BAB I PENDAHULUAN. Richard Dawkins, The Selfish Gene, Oxford University, New York, 2006, hlm

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Richard Dawkins, The Selfish Gene, Oxford University, New York, 2006, hlm"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meme internet menjadi fenomena yang begitu populer dalam beberapa tahun terakhir. Kepopuleran meme dapat terlihat dari banyaknya meme yang kita dapati tersebar di internet dan sosial media khususnya, mulai dari meme yang bermuatan ringan hingga meme yang bermuatan politik. Istilah meme itu sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Richard Dawkins dalam bukunya The Selfish Gene (1976). Menurut pemahaman Dawkins, meme adalah bentuk dari gen kebudayaan (ide, gagasan, pola perilaku, dan sebagainya) yang menyebar melalui proses imitasi, seperti halnya lagu, jargon, mode pakaian, hingga cara membangun gedung. 1 Meme internet merupakan bentuk adaptasi dari pemikiran Dawkins yang berkembang dalam budaya populer internet. Dimana ide, gagasan, atau pola perilaku yang menyebar dalam suatu budaya melalui proses imitasi sebagaimana yang dikemukakan Dawkins tersebut, terjadi secara viral dan dalam bentuk visual. 2 Meme internet yang ditampilkan dalam bentuk visual tersebut memiliki format yang beragam, seperti halnya gambar diam (animasi makro), animasi GIF, atau bahkan video. 3 Namun yang banyak kita dapati tersebar di internet dan sosial media adalah meme dalam format gambar diam (animasi makro), yang sifatnya sederhana, bahkan memiliki kualitas rendah karena yang lebih diutamakan adalah pesan yang berusaha disampaikan melalui meme tersebut. 4 1 Richard Dawkins, The Selfish Gene, Oxford University, New York, 2006, hlm Olivia Solon, Richard Dawkins on the Internet s Hijacking of the Word Meme, 2013 diakses dari pada 22 Juli Linda K Borzsei, Makes a Meme Instead : A Concise History of Internet Memes, Utrecht University,2013, hlm Ibid., hlm. 5 1

2 Idealnya, meme internet dalam format gambar diam terdiri dari unsurunsur seperti teks dan gambar. Namun ada pula meme yang hanya berupa ungkapan, gambar, gambar disertai teks, ataupun gambaran dari teks, yang biasanya diadaptasi dari film, video game, selebriti, bahkan dunia politik. 5 Meme tersebut kemudian tersebar atau disebarkan oleh individu secara online dalam wahana penyebarannya yakni internet dan sosial media sebagaimana meme yang tersebar atau yang disebarkan oleh individuindividu dalam suatu budaya. Kepopuleran meme di media online awalnya ditandai dengan kemunculan meme All your base are belong to us yang menggunakan karakter kartun dari video game Zero Wing yang populer pada tahun Kepopuleran meme ini seiring dengan munculnya aplikasi pengeditan grafis yang ditujukan untuk pengeditan meme layaknya photoshop dan meme generator, dimana aplikasi tersebut dapat menghasilkan 2000 foto yang berasal dari karakter kartun game Zero Wing yang dimanipulasi menjadi beragam bentuk gambar atau foto. 7 Saat itu meme dapat dikatakan mulai beranjak populer. Kepopuleran meme tersebut perlahan mulai menyebar, dikenal secara luas, dan mulai digunakan untuk berbagai tujuan, serta mengkomunikasikan beragam ide atau gagasan. Hingga pada tahun 2012 meme menjadi istilah yang begitu dikenal, dan persebarannya di internet dan sosial media tak lagi dapat terbendung, dimana meme menjadi bentuk humor yang konvensional dan lebih bervariasi. 8 Perannya dalam mengkomunikasikan beragam ide, gagasan dan informasi pun membuat meme menjadi bentuk dari media komunikasi dengan beragam pesan yang berusaha untuk disampaikan, dan 5 Ibid., hlm. 5 6 Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 20 2

3 kemudian disebarluaskan dikalangan pengguna internet, khususnya sosial media, oleh diri mereka sendiri. 9 Internet dan sosial media yang terbuka pada setiap ide atau gagasan yang disebarkan dalam bentuk meme, menjadikan meme itu sendiri lebih terbuka pada setiap jenis dan bentuk pesan yang disampaikannya. Tidak sedikit dari meme yang tersebar di internet dan sosial media merupakan wujud dari penyampaian opini. Tidak jarang pula meme muncul dalam rangka menanggapi isu isu sensitif yang menjadi sorotan publik. Meme tersebut muncul dengan beragam topik dalam menanggapi pemberitaan, isu isu, peristiwa, atau bahkan pengalaman pribadi. 10 Isu politik adalah salah satu isu sensitif yang seringkali ditampilkan dalam bentuk meme dan disebarkan melalui sosial media. Dalam hal ini meme menjadi media komunikasi politik dimana ada pesan, ide, atau gagasan yang berusaha disampaikan melalui meme tersebut untuk kemudian dimaknai oleh khalayak, yang mana imbasnya dapat berpengaruh pada sistem politik atau bahkan memiliki konsekuensi dan akibat politik. 11 Seperti halnya meme politik yang terdapat dalam di sosial media instagram, dimana meme oleh akun tersebut dijadikan sebagai media komunikasi politik yang menyampaikan pesan, ide, atau gagasan tertentu untuk kemudian dimaknai oleh khalayak. ditujukan sebagai wadah penyampaian opini, maupun pertukaran aspirasi dan pandangan politik bagi khalayak tersebut biasanya mengangkat isu isu politik yang menjadi sorotan publik (dalam bentuk meme politik, kartun, quote, gambar atau foto, video dan juga teks dengan meme politik yang paling banyak ditampilkan), dimana kemudian 9 Branislav Buchel BC, Internet Memes As Mean Communication, Masaryk University, Faculty of Social Studies Departement of Sociology, 2012, hlm Vasiliki Plevriti, Satricial User Generated Memes as an Effective Source of Political Criticism, Extending Debate and Enchancing Civic Engagement, The University of Warwick, Centre for Cultural Policy Studies, 2013, hlm Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2012, hlm

4 khalayak dapat dengan bebas memberikan aspirasi atau respon mereka dalam bentuk likes ataupun komentar menanggapi postingan yang ditampilkan oleh akun tersebut. 12 Contoh isu politik yang paling banyak ditampilkan oleh adalah isu politik terkait Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). 13 Hal ini dikarenakan tanggung jawab sosial yang dimiliki oleh DPR sebagai sebuah lembaga atau institusi yang bertugas sebagai wakil rakyat menjadikan setiap gerak gerik dan kebijakan yang dihasilkan oleh DPR terus menarik perhatian dari banyak masyarakat sehingga tidak jarang memunculkan isu isu serta memancing opini publik. Isu politik terkait DPR tersebut ditampilkan dalam berbagai bentuk dan jenis pesan termasuk juga dalam bentuk meme politik yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Meme dalam hal ini dijadikan sebagai media komunikasi politik dimana ada pesan, ide, atau gagasan yang berusaha disampaikan oleh terkait isu isu mengenai DPR. Pesan, ide, atau gagasan yang ditampilkan oleh melalui meme politik tersebut pada dasarnya merujuk pada persepsi dan opini yang berusaha ditampilkan oleh dalam menanggapi isu isu yang muncul terkait DPR, untuk kemudian disampaikan dan dimaknai oleh khalayak. Yang menarik untuk dilihat kemudian adalah bahwa opini atau persepsi terhadap isu isu terkait DPR yang ditampilkan melalui meme politik tersebut dapat membangun gambaran atas citra politik DPR yang muncul dari bagaimana menampilkan DPR dalam bentuk simbol simbol visual yang terdapat di dalam meme politik tersebut. Citra politik itu sendiri dipahami sebagai konstruksi pemahaman atas persepsi publik akan suatu partai politik, individu, dan atau aktor politik 12 demo_krazy/ di akses pada 30 April Hasil pengamatan terhadap di sosial media instagram. 4

5 mengenai semua hal yang berkenaan dengan aktifitas politik. 14 Menariknya adalah bahwa citra dalam meme itu tidak ditampilkan secara gamblang, positif atau negatif nya. Namun melalui pemaknaan terhadap simbol simbol yang terkandung dalam meme itulah dapat diketahui bagaimana menggambarkan citra DPR untuk kemudian disampaikan dan dimaknai oleh khalayak. Alasan dilakukannya penelitian ini sejatinya didasari oleh ketertarikan peneliti pada fenomena meme yang tengah populer di internet dan sosial media, serta perannya sebagai media komunikasi politik yang mengkomunikasikan pesan, ide, gagasan termasuk juga persepsi maupun opini serta penggambaran atas citra politik melalui simbol simbol visual yang terdapat didalamnya. Ketertarikan peneliti juga didasari oleh temuan penelitian terdahulu yang menguatkan pemikiran peneliti bahwa ada sesuatu yang menarik yang patut untuk dikaji dari fenomena ini. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Adi Bayu Mahadian dari Fakultas Komunikasi dan Bisnis Program Studi Ilmu Komunikasi Telkom University tentang Humor Politik Sebagai Sarana Demokratisasi Indonesia. Objek yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah humor politik yang dijadikan sebagai sarana demokrasi, dimana peneliti berusaha menelaah perkembangan humor politik dalam proses demokrasi Indonesia saat ini. Hasil temuan yang didapat menunjukkan bahwa humor adalah representasi realitas yang dapat digunakan sebagai sarana kritik sosial dan politik. 15 Dalam hal ini Adi Mahadian mengangkat meme sebagai bentuk dari humor politik, dimana meme dikategorikan sebagai humor visual yang kaya akan makna. Meme, menurut hasil penelitiannya dianggap mampu menjadi 14 Firmanzah, Marketing Politik : Antara Pemahaman dan Realitas, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007, hlm Adi B Mahadian, Humor Politik Sebagai Sarana Demokratisasi Indonesia, dalam ISKI : Masa Depan Komunikasi, Masa Depan Indonesia : Demokratisasi Masyarakat Plural, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Jakarta, 2014, hlm

6 sarana penyampaian opini, kritik maupun unjuk rasa yang efektif karena humor menjadi sarana unjuk rasa yang mampu digunakan dalam kondisi terkekang sekalipun. Selain itu, sistem penyebarannya yang luas dan tak terbatas membuat pencipta meme (humor) sulit untuk dilacak, namun kritik ataupun opini yang terbangun tetap dapat beredar, dan berakumulasi menjadi wacana yang lebih besar. 16 Hasil temuan yang dikemukakan oleh Adi Mahadian dalam penelitiannya bahwa meme mampu menjadi sarana opini, kritik, maupun unjuk rasa melalui representasi realitas yang ditampilkan melalui simbol simbol dan humor yang terkandung dalam meme tersebut menjadi dasar pemikiran bagi penelitian terkait Citra DPR dalam Meme Politik di Sosial Media, dimana meme dalam hal ini digunakan sebagai sarana komunikasi politik, sarana penyampaian opini, persepsi, serta sarana penggambaran atas citra DPR yang terbangun melalui isu atau realitas tentang DPR di dunia nyata. Selain penelitian dari Adi Mahadian tentang Humor Politik Sebagai Sarana Demokratisasi Indonesia, penelitian lain yang juga digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rosa Redia Pusanti dari Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang Representasi Kritik dalam Meme Politik. Dimana penelitian yang dilakukan oleh Rosa Redia Pusanti ini membahas tentang meme politik dalam masa pemilu 2014 pada jejaring sosial Path sebagai media kritik di era siber, dengan objek penelitiannya yakni meme politik di jejaring sosial path. Penelitian ini mencoba mengeksplorasi simbol yang merepresentasikan kritik khalayak (netizen) dalam bentuk meme yang tersebar selama masa pemilu 2014, dengan metode analisis yang digunakan yakni semiotika dari Charles Sanders Pierce. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan 16 Ibid., hlm

7 bahwa meme menjadi sarana yang penting dalam mengekspresikan pandangan politik khalayak, dan adanya lonjakan ketertarikan khalayak untuk menggunakan media baru sebagai platform bagi mereka untuk terlibat secara politik sejak media mainstream dianggap lebih konservatif. 17 Sebagaimana halnya penelitian yang dilakukan oleh Rosa Redia Pusanti, penelitian terkait citra Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam meme politik di sosial media ini pun juga berusaha melihat meme secara lebih jauh sebagai media penyampaian pesan politik, dan mengeksplorasi simbol simbol visual yang merepresentasikan citra DPR dalam meme politik di sosial media, khususnya meme politik yang terdapat dalam di sosial media instagram. Lebih lanjut, untuk melakukan proses analisis dan interpretasi data atas simbol simbol visual yang terkandung dalam meme politik tersebut, digunakan analisis semiotika dari Roland Barthes yang memiliki potensi untuk menggali secara dalam makna tanda dari meme politik yang tidak hanya sekedar humor, kritik atau kiasan, untuk merujuk pada pesan tertentu (yang dalam konsep Barthes adalah mitos) terkait citra DPR yang berusaha ditampilkan oleh di sosial media instagram. Karena itu, penggunaan konsep semiologi Barthes dalam menemukan mitos atau pesan yang dituturkan pun dalam hal ini dirasa sesuai untuk menggali pemahaman atas citra politik yang juga menjadi bentuk dari mitos yang berkembang dalam lingkup politik masa. Penelitian ini menjadi penting untuk diteliti karena melihat fenomena yang cukup krusial terkait hiruk pikuk politik massa dengan pemanfaatan berbagai media (layaknya meme) yang tersebar melalui saluran internet dengan isu atau pesan yang disampaikannya (benar maupun salah) berpotensi dalam mengkonstruksi pemikiran/pemahaman khalayak. Oleh 17 Rosa Redia Pusanti, Representasi Kritik dalam Meme Politik (Studi Semiotika Meme Politik dalam Masa Pemilu 2014 pada Jejaring Sosial Path sebagai Media Kritik di Era Siber), Universitas Sebelas Maret Surakarta,

8 karena itu penelitian terkait pesan politik sebagaimana halnya citra politik DPR yang ditampilkan melalui meme politik tersebut menjadi penting untuk melihat apa yang melatarbelakangi pesan itu muncul, dan bagaimana pesan itu kemudian dimunculkan (citra DPR dalam meme politik) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, rumusan masalah yang kemudian diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah citra Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ditampilkan dalam meme politik yang terdapat pada di sosial media instagram? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui citra Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang ditampilkan dalam meme politik pada di sosial media instagram Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi yang berbasis pada pendekatan semiotika dalam penerapannya di media Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah dan masyarakat dalam memaknai dan memahami aktifitas komunikasi politik di sosial media sebagai bahan masukan untuk perbaikan sistem politik kedepannya. 8

9 1.5. Kerangka Pemikiran Pada sub bab terkait kerangka pemikiran ini akan dipaparkan secara garis besar mengenai teori-teori, referensi, dan kajian literatur yang membantu peneliti dalam merumuskan logika penelitian yang akan membantu proses pemaparan dan analisis data penelitian. Poin-poin yang kemudian dibahas dalam kerangka pemikiran pada penelitian terkait Citra DPR dalam Meme Politik di Sosial media ini diantaranya adalah meme politik di sosial media yang menjelaskan tentang objek penelitian, komunikasi politik dan pembentukan citra politik yang menjelaskan tentang teori dan keterkaitannya dengan fokus penelitian, dan kajian semiotika Roland Barthes yang menjelaskan tentang pisau analisis yang digunakan dalam penelitian Meme Politik di Sosial Media Meme politik pada dasarnya adalah istilah yang digunakan untuk mengidentikan meme internet berdasarkan konten atau isu yang ditampilkannya. Meme politik disini merujuk pada meme yang menampilkan isu-isu yang berkenaan dengan peristiwa, informasi, maupun berita terkait pemerintah, aktor politik maupun organisasi dan lembaga negara layaknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dimana isu-isu yang ditampilkan kemudian membawa pesan-pesan politik untuk disampaikan kepada khalayak. Pesan politik yang dimaksud adalah bentuk pernyataan (verbal maupun nonverbal) yang mengandung unsur politik didalamnya. 18 Sosial media dalam hal ini dapat dikatakan menjadi wahana persebaran meme politik yang paling populer di internet. Dikatakan demikian karena sosial media dewasa ini menjadi ruang publik virtual yang digemari karena keterbukaannya, kepopulerannya, serta kemudahan bagi penggunanya untuk saling berinteraksi satu sama lain, tergabung dalam kelompok-kelompok, 18 Hafied Canagara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm.37. 9

10 ataupun membentuk suatu kelompok, yang semakin memudahkan proses interaksi dan pertukaran informasi. Karena itu sosial media menjadi wahana persebaran meme politik yang efektif (dilihat dari banyaknya meme politik yang tersebar di sosial media) dimana pesan (politik) yang kemudian disampaikan melalui meme politik tersebut dapat menjangkau banyak publik (netizen), atau bahkan diimitasi dan disebarkan kembali. Hal ini pada dasarnya juga dikarenakan tujuan dari penyampaian pesan-pesan politik yakni menanamkan kepercayaan politik, membangun 19 persepsi, maupun citra politik. Dimana tercapainya tujuan dari penyampaian pesan-pesan politik tersebut dapat terwujud dengan adanya keterbukaan, cakupan publik (netizen) yang luas, dan kebebasan dalam penyampaian pesan, sebagaimana yang ditawarkan oleh sosial media tersebut. Jika diamati, meme politik di sosial media itu diciptakan, kemudian disebarkan, dimitasi, dan kemudian disebarkan kembali oleh individuindividu pengguna sosial media. Oleh karena itu, keorisinalitasan meme tersebut memang dapat dikatakan sulit untuk dipastikan. Karena itu akun dalam penelitian ini dipilih agar dapat diketahui dengan jelas siapa menyebarkan meme politik tersebut. Karena selain berperan sebagai wadah dari penyebaran meme politik, juga berperan sebagai creator yang menyalurkan pesan-pesan, ide, atau gagasan (melalui meme politik tersebut) untuk kemudian diterima dan dimaknai oleh khalayak. 20 Selain itu, adalah satu - satunya akun di sosial media instagram yang mengatas mamakan demokrasi bagi khalayak, dan yang selalu menampilkan isu isu politik untuk kemudian memancing respon dan diskusi publik. 19 Wai Kwok Wong, Interpreting Political Image of Donald Tsang in Alternative Media, Cultural Vasiliki Plevrity, op.cit. hlm

11 Meme politik yang ditampilkan oleh banyak ditampilkan dalam bentuk gambar. Gambar dalam meme tersebut dapat merujuk pada kartun, gambar dan fotografi. Pada dasarnya ada tiga jenis meme fotografi yang populer dan tersebar di internet dan sosial media, yaitu Reaction Photoshops, Stock Character Macros, dan Photo Fads. Reaction Photoshops adalah gambar edit yang dibuat untuk menanggapi foto yang menarik perhatian khalayak (foto memetika) baik itu merupakan foto politisi, selebriti, maupun orang biasa. Sedangkan Stock Character Macros adalah gambar macro (gambar yang dilengkapi teks), mengacu pada satu karakter yang merepresentasikan sikap stereotip. Dan yang terakhir adalah Photo Fads, yakni foto orang orang yang menirukan gaya atau posisi tertentu dalam berbagai suasana. 21 Selain gambar, meme biasanya juga dilengkapi dengan teks. Teks dalam meme tersebut biasanya ditampilkan dalam warna hitam dan putih (umumnya huruf yang berwarna putih dengan kontur hitam). 22 Barthes dalam tulisannya A Barthes Reader menjelaskan bahwa teks pada dasarnya adalah pesan parasit yang dirancang untuk mengkonotasikan gambar. 23 Menurut Barthes, gambar tidak hanya ditampilkan untuk menjelaskan atau mewujudkan teks, namun teks juga dihadirkan untuk menghaluskan atau merasionalisasikan gambar. Sebagaimana halnya teks dalam gambar meme yang ditampilkan dalam di sosial media instagram. 21 Limor Shifman, The Cultural Logic of Photo Based Meme Genres, Journal of Visual Culture, Themed Issue : Internet Memes, Edited by : Laine Nooney and Laura Portwood Stacer, Sage Journals, 2014, hlm Charles Berret dan Kate Brideau, A Brief Introduction to Impact : The Meme Font. Journal of Visual Culture. Themed Issue : Internet Memes. Edited by : Laine Nooney and Laura Portwood Stacer, Sage Journals, 2014, hlm Roland Barthes, A Barthes Reader, ed. Susan sontag, Hill and Wang, New York, 1983, hlm

12 1.5.2.Komunikasi Politik dan Pembentukan Citra Politik Subiakto dan Ida mengutip beberapa konsep mengenai komunikasi politik dari beberapa ahli yang kemudian menghasilkan pemahaman bahwa komunikasi politik merupakan suatu aktifitas komunikasi yang mempunyai konsekuensi atau akibat politik, aktual potensial, terhadap sistem politik. 24 Hal yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Brian Mc.Nair dalam bukunya An Introduction to Political Communication, dimana Mc.Nair menganggap komunikasi politik sebagai komunikasi terarah, atau komunikasi yang memiliki tujuan tertentu, yang berkaitan dengan politik. 25 Komunikasi yang dimaksud dalam komunikasi politik tersebut tidak hanya sebatas retorika, tetapi juga mencakup simbol simbol bahasa, termasuk juga bahasa tubuh, serta tindakan tindakan politik seperti boikot, protes dan unjuk rasa. 26 Jadi apapun bentuk komunikasi yang ditampilkan, selama itu berimbas pada proses atau sistem politik, maka komunikasi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bentuk dari komunikasi politik. Namun, bagaimanapun bentuk dan pesan dari komunikasi politik serta peranannya dalam sistem politik, tujuan utama dari komunikasi politik pada dasarnya adalah untuk memberikan informasi kepada khalayak tentang kandidat, pemimpin atau organisasi tertentu, dan kemudian membantu khalayak atau pemilih untuk memutuskan bagaimana mereka harus memilih atau memberikan dukungan. 27 Untuk itu citra dalam komunikasi politik dianggap memegang peranan yang penting karena citra menjadi gambaran mengenai kandidat, pemimpin, tokoh politik atau organisasi tertentu yang dapat mempengaruhi persepsi dari khalayak. 24 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, op.cit. hlm Brian Mc Nair, An introduction to Political communication, Routledge, London & New York, 2011, hlm Doris Graber, Political Language, dalam Dan Nimmo dan Sanders Keith R, Handbook of Political Communication, Sage Publication, Beverly Hills, Darren G Lilleker, Key Concept in Political Communication, SAGE Publication, London, 2006, hlm

13 Berbicara tentang komunikasi politik, maka kita akan berbicara tentang unsur unsur yang melatarbelakangi terjadinya komunikasi politik, salah satunya adalah media dan pesan politik. Meme politik dalam hal ini berperan sebagai media komunikasi politik yang menggambarkan citra DPR (dari penyampaian pesan-pesan politik) melalui simbol simbol visual yang ditampilkannya. Simbol visual itu sendiri memiliki fungsi penting dalam politik yakni diantaranya menghasilkan argumen, berfungsi sebagai agenda setting, mendramatisir kebijakan, terhubung dengan simbol simbol sosial, termasuk juga memiliki fungsi dalam membangun citra politik. 28 Citra politik tersebut pada dasarnya dapat hadir melalui proses komunikasi politik. Proses komunikasi politik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah proses penyampaian pesan pesan politik berupa gambaran atas citra politik DPR yang berusaha disampaikan oleh melalui simbol simbol visual yang terdapat dalam meme politik untuk kemudian disampaikan dan dimaknai oleh khalayak. Eric Louw dalam hal ini membagi proses komunikasi politik tersebut ke dalam tiga dimensi sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel berikut. 29 The Three Dimensions of Politics Tabel 1.1 The Three Dimensions of the Political Process (1) Policy (2) Process Management (3) Hype Driven by Elite Politics (geared to delivery) - Cabinet - Policy staff - Bureaucrats - Judiciary - Intellectuals Elite Politics (geared to planning, delivery and performance) - Political party insiders - Spin-doctors - Negotiators - Intelligence Mass politics (geared to image, and myth making to be consumed by voters) - Journalist - Culture industry - Pollsters - Pundits and media commentators 28 Dan Schill, The Visual Image and the Political Image: A Review of Visual Communication Research in The Field of Political Communication, Review of Communication. Volume 12, Issue 2 diakses pada 19 Agustus P Eric Louw, The Media and Political Process, Sage Publications, London, 2005, hlm

14 Output Site (located in) - Lobbyists - Diplomats Output as substantive - Resource - Allocation - Laws - Violence (internal) - Foreign policy (war and peace) - Service delivery - Deal making (between interest group) - Aggregating interest - Parliament - Bureaucracy - Courts - Violence-making machinery Front-stage and backstage performance community - insider intellectuals Output as planning and coordination - Inventing beliefs and ideology - Inventing identity - Selecting politicians and staffers - Strategizing about policy, hype ; and the policy-hype relationship Political elite backrooms and elite media Output as image making - Politicians as celebrity - Identities to consume - Belief - Ideology - Articulating interest - Legitimacy - Distraction if needed The culture industry and mass media Back stage performance Front-stage (hidden from political performance outsiders) (to be consumed by political outsiders) Sumber : Eric Louw The Media and Political Process. London. Sage Publication.hlm.20 Ada tiga dimensi komunikasi politik menurut Louw sebagaimana yang ditampilkannya dalam tabel diatas, yakni dimensi Policy, dimensi Process Management, dan dimensi Hype. Dimensi policy atau dimensi aturan adalah proses komunikasi politik yang dihasilkan oleh elit politik dengan tujuannya yakni menyampaikan pesan politik dan atau kebijakan kepada masyarakat. Sama halnya dengan dimensi Process Management yang juga berlangsung dalam lingkungan elit politik. Hanya saja dimensi Process Management ini lebih berfokus pada perencanaan di balik layar seperti pembentukan strategi politik dan lain sebagainya. Dimensi yang ketiga adalah dimensi Hype. Dalam dimensi hype inilah proses komunikasi berlangsung dalam lingkup politik massa dimana output yang dihasilkannya dapat berujung pada pembentukan dan atau pemahaman 14

15 atas citra politik dari pemerintah, aktor politik, organisasi maupun lembaga negara layaknya citra Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dimensi hype disini melihat bagaimana hiruk pikuk komunikasi politik yang berlangsung dalam lingkup massa. Apabila dua dimensi lainnya berlangsung dalam lingkup elit politik dan digerakkan oleh pihak insider, komunikasi politik dalam dimensi hype ini lebih merujuk pada komunikasi politik yang dilakukan oleh orang-orang atau pihak diluar insider seperti halnya jurnalis, industri budaya (media), lembaga survey/jajak pendapat, media komentator, dan lain sebagainya. Output dari dimensi ini adalah politisi sebagai selebriti, identitas untuk dikonsumsi, kepercayaan, ideologi, artikulasi kepentingan, legitimasi, dan pengalih perhatian, dimana output tersebut pada akhirnya akan berujung pada pembentukan citra politik untuk kemudian dikonsumsi oleh khalayak. Proses pembentukan citra politik DPR oleh di sosial media instagram termasuk kedalam dimensi hype. Dikatakan demikian karena penggunaan meme politik hadir ditengah hiruk pikuk politik massa dan menjadi bagian dari hiruk pikuk tersebut. Karena itu analisis dengan menggunakan konsep Hype dalam penelitian terkait citra DPR dalam meme politik di sosial media ini dirasa sesuai untuk kemudian mendapatkan pemahaman tentang proses komunikasi politik proses penyampaian dan pemaknaan atas pesan-pesan politik (dalam meme) yang berkembang dalam lingkup massa. Sebagaimana halnya citra yang dihasilkan dari output komunikasi politik dalam dimensi hype, citra dalam penelitian ini juga dilihat berdasarkan pemahaman atas output komunikasi politik untuk kemudian mendapatkan pemahaman tentang citra DPR dalam meme politik di sosial media. Namun output yang akan dilihat dari proses komunikasi politik ini hanya sebatas identitas, kepercayaan, dan ideologi yang mana disesuaikan 15

16 dengan objek yang akan dianalisis dalam penelitian ini yakni meme politik dalam di sosial media instagram. Citra politik di internet dan sosial media itu sendiri merupakan suatu hal yang baru untuk dikaji, karena penggunaan sosial media untuk kepentingan politik khususnya untuk pembentukan citra politik dalam lingkup politik massa termasuk ke dalam ranah baru kajian ilmu komunikasi politik. Banyak penelitian pun masih terfokus pada citra politik yang ditampilkan pada old media dan oleh insider (politisi, spin-doctors, maupun media partisan). Namun pemanfaatan media baru (internet) khususnya sosial media dalam komunikasi politik dewasa ini dapat dikatakan terus mengalami peningkatan. Pembahasan tentang citra politik pun tidak lagi hanya terbatas pada apa yang politisi inginkan untuk ditampilkan kepada khalayak, tetapi juga apa yang khalayak nilai dari politisi yang berujung pada pembentukan citra mereka di mata khalayak. Wai Kwok Wong dalam penelitiannya Interpreting Political Image of Donald Tsang in Alternative Media mengungkapkan bahwa the Internet has been transforming from an information platform to a politicized arena, and then creating, producing and sharing political language 30 internet telah mengalami perubahan dari yang semula hanya dimanfaatkan sebagai media informasi, menjadi sebuah arena politik dimana bahasa politik itu diciptakan, dan kemudian dibagikan oleh dan kepada aktor-aktor politik yang terlibat didalamnya. Lebih lanjut Wong mengungkapkan bahwa melalui internet pesan politik diproduksi, dan disampaikan baik dengan sengaja maupun secara kebetulan, dengan tujuan menanamkan kepercayaan politik, membangun persepsi, maupun citra politik. Dalam hal ini Wong berusaha melihat citra politik dan persepsi yang terbentuk tentang Donald Tsang (kepala eksekutif Hong Kong/politisi) dari narasi politik, dan diskusi tentang Donald Tsang di dunia maya (Youtube, 30 Wai Kwok Wong, op.cit. hlm

17 Facebook group, Wikipedia, dan Blog). 31 Wong melihat citra yang terbentuk di ranah politik massa sebagaimana halnya citra politik DPR yang ingin di lihat melalui pemaknaan atas tanda visual dalam meme politik di sosial media instagram ini. Penelitian pun dilakukan dengan meninjau, menafsirkan dan menceritakan citra politik dan persepsi terkait Donald Tsang yang ditampilkan melalui gambar visual, lagu dan video klip. Hasil penelitian yang didapat kemudian terkait persepsi dan citra politik Donald Tsang yang terbentuk dari pemahaman narasi politik, dan diskusi tentang Donald Tsang di dunia maya (Youtube, Facebook group, Wikipedia, dan Blog) tersebut adalah citra negatif yang terlihat dari banyaknya pesan bernada kritik dan ejekan yang ditujukan kepada Donald Tsang melalui platform tersebut. 32 Penelitian yang dilakukan oleh Wai Kwok Wong tersebut menjadi gambaran tentang bagaimana internet khususnya sosial media, menjadi media komunikasi politik yang menghasilkan citra politik dalam lingkup politik massa sebagaimana yang dikemukakan oleh Eric Louw terkait dimensi hype dengan outputnya yakni pembentukan citra politik. Demikian juga halnya dengan penelitian terkait citra DPR dalam meme politik di sosial media yang berusaha melihat citra politik DPR melalui meme politik yang ditampilkan oleh di sosial media instagram ini Kajian Semiotika Roland Barthes Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna, dimana tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. 33 Dalam perkembangannya, banyak ahli telah mencoba mengembangkan cabang keilmuan ini seperti yang dilakukan 31 Ibid, hlm Ibid, hlm Sutrisno Widyatmoko, Irama Visual; Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual, Tim Penulis Program Studi Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta dan Studio Diskom, Jalasutra, Yogyakarta, 2009, hlm

18 oleh Charles Sander Peirce, Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes. Konsep pemahaman Peirce adalah bahwa manusia bernalar melalui tanda. Ia menganggap bahwa logika dipandang sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. 34 Sedangkan Saussure menganggap tanda sebagai kesatuan dari bidang yang tidak dapat dipisahkan yakni aspek yang dapat ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan signifier (bidang penanda atau bentuk); dan aspek lainnya yakni signified: bidang petanda atau konsep atau makna dimana aspek signified terkandung dalam aspek pertama dan merupakan konsep atau hasil representasi dari aspek pertama (signifier) tersebut. 35 Barthes dalam hal ini merupakan penerus dari pemikiran Saussure, dimana Barthes membagi aspek tanda (signified dan signifier) yang dikemukakan oleh Saussure ke dalam dua tingkatan sistem pemaknaan tanda yang dikenal dengan denotatif dan konotatif. 36 Denotatif yakni sistem pemaknaan tanda pada tataran pertama atau pemaknaan yang paling objektif dari tanda (denotasi) seperti halnya merah, yang mewakili warna darah. Sedangkan konotatif merupakan sistem pemaknaan tanda pada tataran kedua, dimana pemaknaan atas tanda (konotasi) disini bersifat subjektif, bervariasi, atau memiliki interpretasi yang luas. Contohnya warna merah yang dapat berarti kemarahan. Aspek tanda (signified dan signifier) dalam tingkatan yang pertama (denotatif) menghasilkan tanda untuk kemudian dilihat dengan menggunakan aspek signified dan signifier pada tingkatan yang kedua (konotatif), yang mana analisis terhadap tingkatan-tingkatan tersebut akan menghasilkan tanda konotasi yang dalam hal ini berupa mitos. Proses pemaknaan atas tanda dalam tingkatan-tingkatan tersebut menurut Barthes 34 Arthur Asa Berger, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2000, hlm Sutrisno Widyatmoko, loc.cit. 36 Roland Barthes, op.cit, hlm

19 dikenal dengan proses semiologi yang mana prosesnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 37 Language Myth 1. signifier 2. signified 3. sign I. SIGNIFIER II. SIGNIFIED III. SIGN/MYTH Gambar 1.1 : Semiologi Roland Barthes Dapat kita lihat dari gambar tersebut bahwa penanda (1) signifier dan petanda (2) signified menghasilkan tanda (3) yakni tanda denotatif. Dari gambar tersebut juga dapat kita lihat bahwa tanda denotatif dalam hal ini juga menjadi penanda konotatif (I), yang mana hubungannya dengan petanda konotatif (II), menghasilkan tanda konotatif berupa mitos atau metalanguage yakni bahasa kedua yang berlaku seperti halnya bahasa pertama yang menghasilkan makna lain dari suatu tanda (makna kedua) sebagai bentuk pesan yang dituturkan. 38 Aspek tanda untuk kemudian menghasilkan makna konotasi pada tataran kedua tersebut dapat dilihat dengan menggunakan enam tahap prosedur yang dikemukakan oleh Barthes yakni (1) Trick effects, atau manipulasi gambar secara artifisial, (contohnya gambar yang dikombinasikan dengan gambar lainnya) (2) pose, atau gaya dari subjek gambar, baik itu posisi, ekspresi, maupun sikap yang ditampilkan dalam sebuah gambar atau foto, (3) objects, berkaitan dengan obyek dalam sebuah foto atau gambar, (4) photogenia, informasi teknis dari sebuah gambar atau foto seperti lighting, exposure, dan lain sebagainya, (5) Aestheticsm, estetika dari sebuah gambar atau foto, yang dilihat dari komposisi atau tampilan visualnya, dan (6) syntax, yang merupakan cerita, keterangan, atau gambaran dari isi foto yang dapat dituangkan dalam bentuk teks atau caption 37 Graham Allen, Roland Barthes, Routledge, London, 2003, hlm Ibid,. hlm

20 dalam sebuah gambar atau foto, mencakup bentuk kalimat, koherensi, pengulangan kata, kata ganti, dan lain sebagainya. 39 Keenam prosedur tersebut kemudian terbagi lagi ke dalam dua bagian berdasarkan makna konotasi yang diproduksi, yaitu konotasi yang diproduksi melalui proses modifikasi realita itu sendiri (trick effects, pose, objects) dan konotasi yang diproduksi berdasarkan wilayah estetis foto (photogenia, aestheticsm, syntax). 40 Analisis semiotika Barthes dalam penelitian ini digunakan karena pada dasarnya analisis yang dikemukakan oleh Barthes ini dirasa sesuai untuk dijadikan sebagai pisau analisis bagi penelitian yang berusaha membongkar makna tanda dari humor dan simbol visual yang dapat berarti lain, atau yang digunakan untuk tujuan tertentu. Seperti halnya humor dan simbol visual yang digunakan untuk kepentingan-kepentingan layaknya penggambaran citra politik DPR tersirat melalui pemaknaan atas simbolsimbol visual yang ditampilkan dalam meme politik di sosial media instagram. Selain itu, Penggunaan konsep semiologi Barthes dalam menemukan mitos atau pesan yang dituturkan dirasa sesuai untuk menggali pemahaman atas citra yang juga menjadi bentuk dari mitos yang berkembang dalam lingkup politik masa Kerangka Konsep Dari rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kerangka konsep yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 39 Roland Barthes, S/Z, terjemahan oleh Richard Miller, Brasil Blacwell, Britain, 1983, hlm Ibid. 20

21 Meme Politik pada Semiologi Roland Barthes Enam tahap prosedur Barthes (1983: ) : - trick effects, - pose, - Objects, - photogenia, - aestheticsm, - syntax. Language 1.signifier 2. signified 3. sign I. SIGNIFIER II. SIGNIFIED III. SIGN/MYTH Pembentukan Citra Politik dalam Dimensi Hype (Louw,2005:21): Identitas Kepercayaan Ideologi Citra Politik DPR Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual Rancangan Peneliti Berdasarkan bagan di atas dapat dijelaskan bahwa meme politik pada di sosial media instagram dijadikan sebagai media komunikasi politik dimana pesan yang berusaha disampaikan, layaknya citra politik DPR, ditampilkan dalam bentuk simbol simbol visual baik teks maupun gambar. Untuk kemudian memaknai pesan yang berusaha disampaikan oleh akun tersebut, khususnya pesan/penggambaran terkait citra politik DPR, maka simbol simbol visual yang terkandung dalam meme tersebut dianalisis dengan menggunakan semiologi Roland Barthes, dimana makna tanda yang dihasilkan kemudian (yakni makna tanda konotatif) dilihat dengan menggunakan unsur unsur pembentukan citra menurut dimensi Hype oleh Louw untuk kemudian mendapatkan gambaran 21

22 atas citra politik yang berusaha ditampilkan oleh melalui meme politik di sosial media instagram Metodologi Penelitian Dalam sub bab terkait metodologi penelitian ini akan dipaparkan lebih jauh mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian berupa langkah langkah yang digunakan dalam melakukan analisis seperti identifikasi jenis penelitian, objek penelitian atau unit analisis, metode, serta teknik analisis data Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada deskripsi dan interpretasi penulis terhadap fenomena fenomena sosial melalui penjabaran berupa kata kata tertulis sebagai hasil pengamatan dan analisis dari objek yang diamati. Sharon Hartin Iorio menjelaskan bahwa peneliti kualitatif berusaha menjelaskan dunia daripada mengukurnya. Penelitian kualitatif bersifat menyeluruh dan interpretatif. Biasanya peneliti kualitatif turun kelapangan untuk mengumpulkan data dengan cara observasi, pengamatan dan interaksi dengan orang-orang yang menjadi subjek penelitian. Namun peneliti kualitatif juga dapat meneliti teks, atau artefak dimana mereka merekam apa yang mereka temukan (secara tertulis, video, atau bahkan gambar sebagaimana halnya meme), kemudian menganalisis dan menafsirkannya untuk kemudian menunjukkan bahwa dunia itu masuk akal untuk dipelajari. 41 Materi yang dikaji dalam penelitian kualitatif biasanya berkaitan dengan studi kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah hidup, wawancara, observasi, sejarah, interaksional dan teks visual. 42 Dalam hal ini 41 Sharon Hartin Iorio, Qualitative Research in Jurnalism : Taking it to the Streets, Lawrence Erlbaum Associates, Publishers, Mahwah, New Jersey, London, 2004, hlm Norman K Denzin dan Yvonna S Lincoln, Handbook of Qualitative Research, Sage Publication, London, 1994, hlm.2. 22

23 penelitian terkait citra DPR dalam meme politik di sosial media termasuk dalam riset teks visual dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini lebih kepada merepresentasikan perspektif dan pendapat individu yang dalam hal ini adalah di sosial media instagram dengan bantuan teori semiotika yang dijadikan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini Objek Penelitian Objek dalam penelitian terkait citra DPR dalam meme politik di sosial media ini adalah meme politik yang terdapat dalam di sosial media instagram, dimana meme politik disini mengandung tanda atau simbol yang mengacu pada pemaknaan terkait citra DPR yang berusaha disampaikan melalui meme politik tersebut Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes yang membagi aspek tanda (signified dan signifier) ke dalam dua tingkatan sistem pemaknaan tanda yang dikenal dengan denotatif dan konotatif. 43 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yakni mengumpulkan dan menganalisis data posting yang ditampilkan dalam dan kemudian dilakukan reduksi data untuk menetapkan data yang akan digunakan sebagai objek penelitian. Data yang digunakan sebagai objek kajian penelitian terkait citra DPR dalam meme politik di sosial media ini adalah data yang ditampilkan (data posting) oleh selama bulan September 2014 hingga Maret Hal ini dikarenakan dalam kurun waktu tersebut DPR mengalami masa peralihan dan masa awal jabatan, sehingga citra yang kemudian muncul atau yang dimunculkan bisa saja citra baru, atau citra yang melekat pada DPR. Selain itu pada masa-masa tersebut meme DPR 43 Roland Barthes, op.cit. hlm

24 pun banyak ditampilkan oleh karena isu terkait DPR itu sendiri menjadi sorotan seiring dengan momen pergantian dan peralihan masa awal jabatan DPR yang menarik perhatian banyak publik. Dengan melakukan pengumpulan, analisis, dan klasifikasi data posting dari sejak September 2014 hingga Maret 2015, diketahui bahwa jumlah posting oleh adalah sebanyak 326 kali atau sebanyak 326 data posting yang telah ditampilkan oleh dengan jumlah meme sebanyak 124 yang mendominasi jumlah data posting dari akun tersebut. Sedangkan 202 postingan lainnya dalam merupakan Quote, Foto, Video, Kartun, Gambar, Teks, dan Screen Capture (berita online, Koran, twitter, dan instagram). Dari keseluruhan jumlah data posting dalam bentuk meme yang ditampilkan oleh tidak semua digunakan sebagai data atau objek penelitian. Untuk menentukannya peneliti menggunakan teknik reduksi data (data reduction) atau proses pemilihan dan penyederhanaan data dalam penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini akan membantu dalam mengarahkan, menggolongkan data, mengorganisasikan data dengan membuang data yang dirasa tidak diperlukan. 44 Proses reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap 124 data meme, untuk melihat dan mengklasifikasikan meme yang mengangkat isu terkait DPR. Dari 124 meme tersebut diketahui bahwa meme yang mengangkat isu DPR berjumlah 18 meme dimana 106 meme lainnya mengangkat isu-isu beragam seperti isu terkait masalah korupsi, presiden Jokowi, Kapolri, KPK, Ahok, dan lain sebagainya, dimana isu terkait DPR adalah isu yang paling banyak ditampilkan dalam bentuk meme oleh tersebut. 44 B B Miles dan A.M Huberman, Analisa Data Kualitatif, UI Press, Jakarta, 1992, hlm

25 Dari 18 meme yang mengangkat isu mengenai DPR, peneliti mengangkat 9 meme untuk kemudian dijadikan sebagai objek penelitian melalui proses reduksi data dengan didasarkan pertimbangan atas poin-poin terkait analisis citra, dan juga respon dari khayalak, dimana meme yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah meme yang mendapatkan banyak respon dari khalayak/netizen baik dalam bentuk komentar maupun likes. Proses pengklasifikasian meme sebagaimana yang dijelaskan tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini. 326 Postingan 18 Meme DPR 124 Meme 202 Lainnya (Quote, Foto, video, Kartun,Gambar,Teks, dan Screen Capture (berita 106 Meme Lainnya online, Koran, twitter, dan instagram). 9 Meme Politik Terkait DPR Gambar 1.3. Proses Klasifikasi Data Meme Sembilan meme politik yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian terkait citra DPR dalam meme politik di sosial media ini mengangkat beragam isu terkait DPR pada masa peralihan jabatan (dari anggota DPR periode ) dan masa awal jabatan (anggota DPR terpilih periode ), dimana tiga gambar meme ditampilkan pada masa peralihan jabatan DPR periode , dan enam gambar meme yang ditampilkan pada masa awal jabatan DPR terpilih periode Untuk kemudian sampai pada proses analisis data, data-data (meme politik) yang telah dikumpulkan atau diidentifikasi sebelumnya direkam 25

26 (captured) dalam bentuk gambar, kemudian dilampirkan, dan dianalisis melalui proses pengamatan, identifikasi, pemahaman, dan pemaknaan atas simbol atau tanda yang terdapat dalam meme politik tersebut. selain itu, studi kepustakaan juga dilakukan dengan mengumpulkan literatur literatur yang mendukung dalam proses analisis data Teknik Analisis Data Teknik analisis data diperlukan untuk membantu dalam memahami dan memaknai realitas yang berujung pada temuan-temuan yang akan menjawab permasalahan yang sebelumnya dipertanyakan dalam rumusan masalah penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebelum dan sepanjang penelitian untuk memaksimalkan proses analisis data dan juga karena penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode semiotika yang dalam pemrosesan data nya lebih menekankan pada interpretasi penulis. Metode semiotika yang dipilih dalam penelitian ini adalah semiotika Roland Barthes yang melihat makna melalui tingkatan tanda denotatif dan konotatif melalui proses analisis terhadap penanda (signifier) dan petanda (signified). 45 Dalam hal ini hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam tingkat denotatif, yang dalam penelitian ini adalah simbol visual (teks & gambar) dan hubungannya dengan makna objektif dari simbol tersebut, menghasilkan tanda denotasi yang juga berperan sebagai penanda (signifier) dalam tingkat konotatif, dimana hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam tingkat konotatif itulah yang akan menghasilkan tanda konotasi yang berupa mitos atau metalanguage yakni bahasa kedua yang berlaku seperti halnya bahasa pertama yang menghasilkan makna lain dari suatu tanda (makna kedua) sebagai bentuk pesan yang dituturkan. 46 Yang mana dalam penelitian ini adalah makna lain 45 Graham Allen, op.cit, hlm Ibid, hlm

27 dari simbol-simbol visual (selain dari sekedar humor dan kritik) yang ditampilkan oleh dalam bentuk meme politik. Untuk kemudian melihat citra politik DPR yang berusaha disampaikan oleh melalui meme politik tersebut, maka dilakukan analisis terhadap makna konotasi dari simbol simbol visual meme politik terkait DPR dengan menggunakan faktor-faktor pembentuk citra politik yang dikemukakan oleh Erick Louw yakni identitas, kepercayaan, dan ideologi, untuk kemudian menghasilkan pemaknaan atas citra politik DPR yang ditampilkan oleh dalam meme politik di sosial media instagram Sistematika Penulisan Penelitian mengenai citra DPR yang ditampilkan dalam meme politik oleh di sosial media instagram ini akan dipaparkan dalam 5 bab dengan rincian sebagai berikut: Pada bab I yakni pendahuluan, akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teoritik, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Pada bab II, akan dijelaskan lebih jauh mengenai literatur, terkait meme sebagai media komunikasi politik, yang mana bab ini merupakan pengembangan dari kajian teoritik yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Bab III akan membahas tentang konteks penelitian yakni meme pada di sosial media instagram, serta penjelasan sekilas mengenai yang menjadikan sosial media khususnya instagram sebagai media komunikasi politik. Pada bab selanjutnya yakni bab IV akan dijelaskan terkait hasil penelitian yakni pemaknaan dari tanda-tanda yang terkandung dalam 27

28 meme politik pada di sosial media instagram yang memberikan gambaran tentang citra DPR yang ditampilkan oleh di sosial media instagram. Pada bab terakhir yakni bab V atau penutup akan dibahas mengenai kesimpulan terkait hasil penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dan saran yang dibutuhkan terkait penelitian serta rekomendasi yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang akan mengkaji objekobjek yang sejenis. 28

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Citra politik pemerintah, aktor politik, lembaga Negara maupun organisasi tertentu pada dasarnya bersifat dinamis. Dapat berubah sewaktuwaktu dengan adanya proses pencitraan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamika komunikasi masyarakat. Pada kehidupan sehari-hari seorang yang dulu

BAB I PENDAHULUAN. dinamika komunikasi masyarakat. Pada kehidupan sehari-hari seorang yang dulu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradaban manusia yang semakin maju ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi juga mempengaruhi dinamika komunikasi masyarakat.

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. ParadigmaKonstruktivis Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas. Konstruktivisme melihat bagaimana setiap orang pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ 1.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Analisis Semiotika Pidato Susilo Bambang Yudhoyono Dalam Kasus Bank Century merupakan penelitian nonkancah atau nonlapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan pendekatan paradigma kritis, gagasan utama teori kritis ialah bahwa tidak ada sebuah kebetulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, kita menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang diambil dari pendapat orang-orang serta perilakunya yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Pengertian paradigma menurut Dedy Mulyana adalah suatu kerangka berfikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti BAB III METODE PENELITIAN Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan metode analisa semiotika. Analisa semiotika merupakan suatu teknik analisa yang menarik sebuah tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi pengguna media sosial, memeriksa dan meng-update aktifitas terbaru ke dalam media sosial adalah sebuah aktifitas yang lazim dilakukan. Seseorang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan seharihari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

Semiotika, Tanda dan Makna

Semiotika, Tanda dan Makna Modul 8 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.1. Tiga Pendekatan Semiotika Berkenaan dengan studi semiotik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Analisis melalu komponen-komponen visual yang ditemukan pada karakter sticker LINE messenger Chocolatos pada tataran denotatif dan konotatif telah selesai dijelaskan pada

Lebih terperinci

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Busana adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas. Dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menganalisis dan menginterprestasikan foto potret instagrammer

BAB V PENUTUP. Setelah menganalisis dan menginterprestasikan foto potret instagrammer BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menganalisis dan menginterprestasikan foto potret instagrammer @awatugilang (Ageng Watugilang) dan @nadhirabi (Nadhir Abi Yoga S), dengan menerapkan analisis estetika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Gambar spoiler media sosial ask.fm Sumber :

Gambar 1.1 Gambar spoiler media sosial ask.fm Sumber : BAB I PENDAHULUAN Media sosial adalah sebuah teknologi komunikasi yang saat ini marak digunakan oleh manusia (khususnya remaja) dalam beriteraksi sehari-hari. Dilansir dari website smartbisnis.com, Pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film selain sebagai alat untuk mencurahkan ekspresi bagi penciptanya, juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalahmasalah dunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan seiring dengan perkembangan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan seiring dengan perkembangan teknologi, A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada era globalisasi dan seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi dapat terjadi kapanpun, dan dimana saja. Komunikasi yang terjadi dapat bersifat verbal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif menggunakan pendekatan kualitatif, metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci

dikomunikasikan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dikatakan

dikomunikasikan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari suatu pihak kepihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Hanya dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan pesan dan maksud sebagai bagian dari tujuannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan oleh penulis akan mengarah pada penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori semiotika. Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap tanda-tanda pada diri Presiden Joko Widodo, dalam media sosial YouTube Vlog

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Perkembangan ini telah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Perkembangan ini telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi semakin pesat. Perkembangan ini telah membawa masyarakat menuju era digitalisasi. Banyak kegiatan manusia yang sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi berdampak langsung bagi seluruh masyarakat. Tidak hanya bagi status ekonomi kelas atas, namun ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor (1975) dalam Maleong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN. Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode

BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN. Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode BAB III BAB III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Denzin dan Lincoln mendefinisikan penelitian kualitatif adalah multimetode dalam fokus, yang melibatkan pendekatan, interpretif naturalistik dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analisis semiotika dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan studi wacana media massa. Pendekatan kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi, dan komunikasi saat ini membawa masyarakat Indonesia pada Second era of globalization dimana era ini dikenal dengan era digital

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi

Lebih terperinci

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita pasti masih ingat dengan fenomena kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki (Ahok) dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjalan selama 2 kali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci