MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Pengantar Kesehatan Mental. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01
|
|
- Glenna Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental Pengantar Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 MK61112 Aulia Kirana, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan ruang lingkup kesehatan mental dan konsep mental yang sehat dari beberapa pandangan. Kompetensi Mampu menguraikan batasan ruang lingkup kesehatan mental dan membandingkan beberapa perspektif psikologi tentang kesehatan mental.
2 Pengantar Konsep Sehat dan Sakit Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari yang terjadi sepanjang sejarah manusia dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian, untuk menentukan betasan-batasan secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan dan kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal sangat sulit dicapai. Sehat (health) konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat dirasakan dan diamati keadaannya. Misalnya orang yang tidak memiliki keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang bertubuh gemuk adalah orang yang sehat, jadi faktor subjektifitas dan kultural memengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat (Notosoedirdjo & Latipun, 2014). Sebagai Acuan dalam memahami konsep sehat, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak hanya tersbebas dari penyakit atau kelemahan/ keterbatasan fisik. Pengertian kesehatan yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan keadaan ideal dari sisi biologis, psikologis, dan sosial. WHO mendefinisikan sehat sebagai kondisi yang lengkap yaitu sejahtera (well being) dari segi fisik mental dan sosial dan tidak hanya terbebas dari gejala atau penyakit. WHO menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kesejahteraan yang disadari oleh individu yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk mengelola produktif dan menghasilkan berperan serta di komunitasnya. (WHO, dikutip dalam Dewi, 2012). Sehat sebagai kontinum. Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu kontinum, sehingga sangat sulit memberikan batasan yang jelas saat melakukan evaluasinya. Akan tetapi, mengamati fenomena tersebut taraf kesehatan seseorang dapat dipotimalkan. Tidak hanya memandang seseorang dapat sembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf kesehatan menjadi lebih optimal. Individu yang sehat mental. Pribadi yang normal atau bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang adekuat atau bisa diterima masyarakat pada umumnya. Sikap hidupnya sesuai norma dan pola kelompok masyarakatn sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaska. Menurut Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki hidup yang bahagia (Dewi, 2012). 2
3 Sebagai kebalikan dari sehat adalah sakit dalam bahasa mencakup 3 konsep yaitu disease, illness, dan sickness. Disease penyakit berarti suatu penyimpangan yang simptomnya diketahui melalui diagnosis. Dalam hal ini penyakit tersebut berdimensi biologis dan objektif. Misalnya: Tumor, AIDS, Influenza. Simptomnya dapat dikenali dari suatu diagnosis dengan menggunakan indera atau alat-alat bantu tertentu dalam suatu diagnosis (Julica, 2009). Illness adalah konsep psikologis yang menunjuk pada perasaan, persepsi, atau pengalaman subjektif seseorang mengenai ketidaksehatannya atau keadaan tubuh yang dirasakan tidak enak. Sebagai pengalaman subketif illness bersifat individual. Seseorang yang memiliki suatu penyakit belum tentu di persepsi atau dirasakan oleh seseorang, tetapi oleh orang lain hal itu dapat disarakan sakit, sebagai contoh pada gangguan psikosomatis. Sickness merupakan konsep sosiologis yang bermakna sebagai penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai orang yang sedang mengalami kesakitan (illness atau disease) (Julica, 2009). Definisi ilmu Berasal dari istilah mental hygiene/ Kata mental berasal dari bahasa yunani yang pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin artinya psikis, jiwa, atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dapat dimaknakan sebagai kesehatan mental atau kesejhatan jiwa.ilmu kesehatan mental: ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Kondisi mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental dan ketidakmampuan menyesuaikan diri (Schneiders, dikutip dalam Yustinus, 2006). Adapun pendapat lain terkait ilmu kesehatan mental yaitu ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi-fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri (Samson, Sin & Hofilena, 1963, dikutip dalam Yustinus, 2006). Kesehatan mental didefinisikan sebagai keadaan dimana seorang individu menyadari potensinya, dapat mengatasi masalah kehidupan yang lazim, dapat berkerja secara produktif dan dapat berkontribusi untuk komunitasnya (WHO, 2014) Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalahmasalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya (Pieper & Uden, 2006). 3
4 Ilmu kesehatan mental lebih bersifat preventif dan memiliki tujuan untuk mencegah ketidakmampuan penyesuaian diri, serta peningkatan kesehatan mental. Objek kajian utama dalam kesehatan mental yaitu kondisi mental manusia. Tujuan ilmu Mempelajari kesehatan mental pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sabagai berikut: (Notosoedirjo & Latipun, 2014). a. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya. b. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental. c. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masyarakat. d. Memiliki sikap proaktif dan mampu memanfaatkan berbagai sumber daya dalam upaya penanganan kesehatan mental masyarakat. e. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat. Sasaran Dalam Masyarakat adalah sasaran utama dalam kesehatan mental. Dilihat dari aspek kesehatannya, masyarakat yang menjadi sasaran dalam kesehatan mental ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut; (a) masyarakat umum, merupakan masyarakat yang sehat dan yang tidak berada dalam resiko sakit. Masayarakat kelompok ini berada dalam berbagai variasi ciri-ciri demograsfis: usia, jenis kelamin, ras, status, dan ekonomi (Notosoedirjo & Latipun, 2014). (b) masyarakat dalam kelompok risiko sakit, yaitu masyarakat berada dalam situasi atau lingkungan yang kemungkinan mengalami gangguan relatif tinggi. Kelompok masyarakat ini dapat dikelompokkan atas lingkungan ekologis, status demografi, atau faktor psikologis. (c) kelompok masyarakat yang mengalami gangguan yaitu kelompok masyarakat yang sedang terganggu mentalnya. (d) kelompok masyarakat yang mengalami kecacatan, agar mereka dapat berfungsi secara normal (Notosoedirjo & Latipun, 2014). Keempat masayarakat itulah yang menjadi sasaran dalam kesejahteraan mental dengan spesifikasi-spesifikasi dalam penanganannya sejalan dengan tujuannya (Notosoedirjo & Latipun, 2014). 4
5 Konsep yang Salah dalam Masih ada mitos dan konsepsi yang diyakini masyarakat terkait kesehatan mental yang keliru. Antara lain, gangguan mental adalah herediter/diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental muncul secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aib atau noda pada lingkungan, gangguan mental merupakan peristiwa tunggal. Kesehatan mental cukup dipahami dan ditangani oleh disiplin ilmu saja. Kesehatan mental dipandang sama dengan ketenangan batin, yang dimaknai sebagai tidak adanya konflik, tidak ada masalah hidup, dan sikap pasrah (Dewi, 2012). Sejarah dalam Perkembangan Mental Tahap Demonologi (Sebelum Abad Pertengahan) Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan spiritual, makhluk halus atau ilmu sihir. Pada zaman tersebut penanganannya kurang ilmiah dan manusiawi, seperti upacara ritual, penyiksaan terhadap penderita dengan maksud untuk mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita (Yustinus, 2006). Tahap Pengenalan Medis (4 Abad SM Abad ke 6 M). Mulai 4 abad SM muncul tokoh-tohoh bidang medis (Yunani), seperti: Hipocrates, Hirophilus, Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa. Para tokoh menggunakan konsep biologis yang penanganan lebih manusiawi. Gangguan mental disebabkan oleh gangguan biologis atau kondisi biologis, bukan karena kemasukan roh jahat (Yustinus, 2006). Tahap Sakit mental dan Revolusi Mulai muncul pada abad ke-17 revolusi prancis dengan tokoh Phillipe Pinel mengutamakan persaudaraan, kebebasan, dalam penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara manusiawi. Terjadi perubahan dalam pemikiran penyebab gangguan mental dan cara penanganan dalam upaya penyembuhan. Adapun tokoh-tokoh yang terkait, seperti: - William Tuke (abad ke 18), di Inggris: perlakuan moral pasien Asylum. - Benjamin Rush ( ) di Amerika Serikat, merupakan bapak kedokteran jiwa Amerika serikat - Emil Kraeplin ( ) di Jerman, menyusun klasifikasi gangguan mental pertama - Dorothea Dix ( ) di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat miskin dan perempuan di lapas. - Clifford Beers ( ) di Amerika: pengusaha yang memberikan gerakan kesehatan mental di Amerika. Tahap Pengenalan Faktor Psikologis (Abad ke-2) 5
6 Merupakan revolusi mental ke 2 : munculnya pendekatan psikologis (psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita gangguan mental secara medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmun Freud yang melakukan penanganan hipnose, kartasis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental. Intervensi ini disebut dengan psikoterapi (Yustinus, 2006). Tahap multifaktorial Mulai berkembang setelah perang dunia II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga, masyarakat dan hubungan sosial. Interaksi semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat. Merupakan revolusi mental ke 3 gerakan kesehatan mental dengan tokohnya Whitingham Beers, william james, dan Adolf mayer. Dalam pandangan ini penanganan gangguan mental lebih baik dilakukan sejak tahap pencegahan, yaitu: (a) pengembangan perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental; (b) penyebaran informasi yang mengarah pada sikap intelligen dan humanis pada penderita gangguan mental; (c) mengadakam riset terkait; (d) mengembangkan praktik pencegahan gangguan mental (Yustinus, 2006). Hubungan dengan Bidang ilmu Lain Kesehatan mental bukanlah disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Berbagai ilmu yang berkontribusi bagi kesehatan mental sebagian di antaranya akan dijelaskan sebagai berikut: (a) ilmu kedokteran, ilmu kedokteran mempelajari tentang penyakit dan cara pengobatannya. Ilmu kedokteran juga menekuni ilmu jiwa juga mengembangkan pencegahan. Khususnya bidang yang ditekuni dalam bidang kedokteran jiwa (psikiatri) ini memberi sumbangan yang sangat bermakna bagi kesehatan mental masyarakat (Notosoedirjo & Latipun, 2014). (b) psikologi, merupakan disipplin ilmu di bidang perilaku manusia yang di antaranya mempelajari psikis manusia segenap dinamikanya. Perilaku manusia, termasuk perilaku yang normal dan abnormal atau patologis. Memahami kesehatan mental masyarakat, tentunya membutuhkan pemahaman terhadap psikis yang turut mempengaruhi perilaku yang sehat dan tidak sehat sebagaimana dipelajari di bidang psikologi (Notosoedirjo & Latipun, 2014). (c) sosio-antroplogi, perilaku dan sistem masyarajat, termasuk nilai sosial budayanya menjadi pokok perhatian dalam sosio-antropologi. Dalam berbagai studi dimengerti bahwa aspek sosio-antropologis itu menjadi bagian penting dalam kehidupan umat manusia. Baik fisik maupun mental. Dalam kesehatan mental dimensi sosio-antrpolopogis ini perlu 6
7 diperhatikan baik untuk keperluan pemahaman maupun strategi intervensinya. Intervensi kesehatan mental akan berhasil, jika mempertimbangkan dimensi sosial dan budayanya (Notosoedirjo & Latipun, 2014). (d) ilmu pendidikan, ilmu pendidikan mempelajari perubahan perilaku manusia secara lebih normatif. Selain mempelajari materi yan diberikan, juga strategi yang harus ditempuh agar perubahan perilaku itu lebih efektif. Ilmi pendidikan tentunya memberikan kontribusi bagi bidang kesehatan mental, khususnya dalam pengembangan intervensi. Intervensi kepada masyarakat, prinsip-prinsip pendidikan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan mental masyarakat; (e) disiplin ilmu, terdapat contoh ilmu lain seperti ekonomi, ekologi, biologi, dan studi agama secara bermakna juga memberikan kontribusinya bagi pemahaman dan penanganan kesehatan mental masyarakat (Notosoedirjo & Latipun, 2014). Beberapa Pengertian Mental yang Sehat Terdapat berbagai cara dalam memberikan pengertian mental yang sehat, yaitu (1) karena tidak sakit; (2) tidak jatuh sakit akibat stressor, (3) sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan (4) tumbuh berkembang secara positif (Notosoedirjo & Latipun, 2014). 1. Sehat Mental Karena Tidak Mengalami Gangguan Mental Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan terhadap sakit jiwa atau terbebas dari gangguan jiwa. Orang yang mengalami neurosa dan lebih-lebih yang menderita psikosa dianggap tidak sehat. Sedangkan orang yang tidak mengalami neurosa dan psikosa dapat dikatakan sebagai orang yan sehat. Pandangan yang dikemukakan oleh Vaillant bahwa kesehatan mental yaitu as the presence of successful adjustment or the absence of psychology dan yang dikemukakan Kazdin yang menyatakan kesehatan mental as a state in which there is an absence of dysjimction in psychological. emotional. behavioral. and social spheres Pengertian ini bersifat dikotomis, bahwa orang itu berada dalam keadaan sehat atau sakit psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikit pun gangguan psikisnya. dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebagai orang yang sakit. Dengan kata lain, sehat dan sakit mental itu bersifat nominal, yang dapat dibedakan secara tegas kelompok-kelompoknya. Sehat dengan pengertian terbebas dari gangguan berarti jika ada gangguan sekalipun sedikit adanya, seseorang itu dianggap tidak sehat. 2. Sehat Mental Jika Tidak Sakit Akibat Adanya Stressor Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor (pemicu stress). Pengertian ini menekankan pada kemampuan 7
8 individual merespon lingkungannya. Seseorang yang tidak sakit, meskipun mengalami tekanan-tekanan pengetian ini disebut orang yang sehat. Pengertian ini sangat menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya. pengertian yang dikemukakan Clausen ini tetap memperoleh banyak kritik, terutama berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam merespons stressor. Kritik yang dimaksud adalah bahwa setiap orang memiliki kerentanan (susceptibility) yang berbeda terhadap stressor karena faktor genetik, proses bciajar, dan budayanya. Selain itu juga terdapat perbedaan intensitas stressor yang diterima untuk setiap orang sehingga sangat sulit untuk menilai apakah dia tahan atau tidak terhadap stressor. 3. Sehat Mental Jika Sejalan dengan Kapasitasnya dan Selaras dengan Lingkungannya Menurut Michael dan Patrick memandang individu yang sehat mentalnya jika terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam lingkungan sosialnya. Pengertian ini terdapat aspek individu fan aspek lingkungan. Seseorang yang sehat mental jika sesuai dengan kapasitasnya sendiri, dapat hidup tepat yang selaras dengan lingkungannya. Pengertian ini terdapat sedikit kemajuan dibandingkan dengan pengertian yang dikemukakan klinisi yang dikotomis maupun Clausen yang individual itu. Alasannya, pengertian Michael dan Patrick ini selain melihat kesehatan mental dari kacamata pribadi juga melihat dari sisi lingkungan. Namun pengertian ini tidak sepenuhnya dapat diterima, karena konsep hidup selaras dengan lingkungan dapat menjerumuskan seseorang. Adaptasi tanpa selektif selalu ingin menyerupai atau mengikuti kehendak lingktingan juga pada dasarnya tidak sehat. 4. Sehat Mental karena Tumbuh dan Berkembang Secara Positif Frank LK merumuskan pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif dan melihat sisi kesehatan mental secara positif. Kesehatan mental merupakan orang yang terus menerus tumbuh, berkembang, dan matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab. Menurut Johada (Scott. 1961) mengemukakan tiga ciri pokok mental yang sehat: (a) The person displays active adjustment. or attempts at mistery of his environment, in contrast to lack of adjust ment or indiscriminate adjusment through passive accept ance of social condition. (b) The person manifests unity of personality-the maintenance of a stable integration which derives from active adjustment.(c) The person perceives the world and himself correctly. independent of his personal needs. 8
9 Teori-Teori Mental yang Sehat dari Berbagai Pandangan Ahli kesehatan mental telah membuat kriteria-kriteria atau kondisi optimum seseorang dapat dikatakan berada dalarn kondisi yang sehat. Kondisi optimum ini dapat dijadikan sebagai acuan dan arah yang dapat dituju dalam melakukan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahannya. kesehatan mental berbeda-beda, kriteria yang dibuat pun tidak sama secara tekstual, meskipun memiliki maksud yang sama. Dapat disebut di sini. Maslow menyebut kondisi optimum itu dengan self-actualization. Rogers menyebuinya dengan fully functioning. Allport memberi nama dengan mature personality. dan banyak yang menyebut dengan mental health (Feist & Feist, 2008). Dalam pandangan Maslow dan Mittiemenn, prinsip-prinsip kesehatan mental, yang menyebutnya dengan manifestations of psychological health. Kondisi yang sehat secar psikologis itu dengan istilah self-actualization sekaligus. sebagai puncak kebutuhan dari teori hierarki kebutuhan yang disusunnya. Menurutnya mental yang sehat secara psikologis barupa, (1) Adequate feeling of security (rasa aman yang memadai). Perasaan aman dalam hubungannya dengan pekerjaan, sosial. dan keluarganya; (2) Adeququate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang memadai) hal ini terakait dengan harga diri yang memadai, yaitu merasa ada nilai yang sebanding pada diri sendiri dan prestasinya. Selain itu, memiliki perasaan berguna yaitu perasaan yang secara moral masuk akal dengan perasaan tidak diganggu oleh rasa bersalah yang berlebihan. (3) Effiicient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan realitas) Kontak ini sedikitnya mencakup tiga aspek. yaitu dunia fisik sosial dan diri sendiri atau internal. Hal ini ditandai (a) tiadanya fantasi yang berlebihan. (b) mempunyai pandangan yang realistis dan pandangan yang bias terhadap dunia yang disertai dengan kemampuan menghadapi keluhan hidup sehari-hari. misalnya sakit dan kegagalandan kesxmampuan untuk berubah jika situasi eksternal tidak dapat dimodifikasi. Data yang baik untuk ini adalah : bekerjasama tanpa dapat ditekan (cooperation with the inevitable). (5) Adequate bodily desires and ability to gratify them (keinginan- keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya). Hal ini ditandai dengan : (a) suatu sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani. dalam arti menerima mereka tetapi bukan dikuasai. (b) kemampuan memperoleh kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik dalam kehidupan ini. seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan. (c) kehidupan seksual yang wajar, keinginan yang sehat untuk memuaskan tanpa rasa takut dan konflik. (d) kemam puan bekerja, dan tidak adanya kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti dalam berbagai aktivitas tersebut; (6). Adequate self-knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar). Termasuk di daiamnya (a) cukup mengetahui tentang: motif. 9
10 keinginan. tujuan. ambisi. ham.batan. kompensasi. pemberian. perasaan rendah diri. dan sebagainya; dan (b) penilaian yang realistis terhadap milik dan kekurangan. Penilaian diri yang jujur adalah dasar kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sifat dan tidak untuk menanggalkan (tidak mau mengakui) sejumlah hasrat penting atau pikiran. Jika beberapa diantara hasrat-hasrat itu secara sosial dan personal tidak dapat diterima. Hal itu akan selalu terjadi sepanjang kehidupan di masyarakat. (7) Integration and concistency oj personality (kepribadian Yang utuh dan konsisten). Ini bermakna (a) cukup baik perkembangannya, kepandaiannya, berminat dalam beberapa aktivitas. (b) memiliki prinsip moral dan kata hati yang tidak terlalu berbeda dengan larangan kelompok: (c) mampu untuk berkonsentrasi; dan (d) tiadanya konflik-konflik besar dalam kepribadiannya dan tidak dissosiasi terhadap kepribadiannya; (9) Ability to learn from experiment (kemampuan untuk belajar dari pengalaman). Kemampuan untuk belajar dari pengalaman termasuk tidak hanya kumpulan pengetahuan dan kemahiran keterampilan terhadap dunia praktik, tetapi elastisitas dan kemauan menerima dan oleh karena itu tidak terjadi kekakuan dan penerapan untuk menangani tugas-tugas pekerjaan. Bahkan lebih penting lagi adalah kemampuan untuk belajar secara spontan; (10) Ability to satisfy the requirements oj the group (kemampuan memuaskan tuntutan kelompok); Individu harus: (a) tidak terlalu menyerupai anggota kelompok yang lain dalam cara yang dianggap penting oleh kelompok: (b) terinformasi secara memadai dan pada pokoknya menerima cara yang berlaku dari kelompoknya: (e) berkemauan dan dapat menghambat dorongan dan hasrat yang dilarang kelompoknya: (d) dapat menunjukkan usaha yang mendasar yang diharapkan oleh kelompoknya: ambisi, ketepatan, serta persahabatan, rasa tanggung jawab, kesetiaan, dan sebagainya. serta (e) minat dalam aktivitas rekreasi yang disenangi kelompoknya; (11) Adequate emancipation from the group or culture (mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya). Hal ini mencakup: (a) kemampuan untuk menganggap sesuatu itu baik dan yang lain adalah jelek setidaknya; (b) dalam beberapahal bergantung pada pandangan kelompok: (e) tidak ada kebutuhan yang berlebihan untuk membujuk (menjilat), mendorong. atau menyetujui kelompok, dan (d) untuk beberapa tingkat toleransi dan menghargai terhadap perbedaan budaya. Rogers mengenalkan konsep fully functioning (pribadi yang berfungsi sepenuhnya) sebagai bentuk kondisi mental yang sehat. Secara singkat fully functioning person ditandai : (1) terbuka terhadap pengalaman; (2) ada kehidupan pada dirinya; (3) kepercayaan kepada organismenya; (4) kebebasan berpengalaman; dan (5) kreativitas (Pieper &Uden, 2006). Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi penerimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus sesuai dengan sifat 10
11 manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional dan sosial. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku (Notosoedirjo & Latipun, 2014). Allport (dikutip dalam Feist & Feist, 2008), menyebut mental yang sehat dengan maturity personality. Dikatakan bahwa untuk mencapai kondisi yang matarig itu melalui proses hidup yang disebutnya dengan proses becoming. Orang yang matang jika: (1) memiliki kepekaan pada diri secara luas; (2) hangat dalam berhubungan dengan orang lain; (3) keamanan emosional atau penerimaan diri (4) mencintai secara objektif dan memahami diri sendiri; dan (5) menyatunya masalah hidup. D.S. Wright dan A Taylor mengemukakan tanda-tanda orang. yang sehat mentalnya adalah: (1) bahagia (happiness) dan terhindar dari ketidakbahagiaan; (2) efisien dalam menerapkan dorongannya untuk kepuasan kebutuhannya; (3) kurang dari kecemasan; (4) kurang dari rasa berdosa (rasa berdosa mcrupakan indeks dari kebutuhan self-punishment); (5) matang. sejalan dengan perkembangan yang sewajarnya; (6) dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya: (7) memiliki otonomi dan harga diri; (8) mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain; dan (9) dapat melakukan kontak dengan realitas (Notosoedirjo & Latipun, 2014). 11
12 Daftar Pustaka Dewi, S. K. (2012).. Semarang: UPT Undip Press. Feist. J & Feist, G. J. (2008). Theories of personality (7th. Ed.). New York: Mc:Grawhill. Julica, M.P. (2009). Sickness, illness, Disease. Diunduh dari mawarputrijulicas-blog-%e2%80%94-wordpress/. Pieper, J & Uden, M.V. (2006). Religion in Coping and Mental Health Care. New York: Yord University Press, Inc: Notosoedirjo. M. & Latipun.(2014). : Konsep dan penerapan. Malang: UMM. Yustinus, S. (2006). Kesehatan mental 1:Pandangan umum mengenai penyesuaian diri dan kesehatan mental serta teori-teori terkait. Kanisius : Yogyakarta. 12
Kesehatan Mental. Pengantar Kesehatan Mental. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Pengantar Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Silabus Konsep sakit dan sehat Sejarah Kesehatan mental
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan jiwa 1. Pengertian Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak
Lebih terperinciKONSEP KESEHATAN MENTAL LIA AULIA FACHRIAL, M.SI
KONSEP KESEHATAN MENTAL LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu menjelaskan konsep sehat-sakit Memahami model-model kesehatan yang hidup di masyarakat sekarang ini Mampu menunjukkan kaitan model
Lebih terperinciApa yang akan dikaji?
Apa yang akan dikaji? Pengertian dan Arti Penting Kesehatan Mental Sejarah munculnya Kajian Kesehatan Mental Hubungan Kesehatan Mental dan Ilmu lain Kesehatan Mental dan Penyesuaian Diri Pandangan berbagai
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciKESEHATAN MENTAL. SURYANTO, M.Kes.
KESEHATAN MENTAL SURYANTO, M.Kes. SEJARAH GERAKAN HYGIENE MENTAL 1. Awal Gerakan Hygiene Mental a. Philippe Pinel : di Perancis b. William Tuke : Inggris c. Dorothea Dix : di Amerika pada abad 19 d. Clifford
Lebih terperinciJahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri
Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik. 2) pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan
Lebih terperinciPengantar Psikologi Abnormal
Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan
Lebih terperinciSILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN :
SILABUS JUDUL MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL NOMOR KODE/SKS : 02075226 / 2 SKS SEMESTER : 5 DOSEN : DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini ruang lingkup, konsep, prinsip, dan batasan mental serta berbagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sampling selama kegiatan IPE berjalan dari bulan Juni 2015 Desember Tabel 1. Karakteristik responden penelitian
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini yaitu pasien rawat jalan yang terpapar proses pembelajaran IPE di AMC Yogyakarta. Kuesioner ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti akan mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana seseorang dapat beradaptasi
Lebih terperinciPENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A
PENGANTAR PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Demonologi Trephination Cairan Tubuh Tritmen Exorcism Ilmu Sihir Munculnya RSJ Sebelum Abad 17 Abad 17-awal 18 Lighter Witmer, lulus Doktoral Abnormalitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stres merupakan fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan seharihari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk biologi, psikologi, dan spiritual yang utuh, dalam arti bahwa manusia merupakan satu kesatuan dari aspek jasmani dan ruhani serta bersifat unik
Lebih terperinciPARADIGMA KEPERAWATAN Oleh: Heny Suseani Pangastuti,SKp.
PARADIGMA KEPERAWATAN Oleh: Heny Suseani Pangastuti,SKp. Paradigma didefinisikan sebagai "the way we perceive the world... ". Adapun Adam smith, (1975,cit. Gaffar, 1997) mengatakan bahwa "The paradigm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sikap (Attitude) 2.1.1 Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berdasarkan batasan tersebut,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological
15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya
Lebih terperinciKONSEP DASAR PSIKIATRI (ILMU KESEHATAN JIWA) JIWA JIWA. Perkembangan Ilmu Kesehatan Jiwa
KONSEP DASAR PSIKIATRI (ILMU KESEHATAN JIWA) Dr. Manoe Bernd P., SpKJ., MKes jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian
Lebih terperinciPertemuan 9. Sri Hastuti Handayani, Psi., M.Si
Pertemuan 9 Sri Hastuti Handayani, Psi., M.Si 1. Tahap Demonologi 2. Tahap Pengenalan Medis 3. Tahap Sakit Mental & Revolusi Kesehatan Mental 4. Tahap Pengenalan Faktor Psikologis 5. Tahap Multifaktorial
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI DAN MENTAL MELALUI AKTIVITAS OUTBOND. Oleh: Ahmad Nasrulloh Dosen Jurusan PKR FIK UNY
MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI DAN MENTAL MELALUI AKTIVITAS OUTBOND Oleh: Ahmad Nasrulloh Dosen Jurusan PKR FIK UNY ABSTRAK Kesibukan manusia yang luar biasa dalam memenuhi kebutuhan material sering tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari
Lebih terperinciSeorang wanita yang mengalami kesulitan tidur dan kehilangan konsentrasi setelah kematian suaminya. Seorang wanita muda mencoba memanjakan dirinya
KONSEPSI TENTANG ABNORMALITAS 1 Fakta : Seorang wanita yang mengalami kesulitan tidur dan kehilangan konsentrasi setelah kematian suaminya. Seorang wanita muda mencoba memanjakan dirinya dengan makan,
Lebih terperinciFenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)
Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,
Lebih terperinciRUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL
RUANG LINGKUP KESEHATAN MENTAL PERTEMUAN 3 Dra. Sri Hastuti Handayani, Psi, M.Si TUJUAN KESEHATAN MENTAL 1. Memahami makna kesehatan mental dan faktorfaktor penyebabnya. 2. Memahami pendekatan-pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciPerilaku Koping pada Penyandang Epilepsi
Perilaku Koping pada Penyandang Epilepsi SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Oleh Nadiarani Anindita F 100 050 050 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone
BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciSejarah Kesehatan Mental LIA AULIA FACHRIAL, MSI
Sejarah Kesehatan Mental LIA AULIA FACHRIAL, MSI Tujuan Pembelajaran Mampu mendeskripsikan sejarah kesehatan mental Mengerti hubungan antara pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dengan perlakuan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : KESEHATAN MENTAL KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS
TIU : Agar mahasiswa memahami batasan sehatan mental, berbagai perspektif pribadian sehat dan ruang lingkup sehatan mental Sub dan Sasaran Belajar 1 Pengantar A. Orientasi Kesehatan Mental : memahami dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciKESEHATAN MENTAL. Oleh : Isti Yuni Purwanti
KESEHATAN MENTAL Oleh : Isti Yuni Purwanti Beberapa definisi kesehatan mental : Terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejalagejala penyakit jiwa Kemampuan untuk menyesuaikan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mental Emosional 2.1.1 Definisi Mental Emosional Mental adalah pikiran dan jiwa, sedangkan emosi adalah suatu ekspresi perasaan, atau dapat juga diartikan sebagai sebuah afek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan. persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat. Tidak hanya perusahaan-perusahaan dagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah fisik atau raga, roh atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciTheories And Intervention
Theories And Intervention INTERVENSI Upaya merubah pikiran, perasaan, dan atau perilaku individu serta keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki Tujuan; Pemecahan masalah; Memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa
Lebih terperinciPsikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI
Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini zaman semakin berkembang, khususnya pada dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut, individu mengembangkan ilmunya dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) 1. Kesejahteraan Psikologis Bradburn menterjemahkan kesejahteraan psikologis berdasarkan pada buku karangan Aristotetea yang
Lebih terperinciPaket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING
Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang.
Lebih terperinci/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciKESEHATAN MENTAL PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL
KESEHATAN MENTAL PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL Oleh : Hurul Ein Latar Belakang Masalah Orang tua dengan anak retardasi mental akan mengalami banyak permasalahan. Orang tua dengan anak
Lebih terperincikesehatan fisik-jiwa-ruhani dan secara lebih rinci, normal dan abnormal dibahas dalam psikologi kesehatan Islami. Di dalam psikologi kesehatan
NORMAL Vs ABNORMAL Oleh: Farida Membahas manusia selalu menarik dan tidak tuntas, baik tentang bentuk fisik-kondisi kejiwaan-potensi dan aktualisasi ruhani (yang disadari maupun yang tidak disadari). Ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang
Lebih terperinciPERAN MINAT DALAM BIDANG KERJA SOCIAL SERVICE
PERAN MINAT DALAM BIDANG KERJA SOCIAL SERVICE Sulis Mariyanti Dosen Fakultas Psikologi Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta sulismaryanti@yahoo.com ABSTRAK Seorang pekerja seperti guru/dosen yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciPrilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik
PRILAKU SEHAT & SAKIT DI MASYARAKAT IRMA NURIYANTI, SKM, M.Kes Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek
Lebih terperinciPsikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah
7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,
Lebih terperinciEMOSI DAN SUASANA HATI
EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang
Lebih terperinciPROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW. Skripsi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
PROFIL NARAPIDANA BERDASARKAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kondisi dimana orang terhindar dari suatu gangguan jiwa. Namun, pribadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kesehatan mental sudah sering terdengar dalam kehidupan masyarakat, dapat dikatakan bahwa kesehatan mental merupakan suatu kondisi dimana orang terhindar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia salah satu bentuk gangguan jiwa berat, dulu sering dianggap akibat kerasukan roh halus atau ilmu gaib. Akibatnya, pasien sering dikucilkan bahkan dipasung
Lebih terperinciCarl Jung. Analytical Psychology. Asumsi
Carl Jung Analytical Psychology Asumsi Fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (Occult) yang diturunkan oleh leluhur bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan manusia Manusai bukan hanya
Lebih terperincimakalah teori keperawatan
makalah teori keperawatan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
Lebih terperinci