MEMBUDAYAKAN MORALITAS AGAMA DALAM BUDAYA SEKOLAH. Oleh Sari Agustiani *)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBUDAYAKAN MORALITAS AGAMA DALAM BUDAYA SEKOLAH. Oleh Sari Agustiani *)"

Transkripsi

1 MEMBUDAYAKAN MORALITAS AGAMA DALAM BUDAYA SEKOLAH Oleh Sari Agustiani *) Abstrak Tidak jarang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari penyimpangan perilaku siswa. Jenis penyimpangan yang mereka lakukan sangat beragam dan dengan kualitas yang kian meningkat. Perkelahian antar siswa secara internal dan eksternal, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, perampokan dan pembunuhan adalah kisah-kisah nyata yang sering mengisi lembaran pengalaman kita sehari-hari yang diperoleh baik secara langsung maupun melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Ini menunjukkan bahwa moral siswa sudah mengalami penurunan, yang apabila dibiarkan akan menjadi malapetaka bagi masa depan pembangunan bangsa dan negara. Walaupun secara empirik banyak lembaga pendidikan yang disebut sebagai sekolah unggulan atau berbagai sebutan lainnya dengan fasilitas yang serba lengkap dan tenaga pendidik yang hebat, namun jiga moralitas siswa tidak dikedepankan maka keunggulan itu hanyalah nama tanpa makna. Untuk meningkatkan kualitas moral siswa, maka pembudayaan moralitas harus dibudayakan di lembaga-lembaga pendidikan sejak jenjang terendah hingga tertinggi (sekolah dan perguruan tinggi). Pembinaan moral hendaknya dituangkan dan visi, misi, dan tujuan pendidikan yang sedang dikembangkan. Namun begitu, perbaikan moralitas siswa tidak lepas dari ketauladanan dari sang pendidik itu sendiri dan penataan lingkungan yang kondusif bagi pembinaan moral siswa. Kata Kunci Moral Pembudayaan Lingkungan Sekolah A. Fenomena Sekolah dianggap pilar pendidikan paling ideal diantara pilar lain yaitu keluarga dan lingkungan dalam mentransfer pengetahuan. Walaupun hakikinya ketiga sendi tersebut tidak dapat dipisahkan dalam penbentukan kepribadian anak. Kesibukan orang tua menjadi pembenaran argumen tersebut, sehingga implikasinya Banyak orang tua yang kemudian menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak dalam lingkungan sekolah. Maka bermunculan sekolahsekolah dengan konsep full day, sekolah yang menggunakan alokasi waktu yang lebih panjang dari sekolah- sekolah pada umumnya. Beragam alasan didirikannya sekolah full day, bergantung visi, misi, tujuan, nilai, inovasi serta kretifitas lembaga pendidikan tersebut. Tanpa menunggu hasil penelitian lebih akurat tentang out put produk full day, dan tidak menilai apakah full day sebagai sebuah konsep sekolah tersebut efektif dalam pembelajarannya atau tidak. Masyarakat cenderung menilai dari sisi praktis. Karena keterbatasan pengawasan orang tua, dan dalam rangka mengeliminir pengaruh negatif dari lingkungan maka sistem sekolah full day menjadi alternatif pilihan yang subur. Orang tua tidak punya alasan cemas ketika anak berada di latar sekolah. Pengawasan orang tua menjadi lebih Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY 26

2 ringan. Karena dengan waktu yang panjang, siswa disekolah berada dalam pengawasan para guru. Ironisnya begitu besarnya harapan para orang tua kepada sekolah. Terlepas dari sekolah tersebut memiliki konsep full day ataupun tidak. Banyak sekolah tidak menangkapnya sebagai suatu peluang untuk membudayakan nilai-nilai luhur yang berdasarkan moralitas agama kepada anak didik secara integreted. Realitasnya pemebelajaran nilai hanya ada dalam kelas dimana proses belajar mengajar sedang barlangsung. Fenomena yang terekam dalam media visual televisi cukup mencengangkan. Di latar sekolah subur bermunculan kelompok-kelompok (geng-geng) dari siswa yang cenderung mengadopsi nilai negatif, dan dengan bebasnya mereka mengaplikasikan nilai tersebut sebagai jati diri disekolah (misalnya, geng nero, Jawa Tengah). Prilaku-prilaku arogan senior kepada yunior ditengah berlangsungnya aktivitas sekolah (misalnya, pelatihanpelatihan), lebih ironis bila hal tersebut mendapat legitimasi pihak sekolah. Belum lagi kekerasan yang dilakukan siswa dengan siswa lainnya, kekersan guru terhadap siswanya. Fenomena tersebut diatas, Sebuah gambaran yang jauh dari nilai-nilai pendidikan. Pada tulisan ini, penulis urun rembuk menata budaya sekolah yang integreted dengan nilai yang bersumber dari moralitas agama. Sehingga seluruh aktivitas dan prilaku anak didik di latar sekolah syarat nilai. B. Hakikat budaya sekolah Sekolah merupakan organisasi yang kompleks dan unik. Sekolah sebagai organisasi akan ditandai dengan adanya ciri-ciri umum sebuah organisasi, disamping ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh organisasi pada umumnya (Wahjosumidjo : 2002). Maka budaya syarat nilai menjadi ciri khas yang diharapkan dapat menginternal pada setiap komponen yang terlibat didalamnya. Duncan (dalam Nirman: 1999), bahwa budaya organisasi adalah cara berpikir dan melakukan sesuatu yang mentradisi, yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi, dan para anggota baru harus mempelajari atau paling sedikit menerimanya sebagaian agar mereka diterima sebagai bagian organisasi. Dengan demikian individu-individu yang ada dalam suatu organisasi tentunya tidak bisa lepas dari kebisaan-kebiasaan yang berlaku dalam wadah tersebut. Maka sejatinya budaya organisasi adalah keseluruhan nilai, norma, kepercayaan, pengertian, anggapan, harapan, pandangan yang dibuat, dikembangkan dan dihayati oleh anggota organisasi untuk digunakan sebagai petunjuk dalam bersikap dan berprilaku. Sebagai konskuensinya, bila nilai dalam organisasi tersebut menjadi kesepakatan bersama dan diaplikasikan bersama, maka nilai itu akan berkembang dengan wujud produk yang kita sebut dengan budaya. Budaya sekolah menurut Zamroni (2000), dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaankebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Hal ini mengandung arti bahwa budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan dan aktivitas yang selama ini dilakukan oleh individu-individu sekolah. Selanjutnya Poster (2000) mengungkapkan bahwa budaya sekolah berkaitan dengan keseluruhan aktivitas dari semua yang berlangsung disekolah. Maka betapa ironisnya, bila organisasi besar yang bernama sekolah tidak menumbuhkan nilai yang bersumber dari moralitas agama sebagai dasar dari Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY 27

3 seluruh aktivitas sekolah, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Otomatis sekolah gagal dalam menjalankan fungsinya, meminjam istilah Tilaar sebagai transformasi nila-nilai budaya Kita ketahui bahwa budaya merupakan hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia dan dapat berbentuk apa saja dari seluruh aktivitas sekolah. Budaya dapat dimodifikasi, mengikuti perubahan zaman, dan dapat diciptakan melalui sebuah kebijakan dimana budaya tersebut berada. Budaya organisasi tidak terwujud dengan sendirinya melainkan merupakan hasil proses intraksi antara pribadi, pemimpin, bawahan serta lingkungan yang sama-sama berniat untuk membuat, mengembangkan, menghayati serta menerapkannya. Sutarto (2002). Untuk menjaga keberlangsungan budaya organisasi, maka organisasi dalam hal ini sekolah tidak pernah berhenti melakukan proses sosialisasi. Proses tersebut diberlakukan kepada komponen organisasi tersebut. terutama pada anggota baru yang masih belum dapat menghayati dan menjadikan aturan main organisasi tersebut sebagai budaya. Maka pada intinya hakikat budaya sekolah adalah keseluruhan dari seluruh aktivitas yang berlangsung di sekolah. Arti yang lebih spesifik lagi bahwa budaya sekolah merupakan suatu kebiasaan dan aktivitas yang selama ini dilakukan oleh individu-individu dalam sekolah. Aktivitas tersebut bisa berupa pengetahuan, interaksi sosial, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai, moral, kebiasaan-kebiasaan, rutinitas-rutinitas, ritual-ritual, simbol-simbol maupun bahasa-bahasa yang berlangsung dalam perjalanan panjang sekolah. C. Komponen Budaya Sekolah. Menurut poster (2000) terdapat dua kategori dasar yang menjadi komponen dalam budaya organisasi sekolah yaitu; 1) konsep yang tidak kasat mata terdiri dari nilai, filsafat dan idiologi, 2) konsep yang dapat diperinci menjadi ungkapan verbal, visual dan tingkah laku. Suatu budaya dapat bertahan bahkan mampu berkembang secara dinamais jika masing-masing komponen dalam lingkup organisasi tersebut dapat berjalan seirama. Dalam kaitan wacana disini adalah bila komponen sekolah dapat sejalan dengan pembuat keputusan dan sepakat mengaplikasikan dalam tingkah laku. Penanaman nilai, kultur dan kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi sekolah dilakukan oleh anggota-anggota organisasi itu sendiri, dan tentunya sudah dimulai sejak dalam fase-fase awal pendidikan. Hal tersebut tentunya dapat terwujud dengan peran kepemimpinan sekolah yang memiliki kualifikasi manajemen yang baik. Jika kepala sekolah sungguh-sungguh berkepentingan terhadap pembentukan kultur sekolah yang syarat moral, maka harus terlibat dalam mengembangkan, memelihara dan membentuk kembali simbol-simbol yang mengungkapkan sekolah untuk apa dan bagaimana menyelenggarakannya. Menurut Poster ( 2000), Komponen budaya sekolah sebagi berikut : 1. Nilai 2. Filsafat 3. Idiologi 4. Konsep Verbal a. Sasaran dan tujuan b. Kurikulum c. Bahasa Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY 28

4 d. Metafora e. Cerita-cerita organisasi f. Pahlawan organisasi g. Struktur organisasi 5. Konsep Visual a. Fasilitas dan perlengkapan b. Artefak dan kenangan c. Ornamen dan motto d. Pakaian seragam 6. Tingkah laku a. Ritus dan upacara b. Belajar dan mengajar c. Prosedur operasional d. Aturan dan tata tertib, hadiah dan sanksi e. Dukungan psikologi dan sosial f. Pola interaksi komunitas dan orang tua siswa D. Moralitas Agama Membudaya di Sekolah Fungsi dari lembaga pendidikan adalah mentransformasikan nilai-nilai budaya. Proses transformasi nilai-nilai budaya mempunyai dua prinsip. Prinsip pertama, adanya pengakuan adanya kenyataan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan keragamannya, dan yang kedua adalah nlai-nilai budaya yang ada di masyarakat Indonesia dengan memilih nilai--nilai yang luhur untuk dipertahankan dan meninggalkan nilai-nilai yang tidak berfungsi lagi menghadapi perubahan. Tilaar (2000). Transformasi budaya mengasumsikan adanya fungsi-fungsi imanen dan transeden. Fungsi imanen yaitu memelihara nilai-nilai luhur didalam kebudayaan, dan fungsi transeden memilih nilai yang sesuai dengan perkembangan jaman. Menurut Schein (Arifin 2003), nilai-nilai yang terdapat dalam budaya organisasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk kekuatan organisasi dan sering dipublikasikan dalam pernyataan formal pada misi dan visi organisasi tersebut. Dengan demikian setiap komponen budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi prilaku individu dalam kelompok tersebut dan dapat dianut secara terus menerus oleh generasi berikutnya. Nilai dipelajari, dicerna melalui pengalaman, pendidikan dan observasi dan menjadi sasaran penilaian kembali secara terus menerus. Mendefenisikan nilai sebagai suatu konsep tentang apa yang diinginkan, dengan kekuatan motivasi maka nilai juga berlaku sebagai penggerak penentu tingkah laku. Nilai-nilai yang terdapat dalam sekolah sangat mempengaruhi prilaku anggotanya dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Nilai-nilai dan keyakinan sekolah merupakan dasar dari budaya sekolah. Bagaimana mengaplikasikan moralitas agama menjadi dasar nilai, filsafat, Idiologi sekolah. Moralitas agama integreted dalam proses belajar mengajar yang didalamnya ada; Sasaran, tujuan, kurikulum, bahasa, metafora, cerita-cerita organisasi sekolah, pahlawan sekolah, Struktur organisasi sekolah. Berkelanjutan kepada hal-hal fisik; Fasilitas dan perlengkapan, Artefak dan kenangan, Ornamen dan motto, Pakaian seragam. Sampai kepada tingkah laku; ritus dan upacara, belajar dan mengajar, prosedur operasional, aturan dan tata tertib, hadiah dan sanksi, dukungan psikologi serta sosial, Pola interaksi komunitas dan orang tua siswa. Maka sesungguhnya mutlak bagi penyelenggara pendidikan yang concern terhadap pembudayaan akhlak atau moralitas agama menjadi ciri khas Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY 29

5 budaya lembaga pendidikannya untuk menanyakan kembali, apakah komponen budaya sekolah mereka sudah berlandasakan nilai moralitas agama?. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Rois., Amirullah & Fauziah., Prilaku organisasi. Malang; Bayu Media Nimran, Umar Prilaku Organisasi. Surabaya ; Citra Media Poster, Cyril Gerakan Menciptakan sekolah Unggul, Jakarta: Lembaga Indonesia Adidaya Sutarto, Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University press Tilaar, H.A.R Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung : Remaja rosdakarya. Wahjosumidjo Kepemimpinan kepala sekolah, Tinjauan teoritik dan permasalahannya, Jakarta ; raja Grafindo persada. Zamroni Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing *) Penulis adalah Pegiat Diskusi Keislaman PPs Al Khoziny. Program Pascasarjana STAI AL-KHOZINY 30

BAB I PENDAHULUAN. baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia sejak lahir selalu mengalami perubahanperubahan, baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut dapat berupa perubahan negatif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 didefinisikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai administrator memegang kunci bagi perbaikan dai kemajuan sekolah. Ia harus mampu memimpin dan menjalankan peranannya agar segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan. 1 Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini merupakan permasalahan yang perlu segera diselesaikan. Berbagai tayangan televisi yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak adalah gambaran kondisi yang menetap di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan proses berfikir dan merenung. Perilaku baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi di kalangan remaja dewasa ini adalah permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, menghargai orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu bentuk dari organisasi yang merupakan wadah kerja sama dari sekumpulan orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua.

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DITENGAH PUDARNYA NILAI-NILAI MORAL DIKALANGAN ANGGOTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DITENGAH PUDARNYA NILAI-NILAI MORAL DIKALANGAN ANGGOTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DITENGAH PUDARNYA NILAI-NILAI MORAL DIKALANGAN ANGGOTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEUTUHAN NKRI Sudirman Universitas Negeri Gorontalo sudirman@ung.ac.id Abstrak Indonesia diusia

Lebih terperinci

BUDAYA ORGANISASI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH OLEH: PUTRI WARTI SARI AKMAL NIM: / 2011

BUDAYA ORGANISASI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH OLEH: PUTRI WARTI SARI AKMAL NIM: / 2011 BUDAYA ORGANISASI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH OLEH: PUTRI WARTI SARI AKMAL NIM: 1100145 / 2011 JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kompetensi dan kapabilitas kepala sekolah harus memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan moral. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka moral merupakan sesuatu

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu memproduksi film sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi adegan-adegan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan cara-caranya sendiri. 1 Pada usia ini

BAB I PENDAHULUAN. mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan cara-caranya sendiri. 1 Pada usia ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia siswa SMP adalah antara 13-16 tahun, pada fase ini seseorang mulai mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan cara-caranya sendiri. 1 Pada usia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi 147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Model integrasi MTs pendidikan Fattah Hasyim dalam sistem pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi tiga elektoral, yaitu : 1. integrasi kelembagaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu, dan setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya.tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

PENGGAMBARAN KARAKTER KERJA KERAS PADA FILM MENEBUS IMPIAN (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

PENGGAMBARAN KARAKTER KERJA KERAS PADA FILM MENEBUS IMPIAN (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) PENGGAMBARAN KARAKTER KERJA KERAS PADA FILM MENEBUS IMPIAN (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan

BAB I. Peningkatan kualitas SDM merupakan kenyataan yang harus dilakukan. tersebut. Kualitas merupakan kesesuaian produk atau jasa dengan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini adalah tentang kualitas layanan akademik pada jenjang sekolah dasar, karena pada zaman globalisasi seperti

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH (Studi Kasus Pada Guru SMP Di Lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten) NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didiknya kepada semua peserta didiknya yang memenuhi persyaratan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. peserta didiknya kepada semua peserta didiknya yang memenuhi persyaratan tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem pendidikan Nasional, peserta didiknya adalah seluruh warga negara. Artinya semua satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan menjadi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usana Offset Printing: Surabaya, 1981, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usana Offset Printing: Surabaya, 1981, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidik (guru) adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena guru itulah yang akan bertanggung-jawab dalam pembentukan pribadi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang makin maju dan sejahtera, namun yang terjadi pada bangsa Indonesia justru nilai-nilai dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Konsep Pendidikan Moral Siswa di MTs Hasbullah Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan adanya pemberdayaan masyarakat dan lingkungan sekolah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pula masuk ke negara Indonesia. Globalisasi sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum telah diakui bahwa pendidikan merupakan penggerak utama bagi pembangunan. Pendidikan (pengajaran) prosesnya diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Proses

Lebih terperinci

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk membentuk karakter manusia secara utuh. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya Pendidikan dalam membangun sumberdaya manusia yang cerdas pada suatu negara, mejadikan banyak negara di dunia yang mewajibkan rakyatnya untuk mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kehidupannya, yaitu manusia yang beriman

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa. Sekolah juga merupakan tempat untuk menentukan masa depan siswa, kerena di Sekolah

Lebih terperinci

BUDAYA KERJA UNTUK KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

BUDAYA KERJA UNTUK KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF BAHAN AJAR BUDAYA KERJA UNTUK KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DIKLATPIM TINGKAT III A. PENGANTAR Tujuan Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III adalah mengembangkankompetensi kepemimpinan taktikal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain. Manusia membutuhkan kerjasama antara

Lebih terperinci

Budaya Literasi Kunci Optimalisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkualitas pada Era MEA

Budaya Literasi Kunci Optimalisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkualitas pada Era MEA Budaya Literasi Kunci Optimalisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkualitas pada Era MEA Hendra Prasetyo dan Muhamad Habiburrahman Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Mataram himprasetya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu organisasi pendidikan yang utama dalam jenjang pendidikan. Sekolah juga merupakan tempat untuk menyiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu membimbinng dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sebagai organisasi, di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG SKRIPSI Ditujukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA OLEH: SANG AYU ASRI LAKSMI DEWI BAB I PENDAHULUAN

PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA OLEH: SANG AYU ASRI LAKSMI DEWI BAB I PENDAHULUAN PERAN PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA OLEH: SANG AYU ASRI LAKSMI DEWI 15.1.2.5.2.0805 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Degradasi moral yang terjadi dewasa ini membawa dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang. Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin kuat sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 16 SIGI. Linda Agustina 1 Jamaludin 2 Hasdin 3 ABSTRAK

KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 16 SIGI. Linda Agustina 1 Jamaludin 2 Hasdin 3 ABSTRAK 1 KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 16 SIGI Linda Agustina 1 Jamaludin 2 Hasdin 3 ABSTRAK Tujuan penelitian mengetahui kemampuan guru PKn dalam membina karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

Metode Pendidikan Nilai dan Moralitas. menurut Howard Kirschenbaum

Metode Pendidikan Nilai dan Moralitas. menurut Howard Kirschenbaum Metode Pendidikan Nilai dan Moralitas menurut Howard Kirschenbaum Ada 4 metode pendidikan nilai dan moralitas, yaitu: 1. Metode penanaman nilai-nilai dan moralitas. Beragam strategi digunakan sekolah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BUDAYA (Moeljono, 2003:16) BUDAYA ORGANISASI BUDAYA (Moeljono, 2003:16) Sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas Latar Belakang 1. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan, bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci