STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang VERIFIKASI ITWASDA POLDA NTB Nomor: SOP- 24 /III/2014/Itwasda BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang VERIFIKASI ITWASDA POLDA NTB Nomor: SOP- 24 /III/2014/Itwasda BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang VERIFIKASI ITWASDA POLDA NTB Nomor: SOP- 24 /III/2014/Itwasda 1. Umum BAB I PENDAHULUAN a. bahwa secara faktual kinerja anggota Polri sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih perlu adanya suatu sistem pemandu dalam pelaksanaannya sehingga arah prioritas dan sasaran tugas dalam pelaksanaan operasional senantiasa berorientasi pada kinerja dan pelaksanaan tugas pokok Polri; b. untuk menumbuhkan dinamika pelaksanaan tugas, Itwasda Polda NTB telah merumuskan sebuah konsep pemikiran tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan fallow up dari PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP); c. SOP Itwasda Polda NTB adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan pekerjaan yang membidangi bidang tugas pemeriksaan dan dijadikan sebagai alat penilaian kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada Itwasda Polda NTB; d. Itwasda merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kepala Kepolisian Daerah NUSA TENGGARA BARAT, bertugas menyelenggarakan pengawasan internal, pemeriksaan umum, perbendaharaan, dan akuntabilitas serta pemeriksaan dengan tujuan tertentu, penelahaan ulang (reviu) laporan keuangan Kepolisian Daerah NUSA TENGGARA BARAT serta memfasilitasi lembaga pengawasan eksternal di lingkungan Kepolisian Daerah NUSA TENGGARA BARAT; 2. Dasar e. untuk mewujudkan pelaksanaan tugas Itwasda Polda NTB yang efektif, efisien, dan tepat sasaran, diperlukan piranti lunak yang mengatur hubungan dan tata cara kerja sebagai SOP; f. SOP diharapkan dapat meningkatkan dan memperlancar kinerja masingmasing di lingkungan Itwasda Polda NTB dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional dan proporsional dengan hasil yang optimal; 2. Dasar

2 2 a. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP); c. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang OTK pada tingkat Polda dan Perkap Nomor 23 Tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Polres dan Polsek; d. Peraturan Kapolri Nomor 2 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Verifikasi di lingkungan Polri; e. Keputusan Kapolda NTB Nomor : Kep/ /III /2014 tanggal Maret 2014 tentang Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Polda NTB. 3. Maksud dan Tujuan a. Maksud Maksud penyusunan SOP Inspektorat pengawasan daerah Polda NTB ini, dimaksudkan untuk dapat dijadikan sebagai pedoman kerja dan akan dijadikan sebagai alat penilaian kinerja sehingga di harapkan pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien serta memperoleh hasil sesuai dengan target yang telah dirumuskan. b. Tujuan 4. Ruang Lingkup Tujuan penyusunan SOP verifikasi ini adalah untuk mengukur kinerja Kasatker di lingkungan Polda dan jajarannya agar tercipta keseragaman dan persamaan persepsi serta komitmen dalam menilai dan mengelola program kegiatan, penggunaan anggaran dan pengelolaan sarana dan prasarana untuk pencapaian sasaran yang telah ditetapkan Adapun ruang lingkup dari pada Standar Operasional Prosedur (SOP) ini meliputi tata cara pelaksanaan verifikasi. 5. Pengertian Dalam SOP ini yang dimaksud dengan : a. Standar Operasional Prosedur (SOP) 1) sebuah standar/prosedur tetap dalam pelaksanaan pekerjaan; 2) cara yang dispesifikasikan untuk melaksanakan aktifitas/suatu proses; 3) pedoman, acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi; 4) suatu..

3 3 4) suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai petunjuk atau Direktif; 5) pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. b. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Adalah sebuah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. c. Verifikasi 6. SISTIMATIKA BAB I BAB II Verifikasi adalah kegiatan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh aparat pengawas internal Polri dalam hal ini Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri dalam lingkup jajaran Polri dan Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda) lingkup jajaran Kepolisian Daerah (Polda) terhadap kegiatan serah terima jabatan para Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) atau Kepala Satuan Kerja (Kasatker) yang mengemban program, subkegiatan serta anggaran Polri dalam lingkup tugas jabatannya sebagai pertanggungjawaban yang bersangkutan sebelum melaksanakan serah terima jabatan. PENDAHULUAN 1. Umum 2. Dasar 3. Maksud dan Tujuan 4. Ruang Lingkup 5. Pengertian 6. Sistimatika RENCANA PELAKSANAAN VERIFIKASI 1. Verifikasi dilaksanakan 2. Periode dan obyek 3. Manajemen perencanaan BAB III BAB IV BAB V TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI 1. Methoda Verifikasi 2. Pelaksanaan Verfikasi 3. Pengawasan dan Pengendalian ADMINISTRASI Kelengkapan Administrasi PENUTUP BAB II...

4 4 BAB II RENCANA PELAKSANAAN 7. Verifikasi dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai: a. pencapaian kinerja program dan kegiatan satker, sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen DIPA/RKA-KL, dokumen anggaran lain yang disamakan dengan DIPA, serta yang ditetapkan dalam penetapan kinerja satker pada tahun anggaran berjalan; b. pencapaian kinerja program dan kegiatan satker yang berkaitan dengan adanya tambahan dukungan anggaran operasi kepolisian terpusat/operasi kepolisian kewilayahan kendali pusat, sebagaimana yang tertera dalam dokumen anggaran yang disamakan dengan DIPA/Surat Keputusan Otorisasi Kapolri (SKOK)/Surat Perintah Pembayaran Dana (SP2D)/dokumen anggaran yang berasal dari pihak kedua, serta realisasi pengelolaan anggarannya; c. realisasi penyerapan anggaran per program, per kegiatan, per sub kegiatan, serta pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara oleh Bendahara Satuan Kerja (Bensatker), baik dari DIPA/RKA -KL maupun tambahan dukungan anggaran dari: 8. Periode dan obyek : 1) operasi kepolisian terpusat/operasi kepolisian kewilayahan kendali pusat; 2) Dana Perawatan Kesehatan (DPK); 3) dana Satuan Bersama Satu Atap (Samsat); 4) dana yang berasal dari pihak kedua dan pihak ketiga yang tidak mengikat; 5) inventarisasi permasalahan strategis pada Satker yang belum dapat diselesaikan/dipertanggungjawabkan; 6) konfirmasi/klarifikasi data personel, materiil logistik, dan fasilitas Polri sebagaimana yang tertuang dalam buku/naskah laporan kesatuan serah terima pejabat Kasatker. a. periode waktu verifikasi dihitung sejak pejabat Kasatker di lingkungan Polda dan jajarannya yang lama mengemban tugasnya sampai dengan terbitnya Surat Keputusan Kapolri tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan Polri pada tahun anggaran berjalan. b. setelah verifikasi selesai dilaksanakan, pejabat lama tidak dibenarkan membuat kebijakan di bidang personel, materiil logistik, fasilitas kepolisian, dan keuangan; c. yang...

5 5 c. yang menjadi objek verifikasi, meliputi Sertijab Kasatker di lingkungan Polda dan jajarannya. d. dalam pelaksanaan verifikasi sasaran pemeriksaan, meliputi bidang: 1) operasional; 2) sumber daya manusia; 3) anggaran dan keuangan; 4) materiil logistik. 9. Manajemen Perencanaan Verifikasi meliputi : a. perencanaan berupa rencana verifikasi disiapkan oleh staf Subbagremin Itwasda Polda NTB; b. pengorganisasian verifikasi (susunan tim verifikasi Itwasda Polda NTB) : 1) tingkat kewilayahan (Itwasda Polda NTB) : a) penanggungjawab sekaligus pengendali dan pengawas tim dijabat Irwasda Polda NTB; b) ketua tim dijabat Irbid dan atau Parik yang ditunjuk. c) sekretaris tim : Parik/Auditor dan Perwira yang ditunjuk; d) anggota tim : Parik/Auditor dan atau Perwira yang ditunjuk. 2) tugas dan tanggung jawab. a) pengendali dan pengawas (1) bertanggung jawab pelaksanaan verifikasi kepada Kapolda NTB; (2) memberikan pengarahan/brifing (APP) secara umum pada kesempatan pertama sebelum tim verifikasi berangkat dan penekanan serta mengawasi/mengendalikan/mengarahkan kegiatan tim; (3) memberikan petunjuk kepada tim apabila ada hal-hal dari materi temuan verifikasi yang memerlukan pembahasan intensif guna memecahkan permasalahan yang menjadi kendala/hambatan di obyek verifikasi dalam melaksanakan tupoksinya; (4) memberi petunjuk dan pengarahan, bila terdapat permasalahan dalam perumusan temuan-temuan verifikasi secara khusus; (5) melaporkan kepada Kapolda NTB terhadap kegiatan tim beserta temuan-temuan yang menonjol; c) ketua..

6 6 c) ketua tim (1) menyusun rencana kegiatan verifikasi; (2) menyusun pembagian waktu dan penugasan anggota tim; (2) meneliti daftar pertanyaan/cheklist yang disusun oleh Parik/ Auditor; (3) memimpin pelaksanaan verifikasi di lapangan; (4) menghimpun dan meneliti temuan-temuan hasil verifikasi yang disampaikan dari para Parik/Auditor guna dianalisa dan dievaluasi; (5) mengkoordinasikan penyusunan laporan hasil verifikasi; d) sekretaris tim berkoordinasi dengan staf Subbagremin untuk mempersiapkan : (1) penyusunan rencana verifikasi; (2) membuat surat perintah pelaksanaan verifikasi; (3) membuat telegram pemberitahuan ke obyek verifikasi; (4) membuat SPPD tim verifikasi; (5) mengkoordinasikan jadwal kegiatan dan acara yang akan dilaksanakan; (6) menyelenggarakan administrasi seluruh kegiatan verifikasi; (7) menghimpun/meneliti dan mengkoordinasikan temuan-temuan verifikasi dari para Parik/Auditor untuk disusun laporan hasil pelaksanaan tugas; e) anggota tim (1) menyiapkan daftar pertanyaan/check list materi sasaran verifikasi sesuai bidang masing-masing; (2) melaksanakan kegiatan di obyek verifikasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan; (3) menyusun dan membuat hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan pada setiap obyek verifikasi; (4) memberi masukan dalam penyusunan naskah pertanyaan hasil pemeriksaan dibidangnya masing-masing; BAB III...

7 7 BAB III TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI 10. Verifikasi dilaksanakan dengan prinsip sebagai berikut: a. transparansi, yaitu verifikasi dilaksanakan untuk menjamin keterbukaan dalam kegiatan pemeriksaan; b. akuntabel, yaitu pelaksanaan verifikasi dapat dipertanggungjawabkan; c. nesesitas, yaitu verifikasi dilaksanakan untuk kepentingan kinerja organisasi di lingkungan Polri; d. terpadu, yaitu verifikasi dilaksanakan dengan melibatkan berbagai satker di lingkungan Polri. Metode dan Periode Verifikasi 11. Metode verifikasi yang digunakan meliputi: a. inspeksi, yaitu pemeriksaan dengan saksama terhadap sasaran dan objek; b. observasi, yaitu pengamatan atas suatu objek secara teliti selama kurun waktu tertentu; c. permintaan informasi (inquiry), yaitu menggali informasi tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten, dengan mengajukan pertanyaan secara lisan maupun tertulis; d. inventarisasi, yaitu kegiatan untuk melakukan pendataan personel, materil logistik, anggaran dan keuangan; e. trasir, yaitu kegiatan penelusuran bukti transaksi/kejadian ( voucher) dalam suatu dokumen dengan mengikuti ketentuan/prosedur yang berlaku dari awal menuju hasil akhir suatu kegiatan; f. vouching, yaitu kegiatan penulusuran suatu informasi/data dalam dokumen mengikuti ketentuan/prosedur yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan; g. konfirmasi, yaitu kegiatan untuk memperoleh bukti guna meyakinkan Auditor, dengan cara meminta informasi yang sah dari pihak yang berkompeten, umumnya pihak di luar auditan; h. perbandingan, yaitu kegiatan untuk membandingkan data dari satu unit kerja dengan unit kerja yang lain, atas hal yang sama dan periode yang sama atau hal yang sama dari periode yang berbeda, kemudian diambil kesimpulan; i. klarifikasi (checking), yaitu kegiatan untuk menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu; j. pengujian atau tes, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menguji hal hal yang bersifat esensial; k. footing, yaitu kegiatan untuk menguji kebenaran melalui penjumlahan sub total dan total dari atas ke bawah; l. cross footing, yaitu kegiatan untuk menguji kebenaran tentang penjumlahan sub total dan total dari kiri ke kanan; m. scanning...

8 8 m. scanning, yaitu kegiatan untuk menelaah secara umum, dengan cepat dan teliti untuk menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu informasi/data; n. analisis, yaitu kegiatan untuk mengurai unsur unsur yang lebih kecil atau bagian-bagian dari data dan informsi sehingga dapat diketahui pola hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain; dan o. evaluasi, yaitu kegiatan untuk memperoleh suatu kesimpulan dan pandangan/penilaian dengan mencari pola hubungan yang terkait dengan berbagai informasi yang diperoleh. 12. pelaksanaan verifikasi meliputi empat tahap : a. verifikasi dilaksanakan sebelum serah terima jabatan (sertijab) dan d alam keadaan tertentu, atas perintah Kapolda verifikasi dapat dilaksanakan setelah sertijab. b. tahap persiapan 1) membuat/menyiapkan surat perintah Kapolda NTB untuk melaksanakan verifikasi dengan didahului kegiatan buril (bukti materiil) yang berkaitan dengan serah terima jabatan Kasatker; 2) membuat/menyiapkan surat perintah perjalanan dinas (SPPD) Kapolda NTB untuk masing-masing tim pelaksana verifikasi; 3) membuat surat telegram sebagai pemberitahuan kepada obyek tentang rencana kegiatan verifikasi; 4) pembekalan Irwasda Polda NTB selaku pengendali/pengawas dalam rangka memberikan arahan kepada tim Wasops sebagai upaya pengendalian dalam kegiatan verifikasi dan sehari-hari dilaksanakan Irbidops/Irbidbin. b. tahap pelaksanaan. tahap pelaksanaan merupakan kegiatan tim Verifikasi di lapangan meliputi : 1) laporan kedatangan tim kepada pimpinan/kasatker; 2) pendalaman, merupakan kegiatan dari tim verifikasi yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota tim sebagai pemeriksa sesuai dengan bidang tugasnya, terhadap para staf/ pelaksana Verifikasi; 3) melaksanakan pendalaman ke beberapa subsatker/fungsi sebagai pelaksana. c. tahap pelaporan. tahap pelaporan merupakan tahapan penyampaian hasil kegiatan tim verifikasi berupa laporan hasil pemeriksaan kepada Irwasda dan disaring intiintinya untuk di informasikan kepada obrik verifikasi maupun kepada Kapolda NTB dengan tahapan sebagai berikut : 1) melaporkan...

9 9 1) melaporkan secara lisan kepada Kasatker tentang hal-hal yang menonjol yang perlu segera di tindak lanjuti untuk perbaikannya; 2) membuat laporan hasil pemeriksaan verifikasi kepada Kapolda NTB sebagai penanggung jawab tentang temuan-temuan tim secara lengkap; 3) membuat laporan atensi yang merupakan laporan pertanggung jawaban kepada Kapolda NTB atas penyelenggaraan verifikasi yang telah dilaksanakan dengan tembusan kepada para pembina fungsi yang terkait dengan temuan menonjol. 13. pengawasan dan pengendalian. pengawasan dan pengendalian sebagai upaya pencapaian target dan kelancaran kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh Irwasda melalui kegiatan-kegiatan: a. pembekalan awal sampai dengan akhir sebelum tim verifikasi berangkat dan sebagai penyampaian arahan serta penekanan pimpinan dalam kesiapan tim; b pelaporan tim verifikasi kepada Irbid dan Irwasda sebagai sarana monitoring terhadap kegiatan tim beserta temuan-temuan yang menonjol setiap harinya; c. penyusunan laporan oleh ketua tim verifikasi kepada Irwasda selaku pengendali dan pengawas tim paling lambat 4 (empat) hari setelah pelaksanaan kegiatan. BAB IV Administrasi 14. Kelengkapan administrasi verifikasi yang diperlukan sebagai berikut: a. surat perintah Kapolda tentang kegiatan verifikasi; b. surat perintah jalan; c. surat pemberitahuan awal mengenai kegiatan verifikasi kepada objek verifikasi; d. produk lain yang mendukung kegiatan verifikasi, antara lain: 1) RKA-KL/DIPA dan penetapan kinerja satker objek verifikasi; 2) checklist/daftar pertanyaan kepada objek verifikasi atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Satker; dan 3) buku kertas kerja pemeriksaan; e. naskah laporan hasil verifikasi. f. produk laporan hasil verifikasi dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh Ketua Tim Pemeriksa verifikasi kepada Kapolda. BAB V...

10 10 BAB V PENUTUP Demikian pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupak an fallow up dari PP Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), untuk dapatnya dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas. Ditetapkan di : Mataram pada tanggal : Maret 2014 INSPEKTUR PENGAWASAN DAERAH POLDA NTB Drs. ANANG SIDANU.S.H..M.Si KOMBES POL NRP

11 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH 11 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KHUSUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT Nomor: SOP/ 244 /III2014/Itwasda BAB I PENDAHULUAN 1. Umum a. untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan tugas pengawasan dan pemeriksaan khusus oleh pengawas internal diperlukan alat kontrol terhadap kinerja dan aktivitas satuan kerja sesuai tugas pokok dan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. b. untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan sistem pengendalian intern pemerintah di setiap satker/unit kerja melalui fungsi pengawasan dan pemeriksaan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu merumuskan sebuah konsep pemikiran tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan fallow up dari PP No 60 Tahun 2008 tentang Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). 2. Dasar a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); c. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisai dan Tata Kerja Kepolisian Daerah. 3. Maksud dan tujuan...

12 12 3. Maksud dan Tujuan a. Maksud : Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini, dimaksudkan untuk dapat dijadikan sebagai pedoman kerja bagi para Auditor dan Parik dalam pelaksanaan tugas WasrikKhususdi Satker Mapolda maupun Polres Jajaran. b. Tujuan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini, bertujuan agar terwujudnya SPI dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan bidang operasional, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan anggaran keuangan. 4. Ruang Lingkup Penulisan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pengawasan dan pemeriksaan khusus terhadap penyelenggaraan SPIP di lingkungan Polri dankegiatan atau perbuatan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan bidang operasional, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan anggaran keuanganyang dapat mengakibatkan kerugian keuangan Negara. 5. Sistimatika I. PENDAHULUAN II. III. IV. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN WASRIKSUS PERENCANAAN PENGORGANISASIAN V. PELAKSANAAN VI. VII. PENGENDALIAN PENUTUP 6. Pengertian - Pengertian BAB II KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN WASRIKSUS a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. b.standar... b. Standar Operasional Prosedur (SOP)

13 13 1) Sebuah standar / prosedur tetap dalam pelaksanaan pekerjaan; 2) cara yang dispesifikasikan untuk melaksanakan aktifitas / suatu proses; 3) pedoman, acuan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan fungsi; 4) suatu set Instruksi yang memiliki kekuatan sebagai petunjuk atau Direktif; 5) pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator- indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. c. Sistem Pengendalian Intern yang selanjutnya disingkat SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh anggota untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. d. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Polri yang selanjutnya disingkat SPIP Polri adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh pada satuan kerja (satker) di lingkungan Markas Besar Polri dan kewilayahan. e. pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan Wasriksus, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan Polri. f. lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam institusi Polri yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern. g. penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Polri. h. kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. i. informasi adalah data yang telah diolah dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Polri. j. pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja SPI dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit/pemeriksaan dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. k. pengawasan dan pemeriksaan khususyang selanjutnya disebut Wasriksus adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan pertanggungjawaban Kasatker/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) terhadap pelaksanaan program Polri dan keuangan negara. l. kertas kerja pemeriksaan yang selanjutnya disingkat KKP adalah catatan (dokumentasi) I. kertas... yang dibuat oleh auditor mengenai bukti-bukti yang dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur yang diterapkan, serta simpulan-simpulan yang dibuat selama malakukan audit/pemeriksaan. m. subjek wasriksus adalah aparat pengawas intern Polri yang melakukan tugas pengawasan dan pemeriksaan pada satker di lingkungan Polri

14 14 n. objek wasriksus yang selanjutnya disebut obrik adalah orang atau pejabat pada satker di lingkungan Polri yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan pengelolaan bidang operasional, sumber daya manusia, sarana prasarana, dan anggaran keuangan. o. bukti wasriksus adalah semua media informasi yang digunakan oleh pemeriksa untuk mendukung argumentasi, pendapat atau kesimpulan dan rekomendasi dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi/informasi kuantitatif dengan kriteria, syarat relevan, kompeten, cukup material dan serba guna. p. dokumen sumber adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk/corak apapun sebagai sumber atau bukti untuk menghasilkan data pelaksanaan pengawasan pemeriksaan. q. temuan adalah hasil pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemeriksa yang memuat data, catatan tentang kekurangan, kesalahan, kekeliruan dengan dilengkapi rekomendasi/saran tindak lanjut perbaikannya. r.rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau satuan kerja yang berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan. s. laporan wasrik khusus, adalah laporan tertulis yang dibuat oleh subjek Wasriksus atas hasil temuan pengawasan pemeriksaan yang dilaporkan kepada pimpinan. 7. Prinsip-prinsip wasriksus : a. legalitas, yaitu wasrikkhusus oleh inspektorat pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; b. prosedural, yaitu wasrikkhusus dilaksanakan sesuai mekanisme, tata cara dan ketentuan yang ditetapkan; c. profesional, yaitu petugas pelaksana wasriksusmemiliki kemampuan sebagai auditor, serta kompetensi auditing; d. legitimasi, yaitu proses dan hasil wasrikmendapat pernyataan pengakuan atau pengesahan dari objek wasriksus berdasarkan kriteria temuan; e. akuntabilitas,yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatanwasriksusharus dapat dipertanggungjawabkan kepada institusi Polri; f. transparan, yaitu wasrikkhususharus dilaksanakan secara terprogram, jelas, dan terbuka; g. objektivitas, yaitu pelaksanaan wasrikkhusus berdasarkan fakta dan kriteria temuan yang ada, bukan persepsi atau analisa sendiri dari auditor; dan h. independen, yaitu petugas pelaksana wasrikkhusus h. independen... bersifat mandiri, dan tidak terpengaruh oleh pihak lain. BAB III PERENCANAAN 8. menyusun rencana pengawasan (Renwas), mengidentifikasi permasalahan, serta menyusun Program Kerja Audit (PKA);

15 9. menyiapkan Administrasi penyelenggaraan Wasriksussus, meliputi: 15 a. penyususnan tim dengan surat perintah Kapolda tentang penyelenggaraan Wasrikkhusus; b. surat perintah perjalanan dinas dilengkapi dengan rincian biaya perjalanan dinas; c. surat telegram pemberitahuan tentang kegiatan Wasriksussus kepada objek Wasriksus; d. menyusun rencana kebutuhan dukungan anggaran dan jangka waktu pelaksanaan Wasriksus; 10. Tugas: a. penanggung jawab bertugas BAB IV PENGORGANISASIAN 1) mengarahkan pelaksanaan kegiatan wasriksus; 2) menerima laporan pelaksanaan wasriksus; 3) memantau kegiatan wasriksus; dan 4) menetapkan tindaklanjut temuan wasriksus melalui pendalaman khusus sesuai laporan hasil wasriksus. b. koordinator dan pengendali bertugas : a. mengarahkan pelaksanaan kegiatan tim wasriksus; b. memantau kegiatan harian pelaksanaan tim wasriksus; c. menerima laporan dalam bentuk KKP; d. mengendalikan mutu hasil temuan wasriksus; dan c. pengawas tim bertugas : 1) mengawasi dan mengendalikan jadwal kegiatan tim; 2) mengarahkan tim bila ditemukan permasalahan pada obrik; 3) mereviu... 3) mereviu dan mengesahkan laporan khusus hasil pemeriksaan dan mensahkan pengantar kepada pimpinan; 4) mewakili tugas penanggung jawab/koordinator dan pengendali dalam rangka menyampaikan laporan yang berkaitan dengan pelaksanaan wasriksus. d. ketua tim merangkap anggota tim bertugas 1) menyusun rencana pengawasan berisi penetapan sasaran, ruang lingkup, metodelogi dan alokasi sumber daya, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

16 16 a) laporan pengaduan masyarakan, pengembangan temuan informasi publik permintaan pihak lain; b) sasaran audit/pemeriksaan dan pengujian yang diperlukan dan c) SPI auditi, dan aspek-aspek penting lingkungan tempat beroperasinya auditi. 2) mengarahkan tim wasriksus sesuai bidang tugas yang akan dilaksanakan; 3) mengkoordinasikan jadwal wasriksus kepada obrik; 4) menyusun dan menyerahkan laporan harian kegiatan tim kepada koordinator dan pengendali atau pengawas wasriksus; 5) menyusun LHP sesuai hasil temuan tim; 6) menyusun laporan khusus temuan bila ada untuk diajukan kepada penanggung jawab; dan 7) mewakili tugas penanggung jawab/koordinator dan pengendali/pengawas tim, bila berhalangan. e. sekretaris tim merangkap anggota tim bertugas : 1) membantu menyusun rencana pengawasan berdasarkan penilaian risiko guna menetapkan obrik yang akan diperiksa; 2) membantu ketua tim mengkoordinasikan jadwal Wasriksus kepada objek wasriksus yang bersangkutan; 3) memeriksa objek wasriksus sesuai arahan ketua tim dan dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan; 4) membantu mengkoordinasikan kepada obrik tentang jadwal objek wasriksus; 5) membantu menyusun dan menyerahkan laporan harian kegiatan tim kepada koordinator dan pengendali atau pengawas wasriksus; 6) membantu menyusun LHP sesuai hasil temuan tim; f. anggota tim bertugas : 1) memeriksa objek Wasriksus sesuai arahan ketua tim dan dituangkan dalam KKP; 2) melaksanakan kegiatan Wasriksus pada objek Wasriksus; 2) melaksanakan Kewajiban 3) melaporkan temuan khusus yang perlu mendapat perhatian di tingkat Mabes Polri dan sebagai bahan masukan naskah LHP; dan 4) membantu ketua tim dalam rangka penyusunan laporan berkaitan dengan Wasriksus. a. kewajibab subjek wasriksus : 1) meminta keterangan dan/atau dokumen asli/fotokopi dari objek wasriksus dengan administrasi pengelolaan anggaran keuangan, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan operasional;

17 17 2) melakukan pemeriksaan di tempat-tempat penyimpanan, pelaksanaan kegiatan, pembukuan, dan tata usaha yang berkaitan dengan pengelolaan anggaran keuangan, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan operasional; 3) memeriksa dan meneliti dokumen perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran keuangan, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan operasional; 4) menetapkan jenis dokumen yang dijadikan bukti temuan wasriksus berupa data dan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan anggaran keuangan, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan operasional; 5) menetapkan/menilai penyimpangan terhadap manajemen penyelenggaraan anggaran keuangan, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan operasional yang bertentangan dengan ketentuanperaturan perundang-undangan; dan 6) menilai dan menetapkan temuan wasrik yang bersifat menonjol yang dilakukan oleh objek wasrik. b. kewajiban obrik, meliputi: 1) memberikan penjelasan dan jawaban dengan benar dan jujur kepada tim wasriksus; 2) menyerahkan bukti-bukti dokumen, informasi dan data yang diminta oleh subjek tim wasriksus; 3) menindaklanjuti rekomendasi tim wasrik dan; 4) melaporkan hasil tindak lanjut kepada pimpinan dan tim wasrik. BAB pelaksanaan, terdiri dari: BAB IV PELAKSANAAN a. pengawasan dan pemeriksaan khusus dilaksanakan setelah diketahui adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan meliputi kecurangan dan ketidakpatutan (abuse) oleh obrik dalam penyelenggaraan program dan kegiatan dari : 1) pengaduan masyarakat 2) pengembangan temuan 3) informasi publik b. pelaksanaan wasriksus, meliputi: 1) pelaksanaan wasriksus sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan; 2) pendalaman wasriksus di satker yang menjadi obrik; 3) penyampaian temuan kepada pimpinan.

18 18 c. klasifikasi terhadap kecurangan dan ketidakpatuhan dalam penyelenggaraan program dan kegiatan bila: 1) menimbulkan kerugian negara; 2) merupakan perbuatan melawan hukum; 3) tidak dilaksanakan pencatatan administrasi sesuai dengan ketentuan; 4) tidak efektif, tidak efisien dan tidak ekonomis; dan 5) tidak punya nilai manfaat, tidak tepat guna, tidak tepat jumlah, tidak tepat tujuan penggunaan, tidak tepat waktu, tidak tepat mutu, dan tidak tepat kebutuhan 13. Teknik pelaksanaan wasriksus: a. terhadap bukti fisik melalui: 1) observasi atau pengamatan, dengan melakukan kegiatan peninjauan dan pengamatan atas suatu objek secara hati-hati, ilmiah, dan kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah; 2) inventarisasi, dengan melakukan kegiatan pemeriksaan fisik melalui penghitungan fisik barang berikut penilaian kondisinya; dan 3) inspeksi, dengan melakukan kegiatan penelitian secara langsung ke tempat kejadian ( on the spot), yang dilakukan secara rinci dan teliti, dilakukan secara mendadak dan tidak dituangkan dalam berita acara (BA). b. terhadap bukti dokumen, meliputi: 1) verifikasi, dengan melakukan pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian, perhitungan, kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi dari suatu dokumen, untuk mendukung teknik audit atau pemeriksaan lain dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti dokumen; 2) cek... 2) cek, dengan melakukan pengujian kebenaran atau keberadaan sesuatu dengan teliti, seperti merk yang diterima sesuai pesanan; 3) uji atau tes, dalam rangka meyakinkan hal-hal yang esensial untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya; 4) footing, guna menguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari atas ke bawah (vertikal); 5) cross footing, dengan melakukan pengujian kebenaran penjumlahan sub total dan total dari kiri ke kanan (horizontal); 6) vouching, dengan melakukan kegiatan: a) penelusuran suatu informasi atau data dalam dokumen ke pencatatan bukti pendukungnya (voucher); atau b) menelusuri ketentuan atau prosedur yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan, untuk mengecek adanya bukti (voucher) dan belum meneliti isinya (substantif) atau melihat laporan baru ke bukti.

19 19 7) trasir atau telusuri, dengan melakukan penelusuran suatu bukti transaksi ( voucher) menuju ke penyajian atau informasi dalam suatu dokumen, atau menelusuri, mengikuti ketentuan atau prosedur yang berlaku dari awal menuju hasil akhir suatu kegiatan, untuk melihat bukti baru ke laporan; 8) scanning, dengan melakukan penelaahan secara umum, cepat dan teliti untuk menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu informasi atau data; 9) rekonsiliasi, dengan melakukan pencocokan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama yang dikerjakan oleh instansi/unit/bagian yang berbeda. c. terhadap bukti keterangan, meliputi: 1) konfirmasi, guna memperoleh bukti sebagai pendukung bagi Auditor, dengan mendapatkan atau meminta informasi yang sah dari pihak yang relevan; dan 2) permintaan keterangan atau Informasi ( inquiry), dilakukan untuk menggali informasi tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten. d. terhadap bukti analisis, meliputi: 1) analisis, dengan kegiatan memecah, mengurai data atau informasi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil atau bagian-bagian, guna mengetahui pola hubungan antar unsur atau unsur penting yang tersembunyi; 2) evaluasi, dilakukan untuk memperoleh suatu simpulan dan pandangan atau penilaian dengan mencari pola hubungan atau menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang telah diperoleh; 3) investigasi, upaya untuk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui penjabaran, menguraikan, atau meneliti secara mendalam, merupakan proses pendalaman dari verifikasi setelah adanya indikasi; dan 4) pembandingan, dilakukan dengan membandingkan data dari suatu unit kerja dengan data dari unit kerja yang lain, atas hal yang sama dan periode yang sama atau hal yang sama dari periode yang berbeda, untuk ditarik kesimpulan; e. terhadap bukti keterangan, meliputi: e. terhadap... 1) konfirmasi, guna memperoleh bukti sebagai pendukung bagi Auditor, dengan mendapatkan atau meminta informasi yang sah dari pihak yang relevan; dan 2) permintaan keterangan atau Informasi ( inquiry), dilakukan untuk menggali informasi tertentu dari berbagai pihak yang berkompeten. 14. Pengendalian dilaksanakan melalui: a) menyusun laporan harian BAB V PENGENDALIAN b) laporan harian disusun oleh pelaksana dikirim kepada Kapolda melalui Irwasda Polda NTB c) laporan tentang temuan yang berindikasi adanya penyimpangan yang menjadi atensi khusus;

20 d) menyusun laporan akhir hasil pelaksanaan Wasrik sus kepada Pimpinan. e) surat teguran; 20 f) membuat berita acara pernyataan, bila Obrik tidak memberikan jawaban atau keterangan secara lisan maupun tertulis, atau tidak bersedia memberikan dokumen sumber. 15. Selesai Pelaksanan Wasriksus, Itwasda memaparkan hasil temuan Wasriksus di hadapan Kapolda dan/atau Wakapolda pada kesempatan pertama setelah selesai melaksanakan Wasriksus. BAB VI PENUTUP Demikian pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan fallow up dari PP No 60 Tahun 2008 Tentang Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), untuk dapatnyadijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas. Ditetapkan di : Mataram pada tanggal : Maret2014 INSPEKTUR PENGAWASAN DAERAH POLDA NTB Drs. ANANG SIDANU.S.H..M.Si KOMBES POL NRP

21 21 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP ) tentang PELAKSANAAN REVIU POLDA NTB Nomor: R /SOP- 242 /III/2014/Itwasda I. PENDAHULUAN 1. Umum a. bahwa tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah daerah, menyatakan aparat pengawasan intern pemerintah daerah melakukan reviu atas laporan keuangan dan kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada kesatuan atas;

22 22 b. untuk menjamin reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah oleh Inspektorat Pengawas daerah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku, perlu disusun pedoman pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah; 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Pembuatan Standar Operation Procedure (S OP) ini dimaksudkan sebagai pedoman dasar bagi pelaksana Reviu laporan keuangan. b. Tujuan Tujuan Pembuatan Standar Operation Procedure (SOP) ini sebagai acuan pelaksanaan tugas bagi pelaksana Reviu guna mendapatkan persamaan persepsi, kesatuan tindak dan keseragaman dalam pelaksanaan Reviu. 3. Dasar a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2003, Tamba han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206); b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); b. Undang... c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); e. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2006, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

23 23 g. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Polda. 4. Ruang Lingkup dan Tata Urut Adapun ruang lingkup dari pada Standar Operation Procedure (SOP) ini meliputi tata cara pelaksanaan Reviu. 5. Pengertian-pengertian Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : a. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. b. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah daerah dalam suatu periode tertentu. c. Neraca adalah Laporan yang menyajikan informasi tentang posisi keuangan pemerintah daerah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. d. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan keluar selama suatu periode, serta posisi kas pada tanggal pelaporan. e. Catatan... e. Catatan atas Laporan Keuangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. f. Entitas Pelaporan adalah unit/satuan kerja perangkat daerah yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. g. Inspektorat Pengawas daerah adalah aparat pengawas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kepolisian Daerah. h. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan keterangan dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). i. Sistem Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan.

24 24 j. Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan serta operasi keuangan Pemerintah. k. Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. l. Kebijakan Akuntansi adalah prinsip-prinsip akuntansi yang telah dipilih berdasarkan standar akuntansi pemerintahan untuk diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah. m. Prosedur Analitis adalah prosedur untuk mengidentifikasi adanya hubungan antar akun dan kejadian yang tidak biasa serta tidak sesuai SAP. n. Pernyataan Telah Direviu adalah tempat penuangan hasil reviu dalam bentuk pernyataan yang dibuat oleh Inspektorat pengawas daerah. o. Pernyataan Tanggung Jawab adalah pernyataan atau asersi yang menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. II.PELAKSANAAN... II. PELAKSANAAN 1. Penyusunan LRA a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Untuk memastikan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja di LRA Satker sudah sesuai dengan DIPA dan revisinya. 1) Langkah Kerja: a) Bandingkan angka Anggaran Pendapatan dan Belanja di LRA dengan DIPA dan revisinya. b) Jika masih belum sesuai petugas UAKPA harus menelusuri perbedaan tersebut dan melakukan koreksi. c) Kemungkinan perbedaan tersebut antara lain: (1) Belum seluruhnya dilakukan proses posting. Agar dapat disajikan di LRA, setelah dilakukan perekaman dokumen sumber di aplikasi SAK, maka harus dilakukan proses posting, posting harus dilakukan minimal setiap bulan. Jika ada perbedaan data anggaran di LRA dan DIPA, maka lakukan posting ulang untuk setiap bulan dari Januari hingga Desember. (2) Ada data anggaran yang belum direkam di aplikasi SAK. Jika setelah dilakukan proses posting ulang masih ditemukan selisih, perintahkan petugas UAKPA untuk mencetak Register Transaksi Harian (RTH) DIPA dari Aplikasi SAK, selanjutnya perintahkan agar dibandingkan dengan DIPA. d) Cetak kembali LRA yang sudah dikoreksi dan bandingkan kembali dengan DIPA dan revisinya.

25 25 e) Jika masih belum sesuai, petugas UAKPA harus mengecek kembali untuk menelusuri lagi sehingga diperoleh angka yang benar. b. Realisasi Pendapatan dan Belanja Untuk memastikan bahwa seluruh realisasi pendapatan dan belanja sudah dicatat dengan dengan benar. a. Langkah Kerja: a) Peroleh Berita Acara Rekonsiliasi dengan KPPN dari bulan Januari hingga Desember. b) Analisa Berita Acara Rekonsiliasi, jika terdapat selisih, petugas UAKPA harus melakukan koreksi. c) Cetak RTH Realisasi Pendapatan dan Belanja c ) Cetak... d) Petugas UAKPA harus melakukan Verifikasi RTH dengan Dokumen Sumber (SPM/SP2D/SSBP) e) Jika terdapat perbedaan, petugas UAKPA harus melakukan koreksi. 2. Penyusunan Neraca Untuk memastikan bahwa seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang ada pada tanggal neraca sudah tersaji dalam neraca. Validitas neraca pada tingkat satuan kerja menentukan validitas neraca pada level di atasnya. a. Langkah Kerja: 1) Peroleh data-data awal untuk penyusunan neraca, antara lain: a) Neraca komparatif posisi terakhir, Neraca merupakan hasil cetakan aplikasi SAK. Pencetakan dari aplikasi SAK melalui menu pilihan Tahunan. Sebelum dicetak, sebaiknya dilakukan posting ulang untuk seluruh bulan terlebih dahulu. Untuk meyakinkan seluruh Dokumen Sumber yang telah direkam tersaji di neraca; b) Laporan Posisi BMN di Neraca posisi terakhir. Laporan BMN tersebut merupakan cetakan dari aplikasi SIMAK BMN. c) Berita Acara Rekonsiliasi dengan KPPNL d) Hasil Inventarisasi oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (jika ada). 2) Lakukan analisa terhadap akun-akun Neraca a) Kas di Bendahara Pengeluaran dan Penerimaan Peroleh Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran/Penerimaan, atau Laporan Posisi Kas, atau BKU Bendaharawan, lalu bandingkan dengan dengan Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara Penerimaan. Jika terdapat selisih, petugas harus SAK untuk menelusuri perbedaan tersebut untuk dilakukan koreksi saldo yang sesungguhnya.

26 b. Persediaan 26 b) Beberapa penyebab jika terjadi perbedaan, antara lain : (1) Nilai Kas Minus (kurang) di Neraca disebabkan karena ada SPM/SP2D Uang Persediaan DU/TU yang belum rekam. (2) Nilai yang terlalu besar pada akhir periode akuntansi, disebabkan karena ada SPM GU Nilih yang belum direkam atau ada SSBP berupa pengembalian Uang Persediaan belum direkam di aplikasi SAK. (3) Salah.. (3) Salah satu kejadian yang sering terjadi adalah belum direkamnya SSBP pengembalian Uang Persediaan tahun sebelumnya (Saldo Awal Uang Persediaan) maupun tahun berjalan. (4) Misalnya dalam Neraca per 31 Desember terdapat Saldo Kas Di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp 50 juta, pada tanggal 5 Januari Uang Persediaan tersebut telah disetorkan ke Kas Negara. SSBP tersebut hingga akhir tahun belum direkam ke dalam aplikasi SAK, sehingga Saldo Kas di Neraca terlalu tinggi. Sering terjadi tidak ada nilai persediaan pada Neraca baik pada laporan semester maupun akhir tahun. 1) Langkah kerja: a) Lakukan wawancara kepada petugas UAKPA dan dan UAKPB untuk memastikan apakah satker memiliki persediaan dan seluruhnya telah dibukukan di neraca c) Jika memiliki persediaan tetapi belum dibukukan lakukan langkah berikut: c. Bagian Lancar TGR/TPA (1) Peroleh kartu persediaan atau Berita Acara Inventarisasi Fisik Persediaan per 31 Desember. (2) Jika belum ada, petugas UAKPB harus melakukan inventarisasi persediaan. (3) Jika data-data tersebut sudah tersedia, petugas UAKPB/UAKPA harus merekam di aplikasi Persediaan 1) TGR/TPA biasanya mencakup masa pelunasan lebih dari satu tahun anggaran. 2) Jika pada akhir tahun masih terdapat saldo, dilakukan reklasifikasi untuk menentukan Bagian Lancar (yang jatuh tempo pada tahun depan) 3) Jumlah Bagian Lancar TGR/TPA ini dimasukkan ke kelompok aset lancer, sedangkan sisanya (TPA/TGR) disajikan dalam kelompok Aset Lainnya. 3. <nama aset tetap> Sebelum Disesuaikan a. Periksa apakah masih ada akun <nama Aset Tetap> Sebelum Disesuaikan b. Jika akun ini masih muncul dapat disebabkan oleh: 1) Perolehan Aset Tetap melalui Belanja Modal Belum dibukukan di SIMAK BMN

27 27 2) Penerimaan ADK dari Aplikasi SABMN belum dilakukan, 2) Penerimaan... 3) Penerimaan ADK dari SA BMN sudah dilakukan tetapi terdapat aset berikut SPM/SP2D yang belum direkam atau masih terdapat BMN yang berupa Konstruiksi Dalam Pengerjaan. 4) Pemeliharaan dianggarkan sebagai Belanja Modal 5) Jika masih terdapat akun <nama Aset Tetap> Sebelum Disesuaikan, petugas UAKPA dan UAKPB harus menelusuri hal tersebut. 6) Apabila terdapat Pembelian Aset yang belum direkam di SIMAK BMN, petugas UAKPB harus merekam SPM/SP2D Belanja modal di aplikasi SIMAK BMN, dan selanjutnya mengirimkan ADK BMN ke petugas UAKPA (aplikasi SAK) untuk dilakukan proses penggabungan aset tetap. 7) Apabila timbulnya akun tersebut karena kesalahan penganggaran (Kegiatan pemeliharaan atau Barang untuk diserahkan ke masyarakat dianggarkan dalam Belanja Modal,), petugas SAK harus melakukan jurnal aset di aplikasi SAK 4. Aset Tetap a. Melalui menu aplikasi SAK teliti apakah Saldo Aset Tetap menurut neraca sudah sama dengan menurut SIMAK BMN (Rekonsiliasi Internal). b. Jika masih selisih petugas satker harus menelusuri dan memperbaikinya. 5. Aset Lainnya a. Lakukan reklasifikasi pada akhir tahun untuk TPA/TGR yang akan jatuh tempo pada tahun berikutnya. b. Yakinkan bahwa nilai TPA/TGR yang terdapat pada neraca akhir tahun adalah nilai setelah dikurangai bagian lancar-nya. c. Total Aset Lainnya = Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya. 6. Utang a. Identifikasi apakah terdapat hutang belanja (akrual) yang timbul di akhir tahun, yakni berasal dari tunggakan listrik, perawatan tahanan, dan gaji/ tunjangan yang belum dibayar b. Jika ada, teliti apakah sudah disajikan di Neraca 7. Saldo Awal a. Bandingkan saldo neraca per 31 Desember dari neraca komparatif dengan Hardcopy Laporan Keuangan Satker tahun sebelumnya. b. Apabila... b. Apabila terdapat selisih, petugas UAKPA/SAK harus mencari penyebab terjadinya selisih tersebut, dan perbaiki LK atau jika tidak bisa, ungkapkan perbedaan tersebut di CALK

28 8. Penyusunan laporan bmn Untuk memastikan UAKPB telah menyusun Laporan BMN sesuai ketentuan. a. Langkah Kerja: 28 (catatan: Langkah kerja Penyusunan Laporan BMN, terkait dengan langkah kerja penyusunan neraca untuk akun aset tetap) 1) Petugas UAKPB meyakinkan, apakah satker memiliki Aset tetap dan seluruhnya telah direkam di aplikasi SIMAK BMN. 2) Apabila masih ada aset tetap dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dicatat di SIMAK BMN, petugas UAKPB harus mencatat aset tersebut di SIMAK BMN. 3) Perekaman dilakukan melalui Menu Saldo pada periode berjalan ( misalnya terdapat Kendaraan yang diperoleh pada tahun 2007, tetapi belum dibukukan/direkam di SIMAK BMN, maka perekaman/pencatatan dilakukan melalui Menu Saldo Awal pada periode Desember) 4) Setelah semua semua direkam, lakukan proses penggabungan data SIMAK 9. Penyusunan CALK BMN ke aplikasi SAK, melalui menu Kirim dari aplikasi SIMAK BMN dan digabung melalui menu Terima dari UAKPB di aplikasi SAK. a. CaLK adalah unsur LK pokok dan wajib, bukan tambahan. b. CaLK bagian tak terpisahkan dari LK c. Setiap entitas wajib menyajikan CaLK d. Fungsi CaLK: menjelaskan unsur dlm LK yang lain e. Jika belum membuat CaLK, agar menyusun CaLK sesuai contoh di SE Direktur Jenderal Perbendaharaan No 51 tahun f. Crtical Poin dalam CALK Satker Polda umumnya : 1) Tidak seluruh dana hibah, bantuan ataupun dana lainnya yang diterima Satker diungkapkan dalam CALK, untuk itu disarankan agar Satker memperbaiki CALK dengan mengungkapkan seluruh dana hibah pada Penjelasan Dana Hibah serta dana lainnya (misalnya dana parkir, dana operasi tertentu misalnya operasi ketupat dll) diungkapkan dalam CALK pada penjelasan / poin PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA 2) Pengungkapan pos laporan keuangan maupun pengungkapan lainnya agar mempedomani Kebijakan Akuntansi yang ada 2) (yang Pengungkapan... sudah ada / diuraikan dalam CALK tersebut) 3) Untuk Satker yang memperoleh penerimaan antara lain Rumah Sakit, harus mengungkapkan secara lengkap menyeluruh seluruh aspek keuangan yang dikelola rumah sakit, dan untuk Rumah Sakit yang sudah BLU agar melampirkan Laporan Keuangan BLU 10. CATATAN TAMBAHAN :

29 29 Agara cermati hal-hal sebagai berikut : a. Apakah telah dilakukan opname kas per 31 Desember dan mintakan salinan R/K bank per 31 Desember b. Apakah sudah dilakukan stock opname terhadap pos Persediaan dan Aset Tetap dan mintakan berita acara stock opnamenya. c. Apakah aplikasi persediaan sudah sama dengan hasil stock opname d. Apakah aset tetap hasil hibah telah dilengkapi dengan Berita Acara e. Apakah aset tetap rusak sudah direklas ke aktiva lain-lain f. Apakah saldo awal AT sudah sama dengan aplikasi SIMAK BMN g. Penjelasan pos neraca untuk untuk aset tetap kurang memadai h. Apakah seluruh akun aset telah disesuaikan i. Pendapatan hibah (apabila ada) belum disajikan dalam CALK III. PENUTUP Demikian Standard Operation Procedure (SOP) dibuat untuk dapat digunakan sebagai pedoman petugas Pelaksana Reviu. Ditetapkan di : Mataram pada tanggal : Maret 2014 INSPEKTUR PENGAWASAN DAERAH POLDA NTB Drs. ANANG SIDANU.S.H..M.Si KOMBES POL NRP

30 30 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT ITWASDA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang PENGAWASAN OPERASI (WASOPS) NOMOR: SOP- 234 /III/2014/ITWASDA I. PENDAHULUAN 1. Umum a. bahwa dalam rangka melaksanakan operasi Kepolisian perlu dilakukan pengawasan dengan sasaran bidang manajemen Operasi Kepolisian diperlukan perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas perlu kiranya disusun tentang Standart Operasional Prosedur (SOP) tentang pengawasan operasi sebagai acuan dan pedoman bagi personel pengawas internal, sehingga dalam melaksanakan kegiatan mendapatkan hasil yang lebih optimal. 2. Dasar a. Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang susunan OTK pada tingkat Polda dan Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang susunan OTK pada tingkat Polres dan Polsek; b. Peraturan Kapolri Nomor 9 Tahun 2012 tanggal 22 Juni 2012 tentang Menejemen Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia; c. Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2009 tanggal 3 Maret 2009 tentang Sistem Operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia; d. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/760/X/2005 tanggal 21 Oktober 2005 tentang Petunjuk Wasops di lingkungan Polri; 3. Pengertian

31 31 a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri; b. Manajemen... b. Manajemen Operasi Kepolisian adalah suatu proses penyusunan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam rangka melaksanakan operasi kepolisian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien; c. Rencana Operasi yang selanjutnya disingkat Renops adalah suatu produk perencanaan yang akan dijadikan pedoman dalam melakukan operasi kepolisian yang berisi situasi, tugas pokok, pelaksanaan, pengendalian, administrasi, personel, sarana prasarana dan anggaran; d. Operasi Kepolisian adalah serangkaian tindakan Polri dalam rangka pencegahan, penanggulangan, penindakan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), serta penanganan bencana yang diselenggarakan dalam kurun waktu, sasaran, cara bertindak (CB), pelibatan kekuatan dan dukungan sumber daya tertentu oleh beberapa fungsi kepolisian dalam bentuk satuan tugas (Satgas); e. Sasaran Operasi Kepolisian adalah bentuk potensi gangguan, ambang gangguan dan gangguan nyata tertentu yang ditanggulangi dengan operasi kepolisian; f. Target Operasi yang selanjutnya disingkat TO adalah sasaran yang dipertajam berdasarkan skala prioritas dan dapat diukur untuk ditangani, dicapai dalam penyelenggaraan operasi Kepolisian; g. Kontinjensi adalah suatu kejadian yang muncul secara tiba-tiba yang tidak dapat diprediksikan (unpredictable), dapat menimbulkan gangguan Kamtibmas yang disebabkan oleh faktor alam, manusia dan hewan; h. Kuratif adalah CB yang dilakukan dalam operasi Kepolisian berbentuk pertolongan dan penyelamatan; i. Direktif adalah persetujuan, petunjuk dan arahan dari penanggung jawab kebijakan operasi mengenai bentuk operasi, sandi operasi, waktu operasi dan sumber anggaran yang akan digunakan untuk menyelenggarakan operasi kepolisian; j. Perintah Operasi yang selanjutnya disingkat PO adalah dokumen administrasi operasi kepolisian yang berisikan jenis, sandi dan waktu dimulainya operasi kepolisian; k. Surat perintah pelaksanaan operasi yang selanjutnya disingkat Sprinlakops adalah perintah kepada para petugas yang dilibatkan dalam operasi Kepolisian untuk melaksanakan operasi Kepolisian dengan sandi, waktu dan rincian tugas tertentu;

32 32 l. Latihan Praoperasi yang selanjutnya disingkat Latpraops adalah pelatihan yang berupa teori dan praktek dalam rangka kesiapan sebelum pelaksanaan operasi kepolisian. 4. Maksud Maksud dan Tujuan a. Maksud Standart Operasional Prosedur (SOP) ini dibuat untuk dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan wasops secara transparan dan akuntabel. b. Tujuan Standart Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman bagi pejabat atau petugas pelaksana, guna mendapatkan persamaan persepsi, kesatuan tindak dan keseragaman dalam pelaksanaan wasops. 5. Ruang Lingkup Materi yang tertuang dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Wasops ini meliputi aspek manajemen operasional (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian) terhadap pelaksanaan operasi baik dari aspek pelibatan kekuatan personel dan sarana prasarana maupun dukungan anggaran. 6. Tata Urut I. PENDAHULUAN III. II. PERSIAPAN PELAKSANAAN IV.PELAPORAN V. PENUTUP II. PERSIAPAN

33 33 7. Personel pelaksana a. menyusun/membuat renwas operasi; b. menyiapkan Surat perintah petugas yang ditunjuk; c. surat Perintah Perjalanan Dinas; d. menyiapkan sarana tranportasi; e. menyiapkan kertas kerja; f. membuat Surat Telegram pemberitahuan kepada obyek Wasops; g. menyusun pembagian waktu dalam penugasan anggota tim; h. menyusun daftar pertanyaan/checklist sesuai sasaran Wasops; i. koordinasi dengan Roops Polda NTB atau Satker yang dikedepankan, terkait dengan produk Renops, dan referensi lainya sesuai sasaran operasi. j. Menghimpun... j. menghimpun dan meneliti temuan temuan hasil Wasops guna dianalisa dan dievaluasi; k. menyusun laporan kepada Kapolda NTB sebagai pertanggungjawaban tugas akhir. 8. Obyek pengawasan operasi bidang Manajemen Operasional yang meliputi : a. perencanaan; b. pengorganisasian; c. pelaksanaan; d. pengendalian; e. dukungan sarana dan prasara f. dukungan anggaran dan keuangan. 9. Metode dan tehnik Wasops a. tanya Jawab/ konfirmasi; b. observasi/pengamatan; c. peninjauan Posko Operasi; d. pencocokan data; e. penghimpun pilun dan data; f. evaluasi; g. pengarahan. III. PELAKSANAAN 10. Pelaksanaan persiapan terhadap obyek Wasops

34 34 a. Perencanaan 1) Inventarisir produk administrasi operasi antara lain : a) Rencana Operasi (Renops) dengan meteri sandi operasi, waktu (lamanya operasi) sasaran operasi, cara bertindak (CB), target operasi (TO) jumlah personel yan g dilibatkan serta dukungan anggaran (APBN non APBN ); b) apakah Renops satuan atas (Mabes Polri dan Polda NTB paling lambat H-7 sudah diterima oleh satuan bawah; c) Kirsus Intelejen apakah sudah disusun dengan sasaran dan cara bertindak yang lebih spesifik serta dijadikan sebagai acuan pembuatan rencana operasi (Renops); d) Apabila... d) apabila ada perubahan target operasi ( TO) apakah Kirpat sudah disusun oleh DitIntelkam Polda dan/atau Satintelkam Polres; e) surat perintah pelaksanaan operasi (Sprinlakops) yaitu jumlah personel yang ditunjuk sesuai kebutuhan dan pembagian masingmasing Satgas sesuai sasaran operasi; f) Perintah Operasi (PO) dari satuan atas dan jawaban mengerti serta siap melaksanakan; g) apakah sudah menyusun Surat Perintah (Sprin) penunjukan personel setiap pentahapan operasi dan jumlah kekuatan; h) apakah sudah menyusun jadwal/tahapan operasi; i) apakah sudah menyusun rencana Teknologi Informasi (TI) untuk penggelaran alkom; j) apakah sudah menyusun rencana Latpraops sesuai dengan sasaran dan jenis operasi; k) apakah sudah melaksanakan rapat koordinasi dengan Instansi lintas sektoral terkait, serta komponen masyarakat lainnya; l) apakah sudah penyusunan HTCK operasi antar pejabat dalam Satgas; m) apakah sudah menjawab mengerti dan siap melaksanakan perintah operasi; n) penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data dalam bentuk digital, serta perangkat lainnya dalam satu ruangan o) apakah sudah menyiapkan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan guna mengirimkan laporan harian; p) apakah sudah menyiapkan tanda pengenal operasi; q) perencanaan kebutuhan anggaran dan keuangan;

35 35 r) apakah sudah disusun rencana penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai daftar nama-nama personel yang terlibat operasi; s) apakah sudah menyusun rencana penggeseran pasukan sesuai tahapan operasi minimal H-2 dan termasuk dukungan anggara. b. Pengorganisasian 1) Apakah sudah menyusun Surat Perintah Operasi (Sprinlakops) : a) Tingkat Polda : (1) Kaopsda dijabat oleh Kapolda; (2) Wakaopsda dijabat oleh Wakapolda; (3) Karendalopsda dijabat oleh Karoops Polda; (4) Kasetopsda... (4) Kasetopsda, Kapusdataopsda dan Kasatgasda, Pa Anev dan Pa Posko dijabat oleh perwira yang ditunjuk. b) Tingkat Polres: (1) Kaopsres dijabat oleh Kapolres; (2) Wakaopsres dijabat oleh Wakapolres; (3) Karendalopsres dijabat oleh Kabagopsres; (4) Kepala sekertaris operasi (Kasetops) dijabat oleh Kasubbagbinops Polres dan dibantu oleh Perwira Anev; (5) Kepala pusat data operasi ( Kapusdataops) dijabat oleh Kasubagdalops Polres dan dibantu oleh Perwira Posko: (6) Kepala Satuan Tugas (Kasatgas). c) Penjabaran tugas : (1) Kaops (a) menetapkan arah kebijakan operasi kepolisian; (b) memberikan direktif penyelenggaraan operasi kepolisian. (2) Wakaops bertugas (a) (b) membantu tugas penanggung jawab kebijakan operasi dalam penetapan arah kebijakan operasi kepolisian; memberikan saran pertimbangan dan membantu pelaksanaan tugas penanggung jawab kebijakan operasi;

36 36 (c) mewakili tugas penanggung jawab kebijakan operasi apabila berhalangan dan melaporkan hasilnya pada kesempatan pertama. (3) Karendalops bertugas (a) (b) menerima arahan atau petunjuk dari Kaops untuk diteruskan kepada pelaksana operasi; melaksanakan rapat koordinasi dengan fungsi yang dilibatkan/instansi terkait; (c) menyusun Renops berdasarkan kirsusintel dengan lampiran TI, renbut Matlog dan dukungan anggaran; (d) menyusun Sprinlakops sesuai dengan kebutuhan operasi; (e) Menyusun... (d) (e) (f) (g) (h) menyusun Renlat dan menyelenggarakan Latpraops; menyiapkan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan; menyusun HTCK antara pejabat dan Satgas operasi serta instansi lain sesuai sasaran dan jenis operasi; menyiapkan tanda pengenal / pita operasi; menyalurkan anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku; (i) melaksanakan pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian sesuai kebutuhan; (j) (k) (l) (m) (n) (o) melaksanakan supervisi dan/atau asistensi ke Pospam maupun kesiapan satgas dilapangan; memantau setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai setiap perkembangan kepada Kaops/Wakaops; memberikan petunjuk dan arahan secara langsung, melalui lisan dan tertulis kepada Kasatgas dan petugas pelaksana; melakukan konsolidasi sebelum, sewaktu dan sesudah operasi; pada standar keberhasilan operasi kepolisian; dan melaporkan hasil kepada penanggung jawab kebijakan operasi/ Kaops sesuai struktur organisasi. (4) Kasetops bertugas (a) (b) (c) (d) menyelenggarakan administrasi operasi; menyusun Rengiat harian dan mingguan Kaops; menghimpun Rengiat harian dan mingguan Kasatgas; dan membuat laporan Anev harian/mingguan dan laporan akhir hasil operasi kepada satuan atas;

37 37 (e) dalam pertelaan tugasnya di bantu oleh Perwira Anev. (5) Kapusdataops bertugas (a) (b) menyiapkan posko dan perlengkapannya; menghimpun dan mencatat laporan harian dari para Kasatgas; (c) Menyiapkan... (c) menyiapkan akses komunikasi ( voice data video/teleconference, internet, faximile, handy talky dan telepon); (d) (e) Kapusdataops bertanggung jawab kepada Kaops; pertelaan tugasnya dibantu oleh Perwira Posko. (6) Satuan tugas (Satgas) menyusun rengiat harian dan mingguan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya, serta melaporkan hasil operasi antara lain : (a) Satgas deteksi : Tingkat Polda dijabat oleh Dirintelkam, sedangkan di tingkat Polres dijabat oleh Kasatintelkam dengan penjabaran tugas melaksanakan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan dengan langkahlangkah deteksi dan identifikasi; (b) Satgas Preemtif : Tingkat Polda dijabat oleh Dirbinmas, sedangkan di tingkat Polres dijabat oleh Kasabinmas dengan penjabaran tugas melaksanakan kegiatan pembinaan masyarakat; (c) Satgas Preventif : (d) (e) Tingkat Polda dijabat oleh Dirsabhara, sedangkan di tingkat Polres dijabat oleh Kasatsabhara dengan penjabaran tugas melaksanakan kegiatan pencegahan meliputi kegiatan penjagaan pengawalan dan patroli; Satgas Kamseltibcar Lantas Tingkat Polda dijabat oleh Dirlantas, sedangkan di tingkat Polres dijabat oleh Kasatlantas dengan penjabaran tugas melaksanakan kegiatan pengaturan dan pengendalian dan kelancaran arus lalu lintas; Satgas Tindak

38 38 Tingkat Polda maupun Polres dijabat oleh Perwira yang ditunjuk, dengan penjabaran tugas membantu melaksanakan kegiatan penindakan terhadap terjadinya Tindak Pidana yang terjadi selama berlangsungnya operasi; (f) Satgas... (f) (g) Satgas Gakkumdu Tingkat Polda dijabat oleh Dirreskrimum sedangkan di tingkat Polres dijabat oleh Kasareskrim dengan penjabaran tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana diproses secara tuntas, secara profesional, proposional, prosedural yang terjadi selama operasi dengan melibatkan Instansi Kejaksaan dan Pengadilan; Satgas Banops. Tingkat Polda dijabat oleh Dansatbrimob sedangkan di Polres dijabat oleh Perwira yang ditunjuk, dengan penjabaran tugas mempersiapkan kegiatan bantuan dan back up Operasi : (1) melaksanakan pengawasan terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh personel operasi; (2) menggelar jaring komunikasi dalam rangka mendukung kegiatan operasi; (3) melaksanakan kegiatan penerangan (Humas) kepada masyarakat; (4) melaksanakan kegiatan medis dan kesehatan; (5) penggelaran sarana / prasarana, kendaraan dan tindakan pertolongan cepat di bidang kedokteran/kesehatan serta evakuasi. (h) Sprinlakops agar melibatkan unsur Sitipol, Urddokkes Humas dan Sarpras sebagai Satkgas bantuan operasi, sedangkan unsur Propam dan Siwas sebagai unsur pengawas agar dibuatkan Sprin tersendiri. c. Pelaksanaan 1. Bidang operasional

39 39 a) sebelum pelaksanaan operasi supaya menyelenggarakan latihan teori maupun praktek/peragaan dengan melibatkan semua personel operasi, sedangkan materi menyesuaikan sasaran operasi serta melaporkan hasilnya ke Biroops Polda NTB; b) Melakukan... b) melakukan gelar pasukan, rapat koordinasi dan memaparkan rencana kegiatan sebelum dilakukan operasi dengan melibatkan unsur terkait, disesuaikan dengan sasaran dan jenis operasi, serta melaporkan hasilnya ke Biroops Polda NTB; c) dalam rangka operasi Mantab Praja atau pemilukada supaya membuat MOU dengan Pemprop/Pemkab/Pemkot dan KPU, yang terkait dengan fakta kesepahaman penerimaan dana Hibah maupun penyelenggaraan pengamanan; d) menggelar panel data dinamika operasi (PDDO) secara transparan maupun digital dengan kelengkapan administrasi berupa format atau belangko, dan dokumen lain yang diperlukan guna mengirimkan laporan dan Anev harian; e) menyiapkan pos pengamanan (pospam) sesuai kebutuhan operasi, yang ditempatkan pada lokasi berdasarkan kerawanan wilayah, kekuatan personel dan dukungan anggaran; f) setiap hari selama operasi Kaopres membuat rencana kegiatan termasuk masing-masing Satgas, berdasarkan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya, untuk menentukan sasaran, cara bertindak dan penanganan target operasi yang lebih efektip dan efisien; g) Kasetops selaku Kaanev setiap hari membuat laporan anev harian, mingguan dan bulanan yang dilaporkan kepada Kaopsres, guna mengevaluasi pelaksanaan operasi; h) Satgas Deteksi membuat perkiraan cepat ( Kirpat) apabila terjadi perubahan TO, yang diikuti perubahan CB dan pelibatan kekuatan bila diperlukan; i) supervisi/asistensi yang dilakukan Biroops Polda NTB selaku pembina fungsi lebih awal, sehingga pada saat Wasops dari Itwasda Polda NTB tidak terdapat kesalahan; 2 Bidang sumber daya manusia a) personel yang dilibatkan dalam Sprinlakops harus dibebaskan dari kegiatan harian/ tugas rutin; b) dalam hal kotijensi yang memerlukan backup penambahan personel Brimob atau Sabhara, agar Satwil mengajuan permohonan secara lisan dan tertulis, kepada Kapolda NTB, tembusan Karoops Polda NTB;

40 40 3. Bidang Bidang sarana prasarana a) Karendalops supaya membuat rencana kebutuhan sarana dan prasarana guna mendukung operasi berupa alkom, ranmor roda 6, roda 4 dan roda 2, senpi panjang dan pendek, borgol, tongkat, dan sebagainya, sesuai sasaran dan kebutuhan operasi; b) dukungan sarana prasarana telah ditempatkan pada pos-pos yang telah ditentukan dan telah siap operasional, jika sewaktu-waktu dibutuhkan; c) Subagsarpras agar membuat rencana pendistribusian (rendis) bahan bakar minyak (BBM) da ri dukungan rutin selama operasi, kecuali ada dukungan BBM secara khusus diluar rutin; 4. Bidang anggaran dan keuangan a) dukungan anggaran berasal dari DIPA/RKA-KL Satker Biroops Polda NTB; b) dukungan dana hibah uang/barang/jasa dari Pemprop, Pemkab dan Pemkot, supaya dilengkapi administrasi antara lain : (1) perjanjian hibah (MoU); (2) berita acara serah terima hibah; (3) surat pernyataan telah menerima hibah yang ditandatangani oleh Kasatker dan diberi cap basah; (4) dicatat dalam pembukuan tersendiri (diluar buku KU-1); (5) dimasukan ke rekening penampungan penerimaan hibah, apabila sudah ada dengan menjelaskan nomor rekening, atasnama rekening, dan Bank yang digunakan, kalau belum supaya membuka rekening dengan mengajukan permohonan melalui Kabidkeu dan diteruskan ke Kapuskeu Polri; (6) satker tidak diijinkan menampung dana hibah pada rekening bendahara pengeluaran/penerimaan atau rekening pribadi; (7) apabila masih ada saldo, agar disetor ke kas Negara, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian hibah; (8) satker dapat langsung menggunakan uang yang berasal dari hibah tanpa menunggu terbitnya persetujuan pembukaan rekening hibah;

41 41 (9) mengajukan revisi DIPA ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat (dengan mempedomani Perdirjen Perbendaharaan nomor: PER-15/PB/2012 tentang tata cara revisi DIPA); (10) Satker... (10) satker yang menerima hibah dan tidak mengajukan registrasi dan atau pengesahan akan diberikan sangsi administrasi; (11) penerimaan dana hibah agar dicatat dalam CaLK berdasarkan T.A. c) mempedomani Keputusan Kapolri Nomor: Kep/415/VII/2012 tanggal 20 Juli 2012 tentang Norma Indeks di lingkungan Polri T.A. 2014: Dukungan Operasi / Logistik ,- Uang saku OH Rp ,- Dana Satuan OH Rp ,- Jasa Angkutan OH Rp ,- Kodal OH Rp ,- Makan Operasi OH Rp ,- Bek Kes OH Rp ,- Latpraops Rp ,- Uang Makan OH Rp ,- Snack & Drink OH Rp ,- Alins/Alongins OH Rp ,- Minlat OH Rp ,- Honor Instruktur O/JP Rp ,- (d) (e) (f) menyususun rencana kebutuhan anggaran untuk didistribusikan kepada personel yang terlibat operasi sesuai dengan jumlah dan tahapannya dengan indek pada poin (d) batas maksimal; (H-3) uang saku, makan dan bekkes sudah diterimakan kepada personel yang terlibat operasi, dengan melengkapi daftar nominatif dan ditanda tangani; membuat perwabku seluruh anggaran yang diterima dengan koordinasi dengan pembina fungsi keuangan; d. Bidang pengawasan dan pengendalian 1. Kaops melakukan pemantauan setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai serta mengevaluasi guna menentukan cara bertindak yang lebih efektip;

42 42 2. Kaops dan Karendalops supaya melakukan supervis/asistensi kepada satuan bawah dan petugas pelaksana; 3. konsulidasi personel yang terlibat operasi mulai dari sebelum, sewaktu dan purna operasi; 4. menyusun hasil akhir operasi kepada Kapolda NTB dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah operasi berakhir IV. PELAPORAN... IV. PELAPORAN pelaporan hasil akhir operasi kepolisian kepada penanggung jawab operasi melalui Karendalops dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah operasi berakhir, dengan melampirkan perwabku, sedangkan laporan memuat : I. PENDAHULUAN II. III. IV. 1. Umum 2. Dasar 3. Maksud dan tujuan 4. Ruang lingkup 5. Tata urut PELAKSANAAN 6. Tahap persiapan 7. Tahap pelaksanaan 8. Tahap pengakhiran HASIL YANG DICAPAI 9. Hasil yang dicapai (target operasi yang berhasil dicapai atau diungkap). 10. Penyerapan dan sisa anggaran operasi 11. Kendala 12. Analisa dan evaluasi PENUTUP 13. Kesimpulan 14. Saran.

43 43 V. PENUTUP Demikianlah Standar Operasional Prosedur (SOP) ini disusun untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas pengawasan operasi. Ditetapkan di : Mataram pada tanggal : Maret 2014 INSPEKTUR PENGAWASAN DAERAH POLDA NTB Drs. ANANG SIDANU.S.H..M.Si KOMBES POL NRP

44 44 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH STANDARD OPERATION PROCEDURE ( SOP ) tentang PENGAWASAN PROYEK (WASYEK) JAJARAN POLDA NTB Nomor: R /SOP- 243 /III/2014/Itwasda II. PENDAHULUAN 6. Umum a. sesuai DIPA / RKA-KL satker jajaran Polda NTB T.A yang tertuang didalamnya terdapat pembangunan mapolsek dan renovasi gedung; b. pengawasan pembangunan polsek dan renovasi gedung adalah merupakan bagian integral dari pengawasan fungsional Internal Polri untuk menjamin terselenggaranya suatu pembangunan polsek dan renovasi sesuai perencanaan

45 45 yang telah diajukan dan didukung anggaran yang tersedia serta norma yang berlaku; c. pengawasan pembangunan polsek dan renovasi gedung kewilayahan di jajaran Polda NTB adalah guna mengetahui sejauhmana kemajuan fisik pembangunan mapolsek dan renovasi gedung yang telah dijadwalkan dan direncanakan sesuai SPP kontraknya; d. agar pengawasan operasi pembangunan mapolsek dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis, maka perlu disusun rencana pengawasan operasi proyek sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di lapangan. 7. Maksud dan Tujuan c. Maksud sebagai kontrol untuk memperoleh hasil pekerjaan proyek pembangunan mapolsek dan renovasi gedung pada jajaran Polda NTB yang sesuai standar dan spektek yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) d. Tujuan agar diperoleh kesamaan persepsi dan memudahkan pelaksanaan pengawasan proyek (Wasyek) pembangunan mapolsek dan renovasi yang tertuang dalam DIPA/ RKA-KL satker T.A Perkap Dasar a. Perkap Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang susunan OTK pada tingkat Polres dan Polsek; b. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/760/X/2005 tanggal 21 Oktober 2005 tentang Petunjuk pengawasan di lingkungan Polri; c. Rencana Pengawasan Tahunan Itwasda Polda NTB Nomor : Renwas/03/I/2014/Itwasda tanggal Maret 2013 tentang rencana pengawasan tahunan Itwasda Polda NTB T.A Ruang Lingkup dan Tata Urut Kegiatan Wasyek melaksanakan pengawasan pembangunan Mapolsek meliputi aspek pembuatan administrasi, dukungan anggaran dan kemajuan phisik perjenis pekerjaan sesuai dengan spesifikasi tehnik/gambar yang ditentukan 5. Tata urut.

46 46 I. PENDAHULUAN. II. PENGGOLONGAN. III. PELAKSANAAN. IV. ADMINISTRASI DAN DUKUNGAN LOGISTIK. V. KOMANDO DAN PENGENDALIAN. VI. PENUTUP. II. PENGGOLONGAN 6. Penggolongan pengawasan pembangunan mapolsek dapat diketahui, dipantau, arah/gerak dinamika pelaksanaan pembangunan melalui : a. pengecekan terhadap dokumen lelang yang telah lulus dan disepakati antara KPA/PPK dengan penyedia jasa; b. pengecekan langsung dilapangan sesuai sasaran pengawasan proyek pembangunan mapolsek dan renovasi gedung yang tercantum dalam DIPA/RKA- KL T.A III. PELAKSANAAN 7. Manajemen pengawasan proyek pembangunan Mapolsek, meliputi : a. pengawasan terhadap administrasi/dokumen pelaksanaan Proyek yang ter diri dari : 3 1) pelimpahan... 1) pelimpahan wewenang dari KPA

47 47 a). b). skep Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sprin panitia lelang dan pengawas. 2) dokumen prakualifikasi Kerangka Acuan Kerja (KAK) 3) produk konsultan (dok lelang) a) rencana kerja dan syarat-syarat b) Harga Perkiraan Sendiri (HPS) c) Bill of Quantity (BQ) c) Gambar Rencana (Shop Drawing) 4) proses lelang (pasca kwalifikasi) a) pengumuman melalui LPSE Mabes Polri dan Papan pengumuman b) pendaftaran calon penyedia c) undangan penyedia d) penjelasan (anwizing) e) pemasukan dokumen penawaran f) pembukaan dokumen penawaran g) evaluasi administrasi h) evaluasi tehnik i) evaluasi penawaran harga j) penetapan pemenang oleh Kepala Unit Layanan Pengadaan (KULP) k) pengumuman calon pemenang oleh Kepala Unit Layanan Pengadaan (KULP) l) penunjukan pemenang oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 5) dokumen kontrak a) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) b) penandatanganan kontrak oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

48 48 c) Penyerahan Garansi Bank b. pengawasan pisik di lapangan terdiri dari : 1) pengawasan terhadap gambar proyek pada proyek bangunan, gambar memegang peranan yang sangat penting, ide dan perencanaan semuanya dituangkan dalam sebuah gambar teknik. Dari gambar inilah dipecahkan metode pelaksanaan pekerjaan hingga suatu bangunan dapat terelisasi. a) gambar... 4 Adapun beberapa jenis gambar teknik pada suatu proyek bangunan adalah sebagai berikut:. a). gambar tender gambar tender adalah gambar yang dimiliki pemilik (owner) yang dibuat untuk menganalisa dan membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada suatu proyek yang akan dikerjakan. b). gambar shop drawing gambar shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh kontraktor yang digunakan sebagai pedoman atau dasar pelaksanaan pekerjaan di lapangan. c). gambar as built drawing (gambar purna laksana) (1) gambar as built drawing adalah gambar aktual pelaksanaan setelah proses pekerjaan lapangan selesai dikerjakan; (2) pengawasan terhadap gambar memegang peranan yang tidak kalah pentingnya, dimana setiap pekerjaan lapangan harus sesui dengan spesifikasi gambar; (3) setiap proses pembuatan gambar juga harus melalui proses pemeriksaan; (4) pembuatan shop drawing dilakukan oleh kontraktor pelaksana, kemudian dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh konsultan pengawas pada pengawasan. 2) pengawasan terhadap persiapan proyek

49 49 pengawasan terhadap persiapan perlu dilakukan karena untuk mengetahui proyek yang akan dikerjakan apakah sudah siap lahan dan pembuatan rumah tempat menyimpan material/bahan maupun tempat istirahat para pekerja (tukang) serta pemasangan boplang. 3) pengawasan terhadap urugan tanah pengawasan terhadap kepadatan tanah urug yang dipergunakan untuk berdirinya suatu proyek bangunan yang akan dikerjakan 4) pengawasan...

50 50 4) pengawasan terhadap pasangan dan pondasi 5 pengawasan ini dititik beratkan pada kedalaman galian pondasi/stros serta ukuran aduan antara semen dan pasir untuk pasangan pondasi dimaksud 5) pengaawasan terhadap pekerjaan struktur pentingnya pengawasan terhadap pekerjaan struktur karena pekerjaan ini yang akan memberikan bentuk pekerjaan pembesian dan pekerjaan beton. Sehingga pekerjaan struktur harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi shop drawing (gambar). 6) pengawasan terhadap pekerjaan rangka atap/plafon pengawasan ini dititik beratkan pada susunan rangka atap dan tebalnya galvalum bila menggunakan galvalum bila menggunakan rangka Kayu lihat jenis kayunya dan diameter kayu yang harus dipasang sesuai spektek gambar yang telah disepakati 7) pengawasan pekerjaan besi ( trailis dll) pengawasan ini khususnya pengawasan besi trails pada ruang tahanan baik yang menempel jadi satu dengan dinding maupun yang berada diatas ruang tahanan, apakah diameter besi trailis yang dipasang sudah sesuai dengan Spektek dan gambar yang telah disepakati 8) pengawasan terhadap pekerjaan pasangan, plesteran, dan acian dinding selama masa pelaksanaan pekerjaan finishing arsitektur juga sangat perlu pengawasan yang tinggi, seperti pada pekerjaan pasangan dinding mulai dari mutu adukan, air yang digunakan, kelurusan dan kerapihan pasangan, sebab apabila terjadi kesalahan akan membuang waktu dan biaya. Selanjutnya pekerjaan plesteran dan acian, apabila pekerjaan pasangan lurus dan rapi maka ketebalan plesteran menjadi efisien karena ketebalan plesteran rata-rata sama. 9) pengawasan terhadap pekerjaan pasangan lantai (keramik) pekerjaan terhadap pekerjaan finishing lantai keramik juga sangat penting untuk menjaga kualitas pemasangan dalam hal ini kerataan pemasangan dan adukan perekat keramik agar apabila pasangan keramik sudah kering tidak keropos. Disisi lain kualitas material keramik itu sendiri juga sangat berpengaruh dalam kerapian pemasangan lantai keramik. 10) pengawasan... 6

51 51 10). pengawasan terhadap pekerjaan pengecatan pengawasan pekerjaan ini perlu diperketat dalam hal pencampuran cat dengan pengencer cat dan tentunya material cat itu sendiri jangan sampai berubah dari spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk mengaplikasikannya biasanya cat harus menutupi warna acian dinding hingga tidak ada bayangan warna acian yang ditimpa oleh cat itu sendiri. Untuk pengecetan dinding luar dilapisi lagi dengan sealer alkali guna melindungi cat dari panas dan hujan agar cat tidak mudah pudar. 11) pengawasan terhadap pekerjaan sanitair pekerjaan ini perlu pengawasan yang mana jangan sampai penempatan pembuangn air kotor / Wc berdekatan dengan sumur yang akan dipakai untuk mandi dll sehingga perlu penataan yang bagus sesuai dengan spektek yang ada 12) pengawasan terhadap pekerjaan mekanikal dan elektrical pekerjaan seperti ini pelu adanya pengawasan yang mana jangnan sampai pemasangan lampu yang ada pada ruang tahanan akan berakibbat pada kesempatan untuk buh diri dan pemasnagan pelistrikan lainnya agar disesuaikan penampangnya dengan spektek 13) pengawasan terhadap pekerjaan finishing lainnya seperti halnya pengawasan terhadap pekerjaan di atas, jadi semua pekerjaan seharusnya memerlukan pengawasan agar terkontrol, karena apabila terjadi kesalahan segera terdeteksi. Dalam hal ini seperti pada pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela, pemasangan asesoris lainnya, juga saluran air bersih dan kotor. IV. ADMINISTRASI DAN DUKUNGAN LOGISTIK 8. Biaya pelaksanaan Wasyek didukung anggaran DIPA/ RKA-KL Itwasda Polda NTB T.A Besarnya dukungan anggaran disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku; 10. Angkutan yang dipergunakan disesuaikan dengan keadaan/situasi setempat; 11. Laporan hasil Wasyek dibuat sesuai dengan petunjuk yang berlaku; V. KOMANDO...

52 52 7 V. KOMANDO DAN PENGENDALIAN. 12. Posko Wasyek Itwasda Polda NTB bertempat di ruang rapat Itwasda; 13. Penyelenggaraan Wasyek dipimpin oleh Irwasda Polda NTB selaku Kawasyek sebagai penanggung jawab dan sehari-hari dikoordinir dan dikendalikan serta diawasi Irbid Bin/Ops; 14. Tim Wasyek terdiri 2 orang Parik/Auditor Itwasda dan satu tenaaga ahli proyek dari BPKP Nusa tenggara barat serta masing-masing pelaksanaan tugasnya dipimpin Ketua Tim yang bertanggung jawab kepada Kawasyek dan sehari-hari dikoordinasikan dengan Irbid Bin/Ops; 15. Penyampaian hasil pemeriksaan Wasyek atau rekap tabulasi yang dibuat oleh Tim diajukan/diserahkan kepada Kapolda NTB melalui Irwasda dan Kasatker selaku Obyek Wasyek. VI. PENUTUP 16. Penutup Demikian Standard Operation Procedure (SOP ) Pengawasan Proyek ini dibuat, untuk dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pimpinan maupun sebagai pedoman untuk kesiapan pelaksanaan Pengaawasan Proyek pembangunan Mapolsek dan Renovasi.bangunan gedung pada jajaran Polda NTB Ditetapkan di : Mataram pada tanggal : Maret 2014

53 53 INSPEKTUR PENGAWASAN DAERAH POLDA NTB Drs. ANANG SIDANU.S.H..M.Si KOMBES POL NRP

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT INSPEKTORAT PENGAWASAN DAERAH 1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KHUSUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Verifikasi. Tata Cara. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Verifikasi. Tata Cara. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.30, 2009 POLRI. Verifikasi. Tata Cara. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, HSL FINAL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN RUTIN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG HSL FINAL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN RUTIN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Pengawasan. Perbendaharaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Pengawasan. Perbendaharaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1, 2008 KEPOLISIAN. Pengawasan. Perbendaharaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia tentang Pengawasan dan Pemeriksaan Khusus di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor

2 Republik Indonesia tentang Pengawasan dan Pemeriksaan Khusus di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.559, 2014 KEPOLISIAN. Pengawasan. Pemeriksaan. Khusus. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN UMUM SERTA PERBENDAHARAAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KHUSUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 D

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN OPERASI KEPOLISIAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 D No.909, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Operasi. Kepolisian. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN OPERASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1527, 2013 KEPOLISIAN. Keuangan. Sistem Akuntasi. Rumah Sakit. Pengelolaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1417, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Serah Terima. Pejabat Eselon I dan Pejabat Eselon II. Verifikasi. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG VERIFIKASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.322, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pengawasan. Pemeriksaaan. Pengendalian Intern. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2013 KEPOLISIAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ATAS REKOMENDASI HASIL PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1865, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Pengawasan. Pemeriksaan. Rekomendasi Tindak Lanjut. Percabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEMANTAUAN

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT ITWASDA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT ITWASDA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT ITWASDA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN DAERAH NUSA

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.530, 2013 BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Akuntansi. Pelaporan. Keuangan. Sistem. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.391, 2016 KEMENHUB. Pelaporan Keuangan. Berbasis Akrual. Sistem dan Prosedur Akuntansi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 21 TAHUN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

B. Sasaran Verifikasi Sasaran verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan

B. Sasaran Verifikasi Sasaran verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan ketentuan yang berlaku. B. Sasaran Verifikasi Sasaran verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan dan laporan BMN entitas akuntansi dan entitas pelaporan telah disusun dan disajikan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI PUSAT PEMBINAAN PROFESI I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI Pelayanan publik

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 T E N T A N G PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

c. jumlah bagian lancar TGR/TPA ini dimasukkan ke kelompok aset

c. jumlah bagian lancar TGR/TPA ini dimasukkan ke kelompok aset 8. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak a. piutang penerimaan negara bukan pajak disajikan sebesar nilai tagihan yang belum dibayarkan ditambah denda atas piutang tersebut jika ada. b. piutang dienth

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI.

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI. AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI ATAS PELAKSANAAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA DEKONSENTRASI www.perbendaharaan.go.id PRINSIP PENGATURAN WEWENANG DAN PENUGASAN Kewenangan Pusat DILAKSANAKAN INSTANSI PUSAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Dalam informasi akuntansi dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan data keuangan suatu perusahaan. Data

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INSPEKTORAT PENGAWASAN UMUM DAERAH POLDA D.I.YOGYAKARTA

INSPEKTORAT PENGAWASAN UMUM DAERAH POLDA D.I.YOGYAKARTA INSPEKTORAT PENGAWASAN UMUM DAERAH POLDA D.I.YOGYAKARTA A. VISI DAN MISI ITWASDA POLDA DIY 1. Visi Itwasda Polda D.I. Yogyakarta. Mendorong terwujudnya peningkatan kinerja Satker yang terbatas dari kolusi,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Laporan Keuangan. Pemerintah Daerah. Standar Reviu. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.09/2014 TENTANG STANDAR REVIU ATAS

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.982, 2013 KEPOLISIAN. Kerugian Negara. Tuntutan. Penyelesaian. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1728, 2015 KEMENKEU. Anggaran. Bendahara Umum Negara. Pelaksanaan. Pengawasan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 204/PMK.09/2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal.

Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal. - 101-1. NAMA JABATAN : Kepala Bagian Keuangan 2. IKHTISAR JABATAN : Melaksanakan urusan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal. 3. TUJUAN JABATAN : Terwujudnya pengelolaan keuangan yang efektif dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014

Lebih terperinci

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Disampaikan oleh : Inspektorat Provinsi Jawa Timur Dinas Peternakan DASAR HUKUM UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, PP No.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/ 2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.2139, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Belanja Subsidi. Pelaporan Keuangan. Sistem Akuntansi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.861, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN, Sistem Akuntansi Hibah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 30 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.675, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Pemeriksaan. Rutin. Pengawasan. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.173, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sist

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sist No.2047, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Akuntansi. Pelaporan. Keuangan. Transfer. Dana Desa. Sistem. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1

INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATASOP INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 NO JENIS TAHUN TENTANG JUMLAH KET 1 2 3 4 5 6 1 SOP YANG DIBUAT OLEH KABAG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 65 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 65 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 65 TAHUN 20122 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-02.PW.02.03 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA, SALINAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PADANG LAWAS UTARA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSEJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Reviu Laporan Keuangan telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Februari 2011 SEKRETARIS UTAMA, GINA MASUDAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK. 06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Menimbang: bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang-undang

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 20 Tahun 2009 Lampiran : - TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang No.520, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Bagian Anggaran BUN. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PMK.05/2017 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1117, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Hibah. Pengelolaan. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN

Lebih terperinci

1. Pengertian Tahapan, Prosedur dan Teknik Audit

1. Pengertian Tahapan, Prosedur dan Teknik Audit TEKNIK AUDIT 1 1. Pengertian Tahapan, Prosedur dan Teknik Audit Tahapan Audit adalah Tahap-tahap yg dilalui suatu proses audit. Tiap jenis audit memiliki tahapan yg berbeda a) Tahapan audit keuangan mrt

Lebih terperinci

- 496 - BAGIAN KESATU PENDAHULUAN

- 496 - BAGIAN KESATU PENDAHULUAN - 496-21. Standar Pelayanan Penyusunan Laporan Keuangan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I (UAPPA-E1) Sekretariat Negara Bagian Anggaran 007.01 dan 069.03 STANDAR PELAYANAN PENYUSUNAN LAPORAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA a BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 504 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA PONTIANAK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1123, 2014 KEMEN KP. Pengawasan. Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

REVIU LAPORAN KEUANGAN DAN RKA KL SEBAGAI KEGIATAN ASSURANCE ITJEN KEMHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN UO KEMHAN

REVIU LAPORAN KEUANGAN DAN RKA KL SEBAGAI KEGIATAN ASSURANCE ITJEN KEMHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN UO KEMHAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REVIU LAPORAN KEUANGAN DAN RKA KL SEBAGAI KEGIATAN ASSURANCE ITJEN KEMHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN UO KEMHAN Deputi PIP Bidang Polhukam

Lebih terperinci

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN No. Dokumen Revisi Tanggal Berlaku Halaman ::0 : 1 Januari 2012 : 1 Dari 15 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/422.012/2013 TENTANG PENUNJUKANN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1042, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Pengawasan. Intern. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN N RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM 1. Latar belakang STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM BAB I PENDAHULUAN a. Bahwa Institusi

Lebih terperinci