaya maksimum pada awal siklus buckling (Peak load). Gaya ini 13

8 sangat penting untuk desain crashworthiness yang memberikan indikasi besarnya gaya untuk memicu terjadinya progressive buckling dan memulai proses penyerapan energi. Kemudian gaya penghancur rata-rata / mean crushing force (Pm) menentukan besarnya penyerapan energi oleh tabung selama berdeformasi plastis. 2.6 Elemen Dasar Progressive Buckling Mekanisme terbentuknya lipatan ini dibangun dengan asumsi material yang rigid dan plastis serta dengan menggunakan kondisi kontinuitas kinematik pada batas antara daerah rigid dan daerah yang terdeformasi. Perhitungan dengan menggunakan keseimbangan energi menunjukan bahwa dua pertiga energi plastis selalu dilepaskan melalui deformasi inextensional, dan sepertiganya lagi dilepaskan melalui deformasi extensional [1]. Ada dua buah elemen dasar yang digunakan untuk menganalisis perilaku progessive buckling / collapse dari tabung bujursangkar secara teoritik yaitu elemen dasar tipe 1 dan elemen dasar tipe 2. Gambar 2.7 Elemen dasar tipe 1 (a) dan elemen dasar tipe 2 (b) [9] Dijelaskan dalam referensi [9] energi yang diserap oleh elemen dasar tipe 1 dengan sisi atas dan sisi bawah yang dijepit sebesar 2 E1 = M (16 / 2 4 / ) O HI1r t+ πb+ I3t r (2-1) 14

9 Dimana I 1 = 0,555 dan I 3 =1,148. Parameter H diperlihatkan pada gambar 2.8 dan r adalah radius toroidal elemen shell pada wilayah kecepatan yang dapat diterima secara kinematik [1]. Untuk elemen dasar tipe 2 energi ini diberikan oleh E = M H t+ b+ H (2-2) 2 2 O (8 / 2π 4 ) 2.7 Modus Progressive Buckling pada Tabung Bujursangkar Ada empat modus progressive buckling yang muncul pada tabung bujursangkar. Modus ini dibagi menurut besarnya energi yang diserap oleh lipatanlipatan yang terjadi. Modus yang pertama adalah modus simetris, kemudian yang kedua adalah modus asimetris tipe A, lalu modus asimetris tipe B dan modus ekstensional Modus Simetris Modus simetris ini memiliki satu lapis yang memiliki empat lipatan yang berdeformasi kedalam, tiga lipatan yang berdeformasi ke dalam dan satu keluar, atau dua lipatan yang berlawanan berdeformasi kedalam dan dua lipatan yang lain berdeformasi keluar (modus quasi-inextensional). Gambar model kertas serta spesimen uji untuk modus simetris ini diperlihatkan pada gambar 2.8. Modus simetris memiliki satu lapis yang terdiri dari empat buah elemen dasar tipe 1 dengan energi yang diserap sesuai persamaan (2-1). Dengan menyamakan kerja luar dan kerja dalam kemudian meminimalisasinya terhadap r dan H, didapatkan prediksi mean crushing force (Pm) serta H (setengah panjang lipatan) : Pm M 0 b = /3 (2-3) Dimana M σ 2 0 = 0 t /4 H t b = /3 (2-4) σ 0 adalah flow stress dari material tabung, 2σσ y σ = 2 u ( n+ 1) ( n+ 2) (2-5) n adalah strain hardening exponent untuk material berdinding tipis. 15

10 Gambar 2.8 Model kertas (a) dan spesimen uji (b) modus simetris (quasi-inextensional) [9] Modus Asimetris Tipe A Modus asimetris tipe A memiliki satu lapis yang memiliki tiga lipatan berdeformasi keluar serta satu lipatan yang berdeformasi kedalam. Gambar model kertas serta spesimen uji untuk modus ini diperlihatkan gambar 2.9. Modus asimetris tipe A memiliki dua lapisan yang terdiri dari kombinasi enam elemen dasar tipe 1 dan dua elemen dasar tipe 2. Untuk modus jenis ini prediksi mean crushing force (Pm) serta H (setengah panjang lipatan): P M m o b = H t 1/ 3 b = / 3 b / (2-6) (2-7) Gambar 2.9 Model kertas (a) dan spesimen uji (b) modus asimetris tipe A [9] 16

11 2.7.3 Modus Asimetris Tipe B Bab 2 Kaji Literatur Gambar 2.10 Model kertas (a) dan spesimen uji (b) modus asimetris tipe B [9] Modus asimetris tipe B memiliki satu lapis yang memiliki dua lipatan yang berdekatan berdeformasi keluar dengan dua lipatan yang lain berdeformasi kedalam. Gambar model kertas serta spesimen uji ini diperlihatkan gambar Modus asimetris tipe B memiliki dua lapisan yang terdiri dari kombinasi tujuh elemen dasar tipe 1 dan satu elemen dasar tipe 2. Untuk modus jenis ini prediksi mean crushing force (Pm) serta H (setengah panjang lipatan) : P M m o b = H t 1/ 3 b = 0.83 b / 3 2 / (2-8) (2-9) Modus Ekstensional Modus ekstensional memiliki satu lapisan yang terdiri dari empat elemen dasar tipe 2. Untuk modus jenis ini prediksi mean crushing force (Pm) serta H (setengah panjang lipatan) 1/ 2 Pm b = 16 π + 8 (2-10) M o H t b = / 2 (2-11) 17

12 2.8 Effective Crushing Length Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat, tinggi proporsi 2H (tinggi satu lapisan) kemudian dimodifikasi dengan mempertimbangkan effective crushing length. Oleh karena, proses pelipatan juga dipengaruhi oleh lipatan-lipatan yang sudah terbentuk. Untuk modus simetris effective crushing length adalah 70% dari panjang awal tabung bujursangkar dengan modus simetris. Untuk elemen dasar tipe 1 proporsi panjang efektif ini adalah: δ 1 = 0.73 (2-12) 2H Sedangkan untuk elemen dasar tipe 2 proporsi panjang efektif ini, δ 2 = 0.77 (2-13) 2H Sehingga harga prediksi mean crushing force (Pm) untuk modus simetris menjadi: Pm b = (2-14) Mo Harga prediksi mean crushing force (Pm) untuk modus asimetris tipe A menjadi: 1/3 2/3 Pm b b = (2-15) Mo Harga prediksi mean crushing force (Pm) untuk modus asimetris tipe B menjadi: 1/3 1/3 2/3 Pm b b = M o Harga prediksi mean crushing force (Pm) untuk modus ekstensional menjadi: (2-16) P M m o 1/2 b = (2-17) 2.9 Efek Inersia Ketika suatu struktur diberi beban secara quasi-static, beban diberikan secara perlahan-lahan sehingga efek inersia tidak memberikan pengaruh pada respon struktur. Pada kasus dari tabung berdinding tipis yang diberi beban aksial quasistatic, beban diberikan secara perlahan sehingga efek inersia pada arah aksial dan lateral dari tabung tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada respon tabung 18

13 (Jones 1989). Namun, jika tabung yang sama diberikan beban dinamik maka inersia tabung akan mempengaruhi respon tabung. Bentuk deformasi akhir tabung untuk pembebanan quasi-static dan pembebanan dinamik akan berbeda. Dapat dilihat pada gambar 2.11 dan 2.12 bagaimana bentuk deformasi tabung yang diberi beban quasistatic dan beban dinamik impak yang diberikan secara aksial. Kondisi pembebanan dinamik menyebabkan peak load yang lebih tinggi dibandingkan pembebanan quasistatic. Gambar 2.11 Spesimen uji dan grafik respon gaya uji pembebanan quasi-static [8] 19

14 Gambar 2.12 Spesimen uji dan grafik respon gaya uji pembebanan dinamik tumbukan[8] 20

15 2.10 Efek Strain Rate Material Berdasarkan hasil observasi, banyak material yang memiliki properti berbeda jika mengalami beban dinamik. Hubungan stress-strain dipengaruhi kecepatan tumbukan. Fenomena ini disebut dengan sensitivitas strain rate atau viskoplastisitas yang secara signifikan mempengaruhi respon dinamik struktur. Kriteria yield atau plastic flow dari berbagai material sensitif terhadap strain rate, sehingga tegangan yield dan ultimate stress dari material cenderung meningkat selama strain rate meningkat. Faktanya adalah struktur semakin menjadi kuat ketika strain rate material meningkat, kondisi ini berdasarkan sudut pandang crashworthiness tidak dapat diterima karena sistem dapat memberikan perlambatan dan gaya inersia yang berlebihan pada tubuh manusia (Jones 1989). Banyak persamaan constitutive yang dikembangkan yang secara teoritis menerangkan perilaku sensitivitas strain rate dari material. Penentuan berbagai koefisien dari persamaan-persamaan ini memerlukan eksperimen yang hati-hati. Banyak penelitian yang dikerjakan untuk mengetahui karakteristik persamaanpersamaan ini, namun masih terdapat ketidakpastian dan kekurangan data yang dapat dipercaya untuk material yang umum. Hubungan constitutive yang memperlihatkan kesesuaian dengan data eksperimental untuk banyak material adalah persamaan constitutive Cowper-Symonds yang didefinisikan sebagai: Dimana {( ) } ε = D σ / σ 1 q untuk σ σ (2-18) p d s d s σ d adalah flow stress dinamik untuk strain rate plastis uniaksial, ε p dan σ s diasosiasikan dengan flow stress (atau yield). Konstanta D dan q adalah parameter-parameter material. Berdasarkan Reid dan Reddy (1986), hubungan Cowper-Symonds digunakan secara luas untuk menyertakan efek strain rate pada masalah-masalah dinamik plastisitas struktur. Flow stress dinamik sesuai dengan hasil tes tarikan dan tekanan dinamik uniaksial. Persamaan diatas juga dapat ditulis sebagai: 21

16 σ d σ s ε p = 1+ D 1/ q Bab 2 Kaji Literatur (2-19) Harga D = 6884 s -1 dan q = 3.91 memberikan nilai yang sesuai dengan data eksperimental untuk ultimate stress dari spesimen baja menurut Campbell dan Cooper (1966). Dengan kata lain, harga ini cocok untuk tabung dengan material mild steel yang berdeformasi dengan nilai strains yang dekat dengan ultimate stress statik uji tarik. Beberapa penelitian mengenai crushing tabung dengan bahan mild steel menggunakan harga D dan q ini Trigger (Pemicu) Salah satu cara untuk mendapatkan deformasi plastis yang teratur adalah dengan membuat trigger pada tabung. Dengan membuat trigger pada tabung, maka proses pelipatan yang teratur akan dimulai tanpa memerlukan level gaya yang tinggi pada awal pelipatan. Pada Gambar 2.13 terlihat tabung (longitudinal) dengan trigger memiliki level gaya yang lebih rendah daripada tabung tanpa trigger pada saat awal pembebanan. Gambar 2.13 Level gaya longitudinal dengan trigger (- - -) dan tanpa trigger ( ) [7] 22

17 Proses progressive buckling yang teratur memberikan kestabilan yang lebih baik. Dalam hal ini, lipatan dapat terjadi di seluruh panjang tabung dengan ukuran yang mirip. Modus deformasi inilah yang memungkinkan penyerapan energi yang paling besar. Level gaya yang terlampau tinggi pada awal pembebanan dapat menyebabkan bending collapse/overall bending pada seluruh panjang tabung yang belum terdeformasi. Bending collapse menyebabkan jumlah lipatan yang terbentuk menjadi sedikit sehingga penyerapan energinya menjadi rendah. Perhatikan gambar 2.14 yang menunjukkan perbedaan deformasi pada dua tabung identik yang diberi pembebanan longitudinal. Tabung sebelah kiri tanpa pemicu sedangkan yang sebelah kanan dengan pemicu. Terlihat pada gambar tersebut tabung dengan pemicu memiliki progressive buckling yang lebih stabil dibandingkan dengan tabung tanpa pemicu. Gambar 2.14 Bentuk deformasi longitudinal dengan trigger dan tanpa trigger[7] Pada gambar 2.15 ditunjukkan perbandingan jumlah energi yang diserap (energi absorpsi) oleh kedua tabung. Karena tabung tanpa pemicu lebih kaku, tabung ini menyerap lebih banyak energi pada tahap awal tetapi setelah itu penyerapan energinya berkurang dengan signifikan karena terjadi bending, maka secara keseluruhan tabung ini penyerapan energinya lebih rendah.. 23

18 Gambar 2.15 Energi absorpsi longitudinal dengan trigger (- - -) dan tanpa trigger ( )[7] 24

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA Bab 3 Model Elemen Hingga Pemodelan numerik tumbukan tabung bujursangkar dilakukan dengan menggunakan LS-Dyna. Perangkat lunak ini biasa digunakan untuk mensimulasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER Halman 1, Moch. Agus Choiron 2, Djarot B. Darmadi 3 1-3 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN ENERGI DAN POLA DEFORMASI CRASH BOX DENGAN VARIASI SUDUT TIRUS DINDING CRASH BOX PADA UJI SIMULASI TABRAKAN ARAH FRONTAL

ANALISIS PENYERAPAN ENERGI DAN POLA DEFORMASI CRASH BOX DENGAN VARIASI SUDUT TIRUS DINDING CRASH BOX PADA UJI SIMULASI TABRAKAN ARAH FRONTAL ANALISIS PENYERAPAN ENERGI DAN POLA DEFORMASI CRASH BOX DENGAN VARIASI SUDUT TIRUS DINDING CRASH BOX PADA UJI SIMULASI TABRAKAN ARAH FRONTAL Moch. Agus Choiron, Djarot B. Darmadi, Bintang Rahmaddian Anwari

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah. instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah. instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar struktur yang memiliki dimensi langsing atau tipis dan mengalami tegangan tekan akan mengalami masalah instabiltas tekuk atau buckling. Buckling merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur BAB I PENDAHUUAN 1.1. atar Belakang Masalah Dalam perencanaan struktur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur dibebani

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Analisis Linier Statik Pada analisis linier statik akan dilakukan perhitungan rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Pada analisis ini, stuktur akan berperilaku

Lebih terperinci

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT Hukum Hooke Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan Ir. lisabeth Yuniarti, MT Hubungan Tegangan dan Regangan (Stress-Strain Relationship) Untuk merancang struktur yang dapat berfungsi dengan baik, maka kita memerlukan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Geometri Crash Box 2 Segmen terhadap Kemampuan Menyerap Energi Impak dengan Simulasi Komputer

Pengaruh Variasi Geometri Crash Box 2 Segmen terhadap Kemampuan Menyerap Energi Impak dengan Simulasi Komputer Pengaruh Variasi Geometri Crash Box 2 Segmen terhadap Kemampuan Menyerap Energi Impak dengan Simulasi Komputer Jatmiko Awali, Moch. Agus Choiron, Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Geser Pelat Baja Fungsi utama dari Dinding Geser Pelat Baja adalah untuk menahan gaya geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding Geser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam era akhir tahun 70-an telah berkembang suatu paradigma dalam pengembangan disain struktur baja tahan gempa, yaitu dengan merencanakan lokasi kerusakan bagian

Lebih terperinci

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM

MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi impuls dan momentum dan memformulasikan impuls dan momentum 2. Memformulasikan hukum kekekalan momentum 3. Menerapkan konsep kekekalan

Lebih terperinci

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS 5.1 Distribusi Tegangan Dari bab sebelumnya terlihat bahwa semua hasil perhitungan teoritik cocok dengan perhitungan dengan metode elemen hingga. Hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STRUKTUR LAIKTABRAK UNTUK KESELAMATAN ALAT TRANSPORTASI

PENGEMBANGAN STRUKTUR LAIKTABRAK UNTUK KESELAMATAN ALAT TRANSPORTASI PENGEMBANGAN STRUKTUR LAIKTABRAK UNTUK KESELAMATAN ALAT TRANSPORTASI 1. DESKRIPSI RISET 1.1 Deskripsi singkat Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada alat transportasi, terutama untuk tranportasi darat

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan intensitas gempa yang cukup tinggi. Kondisi ini mengharuskan masyarakat Indonesia menjadi lebih selektif dalam pemilihan bahan bangunan

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK Raja Marpaung 1 ), Djaka Suhirkam 2 ), Lina Flaviana Tilik 3 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang

Lebih terperinci

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD

ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD ANALISA P Collapse PADA GABLE FRAME DENGAN INERSIA YANG BERBEDA MENGGUNAKAN PLASTISITAS PENGEMBANGAN DARI FINITE ELEMENT METHOD Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD BAB 5 ANALISIS 5.1 ANALISIS LINIER Penurunan yang terjadi pada dasar laut menyebabkan peningkatan beban lingkungan,, terutama beban gelombang yang dibebankan pada struktur anjungan lepas pantai. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

PREDIKSI SPRINGBACK PADA PROSES DEEP DRAWING DENGAN PELAT JENIS TAILORED BLANK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

PREDIKSI SPRINGBACK PADA PROSES DEEP DRAWING DENGAN PELAT JENIS TAILORED BLANK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA PREDIKSI SPRINGBACK PADA PROSES DEEP DRAWING DENGAN PELAT JENIS TAILORED BLANK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Tri Widodo Besar Riyadi, Alfian Safaat, Bambang Waluyo Febriantoko

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mensimulasikan kemampuan tangki toroidal penampang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA UMUM Tulisan ini merupakan sebuah penelitian yang menggunakan bantuan program ANSYS v8.0 sebagai program simulasi. Proses simulasi itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang NASKAH SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL 014 CALON PESERTA INTERNATIONAL PHYSICS OLYMPIAD (IPhO) 015 FISIKA Teori Waktu: 5 jam KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. denganredesain parking bumper bahan komposit polymeric foam diperkuat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. denganredesain parking bumper bahan komposit polymeric foam diperkuat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang studi literatur yang berkaitan denganredesain parking bumper bahan komposit polymeric foam diperkuat TKKS yang diuji menggunakan

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemilihan Struktur Konsep pemilihan struktur pada perencanaan rusunawa ini dibedakan dalam 2 hal, yaitu Struktur Atas (Upper Structure) dan Struktur Bawah (Sub Structure).

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin Volume 21, No.2, Oktober

Jurnal Teknik Mesin Volume 21, No.2, Oktober ISSN 852-695 Jurnal Teknik Mesin Volume 21, No.2, Oktober Jurnal Teknik Mesin Vol. 21 Nomor 2 Halaman 34-72 Bandung Okt. 26 ISSN 856-695 EDITOR B. Sutjiatmo (Ketua) A. Suwono D. Suharto K. Bagiasna S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai kegunaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Bakar sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai kegunaan bahan bakar yaitu untuk menunjang berbagai sektor. Sektor-sektor yang sering memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN 3. UMUM Struktur suatu bangunan tidak selalu dapat dimodelkan dengan Single Degree Of Freedom (SDOF), tetapi lebih sering dimodelkan dengan sistem Multi Degree Of Freedom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat yaitu selain awet dan kuat, berat yang lebih ringan Specific Strength yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konstruksi Baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini

Lebih terperinci

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 ) digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Resistance Spot Welding (RSW) atau Las Titik Tahanan Listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan plat yang disambung ditekankan satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Sampel Peredam Sampel peredam yang digunakan memiliki bentuk balok dengan dimensi 5cm x 5cm x 5cm dengan variasi pola permukaan yang tidak rata dan terdapat lubang

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

viii DAFTAR GAMBAR viii

viii DAFTAR GAMBAR viii vi DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN... I LEMBAR PENGESAHAN... II HALAMAN PERNYATAAN... III HALAMAN PERSEMBAHAN... IV KATA PENGANTAR... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... VIII DAFTAR TABEL... XI INTISARI... XII

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

ANALISIS NONLINIER UNTUK STRUKTUR BAJA (ADVANCED ANALYSIS FOR STEEL STRUCTURES)

ANALISIS NONLINIER UNTUK STRUKTUR BAJA (ADVANCED ANALYSIS FOR STEEL STRUCTURES) ANALISIS NONLINIER UNTUK STRUKTUR BAJA (ADVANCED ANALYSIS FOR STEEL STRUCTURES) Nathan Madutujuh 1 ; Bambang Suryoatmono 2 1 Direktur Engineering Software Research Centre (ESRC), Bandung 2 Direktur Program

Lebih terperinci

tugas akhir Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012

tugas akhir Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012 tugas akhir Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2012 Latar Belakang suasana yang tidak kondusif membutuhkan tindakan protektif lebih ditingkatkan Dibutuhkan material pelindung tahan beban

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang

BAB I PENDAHULUAN. dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan bangunan akibat gempa secara konvensional dapat dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang bekerja padanya. Namun, hasil ini sering

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.

Lebih terperinci

MEKANISME PEMBENTUKAN KERUTAN PADA PROSES PENEKUKAN PIPA

MEKANISME PEMBENTUKAN KERUTAN PADA PROSES PENEKUKAN PIPA MEKANISME PEMBENTUKAN KERUTAN PADA PROSES PENEKUKAN PIPA Sigit Iswahyudi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tidar Magelang Jl.Kapten Suparman No. 39, Magelang e-mail: sigit_iswahyudi@yahoo.com

Lebih terperinci

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa

Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Transmisi Bunyi di Dalam Pipa Didalam Bab 4.1 telah dijelaskan bahwa gelombang suara di dalam fluida tidak dipengaruhi oleh permukaan luarnya yang sejajar dengan arah suara propagasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut Ultimate

Lebih terperinci

Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) TABUNG ALUMINUM TIPIS SEBAGAI STRUKTUR PENYERAP ENERGI BENTURAN

Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan) TABUNG ALUMINUM TIPIS SEBAGAI STRUKTUR PENYERAP ENERGI BENTURAN TABUNG ALUMINUM TIPIS SEBAGAI STRUKTUR PENYERAP ENERGI BENTURAN Witono Hardi Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Khairun witonohardiunkhair@gmail.com ABSTRACT The number of deaths from

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX POLA ORIGAMI PADA PENGUJIAN FRONTAL IMPACT POSISI ANGULAR FRONTAL

ANALISIS PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX POLA ORIGAMI PADA PENGUJIAN FRONTAL IMPACT POSISI ANGULAR FRONTAL ANALISIS PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX POLA ORIGAMI PADA PENGUJIAN FRONTAL IMPACT POSISI ANGULAR FRONTAL Redi Bintarto 1, Andik Atmaja 2, Imam Kusyairi 3 1, 2, 3 Politeknik Kota Malang Jl. Raya Tlogowaru

Lebih terperinci

Tegangan Dalam Balok

Tegangan Dalam Balok Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS Tegangan Dalam Balok Pertemuan 9, 0, TIU : Mahasiswa dapat menghitung tegangan yang timbul pada elemen balok akibat momen lentur, gaya normal, gaya

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup : BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup : III.1. Studi Kasus Kasus yang ditinjau dalam perencanaan link ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban BAB xviii I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban balok struktur baja tidak selalu persis bekerja pada pusat geser. Apabila diteliti khususnya

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL

KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN NORMAL MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Is This Stress? 1 Bukan, Ini adalah stress Beberapa hal yang menyebabkan stress Gaya luar Gravitasi Gaya sentrifugal Pemanasan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen. pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu konstruksi bangunan, terutama pada konstruksi yang terbuat dari beton, baja atau keduanya tidak lepas dari elemenelemen pelat, kolom maupun balok kolom. Masing-masing

Lebih terperinci

Sifat Sifat Material

Sifat Sifat Material Sifat Sifat Material Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat sifat itu akan mendasari dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR MODELING PROSES DEEP DRAWING DENGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan. II. KONSEP DESAIN A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan. Beban yang bekerja pada struktur bangunan dapat bersifat permanen (tetap)

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa yang terjadi di Sumatera Barat merusak banyak

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2 47 IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Tabel 6. Data input simulasi Kecepatan putar Gerak makan 433 rpm 635 rpm 970 rpm 0.10 mm/rev 0.18 mm/rev 0.24 mm/rev Shear friction factor 0.2 Coeficient Convection

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B 1. Gaya Gravitasi antara dua benda bermassa 4 kg dan 10 kg yang terpisah sejauh 4 meter A. 2,072 x N B. 1,668 x N C. 1,675 x N D. 1,679 x N E. 2,072 x N 2. Kuat medan gravitasi pada permukaan bumi setara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari analisa uji sambungan balok kolom precast. Penelitian dilakukan dengan metode elemen hingga yang menggunakan program ABAQUS. memodelkan dua jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Metode Dalam perancangan struktur bangunan gedung dilakukan analisa 2D mengetahui karakteristik dinamik gedung dan mendapatkan jumlah luas tulangan nominal untuk disain.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi semakin banyak dilakukan penelitian untuk menemukan teknologi baru yang layak digunakan oleh manusia sehingga mempermudah pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan sarjana teknik sipil Anton Wijaya 060404116 BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sipil mengingat pengaruh dan bahaya yang ditimbulkannya. Gempa bumi (earthquake)

BAB I PENDAHULUAN. sipil mengingat pengaruh dan bahaya yang ditimbulkannya. Gempa bumi (earthquake) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena gempa bumi menjadi bagian penting dan menarik bagi perencana teknik sipil mengingat pengaruh dan bahaya yang ditimbulkannya. Gempa bumi (earthquake) adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISIS CACAT KERUT (WRINKLING) PADA TAILORED WELDED BLANKS DEEP DRAWING DENGAN METODE EKSPERIMEN Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB 1 PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR PERSAMAAN...xiv INTISARI...xv ABSTRACT...xvi

Lebih terperinci

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH Fatique Testing (Pengujian Lelah) Fatique Testing (Pengujian Lelah) Definisi : Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut menerima pembebanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB 1 PENDAHULUAN Umum 1.1. Umum BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan peningkatan ekonomi Indonesia yang cukup stabil setiap tahunnya,

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SIKLIS PENDISIPASI ENERGI PIPA TEGAK

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SIKLIS PENDISIPASI ENERGI PIPA TEGAK STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SIKLIS PENDISIPASI ENERGI PIPA TEGAK Junaedi Utomo 1, Muslinang Moestopo, Adang Surahman 3 dan Dyah Kusumastuti 4 1 Mahasiswa S3, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI PENGARUH BEBAN DAN TEKANAN UDARA PADA DISTRIBUSI TEGANGAN VELG JENIS LENSO AGUS EFENDI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Velg merupakan komponen utama dalam sebuah kendaraan.

Lebih terperinci

RESPON POLYMERIC FOAM YANG DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK DAN IMPAK (SIMULASI NUMERIK)

RESPON POLYMERIC FOAM YANG DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK DAN IMPAK (SIMULASI NUMERIK) RESPON POLYMERIC FOAM YANG DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK DAN IMPAK (SIMULASI NUMERIK) Oleh Muftil Badri M 1, Bustami Syam 2, Samsul Rizal 3, Krishna Surya

Lebih terperinci

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS

BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS BAB 1. PENGUJIAN MEKANIS 1.1.PENDAHULUAN Tujuan Pengujian Mekanis Untuk mengevaluasi sifat mekanis dasar untuk dipakai dalam disain Untuk memprediksi kerja material dibawah kondisi pembebanan Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steel Plate Shear Walls Steel Plate Shear Walls adalah sistem penahan beban lateral yang terdiri dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

Lebih terperinci

BAB 3 METODE ANALISIS

BAB 3 METODE ANALISIS BAB 3 METODE ANALISIS 3.1 ANALISIS LINIER STATIK Analisis linier statik dilakukan dengan menghitung rasio tegangan sebelum dan sesudah terjadi penurunan. Stuktur akan berperilaku linier, jika leleh pertama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI (3.1)

BAB III LANDASAN TEORI (3.1) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kelangsingan Kelangsingan suatu kolom dapat dinyatakan dalam suatu rasio yang disebut rasio kelangsingan. Rasio kelangsingan dapat ditulis sebagai berikut: (3.1) Keterangan:

Lebih terperinci