INTERFERENSI TATARAN SINTAKSIS BAHASA DAERAH KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PEMAKAIAN BAHASA REMAJA DI KOTA PALU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERFERENSI TATARAN SINTAKSIS BAHASA DAERAH KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PEMAKAIAN BAHASA REMAJA DI KOTA PALU"

Transkripsi

1 INTERFERENSI TATARAN SINTAKSIS BAHASA DAERAH KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PEMAKAIAN BAHASA REMAJA DI KOTA PALU SYNTAX INTERFERENCE OF THE LOCAL LANGUAGE TOWARD INDONESIAN LANGUAGE ON THE LANGUAGE USAGE OF THE YOUTH IN PALU Tamrin Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah Jalan Untad I, Bumi Roviga, Tondo, Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia Telepon (0451) ; / HP Faksimile (0451) Pos-el: thamrin21@ymail.com (Makalah diterima tanggal 29 Feb 2016 Disetujui tanggal 10 Mei 2016) Abstrak: Salah satu fenomena kontak bahasa adalah interferensi. Proses interferensi dapat terjadi dalam segala tataran kehidupan, termasuk dalam interferensi tataran sintaksis pemakaian bahasa Indonesia oleh para remaja di Kota Palu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interferensi nonbahasa Indonesia ke bahasa Indonesia pada penggunaan bahasa para remaja di Kota Palu dalam tataran sintaksis. Metode yang digunakan adalah pendekatan sosiolinguistik dengan teknik simak, rekam, dan catat, kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis interferensi lalu dianalisis secara berstruktur. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia oleh para remaja di Kota Palu terinterferensi pada tataran sintaksis yaitu adanya pemakaian preposisi yang tidak tepat dan penggunaan partikel-partikel yang berasal dari bahasa daerah. Hal-hal yang menyebabkan interferensi oleh pemakaian bahasa Indonesia oleh remaja di Kota Palu adalah faktor kedwibahasaan, tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima, prestise bahasa sumber dan gaya bahasa, dan terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu. Kata Kunci: interferensi, sintaksis, bahasa remaja, kontak bahasa Abstract: One of the languange contact phenomenon is interference. Interference process can be occured in every part of live, as in sintaxis level in the use of Indonesian for youth in Palu. The aim of this research is to describe non Indonesian interference to Indonesian of the youth language usage in Palu in syntaxis level. The method that used in this research is sociolinguistic approach by using listening, recording, and taking notes technique, then it was clasified based on the interference types then analyzed it structurally. Analizing result showed that the used of Indonesian language by the adolescent in Palu interfered on sintaxis level that were the used of unappropriate preposition and the vernacular particles. That interference in Indonesian language used by adolescent was caused by bilingual factor, the lack of fidelity in using language receiver, the prestige of source language and language style, and the habit of using their mother language. Keywords: interference, syntax, youth language, language contact PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Bahasa adalah sistem bunyi (Kushartanti, et all, 2005:4). Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan

2 JURNAL BÉBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga medium untuk melakukan tindakan dan cerminan budaya penuturnya (Oktavianus, 2006:1). Nababan menjelaskan bahwa bahasa dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu hakikat dan fungsinya. Secara garis besar bahasa adalah suatu sistem persyaratan yang terdiri dari unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-unsur itu. Unsur-unsur itu adalah kata, fonem, morfem, frasa, dan kalimat. Sedangkan fungsi bahasa secara umum yaitu komunikasi (1993: 38). Selanjutnya, Nababan juga membedakan empat golongan fungsi bahasa, yaitu fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perorangan, dan fungsi pendidikan (1993:38). Penggunaan bahasa oleh manusia selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin maju kehidupan manusia, makin berkembang pula bahasanya. Kontak bahasa pada bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya dapat menyebabkan suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa yang lain. Mengenai kontak bahasa Weinrich ( dalam Chaer, 2007:65) mengartikan kontak bahasa adalah pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Jadi, dengan terjadinya kontak bahasa penutur secara tidak sadar telah menggunakan dua bahasa secara bergantian sehingga menyebabkan interferensi bahasa. Irwan (2006: 18) menyatakan dari segi sifatnya interferensi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1) interferensi aktif, (2) interferensi pasif, dan (3) interferensi varisional. Inteferensi aktif adalah adanya kebiasaan dalam berbahasa daerah dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia; yang bersifat pasif adalah penggunaan beberapa bentuk bahasa daerah oleh bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia tidak ada; interferensi varisional adalah kebiasaan menggunakan ragam tertentu ke dalam bahasa Indonesia. Interferensi bahasa yang satu dengan yang lain tidak bisa dihindarkan. Interferensi bahasa yang satu dengan yang lain dapat mengakibatkan perubahan bahasa. Menurut Pateda (2008:117) interferensi adalah pengaruh bahasa yang satu terhadap bahasa yang lain yang dapat saja berlaku dalam tataran bunyi atau tata bunyi, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Selain itu, Alwasilah (dalam Aslinda, 2010:66) mengatakan interferensi berarti adanya saling pengaruh antarbahasa. Pengaruh itu dalam bentuk yang paling sederhana berupa pengambilan satu unsur dari satu bahasa dan digunakan dalam hubungannya dengan bahasa lain. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa interferensi adalah pengaruh bahasa yang terjadi akibat penggunaan dua bahasa secara bergantian, dan biasa terjadi pada 79

3 Interverensi Tataran Sintaksis (Tamrin) pengguna bahasa yang menguasai dua bahasa (dwibahasawan) atau lebih. Interferensi Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, dan frasa. (Ramlan, 2001: 18). Jadi, sintaksis adalah bagian dan tata bahasa yang mempelajari frasa, klausa, kalimat dalam suatu bahasa. Interferensi sintaksis terjadi karena struktur kalimat bahasa lain berpengaruh terhadap struktur kalimat BI. Suwito (1988:56) mengatakan interferensi sintaksis terjadi karena di dalam diri penutur terjadi kontak antara bahasa yang sedang diucapkannya (BI) dengan bahasa lain yang juga dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa asing). Dengan demikian, penyimpangan itu dapat dikembalikan pada bahasa sumber. Interferensi sintaksis dijumpai dalam struktur kalimat bahasa Indonesia. Oleh karena itu, interferensi ini dapat disebut dengan interferensi struktur (Mustakim, 1994: 70). Menurut Suwito (1983:56), interferensi sintaksis terjadi apabila dalam struktur kalimat terserap struktur kalimat dari bahasa lain. Misalnya, (1) Rumahnya Amir sudah dijual dan (2) Payung itu sudah diambil oleh saya. Kalimat (1) dan (2) tersebut menyerap struktur kalimat dari bahasa lain (dalam hal ini bahasa daerah). Struktur kalimat yang benar dalam bahasa Indonesaia adalah (1) Rumah Amir sudah dijual dan (2) payung itu sudah saya ambil. Penyerapan struktur kalimat tersebut terjadi karena di dalam diri penutur terjadi kontak antara bahasa yang sedang diucapkan dengan bahasa lain yang dikuasai, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Demikian juga interferensi sintaksis bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia yang digunakan oleh remaja di Kota Palu. Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung menyusupkan struktur bahasa daerah atau asing ke dalam bahasa Indonesia melalui proses sintaksis sehingga mengganggu stuktur dari bahasa Indonesia tersebut. Dengan penyusupan struktur bahasa daerah atau asing tersebut sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Penutur bahasa remaja dari kawasan geografis yang berbeda dari kelompok sosial yang berlainan akan cenderung memperlihatkan perbedaan-perbedaan sistematik. Kelompok-kelompok demikian dikatakan mempunyai dialek-dialek yang berbeda, misalnya, dialek Makassar, dialek Betawi, dialek Manado, dan dialek Palu dari bahasa yang sama, bahasa Indonesia. Perpindahan penduduk dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara ke Sulawesi Tengah membawa pengaruh terhadap bahasa yang digunakan oleh para remaja di Kota Palu. Selain itu, bahasa ibu mereka, yaitu bahasa Kaili, berpengaruh besar terhadap cara remaja menggunkan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia yang digunakan para remaja di Kota Palu memiliki karakteristik tersendiri. Karekteristik bahasa Indonesia yang digunakan oleh remaja di Kota Palu dapat diamati dari segi fonologis, morfologis, leksikal, dan sintaksis. Namun dalam tulisan ini hanya dikaji pada tataran sintaksis. Penelitian tentang interfrensi linguistik bukan merupakan masalah baru bagi studi kebahasaan di Indoensia karena penelitian sejenis ini 80

4 JURNAL BÉBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: sudah pernah dilakukan sebelumnya. Rusyana (1975), misalnya, telah melakukan penelitian tentang interfrensi morfologi pada pemakaian bahasa Indonesia anak-anak sekolah dasar yang berbahasa ibu bahasa Sunda. Taryono et al. (1981), juga melakukan penelitian tentang interfrensi bahasa Indonesia pada tulisan murid selain di Jawa Timur. Selain itu, Nantje Harijatiwidjaja et al. (1995), juga melakukan penelitian tentang pemakaian bahasa Indonesia dalam remaja Hai. Rumusan Masalah Sejalan dengan asumsi itu, permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah interferensi tataran sintaksis dalam penggunaan bahasa oleh para remaja di Kota Palu? Tujuan dan Manfaat Penelitian Sejalan dengan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan interferensi nonbahasa Indonesia ke bahasa Indonesia pada penggunaan bahasa para remaja di Kota Palu dalam tataran interferensi sintaksis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan bagi pengembangan khazanah keilmuan dalam kajian sosiolinguistik, khususnya dalam bidang pemilihan bahasa. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam upaya kepedulian dan penguatan keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. KERANGKA TEORI Hadirnya alih kode dan campur kode merupakan akibat dari kemampuan anggota masyarakat berbahasa lebih dari satu. Selain itu, bila dua atau lebih bahasa bertemu karena digunakan oleh penutur dari komunitas bahasa yang sama, maka akan terjadi bahwa komponen-komponen tertentu dapat ditransfer dari bahasa yang satu yakni bahasa sumber (saurce or donor language) ke bahasa lain, yakni bahasa penerima (recipient language). Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau interference) sebagaimana diistilahkan oleh Wenreich (1970). Mackey (1970) membedakan antara campur kode dengan interferensi bahasa. Campur kode dikatakan sebagai interferensi, sedangkan yang kita namai interferensi disebut integrasi. Gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi kejadian. Pertama dimensi tingkah laku berbahasa dari individuindividu di tengah masyarakat. Kedua dari dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa atau lebih yang berbaur. Ketiga, dimensi pembelajaran bahasa. Dari dimensi tingkah laku individu penutur dengan mudah disimak dari berbagai praktik campur kode yang dilakukan penutur yang bersangkutan. Interferensi ini murni merupakan rancangan atau model buatan penutur itu sendiri. Salah satu akibat campur kode yang merugikan bahasa masing-masing adalah interferensi. Dengan kata lain, interferensi adalah pengaruh campur kode yang tidak menguntungkan. Interferensi merupakan suatu bentuk penyimpangan dalam penggunaan bahasa dari norma-norma yang ada akibat terjadinya kontak bahasa yang digunakan secara langsung oleh penuturnya (Weinrich,1970:1). Peristiwa penyimpangan serta pengaruh antara dua bahasa akan menimbulkan pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif akan memperkaya keberadaan suatu bahasa, sementara 81

5 Interverensi Tataran Sintaksis (Tamrin) pengaruh negatif akan mengganggu struktur serta kaidah dan norma suatu bahasa. Pengaruh inilah yangmenimbulkan terjadinya gejala interferensi. Hal ini terjadi akibat adanya peristiwa saling mempengaruhi antara bahasa sumber dan bahasa penerima atau sebaliknya. Peristiwa ini dapat juga terjadi secara timbal balik. Hougen (1972:90) berpendapat bahwa interferensi (pengaruh bahasa) sebagai akibat campur kode dalam bentuk yang paling sederhana terjadi berupa pengambilan satu unsur dari satu bahasa dan dipergunakan dalam bahasa lain. Selanjutnya, Mackey (dalam Fishman, editor, 1968:569) mengatakan bahwa interferensi adalah penggunaan unsur yang termasuk ke dalam satu bahasa ketika berbicara atau menulis dalam bahasa yang lain. Hudson (1984) mengemukakan bahwa interferensi adalah kesulitan yang timbul dalam proses penguasaan bahasa kedua dalam hal bunyi, kata, atau konstruksi sebagai akibat perbedaan kebiasaan dengan bahasa pertama. Lain halnya dengan Taryono et al. Berpendapat bahwa interferensi itu terjadi karena ada kecenderungan pada dwibahasawan untuk menyamakan unsur-unsur yang ada pada bahasa lain apabila dua bahasa itu berkontak. Sejalan dengan itu, Weinrich (1970:64-65) ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi, antara lain: (1) kedwibahasaan peserta tutur, (2) tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima, (3) tidak cukupnya kosakata bahasa penerima, (4) menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan, (5) kebutuhan akan sinonim, (6) prestise bahasa sumber dan gaya bahasa, dan (7) terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu. Menurut Soewito (1983:59) interferensi dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah berlaku bolak-balik. Unsur bahasa Indonesia bisa masuk ke unsur bahasa daerah, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat pula berlaku bagi para remaja di Kota Palu. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, maka dapat berlaku bolakbalik. Artinya unsur bahasa Indonesia dapat masuk ke dalam bahasa daerah, dan juga sebaliknya. Dengan demikian bahasa pertama dan bahasa kedua dapat saling bertukar unsur sintaksis. Penelitian ini menggunakan landasan teori sosiolinguistik yang membahas mengenai kontak bahasa seperti yang diutarakan oleh Weinrich (1970 : 1), bahwa kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama secara bergantian. Gejala interferensi ini dapat terjadi melalui peristiwa kontak bahasa yang dapat menimbulkan pemindahan unsur-unsur satu bahasa ke dalam bahasa lain. Weinrich (1970:22) menyatakan bahwa interferensi sintaksis merupakan suatu gejala yang terjadi dimana adanya penyusupan struktur bahasa sumber ke dalam bahasa penerima, sehingga mengganggu struktur bahasa penerima tersebut. Untuk kepentingan penelitian ini, data dianalisis menurut jenis interferensi fonologis, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Namun dalam penelitian ini hanya dikaji dari segi tataran sintaksis. Pada interferensi sintaksis terjadi penyusupan struktur bahasa sumber ke dalam bahasa penerima, sehingga mengganggu stuktur dari bahasa penerima tersebut (Weinrich,1970:22). Dalam penelitian ini ditemui adanya penyusupan struktur bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia sehingga 82

6 JURNAL BÉBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: menyebabkan terganggunya struktur bahasa Indonesia yang diucapkan. Hal ini yang disebut dengan interferensi sintaksis bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di Kota Palu Sulawesi Tengah. Berdasarkan jenis penelitian, penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan pendekatan sosiolinguistik. Oleh karena itu, pengkajian dalam penelitian ini memakai pendekatan ilmu-ilmu sosial sebagaimana disarankan oleh Fasold, (1984:183) kajian sosiolinguistik melihat fenomena pemakaian bahasa sebagai fakta sosial yang menempatkan pemakaian suatu ragam bahasa sebagai sistem lambang (kode), sistem tingkah laku budaya yang berhubungan dengan pemakian bahasa dalam konteks yang sebenarnya. Penelitian ini juga dikategorikan sebagai penelitian deskriptif yaitu mendeskripsikan frekuensi interfrensi berdasarkan jenisnya. Selain itu, penelitian ini membandingkan faktorfaktor yang memungkinkan terjadinya interfrensi antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) teknik simak, (2) teknik rekam, dan (3) teknik catat (Sudaryanto, 1991:126).Teknik pengolahan data dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Data yang terkumpul dikartukan. Setiap kartu hanya memuat satu kalimat data. Kartu diberi kode menurut tempat terjadinya pemakaian bahasa dan identitas pemakai, yaitu jenis kelamin dan pendidikan. 2. Setiap kartu data diperiksa dan bagian yang diduga merupakan interfrensi (kesalahan norma) digarisbawahi. 3. Kartu data yang telah diperiksa, kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis interfrensinya sehingga diperoleh kartu data yang berupa interfrensi sintaksis. 4. Kartu data yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenis interferensi itu kemudian dianalisis. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahasa ragam lisan pada remaja di Kota Palu. Data bahasa ragam lisan tersebut hanya diambil dari penggunaan bahasa remaja di tempat umum, di sekolah/perguruan tinggi, dan di media elektronik seperti radio dan televisi. PEMBAHASAN Interferensi pada Tataran Sintaksis Interferensi sintaksis adalah masuknya unsur serapan ke dalam bahasa Indonesia yang melanggar kaidah gramatikal bahasa Indonesia pada tataran sintaksis. Interferensi tersebut terjadi pada pemakaian kata hubung -nya posesif bahasa Jawa dan Sunda, pemakaian penghubung antarkalimat dan pemakaian kata dari dan di mana. Berikut adalah penjelasannya. 1. Pemakaian posesif nya Pemakaian posesif nya dalam percakapan para remaja di Kota Palu, merupakan interferensi karena pengaruh dari bahasa daerah. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh latar belakang bahasa ibu. Berikut adalah contoh pemakaian dalam percakapan. a. -nya 83

7 Interverensi Tataran Sintaksis (Tamrin) Apalagi dorang yang tiap malamnya suka bagadang. (SMA/L/26/5/07) Apalagi mereka yang tiap malamnya suka begadang. (Apalagi bagi mereka yang setiap malam suka begadang.) Pemakaian posesif nya pada bentuk kalimat posesif untuk orang ketiga, bukan untuk orang pertama. Di dalam bahasa Kaili, ada pula bentuk posesif na yang berarti nya dalam bahasa Indonesia, seperti sapona rumahnya yang menyatakan posesif untuk orang ketiga. Oleh karena itu, kemungkinan pemakaian bentuk posesif -nya di dalam kalimat di atas karena pengaruh dari bahasa setempat, yaitu Bahasa Kaili. Pemakaian posesif nya dalam penggunaan bahasa remaja di Kota Palu merupakan interferensi dari bahasa daerah. Ini dimungkinkan karena umumnya remaja di Kota Palu memiliki latar belakang bahasa ibu Kaili dan Manado. 2. Penghubung Antarkalimat Pemakaian penghubung antarkalimat yang dipakai oleh para remaja di Kota Palu tidak tepat bila digunakan dalam struktur kalimat bahasa Indonesia. Ketidaktepatan itu diduga karena adanya pengaruh bahasa daerah. Berikut adalah contoh pemakaiannya dalam kalimat. 1) habisnya Habisnya kamu selalu buat saya kesal (P/20/PT-23/4/07) Habisnya kamu selalu buat saya kesal. (Karena kamu selalu buat saya kesal.) 2) ujung-ujungnya Ujung-ujungnya selalu saya yang disalahin. (P/20/PT-29/4/07) Ujung-ujungnya selalu saya yang disalahkan. (Akhirnya, saya yang selalu disalahkan.) 3) buntut-buntutnya Buntut-buntutnya uang melulu. (P/20/PT- 29/4/07) Ekor-ekornya, uang melulu. (Akhirnya uang melulu.) 4) soalnya Soalnya, uang yang saya pinjam sudah habis, makanya saya mau minta lagi sama kamu, boleh kan? (TU/SRJ/23/L/30/6/07) Soalnya, uang yang saya pinjam sudah habis, makanya saya mau minta lagi sama kamu, boleh kan? (Karena, uang yang saya pinjam sudah habis, untuk itu saya mau meminjam lagi sama kamu, boleh kan?) 5) Masalahnya Masalahnya, kita-kita kadang tidak ngerti apa yang diterangin sama Pak Arya. (Rdo/ 9/7/07) Masalahnya kita-kita tidak mengerti apa yang diterangkan oleh Pak Arya. (Masalah sebenarnya adalah kita kurang mengerti apa yang diterangkan oleh Pak Arya.) 6) akhirnya Akhirnya, aku bisa juga diterima di jurusan ekonomi. (Rdo/ 9/7/07) Akhirnya, saya bisa diterima juga di jurusan ekonomi. (Akhirnya, saya bisa diterima di jurusan ekonomi.) 7) masalahnya Masalahnya, banyak siswa yang tidak memahami pelajaran kimia. (Rdo/ 9/7/07) 84

8 JURNAL BÉBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: Masalah yang dihadapi adalah banyak siswa yang tidak memahami pelajaran kimia. (Masalah yang dihadapi adalah banyak siswa yang tidak memahami pelajaran kimia.) 8) soalnya Aku nggak bisa datang di pestamu soalnya, aku nganterin mamaku ke dokter. (Rdo/ 9/7/07) Saya tidak bisa datang ke pestamu, karena harus mengantar mamaku ke dokter. (Saya tidak bisa datang ke pestamu, karena harus mengantar mamaku ke dokter.) Pemakaian penghubung antarkalimat habisnya pada data kalimat di atas (1), ujung-ujungnya (2), buntutbuntutnya (3), soalnya (4), masalahnya (5), akhirnya (6), masalahnya (7) dan soalnya (8) tidak tepat dalam pola kalimat bahasa Indonesia. Pemakaian kata penghubung habisnya, ujungujungnya, buntut- buntutnya, soalnya,masalahnya, dan akhirnya diduga akibat pengaruh interferensi dari bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda. Penghubung antarkalimat habisnya pada data kalimat dalam percakapan pertama di atas tidak tepat karena ada pengaruh interferensi dari bahasa daerah. Dalam bahasa Indonesia, kata penghubung itu berarti karena. Oleh karena itu, kalimat data pertama seharusnya menggunakan kata karena. Penghubung antarkalimat ujung-ujungnya dan buntutbuntutnya juga tidak tepat karena ada pengaruh interferensi dari bahasa daerah. Dalam bahasa Indonesia, kedua kata penghubung itu berarti akhirnya.oleh karena itu, kalimat data kedua dan ketiga seharusnya menggunakan kata akhirnya. Penghubung antarkalimat masalahnya dan akhirnya pada data (5,6,7) diduga interferensi yang berasal dari bahasa Sunda. Dalam bahasa Indonesia kata hubung masalahnya digunakan untuk menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Sebaiknya kata masalahnya diganti menjadi masalah. Penghubung antarkalimat soalnya pada data kalimat percakapan (4,8) di atas diduga interferensi yang berasal dari bahasa daerah yaitu bahasa Sunda. Dalam bahasa Indonesia kata hubung karena digunakan untuk menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Oleh karena itu, pemakaian kata hubung soalnya pada kalimat (4), yaitu sebagai kata penghubung antar kalimat, tidak tepat. Seharusnya, kata penghubung itu ada di antara dua klausa. Pemakaian Kata dari dan di mana Pemakaian kata dari dan di mana yang digunakan oleh para remaja di Kota Palu tidak tepat bila digunakana dalam struktur bahasa Indonesia. Pemakaian kata tersebut diduga pengaruh yang berasal dari bahasa Inggris. Berikut adalah contoh penggunaannya dalam percakapan. 1) dari Yang jelas pelaku dari pencurian itu ada di sekitar kita. (TU/SRJ/23/L/30/6/07) Yang jelas pelaku dari ada di sekitar kita. (Sudah pasti, pelaku ada di sekitar kita.) 2) dari pencurian itu pencurian itu 85

9 Interverensi Tataran Sintaksis (Tamrin) Alah, belum tentu dorang mengerti isi dari catatan itu. (TU/SRJ/23/L/30/6/07) Alah, belum tentu mereka mengerti isi dari catatan itu. (Alah, [penegas] belum tentu mereka mengerti isi catatan itu.) 3) di mana Ada-ada saja teman kita di kelas yang mendapat bocoran jawaban dari guru, di mana gurunya tak lain dari guru matematka kita sendiri. (SMA/P/24/6/07) Ada-ada saja teman kita di kelas yang mendapat bocoran jawaban dari guru, di mana gurunya tak lain dari guru matematika kita sendiri. (Ada teman kita di kelas yang mendapat bocoran jawaban dari guru, gurunya tak lain dari guru matematka kita sendiri.) Pengaruh bahasa asing dalam bidang sintaksis pun ada dalam pemakaian bahasa para remaja di Koata Palu. Pemakaian kata dari dan di mana diduga karena pengaruh dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kata dari dan di mana merupakan preposisi yang menyatakan makna asal sedangkan kata di mana adalah kata-kata tanya yang menanyakan tempat. Oleh karena itu, pemakaian kata dari dan di mana dalam pemakaian kalimat pembicaraan lisan oleh para remaja di Kota Palu tidak tepat. Preposisi dari pada pemakaian kalimat pada pemakaian kalimat (1) dan (2) seharusnya Pemakaian penghubung antarkalimat habisnya pada data kalimat di atas (1), ujung-tidak digunakan. Kata di mana yang merupakan pengaruh dari bahasa Ingris where, tidak tepat penggunaannya dalam kalimat (3). Pada kalimat data (3), penggunaan kata di mana dirasakan tidak tepat. Pada kalimat data tersebut, seharusnya tidak menggunaka kata di mana, karena kata di mana berarti menanyakan tempat, sementara konteks kalimat (3) tidak membutuihkan pertanyaan tempat. Pemakaian kata dari dan di mana yang ada pada kalimat (1 3) dalam pemakaian bahasa para remaja di Koata Palu tidak tepat bila digunakan dalam struktur kalimat bahasa Indonesia. Pemakaian kata dari dan di mana itu terjadi karena terjemahan dari bahasa Ingris. Para remaja dalam percakapan sehari-hari tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut berasal dari struktur bahasa Inggris yang terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penggunaan Partikel-Partikel Bahasa Daerah Partikel adalah sekelompok morfem akar yang tidak pernah mengalami proses morfemis. Dari segi arti, partikel tidak memiliki arti leksikal, tetapi memiliki tugas gramatikal (Muhajir, 1984:20). Partikel pada umumnya mengandung makna menegaskan pernyataan. Para remaja di Kota Palu dalam percakapan juga tidak luput dari penggunaan partikel.partikel-partikel tersebut berasal dari bahasa daerah.berikut adalah contoh penggunaannya. 1) deh Payah deh, teman kita yang satu itu sukanya over action. (TU/SRJ/23/P/28/6/07) Payah deh, teman kita yang satu itu, suka kelebihan aksi. (Payah deh, teman kita yang satu itu, suka beraksi yang berlebihan.) 86

10 JURNAL BÉBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: ) dong Jadi, aku harus gimana dong? (Rdo/23/7/07) Jadi, saya harus bagaimana dong [penegas]? (Jadi, saya harus bagaimana dong [penegas]?) 3) koa? Kenapa koa? dari tadi kok marah- marah terus? (P/20/PT- 29/4/07) Kenapa koa? [penegas] dari tadi kok marah-marah terus? (Kenapa koa? [penegas] sejak tadi kok marah-marah terus.) 4) stauw Anak itu nda ada staw di sana. (L/23/SRJ/TU/27/7/07) Anak itu, tidak ada berangkali di sana. (Anak itu berangkali tidak ada di sana.) 5) dang Ba apa ngana dang? (L/20/PT- 10/5/07) Kamu sedang apa dang(penegasan)? (Kamu sedang apa dang [penegasan]di situ?) 6) lee Saya pulang saja lee, apa saya dipanggil sama bapakku. (SMA/L/17/27/6/07) Saya pulang saja lee[penegas] karena saya dipanggil sama bapakku. (Saya pulang saja lee [penegas], karena saya dipanggil oleh bapakku.) 7) no Ada no, rahasia dong, saya te mau kase tau.. (SMA/P/16/23/4/07) Adalah, rahasia dong, saya tidak mau beri tahu. (Adalah, rahasia dong, saya tidak mau memberitahukanmu.) 8) pe Kau pe motor pe bagus. (SMA/P/16/23/4/07) Kau punya motor bagus sekali. (Bagus sekali motormu.) 9) e-e do-do?-eh 10) jo E-e do-do? eh, ngana so datang te kase kabar. (TU/P/SMA/24/ 23/6/07) E-e do-do? eh, [penegas] kamu sudah datang tidak kasi kabar. (E-e do-do? eh, [penegas] kamu sudah datang tidak memberi kabar.) Nanti malam jo, kita ke rumahmu! (TU/SRJ/P?24/23/6/07) Nanti malam ya, kita ke rumahmu! (Sebentar malam ya, kita ke rumahmu!) Pemakaian partikel oleh para remaja di Kota Palu sudah terpengaruh dari beberapa bahasa daerah, dan yang paling umum digunakan adalah penggunaan partikel dari bahasa Manado dan Kaili, selebihnya partikel dari bahasa Indonesia, bahasa daerah Jawa, Sunda, dan Betawi. Partikel adalah sekelompok morfem akar yang tidak pernah mengalami proses morfemis. Dari segi arti, partikel tidak memiliki arti leksikal, tetapi memiliki tugas gramatikal, Muhajair, (1984:20). Partikel deh dan dong pada contoh percakapan (1) dan (2) adalah interferensi dari bahasa Jawa dan Betawi. Partikel Koa? pada contoh percakapan (3), stauw pada contoh percakapan (4), dang pada contoh percakapan (5), lee pada contoh percakapan (6), no pada contoh percakapan (7), pe pada contoh 87

11 Interverensi Tataran Sintaksis (Tamrin) percakapan (8), e-e do-do?-eh pada contoh percakapan (9), dan jo pada contoh percakapan (10) adalah pertikel yang digunakan oleh para remaja di Kota Palu yang berasal dari bahasa Manado dan Kaili. Partikel-partikel tersebut pada umumnya mengandung makna menegaskan pernyataan. Misalnya partikel deh mengandung makna menegaskan perintah atau permintaan. Dengan partikel deh ini pun, penutur dapat secara eksplisit membujuk pendengar mempercayai apa yang dikatakannya. Selain itu partikel deh mengandung pernyataan yang menandakan cibiran gagasan dasar pembicaraan. Dalam hal ini, pembicara berasumsi bahwa pendengar akan percaya pada apa yang dikatakannya. Partikel dong digunakan dalam pernyataan yang secara kuat menyatakan bahwa apa yang dikatakan itu benar. Penutur secara eksplisit dan tegas meminta lawan bicara agar percaya dengan apa yang terjadi karena penutur memiliki alasan-alasan tertentu melihat setelah lawan bicara tidak peduli dengan pernyataan penutur. Partikel Partikel Koa?, staw, dang, no, pe, jo, dan ee- do-do?-eh berasal dari bahasa Manado dan Kaili. Partikel-partikel tersebut pada umumnya mengandung makna menegaskan pernyataan. Misalnya, partikel koa?, lee, dang adalah partikel yang mangandung makna penegasan, partikel lee misalnya, adalah pertikel yang menegaskan dan menunjukkan keakraban antara pendengar dan pembicara, begitu pun partikel dang adalah partikel yang menegaskan sekaligus mengandung makna keakraban antara kedua pembicara dan pendengar. Partikel jo dan no adalah partikel yang menegaskan yang juga berarti lah atau ya dimana pembicara berusaha membujuk pendengar agar apa yang dikatakan oleh pembicara diakui atau diiyakan oleh pendengar. Partikel pe yang bermakna menegaskan dan juga berarti sangat. Pembicara berusaha meyakinkan pendengar agar pendengar takjubb dengan kata-kata yang diucapkan oleh pembicara. Partikel koa?, adalah partikel yang mengandung penegasan, sementara partikel ee-do-do?-eh adalah partikel yang menegaskan sekaligus menyindir pendengar agar pendengar merasa bersalah dan akhirnya menuruti permintaan pembicara. Partikel staw adalah partikel yang berarti mungkin, misalnya tidak ada staw tidak ada mungkin. Pemakaian partikel yang sering digunakan oleh para remaja di Kota Palu dimaksudkan untuk menciptakan suasana santai atau untuk menciptakan suasana keakraban. Pemakaian partikel itu terjadi akibat adanya pengaruh interferensi dari bahasa daerah yang memiliki partikel untuk mengungkapkan perasaan atau emosi. SIMPULAN Karakteristik bahasa Indonesia yang digunakan para remaja di Kota Palu pada tataran sintaksis dapat dilihat pada pemakaian preposisi pada yang tidak tepat. Pemakaian preposisi pada pada pemakaian bahasa para remaja di Kota Palu yang tidak tepat terjadi karena pengaruh dari bahasa daerah. Kesalahan dalam pemakaian preposisi ini disebabkan pula oleh pengaruh pemakaian bahasa seharihari, preposisi kepada cenderung disederhanakan menjadi pada. Demikian juga, pemakaian posesif 88

12 JURNAL BÉBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: nya dalam percakapan para remaja di Kota Palu, merupakan interferensi karena pengaruh dari bahasa daerah. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh latar belakang bahasa ibu bahasa Bugis, Kaili, dan Jawa. Di samping itu, pemakaian partikel dan pemakaian penghubung antarkalimat pada pemakaian bahasa para remaja di Kota Palu tidak tepat. Ketidaktepatan itu diduga karena adanya pengaruh bahasa daerah. Pengaruh bahasa asing dalam bidang sintaksis pun ada dalam pemakaian bahasa para remaja di Koata Palu. Pemakaian kata dari dan di mana diduga karena pengaruh dari bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kata dari dan di mana merupakan preposisi yang menyatakan makna asal sedangkan kata di mana adalah kata-kata tanya yang menanyakan tempat. Pemakaian partikel oleh para remaja di Kota Palu sudah terpengaruh dari beberapa bahasa daerah, dan yang paling umum digunakan adalah penggunaan partikel dari bahasa Manado dan Kaili, selebihnya partikel dari bahasa Indonesia, bahasa daerah Jawa, Sunda, dan Betawi. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta. Fasold, Ralph The Sociolinguistic of Society. Oxford: Basil Blackwell. Fishman, Joshua A. (Ed.) Reading in the Sociology of Language. Paris: Mouton. Haugen, Editor Problem Of Bilingualisme. Dalam Anwar S. Dil. Editor. The Ecologu of Language. Stanford, California: Standard University Press. Harijatiwidjaja, Nantje et al Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Majalah Remaja. Jakarta: Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa. Hudson, R.A Sosiolinguistics. Terjemahan oleh Rochayah dan Misbach Djamil, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Mackey, W.F The Description of Bilingualism. Dalam Fishman (Ed) Reading in The Sociology of Language. The Hague : Mouton. Ratuhkore, dkk Morfologi dan Sintaksis Bahasa Suhu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rusyana, Yus Interfrensi Morfologi pada Pemakaian Bahasa Indonesaia oleh Anak- Anak yang Berbahasa Pertama Bahasa Sunda Murid Sekolah Dasar di Propinsi Jawa Barat. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Soewito Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta. Sudaryanto, dkk Metode Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Suhaebah, Ebah et al. Pemahaman dan Penguasaan Siswa Kelas III SLTP DKI Jakarta terhadap Kalimat Bahasa Indonesia. 89

13 Interverensi Tataran Sintaksis (Tamrin) Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Suwito Pengantar Awal Sosiolinguistik.Surakarta: Henry Offset. Taryono et al Interfrensi bahasa Jawa terhadap Bahasa Indonesia Tulis Murid Kelas IV SD Jawa Timur. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Weinreich, Uriel Language in Contact: Finding and Probems. The Hague: Mouton. 90

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan dalam kurun waktu tertentu. Perkembangan dan perubahan bahasa terjadi karena bahasa yang bersifat produktif dan dinamis.

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan bahasa Suwawa khususnya di lingkungan masyarakat Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Bolango belum pernah dilakukan. Akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN

INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN INTERFERENSI SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU DALAM BAHASA INDONESIA PADA MASYARAKAT MINANG PERANTAU DI MEDAN Syamsul Bahri Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK. PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relavan Penelitian mengenai multilingualisme telah banyak dilakukan oleh para peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK Studi penelitian ini berupaya mengungkap fenomena kedwibahasaan yang terjadi pada siswa sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa nasional dan bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) 1 of 8 SILABUS Fakultas : Bahasa dan Seni Jurusan/Prodi : Bahasa dan Sastra Indonesia/Sastra Indoesia Mata Kuliah : Sosiolinguistik Kode Mata Kuliah : SAS 311 SKS : 2 SKS Standar Kompetensi : Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung, secara sadar atau tidak sadar menggunakan bahasa yang hidup dalam masyarakat. Bahasa juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era globalisasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan bahasa. Mudahnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang alih kode dan campur kode, sudah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL Leli Triana Masuad Edy Santoso Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena interferensi bahasa sangat lumrah terjadi pada masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau yang juga disebut dwibahasa. Fenomena tersebut dalam sosiolinguistik

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa pesan lisan, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMP Negeri 2 Polanharjo merupakan sekolahan yang letaknya di pinggiran Kabupaten Klaten tepatnya di Jalan Raya Tegalgondo-Janti km 3, Sidowayah, Polanharjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

Lebih terperinci

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa daerah Gorontalo adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo memiliki dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dominan di antara sesama manusia. Realitas ini menunjukkan betapa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah salah satu faktor yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa merupakan alat dalam komunikasi dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (RRI) stasiun Medan, di mana sejumlah penyiarnya seringkali melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (RRI) stasiun Medan, di mana sejumlah penyiarnya seringkali melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyikapi penggunaan bahasa Indonesia di radio, khususnya Radio Republik Indonesia (RRI) stasiun Medan, di mana sejumlah penyiarnya seringkali melakukan alih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan sebuah interaksi dengan individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia membutuhkan media bahasa

Lebih terperinci

Upaya Bahasa Jawa Mengakomodasi Tulisan Ilmiah: Tanda-Tanda Impotensi atau Komplikasi?

Upaya Bahasa Jawa Mengakomodasi Tulisan Ilmiah: Tanda-Tanda Impotensi atau Komplikasi? Upaya Bahasa Jawa Mengakomodasi Tulisan Ilmiah: Tanda-Tanda Impotensi atau Komplikasi? Oleh: Djatmika Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Makalah ini membahas kemampuan bahasa Jawa sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara sosial, budaya, maupun linguistik. Berdasarkan aspek linguistik, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan.perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.perkembangan bahasa

Lebih terperinci

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbahasa yang baik dan benar seperti dianjurkan pemerintah bukanlah berarti harus selalu menggunakan bahasa baku atau resmi dalam setiap kesempatan, waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin tidak terlihat secara nyata berbicara, tetapi pada hakikatnya, ia

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin tidak terlihat secara nyata berbicara, tetapi pada hakikatnya, ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga setiap individu dapat berinteraksi secara langsung. Bahasa juga merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon

BAB I PENDAHULUAN. antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi atau media digunakan untuk berhubungan antar-anggota masyarakat. Artis, pembawa acara, penonton, dan penelepon merupakan sumber tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa merupakan suatu kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 54 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang interferensi gramatikal bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN 1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The

Lebih terperinci

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan LOYALITAS BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X MA MAARIF KADUGEDE TAHUN AJARAN 2013/2014 DILIHAT DARI INTERFERENSI BAHASA DAERAH PADA KARANGAN NARASI SISWA Asep Jejen Jaelani & Ani Indriyani Program Studi

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK Ragam bahasa remaja putri dalam percakapan informal di Kampus UPI Tasikmalaya cukup bervariasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi adalah sesuatu yang sudah sangat familiar dalam beberapa dekade terakhir ini. Banyak acara dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi atau hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia terjadi interaksi satu sama lain. Proses interaksi tersebut terjadi karena adanya komunikasi antar sesama anggota masyarakat. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis Bahasa Indonesia Dalam Penggunaan Bahasa Jawa Pada Upacara Pernikahan Adat Jawa dapat ditarik kesimpulan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut dihuni oleh beragam suku dengan bahasa yang beragam pula, bahkan tidak sedikit satu pulau didiami

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berkomunikasi merupakan cara manusia saling berinteraksi dengan manusia yang

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat. pada setiap bahasa, khususnya bahasa ibu atau bahasa asal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Bahasa menjadi kunci penentu proses perubahan. Namun demikian, hal itu terkadang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari digunakan. Oleh karena itu tidak heran apabila bahasa daerah yang kita kenal pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG Oleh : Siti Masitoh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cungkringaja83@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia dalam mempertahankan hidupnya manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Interaksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tanggal 28 Oktober 1928 segenap pemuda tanah air mendeklarasikan Sumpah Pemuda yang salah satu isinya menyatakan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang penting untuk menjalin sebuah kerjasama atau untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci