BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENDEKATAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Koran sebagai Komunikator Komunikasi Massa Menurut Nurudin (2009) komunikasi massa sangat banyak dibahas oleh para ahli komunikasi, diantaranya adalah Alexis S. Tan yang mengulas teori komunikasi dari perspektif fungsi komunikasi massa. Ia mengajukan sejumlah konsep mengenai fungsi tersebut, yaitu: to information, to education, to persuade, dan to entertain. Sementara itu, Hofmann (1999) mengulas fungsi komunikasi massa dengan memperkenalkan teori lima fungsi, yaitu: fungsi informasi dan pengawasan, linkage (pertalian), transmission of value, hiburan, dan interpretasi. West dan Turner (2008) membedakan komunikasi massa dengan media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan media massa, sedangkan media massa merupakan saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Komunikasi massa tidak lepas dari pengaruh media yang menjadi alat penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Winarso (2005) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi secara institusional dan teknologis dari sebagian aliran pesan yang dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat industrial. Komunikator dalam komunikasi massa ini seringkali berupa sebuah media massa, koran/koran, stasiun televisi, majalah, atau penerbit buku. Selain itu, Nurudin (2009) menjelaskan bahwa komunikasi massa merupakan produk kelompok bukan produk seseorang sehingga komunikator dalam komunikasi massa adalah suatu lembaga karena elemen utamanya adalah media massa. Oleh karena itu, komunikator dalam komunikasi massa setidaknya mempunyai ciri sebagai berikut: (1) kumpulan individu, (2) dalam berkomunikasi, peran individu-individu tersebut dibatasi oleh sistem dalam media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) materi yang disampaikan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau laba secara ekonomis.

2 Definisi Berita Pertanian Wonohito (1977) menguraikan bahwa istilah dalam jargon koran berbeda dengan yang biasanya kita pakai. Berita juga tidak sama dengan kabar atau warta, karena adalah laporan yang hangat, padat, cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri. Menurut Wonohito merupakan suatu proses yang bertahap-tahap, yaitu: dari fakta, nilai, dan patut untuk dicetak. Artinya, perkembangan suatu peristiwa hingga menjadi tentu harus melalui proses teknik jurnalistik. Effendy (2003) dan Rousydiy (1985) merumuskan konsep secara harfiah, yakni sebagai definisi dari news, yang merupakan singkatan dari North (utara), East (timur), West (barat), dan South (selatan). Mereka mengartikan sebagai laporan dari keempat arah angin tersebut, artinya merupakan laporan yang berasal dari manapun di berbagai penjuru dunia. Mereka juga mendefinisikan sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal-hal yang penting, menarik minat, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Effendy (2003) dan Rousydiy (1985) juga menjelaskan bahwa Frank Lutter Mott melalui bukunya New Survei of Journalism menyebutkan paling sedikit terdapat tujuh konsep yang mendukung definisi, yaitu: sebagai laporan tercepat, fakta obyektif, interpretasi, sensasi, minat insani, ramalan, dan gambar. Berita dikenal sebagai serangkaian kalimat yang mengandung informasi what,who, where, when, why, dan how. Keenam informasi ini menurut Rousydiy (1985) dianggap sebagai syarat atau rukun. Definisi pertanian merujuk pada Soekartawi (1988) yang mengutarakan arti komunikasi pertanian, yakni suatu pernyataan antarmanusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara per orangan maupun per kelompok, yang sifatnya umum dan menggunakan lambang-lambang tertentu. Oleh karena itu, pertanian merupakan salah satu wujud dari fungsi komunikasi pertanian. Menurut Morissan, (2005) untuk menyampaikan tersebut, pihak media dapat menyajikan dalam bentuk hardnews atau softnews. Hardnews atau keras adalah segala informasi penting dan menarik yang

3 7 harus segera disampaikan karena sifatnya aktual dan faktual, biasanya disebut sebagai strightnews. Sementara itu softnews ( lunak) merupakan segala informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak harus segera disampaikan kepada khalayak Agenda Setting Theory Konsep Agenda setting Nurudin (2009) menjelaskan bahwa Mc.Combs dan Donald L. Shaw memperkenalkan teori agenda setting pada tahun 1973 lewat publikasi yang berjudul The agenda setting function of the mass media. Secara singkat teori ini menekankan bahwa media tidak selalu berhasil memhu apa yang kita pikirkan, tetapi media benar-benar berhasil memhu kita agar berpikir tentang apa. Selain itu, media memberikan agenda-agenda melalui pemannya sedangkan masyarakat akan mengikutinya. Mengutip pernyataan Cragen dan Shield (2002) bahwa dalam teori agenda setting media tidak mempengaruhi sikap khalayak, tetapi media berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan khalayak. Dengan kata lain, media mempengaruhi persepsi khalayak tentang hal yang dianggap penting. Hal ini diperkuat oleh Rakhmat (2002) yang menunjukkan bahwa kenyataannya media yang memilih informasi kemudian khalayak akan membentuk persepsi tentang peristiwa. Artinya, teori agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara perhatian media dan perhatian khalayak pada suatu peristiwa. Fiske (2004) dalam Sulistiawan (2005) mengemukakan bahwa agenda setting adalah kemampuan media untuk menentukan informasi apa yang dianggap penting. Selain itu, agenda setting menurut Sulistiawan (2005) diartikan sebagai teori yang menyajikan topik diskusi dan kepentingan bagi publik. Sementara DeFleur dan Denis dalam Descartes (2004) mengartikan agenda merupakan seleksi terhadap yang terdapat indikasi bahwa kadar suatu tersebut menjadi lebih penting dibandingkan dengan yang lain. Oleh karena itu, terjadinya agenda setting menurut Winarso (2005) dikarenakan pers harus selektif dalam melaporkan.

4 8 Nurudin (2009) mengartikan bahwa agenda media juga bisa dimunculkan secara sengaja dan bertujuan untuk membentuk agenda publik. Misalnya, kasus Century bertahun-tahun menjadi topik pembicaraan karena media seringi membuat tersebut pasang surut. Kemudian contoh lainnya seperti KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang melibatkan mantan pejabat Orde Baru. Khalayak mungkin saja sudah melupakan kejadian tersebut, akan tetapi media dapat mengingatkan masyarakat tentang kasus tersebut dengan kemasan yang agak berbeda. Dengan demikian, Winarso (2005) menerjemahkan bahwa agenda setting dibangun dengan beberapa kombinasi dari pemrograman internal, editorial, keputusan manajerial, dan pengaruh-pengaruh luar dari sumber nonmedia, seperti kelompok sosial, pejabat pemerintah, sponsor dan iklan, dan lain-lain Macam-Macam Agenda McQuail dan Wimdahl (1995), Severin dan Tankard (1992) mengemukakan bahwa teori agenda setting berkaitan dengan tiga dimensi agenda, yaitu: 1. Agenda media Agenda media yaitu prioritas media dalam meliput suatu kejadian, terdiri dari: a) Visibility (visibilitas) yakni jumlah dan tingkat menonjolnya, b) Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) yakni relevansi isi dengan kebutuhan khalayak, c) Valence (valensi) yakni menyenangkan atau tidaknya cara peman tersebut bagi suatu peristiwa. 2. Agenda Publik Agenda publik yaitu tingkat perbedaan penonjolan suatu menurut opini publik dan pengetahuan mereka, terdiri dari: a) Familiarity (keakraban) yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu, b) Personal salience (penonjolan pribadi) yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi, c) Favorability (kesenangan) yakni pertimbangan senang atau tidak terhadap topik. 3. Agenda kebijakan Agenda kebijakan menggambarkan dan kebijakan yang dikemukakan oleh politikus. Dimensi agenda kebijakan antara lain: a) Support (dukungan) yakni

5 9 kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu, b) Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkannya, c) Freedom of action (kebebasan bertindak) yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah Teknik Pengukuran Agenda Menurut Descartes (2004) teknik dalam penelitian ini menghubungkan dua agenda, yakni agenda media dan agenda publik. Untuk melihat hubungan keduanya, penelitian melibatkan dua macam pengukuran. Pengukuran pertama dilakukan dengan analisis isi terhadap agenda media, sedangkan yang kedua diperoleh melalui metode survei untuk data mengenai agenda publik. Manhein dalam Descartes (2004) mengungkapkan bahwa agenda media adalah daftar - dan peristiwa-peristiwa pada suatu waktu yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya. Agenda media terdiri dari pokok persoalan, peristiwa, anggapan, dan pandangan yang memanfaatkan waktu dan ruang dalam publikasi yang tersedia untuk disampaikan kepada publik. Kemudian, Kerlinger (2006) menambahkan bahwa untuk mengukur agenda media digunakan teknik analisis isi, yaitu teknik penelitian untuk uraian yang obyektif, sistematis, dan kuantitatif. Pertama teknik analisis isi bersifat obyektif kerena dicapai dengan pembuatan kategori yang jelas dan bebas dari bias peneliti. Kemudian analisis isi bersifat sitematis karena ada seperangkat prosedur yang seragam terhadap semua isi pesan komunikasi yang diteliti. Sementara sifat kuantitatif dari analisis isi menunjukkan adanya pengukuran terhadap isi media dengan indikator, seperti: frekuensi peman, panjang per centimeter kolom, pemberlakuan dan penempatan. Wimmer dan Dominick (2003) menawarkan beberapa metode pengukuran agenda publik, yaitu: (1) Pada metode pertama, ditanya terbuka mengenai: yang menurut paling penting untuk dirinya (intrapersonal) dan apa yang paling penting dalam komunitas saat ini (interpersonal), (2) Metode kedua dilakukan dengan meminta untuk memberikan penilaian terhadap yang disusun oleh peneliti, (3) Metode ketiga adalah variasi pendekatan kedua, dimana diberikan

6 10 daftar topik yang dipilih oleh peneliti dan diminta memberikan peringkat berdasarkan kepentingan yang dimiliki, (4) Metode keempat dilakukan dengan menggunakan perbandingan berganda (paired comparisson methods). Dalam hal ini, setiap yang sudah diseleksi dipasangkan dengan yang lain dan diminta mempertimbangkan setiap pasangan untuk mengidentifikasi mana yang lebih penting. Ketika semua telah ditabulasi, diurutkan dari yang paling penting ke yang kurang penting. Sulistiawan (2005) mengukur agenda publik ini dari segi apa yang dipikirkan orang (intrapersonal), apa yang dibicarakan orang itu dengan orang lain (interpersonal), dan apa yang mereka anggap sedang menjadi pembicaraan orang ramai (community salience). Apabila diukur dari segi efek peman, efek tersebut terdiri dari efek langsung dan efek lanjutan (subsequent effect). Efek langsung berkaitan dengan isu, yakni: (1) pengenalan, apakah isu itu ada atau tidak ada dalam agenda khalayak, (2) penonjolan, dari semua isu yang berkembang, manakah yang dianggap paling penting menurut khalayak, (3) bagaimana isu itu diperingkatkan (prioritas) oleh dan apakah peringkatnya itu sesuai dengan peringkat media. Efek lanjutan berupa persepsi (pengetahuan tentang peristiwa tertentu) atau tindakan (memilih kontestan pemilu atau melakukan aksi protes) Konsep Penjaga Gawang (Gatekeeper) Nurudin (2009) menyatakan istilah gatekeeper pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1947 lewat bukunya yang berjudul Human Relation. Gatekeeper sering diartikan sebagai penapis informasi atau palang pintu, atau penjaga gawang, yaitu orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Mereka adalah orang yang berfungsi sebagai orang yang mengurangi, menambah, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper yang dimaksud antara lain reporter, editor, manajer peman, penjaga rubrik, kameramen, dan semua bagian yang memengaruhi materi. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki maka semakin banyak pula gatekeeping yang dilakukan.

7 11 Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi massa. Dengan demikian, mereka yang disebut sebagai gatekeeper antara lain reporter, editor, atau orang-orang lainnya yang ikut menentukan arus informasi yang disebarkan. Secara umum, peran gatekeeper ini sering dihubungkan dengan, khususnya koran. Fungsi gatekeeper dimainkan editor yang seolah menjadi mata audiens sebagaimana mereka menyortir melalui peristiwa sehari-hari sebelum dibaca oleh pembaca. Berbagai informasi harus melewati berbagai tahapan seleksi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan menjadi sebuah. Pada akhirnya, ada informasi yang lolos dari tahap seleksi kemudian diangkat menajdi, dan ada informasi yang tidak lolos. Tubbs dan Moss (2001) mengartikan proses ini sebagai jaringan atau rantai penjagaan gawang. Keputusan gatekeeper tersebut dipengaruhi oleh beberapa peubah, yaitu: (a) ekonomi, untuk kepentingan komersialisasi, (b) pembatasan legal, untuk kepentingan kebijakan dan aturan, (c) deadline, untuk kepentingan ketersediaan waktu, (d) etika, terkait kesadaran dan kepercayaan diri penjaga gawang, (e) kompetisi, untuk kepentingan persaingan pasar, (f) nilai, untuk kepentingan kualitas peman, dan (g) feedback, terkait kemungkinan respons gugatan dari pembaca. 2.2 Kerangka Pemikiran Konsep agenda setting mengasumsikan bahwa media mempunyai pengaruh yang kuat untuk membentuk pikiran publik tentang suatu isu. Apabila media menganggap penting suatu maka publik juga memikirkan hal tersebut. Oleh karena itu, agenda media mempunyai hubungan positif dengan agenda publik. Dalam penelitian ini, konsep agenda setting diuji pada unit analisis pertanian di Koran. Apabila merujuk pada konsep tersebut, pihak media (Koran ) dapat memberikan penonjolan bagi pertanian sehingga publik (mahasiswa IPB) juga memikirkan informasi yang dikan. Agenda media diukur dari beberapa indikator seperti frekuensi rubrik, proporsi, dan penempatan. Agenda publik diukur berdasarkan indikator tingkat kepentingan, peringkat, dan pilihan. Selain itu, agenda

8 12 publik juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik individu seperti kebutuhan, pengalaman, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam penelitian ini perbedaan agenda publik diukur berdasarkan perbedaan program studi mahasiswa IPB (Gambar 1). Berita Pertanian di Koran A G E N D A S E T T I N G Analisis isi/agenda media - Frekuensi rubrik - Proporsi - Penempatan Survei khalayak/agenda publik - Tingkat kepentingan - Peringkat - Pilihan Agenda Kebijakan - Dukungan - Alternatif kegiatan - Kebebasan bertindak PROGRAM STUDI Keterangan: : diukur dengan : mempengaruhi : hubungan yang tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Berita Pertanian Koran dari Perspektif Agenda Setting Theory 2.3 Hipotesis Penelitian Penelitian ini mengukur kesesuaian agenda setting dan perbedaan agenda publik bagi mahasiswa yang memiliki perbedaan program studi, maka dari itu diberikan hipotesis penelitian seperti di bawah ini: 1. Terdapat hubungan nyata antara agenda media dan agenda publik mahasiswa IPB terhadap pertanian di Koran. 2. Terdapat perbedaan nyata agenda publik mahasiswa program studi SKPM 2009 dengan mahasiswa program studi AGH 2008 terhadap pertanian.

9 Definisi Operasional No Peubah Definisi Operasional 1 Frekuensi Tingkat rubrik kepentingan pertanian bagi media berdasarkan jumlah pemunculan rubrik pertanian di Koran. 2 Proporsi 3 Penempatan Tingkat kepentingan pertanian bagi media berdasarkan Persentase space untuk pertanian dari total space yang ada di Koran. Tingkat kepentingan pertanian bagi media berdasarkan lokasi pertanian di Koran Kampus IPB. Indikator Ada atau tidaknya rubrik pertanian di Koran edisi 38, 39, 40, dan edisi 41. Banyaknya tempat yang digunakan untuk pertanian di Koran tahun Pengukuran Analisis isi Koran edisi Diukur berdasar skor penilaian, yaitu: Skor 3= ada rubrik pertanian Skor 2= tidak ada rubrik pertanian Skor Maksimal 12 Skor Minimal 8 Tidak Penting=rataan skor 8,00-10,00 Penting= rataan skor 10,01-12,00. Analisis isi Koran edisi Diukur secara matematis per halaman koran per edisi. Skor 4= 3,1-4 hal Skor 3= 2,1-3 hal Skor 2= 1,1-2 hal Skor 1= 0-1 hal Skor Maksimal 16 Skor Minimal 4 sangat tidak penting= rataan 1,00-1,75 tidak penting= rataan 1,76-2,50= penting = rataan 2,51- sangat penting= Analisis isi Koran edisi Diukur No halaman Koran yang berisi berdasarkan pertanian, di edisi 38, 39, 40, dan 41. Jika ada dua skor penilaian satu pertanian per edisi, yaitu: Skor4= hal 1-4 Skor3= hal 5-12

10 14 4 Kepentingan 5 Peringkat Tingkat kepentingan suatu pertanian yang dimuat Koran bagi. Tingkat kepentingan pertanian berdasarkan penilaian dalam mengurutkan pertanian di Koran dibandingkan atau lebih pertanian dalam satu edisi, maka dipilih dengan nomor halaman yang terdepan. Penting atau tidaknya suatu pertanian bagi saat mengisi kuesioner. Peringkat yang diberikan oleh untuk setiap pertanian yang diajukan peneliti dalam Skor2= hal13-18 Skor1= hal atau tidak dimuat Skor Maksimal 16 Skor Minimal 4 sangat tidak penting= rataan 1,00-1,75 tidak penting= rataan 1,76-2,50= penting = rataan 2,51- sangat penting= Pernyataan saat mengisi kuesioner mengenai penting atau tidaknya suatu pertanian. Diukur berdasarkan skor penilaian, yaitu: Skor 4= 4 Skor 3= 3 Skor 2= 2 Skor 1= 0-1 Skor Maksimal 16 Skor Minimal 4 Sangat tidak penting= ratan skor 1,00-1,75 Tidak penting= rataan 1,76-2,50 Penting= rataan 2,51- Sangat penting= Pernyataan saat mengisi kuesioner mengenai peringkat pertanian. Diukur berdasarkan skor penilaian, yaitu: Skor 4= peringkat 1-2 Skor 3= peringkat 3-4 Skor 2= peringkat 5-6 Skor 1= peringkat 7-8 Skor Maksimal 16

11 15 6 Pilihan Tingkat kepentingan pertanian berdasarkan kecenderungan dalam memilih 7 Agenda Media lainnya. kuesioner. Skor Minimal 4 sangat tidak penting= rataan 1,00-1,75 tidak penting= rataan 1,76-2,50 penting= rataan 2,51- sangat penting= satu pertanian dibandingkan yang lain. Tingkat prioritas Koran Kampus IPB terhadap pertanian. Fakta yang diberikan saat memilih satu pertanian yang dibandingkan lain. Banyaknya peman tentang pertanian di Koran selama tahun Masing-masing judul tersebut disandingkan dengan lain (nonpertanian) sebagai pembanding sebanyak 5 kali. Diukur dengan skor, yaitu: Skor 4= terpilih 4-5 Skor 3= terpilih 3 Skor 2= terpilih 2 Skor 1= terpilih 1 atau tidak terpilih sama-sekali Skor Maksimal 16 Skor Minimal 4 sangat tidak penting= rataan 1,00-1,75 tidak penting= rataan 1,76-2,50= penting = rataan 2,51- sangat penting= Diukur berdasarkan skor rataan dari indikator jumlah rubrik, jumlah, proporsi, dan penempatan: sangat tidak penting= rataan 1,00-1,75 tidak penting= rataan 1,76-2,50= penting = rataan 2,51-

12 16 8 Agenda Publik 9 Program Studi Tingkat kepentingan terhadap pertanian di Koran Kampus IPB. Identitas berdasarkan departemen pengampu di IPB yang tercatat dalam Kartu Tanda Mahasiswa. Banyaknya penilaian yang mendukung pentingnya pertanian di Koran saat mengisi kuesioner. Program studi saat diwawancara. sangat penting= Diukur berdasarkan skor rataan dari indikator kepentingan, peringkat, dan pilihan. sangat tidak penting= rataan 1,00-1,75 tidak penting= rataan 1,76-2,50= penting = rataan 2,51- sangat penting= Bukti yang ditunjukkan oleh saat diwawancara. Dikategorikan menjadi dua, yaitu: mahasiswa program studi SKPM 2009 dan mahasiswa program studi AGH 2008.

ANALISIS BERITA PERTANIAN KORAN KAMPUS IPB DARI PERSPEKTIF AGENDA SETTING THEORY. (Kasus Mahasiswa SKPM 2009 dan AGH 2008)

ANALISIS BERITA PERTANIAN KORAN KAMPUS IPB DARI PERSPEKTIF AGENDA SETTING THEORY. (Kasus Mahasiswa SKPM 2009 dan AGH 2008) ANALISIS BERITA PERTANIAN KORAN KAMPUS IPB DARI PERSPEKTIF AGENDA SETTING THEORY (Kasus Mahasiswa SKPM 2009 dan AGH 2008) Oleh AGUS SANDRA I34080103 Dosen Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

ANALISIS BERITA PERTANIAN KORAN KAMPUS IPB DARI PERSPEKTIF AGENDA SETTING THEORY (Kasus Mahasiswa SKPM 2009 dan AGH 2008)

ANALISIS BERITA PERTANIAN KORAN KAMPUS IPB DARI PERSPEKTIF AGENDA SETTING THEORY (Kasus Mahasiswa SKPM 2009 dan AGH 2008) ISSN 1693-3699 Jurnal Komunikasi Pembangunan Juli 2013, Vol.11, No.2 ANALISIS BERITA PERTANIAN KORAN KAMPUS IPB DARI PERSPEKTIF AGENDA SETTING THEORY (Kasus Mahasiswa SKPM 2009 dan AGH 2008) Agus Sandra,

Lebih terperinci

Agenda Setting media terlihat dari tidak berimbangnya pemberitaan menyangkut isu keagamaan

Agenda Setting media terlihat dari tidak berimbangnya pemberitaan menyangkut isu keagamaan Agenda Setting media terlihat dari tidak berimbangnya pemberitaan menyangkut isu keagamaan Era informasi sekarang ini menempatkan media sebagai bagian yang sangat penting, lebih penting dari sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA ISI PROGRAM. dengan masyarakat. 2. Sigi Investigasi Menampilkan fenomena yang cukup kontroversi di lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ISI PROGRAM. dengan masyarakat. 2. Sigi Investigasi Menampilkan fenomena yang cukup kontroversi di lingkungan masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya NO JUDUL PROGRAM ISI PROGRAM 1. Reportase Kasus yang disajikan Investigasi merupakan fenomena (TRANS TV) yang sangat dekat dengan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini memadukan metode content analysis research dan survei deskriptif korelasional. Analisis isi untuk mengukur agenda media sedangkan survei

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Public Relations Jefkins yang diterjemahkan oleh Yadin (2003:10) mendefinisikan PR sebagai berikut: PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN AGENDA MEDIA PEMBERITAAN JOKOWI SEBAGAI CALON PEMIMPIN AUTENTIK DI HARIAN UMUM SOLOPOS EDISI 10 MEI-8 JULI 2014

ANALISIS ISI KECENDERUNGAN AGENDA MEDIA PEMBERITAAN JOKOWI SEBAGAI CALON PEMIMPIN AUTENTIK DI HARIAN UMUM SOLOPOS EDISI 10 MEI-8 JULI 2014 ANALISIS ISI KECENDERUNGAN AGENDA MEDIA PEMBERITAAN JOKOWI SEBAGAI CALON PEMIMPIN AUTENTIK DI HARIAN UMUM SOLOPOS EDISI 10 MEI-8 JULI 2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

PENGANTAR PR Teknik Menulis PR. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PENGANTAR PR Teknik Menulis PR. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PENGANTAR PR Teknik Menulis PR Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Teknik Menulis PR Keahlian menulis adalah keahlian yang sangat penting dalam profesi PR. Bila anda ingin bisa menulis, jangan hanya menekuni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komunikasi adalah bahasa yang paling sering kita dengar sehari-hari. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Komunikasi adalah bahasa yang paling sering kita dengar sehari-hari. Dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI UMUM TEORI KOMUNIKASI Komunikasi adalah bahasa yang paling sering kita dengar sehari-hari. Dalam hidup kita sangat membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Tidak hanya

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 4 - Join : Follow

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 4 - Join :  Follow Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME Kursus Online - Pertemuan 4 - Join : www.makinpinter.com Follow : @makinpinter 01 Komunikasi Massa Pada Perkembangan Teknologi Komunikasi massa

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI MEDIA, AGENDA MEDIA, AGENDA PUBLIK DAN AGENDA SETTING

BAB IV DESKRIPSI MEDIA, AGENDA MEDIA, AGENDA PUBLIK DAN AGENDA SETTING BAB IV DESKRIPSI MEDIA, AGENDA MEDIA, AGENDA PUBLIK DAN AGENDA SETTING 4.1 Deskripsi Koran Kampus IPB 4.1.1 Sejarah Singkat Koran Kampus IPB Koran Kampus IPB didirikan di Bogor pada tanggal 18 Februari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa paling umum adalah proses peciptaan makna bersama antara massa dan khalayak. Schramm menjelaskan dalam modelnya, komunikasi massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan individu dan anggota masyarakat yang mempunyai berbagai macam kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan, baik terselubung maupun terang-terangan. Setiap informasi

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan, baik terselubung maupun terang-terangan. Setiap informasi a. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Informasi yang tersaji dan dijual pers tidak bebas nilai, mempunyai maksud dan tujuan, baik terselubung maupun terang-terangan. Setiap informasi yang disajikan oleh

Lebih terperinci

Teori Komunikasi Massa 2. Komunikasi Massa Universitas Pembangunan Jaya, 2015

Teori Komunikasi Massa 2. Komunikasi Massa Universitas Pembangunan Jaya, 2015 Teori Komunikasi Massa 2 Komunikasi Massa Universitas Pembangunan Jaya, 2015 Teori yang Akan Dibahas : Diffusion of Innovation Theory Agenda Setting Theory Media Studies New Media Teori Difusi Inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa adalah salah satu aspek komunikasi yang penting, terutama pada masa sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah berkomunikasi. Aktifitas yang sering dianggap sepele karena diasumsikan tidak perlu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 41 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran Analisis isi merupakan sistem formal untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan secara informal, yakni mengambil kesimpulan dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sosial, peran ideal komunikasi sebagai media penyiaran publik

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sosial, peran ideal komunikasi sebagai media penyiaran publik BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Televisi sebagai media massa bukan hanya sekedar media penyampai pesan dari sumber pada komunikannya, tetapi lebih dari itu, televisi juga mempunyai aspek politis didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di era ini. Effendy (1993) dalam bukunya yang berjudul Televisi Siaran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di era ini. Effendy (1993) dalam bukunya yang berjudul Televisi Siaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu media elektronik yang dirasa sangat cepat berkembang di era ini. Effendy (1993) dalam bukunya yang berjudul Televisi Siaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

Modul ke: Komunikasi Massa. Pengantar Komunikasi Massa. Fakultas FIKOM. Sofia Aunul, M.Si. Program Studi BROADCASTING.

Modul ke: Komunikasi Massa. Pengantar Komunikasi Massa. Fakultas FIKOM. Sofia Aunul, M.Si. Program Studi BROADCASTING. Modul ke: Komunikasi Massa Pengantar Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Sofia Aunul, M.Si. Program Studi BROADCASTING www.mercubuana.ac.id Proses Komunikasi Massa Proses Komunikasi Massa Dengan melihat formula

Lebih terperinci

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir bulan Oktober 2012 media massa ramai memberitakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mempublikasikan adanya pemesaran yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap

Lebih terperinci

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas CITRA PT. PLN DALAM PEMBERITAAN KRISIS LISTRIK SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA (Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Nasional Periode September 2013-April 2014) ABSTRAK Frietz Calvin Madayanto / Ike

Lebih terperinci

Studi Kasus di TV Megaswara Bogor

Studi Kasus di TV Megaswara Bogor INFORMASI DAN PENGOLAHAN BERITA TELEVISI Studi Kasus di TV Megaswara Bogor ABSTRAK Isi media rtiassa merupakanproduk organisasiyang kcirakteristiknya dipengaruhi Budi Santoso oleh perilaku organisasi itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun media elektronik dan merupakan suatu proses komunikasi yang memiliki tujuan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : RAHAJENG K

SKRIPSI. Diajukan oleh : RAHAJENG K ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas Bulan Oktober Sampai Bulan Desember 2009) SKRIPSI Diajukan oleh : RAHAJENG K

Lebih terperinci

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*)

PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK. Oleh : Novy Purnama N*) PRESS RELEASE SEBAGAI WAHANA PENYAMPAI INFORMASI KEPADA PUBLIK DALAM AKTIVITAS KAMPANYE POLITIK Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Posisi penting press relase, yang pada dasanya merupakan domain public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

Komunikator menyampaikan pesan. jalur komunikasi. kepada komunikan menggunakan. dan media. tertentu.

Komunikator menyampaikan pesan. jalur komunikasi. kepada komunikan menggunakan. dan media. tertentu. Kampanye Massa: Melibatkan Media Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan. (William I Gorden) Komunikasi (manusia) adalah berbagi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA TELEVISI TERHADAP OPINI PUBLIK MENGENAI PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI. Oleh: Ivan Arifandi

PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA TELEVISI TERHADAP OPINI PUBLIK MENGENAI PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI. Oleh: Ivan Arifandi PENGARUH PEMBERITAAN MEDIA TELEVISI TERHADAP OPINI PUBLIK MENGENAI PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI Oleh: Ivan Arifandi 1. 1LATAR BELAKANG MASALAH a. Pemerintah batal menaikkan Harga BBM. b. Kuota BBM bersubsidi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan medium manusia untuk mencapai sesuatu. Kita juga tidak dapat menghindari komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat mempengaruhi seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Yohanes Karol Hakim/ Lukas Ispandriarno PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA PEMBERITAAN PEMILIHAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR 2013 (Analisis Isi Keberpihakan Media dalam Pemberitaan Masa Kampanye Pemilihan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Putaran Pertama di Harian Pos Kupang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau memberi informasi kepada khalayak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (elektronik dan cetak). Sebelum melangkah secara luas tentang komunikasi massa, perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL 2.1 Pengertian Iklan Iklan merupakan setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk Patau jasa, untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa lepas dari informasi untuk menjalani kehidupan sosial mereka. Informasi yang dikonsumsi dapat

Lebih terperinci

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK

Menulis Berita. Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar. Drs. Masari, MM. Modul ke: Fakultas TEKNIK Modul ke: Menulis Berita Silahkan mencoba menulis sebuah berita sesuai kaedah ejaan yang benar Fakultas TEKNIK Drs. Masari, MM Program Studi TEKNIK MESIN http://www.mercubuana.ac.id Teknik Penulisan Berita

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komunikasi massa secara sederhana dipaparkan sebagai pesan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komunikasi massa secara sederhana dipaparkan sebagai pesan yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Definisi Komunikasi massa secara sederhana dipaparkan sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, dkk., 2012:3).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi kini menjadi hal penting dalam era globalisasi. Beberapa negara bahkan memiliki lembaga formal untuk mengatur segala hal mengenai informasi. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PEMBELAJARAN 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/2012 3. Semester : IV 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Jurnalistik Media Cetak (SPK 2207) 5. SKS : 2 6. Pengampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu membutuhkan informasi, dan informasi yang manusia butuhkan dapat diperoleh salah satunya melalui media massa yang ada di sekitar mereka. Media massa sendiri

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam penelitian ini, fokus penelitiannya adalah Pendekatan Media Relations Yayasan Puteri Indonesia dalam meningkatkan publisitas Puteri Indonesia. Penelitian ini

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi-informasi, baik berupa berita maupun hiburan masyarakat. Pers di

BAB I PENDAHULUAN. informasi-informasi, baik berupa berita maupun hiburan masyarakat. Pers di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya radio dikenal sebagai media hiburan bukan media informasi dan pendidikan, namun sejak bergulirnya era reformasi radio semakin bebas menyajikan berita pada

Lebih terperinci

Sifat Media Penyiaran

Sifat Media Penyiaran Sifat Media Penyiaran Persaingan di Era Digitalisasi Faktor kecepatan dan ketepatan dengan kualitas gambar tiga dimensi serta audio sekaliber teater sangat mempengaruhi sifat media siaran yang dapat dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern saat ini peran komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan dalam masyarakat yang tidak lepas dari komunikasi. Komunikasilah yang menimbulkan

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 01Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Media Dan Humas (Pengantar Teknik Reportase dan Wawancara) Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran media massa memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di daerah-daerah dapat dengan mudah dilihat

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahan swasta maupun pemerintah diwajibkan memberikan ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 10 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Media Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Publisitas menjadi sangat penting dalam aktivitas humas di organisasi, banyak sekali media yang bisa digunakan untuk menunjang publikasi humas. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejak menapaki awal reformasi beragam surat kabar banyak bermunculan, bernotabene demi mewujudkan kebebasan pers di Indonesia. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Merupakan salah satu. elemen penting dalam proses komunikasi massa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Merupakan salah satu. elemen penting dalam proses komunikasi massa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Massa A.1. Definisi Media Massa Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi maupun hiburan. Media massa merupakan hasil produk

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Jurnalisme memiliki makna penting dalam proses politik di suatu negara. Peran penting ini semakin terasa di kala pemilihan umum, dimana masyarakat menggantungkan akses informasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi, dewasa ini media komunikasi dan komunikasi massa menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sebagaimana dikutip Mugniesyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya manfaat komunikasi yang di dapatkan manusia. 1 Manfaat tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. besarnya manfaat komunikasi yang di dapatkan manusia. 1 Manfaat tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah hal yang mendasar yang tidak dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, informasi berkembang dengan pesat dan semakin aktual sehingga membuat masyarakat ingin selalu mengakses perkembangan informasi. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran sebuah media massa tentunya diharapkan sebagai salah satu media penyebaran informasi untuk khalayak ramai. Informasi yang ditampilkan tersebut muncul atas

Lebih terperinci

MEDIA RELATIONS. Pokok Bahasan TV RELEASE. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

MEDIA RELATIONS. Pokok Bahasan TV RELEASE. Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Modul ke:  Fakultas Ilmu Komunikasi Modul ke: 09 Fakultas Ilmu Komunikasi MEDIA RELATIONS Pokok Bahasan TV RELEASE Dewi S. Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations http://mercubuana.ac.id POKOK BAHASAN TV Release: Perbedaan Release

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita adalah sajian informasi tentang suatu kejadian yang berlangsung atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui informasi berantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sifat berita itu sendiri memberikan informasi cepat diterima oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sifat berita itu sendiri memberikan informasi cepat diterima oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berita merupakan salah satu media untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait hal-hal atau kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Berita merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Ketahanan pangan saat ini telah menjadi salah satu isu penting dalam pembangunan. Melihat kondisi di Indonesia, ketahanan pangan menjadi suatu ironi. Kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IV TEORI-TEORI KOMUNIKASI DESKRIPSI SINGKAT

POKOK BAHASAN IV TEORI-TEORI KOMUNIKASI DESKRIPSI SINGKAT POKOK BAHASAN IV TEORI-TEORI KOMUNIKASI DESKRIPSI SINGKAT Materi kuliah ini memberikan tambahan pengetahuan kepada mahasiswa tentang berbagai teori komunikasi, beberapa perbedaan pada masing-masing teori,

Lebih terperinci