BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. Interaksi Sosial Manusia sebagai individu hidup dalam sebuah lingkungan sosial, dimana diantara individu saling berkomunikasi dengan sesamanya baik itu secara personal (dengan individu lain) maupun secara kelompok. Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga saling memberikan respon terhadap satu sama lain. Sehingga dari peristiwa semacam itu muncullah interaksi diantara kedua pihak. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: a. Adanya kontak sosial Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya hubungan fisik, sebagai gejala sosial. Hal ini bukan sematamata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok. 8

2 b. Adanya komunikasi Komunikasi diartikan sebagai seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut (Soekanto, 2007:62). Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa: a. Kerja sama (cooperation) Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, dan sosiolog lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama dalam kelompok. Kerjasama diartikan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya kerjasama lahir apabila diantara individu atau kelompok ingin mencapai tujuan yang sama. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau 9

3 institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerjasama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. (Soekanto, 2007:65). Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu: 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolongmenolong. 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara 10

4 satu dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. 5) Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyekproyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan, dll. b. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial dimana kelompokkelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan (Soekanto, 2007:83). Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor, antara lain: 1) Kepribadian seseorang Selama persaingan dilakukan secara jujur, maka akan dapat mengembangkan rasa sosial dalam diri seseorang. Persaingan menyangkut kontak dan pengertian atau komunikasi karena seseorang tentu ingin mengetahui sifat-sifat, cara-cara kerja, perilaku lawannya. Apabila sifat-sifatnya berkenaan dengan dirinya, seseorang akan menghargai lawannya, 11

5 walaupun tujuannya berbeda. Oleh karena itu, persaingan dapat memperluas pandangan pengertian serta pengetahuannya dan juga perasaan simpati seseorang. 2) Kemajuan Persaingan akan mendorong sesorang untuk bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi pembangunan masyarakat. 3) Solidaritas kelompok Selama persaingan dilakukan secara jujur, solidaritas kelompok tidak akan goyah, dan akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian (Soekanto, 2007:86). c. Pertentangan atau pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab dari pertentangan adalah perbedaan antara individu-individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial (Soekanto, 2007:91). 12

6 Sisi negatif dari pertentangan atau pertikaian adalah: 1) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, maka akan berakibat pada goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut. 2) Perubahan kepribadian pada individu, pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok, selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian, tetapi banyak pula yang merasa tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya (Soekanto, 2007:95). d. Akomodasi (accomodation) Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang-peorangan atau kelompok kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu 13

7 cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya (Soekanto, 2007:68). Bentuk-bentuk akomodasi yaitu: 1) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis (tidak langsung). 2) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihakpihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya. 3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan. 14

8 4) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusankeputusan penyelesaian perselisihan tersebut. 5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi. Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis baik yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal secara perorangan maupun kelompok sehingga terjadi hubungan timbal balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain diantara pelaku olahraga futsal dengan bentuk interaksi asosiatif maupun disosiatif. 15

9 2. Komunitas Kriteria utama bagi adanya suatu komunitas adalah adanya social relationship antara anggota suatu kelompok, faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan individu diluar kelompok. Disimpulkan bahwa komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu (Soerjono, 2007:133). Unsur-unsur perasaan komunitas (community sentiment) antara lain: a. Seperasaan Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang didalam kelompok tersebut kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami. Pada unsur seperasaan kepentingan-kepentingan individu diselaraskan dengan kepentingan-kepentingan kelompok sehingga dia merasakan kelompoknya sebagai struktur sosial masyarakatnya. b. Sepenanggungan Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya. 16

10 c. Saling memerlukan Individu yang tergabung dalam komunitas merasakan dirinya tergantung dengan komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis. Berdasarkan pemaparan di atas, ukuran suatu komunitas dalam penelitian ini adalah hubungan pertemanan satu sekolah, hubungan pertemanan satu universitas, dan hubungan pekerjaan yang membentuk suatu kelompok futsal. 3. Olahraga Futsal Pengertian futsal menurut pendapat beberapa ahli dan berbagai disiplin ilmu adalah sebagai berikut: a. Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. b. Menurut Roeslan Hatta (2003: 9), olahraga futsal merupakan olahraga futsal mini yang dilakukan dalam ruangan dengan panjang lapangan meter dan lebar 17

11 15-25 meter. Dimainkan oleh 5 pemain termasuk penjaga gawang. Futsal adalah permainan hampir sama dengan sepakbola, dimana dua tim memainkan dan memperebutkan bola diantara para pemain dengan tujuan dapat memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang dari kemasukan bola. c. Menurut Justin Lhaksana (2004: 19), Sebelum berkembang menjadi cabang olahraga yang kedudukannya sejajar dengan sepakbola rumput, futsal ditekuni sebagai sarana pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir dalam bidang sepakbola. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan pengertian futsal adalah cabang olahraga permainan beregu, yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Permainan ini dimainkan dalam dua babak, setiap babak lamanya 20 menit dengan waktu istirahat 15 menit yang dipimpin oleh wasit dan dibantu oleh wasit kedua, setiap pelanggaran ada sangsinya. Oleh karena itu, pemain diharapkan memelihara sportifitas. Regu yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya. 18

12 B. Penelitian Terdahulu Adapun kepustakaan dan penelitian terdahulu yang membahas terkait tema dan fokus penelitian ini, diantaranya adalah: Puput Dwi Prasetyo (2011) tentang Interaksi Sosial Dalam Komunitas Suporter Sepak Bola Pasoepati Solo. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana proses interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam komunitas Pasoepati yang dapat dianalisis melalui kontak dan komunikasi yang dihadirkan oleh anggota, Suku, Korwil dan DPP Pasoepati. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial dalam komunitas suporter sepak bola Pasoepati terjalin secara intensif diantara elemen-elemennya. Kerjasama yang terjadi adalah kerjasama dalam hal kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Pasoepati seperti nonton di dalam stadion, tur ke luar Kota, rapat-rapat, kumpul-kumpul. Persaingan yang terjadi dalam komunitas Pasoepati hampir tidak ada. Konflik yang terjadi adalah konflik terbuka yang berupa pertentangan fisik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah memiliki persamaan membahas tentang bagaimana proses interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam komunitas. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajiannya. Pada penelitian ini membahas tentang interaksi sosial dalam komunitas suporter sepak bola Pasoepati, 19

13 sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan meneliti mengenai interaksi sosial dalam komunitas olahraga futsal. Soegiantoro (2009) tentang Pola Interaksi Antar Penggemar di Radio Retjo Buntung dalam Program Campursari Langensari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola interaksi para penggemar radio Retjo Buntung dalam program campursari langensari, mengetahui dampak positif yang diperoleh penggemar dalam mengikuti acara langensari di radio Retjo Buntung, mengetahui dampak negatif diperoleh penggemar dalam mengikuti acara langensari di radio Retjo Buntung. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pola interaksi antara penggemar radio Retjo Buntung terbagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun tahapan prosesnya terjadi dari pola interaksi tidak langsung seperti saling sapa melalui sms atau phone live merambah menjadi interaksi langsung seperti jumpa darat baik sesama penggemar ataupun dengan penyiar. Dampak positif dari adanya interaksi adalah menambah teman, wawasan seperti Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah, wawasan seputar musik campursari, dan sebagai sarana hiburan. Dampak negatif yang terjadi yaitu kekecewaan karena lagu yang direquest tidak diputar, sementara mereka sudah mengeluarkan dana itu, disamping itu kedekatan antara anggota kadang disalahgunakan untuk memperoleh materi. 20

14 Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah memiliki persamaan membahas tentang interaksi sosial dan dampak yang ditimbulkan. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek kajiannya. Pada penelitian ini membahas pola interaksi antar penggemar di radio Retjo Buntung, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan meneliti mengenai interaksi dengan adanya perkembangan olahraga futsal. Penelitian terdahulu yang kedua, yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh saudara Farah Roqayah (2010) tentang Merajut Kabarayan dalam Olahraga (Studi Tentang Identifikasi Komunitas Futsal di Kota Bandung). Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan identifikasi terbentuknya komunitas masyarakat kota, dengan fokus pada komunitas olahraga, yaitu komunitas futsal. Maraknya keberadaan tempat futsal sejalan dengan munculnya klub-klub futsal yang kemudian berkembang menjadi komunitas futsal di Kota Bandung. Konsep komunitas pada penelitian ini menekankan pada perasaan sebagai bagian dari komunitas, dan terlepas dari kesatuan atau kedekatan geografis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, FGD, studi literatur, dan metode triangulasi. Temuan penelitian adalah bahwa komunitas futsal terbentuk dari keinginan individu, kelompok serta perusahaan. Komunitas futsal di Kota Bandung dapat diidentifikasi berdasarkan tempat futsal dan kategori sosial (usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) serta 21

15 karakteristiknya yang bersifat fun dan prestasi. Kedua karakteristik komunitas ini memiliki kesamaan pada bentuk ikatan bersamanya. Namun ada sedikit perbedaan dalam kriteria keanggotaan dan interaksi. Dalam mengidentifikasi komunitas olahraga futsal menggunakan pemahaman building community yang mencakup komunikasi (interaksi), hubungan sosial, sosialisasi nilai dan norma serta kohesi sosial. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah memiliki persamaan membahas tentang olahraga futsal, sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang terbentuknya komunitas olahraga futsal yang ada di kota Bandung, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti membahas mengenai interaksi sosial yang ditimbulkan dengan adanya olahraga futsal. Penelitian ini juga diperkuat oleh jurnal internasional yang membahas tentang interaksi sosial, yaitu jurnal dari Muhamad Noor Sarina dalam Asian Social Science Volume 5 No.7 (2009) yang berjudul The Social Interaction Learning Styles of Science and Social Science Students. Meneliti tentang Siswa yang memiliki berbagai gaya dalam proses belajar. Salah satu model gaya belajar adalah aspek sosial tentang bagaimana siswa berinteraksi dengan instruktur dan rekan-rekan mereka. Penelitian ini menggunakan interaksi sosial teori gaya belajar dengan Grasha dan Riechmann. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gaya belajar interaksi sosial dalam hubungannya dengan siswa usia, jenis kelamin, asal dan prestasi akademik. Studi ini juga 22

16 terlihat pada perbedaan gaya belajar antara program yang berbeda (ilmu pengetahuan dan ilmu sosial) yang diambil oleh siswa. Beberapa temuan yang mendukung penelitian sebelumnya, sementara yang lain tidak konsisten. Pada dasarnya, gaya belajar interaksi sosial diadopsi oleh siswa yang berbeda dalam program yang berbeda berbeda dalam gaya belajar mandiri mereka. Dengan hasil ini, instruktur dapat merancang pedagogi pembelajaran yang lebih baik berdasarkan gaya belajar siswa. Ada juga jurnal internasional yang ditulis oleh Paolo Parigi dalam PLOS One Volume 8 Issue 7 (2013) yang berjudul A Community of Strangers: The Dis-Embedding of Social Ties. Yang dalam tulisannya mengeksplorasi dua perspektif kontras pada partisipasi individu dalam komunitas. Di satu sisi, beberapa telah dianggap partisipasi sampingan dari hubungan persahabatan yang sudah ada, dan di sisi lain beberapa telah dianggap partisipasi harus didorong oleh kemampuan komunitas untuk membentuk identitas baru. Menggunakan data sementara rinci dari sebuah asosiasi online untuk mengadili antara dua mekanisme ini dan mengeksplorasi interaksi mereka. Dalam temuannya menunjukkan dampak yang signifikan dari hubungan pertemanan baru pada partisipasi, dibandingkan dengan dampak diabaikan teman yang sudah ada, didefinisikan di sini sebagai ikatan dengan anggota lain dibentuk di luar konteks komunitas. 23

17 C. Landasan teori Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan bersama dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat individu, keluarga, kelompok, organisasi, aturan-aturan dan lembaga-lembaga, yang kesemuanya itu merupakan suatu kebulatan yang utuh. Dalam hal ini sosiologi ingin mengetahui kehidupan bersama dalam masyarakat, baik yang menyangkut latar belakang masalah, permasalahan dan sebab-sebabnya. Untuk mengetahui kehidupan bersama tersebut diperlukan suatu teori. Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan sosiologi. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. Sedangkan, menurut WF. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi. Menurut Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral dan lain sebagainya). b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya). Salah satu cara untuk mengelompokan teori-teori sosiologi adalah yang dianjurkan George Ritzer dalam bukunya Sosiologi: Ilmu Berparadigma 24

18 Ganda. Pengelompokan yang dilakukan oleh George Ritzer itu didasarkan pada paradigma-paradigma yang ada dalam sosiologi. Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Menurut Ritzer, didalam sosiologi ada tiga paradigma utama, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalanpersoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta aturan-aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut (Ritzer, 2002:6-7). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pola interaksi sosial dalam komunitas futsal. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori struktural fungsional dari Talcott Parson, yang pada dasarnya mempelajari masyarakat dengan memperhatikan struktur dan fungsinya (Ritzer 2008:118). Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang pemahaman tentang masyarakatnya didasarkan pada model sistem organik. Fungsionalisme berarti melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya, satu bagian yang tidak terpisah dari keseluruhan. 25

19 Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi atau yang biasa disingkat dengan AGIL (Adaptation, Goalattainment, Integration, Latency). Menurut Parson, agar tetap bertahan hidup maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Adaptation (adaptasi) Sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhan. Dimana sumber alam diubah menjadi fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk berbagai tujuan individu. b. Goal (pencapaian tujuan) Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya. c. Integration (intergrasi) Merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia, dimana mereka bekerjasama untuk menghindari konflik dan merupakan 26

20 persyaratan fungsional yang mengatur hubungan-hubungan antarkomponen dalam masyarakat. Dalam integrasi ini dapat tumbuh ikatan yang bersifat emosional dan solidaritas. d. Latent pattern-maintenance (pemeliharaan pola) Fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural. Jadi, dari penjelasan keempat fungsi sistem yang dikemukakan oleh Parson tersebut, akan mengarahkan interaksi dalam komunitas futsal sebagai sebuah alat untuk menganalisa tindakan-tindakan yang melatar belakangi bagaimana interaksi sosial antar anggota komunitas yang mengarah pada kerjasama dimana dalam interaksi antar elemen dalam komunitas futsal tersebut akan menjalin kontak dan komunikasi. Dalam The Structure of Social Action, Parsons menunjukkan sentral konsep perilaku yang mengandung pengertian kemampuan individu menentukan cara dan alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan. Dalam hal ini yang memiliki tujuan disebut sebagai aktor. Tidak ada individu yang bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu. Tujuan merupakan keseluruhan keadaan konkret dimasa depan yang diharapkan. Sejauh relevan dengan kerangka acuan tindakan bisa dikatakan bahwa aktor terlibat dalam pengejaran, realisasi, atau pencapaian tujuan itu. Karenanya, ia merupakan proses dalam waktu. Oleh karena itu demi memfasilitasi ini Parson memerlukan seperangkat alat, alat bisa dipilih secara acak, juga bisa 27

21 bergantung pada kondisi tindakan. Alat tersebut bisa muncul satu persatu, bisa juga muncul secara berbarengan (Rachmad Susilo, 2008:118). Secara analitis, yang dimaksud sarana mengacu kepada semua unsur dan aspek-aspek benda itu yang bisa sejauh mungkin dikendalikan oleh aktor dalam mengejar tindakannya. Hanya saja yang perlu diingat bahwa aktor bukanlah pelaku aktif murni. Sebab, ada norma, nilai, dan ide-ide serta kondisi-kondisi situasional yang mampu mempengaruhi baik aktor, seperangkat alat, maupun tujuan. Teori Tindakan yang dikemukakan oleh Parson tidak sepenuhnya mengikuti Weber. Bahkan, tujuan teori tindakan ini adalah merevisi kelemahan dalam tindakan sosial Weber yang kurang memerhatikan pengaruh-pengaruh dari lingkungan eksternal sekitar terhadap aktor. Kerangka referensi menurut Parsons tindakan mengandung pengertian bahwa suatu tindakan secara logis menyangkut hal-hal sebagai berikut: a. Tindakan mengisyaratkan pelaku atau yang biasa kita sebut dengan aktor. Aktor merupakan pemburu tujuan, ia punya alat, cara dan teknik. b. Guna keperluan, definisi tindakan harus ada tujuannya (Suatu keadaan masa depan yang akan dikejar tindakan itu). c. Tindakan harus dimulai dalam situasi yang kecenderungankecenderungannya berbeda dalam satu atau lebih keadaan yang akan dikejar aktor. Sedangkan situasi itu ada yang bisa dikendalikan dan ada pula yang tidak bisa dikendalikan atau dijaga supaya tidak berubah. 28

22 d. Situasi yang bisa dikendalikan disebut kondisi-kondisi tindakan, sedangkan situasi yang tidak bisa dikendalikan disebut sarana. e. Dalam pilihan atas beragam alternatif, terdapat orientasi normatif. (Rachmad Susilo, 2008:120) Jadi kesimpulannya, bahwa tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian dengan interaksi antar individu didalam lingkungan yang sama akan menghasilkan kesamaan makna yang akan digunakan untuk acuan-acuan dalam berkomunikasi dan menjadikan komunikasi lebih mudah untuk dijalankan. D. Kerangka Berpikir Kerangka berfikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena telah mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji interaksi sosial yang terjalin antar penggemar olahraga futsal di kota Surakarta. Para penggemar olahraga futsal melakukan hubunganhubungan sosial yang dinamis baik yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal secara perorangan maupun kelompok sehingga terjadi hubungan timbal balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain. Dalam hubungan-hubungan sosial yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal tersebut akan menimbulkan interaksi sosial. Syarat terjadinya 29

23 interaksi sosial antar penggemar olahraga futsal adalah adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial yang dimaksud adalah para penggemar olahraga futsal saling bertemu di lapangan futsal. Sedangkan komunikasi sosial terjadi setelah mereka bertemu, para penggemar olahraga futsal saling memberikan informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami. Interaksi sosial yang terjalin akan menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Empat persyaratan fungsional fundamental yang digambarkan dalam skema AGIL menurut Parson merupakan kerangka yang digunakan untuk menganalisa setiap sistem tindakan apa saja. Dimulai dengan munculnya ketegangan atau konflik antar individu atau komunitas dengan komunitas, ketegangan ini merangsang penyesuaian (adaptation) dari suatu tujuan tertentu (goal). Pencapaian tujuan tersebut memberikan kepuasan yang dengan demikian mengatasi ketegangan atau menguranginya. Kemudian dalam suatu sistem sosial minimal harus ada suatu tingkat solidaritas diantara anggota komunitas futsal sehingga sistem tersebut dapat bergerak sebagai satu satuan menuju tercapainya sebuah tujuan. Jadi tahap pencapaian tujuan secara khas diikuti oleh suatu tekanan pada integrasi (integration) dimana solidaritas keseluruhan diperkuat, terlepas dari usaha apa saja yang dilakukan dalam tercapainya suatu tujuan dari komunitas futsal. Dan tahap ini akan diikuti oleh tahap mempertahankan pola tanpa interaksi atau bersifat laten (latency). 30

24 Pencapaian tujuan dihubungkan dengan sistem kepribadian dalam arti bahwa tujuan komunitas-komunitas futsal mencerminkan titik temu dari tujuan-tujuan individu dan memberikan mereka arah sesuai dengan orientasi nilai bersama. Hubungan antara pencapaian tujuan dengan sistem kepribadian ini mencerminkan perspektif Parson bahwa tindakan selalu diarahkan pada tujuannya. Untuk mempermudah pemahaman maka dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Komunitas Olahraga Futsal Kontak Sosial Komunikasi Interaksi Sosial Pola interaksi Asosiatif dan disosiatif Faktor Internal Faktor Eksternal Dampak Positif Dampak Negatif Bagan 2.1 Kerangka Berpikir 31

25 E. Definisi Konseptual 1. Interaksi Sosial Interaksi sosial berawal dari tindakan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan yang dipengaruhi atau untuk mempengaruhi orang lain. Jadi sebuah interaksi akan terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya berupa tindakan yang berupa kerja sama, tetapi juga bisa berupa persaingan dan pertikaian. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antar individu, antar kelompok, dan antara individu dengan kelompok. 2. Komunitas Komunitas merupakan suatu kelompok yang menunjukkan adanya kesamaan kriteria sosial sebagai ciri khas keanggotaan seperti kesamaan tempat atau daerah, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan lain sebagainya. Komunitas mempunyai pengertian suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah yang banyak dan membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerja sama untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama dan karenanya menghasilkan suatu kebudayaan (adat istiadat, norma dan nilai) yang dijadikan dasar bersama, sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. 32

26 3. Olahraga Futsal Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masingmasing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan saling mengoper bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, dan pemain diharapkan memelihara sportifitas. Regu yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya. 33

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai.

BAB II KAJIAN TEORI. berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. BAB II KAJIAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat,

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 1. Proses yang Asosiatif a. Kerjasama 1) Kerukunan Tolong Menolong dan Gotongroyong 2) Bargaining : Pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB V INTERAKSI SOSIAL

BAB V INTERAKSI SOSIAL BAB V INTERAKSI SOSIAL 5.1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan/komunikasi apabila individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut

Lebih terperinci

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 2. Proses Interaksi Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas tinggi yang dilakukan oleh seseorang di tengah masyarakat sering membuat kondisi tubuh dan pikiran lelah. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat mencari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL Slamet Widodo 1 PROSES SOSIAL Cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan saling bertemu dan menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Definisi Dampak Pengertian dampak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, adalah pengaruh sesuatu yang menimbulkan akibat; benturan; benturan

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL Jenis-jenis Hubungan Sosial Hubungan antar individu Contoh: 2 orang siswa saling bertegur sapa Hubungan individu dengan kelompok Contoh: Seorang pendeta memberikan kotbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL 1. Kimbal Young (1948) == a. Oposisi b. Kerja Sama c. Difrensiasi 2. Gillin (1951) == Proses Asosiatif dan Disosiatif 3. Tamotsu S.(1986) == Akomodasi, Ekspresi, Interaksi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber- sumber dalam mencapai keunggulan serta mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber- sumber dalam mencapai keunggulan serta mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha dibidang penyediaan fasilitas olahraga seperti kolam renang, futsal serta bidang olahraga lain sangat pesat di masa sekarang ini. Kita dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya Annisa Nurhalisa Interaksi Sosial Asosiatif -> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Lebih terperinci

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum Interaksi Sosial Lolytasari, M.Hum Interaksi sosial meruapakan suatu kajian mikro sosiologi yang mempelajari kehidupan seharihari Maksud dari mikro sosiologi adalah dimana manusia sebagai individu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI KOMUNITAS OLAHRAGA FUTSAL DI KOTA MAGELANG

POLA INTERAKSI KOMUNITAS OLAHRAGA FUTSAL DI KOTA MAGELANG i POLA INTERAKSI KOMUNITAS OLAHRAGA FUTSAL DI KOTA MAGELANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling bertindak. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL IR. HJ. KHODIJAH, M.Si Proses Sosial Adalah cara2 berhubungan yg dapt dilihat apabila orang perorangan dan kelompok2 manusia saling bertemu dan menentukan sistem,aturan,norma,dan

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Berbagai bidang kegiatan yang ada dapat dijadikan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Berbagai bidang kegiatan yang ada dapat dijadikan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha pada saat ini sangatlah pesat khususnya di Kota Yogyakarta. Berbagai bidang kegiatan yang ada dapat dijadikan sebuah peluang usaha yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 7 II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A.Tinjauan Pustaka 1.Konsep Perubahan Sosial Menurut Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL Part 3 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma A. Struktur Masyarakat Seperti di jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sosiologi mengkaji masyarakat dari sisi struktur sosial (social

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 90 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Aksesibilitas Ibu Menyusui di Ruang Laktasi Solo

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto (2005: 67)

komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto (2005: 67) 26 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Sesuai dengan penelitian saya ini, maka akan dipaparkan hal-hal yang berhubungan dengan interaksi sosial khususnya mengenai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Struktural Fungsional Struktur menunjuk pada kegiatan membangun sesuatu dan menghasilkan produk akhir yaitu mengembangkan suatu tindakan. Dimana tindakan tersebut membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini paradigma pendidikan sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif di dalam

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika diamati kegiatan-kegiatan olahraga yang ada di lingkungan masyarakat sekarang ini, telah cukup

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam abad informasi telah membawa pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam abad informasi telah membawa pengaruh yang sangat BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Era globalisasi dalam abad informasi telah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat dunia yang beranekaragam.sedangkan dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan sesamanya. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.

BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. 35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan bola voli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Karena dalam permainan bola voli dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga hingga kini kian meluas dan memiliki makna sebagai sebuah fenomena yang bersifat global, mencakup wilayah kajian hampir seluruh sendisendi kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA. bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain.

BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA. bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian lain. BAB II TEORI AGIL TALCOTT PARSONS DAN PERUBAHAN SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISA A. Teori AGIL Talcott Parsons Menurut teori fungsionalis ini masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian

Lebih terperinci

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Mengapa manusia, memerlukan interaksi dengan manusia lain? 1. Sifat-sifat Interaksi Sosial Budaya dalam Kehidupan Masyarakat Interaksi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. Olahraga ini digemari tidak hanya oleh laki-laki, tetapi juga perempuan dan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

VII KONFLIK DAN INTEGRASI VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS]

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] Oleh : Jaeni Supratman Contact Person : E-mail : supratjay@gmail.com ; jaenisupratman@yahoo.com Facebook : http://www.facebook.com/jaenisupratman Follow me : @jaenisupratman

Lebih terperinci

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi O l e h FUAD ASARI

Lebih terperinci

1 & 2. Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm.

1 & 2. Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: 1 & 2 Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PERUSAHAAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN MASYARAKAT (Corporate Social Interaction With The Community Plant Oil Palm)

INTERAKSI SOSIAL PERUSAHAAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN MASYARAKAT (Corporate Social Interaction With The Community Plant Oil Palm) INTERAKSI SOSIAL PERUSAHAAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN MASYARAKAT (Corporate Social Interaction With The Community Plant Oil Palm) Herianja 1, Azhar 1, Agussabti 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat dan memperlihatkan gejala yang sangat komplek karena aktivitas ini tidak berdiri sendiri, melainkan berinteraksi

Lebih terperinci

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd. STKIP Siliwangi Bandung 2014 1 Manusia sebagai makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan divided (tidak

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1213 Psikologi Dakwah Hubungan Psikologi dakwah Sosiologi Hubungan Psikologi dakwah dengan Psikologi Sosial Minggu 4 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan prestasi. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik KONFLIK SOSIAL 1. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

Lebih terperinci

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB 1-02.6) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : 3.2 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin baik pendidikan suatu bangsa, maka semakin baik pula kualitas bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap program pendidikan

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT Makna Individu Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisahpisahkan antara jiwa dan raganya.

Lebih terperinci

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)

SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan

Lebih terperinci

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak era informasi seperti yang berkembang pada masyarakat pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak era informasi seperti yang berkembang pada masyarakat pada saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak era informasi seperti yang berkembang pada masyarakat pada saat ini, Indonesia mengalami booming media televisi karna masyarakat hidup dalam era industri

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Ruang Lingkup Sosiologi komunikasi Fakultas Komunikasi Program Studi Hubungan Masyaraakt TatapMuka Kode MK DisusunOleh 01 85005 Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan kegiatan yang formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2007:61) menjelaskan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS PUNK

INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS PUNK INTERAKSI SOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS PUNK Astharieka Saentya Ariyanti Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik e-mail: astarieka89@yahoo.co.id ABSTRAK Komunitas Street

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya menjadi sekedar hobi telah berkembang menjadi fanatik. Fanatik dari para pecinta sepak bola membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci