BAB II STUDI LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI LITERATUR"

Transkripsi

1 II-1 BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Gambaran Beton Berserat (FRC) Sebagaimana yang telah disebutkan didepan, beton merupakan material yang kuat terhadap beban tekan khususnya pada beton normal dimana kekuatan pasta semen relative rendah dari pada kekuatan agregat. Beban segera diambil alih oleh serat saat matriks retak karena pencapaian kuat tariknya, dan retak akan merambat melalui bidang kontak antara matriks dengan serat. Sejak zaman dulu serat meningkatkan sifat fisis suatu acuan. Sebagai contoh, pada zaman dulu serat dibuat dari jerami atau bulukuda yang berfungsi untuk meningkatkan propertis batu bata pada bangunan. Di zaman modern, gabungan fiber-reinforced digunakan untuk suatu variasi aplikasi gabungan pada beton yang berfungsi sebagai peningkatan kekuatan dan daktilitas. Diharapkan serat sebagai perkuatan (reinforcement) pada beton dapat digunakan secara parsial pengganti tulangan pada detail elemen struktur tertentu penahan beban dinamik seperti gempa, getaran pada struktur transportasi, pondasi mesin, maupun fluktuasi beban gelombang pada bangunan lepas pantai. Beton berserat atau FRC terdiri dari matrik beton yang diperkuat dengan serat-serat yang berfungsi sebagai tulangan mikro, yang berguna untuk mengurangi sifat getas dari beton. Balaguru & Shah (1992) membagi beton berserat dalam 3 kategori, yaitu : 1. Beton berserat rendah, berisi kurang dari 1% serat, umumnya digunakan pada matrik yang terdiri dari beton yang mengandung agregat besar. 2. Beton berserat sedang, kandungan seratnya 1% - 5%, digunakan untuk peningkatan perilaku elemen pada tempat-tempat khusus, matriknya dapat berupa matrik semen atau semen mortar. 3. Beton berserat tinggi, kandungan seratny 5% - 15%, digunakan untuk pelat tipis, dengan matrik semen atau semen mortar. Matrik dasar beton berserat dapat terdiri dari : 1. Semen PC (Plain Portland cement).

2 II-2 2. Semen dengan bahan tambahan abu terbang / fly ash atau silica fume kental 3. Mortar semen, yang berisi semen dan agregat halus. 4. Semen, agregat kasar dan agregat halus. Serat-serat yang digunkan dalam beton berserat dapat diklasifikasikan sebagai: 1. Serat metal / metallic fibers 2. Serat polimerik / polymeric fibers 3. Serat mineral / mineral fibers 4. Serat natural / naturally accruing fibers Serat metal terdiri dari serat baja, sedangkan serat polimerik yang biasa digunakan adalah akrilik / acrylic, aramid, karbon, nilon / nylon, polyester, serat gelas tahan alkali / alkali resistant glass fibers, fiber mesh, polypropylene fibers dan yang paling baru adalah polyolefin fiber. Serat-serat mineral yang biasa dipakai adalah asbes, sedangkan serat natural yang umum digunakan adalah serat sisal, kelapa, jute dan serat bambu. Namun hal yang sangat berpenagruh pada serat natural ini adalah kelemahan sifat durabilitasnya dalam lingkungan alkalin beton, kecuali ada perlakuan khusus pada permukaan luar dari serat sebelum dicampur kedalam matrik beton Perilaku Beton Berserat Interaksi antara serat dan matriks adalah properti yang pokok yang mempengaruhi capaian kekuatan suatu gabungan yang terdiri dari matriks dan serat. Suatu pemahaman tentang interaksi ini diperlukan untuk menaksir kontribusi serat dan untuk meramalkan perilaku gabungan tersebut. Berbagai faktor dilibatkan; yang berikut adalah parameter yang utama yang mempengaruhi interaksi serat tersebut dengan matriks/acuan. Kondisi acuan/matrik: retak atau tidak retak. Komposisi acuan/matrik. Geometri serat. Jenis serat: sebagai bahan uji digunakan, serat polyolefin dan serat baja.

3 II-3 Karakteristik permukaan serat. Kekakuan serat: distribusi sejajar atau distribusi acak. Volume serat. Ketahanan serat dalam campuran dan efek yang jangka panjang Perlekatan / Interaksi Serat dan Matrik Kekuatan interaksi serat-matrik sangat bervariasi, tergantung parameterparameter penentu sifat serat dan matriknya, antara lain : Ukuran Maksimum Matrik Ukuran maksimum matrik mempengaruhi distribusi dan kuantitas serat yang dapat masuk ke dalam komposit, Hannant, D.J. menunjukan prinsip pentebaran serat ini seperti pada Gambar 2.1. Tampak dari penggambaran secara diagram itu bahwa penyebaran serat yang merata lebih sulit tercapai dengan naiknya ukuran agregat, dari 5 mm, 10 mm dan 20 mm. Interaksi antar serat lebih besar di sekitar agregat yang berukuran besar, menyebabkan terjadinya penggumpalanpenggumpalan serat. Hannant, D.J, memberikan rata-rata ukuran semen sebelum hidrasi antara mikron, sedangkan ukuran maksimum partikel agregat dalam mortar 5 mm. Agregat dalam komposit tidak boleh lebih besar dari 20 mm, disarankan lebih kecil dari 10 mm supaya serat dapat tersebar lebih merata. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyusutan dan coak-coak permukaan, disarankan menggunakan bahan pengisi paling sedikit 50 % dari volume beton. Gambar 2.1. Pengaruh Ukuran Agregat pada Distribusi Serat Sumber : Balaguru & Shah, 1992

4 II Kondisi Matrik, Retak atau tidak Retak A) Matrik Homogen yang tidak Retak Tipe interaksi ini terjadi pada hampir semua komposit selama pembebaman awal. Pada Gambar 2.2. dibawah ini menunjukan sistem interaksi sederhana antara serat dan matrik, pada saat tidak dibebani, tegangan pada serat dan matrik di asumsikan sama dengan nol (Gambar. 2.2.a). Ketika komposit dibebani tekan, tarik atau mengalami perubahan temperatur, tegangan berkembang dan deformasi bertambah. (a) kondisi tidak dibebani (b) kondisi dibebani tarik (c) kondisi dibebani tekan Sumber : Balaguru & Shah, 1992 Gambar 2.2. Interaksi Serat dan Matrik tidak Retak Pada matrik semen, hidrasi dari semen dapat juga menginduksi tegangan dalam matrik dan serat. Saat beban diterapkan pada matrik, sebagian beban dipindahkan ke sepanjang permukaan serat. Oleh karena adanya perbedaan kekuan antara matrik dan serat, timbul tegangan geser sepanjang permukaan serat yang senantiasa bertambah dengan bertambahnya beban, tegangan geser ini membantu memindahkan sebagian beban ke serat. Jika serat lebih kaku dari matrik, seformasi pada dan sekeliling serat akan lebih kecil (Gambar 2.2.b dan 2.2.c), situasi ini terjadi pada serat baja dan serat mineral. Jika modulus serat lebih kecil dari modulus matrik, deformasi sekitar serat akan lebih besar, ini terjadi pada komposit dengan serat polimerik dan beberapa serat natural. Perpindahan tegangan elastis di dalam komposit dengan matrik tidak retak terjadi sepanjang

5 II-5 matrik dan serat ada dalam batasan elastis. Reaksi tegangan-regangan matrik dapat menunjukkan sifat nonlinier dan tidak elastis sebelum komposit hancur. B) Matrik Retak Ketika komposit menerima beban tarik, pada tahap tertentu matrik akan retak (Gambar 2.3), pada saat itu serat mulai memikul beban melalui retakan, memindahkan beban dari satu sisi retak yang satu ke sisi lain. Jika serat mampu memindahkan beban melalui retakan, retak akan berlanjut ke sepanjang bentang, tahapan ini dinamakan tahap keretakan lanjut (multiple cracking stage), biasanya tahapan ini terjadi pada elemen struktur dalam kondisi beban layan. Karakteristik interaksi serat menentukan kapasitas beban maksimum yang dapat dipikul oleh beton berserat dan perilaku deformasi elemen sesudah beban maksimum. Gambar 2.3. Interaksi Serat dengan Matrik Retak Sumber : Balaguru & Shah, 1992 C) Komposisi Matrik Komposisi mikrostruktur dari matrik yang berdasarkan semen PC mempunyai pengaruh besar pada perilaku komposit. Pasta semen yang keras berbentuk pejal, berisi pori-pori yang mempunyai ukuran bervariasi, mikrostrukturnya cenderung mangalami perubahan volume yang disebut dengan rangkak dan penyusutan yang disebabkan adanya perpindahan kelembaban. Hidrasi semen menyebabkan lingkungan bersifat alkali, dengan ph antara 12-12,5. daya tahan serat dalam kondisi ini harus diperhatikan, sebab durabilitas serat dapat menurun. Produk utama hidrasi semen adalah calcium silicate hydrate (CSH) dan calcium hydroxide (CH).

6 II-6 Pertemuan permukaan serat dan matrik mempunyai mikrostruktur yang berbeda dengan mikrostruktur pada bagian matrik lain. Zona pertemuan ini dapat mencapai 50 μm dari permukaan serat. Zona ini terdiri dari selaput rangkap (duplex film), denga ketebalan kira-kira 1 2 μm mengelilingi serat. Kontribusi zona ini pada perilaku mekanik komposit adalah pada saat serat mengalami beban tarik. Zona pertemuan yang lemah ini akan membelokkan retakan matrik. Mekanisme ini menyebabkan perubahan dalam pola retak, kemungkinan retakan akan berjalan menyusuri permukaan serat, oleh sebab ini sangat penting memperhatikan interaksi serat-matrik bila FRC akan difungsikan secara optimum Kontribusi Serat Terhadap Perilaku Tegangan Regangan FRC Shah, B.P membedakan kontribusi Serat terhadap tegangan-regangan beton dengan dua macam konsep dasar bahan penyusun beton, yaitu: 1. Serat sangat getas dengan matrik yang daktail. 2. Serat sangat kuat dengan matrik yang getas. Kondisi nomor 1. ditunjukan oleh Gambar 2.4. regangan runtuh matrik yang jauh lebih besar dari regangan runtuh serat memungkinkan penggunaan seluruh potensi serat. Kondisi nomor 2. ini yang sering ditemukan dalam penerapan, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.5. dimana pada kondisi ini kapasitas regangan batas matrik lebih rendah dari kapasitas regangan batas serat, matrik runtuh sebelum seluruh potensi serat di manfaatkan. Serat yang menjembatani retakan yang terbentuk oleh matrik, mengkontribusi pelepasan energi melalui proses debonding dan tercabut. Setelah matrik retak, kemungkinan perilaku FRC digambarkan pada Gambar 2.6. (a), (b) dan (c). a) Beton akan runtuh segera setelah matrik retak, jumlah volume serat yang sangat sedikit dapat menyebabkan tipe keruntuhan ini. b) Setelah matrik retak, kapasitas memikul beban turun, tetapi beton masih mampu meneruskan memikul beban yang lebih kecil dari beban maksimum. Pada saat matrik retak, beban dipindahkan dari beton (matrik dan serat) ke serat, jadi kemampuan memikul beban adalah dari kemampuan serat memikul beban. Dengan bertambahnya deformasi, serat tercabut dari matrik, menghasilkan kapasitas memikul

7 II-7 beban yang makin lama makin rendah. Tipe FRC ini tidak menunjukkan penambahan kekuatan yang melebihi kekuatan matrik, tetapi menunjukan perilaku daktail. c) Jika volume serat lebih banyak dalam beton, sesudah matrik retak serat mulai memikul penambahan beban. Bila cukup banyak serat yang menjembatani retakan, beton akan sanggup meneruskan memikul beban yang lebih besar dari beban pada retak awal. Kekakuan dari kurva tegangan-regangan akan menurun karena hilangnya kontribusi matrik. Kemiringan kurva sesudah retakan tergantung jumlah volume serat dan kapasitas bonding serat pada matrik. Ketika serat mulai tercabut, kemiringan kurva dapat mencapai nol, dan kapasitas kemampuan memikul beban mulai menurun. Tipe keruntuhan ini memungkinkan pemanfaatan sifat serat dan matrik secara maksimum. Banyak penerapan FRC mengikuti pola keruntuhan ini. Sumber: Balaguru & Shah 1992 Gambar 2.4. Kurva Tegangan-Regangan Serat dengan Matrik Daktail Sumber: Balaguru & Shah 1992 Gambar 2.5. Kurva Tegangan-Regangan Serat dengan Matrik Getas

8 II-8 Sumber: Balaguru & Shah 1992 Gambar 2.6. Kurva Tegangan-Regangan FRC dengan Matrik Getas Gambar 2.7. Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Pengujian Beton Polos (Plain Concrte) Gambar 2.8. Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Kuat Tekan Beton Polos 2.2. Bahan Pembentuk FRC (Mixture dan Admixture) Agregat

9 II-9 Kandungan agregat dalam campuran beton berkisar 60%-80% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya cukup besar maka agregat ini perlu mendapat perhatian khusus dan dipelajari karakteristiknya karena akan menentukan sifat beton yang akan dihasilkan. Secara umum agregat yang baik mempunyai bentuk menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasai baik dan stabil secara kimiawi. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar menurut standar ASTM adalah 4.75 mm. Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.75 mm, sedangkan agregat halus adalah batuan yang ukuran butirannya lebih kecil dari 4.75 mm. Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras. Partikel dengan ratio luas permukaan terhadap volume yang tinggi menurunkan workability campuran beton seperti partikel yang berbentuk flaky dan ellongated. Partikel yang berbentuk flaky cenderung untuk berorientasi pada satu bidang, sehingga air dan gelembung udara dapat terbentuk di bagian bawahnya, hal ini akan mempengaruhi durabilitas beton. Bentuk dan tekstur permukaan agregat mempengaruhi kekuatan beton, terutama untuk beton berkekuatan tinggi. Semakin kasar tekstur, semakin besar daya lekat antara partikel dengan matriks semen. Biasanya, untuk daya lekat yang baik akan banyak dijumpai partikel agregat yang pecah dalam beton yang diuji tekan sampai kapasitasnya. Tetapi terlalu banyak partikel yang pecah menandakan bahwa agregat terlalu lemah. Kekuatan agregat yang dibutuhkan pada beton umumnya lebih tinggi daripada kekuatan betonnya sendiri. Hal ini dikarenakan tegangan yang sebenarnya bekerja pada titik kontak masing-masing partikel agregat biasanya jauh lebih tinggi daripada tegangan tekan yang bekerja pada beton. Agregat yang mempunyai kekuatan dan modulus elastisitas rendah akan bersifat baik dalam mempertahankan integritas beton pada saat terjadi perubahan volume akibat

10 II-10 perubahan suhu atau sebab lainnya. Tegangan yang timbul pada pasta semen biasanya rendah jika agregat lebih kompresibel. Mutu beton yang tinggi dapat dicapai jika digunakan agregat dari kualitas yang tinggi pula. Pemilihan jenis dan porsi yang tepat dari agregat dalam pembuatan beton perlu mendapatkan perhatian khusus agar dicapai mutu beton yang diinginkan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah kandungan mineralnya, bentuk butiran, bentuk permukaan, ukuran, keseragaman, permeabilitas dan gradasi agregat Air Air dibutuhkan oleh beton untuk terjadinya proses hidrasi. Air sangat menentukan kemudahan pekerjaan dan kekuatan beton, dimana perbandingan jumlah air dan semen sangat mempengaruhi mutu beton. Makin besar perbandingan jumlah air-semen (w/c), beton makin mudah dikerjan, tetapi mutunya makin rendah. Faktor air semen tergantung pada tipe semen dan jenis silica fume apabila dipakai sebagai mineral admixture. Selain kuantitas air, kualitasny juga harus diperhatikan. Air untuk campuran beton harus bebas dari bahan-bahan seperti lumpur, tanah liat, bahan organik, alkali, garam, minyak dan lain-lain yang dapat mempengaruhi mutu beton. Air yang cocok digunakan sebagai air campuran dapat digunakan sebagai air pembersih concrete mixer. Beberapa batasan spesifikasi yang ada, yaitu dari British Standard untuk air pencampur adalah : Kandungan klorida 500 ppm Kandungan SO ppm Fly ash Fly ash merupakan produk sampingan dari pembakaran batubara, seperti pada PLTU, pabrik semen, pabrik kertas, dan lain-lain yang berupa limbah padat. Fly ash berbentuk bubuk halus, dengan kandungan utama kimiawinya adalah silica oksida dan dikategorikan sebagai bahan tambahan mineral. Hampir semua partikelnya berbentuk spherical dengan tingkat kehalusan seperti semen.

11 II-11 Fly ash merupakan bahan pozolan. Pozolan merupakan suatu material yang bila berdiri sendiri tidak bersifat cementitious seperti semen, namun bila bercampur dengan kalsium oksida bebas, hasil produksi selama proses hidrasi semen dan air, akan menghasilkan tambahan cementitious yang didapat dari hasil reaksi sekunder. Dengan demikian hadirnya fly ash dapat berfungsi ganda, yaitu pertama sebagai pozolan karena hadirnya kalsium oksida bebas dan kedua sebagai bahan pengisi karena bentuknya yang halus. Sebagaimana telah diuraikan di atas, pori mortar berisi air yang mengandung kalsium oksida bebas, begitu pula air adsorbsi pada permukaan agregat kasar. Dengan demikian hadirnya fly ash akan menyebabkan reaksi lanjutan yang membentuk pasta semen baru. Akibatnya hubungan mortar dan zona antar permukaan akan menjadi lebih kuat dan akan memberikan peningkatan lekatan antara agregat kasar dan mortar. Fenomena ini mempunyai peranan penting dalam material komposit, dimana agregat kasar yang lebih kaku akan menjadi pengisi. Selain itu fly ash dengan butiran yang berbentuk bola dapat memberikan efek pelumasan (lubricating effect). Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi jumlah air yang dipakai dalam adukan beton. Dengan pengurangan jumlah air ini akan mengurangi jumlah pori dalam beton, yang pada akhirnya akan meningkatkan kekuatan beton. Namun demikian, dengan pemakaian air yang lebih sedikit kelecakan beton akan menjadi berkurang, sehingga untuk kemudahan pelaksanaan diperlukan bahan tambahan yang disebut superplasticizer. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan fly ash akan memberikan beberapa keuntungan seperti : memperbaiki workability, menurunkan panas hidrasi, meningkatkan daya tahan terhadap serangan sulfat, meningkatkan daya tahan terhadap reaksi alkali agregat, meningkatkan kuat tekan beton jangka panjang, dapat menghasilkan beton mutu tinggi, memperkecil nilai susut dan porositas Superplasticizer Menurut ASTM C Standard Specification for Chemical Admixture for Concrete ada 7 tipe bahan tambahan kimia untuk campuran beton, yaitu : 1. Tipe A water reducing admixture atau plsticizers.

12 II Tipe B retarding admixture. 3. Tipe C accelerating admixture. 4. Tipe D water reducing and retarding admixture. 5. Tipe E water reducing and accelerating admixture. 6. Tipe F high range water reducing admixture atau superplasticizers. 7. Tipe G high range water reducing and retarding admixture Superplasticizer merupakan suatu bahan tambahan dalam bentuk kimia tipe F. Jumlah pemakaian superplasticizer dipengaruhi oleh temperatur lokal, temperatur beton, jenis semen, jumlah air, jumlah semen, jenis dan gradasi agregat kasar serta cara dan lama pengadukan. Hadirnya superplasticizer dalam beton akan memberikan efek dispersi, yang disebabkan oleh proses pemberian muatan negatif pada butiran-butiran semen sehingga butiran semen akan saling tolakmenolak untuk rentang waktu tertentu, yang mana hal ini membuat beton lebih mudah dikerjakan. Akibatnya jumlah pemakaian air dapat dikurangi hingga mencapai kelecakan tertentu atau untuk meningkatkan kelecakan beton pada nilai perbandingan air semen yang konstan. Kondisi nilai perbandingan air semen yang rendah akan memberikan efek pengurangan jumlah pori dan sekaligus meningkatkan kekuatan beton. Jika superplasticizer dikombinasikan dengan fly ash kelecakan beton yang didapat akan bertambah. Sehingga untuk mencapai kelecakan tertentu, jumlah air dapat dikurangi lagi, yang pada akhirnya menyebabkan kekuatan beton akan makin meningkat Tipe Serat Tipe serat meliputi geometri serat, kekakuan serat, sifat permukaan serat, ukuran serat dan sifat fisik serat. Permukaan serat yang licin membuat sela antara serat dan matrik (interface) melebar, serat mudah tercabut. Bentuk serat yang mempunyai permukaan lebar membuat bonding yang lebih besar dari serat yang berpermukaan sempit Serat Baja Serat baja biasanya terbuat dari metallic fibers atau baja karbon dan digunakan sebagai tulangan beton untuk meningkatkan daktilitas beton yang berupa tulangan lentur maupun sebagai tulangan geser. Serat baja ini diproduksi

13 II-13 sebagai elemen tulangan yang lebih tipis dan lebih kaku dari serat lain. Diameternya bervariasi antara mm dengan panjang mm. Gambar 2.9. Kurva Pengujian Tegangan-Regangan Tarik Baja Gambar Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Tarik Baja Serat baja disebarkan ke dalam beton dengan metode pencampuran biasa untuk mencapai homogenitas dan digunakan 1 3 % dari volume beton (3 7 % dari berat beton) Serat Polyolefin Serat polyolefin yang digunakan adalah berasal dari jenis Polyethelen (PE) yang di produksi oleh 3M TM Scotchcast TM yang berkedudukan di Amerika. Serat ini diproduksi dan dikemas sudah berbentuk bundelan yang ketika ditambahkan pada campuran beton, bundelan ini akan terurai menjadi bentuk-bentuk batangan dan menyebar dengan mudah pada saat pengadukan campuran beton. Ada 2 (dua) tipe serat polyolefin yang diproduksi yaitu :

14 II-14 Tabel 2.1. Tipe Serat Polyolefin Tipe I Tipe II Panjang Diameter Panjang Diameter 50 mm 0.63 mm 25 mm 0.38 mm Serat polyolefin di produksi dari bahan synthetic anti karat. Polyolefin fiber terbentuk dari 20 persen nylon dan 60 persen polyolefin polimer. Polyolefin polimer terbuat dari bahan dasar hexane, propane dan methanol yang dilebur dan dipanaskan pada suhu C (505 0 F). Sifat Fisik dari serat polyolefin adalah sebagai berikut : 1. Specific Gravity : Berat Jenis : 800 kg/m 3 2. Kuat tarik / Tensile Strength : 275 MPa ( psi) 3. Modulus Elastisitas : 2647 MPa ( psi) 4. Panjang Tarikan : 15 % 5. Titik Leleh : C (320 0 F) 6. Ketahanan terhadap Unsur Kimia, Garam dan Alkali : Sempurna 7. Hantaran Arus Listrik : Rendah. Gambar Bundelan Batangan Serat Polyolefin

15 II-15 Gambar Kurva Pengujian Tegangan-Regangan Tarik Serat Polymers Gambar Kurva Hubungan Tegangan-Regangan Tarik Serat Polymers 2.4. Daktilitas. Daktilitas merupakan kemampuan material (beton maupun baja), penampang, elemen struktur, ataupun struktur untuk berdeformasi besar secara inelastic tanpa kehilangan kekuatannya secara signifikan. Adapun deformasi yang ditinjau dapat berupa regangan, kelengkungan, rotasi dan perpindahan. Daktilitas dapat dibedakan berdasarkan besaran deformasi yang digunakan dan tingkat tinjauan daktilitas. Beberapa macam daktilitas tersebut adalah : a) Daktilias Regangan Daktilitas ini merupakan daktilitas yang pada tingkat material, yang mendefinisikan kemampuan material melakukan regangan inelastic tanpa

16 II-16 mengalami penurunan nilai regangan yang signifikan. Baja adalah contoh material yang mempunyai daktilitas yang sangat baik. b) Daktilitas Kelengkungan (curvature ductility) Daktilitas ini merupakan daktilitas yang ditinjau pada tingkat penampang. Adapun definisinya adalah perbandingan kelengkungan total dengan kelengkungan pada saat leleh pertama. Dimana : φu μ = φ y μ = daktilitas φ u = kelengkungan kurva total/ultimit φ y = kelengkungan saat leleh pertama c) Daktilitas Rotasi Daktilitas ini merupakan daktilitas yang ditinjau pada tingkat elemen struktur. Daktilitas ini menunjukan perbandingan antara rotasi maksimum dan rotasi pada saat leleh pertama. θu μ = θ y d) Daktilitas Perpindahan Daktilitas ini ditinjau pada tingkat struktur yang disefinisikan sebagai perbandingan antara perpindahan total struktur terhadap perpindahan saat leleh. Deformasi perpindahan ini dihubungkan dengan kemampuan struktur dalam menerima beban pada arah perpindahan yang terjadi. Untuk struktur yang terdiri dari beberapa lantai, perpindahan struktur yang ditinjau adalah perpindahan yang terjadi pada lantai paling atas. δ u μ = δ y Dalam ketentuan Pedoman SK SNI T , menetapkan bahwa tingkat daktilitas dibagi menjadi 3 (tiga) bagian : Tingkat daktilitas 1 : Struktur beton sepenuhnya berperilaku elastik, μ = 1. Tingkat daktilitas 2 : Struktur beton diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian detail khusus yang memungkinkan struktur

17 II-17 memberikan respon inelastik terhadap beban siklik yang bekerja tanpa mengalami keruntuhan getas, μ = 2. Kondisi ini disebut daktilitas terbatas. Tingkat daktilitas 4 : Struktur beton diproporsikan berdasarkan suatu ketentuan penyelesaian detail khusus yang memungkinkan struktur memberikan respon inelastik terhadap beban siklik yang bekerja dan mampu menjamin pengembangan mekanisme sendi plastis dengan kapasitas disipasi energi yang diperlukan tanpa mengalami keruntuhan, μ = 2. Kondisi ini dinamakan kondisi daktilitas penuh.

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran V-1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1.1.Hasil Eksperimaen Dari eksperimen dan analisis masalah diatas dapat diambil beberapa kesimpulan penting yang antara lain : 1. Kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON 1. PENDAHULUAN Beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya, telah digunakan sebagai bahan bangunan sejak zaman dahulu Penggunaan beton bertulangan dengan lebih intensif baru dimulai pada awal abad

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan kontruksi. Hal ini dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON Niko S 1, Robert D 2, Handoko Sugiharto 3 ABSTRAK: Dalam dunia konstruksi, beton adalah barang yang sering

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton secara umum telah dikenal dan digunakan sebagai bahan pilihan utama dalam dunia konstruksi khususnya bahan bangunan karena beton memiliki sifat-sifat yang menguntungkan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013). BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013). Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE) BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE) 1.1 PENGERTIAN BETON MUTU TINGGI Beton adalah elemen yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil yang dapat dimanfaatkan untuk banyak

Lebih terperinci

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG BAB I 1.1 LATAR BELAKANG Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air dan agregat (dan kadang-kadang bahan tambah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Pembuatan beton pada umumnya didapatkan dari pencampuran semen Portland atau semen hidraulik, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (dalam hal ini agregat ringan ), air dengan tambahan adanya rongga-rongga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari

Lebih terperinci

PERILAKU LENTUR MORTAR DENGAN SABUT KELAPA. Istiqomah 1 dan Iswandi Imran 2

PERILAKU LENTUR MORTAR DENGAN SABUT KELAPA. Istiqomah 1 dan Iswandi Imran 2 PERILAKU LENTUR MORTAR DENGAN SABUT KELAPA Istiqomah 1 dan Iswandi Imran 2 1 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi no 207 Bandung Email: istiq1512@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perkembangan teknologi semakin maju disegala bidang, termasuk dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sejak dulu dikenal sebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, relatif kaku, dan ekonomis. Tapi di sisi

Lebih terperinci

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan RABID LANDASAN TEORI 3.1 Umum Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan agregat pada perbandingan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN EKSPERIMEN

BAB III PELAKSANAAN EKSPERIMEN III-1 BAB III PELAKSANAAN EKSPERIMEN Kajian eksperimental pada penelitian ini pertama sekali dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran peningkatan kuat tarik dan daktilitas beton mutu tinggi dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya jumlah individu di Indonesia serta semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan material yang sangat sering digunakan dalam berbagai macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah beton mempunyai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai bahan pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI 2.1. PENGERTIAN BETON BERTULANG Beton bertulang (reinforced concrete) tersusun dari bahan beton dan baja, yang antara keduanya mempunyai ikatan/lekatan (bond) yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Umum Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Bertulang Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Sesaat setelah pencampuran, pada adukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidrasi dan menghasilkan suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton terdiri atas agregat, semen dan air yang dicampur bersama-sama dalam keadaan plastis dan mudah untuk dikerjakan. Karena sifat ini menyebabkan beton mudah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014 JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051 Jurnal ini telah disetujui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR...... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, yaitu beton sebagai salah satu unsur teknik sipil yang selalu mengalami

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan bangunan rumah di Indonesia setiap tahun rata-rata sebesar ± 1,1 juta unit dengan pasar potensial di daerah perkotaan sebesar 40 % atau ± 440.000 unit. Dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Kata beton dalam bahasa indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus yang berarti

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pada konstruksi bangunan kita akan menemukan keberadaan struktur

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pada konstruksi bangunan kita akan menemukan keberadaan struktur BAB II KERANGKA TEORITIS.1. Umum Pada konstruksi bangunan kita akan menemukan keberadaan struktur beton misalnya pada kolom, balok, dan pelat. Struktur tersebut terbuat dari beton konvensional pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50% BAB III LANDASAN TEORI 3.1 High Volume Fly Ash Concrete (Thangaraj dan Thenmozhi, 2012), Beton HVFA merupakan salah satu tipe beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50% sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL ENGLISH... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR ISTILAH... xi DAFTAR NOTASI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Pembentuk Beton Beton adalah salah satu bahan bangunan yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Umumnya beton tersusun dari tiga

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK Stevie Andrean M. D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:stevee.pai@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Beton merupakan campuran antara semen, agregat, air, dan kadangkadang memakai bahan tambah yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat sampai bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuat Geser Balok Bentang geser pada balok beton tanpa tulangan geser terjadi di daerah sepanjang kurang lebih tiga kali tinggi efektif balok. Retak akibat tarik diagonal

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran beton yang dapat memadat dengan sendirinya tanpa bantuan alat pemadat. Berikut hasil penelitian terkait SCC. a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kaca Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil serta analisa dari pengujianpengujian yang telah dilakukan. 4.1. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TERHADAP AGREGAT 4.1.1. Hasil dan Analisa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan Beton biasa merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat 2400 kg/m3 dan menghantarkan panas. Untuk mengurangi bahan mati suatu struktur beton atau mengurangi

Lebih terperinci

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan. /BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air (PBI-2,1971). Seiring dengan penambahan umur, beton akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUANb A. Latar Belakang Permasalahan Dalam Perkembangan teknologi dan kemajuan industri saat ini yang sangat pesat memacu peningkatan pembangunan dari segala sektor kehidupan. Dan ini berdampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suhendro (1991) meneliti pengaruh fiber kawat pada sifat-sifat beton dan beton bertulang. Dalam penelitiannya digunakan tiga jenis kawat lokal yaitu kawat baja, kawat bendrat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA) PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA) Safrin Zuraidah 1, Bambang Sudjatmiko, Eko Salaudin 3 1 Dosen Teknik Sipil Universitas Dr. Soetomo

Lebih terperinci

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari sub bab 1 Pengenalan Beton bertulang diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi beton bertulang, sifat bahan, keuntungan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan

Lebih terperinci

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat OLEH : Dwiputro Raharjo PEMBIMBING : I Aman Ir. A S b kti MS Subakti, Tavio, ST., MT., Ph.D LATAR BELAKANG Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU BETON BERKEKUATAN TINGGI YANG MENGGUNAKAN SEMEN PCC DAN POLYPROPYLENE FIBER-MESH

STUDI PERILAKU BETON BERKEKUATAN TINGGI YANG MENGGUNAKAN SEMEN PCC DAN POLYPROPYLENE FIBER-MESH STUDI PERILAKU BETON BERKEKUATAN TINGGI YANG MENGGUNAKAN SEMEN PCC DAN POLYPROPYLENE FIBER-MESH F. Phengkarsa 1, J. Tanijaya 1, dan M.W. Tjaronge 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia

Lebih terperinci

FIBRE (SERAT) MACAM-MACAM FIBRE (SERAT) a. Polyster Fibre Bahan dasar : polyethylene terethalate. : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur

FIBRE (SERAT) MACAM-MACAM FIBRE (SERAT) a. Polyster Fibre Bahan dasar : polyethylene terethalate. : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur FIBRE (SERAT) Beton adalah suatu material yang fragile (getas) tidak kuat menerima tarik, jadi memerlukan perkuatan. Perkuatan yang sudah umum kita ketahui adalah dengan memakai tulangan sebagai penguat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Balok Beton Bertulang Naibaho (2008) pada dasarnya beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan/material yaitu beton polos dan tulangan baja.beton polos merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Agregat kasar ringan dari limbah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Beton merupakan bahan yang tersusun dari semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air,dan bahan tambah (admixture atau additive). Pada umumnya, beton mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah material yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Material ini telah digunakan sebagai bahan konstruksi sejak lama dan merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton SCC ( Self Compacting Concrete) Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, struktur bangunan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Struktur beton bertulang merupakan salah

Lebih terperinci

UJI PEMBEBANAN PADA PELAT REACTIVE POWDER CONCRETE

UJI PEMBEBANAN PADA PELAT REACTIVE POWDER CONCRETE Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 UJI PEMBEBANAN PADA PELAT REACTIVE POWDER CONCRETE Daniel Christianto 1, Widodo Kushartomo 2, Fanywati Itang 3 dan Cynthia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton adalah batuan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu campuran tertentu. Beton merupakan satu kesatuan yang homogen. Beton didapatkan dengan cara mencampur

Lebih terperinci

1 A. Penyusun Beton MATERIAL PENYUSUN BETON BERTULANG Beton merupakan campuran antara bahan agregat halus dan kasar dengan pasta semen (kadang-kadang juga ditambahkan admixtures), campuran tersebut apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Beton merupakan bahan utama pada suatu bangunan sehingga sangat penting memperhatikan perilaku atau sifat-sifat beton. Walaupun beton sangat baik dan kuat tetapi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008

BAB V PENUTUP. Pengaruh pemakaian cacahan..., Johanes Chandra, FT UI, 2008 BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Dari penelitian mengenai pengaruh penambahan cacahan plastik polypropylene terhadap kuat tarik dan kuat lentur material beton, didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak

I. PENDAHULUAN. Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak zaman Yunani atau bahkan peradaban kuno terdahulu. Tahun 1801, F. Ciognet menandai

Lebih terperinci

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Suhendro Trinugroho, Mochtar Rifa i Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang terdiri dari semen, kerikil, pasir, air, serta tambahan material lainnya. Maraknya penggunaan beton di dunia konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON BAB IV BALOK BETON 4.1. TEORI DASAR Balok beton adalah bagian dari struktur rumah yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok dikenal

Lebih terperinci