BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Berat Lahir Menurut Saifuddin yang dikutip oleh Kurniasih (2015), berat lahir atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Berat Lahir Menurut Saifuddin yang dikutip oleh Kurniasih (2015), berat lahir atau"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berat Lahir Menurut Saifuddin yang dikutip oleh Kurniasih (2015), berat lahir atau berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Berat bayi lahir berdasarkan berat badan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Bayi Berat Lahir Normal (BBLN). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi, bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai 42 minggu dan berat badan lahir > gram (Jitowiyono dan Weni, 2010). Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Kesehatan bayi sangat dipengaruhi oleh status kesehatan ibu. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dipengaruhi oleh keadaan asupan zat gizi selama kehamilan. Hal ini penting untuk tumbuh kembang janin. Kekurangan gizi dan kelebihan gizi saat kehamilan akan mengganggu tumbuh kembang janin. Berdasarkan pendapat Mulyawan (2009) yang mengutip hasil penelitian Rosemary, dapat disimpulkan bahwa status gizi ibu hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Bayi Berat Lahir Normal (BBLN). Defisiensi zat gizi selama kehamilan, khususnya zat gizi makro maka akan berpengaruh pada perkembangan otak bayi seperti yang dinyatakan oleh Georgieff (2006) defisiensi zat gizi makro berpengaruh terhadap neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi dari perkembangan otak. 11

2 12 Menurut Sutiari dan Wulandari (2012) yang mengutip pendapat Singh, terdapat lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang integritasnya tergantung pada asupan zat gizi yang cukup. Bayi BBLR telah mengalami kekurangan gizi termasuk kekurangan energi dan protein (zat gizi makro). Defisiensi zat gizi makro dapat mengakibatkan hipomielinisasi dan lebih jauh lagi mengurangi hantaran zat gizi dan migrasi neuron yang abnormal selama periode awal perkembangan otak. Pengaruh neuroanatomi berupa berkurangnya jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis. Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Pengaruh neurokimia berupa perubahan sintesis neurotransmiter dan jumlah reseptornya dan pengaruh neurofisiologi berupa kemampuan neuron untuk bekerja menghantarkan impuls saraf. Energi dan protein mendukung perkembangan otak yang cepat. Otak membutuhkan protein untuk sintesis Deoxyribonucleic acid (DNA) dan Ribonucleic acid (RNA), produksi neurotransmiter, sintesis faktor pertumbuhan serta untuk perpanjangan neurit sehingga fungsi otak efisien dalam jaringan sinapsis. Defisiensi protein menyebabkan kehilangan struktur dendrit dan gangguan pada dendrit tulang belakang. Efek terberat pada bagian kortek dan hipokampus yang berfungsi sebagai pusat memori (Sasaki, 2011). Berdasarkan pendapat Maryani (2014) yang mengutip hasil penelitian Ludington dan Golant, mengemukakan bahwa selama kehamilan nutrisi ibu akan mempengaruhi perkembangan otak janinnya. Gizi ibu yang buruk akan merusak otak bayi. Penelitian menunjukkan jika gizi ibu buruk maka otak bayi akan

3 13 kekurangan DNA, kecenderungan genetiknya, ukuran dan berat normal kurang, mielinasi berkurang, dan dendrite membentuk percabangan yang lebih sedikit dari normal. Dari berbagai penelitian di atas diketahui bahwa masa gestasi (kehamilan) adalah masa kritis menentukan tumbuh kembang otak, sehingga berbagai zat gizi harus tersedia selama kehamilan. Hal ini terlihat pada pada gambar dibawah ini yaitu proses perkembangan otak selama di dalam kandungan hingga kelahiran. Gambar 2.1 Perkembangan Otak Manusia (Santrock, 2002) Menurut Santrock yang dikutip oleh Ernawati dkk (2014) gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah selsel otak dari jumlah yang normal. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Bayi berat lahir rendah biasanya memiliki fungsi sistem organ yang belum matur, sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Beberapa penelitian mengungkapkan anak yang lahir dengan

4 14 berat badan di bawah normal mempunyai pola pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang lahir dengan berat badan normal (Proverawati dan Ismawati, 2010). Faktor gizi adalah faktor esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan otak yang selanjutnya mempengaruhi kualitas dan tingkat kecerdasan. Kurang gizi pada ibu hamil dan bayi mempengaruhi perkembangan otak bayi tersebut. Studi mencatat bahwa BBLR menurunkan skor IQ sampai 5 poin (Syafiq, 2007). Menurut Oktarina (2012), kejadian retardasi perkembangan otak dan mental pada bayi dengan berat lahir yang rendah berkisar antara 10-20%, termasuk cerebral palsi 3-5%, cacat pendengaran dan penglihatan yang sedang sampai berat 1-4%, dan kesukaran belajar 20%, IQ global rata-rata dan 76% di antaranya dapat mengikuti sekolah normal. 2.2 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi. Nutrition status adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001). Sedangkan menurut Almatsier (2010) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Menurut Sasaki (2011) yang mengutip pendapat Soekirman, status gizi juga diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang

5 15 yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan suatu ukuran keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi yang diindikasikan oleh variabel tertentu. Menurut Supariasa (2002), gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-beda berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masing-masing. Kebutuhan gizi pada anak-anak dengan orang dewasa pasti berbeda. Pada usia anak-anak kebutuhan gizi lebih banyak dibandingkan pada orang dewasa, khususnya pada anak usia sekolah, di karenakan pada usia ini tubuh dan otak banyak membutuhkan asupan zat gizi untuk masa pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan intelektual. Kebutuhan gizi pada anak usia sekolah jika terpenuhi akan meningkatkan status gizi anak dan mendukung anak pada proses belajar. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu, program perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi perbaikan status gizi masyarakat, khususnya anak usia sekolah. Menurut Puspita (2012) yang mengutip pendapat Suhardjo, anak sekolah termasuk kelompok rentan gizi. Untuk itu usahausaha peningkatan gizi terutama harus ditujukan pada anak-anak. Menurut Devi (2012) anak sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak

6 16 dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu Menurut Ardi (2016) yang mengutip pendapat Choi, bahwa anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi masyarakat. Anak sekolah merupakan generasi penerus tumpuan bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya, anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan secara fisik, mental dan intelektual yang sangat diperlukan guna menunjang kehidupannya di masa mendatang, guna mendukung keadaan tersebut anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar, sehingga memerlukan status gizi yang baik. Status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Penilaian status gizi dalam penelitian ini menggunakan cara antropometri. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: Umur (U), Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan lemak di bawah kulit. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur, BB, TB dan IMT. Umur

7 17 merupakan faktor penting dalam penentuan status gizi, karena kesalahan penentuan umur akan mengakibatkan kesalahan interprestasi status gizi. Hasil pengukuran BB dan TB yang akurat akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai penentuan umur yang tepat (Supariasa. et al, 2002). Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). BB/U bermanfaat untuk menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini, TB/U memberikan gambaran status gizi masa lalu, BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Pengukuran antropometri terbaik adalah metode Indeks Massa Tubuh (IMT) yang menggunakan indikator BB/TB 2. Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. Pengukuran secara IMT mengelompokkan status gizi dalam 5 kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas (Supariasa et al, 2002). Penilaian status gizi anak usia sekolah, indikator yang tepat adalah Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) anak umur 5-18 tahun. Dalam penelitian ini parameter status gizi yang digunakan adalah IMT/U. Penilaian status gizi berdasarkan indeks IMT/U dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks IMT/U Indeks Kategori status gizi Ambang Batas (Z-score) Indeks Massa Tubuh Sangat kurus <-3 SD Menurut Umur Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD (IMT/U) Anak Umur Normal -2 SD sampai dengan 1 SD 5-18 Tahun Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD Obesitas >2 SD Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010

8 18 Menurut Ardi (2016) yang mengutip pendapat Boeree, kesehatan dan pertumbuhan anak merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian terusmenerus oleh berbagai pihak, seperti pemerintah maupun keluarga. Anak-anak merupakan penerus bangsa, di tangan merekalah kelak nasib bangsa ini akan ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki anak-anak yang sehat jasmani dan rohani, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas dan produktif. Turunnya kualitas suatu generasi dapat dicegah dengan cara menyelamatkan mereka dari gangguan kesehatan fisik, mental maupun intelektual. Memang harus diakui bahwa kekhawatiran pada orang tua terhadap kecerdasan putra-putrinya mereka sangat besar. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan seseorang, antara lain faktor gizi. Anak usia sekolah cenderung rentan gizi yaitu keadaan kurus kering dan kecil pendek (stunting). Keadaan tersebut jika ditemukan pada usia anak sekolah, hal ini akan menjadi indikator adanya kurang gizi kronis. Keadaan ini akan menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan, yang akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak di sekolah. Berdasarkan pendapat Ardi (2016) yang mengutip pendapat Wibowo et al, bahwa status gizi anak mempunyai dampak positif terhadap inteligensinya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Syafiq (2007), Studi mencatat bahwa stunting menurunkan skor IQ 5-10 poin. Penelitian yang mendukung yaitu Sari (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kecerdasan yaitu dibandingkan anak dengan status gizi normal, anak dengan status gizi rendah mempunyai skor IQ 13

9 19 poin lebih rendah secara signifikan, sedangkan anak dengan gizi baik mempunyai skor IQ 10 poin lebih tinggi namun tidak signifikan secara statistik. Kecerdasan tidak hanya berpengaruh pada anak dengan status gizi kurang, tetapi juga pada anak dengan status gizi lebih yaitu gemuk dan obesitas. Hal ini dapat meningkatkan deposit lemak yang berakibat terhambatnya aliran darah ke otak sehingga otak mengalami kekurangan oksigen. Dalam waktu lama hal ini dapat menimbulkan gangguan belajar dan berdampak pada prestasi belajar (Puspita, 2012). Menurut Puspita (2012) yang mengutip hasil penelitian Gable, menunjukkan anak sekolah dasar yang mengalami berat badan berlebih cenderung memiliki nilai yang kurang pada beberapa mata pelajaran dibandingkan dengan anak yang memiliki berat badan normal. Hal ini merupakan bukti nyata adanya pengaruh berat badan berlebih terhadap prestasi belajar. Belajar berkaitan erat dengan kecerdasan. Menurut Budiyati (2011) yang mengutip pendapat Rudolph, gemuk dan obesitas berpotensi mengalami berbagai gangguan sistem tubuh, baik kardiovaskuler, pernafasan, endokrin, neurologi, integumen, sistem imunitas, serta gangguan psikologis dan gangguan perkembangan. Penelitian Sartika (2011), menyebutkan gemuk dan obesitas pada anak usia 6-7 tahun dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan. Kemudian penelitian lain yaitu Ahsan yang dikutip oleh Puspita (2012), dari 40 anak yang obesitas didapatkan 29 anak (72,5%) dengan tingkat perkembangan normal, 6 anak (15%) dengan tingkat

10 20 perkembangan meragukan dan 5 anak (12,5%) dengan tingkat perkembangan abnormal. Menurut Budiyati (2011) yang mengutip pendapat Gable, bahwa pengaruh berat badan berlebih lainnya dalam kecerdasan yaitu kelebihan berat badan pada anak ternyata berpengaruh buruk pada kemampuan matematika bahwaa rasa gelisah dan terasingkan menjadi pemicu. Peneliti dari Department of Nutrition and Exercise Physiology di Missouri, mengetahui hal ini setelah mempelajari rekam jejak siswa sejak taman kanak-kanak. Dari waktu ke waktu, orangtua diminta mengisi kuisioner tentang anak-anak berikut tes akademiknya. Hasil penelitian menunjukkan anak-anak yang mengalami obesitas sejak taman kanakkanak lemah dalam ujian matematika. Anak laki-laki yang baru mengalami kegemukan saat kelas tiga atau empat menunjukkan kelemahan berhitung yang kronis. Kegemukan yang terjadi belakangan pada anak perempuan menyebabkan kelemahan matematika sementara. Temuan ini menunjukkan hubungan kompleks antara berat badan dan kecerdasan anak. Kegemukan di usia dini diketahui meningkatkan risiko penyakit seperti intoleransi glukosa, hipertensi, dan kolesterol tinggi. Sebagian peneliti menduga risiko ini juga mengancam kemampuan kognitif anak. Dalam sebuah penelitian disebutkan anak dengan body mass index tinggi, berarti semakin gemuk berpengaruh negatif pada prestasi akademik (Sartika, 2011). Menurut Ali dan Neny (2003), kecerdasan merupakan satu dari empat faktor internal prestasi belajar seseorang. Kecerdasan memiliki peran yang cukup penting dalam proses belajar dan menentukan keberhasilan proses belajar itu

11 21 sendiri. Anak yang memiliki kecerdasan normal atau di atas normal akan dengan mudah memahami materi pelajaran di sekolah, maka anak tersebut sangat berpotensi mendapatkan prestasi belajar yang bagus. 2.3 Intelligence Quotient (IQ) Menurut Nur eini (2012) yang mengutip pendapat David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa integensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Menurut Azwar (2011) yang mengutip pendapat Alfret Binet (tokoh perintis pengukuran inteligensi), bahwa inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan, dan (3) kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto critism. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional dan kemampuan untuk menggunakan daya pikir tersebut dalam memahami situasi yang baru. Menurut Witherington yang dikutip oleh Izzaty (2008), terdapat tiga macam kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Social Quotient). IQ memungkinkan manusia

12 22 berpikir secara rasional dan logis, EQ memungkinkan manusia untuk menggunakan perasaan yang terwujud dalam tingkah laku dan emosi, dan SQ memungkinkan manusia untuk berpikir bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dicapai dengan logika dan perasaan. Dari ketiga macam kecerdasan di atas, kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan manusia yang paling utama. Kecerdasan ini dikemukakan oleh William Stern pada tahun 1912 berkreasi serta berinovasi (Suhendro, 2012). Intelligence Quotient atau IQ adalah skor yang diperoleh dari tes intelegensi, dengan mengukur proses berpikir konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan (Nur eini, 2012). Menurut Ardi (2016) yang mengutip hasil penelitian Terman dapat disimpulkan bahwa skor tes IQ rata-rata adalah Meskipun demikian, tidak semua tes inteligensi akan menghasilkan angka IQ karena IQ memang bukan satusatunya cara untuk menyatakan tingkat kecerdasan seseorang. Beberapa tes inteligensi bahkan tidak menghasilkan IQ, akan tetapi memberikan klasifikasi tingkat inteligensi seperti pola berpikir divergen atau konvergen. IQ ditujukan untuk mengukur dan mengetahui fungsi otak kiri yang mengatur kemampuan kognisi, seperti kemampuan berbahasa, analisa, akademis, logika dan intelektual. IQ mengukur bagaimana kinerja seseorang dalam sebuah tes inteligensi dibandingkan keseluruhan populasi (Angga, 2012).

13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IQ Anak Menurut Nova (2011) yang mengutip pendapat Loekito, bahwa individu tidak dilahirkan dengan IQ yang tidak dapat berubah, tetapi IQ menjadi stabil secara bertahap selama masa kanak-kanak dan hanya berubah sedikit setelah itu. Tinggi rendahnya IQ seorang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Boeree yang dikutip oleh Ardi (2016), inteligensi anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar, IQ dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar untuk dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Secara biologis, individu berkembang dari dua sel benih yaitu sel telur (ovum) yang ada pada ibu dan sel sperma yang berasal dari ayah yang akan membuahi sel telur. Sperma dan sel telur masing-masing berisi 23 kromosom, yaitu struktur yang berisi faktor-faktor herediter. Di dalam setiap kromosom terdapat struktur yang lebih kecil yang disebut sebagai gen. Gen inilah yang sesungguhnya menjadi penentu sifat-sifat unik yang akan diturunkan seperti warna mata, warna rambut dan kulit (Azwar, 2008). Menurut Komorita dkk, yang dikutip oleh Azwar (2008), bahwa hereditas menetapkan batas perkembangan yang dapat dilakukan oleh lingkungan. Bagaimanapun juga besarnya stimulus lingkungan yang diterima oleh organisme

14 24 yang bersangkutan tidak dapat melampaui batas yang telah ditetapkan oleh faktor keturunan. Berdasarkan pendapat Santrock (2008) yang mengutip berbagai macam penelitian di Amerika Serikat yang dikemukakan oleh Neisser et al, menemukan pewarisan IQ antara 0,4 sampai 0,8, serta menjelaskan bahwa kurang dari sampai lebih dari setengah variasi pada IQ di antara anak-anak yang diteliti disebabkan adanya variasi pada gen-gen mereka. Penelitian lain juga menunjukkan bukti adanya pewarisan inteligensi berasal dari penelitian yang menghubungkan IQ orang dari berbagai tingkatan genetik. Menurut Azwar (2008) yang mengutip hasil penelitian Eysenck, melaporkan hasil studi awal yang dilakukan di Inggris oleh Herman dan Hogben, yang melakukan penelitian anak kembar berjenis kelamin berbeda dan saudara sekandung biasa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata IQ sebesar 9,2 point, dari analisa lanjutan mengatakan bahwa 80% variasi total IQ disebabkan oleh faktor genetik. Menurut Sari (2010) yang mengutip pendapat Boeree, bahwa kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Oleh karena itu, tidak heran jika ayah-ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula. Akan tetapi faktor genetik bukanlah penentu utama kecerdasan seperti yang dinyatakan oleh Santrock (2011), meskipun dukungan genetika mempengaruhi tingkat inteligensi seseorang, namun pengaruh lingkungan juga berperan penting dalam mengubah skor IQ secara signifikan.

15 25 2) Faktor Gizi Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik maka diperlukan zat makanan yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak. Menurut Sasaki (2011) gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia, di antaranya kualitas kecerdasan anak. Kecerdasan berkaitan erat dengan kualitas otak. Untuk mendapatkan kualitas otak yang maksimal dibutuhkan keadaan gizi yang baik. Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Menurut Nova (2011) yang mengutip hasil penelitian Walter, bahwa terhadap 825 anak dengan malnutrisi berat ternyata mempunyai kemampuan intelektual lebih rendah dibandingkan anak yang mempunyai gizi baik. Menurut Sari (2010) yang mengutip pendapat Sigh, kualitas perkembangan otak manusia tergantung pada interaksi antara potensi genetik dan faktor-faktor lingkungan seperti asupan gizi, stimulasi dan sikap orang tua. Sel-sel otak lebih sensitif terhadap zat gizi dari pada sel-sel tubuh yang lain. Otak adalah organ fisik yang sangat berharga, pusat segala eksistensi kita seperti inteligensi,

16 26 kepribadian, emosi, akal, spiritual dan jiwa. Kita dapat mengoptimalkan fungsi saraf dalam otak melalui kecukupan zat gizi dan aktivitas mental dan fisik. Menurut Georgieff yang dikutip oleh Ardi (2016) bahwa defisiensi berbagai zat gizi terutama zat gizi makro akan mempengaruhi neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi perkembangan otak. Pengaruh neuroanatomi berupa berkurangnya jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis. Pengaruh neurokimia berupa perubahan sintesis neurotransmiter dan jumlah reseptornya. Pengaruh neurofisiologi berupa kemampuan neuron untuk bekerja menghantarkan impuls saraf. Menurut Georgieff yang dikutip oleh Ardi (2016), protein dan energi mendukung perkembangan otak yang cepat. Otak membutuhkan protein untuk sintesis Deoxyribonucleic acid (DNA) dan Ribonucleic acid (RNA), produksi neurotransmiter, sintesis faktor pertumbuhan serta untuk perpanjangan neurit sehingga fungsi otak efisien dalam jaringan sinapsis. Defisiensi protein menyebabkan kehilangan struktur dendrit dan gangguan pada dendrit tulang belakang. Efek terberat pada bagian kortek dan hipokampus yang berfungsi sebagai pusat memori. Hal ini juga searah dengan pendapat Eillen dan Marotz (2010), bahwa kebutuhan gizi dibagi atas dua bagian, yaitu gizi makro dan gizi mikro. Zat gizi makro seperti energi, protein dan lemak, serta kebutuhan zat gizi mikro yakni vitamin dan mineral. Zat gizi makro berfungsi pada proses metabolisme otak dan peningkatan efisiensi proses rangsangan otak, sehingga kekurangan gizi makro menyebabkan terganggunya asupan makanan ke otak dan terganggunya proses metabolisme otak.

17 27 Sejumlah penelitian pada tikus memperlihatkan bahwa keadaan malnutrisi prenatal dan pascanatal dini menimbulkan banyak perubahan dalam struktur otak tikus tersebut, kendati perubahan itu akan membaik pada saat tikus itu diberi makan kembali. Namun demikian, beberapa perubahan dianggap permanen, seperti jumlah mielin dan dendrit kortikal dalam medulla spinalis serta peningkatan jumlah mitokondria dalam sel-sel neuron syaraf (Baker-Henningham & Grantham-McGregor, 2009) Pembentukan neuron sangat penting dalam perkembangan otak. Maka perlu untuk menjaga agar pertumbuhan tersebut tidak terganggu seperti yang dinyatakan oleh Georgieff (2006) bahwa otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utamanya. Asam glutamik atau glutamat adalah metabolit yang umum dari metabolism glukosa. Glutamat terlibat dalam beberapa proses metabolik dalam otak. Ia berperan sebagai precursor bagi neurotransmitter inhibitorik, ɤ-amino butyric acid (GABA). Peningkatan kadar glutamate berhubungan dengan peningkatan aktivitas otak. Lebih lanjut, eksitotoksisitas yang dipicu oleh glutamat merupakan mekanisme utama yang dapat menyebabkan kehilangan neuron. 3) Faktor Lingkungan Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi si anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan serta rangsangan (stimulasi). Kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Stimulasi memegang peranan

18 28 sangat penting dalam memaksimalkan kecerdasan anak. Stimulasi diperlukan agar hubungan antar sel syaraf otak (sinaps) dapat berkembang. Penting untuk diingat bahwa sinaps akan menghilang secara spontan bila tidak digunakan (Safwan, 2008). Interaksi yang harmonis antara anak dengan anggota keluarga akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka pada orang tuanya sehingga setiap permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak. Kualitas interaksi yang baik akan menimbulkan pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi rasa saling menyayangi (Soetjiningsih, 2012). Menurut Watanabe et al, yang dikutip oleh Ardi (2016), di Vietnam menunjukkan bahwa peranan stimulus dan intervensi gizi secara bersama-sama sangat penting dalam meningkatkan skor tes kognitif anak-anak yang menderita gizi kurang. Anak-anak gizi kurang yang diberikan intervensi gizi dan stimulus memiliki tes skor kognitif yang lebih tinggi daripada anak yang hanya diberikan intervensi gizi saja. Sedangkan menurut Purwandari, dkk (2008), yang melakukan penelitian tentang intelegensi pada anak yang disapih sebelum dua tahun dan sesudah dua tahun menunjukkan bahwa rangsangan intelektual menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap intelegensia anak. Anak-anak yang mendapatkan rangsangan intelektual baik memiliki proporsi intelektual yang lebih baik daripada anak-anak dengan rangsangan intelektual jelek.

19 29 Berkaitan dengan faktor lingkungan lain yang juga mempunyai efek positif terhadap kecerdasan anak, yaitu riwayat social-budaya, bahwa menurut Mc Wayne (2004), anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang rendah mempunyai risiko tertundanya perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tumbuh dengan penghasilan orangtua yang tinggi. Sebagian besar peneliti setuju bahwa faktor genetik bukanlah penentu utama kecerdasan, begitu juga dengan faktor lainnya. Meskipun dukungan genetik mempengaruhi intelektual seseorang, namun pengaruh lingkungan dan kesempatan yang tersedia bagi anak juga dapat mengubah skor IQ mereka secara signifikan. Menurut Neisser yang dikutip oleh Ardi (2016), bahwa anak-anak yang diberi suplemen gizi protein selama beberapa tahun, meskipun tingkat sosial ekonomi orangtuanya rendah, menunjukkan peningkatan kinerja dalam tes kecerdasan, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak diberikan suplemen gizi protein Tes IQ Menurut Angga (2012) test inteligensi atau tes IQ adalah suatu jenis tes psikologis yang khusus dipergunakan untuk mengukur taraf inteligensi atau tingkat kecerdasan seseorang. Tes inteligensi dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Menurut Nur eini (2012) terdapat beberapa macam jenis tes IQ yang sering digunakan untuk usia anak-anak, antara lain:

20 30 1) Stanford Binet Intelligence Scale. Tes ini dikelompokkan menurut berbagai level usia. Dalam masingmasing tes untuk setiap level usia berisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual. Tes ini dilaksanakan pada satu individu dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu pemberi tes adalah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup dibidang psikologi (Azwar, 2008) Menurut Baron yang dikutip oleh Azwar (2008), menurut revisi terakhir, konsep inteligensi Stanford-Binet dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes. Antara lain: (1) penelaran verbal, (2) penalaran kuantitatif, (3) penalaran visual abstrak, (4) memori jangka pendek. Menurut skala Stanford-Binet, IQ diklasifikasikan sebagai berikut : a) : Sangat Superior b) : Superior c) : Bright Normal (High Average) d) : Average (Rata-Rata) e) : Low Average f) : Borderline-Defective 2) Wechlser Scale. Tes ini dikembangkan oleh David Wechler, yang mencakup Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R); Wechsler Intelligence Scale-Edisi III (WAIS-III) bagi anak-anak yang berusia 6-16 tahun; dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R), yang digunakan bagi anak-

21 31 anak yang berusia 4-6,5 tahun. Skala Wechlser dikelompokkan menjadi 12 sub skala, enam skala verbal dan enam skala non-verbal 3) Culture Fair Intelligence Test (CFIT). Menurut Cattel yang dikutip oleh Nur eini (2012), mengembangkan Culture Fair Intelligence Test, yang berusaha mengkombinasikan beberapa pertanyaan bersifat pemahaman gambar-gambar sehingga dapat mengurangi sebanyak mungkin pengaruh kecakapan verbal, iklim kebudayaan, dan tingkat pendidikan. Tes ini membuat batasan yang lebih jelas antara kemampuan dasar dengan hasil belajar khusus serta memberikan analisis dan prediksi yang lebih baik dari potensi maksimal individu. Culture Fair Intelligence Test (CFIT), disusun oleh R. B. Cattel terdiri dari 3 bentuk yaitu skala 1 untuk anak usia 4 8 tahun, skala 2 untuk anak usia 8 13 tahun atau dewasa rata-rata, skala 3 untuk murid SLTA ke atas atau dewasa superior. Menurut skala Cattel, IQ diklasifikasikan sebagai berikut : a) : Very Superior b) : Superior c) : High Average d) : Average e) : Low Average f) : Bordeline g) : Mentally Defective

22 32 4) Tes Progressive Matrices Raven progressive Matrices (sering disebut sebagai Raven Matriks) atau RPM adalah tes kelompok nonverbal biasanya digunakan dalam pengaturan pendidikan. Tes ini merupakan tes yang paling popular dan paling umum, diberikan kepada kelompok anak dari 5 tahun sampai orangtua. Berdasarkan teori dari Sperman yang disebut dengan teori dua faktor yang terdiri dari dua kemampuan mental yaitu inteligensi umum General Factor = faktor g dan kemampuan spesifik Special Factor = faktor s. menurut Sperman bahwa kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan umum dan kemampuan khusus. Dari teori tersebut, J.C. Raven dari Inggris menciptakan tes PM guna mengukur inteligensi umum (Nur eini, 2012). Pada soal tes PM terdiri dari set matriks atau susunan bagian dari desain. Pada setiap persoalan terdapat suatu bagian yang dihilangkan pada ujung kanan bawah dari desain tersebut. Tugas subjek adalah memilih dari sejumlah alternative jawaban yang tersedia yang cocok untuk mengisi bagian yang hilang. Soal yang mudah hanya menuntut ketepatan dalam diskriminasi. Sedangkan soal yang lebih sulit melibatkan kemampuan analogi, pergantian pola serta hubungan logis (Nur eini, 2012). Berdasarkan perkembangan tes PM, tes ini memiliki tiga bentuk tes yang berbeda derajat kesulitannya sehingga dapat digunakan bagi bermacam populasi subjek. Tiga jenis tersebut adalah :

23 33 A. Coloured Progressive Matrices (CPM) Coloured Progressive Matrices merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang disusun oleh J.C.Raven, dan dapat diberikan secara individual maupun kelompok. CPM merupakan tes yang bersifat non verbal, materi soal-soal yang diberikan tidak dalam bentuk tulisan atau bacaan, melainkan dengan metode gambar-gambar yang berupa figure dan desain abstrak, sehingga dihadapkan tidak tercemari oleh faktor budaya (Azwar, 2008). Tes ini mengukur kemampuan anak usia antara 5 sampai 11 tahun. Di samping itu tes ini dapat dipakai untuk anak-anak yang tergolong devective atau pada yang lanjut usia (Nur eini, 2012). Soal yang mudah menuntut ketepatan dalam diskriminasi, sedangkan soal yang lebih sulit melibatkan kemampuan analogi pergantian pola serta hubungan logis. Tes CPM berbentuk buku soal yang terdiri dari 36 soal dalam 3 set, yaitu A, Ab, dan B. Menurut Raven yang dikutip oleh Nur eini (2012), bahwa tes CPM di maksudkan untuk mengungkap aspek: (a) berpikir logis, (b) kecakapan pengamatan ruang, (c) kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisis dan kemampuan integrasi, (d) kemampuan berpikir secara analogi. B. Standart Progressive Matrices (SPM) Tes ini digunakan untuk umum, terdiri dari 60 soal dalam 5 set, yaitu A, B, C, D dan E, kemudian masing-masing set terdiri atas 12 butir soal. Butir-butir soal tersebut disusun dari yang termudah sampai yang tersulit (Nur eini, 2012).

24 34 CPM dan SPM menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang di tes, yaitu: a) Grade I : kapasitas intelektual superior b) Grade II : kapasitas intelektual di atas rata-rata c) Grade III : kapasitas intelektual rata-rata d) Grade IV : kapasitas intektual di bawah rata-rata e) Grade V : kapasitas intelektual terhambat. Dalam penelitian ini, tes IQ yang digunakan adalah tes Coloured Progressive Matrices (CPM) dan Standart Progressive Matrices (SPM). Alat tes yang digunakan disesuaikan dengan usia peserta. Pada penelitian ini, CPM digunakan untuk tes IQ anak sekolah dasar kelas 1 dan 2, sedangkan SPM untuk kelas 3 sampai 6. Keunggulan menggunakan tes ini yaitu tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam hal pengertian dan melihat hubungan bagian-bagian gambar yang disajikan serta mengembangkan pola berpikir yang sistematis dan mengungkap kemampuan intelektual (inteligensi umum) individu. Tes ini dianggap sebagai culture fair test (adil untuk semua budaya) karena mampu meminimalkan pengaruh budaya tertentu. Pengolahan dan analisis hasil pengukurannya juga relatif mudah. Tes IQ dilaksanakan oleh psikolog (Nur eini, 2012). Menurut Anastasi yang dikutip oleh Ardi (2016), bahwa beberapa penelitian telah dilakukan di luar negeri dan diperoleh koefisien realibilitas SPM dengan retest berkisar antara 0,7 dan 0,9 sedangkan korelasi dengan tes inteligensi

25 35 verbal maupun performace koefisiennya berkisar antara 0,4 dan 0,75. Validitas yang cukup tinggi dari korelasi tes SPM dengan tes yang dibuat Terman dan Merril serta SPM dengan WISC. Penelitian lain yang menggunakan alat tes IQ yang sama yaitu Nova (2011) menggunakan alat tes CPM dan SPM pada penelitiannya untuk melihat perbedaan tingkat kecerdasan intelektual pada anak usia sekolah dasar dengan riwayat BBLR dan BBLC. Coloured Progressive Matrices (CPM) dan Standart Progressive Matrices (SPM) akan menghasilkan tingkatan intelektualitas sehingga untuk mendapatkan skor IQ individual dan taraf IQ, dibutuhkan bantuan lembaga konsultan psikolog dalam mengkonversikan skor mentah dalam persentil, kemudian ke dalam IQ yang menggunakan tabel equivalensi. Setelah IQ masing-masing siswa diperoleh, maka IQ harus dicocokkan dengan klasifikasi tertentu untuk mengetahui taraf IQ siswa. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan bantuan dari Biro Konsultasi Psikologi yaitu Elviati Achmad Psi. 2.4 Keterkaitan Berat Lahir dengan Tingkat Kecerdasan (Intelligence Quotient - IQ) Anak Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia, di antaranya kualitas kecerdasan anak. Kecerdasan berkaitan dengan kualitas otak. Untuk mendapatkan kualitas otak yang maksimal dibutuhkan keadaan gizi yang baik. Gizi yang cukup dan memenuhi kebutuhan merupakan determinan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan otak dari sejak dalam kandungan sampai fase tersebut selesai. Salah satu perkembangan otak dimulai dari masa perinatal (kehamilan). Salah satu perinatal yang menjadi resiko terjadinya gangguan

26 36 perkembangan adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Sutiari dan Wulandari, 2012). World health Organization (WHO) sejak tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan gram disebut low birth weight infant. Salah satu penyebab terjadinya BBLR adalah kekurangan gizi pada saat kehamilan (Asiyah, 2014). Kehamilan menyebabakan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besar organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu (Prawirohardjo, 2005). Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna salah satunya pada pertumbuhan dan perkembangan otak. Gizi ibu yang buruk akan merusak otak bayi. Menurut Puspita (2012) yang mengutip hasil penelitian Ludington dan golant, dapat disimpulkan bahwa jika gizi ibu buruk maka otak bayi akan kekurangan DNA, kecenderungan genetiknya, ukuran dan berat normal kurang, mielinasi berkurang dan dendrit membentuk percabangan yang sedikit dari normal. Menurut Santrock yang dikutip oleh Ernawati dkk (2014) bahwa gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, di mana sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-

27 37 sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut sinapsis. Neuron bekerja berdasarkan impuls/sinyal yang diberikan pada neuron. Neuron meneruskannya pada neuron lain. Diperkirakan manusia memiliki neuron dan 6 x sinapsis. Dengan jumlah yang begitu banyak, otak mampu mengenali pola, melakukan perhitungan dan mengontrol organ-organ tubuh dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan komputer digital (Rochman, 2009). Pada waktu lahir, otak mempunyai struktur yang menakjubkan karena kemampuannya membentuk sendiri aturan-aturan/pola berdasarkan pengalaman yang diterima. Jumlah dan kemampuan neuron berkembang seiring dengan pertumbuhan fisik manusia, terutama pada umur 0-2 tahun. Pada 2 tahun pertama umur manusia, terbentuk 1 juta sinapsis per detiknya, sebagaimana pada gambar dibawah ini: (Santrock, 2002). Gambar 2.2 Pertumbuhan Sinapsis (Santrock, 2002) Pada bayi berat lahir rendah, biasanya memiliki fungsi sistem organ yang belum matur seperti pada pembentukan sel-sel otak yang disebut dengan neuron. Saat bayi lahir telah terbentuk hampir seluruh neuron penyusun otak. Lebih dari

28 milyar neuron telah dimiliki oleh seorang bayi ketika lahir ke dunia. Setiap neuron akan dihubungkan satu dengan yang lainnya yang disebut dengan sinapsis (Santrock, 2002). Setelah bayi lahir pembentukan sinapsis meningkat secara dramatis. Akan tetapi, jika bayi dengan BBLR pembentukan sinapsis akan mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini disebabkan bayi sudah mengalami defisiensi zat gizi makro di dalam kandungan untuk proses perkembangan otak. Salah satunya adalah protein. Protein merupakan salah satu sumber zat gizi makro yang berkontribusi besar pada fungsi otak. Defisiensi zat gizi makro berpengaruh terhadap perkembangan otak yaitu mengakibatkan hipomielinisasi dan lebih jauh lagi mengurangi hantaran zat gizi dan migrasi neuron yang abnormal selama periode awal perkembangan otak. Pembentukkan myelin yang terganggu akan mengakibatkan sedikitnya bagian saraf yang tumbuh dan berdampak pada kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi (Georgieff, 2006). Menurut Ernawati dkk (2014) yang mengutip hasil penelitian Luize, dapat disimpulkan bahwa bayi yang mengalami kekurangan energi dan protein berat memiliki bobot otak 15-20% lebih ringan dibandingkan bayi normal. Defisiensi bisa mencapai 40% bila berlangsung sejak janin. Bobot otak yang ringan berarti otak memiliki jumlah neuron yang sedikit dan ukuran neuron yang kecil sebagai elemen penting pada penyusun sistem saraf pusat dan dapat mengganggu pembentukan sinapsis. Tidak ada yang lebih utama untuk meraih kesuksesan hidup dari pada fungsi otak yang optimal. Kita dapat mengoptimalkan fungsi saraf dalam otak melalui

29 39 kecukupan zat gizi dan melalui aktivitas mental dan fisik. Proses pertumbuhan otak akan melambat setelah melewati periode emas yaitu umur 0-2 tahun, akan tetapi setelah masa tersebut tidak kalah pentingnya. Dengan asupan gizi dan energi yang seimbang, otak akan menerima rangsangan yang baik untuk terus bekerja secara optimal (Soetjiningsih, 2012). Kekurangan gizi pada kehamilan dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (Depkes RI, 2010). Menurut Proverawati dan Ismawati (2010), bahwa bayi yang lahir dengan berat badan dibawah normal mempunyai pola pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang lahir berat badan normal. Menurut Nova (2011) kondisi BBLR akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan anak selanjutnya. Selain kekurangan gizi, bayi yang baru lahir tersebut juga akan mengalami kemunduran perkembangan otak. Hal ini akan berakibat terjadinya penurunan kemampuan belajar dan kemampuan akademik pada usia yang lebih lanjut. Sebuah studi mencatat bahwa BBLR menurunkan skor IQ sampai 5 poin (Syafiq, 2007). Menurut Oktarina (2012), berdasarkan penelitian di Amerika dan Inggris, berat badan mempengaruhi IQ atau intelegensi (British med journal). Hal ini berlaku untuk bayi dengan BBLR maupun normal, peningkatan berat badan berbanding lurus dengan peningkatan IQ. Penelitian yang mendukung hal tersebut yaitu Matte, New York Academy of Med bahwa hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan lebih jelas pada anak laki-laki kenaikan 1 kg berat badan

30 40 meningkatkan skor IQ sampai 4,6 sedangkan pada anak perempuan, peningkatan kenaikan 1 kg berat badan meningkatkan skor IQ sampai 2,8. Kemudian, menurut Hanid yang dikutip oleh Agustini (2013), bahwa penelitian yang dilakukan di Malaysia menunjukkan hubungan yang signifikan antara berat badan lahir dengan kemampuan kognitif anak. Menurut Kurniasih (2015), kekurangan gizi pada anak terutama pada usia 6-7 tahun bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas. Kejadian BBLR di Indonesia masih perlu dicermati bersama. Karena bayi berat lahir rendah dan berat lahir lebih dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya. 2.5 Keterkaitan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan (Intelligence Quotient-IQ) Anak Pertumbuhan anak umur antara satu tahun sampai pra-remaja sering disebut sebagai masa laten atau tenang. Walaupun pada masa ini pertumbuhan fisiknya lambat, tetapi merupakan masa untuk perkembangan sosial, kognitif, dan emosional. Anak usia sekolah mempunyai aktivitas yang lebih banyak sehingga membutuhkan energi dan asupan zat gizi yang lebih banyak pula. Di samping itu, sistem penyimpanan glikogen di otot pada anak sangat sedikit, mengakibatkan terbatasnya persediaan asam amino untuk glikoneogenesis. Hal ini dapat berdampak pada keadaan anak yang menjadi tidak bersemangat, lemah, dan lesu (Soetjiningsih, 2012).

31 41 Anak membutuhkan nutrisi lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan darah. Ditambah lagi dengan berbagai masalah yang menyertai pertumbuhannya, seperti anak mulai memilih-milih makanan sesuai keinginannya, atau pengaruh teman dan iklan di media massa. Anak memiliki risiko malnutrisi apabila kebutuhan nutrisi yang menunjang proses tumbuh kembangnya tidak tercukupi dengan baik (Devi, 2012). Menurut Indrawati dkk (2013) yang mengutip pendapat Behrman dkk, bahwa pertumbuhan dan perkembangan seseorang selalu dikaitkan dengan kondisi status gizi setiap individu. Semakin baik status gizi anak, maka akan lebih baik pula proses tumbuh kembang anak tersebut. Kandungan gizi yang didapatkan dari konsumsi makanan sehari-hari, tentu sangat berpengaruh terhadap hasil dari makanan tersebut. Apalagi jika didukung dengan status ekonomi keluarga yang baik, maka akan memiliki peluang yang lebih baik pula untuk mendapatkan makanan cukup gizi, sehingga kecukupan gizi anak dapat terpenuhi. Namun demikian, pada dasarnya kebutuhan nutrisi individu bervariasi sesuai dengan perbedaan genetik dan metabolik. Kondisi nutrisi yang baik akan membantu mencegah penyakit kronis dan sangat berperan dalam pengembangan fisik dan mental anak. Menurut Devi (2012), pemenuhan gizi yang baik pada masa usia sekolah dasar sangat berperan dalam pencapaian pertumbuhan badan yang optimal, termasuk di dalamnya pertumbuhan otak anak. Pada usia sekolah, beban anak untuk pemenuhan gizinya dua kali lipat dibandingkan pada usia dewasa, karena pada usia sekolah adanya peningkatan aktivitas anak. Asupan zat gizi di dapatkan

32 42 dengan mengkonsumsi makanan yang memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak. Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia (neurotransmitter) dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Pamularsih, 2009). Menurut Pamularsih yang dikutip oleh Indrawati dkk (2013), kualitas perkembangan otak manusia tergantung pada interaksi antara potensi genetik dan faktor-faktor lingkungan seperti asupan gizi, stimulasi dan sikap orangtua. Sel-sel otak lebih sensitif terhadap zat gizi dari pada sel-sel tubuh yang lain. Zat gizi yang berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak yaitu, karbohidrat, protein, lemak, DHA (Asam dokosaheksaenoat), AA (Asam arakidonat), zat besi, seng (Zn), vitamin dan mineral. Menurut Santrock (2011), otak adalah organ fisik yang sangat berharga, pusat segala eksistensi kita seperti inteligen, kepribadian, emosional, akal, spiritual dan jiwa. Tidak ada yang lebih utama untuk meraih kesuksesan hidup dari pada fungsi otak yang optimal. Kita dapat mengoptimalkan fungsi saraf dalam otak melalui kecukupan zat gizi dan melalui aktivitas mental dan fisik.

33 43 Dengan asupan zat gizi dan energi yang seimbang, otak akan menerima rangsangan yang baik untuk terus bekerja secara optimal, terutama untuk mengolah semua informasi yang diperoleh saat beraktivitas. Otak merupakan organ yang dipakai berpikir dan pusat penerimaan rangsangan dari luar, di mana aktivitas ini memerlukan zat gizi dalam jumlah yang besar. Otak merupakan organ yang membutuhkan sumber bahan bakar glukosa (monosakarida) dan secara proporsional mengkonsumsi energi terbesar dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Menurut singh yang dikutip oleh Ardi (2016) terdapat lebih dari 100 milyar jaringan saraf dalam otak yang integritasnya tergantung pada asupan zat gizi yang cukup dan juga aktivitas mental dan fisik. Menurut Georgieff, yang dikutip oleh Ardi (2016), menyatakan bahwa defisiensi berbagai zat gizi terutama zat gizi makro akan mempengaruhi neuroanatomi, neurokimia dan neurofisiologi dari perkembangan otak. Tergantung pada waktu dan lamanya defisiensi, akan mengurangi jumlah dan ukuran neuron serta pembentukan sinapsis. Sinapsis yang terbentuk bertriliun-triliun sambungan antar neuron. Banyaknya sambungan mempengaruhi kemampuan otak. Kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan neuron sambungan antar neuron. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapat informasi yang menghasilkan sinyal-sinyal listrik yang dapat merangsang bertambahnya myelin. Semakin banyak myelin yang diproduksi, semakin banyak bagian syaraf yang tumbuh, makin banyak sinapsis yang terbentuk akan merangsang pertumbuhan neuron yang membentuk unit. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan

34 44 mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit (Santrock, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa, faktor gizi adalah faktor esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Kurang gizi pada ibu hamil dan bayi mempengaruhi perkembangan otak bayi tersebut. Studi mencatat bahwa stunting menurunkan skor IQ 5-10 poin (Syafiq, 2007). Menurut Karsin yang dikutip oleh Indrawati dkk (2013), bahwa anak yang mengalami Kurang Energi Protein (KEP) mempunyai skor IQ lebih rendah skor dibandingkan anak yang tidak KEP. Protein merupakan salah satu sumber zat gizi makro (makronutrien) yang berkontribusi besar pada fungsi otak seperti yang dinyatakan oleh Boeree yang dikutip oleh Ardi (2016), bahwa asam amino esensial diperlukan untuk mengatur pembentukan neurotransmiter di otak. Selain KEP, malnutrisi pada anak-anak dapat dipengaruhi oleh kekurangan mikronutrien (zat besi, yodium, seng, dan vitamin A), yang juga memiliki pengaruh buruk pada pertumbuhan. Penelitian lain yaitu Liu et.al (2004) di Mauritius menemukan bahwa anak dengan kurang gizi pada umur 3 tahun memiliki rerata skor IQ pada umur 11 tahun lebih rendah daripada anak dengan gizi baik. Status gizi anak penting untuk kelangsungan hidup dan kesehatan. Menurut Almatsier (2010) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih. Pada periode anak, permasalahan yang banyak muncul bukan hanya gizi kurang akan tertapi keadaan gizi lebih yang menjadi masalah baru dalam masalah

35 45 kesehatan pada anak. Gizi lebih dikelompokkan atas 2 yaitu keadaan gemuk dan obesitas. Gemuk dan obesitas berpotensi mengalami berbagai gangguan sistem tubuh, baik kardiovaskuler, pernafasan, endokrin, neurologi, integumen, sistem imunitas, serta gangguan psikologis dan gangguan perkembangan (Budiyati, 2011). Anak-anak dengan kegemukan atau kelebihan berat badan juga dapat mengalami kesulitan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ tubuh yang seharusnya berkembang. Belum lagi efek psikologis yang dialami anak, misalnya ejekan dari teman-teman sekelas pada anak-anak yang telah bersekolah. Menurut Sartika (2011), obesitas atau kegemukan pada anak terutama pada usia 6-7 tahun bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas. Menurut Cohen yang dikutip oleh Sa adah (2014), bahwa kejadian obesitas berkaitan erat dengan fungsi kognitif secara umum dan kemampuan mengingat. Mekanisme yang mendasari hubungan antara obesitas dengan fungsi kognitif belum diketahui secara pasti dan kemungkinan besar melibatkan banyak etiologi yang saling berinteraksi satu sama lain. Namun demikian, diduga terdapat peranan dari mekanisme vaskular dan metabolik yang memperbesar terjadinya penuaan otak dini (premature brain aging). Menurut Santrock (2011), pertumbuhan dan perkembangan otak 50% lebih banyak pada periode tiga tahun masa kehidupan, 30% pada usia sampai 6 tahun dan setelah masa periode tersebut otak hanya sedikit mengalami perubahan

36 46 akan tetapi penting agar tidak banyak terjadi kerusakan sel otak yang lebih banyak. Pada umur 2 tahun, otak memiliki ukuran 80% orang dewasa. Setelah usia tersebut, neuron tidak lagi terbentuk hanya sel-sel otak lain seperti glia dan sambungan neuron baru yang akan tubuh, kira-kira 1000 trilliun sambungan pada umur 3 tahun. Perkembangan neuron di otak dipengaruhi oleh gen dan lingkungan termasuk zat gizi, stimulasi dan pengalaman. Menurut Hurlock (2008) walaupun banyak neuron-neuron yang diciptakan melebihi dari yang anak butuhkan, tetapi hanya neuron-neuron yang dirangsang saja yang memberikan kesempatan belajar di kemudian hari. Neuron-neuron yang tidak dirangsang akan dilenyapkan melalui proses alamiah dan proses tersebut dikenal sebagai pemangkasan neuron. Pemangkasan sambungan-sambungan yang tidak digunakan dan diperlukan ini memungkinkan jalan yang sudah dirangsang untuk tumbuh dan membuat hubungan yang lebih rumit. Dalam kata lain, neuron-neuron yang tidak dirangsang selama periode waktu kritis tertentu akan hilang atau diubah. Sehingga, perlu sekali memahami jendela peluang atau kesempatan yang ada secara alamiah agar dapat merangsang dan mendukung hubungan otak yang berguna untuk pembelajaran sepanjang hayat. Gambar 2.3 Jendela Kesempatan Atau Jendela Peluang Dalam Perkembangan Otak Anak. ( Santrock, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi 2.1.1 Pengertian Gizi dan Status Gizi Gizi menurut Supariasa (2011) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Status Gizi a. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasilnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasilnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar (Novita, 2007). Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan pada kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan. BAB I PEN DAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pembangunan nasional adalah rendahnya kualitas SDM. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhapat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc Pendahuluan Pernahkah anda mengamati hal-hal penting apa sajakah yang ditulis oleh dokter pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (FAO, 2006; Sedgh et.al., 2000; WHO, 2016). The

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (FAO, 2006; Sedgh et.al., 2000; WHO, 2016). The BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beban ganda (double burden) malnutrisi, meliputi kurang gizi dan kelebihan berat badan, menjadi masalah utama di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan faktor langsung dan tidak langsung

Lebih terperinci

Y. JOKO DWI NUGROHO,S.Psi,M.Psi,Psi PERKEMBANGAN FISIK

Y. JOKO DWI NUGROHO,S.Psi,M.Psi,Psi PERKEMBANGAN FISIK Y. JOKO DWI NUGROHO,S.Psi,M.Psi,Psi PERKEMBANGAN FISIK DAUR PERTUMBUHAN FISIK Pertumbuhan fisik dapat diramalkan sebelumnya dan umumnya teratur Kecepatan tergantung individu DAUR PERTUMBUHAN UTAMA Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Gizi pada Balita Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT IQ) PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DENGAN RIWAYAT BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DAN

PERBEDAAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT IQ) PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DENGAN RIWAYAT BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DAN PERBEDAAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT IQ) PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DENGAN RIWAYAT BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DAN BBLC (BAYI BERAT LAHIR CUKUP) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data hasil pengujian sampel rambut pada penelitian ini diperoleh dengan metode instrumental analisis aktivasi neutron (IAAN), dimana kadar unsur Co, Zn dan Fe dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebelum masa kanak-kanak berakhir, tubuh anak telah mempersiapkan diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang dikenal dengan sebutan remaja-pubertas-berasal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi gelombang II setelah krisis ekonomi tahun 1997 kembali terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global. Krisis ekonomi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan dan gizi terkait sangat erat dengan upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai jaminan akan terhindar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1 Definisi Status Nutrisi Status nutrisi merupakan hasil interaksi antara makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Menurut Supariasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurang Energi Protein (KEP) sebagai salah satu masalah gizi utama yang terjadi pada balita sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Kurang gizi

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi.

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu dari konsepsi sampai dewasa. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bawaan 2. Pada periode tertentu ada masa percepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan fungsi. Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir Intelegensi Intelegensi Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir 2. Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru 3. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan. Kesehatan merupakan prakondisi utama yang

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH (INDEKS MASSA TUBUH) SISWA KELAS XI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

2015 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH (INDEKS MASSA TUBUH) SISWA KELAS XI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebugaran jasmani yang baik bagi setiap individu dapat menunjang proses dan hasil belajar siswa, terlebih dapat mendukung pula prestasi-prestasi lain yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Menurut Hidayat (2008), zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran seorang anak atau bayi merupakan dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga menginginkan anak yang dilahirkannya mampu tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu tempat potensial untuk mengembangkan strategi sadar pangan dan gizi. Santri sebagai generasi muda sangat berpotensi untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia

Lebih terperinci

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York) Pendahuluan Diawali oleh adanya pandangan dan keraguan tentang pengukuran inteligensi melalui tes Binet (1937)

Lebih terperinci