Taufik Ashar. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Taufik Ashar. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155"

Transkripsi

1 HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS RISIKO PAJANAN MANGAN DALAM AIR MELALUI INTAKE ORAL TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI SEKITAR TPA RAWAKUCING KECAMATAN NEGLASARI KOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN TAHUN 2007 Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Jl.Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT Background: Manganese is a naturally-occurring element that can be found ubiquitously in the air, soil, and water. Manganese is an essential nutrient for humans and animals. Adverse health effects can be caused by inadequate intake or over exposure. Although manganese is an essential nutrient at low doses, chronic exposure to high doses may be harmful. Regardless, the nervous system has been determined to be the primary target organ with neurological effects generally observed. Aim: The objective of the study is to assess the health risk of manganese exposure from the well drinking water intake. Design: This study was done in Final Disposal Site Rawakucing area and out of this area. The number of subjects sampled were 114 and 117, respectively. Study design is crossectional with hypotesis test. Result: The result showed that the average manganese concentration was 4.3 mg/l (SD=2.8873), mg/l (SD=0.1888) respectively. The result was significant different statistically (p<0.05) for manganese concentration from two study area. The average RQ showed (SD=0.5095) for RQ in Disposal Site Area and (SD=0.2465) for RQ in out of Disposal Site Area. The result was significant different statistically (p<0.05) for RQ value, with OR=8.109 (95% CI = ). Conclusion: It is recomended that The Government of Tangerang City should changed open dumping system in Disposal Site Rawakucing Area to sanitary landfill. District Health of Tangerang City especially, should be able to apply risk management to the community in the Disposal Site Rawakucing Area. Keywords: Manganese, Disposal site area, Health risk assessment, Risk quetient PENDAHULUAN Mangan merupakan unsur yang secara alami banyak terdapat di udara, air, dan tanah. Mangan juga merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan (Leach dan Harris, 1997; U.S. EPA, 2003). Mangan diperlukan berbagai enzim seluler pada tubuh manusia dan hewan seperti manganese superoxide dismutase dan pyruvate carboxylase, serta mengaktifasi enzim lainnya yaitu: kinase, decarboxylase, transferase, dan hydrolase (WHO, 2002). Konsumsi yang kurang atau berlebihan dapat menyebabkan dampak yang buruk untuk kesehatan. Manusia terutama terpapar mangan dari makanan. Meskipun mangan merupakan salah satu unsur esensial bagi manusia dan hewan, namun paparan kronis sampai pada dosis yang tinggi dapat membahayakan kesehatan. Target utama akibat toksisitas mangan adalah sistem saraf. Sebuah studi epidemiologi di Yunani (Kondakis et al., 1989) menunjukkan bahwa konsumsi air minum yang secara alami mengandung konsentrasi mangan yang 138

2 cukup tinggi seumur hidup, menyebabkan gejala-gejala neurologi dan peningkatan retensi mangan (ditandai dengan tingginya konsentrasi mangan pada rambut) pada penduduk yang berusia di atas 50 tahun. Sebuah komunitas kecil di Jepang yang terdiri dari 25 orang mengkonsumsi air minum dari sumur yang tercemar mangan pada konsentrasi tinggi dengan sumber pencemaran berasal dari sel-sel baterai kering yang dikubur tidak jauh dari sumur penduduk, dan telah mengkonsumsi air tersebut selama kurang lebih 3 bulan (Kawamura et al., 1941). Perkiraan konsentrasi mangan hampir mencapai 29 mg/l (58 mg/hari atau sekitar 1 mg/kg-hari dengan asumsi berat bedan 60 kg). Gejalagejala yang timbul adalah letargi, peningkatan tonus otot, tremor, gangguan mental, dan bahkan kematian. Meskipun air tanah dan air permukaan secara alamiah mengandung mangan namun tambahan konsentrasi mangan dapat terjadi akibat adanya leachate (cairan lindi). Cairan lindi adalah cairan yang mengandung zat terlarut dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), besi (Fe), khlorida (Cl), sulfat (SO 4 ), fosfat (PO 4 ), seng (Zn), nikel (Ni), karbon dioksida (CO 2 ), air (H 2 O), gas nitrogen (N 2 ), amoniak (NH 3 ), asam sulfida (H 2 S), asam organik dan gas hidrogen (H 2 ) (Soemirat, 1999). Tharanit (1992) melakukan studi karakteristik leachate di On-nuch, sebuah kawasan tempat pembuangan sampah dengan sistem open dumping di Bangkok Thailand. Konsentrasi mangan yang terdeteksi adalah sekitar 0,01 2,88 ppm. Dinas Kesehatan Kota Tangerang (2006) melakukan pengambilan sampel terhadap seluruh sumur penduduk di sekitar TPA Rawakucing. Dari hasil pemeriksaan parameter kimia, seluruh sumur menunjukkan konsentrasi mangan berada di atas kadar maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/SK/ IX/90 tentang Persyaratan kualitas Air Bersih yaitu 0,5 mg/l. Konsentrasi mangan terendah adalah 1,61 mg/l dan konsentrasi tertinggi 13,95 mg/l. Rumusan Masalah Masyarakat di kawasan TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten sangat rentan terhadap terjadinya gangguan kesehatan akibat tingginya konsentrasi mangan pada air sumur mereka yang jauh melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini melakukan analisis risiko dampak mangan dalam air sumur terhadap kesehatan masyarakat di kawasan TPA Rawakucing. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk menganalisa besaran risiko gangguan kesehatan masyarakat di sekitar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten terhadap efek non-karsinogen mangan akibat mengkonsumsi air dari sumur yang mengandung mangan pada tahun Tujuan Khusus 1. Untuk menganalisa rata-rata konsentrasi mangan dalam air sumur di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun Untuk menganalisa rata-rata laju asupan air yang mengandung mangan yang diperoleh dari sumur pada masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun Untuk menganalisa rata-rata durasi atau lama pajanan terhadap konsumsi air yang mengandung mangan yang diperoleh dari sumur pada masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun Untuk menganalisa rata-rata berat badan masyarakat yang mengkonsumsi air yang diperoleh dari sumur yang mengandung mangan di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun Untuk menganalisa ada tidaknya perbedaan konsentrasi mangan dalam air sumur di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun

3 6. Untuk menganalisa ada tidaknya perbedaan besar risiko gangguan kesehatan masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun 2007 akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan. Hipotesa Ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan antara masyarakat yang tinggal di TPA Rawakucing dengan masyarakat yang tinggal di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional analitik. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dalam lingkungan TPA Rawakucing, RT 04 RW 04 kelurahan Kedaung Wetan dan RT 02 RW 02 kelurahan Kedaung Baru. Untuk pemeriksaan sampel air (analisis konsentrasi logam mangan dalam air sumur) dilakukan di Laboratorium Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Depok. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai bulan Juni Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing yang masih berdekatan dengan kawasan TPA Rawakucing di kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun Populasi obyek pada penelitian ini adalah seluruh sumur yang ada di TPA dan di luar TPA Rawakucing yang masih berdekatan dengan kawasan TPA Rawakucing di kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten pada tahun Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat berusia 18 tahun yang tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing dan telah bermukim selama minimal 2 bulan. Lama mukim responden minimal 2 bulan didasarkan pada penelitian Kawamura et al. (1942) yang menemukan bahwa gejala-gejala gangguan saraf telah muncul setelah terpajan mangan dalam air minum dalam kurun waktu 2-3 bulan. Unit analisis adalah individu yang mengkonsumsi air yang berasal dari sumur yang berada di lingkungan komplek TPA Rawakucing. Sampel sumur yang akan diambil adalah sumur yang airnya dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang provinsi Banten tahun Dalam penelitian ini jumlah sampel yang dipakai adalah 114 orang untuk kelompok subyek di TPA dan 177 orang untuk kelompok subyek di luar TPA dengan pembagian 98 orang di RT 04 RW 04 kelurahan Kedaung Wetan dan 79 orang di RT 02 RW 02 kelurahan Kedaung Baru. Jumlah sampel sumur yang dianalisa adalah sebanyak 27 titik sampel sumur, 7 (tujuh) sumur di TPA Rawakucing dan 20 sumur di luar TPA dengan perincian masing-masing diambil 10 (sepuluh) sampel air sumur dari RT 04 RW 04 kelurahan Kedaung Wetan dan 10 (sepuluh) sampel air sumur dari RT 02 RW 02 kelurahan Kedaung Baru. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dari data hasil pengisian kuesioner, hasil penimbangan berat badan dan hasil pemeriksaan konsentrasi mangan dalam air sumur. Data kuesioner diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan responden yang tinggal di lokasi penelitian. Sebelum dilakukan wawancara maka peneliti menanyakan kesediaan responden untuk dijadikan sebagai subjek dalam penelitian ini. Data antropometri diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan responden. Data-data yang telah diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung asupan (intake) mangan dalam air yang masuk ke tubuh manusia melalui jalur oral (saluran pencernaan). Pengolahan Data Analisis Risiko Pengolahan data menggunakan perhitungan analisis risiko yaitu dengan menghitung asupan (intake), untuk mengetahui tingkat risiko risk agent (RQ) 140

4 terhadap konsumen. Data asupan konsentrasi mangan dalam air minum diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut (Kolluru R. V., et al, 1996). C R fe I = W t b D avg Untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan yang akan terjadi dari masingmasing individu, maka dilakukan perhitungan RQ sesuai dengan persamaan berikut: Risk Quotients (RQ) = Intake ( mg / kg hari) RfD = 0,047mg / kg hari ( ) t...(3) Hasil perhitungan RQ dapat menunjukkan tingkat risiko kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi air minum yang mengandung mangan. Apabila RQ<1 menunjukkan pajanan masih berada di bawah batas normal dan penduduk yang mengkonsumsi air tersebut aman dari risiko kesehatan oleh mangan sepanjang hidupnya. Sedangkan, bila RQ>1 menunjukkan pajanan berada di atas batas normal dan penduduk yang mengkonsumsi air tersebut memiliki risiko kesehatan oleh mangan sepanjang hidupnya. Analisis Data Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji chi-square karena baik variabel independen maupun variabel dependen merupakan data kategorik (data numerik yang sudah diubah menjadi dua kelompok), begitu pula dengan variabel kovariat merupakan data kategorik (tempat tinggal) dan keempat variabel kovariat lainnya yang juga telah diubah dari data numerik menjadi data kategorik. Uji ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua kelompok sampel (Hastono, 2001). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur Dari hasil pemeriksaan dari 27 titik sumur (Tabel 1) di lokasi penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada konsentrasi mangan antara sumur di TPA dan di luar TPA. Rata-rata (mean) konsentrasi mangan dari ketujuh air sumur di TPA adalah 4,3 mg/l, sedangkan rata-rata (median) ke-20 air sumur di luar TPA Rawakucing adalah 0,300 mg/l (Tabel 2). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/SK/ IX/90 tentang Persyaratan kualitas Air Bersih menyebutkan bahwa konsentrasi mangan maksimal adalah 0,5 mg/l. Berdasarkan Permenkes ini, maka dari tujuh titik sumur yang ada di TPA, hanya satu sumur yang konsentrasi mangannya masih di bawah kadar maksimal yang diperbolehkan, sedangkan selebihnya konsentrasi mangannya melebihi kadar yang diperbolehkan dengan konsentrasi tertinggi mencapai 7,7 mg/l (Tabel 1). Sebagai perbandingan, untuk konsentrasi mangan dari 20 titik sumur yang diperiksa di luar TPA Rawakucing hanya 3 titik sumur yang konsentrasi mangannya melebihi kadar maksimal yang diperbolehkan, dengan konsentrasi tertinggi adalah 0,8 mg/l. Secara total keseluruhan maka terdapat enam titik sumur di lokasi penelitian yang tidak memenuhi syarat untuk konsentrasi mangan. Tabel 1. Hasil pemeriksaan mangan di lokasi penelitian Lokasi Pemeriksaan Nomor Sumur Konsentrasi Mangan (mg/l) TPA Rawakucing 1. 7,7 2. 6,4 3. 6,1 4. 5,7 5. 2,9 6. 1,0 7. 0,3 RT 02 RW 02 Kelurahan Kedaung Baru 1. 0,2 2. 0,2 3. 0,2 141

5 Lokasi Pemeriksaan Nomor Sumur Konsentrasi Mangan (mg/l) 4. 0,3 5. 0,2 6. 0,5 7. 0,5 8. 0,6 9. 0, ,5 RT 04 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan 1. 0,5 2. 0,7 3. 0,2 4. 0,3 5. 0,2 6. 0,8 7. 0,3 8. 0,2 9. 0, ,5 Tabel 2. Distribusi konsentrasi mangan (mg/l) dalam air sumur menurut tempat tinggal responden di TPA dan di luar TPA Rawakucing Tahun 2007 Tempat Tinggal Responden N Mean Median Min Maks SD p-value Kolmogorov-Smirnov TPA 7 4,3 5,7 Luar TPA 20 0,375 0,300 0,3 7,7 0,2 0,8 2,8873 0,177 0,1888 0,010 Tabel 3. Distribusi Statistik Deskriptif Variabel Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), dan Besar Risiko (RQ) gangguan kesehatan masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007 Variabel Mean Median Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (mg/l) 1,393 0,5000 Frekuensi Pajanan (hari/tahun) Laju Asupan Konsumsi Air 2,1006 (l/hari) 2,0833 Durasi Pajanan (Tahun) 20, Berat Badan Responden 51,06 (Kg) 50 Intake mangan 0,0175 0,0132 Besar Risiko (RQ) 0,3731 Kesehatan Masyarakat 0,2796 Min Maks 95% CI SD p-value Kolmogorov- Smirnov 0,2-7,7 0,506-2,279 2,2410 0,000 Data tidak dapat diolah karena homogen (Frekuensi pajanan adalah 365 hari/tahun) ,0408-2,1605 0,5186 0,000 3,3333 0,33 18, ,04 19,6018 0, ,14-51,98 7,978 0, ,0003 0,0155-0,0196 0,0176 0,000 0,0889 0,0062 0,3298-0,4163 0,3744 0,000 1,

6 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), Besar Risiko Kesehatan (RQ) Masyarakat, dan jumlah responden menurut tempat tinggal di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007 Variabel Jumlah Persentase (%) Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur > 0,5 mg/l 0,5 mg/l Laju Asupan Konsumsi Air (R) > 2 l/hari 2 l/hari Durasi Pajanan (Dt) > 19 tahun 19 tahun Berat Badan Responden (Wb) > 50 kg 50 kg Tempat Tinggal Responden: - TPA - Luar TPA Rawakucing Besar Risiko (RQ) Kesehatan Masyarakat > , ,7 TOTAL , ,8 TOTAL , ,9 TOTAL TOTAL , ,8 TOTAL , ,4 TOTAL Tabel 5. Hasil Analisa Chi Square Distribusi Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C), Frekuensi Pajanan (F), Laju Asupan (R), Durasi Pajanan (Dt), Berat Badan (Wb), dan Besar Risiko (RQ) gangguan kesehatan masyarakat di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007 VARIABEL Besar Risiko (RQ) OR 95% CI Gangguan Kesehatan p-value RQ > 1 RQ 1 N % N % Konsentrasi Mangan dalam Air Sumur (C) > 0,5 mg/l 0,5 mg/l Laju Asupan Konsumsi Air (R) > 2 l/hari 2 l/hari Durasi Pajanan (Dt) > 19 tahun 19 tahun Berat Badan Responden (Wb) > 50 kg kg Tempat Tingal Responden - TPA - Di luar TPA ,3 0,6 12,1 2,8 2,9 11,7 4,8 9,6 15,8 2, ,7 99,4 87,9 97,2 97,1 88,3 95,2 90,4 84,2 97,7 0,000 31,036 4, ,191 0,006 4,740 1,563-14,377 0,009 0,227 0,075-0,689 0,186 0,473 0,179-1,245 0,000 8,109 2,668-24,

7 Tabel 6. Distribusi Besar Risiko Kesehatan (RQ) masyarakat menurut tempat tinggal responden di TPA dan di luar TPA Rawakucing tahun 2007 Variabel Mean Median Min Maks 95% CI SD p-value Kolmogorov- Smirnov TPA Rawakucing 0,4312 0,0062 0,3367-0,5257 0,5095 0,000 0,2347 Di luar TPA Rawakucing 0,3356 0,2955 1,8913 0,0177 1,7576 0,2990-0,3721 0,2465 0,000 Laju Asupan Konsumsi Air yang Mengandung Mangan Rata-rata (median) laju asupan konsumsi air di lokasi penelitian adalah 2,0833 l/hari (Tabel 3). Laju asupan konsumsi air di lokasi penelitian ini tidak berbeda jauh dengan anjuran kesehatan dalam hal pola minum dengan meminum sekurangnya 2 liter air per hari. Dari hasil uji beda (Tabel 5) diperoleh kesimpulan ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang mengkonsumsi air yang melebihi 2 liter per hari dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi 2 liter per hari. Dengan nilai OR 4,740, maka disimpulkan responden yang mengkonsumsi air yang melebihi 2 liter per hari mempunyai peluang 4,740 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi 2 liter per hari. Jika dinilai secara populasi maka dengan laju asupan air dengan tidak melebihi 2 liter/hari, maka masyarakat masih aman mengkonsumsi air dari sumur di lokasi penelitian tapi jika dinilai secara individu tidak demikian halnya. Karena masingmasing individu akan jelas berbeda besar risiko (RQ) gangguan kesehatannya karena variabilitas faktor-faktor yang menentukan besarnya risiko, yaitu karakteristik antropometri dan pola pajanan. Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang diperoleh dari penelitian maka diperoleh nilai rata-rata (median) asupan adalah 0,013 mg/kg.hari. Apabila diambil nilai rata-rata berat badan populasi penelitian adalah 50 kg, maka asupan mangan yang diperoleh dari air minum di lokasi penelitian adalah 0,65 mg/hari. Jika dibandingkan dengan kisaran asupan yang masih aman dan adekuat untuk orang dewasa menurut Badan Gizi dan Makanan USA (2-5 mg/hari) atau kisaran yang direkomendasikan Komite sains Uni-Eropa (1-10 mg/hari), maka asupan mangan pada populasi di wilayah penelitian melalui air minum tentu saja masih kurang. Hal ini disebabkan karena penelitian ini tidak melakukan perhitungan asupan mangan dari sumber lain, sehingga belum dapat ditentukan apakah populasi yang diteliti mengalami defisiensi mangan atau tidak. Durasi Pajanan Rata-rata (median) durasi pajanan di lokasi penelitian adalah 19 tahun dengan durasi pajanan terendah adalah 0,33 tahun (4 bulan) dan terlama 80 tahun. Dari 291 responden yang diteliti, sekitar 47,1% (137 orang) telah terpajan mangan selama lebih dari 19 tahun (Tabel 3). Dari uji statistik (Tabel 5) diperoleh nilai OR 0,227, sehingga disimpulkan bahwa responden yang mengkonsumsi air yang mengandung mangan lebih dari 19 tahun memiliki peluang 0,227 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan atau konsumsi selama lebih dari 19 tahun akan melindungi repsonden sebanyak 4,41 kali. Hal ini bertolak belakang dengan hasil-hasil penelitian yang telah pernah dilakukan. Kaitannya dengan hasil penelitian ini adalah karena distribusi responden yang terpajan mangan yang lebih dari 19 tahun dan memiliki RQ > 1 hanya 2,9% (lihat lampiran), sehingga distribusi durasi pajanan terpusat pada kelompok responden yang terpajan mangan lebih dari 19 tahun yaitu sebanyak 97,1%. Dengan kata lain, variabel durasi pajanan dalam penelitian ini tidak merupakan data yang baik untuk dianalisis karena memiliki sebaran data yang homogen, sehingga hasil analisis tidak menggambarkan atau tidak sesuai dengan teori yang ada. Pajanan yang terus menerus dari mangan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Target organ yang sering terganggu adalah sistem saraf. Sebuah studi 144

8 epidemiologi yang dilakukan di Yunani meneliti kemungkinan adanya hubungan pajanan kronik (lebih dari 10 tahun) mangan dari air minum dan efek neurologi pada orang-orang yang sudah tua yang berusia lebih dari 50 tahun (Kondakis et al. 1989). Peneliti membagi area studi menjadi 3 wilayah berdasarkan perbedaan konsentrasi mangan dalam suplai air minum. Konsentrasi mangan di wilayah A adalah 3,6-14,6 μg/l, wilayah B memiliki konsentrasi 81,6-252,6 μg/l, dan wilayah C memiliki konsentrasi sampai μg/l. Efek neurologi dievaluasi dengan pemeriksaan neurologi dengan mengevaluasi tingkat keparahan dari 33 gejala (seperti kelemahan/fatigue, kelainan gaya berjalan, tremor, dan distonia) dari seluruh subjek penelitian. Hasil dari pemeriksaan neurologi dinyatakan dalam bentuk skor composite. Skor neurologi yang tinggi mengindikasikan peningkatan frekuensi dan atau semakin beratnya 33 gejala yang dievaluasi. Peneliti menunjukkan bahwa perbedaan skor antara wilayah C dan wilayah A secara statistik bermakna (Tes Mann-Whitney, z=3,16, p=0,002), yang menandakan adanya gangguan neurologik pada penduduk yang tinggal di wilayah C. Dari analisis berikutnya, regresi logistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara wilayah A dan C ketika umur dan jenis kelamin diikutsertakan dalam analisis. Berat Badan Dalam analisis risiko, berat badan akan mempengaruhi besarnya nilai risiko dan secara teoritis semakin berat badan seseorang maka semakin kecil kemungkinannya untuk berisiko mengalami gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini, dari hasil uji baivariat (Tabel 5) diperoleh nilai p = 0,186 dan nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 (0,179-1,245), sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang memiliki berat badan lebih dari 50 kg dengan responden yang memiliki berat badan kurang dari atau sama dengan 50 kg. Tentu saja, ini bertentangan dengan teori yang ada. Seharusnya sesuai dengan perhitungan matematis besar RQ akan berbanding terbalik dengan berat badan, artinya semakin kecil berat badan seseorang maka besar risiko (RQ) individu tersebut akan semakin besar. Kaitannya dengan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa dari hasil analisa bivariat menunujukkan bahwa distribusi responden yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg dan memiliki RQ > 1 hanya 9,6% (lihat lampiran), sehingga distribusi responden cenderung terpusat pada responden dengan berat badan kurang dari atau sama dengan 50 kg yaitu 90,4%. Sama halnya dengan variabel durasi pajanan, variabel berat badan dalam penelitian ini bukan merupakan variabel yang baik untuk dianalisis karena memiliki sebaran data yang homogen, sehingga hasil analisis tidak menggambarkan atau tidak sesuai dengan teori yang ada. Besar Risiko Penelitian ini menghasilkan 291 nilai RQ. Dari dua kelompok lokasi yang diteliti yaitu kelompok populasi di TPA dan kelompok populasi yang bermukim di luar TPA, yang memiliki RQ > 1 terdapat sebanyak 22 responden atau sebanyak 7,6% dari seluruh responden yang diperiksa. Dan dari 22 responden yang memiliki RQ > 1 terdapat 18 responden (81,8%) bermukim di TPA (Tabel 5). Dengan nilai OR 8,109, dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang tinggal di TPA Rawakucing mempunyai peluang 8,109 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi mangan yang terkandung dalam air dibandingkan dengan responden yang tinggal di luar TPA Rawakucing. Jika diperhatikan hasil rata-rata nilai RQ untuk kedua lokasi penelitian, maka terlihat tidak menunjukkan perbedaan bermakna, dimana rata-rata RQ di TPA adalah 0,2347 dan di luar TPA adalah 0,2955 (Tabel 6). Seharusnya RQ populasi responden di TPA akan lebih besar daripada RQ yang dimiliki populasi di luar TPA. Hal ini disebabkan terdapat dua buah variabel yang homogen yaitu variabel durasi pajanan dan berat badan. Untuk variabel durasi pajanan, sebanyak 97,1% responden telah terpajan mangan selama lebih dari atau sama dengan 19 tahun tapi memiliki RQ kurang dari 1, sedangkan banyaknya responden yang memiliki RQ lebih dari 1 hanya 2,9% responden. Begitu pula dengan variabel berat badan, responden yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg dan memiliki RQ kurang dari 1 sebanyak 90,4%. Sedangkan yang 145

9 memiliki RQ lebih dari 1 dengan berat badan kurang dari 50 kg hanya 9,6% responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata (median) besaran risiko di lokasi penelitian adalah 0,2796. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat di lokasi penelitian berdasarkan parameter populasi belum memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi mangan dari air sumur yang ada di lokasi penelitian. Namun demikian, bila dikelompokkan berdasarkan pajanan mangan dari air sumur, maka terdapat 129 orang (44,3%) di lokasi penelitian yang terpajan mangan pada konsentrasi yang melebihi kadar yang diperbolehkan dan yang memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan akibat mangan ada sebanyak 21 responden (16,3%). Sementara itu hanya ada 1 responden yang memiliki RQ>1 yang mengkonsumsi mangan di bawah kadarr yang diperbolehkan. Dari analisa hubungan konsentrasi mangan pada air sumur dengan besar risiko (RQ) menghasilkan nilai p = 0,000 dan nilai interval kepercayaan yang tidak mencakup angka 1 (4, ,191), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan bermakna proporsi besar risiko gangguan kesehatan antara responden yang mengkonsumsi air yang mengandung mangan melebihi kadar maksimal dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi kadar maksimal. Dengan nilai OR 31,036, dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang mengkonsumsi air yang mengandung mangan melebihi kadar maksimal mempunyai peluang 31,036 kali memiliki risiko akan mengalami gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi mangan yang terkandung dalam air dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi air yang tidak melebihi kadar maksimal. Dengan demikian, penetapan 0,5 mg/l sebagai cut off point konsentrasi maksimal mangan dalam air bersih yang diperbolehkan menurut Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang persyaratan air bersih untuk parameter kadar maksimal mangan masih cukup aman untuk melindungi populasi di tempat penelitian ini dilakukan. Gangguan kesehatan yang dapat timbul akibat toksisitas mangan yang pernah diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bleich et al. (1999) mempublikasikan laporan kasus mengenai efek neurologi yang terjadi pada lelaki dewasa yang menelan sekitar 1,8 mg/kg-hari Kalium permanganat (0,62 mg Mn) selama 4 minggu dengan periode follow up selama 14 tahun. Sebagian besar gejala yang dicatat adalah kekakuan pada otot, nyeri otot, hypersomnia, meningkatnya libido, berkeringat, fatigue, dan kecemasan. 2. Intoksikasi mangan terjadi pada lelaki berusia 62 tahun yang menerima nutrisi parenteral total yang mengandung 2,2 mg setiap hari selama 23 bulan (Ejima et al., 1992). Konsentrasi ini sebanding dengan dosis 0,023 mg Mn/kg-hari untuk seorang dewasa yang berbobot 70 kg. Konsentrasi mangan dari hasil pemeriksaan darah penderita meningkat. Penderita menunjukkan tanda-tanda disartria, kekakuan ringan, hipokinesia dengan gambaran muka topeng, gaya berjalan yang terpatah-patah (halting gait), dan gangguan reflex-reflex postural yang parah, dan diagnosis untuk kelainan ini adalah Parkinson. Dengan asumsi rata-rata absorbsi sebesar 5% melalui pajanan oral, dosis 2,2 mg Mn/hari secara intravena akan ekuivalen dengan intake oral sebanyak 40 mg Mn/hari (US EPA, 1993). 3. Gangguan kesehatan yang dilaporkan Kawamura et al. (1941) adalah lethargy, peningkatan tonus otot, tremor, dan gangguan mental diakibatkan oleh ingesti mangan yang mengkontaminasi air sumur. Sumber kontaminasi adalah leachate yang berasal dari sekitar 400 sel baterai kering yang dikubur dekat dengan sumur air minum. Dari 50 orang yang diperiksa, 15 orang memiliki gejala. Sebanyak 5 kasus dikategorikan sebagai kasus berat, 2 kasus sedang, dan 8 kasus ringan. Kebanyakan dari kasus berat terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Orang-orang yang berusia muda tidak begitu terpengaruh, dan gejalagejala intoksikasi tidak ditemukan pada anak-anak (usia 1 sampai 6 tahun). Terjadi 3 kematian, yang salah satunya adalah akibat bunuh diri. Dari hasil autopsi, konsentrasi mangan pada otak salah satu pasien yang meninggal ditemukan lebih tinggi 2 sampai 3 kali 146

10 daripada konsentrasi yang diukur pada 2 kontrol autopsi lainnya. Perubahan makroskopik dan mikroskopik yang mencolok terlihat pada jaringan otak, khususnya di wilayah globus pallidus. 4. Sebuah studi epedemiologi diidentifikasi untuk mencari kaitan antara pajanan tinggi mangan melalui oral dengan kejadian neurotoksisitas pada anak-anak. Efek samping neurologi yang ditandai dengan penurunan kemampuan belajar di sekolah dilaporkan terjadi pada anakanak berusia tahun yang terpajan konsentrasi mangan yang berlebihan melalui ingesti air minum yang terkontaminasi dan mengkonsumsi makanan yang terbuat dari tanaman gandum yang disirami dengan air kotor (Zhang et al., 1995). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsentrasi rata-rata mangan dalam air sumur di TPA Rawakucing adalah 4,3 mg/l (SD=2,8873 mg/l). Sedangkan di luar TPA Rawakucing adalah 0,3000 mg/l (SD=0,1888 mg/l). 2. Rata-rata (median) laju asupan konsumsi air di lokasi penelitian adalah 2,0833 liter per hari. 3. Rata-rata (median) durasi pajanan terhadap konsumsi air yang mengandung mangan di lokasi penelitian adalah 19 tahun. 4. Rata-rata (median) berat badan orang di lokasi penelitian adalah 50 kg. 5. Besaran risiko kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan di lokasi penelitian adalah 0,2796. Proporsi masyarakat di TPA Rawakucing dan di luar TP Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang Provinsi Banten pada tahun 2007, yang mempunyai besaran risiko lebih dari satu (RQ > 1) dan mengkonsumsi mangan yang melebihi kadar yang diperbolehkan adalah 16,3%. 6. Rata-rata besaran risiko (RQ) gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan pada masyarakat yang tinggal di TPA Rawakucing adalah 0,2347 dan rata-rata besaran risiko (RQ) gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di luar TPA Rawakucing adalah 0, Ada perbedaan konsentrasi mangan dalam air-air sumur yang ada di TPA dan di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang Provinsi Banten pada tahun Ada perbedaan besar risiko gangguan kesehatan antara masyarakat yang tinggal di TPA Rawakucing dengan masayarakat yang tinggal di luar TPA Rawakucing kecamatan Neglasari kota Tangerang Provinsi Banten pada tahun SARAN Diharapkan agar Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang agar mempertimbangkan perubahan sistem pengelolaan TPA di Rawakucing. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan sistem sanitary landfill. Dengan sistem ini, cairan lindi tidak akan mencemari air permukaan dan air tanah di kawasan atau sekitar TPA, karena cairan lindi akan tertampung di kolam pengolah lindi. Langkah lain yang dapat dipertimbangkan oleh Pemkot Tangerang adalah dengan membuat pengolahan air komunal yang dapat menghasilkan air yang layak dan aman untuk dikonsumsi warga masyarakat di sekitar Rawakucing. Untuk Dinas Kesehatan Kota Tangerang diharapkan mampu melakukan upaya manajemen/pengelolaan risiko bagi anggota masyarakat dengan RQ>1. Dengan melakukan manajemen risiko diharapkan anggota masyarakat yang memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan di kemudian hari akibat mengkonsumsi air yang mengandung mangan dapat terhindar. DAFTAR PUSTAKA Bleich S.et al Chronic manganism: Fourteen years follow-up. J. Neuropsych. Clin. Neuro. 11:117. Ejima, A. et al Manganese intoxication during total parenteral nutrition [letter]. Lancet 339: 426. Kawamura et al Intoxication by manganese in well water. Kitasato Arch. Exp. Med. 18:

11 Kolluru, R. V., Bartel & Pitblado, R Risk Assessment and Managemnet Handbook: for Environmental, Health, and Safety Professional, McGraw- Hill, New York Kondakis et al Possible health effects of high manganese concentration in drinking water. Arch. Environ. Health 44(3): Leach, R.M., Harris Manganese. Clinical Nutrition in Health and Disease, 2 (Handbook of Nutritionally Essential Mineral Elements), Soemirat, J Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tharanit, T The contamination of mercury, cadmium and manganese in leachate from solid waste disposal site of Bangkok Metropolitan Administration. Master s Thesis, Chulalongkorn University. U.S. EPA Drinking Water Criteria Document for Manganese. Final Draft. U.S. Environmental Protection Agency, Environmental Criteria and Assessment Office, Office of Health and Environmental Assessment. ECAO- CIN-D008. Cincinnati, OH. US EPA Health Effects Support Document for Manganese. U.S. Environmental Protection Agency, Office of Water. EPA. EPA-822-R Washington, D.C. WHO Environmental Health Criteria 228: Principles and methods for the assessment of risk from essential trace elements. World Health Organization: Geneva, Switzerland. Zhang, G., D. Liu, and P. He [Effects of manganese on learning abilities in school children]. Chung Hua Yu Fang I Hsueh Tsa Chih 29: (Chinese). 148

Analisis Risiko Asupan Oral Pajanan Mangan dalam Air terhadap Kesehatan Masyarakat

Analisis Risiko Asupan Oral Pajanan Mangan dalam Air terhadap Kesehatan Masyarakat KESEHATAN LINGKUNGAN Analisis Risiko Asupan Oral Pajanan Mangan dalam Air terhadap Kesehatan Masyarakat Taufik Ashar* Abstrak Mangan yang secara alami dapat ditemukan di air, tanah, dan udara adalah zat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam periode waktu yang pendek tanpa air. Syarat kuantitas dan kualitas merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam periode waktu yang pendek tanpa air. Syarat kuantitas dan kualitas merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan molekul yang sangat esensial bagi kehidupan semua makhluk hidup, termasuk manusia. Hampir semua organisme hidup hanya dapat bertahan dalam periode waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Lingkungan menurut Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2014 adalah upaya pencegahan penyakit dan/ atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003)

STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003) STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003) Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program S-1 Program

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG. Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG. Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City Siprianus Singga : Gangguan Kesehatan pada Pemulung di TPA Alak Kota Kupang GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City Siprianus

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2

Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2 pada Masayarakat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Putri Cempo Surakarta 1 Haryoto, 2 Prabang Setyono dan 2 M Masykuri 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 44-49 (Januari 2012) ISSN 1829-6084 PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD, Fe, AND NH 3 IN LEACHATE

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total

Lebih terperinci

Dampak Cadmium dalam Ikan terhadap Kesehatan Masyarakat

Dampak Cadmium dalam Ikan terhadap Kesehatan Masyarakat KESEHATAN LINGKUNGAN Dampak Cadmium dalam Ikan terhadap Kesehatan Masyarakat Agus Purnomo* Rachmadi Purwana** Abstrak Kandungan Chemicals Oxygen Demand (COD) dan logam Cadmium pada air laut di Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PAPARAN KADMIUM (Cd) PADA AIR DAN KERANG PUTIH (ANADONTA WOODIANA) DI SUNGAI PANGKAJENE TAHUN 2012

ANALISIS RISIKO PAPARAN KADMIUM (Cd) PADA AIR DAN KERANG PUTIH (ANADONTA WOODIANA) DI SUNGAI PANGKAJENE TAHUN 2012 ANALISIS RISIKO PAPARAN KADMIUM (Cd) PADA AIR DAN KERANG PUTIH (ANADONTA WOODIANA) DI SUNGAI PANGKAJENE TAHUN 2012 RISK ASSESSEMENT OF CADMIUM (CD) EXPOSURE ON WATER AND WHITE MUSSELS (ANADONTA WOODIANA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN MERKURI PADA MASYARAKAT KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN MERKURI PADA MASYARAKAT KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO JURNAL MKMI, Maret 2013, hal 21-28 ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN MERKURI PADA MASYARAKAT KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Health Risk Assessment of Mercury Exposurein the

Lebih terperinci

Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang

Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 2 Juni 27: 113118 Penentuan status mutu air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang Bethy Carolina Matahelumual Pusat Lingkungan Geologi, Jln. Diponegoro No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri Semua limbah yang dihasilkan home industry dibuang langsung ke sungai, selokan atau, bahkan, ke pekarangan

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer

ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer VI. ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer Ada dua dampak yang diberikan akibat keberadaan industri diantara pemukiman

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016 Karina AS 1) Nurlina dan Siti Novianti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

Pengaruh Sistem Open Dumping terhadap Karakteristik Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Dingin Padang

Pengaruh Sistem Open Dumping terhadap Karakteristik Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Dingin Padang Pengaruh Sistem Open Dumping terhadap Karakteristik Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Dingin Padang Puti Sri Komala, Novia Loeis Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Alat-alat - Kuvet 20 ml - Pipet Volume 10 ml Pyrex - Pipet volume 0,5 ml Pyrex - Pipet Tetes - Botol aquadest - Beaker glass 500 ml Pyrex - Colorimeter DR/890 Hach USA 3.2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah unsur penting bagi makhluk hidup. Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan selama 3 sampai 6 bulan namun tidak akan mampu bertahan hidup tanpa air. Sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi tanpa air hanya dapat

Lebih terperinci

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia Dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk, semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan

Lebih terperinci

Bagian Epidemiologi & Biosta s k Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang

Bagian Epidemiologi & Biosta s k Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang Studi Literatur PRINSIP DAN METODE ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN JKMA Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas diterbitkan oleh: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tidak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG Wahyu Sekar Harjanti, Yusniar Hanani D., Nikie Astorina Y. D. Bagian Kesehatan Lingkungan,FakultasKesehatanMasyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik sludge 4.1.1. Sludge TPA Bantar Gebang Sludge TPA Bantar Gebang memiliki kadar C yang cukup tinggi yaitu sebesar 10.92% dengan kadar abu sebesar 61.5%.

Lebih terperinci

Correlation between Leachate Lead (Pb) Levels at Salt Pond around Benowo Landfill toward Lead Level in Hair of Salt Consumer

Correlation between Leachate Lead (Pb) Levels at Salt Pond around Benowo Landfill toward Lead Level in Hair of Salt Consumer Selly K. dan Sudarmaji, Pencemaran Pb Lindi pada Tambak Garam HUBUNGAN PENCEMARAN Pb LINDI PADA TAMBAK GARAM SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH BENOWO, SURABAYA DENGAN KADAR Pb DALAM RAMBUT MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik observasional. Disebut analitik karena mejelaskan faktor-faktor risiko dan penyebab terjadinya outcome, dan observasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan kandungan bahan-bahan berbahaya yang cukup tinggi, sehingga diperlukan suatu pengolahan sebelum dibuang

Lebih terperinci

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN Unsur hara yang diperuntukkan untuk tanaman terdiri atas 3 kategori. Tersedia dari udara itu sendiri, antara lain karbon, karbondioksida, oksigen. Ketersediaan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) BERDASARKAN VARIASI BERAT LIMBAH TAHU SEBAGAI PENYERAP LOGAM PADA LEACHATE (LINDI) (STUDI DI TPA CIANGIR KOTA TASIKMALAYA)

PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) BERDASARKAN VARIASI BERAT LIMBAH TAHU SEBAGAI PENYERAP LOGAM PADA LEACHATE (LINDI) (STUDI DI TPA CIANGIR KOTA TASIKMALAYA) PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) BERDASARKAN VARIASI BERAT LIMBAH TAHU SEBAGAI PENYERAP LOGAM PADA LEACHATE (LINDI) (STUDI DI TPA CIANGIR KOTA TASIKMALAYA) Maman Faturohman 1) H. Yuldan Faturahman dan Andik Setiyono

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KANDUNGAN MANGAN PADA AIR MINUM DARI SUMUR GALI TERHADAP PARKINSON LIKE SYNDROME

ANALISIS RISIKO KANDUNGAN MANGAN PADA AIR MINUM DARI SUMUR GALI TERHADAP PARKINSON LIKE SYNDROME ANALISIS RISIKO KANDUNGAN MANGAN PADA AIR MINUM DARI SUMUR GALI TERHADAP PARKINSON LIKE SYNDROME DI DESA AMPLAS KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TESIS Oleh NOVIANDI 107032150/IKM PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG Hillary Meita Audrey 1, Aryu Candra 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DALAM DEBU DI RUMAH PENDUDUK KAWASAN DESA KADU, KECAMATAN CURUG, TANGERANG BANTEN (PTKMR) BATAN

PENGUKURAN KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DALAM DEBU DI RUMAH PENDUDUK KAWASAN DESA KADU, KECAMATAN CURUG, TANGERANG BANTEN (PTKMR) BATAN PENGUKURAN KONSENTRASI TIMBAL (Pb) DALAM DEBU DI RUMAH PENDUDUK KAWASAN DESA KADU, KECAMATAN CURUG, TANGERANG BANTEN Fetronela R. Bobu 1, Johan A.E. Noor 1, Bunawas 2 1) Jurusan Fisika, Universitas Brawijaya,

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Definisi 2 Risiko: Ukuran dari probabilitas/kemungkinan. Penilaian Kuantitatif Risiko (Penilaian Risiko): Perkiraan risiko untuk berbagai fenomena lingkungan. Contoh: risiko dari badai, banjir,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Skema Alur Pikir Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang penduduk dunia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan telah dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di Poli Kandungan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian berjumlah 60 sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air

BAB I PENDAHULUAN. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang paling vital bagi kehidupan manusia. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN C8 STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Veronika Yuli K. Alumni Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma Premenstruasi (SPM) secara luas diartikan sebagai gangguan siklik berulang berkaitan dengan variasi hormonal perempuan dalam siklus menstruasi, yang berdampak

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari adalah liter atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari adalah liter atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat paling penting dalam kehidupan setelah udara. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph KUALITAS FISIKA DAN KIMIA AIR BERSIH DI DESA PESISIR MINAHASA UTARA (Studi Kasus Di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur) Priskila E. Posumah*, Oksfriani J. Sumampouw*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 9 No. 1 Tahun 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU Dirhan* Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BIOTA, SEDIMEN DAN AIR PADA SUNGAI PANGKAJENE KECAMATAN BUNGORO KABUPATEN PANGKEP

BIOTA, SEDIMEN DAN AIR PADA SUNGAI PANGKAJENE KECAMATAN BUNGORO KABUPATEN PANGKEP STUDI KANDUNGAN KADMIUM (Cd) PADA BIOTA, SEDIMEN DAN AIR PADA SUNGAI PANGKAJENE KECAMATAN BUNGORO KABUPATEN PANGKEP Sri Seprianto Maddusa* Afnal Asrifuddin* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 % BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan Hubungan antara Polusi Udara Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil laut adalah makanan padat gizi yang sangat diperlukan oleh anak di masa pertumbuhannya. Ikan,terutama ikan laut kaya protein, vitamin, dan mineral serta asam lemak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN UKURAN ANTROPOMETRI ANAK BALITA DI POSYANDU BALITAKU SAYANG KELURAHAN JANGLI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ali Rosidi, Agustin Syamsianah Prodi S1 Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sangat penting untuk kehidupan, karena telah sama diketahui bahwa tidak satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI ISSN 1979-2409 PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI Noor Yudhi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI. Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1 Polokarto merupakan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci