BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kurikulum dan Pelaksanaan Kurikulum 1. Kurikulum Ada berbagai definisi dari kurikulum. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan. Merujuk pada pengertian tersebut, kurikulum yang dimaksud lebih menekankan pada kerangka kerja atau rancangan dalam membantu berkembangnya kemampuan-kemampuan peserta didik melalui proses pembelajaran. Sehingga, kurikulum akan memuat informasi tentang apa yang harus dipelajari peserta didik (subjek), apa yang harus peserta didik ketahui dan mampu laksanakan (kompetensi), berapa lama mereka dapat belajar (jam belajar/minggu) dan bagaimana cara peserta didik belajar (tatap muka, tugas terstruktur, dan juga tugas lainnya) (Munir dalam Rahmat, 2010). Hal tersebut hampir mirip seperti yang ditulis McLachlan, dkk (2010) bahwa ada empat elemen penting yang ada pada kurikulum: 1) tujuan, sasaran, objektif atau pernyataan hasil apa yang kita inginkan untuk bisa dicapai dalam kurikulum ini, apa hasil (outcome) yang kita harapkan dari mengimplementasikan 10

2 kurikulum ini. 2) Isi, bidang studi, atau mata pelajaran apa yang akan kita masukkan dan tidak dalam kurikulum. 3) Metode atau prosedur apakah metode atau pendekatan mengajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan atau outcome ini. 4) Evaluasi dan penilaian bagaimana mengetahui bahwa tujuan dalam kurikulum telah dicapai. Hal tersebut hampir sama dengan pendapat Stake (dalam Hasan, 1988) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah termasuk apa yang direncanakan guru, proses pelaksanaan rencana tersebut, serta hasil dari proses pelaksanaan rencana tadi. Menurut definisi ini kurikulum bukan hanya sekedar evaluasi hasil belajar. Jadi dari berbagai definisi kurikulum bisa disimpulkan bahwa kurikulum adalah sebuah rancangan untuk peserta didik yang berisi tujuan apa yang ingin dicapai, apa saja yang harus dipelajari, metode mengajarkan, bagaimana menilai tujuan telah dicapai. Empat hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Tim Dosen UPI (2010) yaitu bahwa kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen tujuan, isi, metode dan evaluasi. 2. Pelaksanaan Kurikulum Menurut Mulyasa (2008) pelaksanaan kurikulum adalah suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Jadi pelaksanaan kurikulum 11

3 merupakan hasil terjemahan guru terhadap kurikulum yang dijabarkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai rencana tertulis. Pelaksanaan kurikulum sebagai proses ini direalisasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip dan tuntutan kurikulum yang telah dikembangkan sebelum itu bagi suatu jenjang pendidikan atau sekolah-sekolah tertentu. Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkatan kelas yang berperan adalah guru (Suryosubroto, 2004). Kurikulum direncanakan atau dikembangkan sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah, tuntutan lingkungan, ataupun fungsi dan visi misi dari satuan pendidikan. Namun dalam pelaksanaannya hal tersebut belum tentu berjalan seperti yang telah direncanakan karena berbagai faktor diantaranya guru, siswa, dan sarana prasarana. Menurut Sauri (2010), faktor kompetensi sebagai seorang guru sangatlah penting. Sasaran pekerjaannya yaitu peserta didik akan berkualitas atau tidak tergantung sejauh mana guru bisa menempatkan diri sebagai pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi untuk mengarahkan peserta didiknya. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatur bahwa ada empat kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan 12

4 profesional. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut dijelaskan masing-masing sebagai berikut: Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Selain itu sebelum merencanakan kurikulum, guru dituntut untuk memahami peserta didik dengan baik. Pengenalan terhadap peserta didik dalam interaksi belajar mengajar merupakan faktor mendasar dan penting agar guru memahami dan menghargai keunikan cara belajar, kebutuhan perkembangan, minat, kemampuan serta karakteristik mereka dan pada akhirnya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Sutarmanto, 2012). Sedangkan, peserta didik atau siswa adalah sasaran atau target dari kurikulum yang direncanakan. Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003, Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses 13

5 pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Komponen lain yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kurikulum adalah sarana prasarana. Penyediaan sarana yang memadai bisa menunjang hasil pembelajaran. Seperti yang ditulis Djatmiko (2006) bahwa sehebat apapun guru dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa didukung oleh sarana prasarana yang memadai maka hasil yang diharapkan tidak dapat dicapai secara maksimum. Oleh karena itulah, dalam pelaksanaan kurikulum ketiga hal tersebut perlu juga diperhatikan supaya menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. B. Evaluasi Kurikulum Dalam bukunya, Arikunto dan Jabar (2010) menyimpulkan beberapa pendapat dari ahli tentang evaluasi yaitu kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Demikian pula dalam evaluasi kurikulum. Niekerk (2003) mengambil beberapa definisi dalam tulisannya, pertama menurut Kelly (1989) menyatakan bahwa evaluasi kurikulum adalah proses dari usaha-usaha yang tujuannya adalah mengukur nilai dan efektivitas dari setiap hal penting dalam kegiatan pendidikan. Kemudian Cronbach (1963) mendefinisikan evaluasi secara lebih luas sebagai mengumpulkan dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan 14

6 menyangkut program pendidikan. Ketiga Davis (1981) mendeskripsikan evaluasi kurikulum sebagai proses dari menggambarkan, mendapatkan dan menyediakan informasi yang berguna untuk membuat keputusan dan penilaian tentang kurikulum. Dari definisi-definisi tersebut, maka evaluasi kurikulum penting untuk dilakukan sehingga orang-orang yang berperan dalam kurikulum bisa melihat bagaimana efisiensi dan efektivitasnya. Menurut Hasan (1988), dalam memberikan definisi dalam evaluasi kurikulum bergantung pada definisi kurikulum itu sendiri yang menyangkut ruang lingkup kurikulum ataupun dimensi-dimensi kurikulum sebab ruang lingkup kurikulum akan memberikan batasan pada ruang lingkup evaluasi kurikulum. Kemudian dikemukakan juga bahwa kurikulum memiliki empat dimensi yang saling berhubungan satu sama lain. Keempat dimensi tersebut adalah kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, kurikulum sebagai suatu kegiatan atau proses, dan kurikulum sebagai suatu hasil. Hubungan diantara keempat dimensi tersebut digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Empat Dimensi Kurikulum Kurikulum sebagai ide atau konsepsi Kurikulum sebagai rencana tertulis Kurikulum sebagai kegiatan atau proses Kurikulum sebagai hasil belajar Sumber: Qomari,

7 Komponen kurikulum yang terdiri dari (1) tujuan apa yang ingin dicapai, (2) apa saja yang harus dipelajari, (3) metode mengajarkan, (4) bagaimana menilai tujuan telah dicapai berhubungan dengan empat dimensi kurikulum di atas. Selanjutnya, empat dimensi dari kurikulum merupakan hal yang saling berhubungan dan berkesinambungan maka disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk membuat keputusan dan penilaian tentang kurikulum yang meliputi kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai rencana tertulis, kurikulum sebagai kegiatan/proses, dan kurikulum sebagai hasil. Dalam penelitian ini, akan lebih cenderung mengevaluasi kurikulum sebagai suatu kegiatan atau proses, yaitu kurikulum sebagai realita karena kurikulum dalam dimensi ini adalah kurikulum yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Hasan (1988) lebih lanjut juga menuliskan bahwa kurikulum sebagai proses sebenarnya merupakan implementasi atau pelaksanaan kurikulum sebagai rencana. Oleh karena itu, antara dimensi kurikulum sebagai ide dengan kurikulum sebagai rencana dan kurikulum sebagai proses merupakan suatu kelanjutan yang berkesinambungan. Kesinambungan merupakan suatu hal yang penting dan kritis dalam pengembangan kurikulum. apabila kesinambungan tersebut mengalami persoalan maka ide yang dimaksud dalam tahap pertama pengembangan kurikulum tidak akan mencapai sasaran. Salah satu model evaluasi kurikulum yang dapat digunakan adalah model yang dikembangkan dan 16

8 digagas oleh Stufflebeam (dalam Hasan, 1988) yaitu model CIPP (Context, Input, Process, dan Product). Model ini mengandung empat komponen, yakni konteks, input, proses, dan produk, dan masing-masing perlu penilaian sendiri. Evaluasi konteks meliputi penelitian mengenai lingkungan satuan pendidikan serta pengaruh-pengaruh dari luar. Tujuannya untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Kemudian sebagian tugas evaluan adalah melakukan need assessment. Evaluasi ini mencoba memberikan nilai dan arti dari suatu keadaan. Nilai diperlihatkan dengan mengemukakan mengenai keadaan evaluan. Kekuatan dan kelemahan evaluan merupakan hasil pertimbangan evaluator mengenai nilai evaluan. Sedangkan arti evaluan diperlihatkan dengan memberikan pertimbangan apakah tujuan yang akan dicapai sesuai kebutuhan (need). Bila evaluasi ini memadai, maka dilakukan evaluasi input (masukan), yakni mengemukakan program yang dapat mencapai apa yang diinginkan lembaga tersebut. Evaluasi input tidak hanya melihat apa yang ada pada lingkungan lembaga (material maupun personal) tetapi juga harus memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi diwaktu mendatang ketika suatu inovasi kurikulum dilakukan. Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan suatu inovasi kurikulum. Sehingga evaluasi ini baru dapat dilakukan apabila inovasi kurikulum telah dilaksanakan dilapangan. Tujuannya memperbaiki keadaan yang ada. Evaluator menentukan sampai sejauh mana rencana inovasi itu dilaksanakan dilapangan, hambatan-hambatan apa yang ditemui yang tidak 17

9 diperkirakan sebelumnya, dan perubahan apa yang harus dilakukan terhadap kurikulum tersebut. Informasi ini juga sebagai umpan balik untuk pengelola dan staf. Selanjutnya evaluasi produk (hasil) adalah evaluasi yang bertujuan untuk menentukan sampai sejauh mana kurikulum yang diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluasi hasil diharapkan memperlihatkan pengaruh program tidak hanya yang bersifat langsung tapi juga tidak langsung. Pengaruh tersebut tidak saja yang besifat positif tetapi juga pengaruh negatif dari kurikulum tersebut. Adanya pengaruh negatif terdengar aneh, tapi sebenarnya realistis. Bukanlah hal yang mustahil bahwa suatu kurikulum menghasilkan pengaruh sampingan yang negatif yang tidak diperkirakan pengembangnya. Stufflebeam juga mengatakan bahwa keempat evaluasi ini merupakan satu rangkaian namun dalam pelaksanaannya evaluator dapat melakukan satu jenis evaluasi saja atau kombinasi dari dua atau lebih. Namun keunggulan model ini terletak pada kesatuan rangkaian evaluasi. Keempat dimensi kurikulum dapat dievaluasi dengan model CIPP ini. Kurikulum sebagai ide dapat dievaluasi melalui evaluasi konteks, kurikulum dalam dimensi sebagai rencana dapat menggunakan evaluasi input, sedangkan evaluasi proses dan hasil sesuai namanya dapat dipakai untuk mengkaji kurikulum dalam dimensi sebagai proses dan hasil. 18

10 C. Pendidikan Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Taman Kanak-kanak Definisi dari pendidikan anak usia dini atau PAUD adalah suatu proses pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia dini, atau sering juga disebut dengan istilah anak usia prasekolah, usianya berkisar antara 2-6 tahun (Muliawan, 2009). Pengertian tersebut sejalan dengan apa yang disebutkan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 yang mengatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu jalur formal bagi pendidikan usia dini. Berdasarkan Permendiknas No.58 Tahun 2009 Taman Kanak-kanak (TK), di Indonesia, peserta didiknya meliputi anak-anak berusia 4 - < 6 tahun. Untuk usia 4 - <5 tahun adalah peserta didik TK Kelompok A, dan 5 - < 6 tahun adalah peserta didik TK Kelompok B. Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar sebanyak 20 peserta didik dengan 1 orang guru atau guru pendamping. Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan paling pesat, baik fisik maupun mental. Pertumbuhan dan perkembangan anak telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel saraf otak sebagai modal kecerdasan, 19

11 terjadi saat anak dalam kandungan. Sehingga tahap awal perkembangan janin sangat penting untuk pengembangan sel-sel otak. Setelah lahir terjadi proses mielinasi dari sel-sel saraf dan pembentukan hubungan antarsel. Keduanya sangat penting dalam pembentukan kecerdasan. Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik, perkembangan moral, sosial emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsung sangat pesat. Oleh karena itu usia dini juga disebut sebagai usia emas atau golden age (Suyanto, 2005). 2. Fungsi Pendidikan Taman Kanak-kanak Krin Villien seorang konsultan pendidikan anak usia dini dari Bank Dunia mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran TK di Indonesia lebih bersifat akademik dimana anak lebih banyak duduk di bangku seperti sekolah dasar. Menurutnya jarang sekali anak diberi kesempatan bereksplorasi dan melakukan sendiri apa yang diminati. Banyak guru kurang memberikan kesempatan anak untuk berfikir dan guru kurang memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaannya dan menemukan pemecahan masalah sendiri. Menurut Froebel, jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka anak akan berkembang secara wajar. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan inidividu karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Hal ini karena aspek-aspek perkembangan 20

12 anak berkaitan satu dengan yang lain, artinya aspekaspek itu saling mempengaruhi. Bila ada hambatan pertumbuhan dan perkembangan dalam satu aspek maka akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan aspek lain. Namun apabila aspek-aspek tersebut terbentuk dan berkembang dengan optimal, maka akan terbentuk individu yang kuat (dalam Syaodih, 2008). Agar bisa memanfaatkan berbagai potensi anak di usia emas tersebut, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK) harus bisa memberikan rangsangan untuk berbagai aspek yaitu fisik-motorik, kognitif, sosial, emosi dan bahasa dengan tepat sesuai dengan tingkat usia anak. Seperti pendapat dari Sujiono, (2009) bahwa kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah: pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Selain itu juga, pengembangan kurikulum harus bisa mendukung fungsi pendidikan usia dini yaitu memberikan stimulasi kepada anak. Melihat dari tujuan pendidikan anak usia dini maka ada beberapa fungsi program stimulasi edukasi atau fungsi pendidikan usia dini tersebut yaitu: 1) Fungsi adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Contohnya, dalam mengajarkan sebuah 21

13 permainan dan aturannya, maka anak dikenalkan peraturan dan ditanamkan untuk bisa mendisiplinkan dirinya mengikuti peraturan. Anak belajar menyesuaikan diri dengan situasi tersebut sehingga bisa ikut dalam permainan tersebut. 2) Fungsi sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki ketrampilan-ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari di mana anak berada. Contohnya: bermain bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang. 3) Fungsi pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya. Contohnya: menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, misalnya dengan field trip. 4) Fungsi bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun pengetahuannya sendiri. Contohnya, bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak. 5) Fungsi ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya (Sujiono, 2009). 3. Karakteristik Perkembangan Anak Taman Kanakkanak Telah dijelaskan sebelumnya, anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia 4 sampai 6 tahun. Salah satu aspek perkembangan penting dari anak TK adalah perkembangan fisik. Perkembangan fisik dapat diklasifikasikan menjadi dua 22

14 aspek yaitu ditinjau dari perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Sujiono (2009) menuliskan indikasi kemampuan motorik pada anak TK: (1) mampu berlari, meloncat, memanjat dan keseimbangan hal itu menunjukkan kemampuan motorik kasar yang telah berkembang dengan baik; (2) peningkatan kemampuan kontrol atau jari tangan mengambil benda-benda yang kecil, memotong garis dengan gunting, memegang pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-manik kecil; (3) membangun yang membutuhkan keahlian, biasanya menyukai konstruksi-konstruksi bahan, dan juga aktivitas besar dengan unit dan bahan konstruksi yang besar; (4) menunjukkan minat yang besar dalam permainan bola dengan peraturan yang sederhana. Masih menurut Sujiono (2009), perkembangan intelektual menyangkut kognitif, bahasa, seni dan imajinasi. Dalam kemampuan perseptual kognitif, Sujiono mengatakan anak TK akan: (1) menunjukkan minat dalam rasa dan perbedaan aktivitas sensori motor misalnya warna, ukuran atau bentuk, suara, rasa bau, berat; (2) menunjukkan peningkatan minat dalam angka-angka sederhana dan kuantitas seperti: menghitung, mengukur, meneliti, kurang-lebih, dan besar kecil, kegiatan kebahasaan menyebutkan nama huruf atau suara, menjiplak huruf dan pura-pura menulis, melakukan kegiatan-kegiatan dengan buku; (3) melakukan kegitan yang lebih bertujuan dan mampu merencanakan suatu kegiatan secara aktif; (4) menunjukkan peningkatan minat dalam menghasilkan rancangan, termasuk puzzle dan dalam menkonstruksikan dunia permainan; (5) turut serta dalam pertunjukkan seni yang membutuhkan aksi panggung; (6) menunjukkan peningkatan kewaspadaan terhadap sesuatu yang nyata dalam berbagai macam bentuk, pakaian, bermain peran dan permainan konstruksi; (7) menunjukkan minat terhadap alam, pengetahuan, binatang, waktu dan bagaimana benda bekerja. Berhubungan dengan perkembangan bahasa, menurut Morrison (2012) murid TK berada dalam masa 23

15 perkembangan kecerdasan dan bahasa yang sangat pesat. Mereka memiliki kapasitas besar untuk belajar kata-kata baru. Hal ini menjelaskan kecintaan anak TK akan kata-kata besar dan kemampuan mereka untuk mengatakan dan menggunakannya. Anak TK senang dan butuh terlibat dalam banyak aktivitas bahasa. Selain itu, murid TK senang berbicara. Keinginan mereka untuk berbicara harus didorong dan didukung dengan memberi banyak kesempatan untuk ikut serta dalam berbagai aktivitas bahasa seperti menyanyi, bercerita, mengikuti drama, dan membaca puisi. Berdasarkan teori Piaget pun dikatakan bahwa pada peringkat praoperasional (umur 2-7 tahun) kemahiran bahasa anak-anak berkembang dengan cepat dan dapat diasah melalui berbagai aktivitas. Pada proses ini, anak-anak belajar bagaimana menggunakan perkataan dan gambaran untuk mewakilkan objek (Puteh & Ali, 2011). Sedangkan menurut Maria Montessori, periode paling sensitif terhadap bahasa dalam kehidupan seseorang adalah antara umur dua sampai tujuh tahun. Segala macam aspek dalam berbahasa harus diperkenalkan kepada anak sebelum masa sensitif ini berakhir. Pada periode sensitif ini sangat penting diperkenalkan cara berbahasa yang baik dan benar, karena keahlian ini sangat berguna untuk berkomunikasi dengan lingkungannya (dalam Khairani, 2013). Dalam perkembangan sosial dan emosional, anak atau murid TK berada dalam tahap kerja keras melawan rasa rendah diri. Mereka akan terus belajar untuk mengatur emosi dan interaksi sosial mereka. Sebagian 24

16 besar anak, terutama mereka yang telah mengikuti prasekolah, sangat percaya diri, ingin ikut serta, dan ingin dan dapat menerima tanggung jawab. Mereka senang mengunjungi tempat-tempat dan melakukan banyak hal, seperti mengerjakan proyek, melakukan percobaan, dan bekerja sama dengan orang lain. Secara sosial, murid TK adalah pekerja mandiri dan sedang mengembangkan kemampuan dan keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain. Mereka bekerja keras dan sukses. Kombinasi sikap pasti bisa dan kerjasama dan tanggung jawab membuat mereka menyenangkan untuk diajari dan diajak bekerja sama (Morrison, 2012). Hal tersebut seperti dikatakan oleh Sujiono (2009) yaitu bahwa anak TK mulai berbagi dan bergiliran konsep belajar bermain secara adil dan sportif, serta berkaitan dengan permainan sosial, biasanya mereka mampu bekerja sama, mempraktikkan, bermusyawarah (bermain pura-pura dengan menggunakan peran orang dewasa yang realistis atau nyata). Namun, masih menurut Sujiono, mereka juga membenci kekalahan dan tidak siap untuk mengkoordinasikan permainan yang kompetitif. Selain itu dalam perkembangan ini, mereka juga menikmati permainan papan sederhana, menitikberatkan pada peluang, tidak pada strategi, mereka menikmati buku-buku dan siap untuk membaca, serta mereka menunjukkan minat menulis dan membaca kata-kata atau kalimat. 25

17 D. Kurikulum Taman Kanak-kanak Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.27 Tahun 1990, penyelenggaraan pendidikan taman kanak dimaksudkan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Menurut Muliawan (2009) pendidikan PAUD dalam hal ini TK berfungsi untuk sebatas mempersiapkan peserta didik untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan persiapan mental yang diperlukan untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih utama atau membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih terarah dan terpadu. Karena fungsi-fungsi tersebut, dalam pengelolaan Taman Kanak-kanak, memerlukan kurikulum yang mendukung pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Morrison (2012) mengatakan, kurikulum TK saat ini tidak hanya mencakup kegiatan yang mendukung anak secara emosi dan sosial dalam belajar menjadi orang yang lebih kompeten, tetapi juga mempelajari pengalaman akademis, seperti membaca, menulis, matematika, ilmu pengetahuan, ilmu sosial, dan seni. Namun, Morrison juga mengatakan bahwa semua itu, pertama-tama harus didekati dengan memperhatikan kemampuan dan keinginan anak untuk bermain saat belajar. Karena itulah, setiap TK harus bisa mengembangkan sebuah kurikulum yang sesuai dengan pertumbuhan dan 26

18 perkembangan anak namun juga menyesuaikan dan memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin maju. Pernyataan tersebut sejalan dengan Maryatun (2011) yang mengatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan di PAUD lebih tepat dikatakan sebagai kegiatan bermain, karenanya diusahakan kegiatan yang dilaksanakan di PAUD menyenangkan bagi anak dan bermakna menanamkan suatu konsep tertentu. Tetapi, walaupun dilakukan melalui kegiatan bermain, pembelajaran tersebut tetap membutuhkan perencanaan yang matang sebagai acuan pelaksanaan kegiatan agar tujuannya lebih terarah sesuai tahap perkembangan dan usia anak. Jadi kurikulum yang di susun di TK harus benar-benar dikelola dengan benar dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. 1. Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian Kegiatan Pembelajaran Taman Kanak-kanak Kerangka inti dari sebuah kurilum adalah silabus. Silabus ini merupakan sebuah rencana yang disusun dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran diawali dengan penyusunan silabus. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (2012) mengatakan bahwa silabus dalam kurikulum Taman Kanak-kanak merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, serta penilaian dan proses capaian perkembangan. Silabus tersebut berisi: 1) seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran berupa: Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan 27

19 (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH); 2) Rencana pengelolaan kelas berupa: rencana penataan lingkungan pembelajaran, rencana kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir; 3) Rencana penilaian berupa: rencana bentuk dan teknik penilaian yang akan digunakan. Penjelasan yang diperoleh dari buku contoh kurikulum TK dari Diknas tersebut adalah sebagai berikut: Perencanaan Semester atau program tahunan/semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan/lingkup pengembangan, indikator dan alokasi waktu. Kemudian perencanaan mingguan atau rencana kegiatan mingguan (RKM) merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan sub tema. Ada dua bentuk RKM: 1) RKM model pembelajaran kelompok dengan komponen: tema dan sub tema, alokasi waktu, TK Kelompok A atau B, bidang pengembangan atau lingkup perkembangan dan kegiatan per-bidang pengembangan/lingkup perkembangan; 2) RKM model pembelajaran berdasar minat dengan komponen meliputi: tema dan sub tema, alokasi waktu, TK. Kelompok A atau B, sudut/area/sentra dan kegiatan sudut, area atau sentra. Selanjutnya adalah perencanaan harian atau rencana kegiatan harian (RKH) merupakan penjabaran dari RKM, yang memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam 28

20 satu hari. RKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat atau makan, dan kegiatan akhir. Silabus yang sudah disusun ini akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan menanamkan berbagai kompetensi kepada anak. Pengertian dari pelaksanaan atau implementasi kurikulum adalah penerapan ide, konsep kurikulum yang dijabarkan dalam silabus dan rencana pembelajaran ke dalam proses pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran oleh guru di sekolah sehingga terjadi perubahan pada peserta didik yaitu pencapaian kompetensi yang telah direncanakan (Mulyasa, 2008; Miller & Seller dalam Al- Hafizh, 2011). Namun, seperti dituliskan sebelumnya bahwa cara anak belajar di TK adalah dengan bermain. Sehingga seperti yang dikemukakan oleh Albrecht dan Miller (2000 dalam Sujiono, 2009) yaitu bahwa dalam pengembangan program bermain (kurikulum) bagi anak usia dini seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator pada saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dituliskan pula bahwa program kegiatan bermain yang merupakan implementasi secara kongkret pengembangan kurikulum tersebut, memiliki sejumlah fungsi: (1) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya; (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar; (3) mengembangkan sosialisasi anak; (4) mengenalkan 29

21 peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya. Terakhir adalah penilaian yaitu suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh, tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik selama mengikuti pendidikan TK. Sementara fungsi kegiatan ini meliputi beberapa hal seperti: 1) Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran, 2) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap anak didik agar fisik maupun psikisnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, 3) Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya, 4) Memberikan informasi kepada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak sebagai bentuk pertanggungjawaban TK, 5) Sebagai informasi bagi orang tua untuk melaksanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran, 6) Sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap anak didik (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Kemudian lingkup penilaian menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 adalah mencakup seluruh tingkat pencapaian 30

22 perkembangan anak dan data tentang status kesehatan, pengasuhan dan pendidikan. 2. Model Pembelajaran Taman Kanak-kanak Ada berbagai model pembelajaran untuk anak usia dini, dan setiap TK bisa memilih sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Sujiono (2009) menuliskan beberapa model, pertama, model kelas berpusat pada anak yang ditandai dengan (1) adanya materi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak, (2) metode pembelajaran yang mengacu pada center of interest melalui pengembangan tematik, (3) media dan sumber belajar yang dapat memperkaya lingkungan belajar dan (4) pengelolaan kelas yang bersifat demokrasi, keterbukaan, saling menghargai, kepedulian dan kehangatan. Kedua, model Beyond Center and Circle Time (BCCT) yaitu suatu pendekatan yang merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik. Model ini mempunyai ciri-ciri (1) pembelajaran berpusat pada anak, (2) menempatkan seting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting, (3) memberikan dukungan penuh kepada anak untuk aktif, kreatif dan berani mengambil keputusan sendiri, (4) peran pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator, (5) kegiatan anak berpusat di sentrasentra main sebagai pusat minat, (6) memiliki standar prosedur operasional yang baku pada saat di sentra maupun di lingkaran dan (7) pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam posisi duduk melingkar. Ketiga, model ketrampilan hidup yang 31

23 bertujuan agar anak mampu mendidik diri sendiri (self help) dan kemudian mampu menolong orang lain (social skill) sebagai suatu bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosialnya sebagai salah satu anggota keluarga dan masyarakat dimana anak berada. Keempat, model bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak dimana dalam kegiatan bermain memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi dan menciptakan suatu bentuk kreatifitas yang unik. Kelima, model OED (observasi, eksplorasi dan dikembangkan). Model ini lebih diutamakan untuk menstimulasi perkembangan fungsi panca indera (sensori motor). 3. Materi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Menurut Purwastuti dan Efianingrum (2010), materi atau bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam pembelajaran. Selanjutnya keduanya mengambil dua pendapat dari ahli tentang pembuatan materi. Pertama dari Dick dan Carey yang menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar adalah: (1) memperhatikan motivasi belajar yang diinginkan, (2) menyesuaikan materi yang diberikan, (3) mengikuti suatu urutan yang benar, (4) berisikan informasi yang dibutuhkan, (5) adanya latihan praktek, (6) dapat memberikan umpan balik, (7) tersedia tes yang sesuai dengan materi ajar, (8) tersedia petunjuk untuk tindak lanjut, (9) tersedia petunjuk bagi peserta didik untuk tahap-tahap aktivitas yang dilakukan, serta (10) dapat diingat dan ditransfer. 32

24 Kedua menurut Romiszowski (1986) yang menyatakan bahwa dalam pembuatan materi atau bahan ajar hendaknya mempertimbangkan empat aspek, yaitu aspek akademik, aspek sosial, aspek rekreasi, dan aspek pengembangan pribadi. Dengan terbitnya Standar Nasional PAUD dari Permendiknas No.58 tahun 2009 sebagai standar acuan minimal, maka diharapkan TK sudah dapat mengembangkan kurikulumnya sendiri untuk memenuhi berbagai tuntutan pendidikan usia dini sekarang ini. Menurut standar isi dalam Permendiknas tersebut, maka struktur program kegiatan TK mencakup bidang pengembangan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Ruang lingkup kurikulum TK akan meliputi beberapa lingkup perkembangan, yaitu: 1) Nilai-nilai agama dan moral; 2) Fisik yang terdiri dari motorik kasar, motorik halus, dan kesehatan fisik; 3) Kognitif yang terdiri dari pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf; 4) Bahasa yang mencakup menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan; dan 5) Sosial emosional. Lingkup-lingkup perkembangan ini kemudian dijabarkan ke dalam standar tingkat pencapaian perkembangan yang akan dicapai peserta didik sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah masing-masing. Morrison (2012) mengatakan bahwa TK sedang dalam tahap perubahan dari program yang berfokus pada perkembangan sosial dan emosi menjadi TK yang menekankan nilai akademis, terutama kemampuan baca tulis dini, matematika dan ilmu pengetahuan yang 33

25 menyiapkan anak untuk berpikir dan memecahkan masalah. Sehingga guru sebagai perancang dan penyedia materi dituntut memberikan bahan-bahan yang bisa memenuhi tuntutan perubahan tersebut. Namun demikian, pengembangan berbagai materi untuk kegiatan pembelajaran di TK harus tetap berdasarkan lingkup-lingkup perkembangan yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. E. Penelitian yang Relevan Penelitian Fauziyyah (2012) menemukan bahwa peran guru dalam membuat perencanaan pembelajaran sangat disesuaikan dengan tema yang akan di bahas, agar tercipta sebuah kesatuan pembelajaran yang lebih integral atau tidak terputus. Seorang guru sebelum melakukan proses pembelajaran harus membuat pemetaan, silabus, program tahunan, program semester, program mingguan dan program harian yang didalammya sudah terencana mengenai tujuan, bahan ajar mengenai pendidikan karakter yang akan disampaikan kepada anak didik, waktu, medianya, strateginya, dan sampai pada bagaimana mengevaluasinya, termasuk bagaimana apabila tujuan tidak tercapai. Hasil penelitian Hiryanto, dkk (2011) antara lain bahwa proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal manakala kelompok bermain maupun TPA, memiliki panti belajar atau tempat belajar yang memenuhi kriteria tertentu. Sementara untuk 34

26 menggairahkan peserta didik pada pendidikan anak usia dini diperlukan adanya ragi belajar, yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik agar bergairah dalam mengikuti kegiatan belajar atau bermain, serta menghindarkan kejenuhan atau kebosanan serta menggairahkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Bentuk ragi belajar antara lain, penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, penggunaan berbagai jenis sarana belajar dan pengaturan setting tempat duduk. Penelitian Sadri (2011) dengan model evaluasi CIPP menemukan bahwa dalam aspek konteks, secara umum kecenderungan yang mengakibatkan tidak efektifnya implementasi pembelajaran tematik karena guru dan kepala sekolah belum paham secara teoritik dan praktis visi misi dan tujuan pembelajaran tematik. Pada aspek input secara umum kecenderungan yang mengakibatkan tidak efektifnya implementasi pembelajaran tematik karena peserta didik terlalu banyak dan sarana prasarana yang terbatas. Pada proses yang mengakibatkan tidak efektifnya implementasi pembelajaran tematik karena guru sulit menentukan tema dan pemetaan jaringan tema agar semua mata pelajaran bisa terakomodasi dalam satu tema yang dibuat. Selain itu juga dalam pelaksanaan pembelajaran guru masih terbawa ke dalam materi per bidang studi. Pada hasil, yang mengakibatkan tidak efektifnya implementasi pembelajaran tematik adalah belum mampunya meningkatkan kemampuan akademik siswa. 35

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa ini merupakan masa kritis dimana anak membutuhkan rangsanganrangsangan yang tepat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan perkembangan IPTEK, setiap manusia mengusahakan agar warga negaranya kreatif dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam rentang kehidupan manusia, memiliki peran yang strategis. Manusia melalui usaha sadarnya berupaya untuk mengembangkan segenap potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu dikembangkan, dan hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di TK. Kemampuan kognitif ini berisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbedabeda. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari sejak lahir. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini Merupakan salah satu bentuk pendidikan yang berada pada jalur pendidikan formal, sebagai lembaga pendidikan prasekolah tugas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui binbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai tahap usianya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak pada rentang usia 0-8 tahun. Pada usia tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh potensinya. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk menumbuhkembangkan semua kemampuan, bakat, kreativitas dan kemandirian anak. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK Pendahuluan Karena media guru kurang menarik untuk anak, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak adalah bagian dari pendidikan anak usia dini bagi anak usia 4 8 tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar (PP No. 27 Tahun 1990 Bab I pasal 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya mendidik anak, sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa perkembangannya. Undang-undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah sepanjang hayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Merupakan tugas orang tua dan guru sebagai pendidik untuk dapat menemukan potensi tersebut.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age) dalam proses perkembangan anak akan mengalami kemajuan fisik, intelektual dan sosial

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau

II. KAJIAN PUSTAKA. keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Profesionalisme Guru Profesional adalah seseorang yang memiliki keahlian, pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik PAUD adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses pendidikan yang berlangsung di Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Di samping itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia nol sampai enam tahun. Sukses masa depan hanya dapat diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. 1 BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang ditandai dengan dinamika kehidupan

Lebih terperinci

Evaluasi Pembelajaran Pos PAUD Putra Pertiwi Rejosari, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta

Evaluasi Pembelajaran Pos PAUD Putra Pertiwi Rejosari, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta Evaluasi Pembelajaran Pos PAUD Putra Pertiwi Rejosari, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme penerimaan peserta didik di Pos PAUD Putra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan tujuan agar anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Oleh karenanya perlu sekali Potensi-potensi tersebut dirangsang dan dikembangkan agar pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV ini berisi tentang penyajian data penelitian tentang pengelolaan Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Karakter di PAUD Nurul Wathon Semarang. Data yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh: LILIS SUHARYANI A.520085055

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran. pada Pendidikan Anak Usia Dini. Fitria Rachmanty

Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran. pada Pendidikan Anak Usia Dini. Fitria Rachmanty Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini Fitria Rachmanty 125120307111065 PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini sangat memegang peranan penting dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 TK Cempaka Indah Ketitangkidul, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yag merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI OLEH RAHAYU DWI UTAMI,SE.,S.Pd.,M.Pd. Anak adalah anugerah dari sang maha pencipta yang dititipkan oleh Tuhan YME sebagai amanah yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling potensial untuk belajar. Menurut Berk dalam Sujiono (2009:6) anak

BAB I PENDAHULUAN. paling potensial untuk belajar. Menurut Berk dalam Sujiono (2009:6) anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan.perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan menentukan derajat kualitas kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG 1 ARTIKEL Oleh NANDA ERIKA NIM : 2009/51064 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci