KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN"

Transkripsi

1 KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN IRWANI GUSTINA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN IRWANI GUSTINA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN IRWANI GUSTINA. Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera Selatan. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan EVA RACHMAWATI. Satwa yang terdapat di Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu dan satwa yang liar di alam TWA Punti Kayu. Pengelolaan diperlukan dalam pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata, salah satunya yaitu pengelolaan kesejahteraan satwa. Kajian komprehensif terkait dengan pengelolaan satwa dan pengembangan pemanfaatannya sebagai objek wisata sangat diperlukan agar pengembangan pemanfaatan satwa sebagai objek wisata di TWA Punti Kayu sesuai dengan kepentingan perlindungan dan pelestarian satwa, prinsip-prinsip kesejahteraan satwa serta minat dan keinginan pengunjung dan pengelola. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengelolaan kesejahteraan satwa guna memperoleh alternatif strategi pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu. Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus Obyek kajian yang digunakan yaitu satwa, pengunjung, dan pengelola TWA Punti Kayu. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan pengamatan lapang. Metode analisis data terdiri dari analisis pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, analisis persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu, dan analisis SWOT untuk menyusun program pengembangan wisata. Hasil dari penelitian ini didapatkan empat jenis satwa yang ditemukan secara langsung di alam TWA Punti Kayu. Satwa yang dikoleksi di Taman Satwa Punti Kayu terdiri dari 29 jenis satwa yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu mamalia, burung, dan reptil. Pengelolaan satwa difokuskan pada satwa di Taman Satwa Punti Kayu yaitu dilihat dari pengelolaan pakan, pengelolaan kandang, dan pengelolaan kesehatan. Capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup baik dengan nilai rataan 1,6. Tujuan pengunjung datang 52% untuk menikmati keindahan alam, intensitas kedatangan 35% sudah datang ke TWA ini lebih dari tiga kali, alasan berkunjung kembali 54.41% karena tertarik terhadap satwa, kawasan yang disukai 61% adalah taman satwa dan satwa yang paling disukai 27% yaitu beruang madu. Kegiatan wisata di TWA Punti Kayu sudah dikelola dengan cukup baik dilihat dari persepsi pengunjung dengan skor total 11,53. Obyek wisata yang dikelola TWA Punti kayu yaitu hutan tanaman berupa hutan pinus, museum fauna, taman satwa, danau, taman rekreasi, arena outbond, kolam renang, dan panggung hiburan. Pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu difokuskan pada empat obyek, yaitu taman satwa, taman rekreasi, danau, dan museum fauna. Dari keempat obyek tersebut terdapat lima program wisata yang dapat dikembangkan. Kata kunci: kesejahteraan satwa, program pengembangan wisata, pengunjung, taman wisata alam, taman satwa.

4 SUMMARY IRWANI GUSTINA. Study of Animals Welfare Management and Their Utilization Development as Tourism Object in Punti Kayu Natural Recreational Park, Palembang, South Sumatra. Under Supervision of BURHANUDDIN MASYUD and EVA RACHMAWATI. The animals in Punti Kayu Natural Recreational Park are divided into two groups; there are animals in the Punti Kayu Animals Park and wild animals in nature Punti Kayu Natural Recreational Park. A comprehensive study on animals welfare management and their utilization development is important in order to get synergic relation among animals utilization development as tourism object to animals protection, animals conservation, animals welfare principals and also to managers and visitors interest. The aim of this study is to understand animals welfare management in order to get alternative strategy in developing animalsbased tourism in Punti Kayu Natural Recreational Park. This study was conducted in Punti Kayu Natural Recreational Park, Palembang, South Sumatra over the past two months, July-August The objects of study were animals, visitors, and managers Punti Kayu Natural Recreational Park. Data were collected through literature study, interviews and field observations. The data analysis consisted of animals welfare management in the Punti Kayu Animal Park, visitors perceptions to tourism management at Punti Kayu Natural Recreational Park and SWOT analysis to prepare the program of tourism development. Based on the observation, there were 4 wild animals observed in Pintu Kayu Natural Recreational Park. Animals that were collected at the Punti Kayu Animal Park consist of 29 species that can be classified into 3 classes (mammals, birds, and reptiles). Animal management is focused in Punti Kayu Animal Park that can be seen from the feed, stable, and health managements. Implementation achievement of animal welfare in Punti Kayu Animal Park is categorized in the criteria of moderate with average value of 1.6. Visitors motivation coming to Punti Kayu Natural Recreational Park is mostly to enjoy the natural views (52%). The intensity of arrival shows that 35% of visitors have ever come to Natural Recreational Park more than three times. The reason of revisiting the area is because they were interested to watching the animals (54.41%). Most of visitors (61%) prefer visiting animal park to other spots in whole area of Punti Kayu Natural Recreational Park. Beruang madu is the most wanted animal, 27 % visitors wanted to see this animal. Based on visitors perceptions, tourism activities in Punti Kayu Natural Recreational Park have been managed well with total score Tourism objects that have been managed in Punti Kayu Natural Recreational Park are pine plantations forests, fauna museum, animal park, lake, recreational park, outbound arena, swimming pool and entertainment stage. Animal-based tourism development in the Punti Kayu Natural Recreational Park is focused in four objects; those are animal park, recreational park, lake and fauna museum. In those four tourism objects, at least five tourism programs can be developed. Keywords: animal welfare, tourism development programs, visitors, natural recreational park, animal park.

5 PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan adalah benar-benar hasil karya Saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2010 Irwani Gustina NRP E

6 Judul Skripsi : Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera Selatan Nama : Irwani Gustina NRP : E Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS. NIP Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si. NIP Mengetahui, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Ketua Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 21 Agustus Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara pasangan M. Teguh, S.H. dan Erlina, S.H. Riwayat pendidikan penulis adalah TK dan SD Islam Darussalam, SMP Negeri 29 Palembang, SMA Plus Negeri 17 Palembang dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata sebagai mayor di Fakultas Kehutanan. Penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, diantaranya penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan sebagai sekretaris Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) HIMAKOVA. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan pada tahun 2007, Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2007 dan Cagar Alam Gunung Simpang tahun Penulis juga pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan dan RPH Cemara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tahun Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Umum Konservasi Eksitu di PT Mega Citrindo dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau pada tahun Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penulis dibimbing oleh Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS. dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si.

8 UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillaahirobbil alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak telah membantu memberikan bimbingan, koreksi, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Segenap penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Mama dan Papa serta kakak dan adik penulis Irwandi, Irmansyah, dan Irfandi yang tidak pernah berhenti berdo a dan memberikan kasih sayang, semangat serta dukungan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, doa, motivasi, dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS perwakilan dari Departemen Manajemen Hutan, Dr. Lina Karlinasari, S. Hut, M.ScF.Trop perwakilan dari Departemen Hasil Hutan dan Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma, M.Sc perwakilan dari Departemen Silvikultur. 4. Seluruh Dosen Fakultas Kehutanan IPB beserta staf administrasi. 5. Segenap pimpinan dan jajarannya instansi BKSDA Sumatera Selatan dan PT. Indosuma Putra Citra. 6. Teman-teman KSHE (Tarsius) 42 tanpa terkecuali, tidak pernah menyesal menjadi bagian dari kalian. 7. Keluarga besar HIMAKOVA atas bantuan, semangat, dukungan serta kebersamaannya beserta adik-adik KSHE 43, 44 dan 45 yang telah memberi doa dan dukungan. 8. Penghuni Andika House 18 yang telah berbagi keceriaan bersama penulis. 9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan dari Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengenai kajian pengelolaan kesejahteraan satwa guna memperoleh alternatif strategi pengembangan wisata berbasis satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Mei 2010 Penulis

10 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Kerangka Pemikiran Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Wisata Alam Taman Satwa Kesejahteraan Satwa Wisata Pengertian Wisata Pemanfaatan Satwa untuk Wisata Analisis SWOT BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Alat dan Obyek Penelitian Jenis Data yang Dikumpulkan Data Primer Data Sekunder Metode Pengumpulan Data Analisis Data Analisis Pengelolaan Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu... 21

11 iii Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Analisis SWOT BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Kondisi Fisik Letak dan Luas Topografi Iklim dan Hidrologi Tanah dan Geologi Aksesibilitas Kondisi Biologi Keanekaragaman Flora Keanekaragaman Fauna Potensi Wisata Organisasi Pengelola BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Keanekaragaman Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Keanekaragaman Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Pengelolaan Satwa Pengelolaan Satwa di Habitat Alami Taman Wisata Alam Punti Kayu Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Aspek Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Analisis Kondisi Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Karakteristik Pengunjung Motivasi dan Persepsi Pengunjung Motivasi Pengunjung Persepsi Pengunjung Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu... 50

12 iv 5.6 Pengembangan Wisata Berbasis Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Identifikasi Faktor-Faktor Internal Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal Rekomendasi Program Wisata di TWA Punti Kayu BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 66

13 v DAFTAR TABEL No Halaman 1. The Five Freedoms Satwa menurut the UK s Farm Animal Welfare Council (1997) diacu dalam Appleby et al. (2004) Satwa yang diamati di Taman Satwa Punti Kayu (kandang) Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam) Pengunjung yang diamati dalam penelitian Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu Penetapan skor dalam analisis persepsi pengunjung Klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu Matrik SWOT Obyek daya tarik wisata di TWA Punti Kayu Daftar jenis satwa di Taman Satwa Punti Kayu Satwa di Taman Satwa Punti Kayu laporan bulan Agustus Perubahan jumlah satwa di Taman Satwa Punti Kayu selama penelitian Daftar jenis satwaliar di TWA Punti Kayu Frekuensi dan jenis pakan satwa di Taman Satwa Punti Kayu Pengelolaan kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu Persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu Jumlah pengunjung TWA Punti Kayu dari tahun Matrik SWOT TWA Punti Kayu Alternatif model promosi berdasarkan target pasar Obyek wisata yang dikembangkan di TWA Punti Kayu Rekomendasi program wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu... 59

14 vi DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian Taman Satwa Punti Kayu: (a) gerbang masuk taman satwa (b) kandang (c) orang utan (d) elang bondol (e) buaya muara Satwa yang ditemukan langsung: (a) monyet (b) biawak Ketersediaan makanan dan minuman: (a) semua pakan untuk 1 hari (b) wadah minum Bentuk-bentuk kandang Taman Satwa Punti Kayu: (a) kandang tabung dengan atap kerucut (b) kandang kotak dengan atap segitiga (c) kandang kotak (d) kandang terbuka Denah kandang Taman Satwa Punti Kayu Pemeriksaan kesehatan: (a) obat untuk unggas (b) vaksin flu burung (c) penyuntikan vaksin (d) kegiatan sanitasi kandang (e) kartu vaksin rabies Capaian implementasi kesejahteraan satwa per prinsip Umur pengunjung TWA Punti Kayu Jenis kelamin pengunjung TWA Punti Kayu Daerah asal pengunjung TWA Punti Kayu Pekerjaan pengunjung TWA Punti Kayu Pendidikan terakhir pengunjung TWA Punti Kayu Pengunjung yang sedang mengamati satwa Tujuan responden datang ke TWA Punti Kayu Intensitas responden mengunjungi TWA Punti Kayu Alasan responden berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu Denah rekomendasi program wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu 60

15 vii DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Penilaian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa Rekapitulasi persepsi pengunjung TWA Punti Kayu Panduan wawancara Kuisioner penelitian... 73

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Selain itu taman wisata alam juga berfungsi sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam (Rais et al. 2007). Taman Wisata Alam Punti Kayu (TWA Punti Kayu) merupakan salah satu taman wisata alam berlokasi di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang berfungsi sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis satwa yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. TWA ini telah membuat taman satwa sebagai salah satu upaya untuk pengelolaan satwa yang sekaligus dapat digunakan untuk kegiatan wisata. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 menyatakan bahwa taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Prinsip kesejahteraan satwa menurut Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) yang harus diperhatikan berkenaan dengan pengelolaan satwa yaitu (1) bebas dari rasa haus dan lapar, (2) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (3) bebas dari rasa tidak nyaman, (4) bebas dari rasa takut dan tekanan, dan (5) bebas untuk menampilkan perilaku alami. Sejalan dengan ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan tentang taman satwa dan prinsip kesejahteraan satwa tersebut diatas, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejauh mana praktek pengelolaan satwa yang telah dilakukan di Taman Satwa di TWA Punti Kayu sudah memenuhi ketentuan dan prinsip kesejahteraan satwa. Hal ini penting dikaji karena selain berfungsi sebagai sarana rekreasi, keberadaan taman satwa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari TWA Punti Kayu juga berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis satwa yang harus diperhatikan pengelolaannya. Sebagaimana diketahui

17 2 bahwa kegiatan wisata secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kesejahteraan satwa yang dikelola, baik dari aktivitas pengelola maupun pengunjung. TWA Punti Kayu juga memiliki potensi satwa yang hidup liar di alam yang dapat dikembangkan pemanfaatannya secara terpadu sebagai obyek wisata yang menarik selain potensi satwa yang dikelola di taman satwa. Untuk itu perlu dikaji potensi keanekaragaman jenis dan penyebarannya, agar dapat dirumuskan pengembangan pemanfaatannya sebagai obyek wisata. Pengembangan pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata di TWA Punti Kayu guna selaras dengan kepentingan perlindungan dan pelestarian satwa serta prinsip-prinsip kesejahteraan satwa di satu sisi serta minat dan keinginan pengunjung maupun pengelola pada sisi yang lain, maka diperlukan suatu kajian yang lebih komprehensif baik yang terkait dengan pengelolaan satwa dan pengembangan pemanfaatannya sebagai obyek wisata. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji berdasarkan latar belakang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi keanekaragaman satwa di TWA Punti Kayu? 2. Bagaimana pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu? 3. Bagaimana motivasi dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu? 4. Bagaimana pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu? 5. Bagaimana pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu? 1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian Kegiatan wisata yang dilakukan sudah seharusnya tetap menjaga kelestarian lingkungan alaminya termasuk satwa yang terdapat di dalamnya. Oleh dari itu, dalam pengembangannya dibutuhkan data dan informasi mengenai satwa, pengelola, dan pengunjung. Kerangka pikir ini dapat dituangkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

18 3 Satwa Di Taman Satwa (kandang) Di TWA Punti Kayu (liar di alam) Jenis Kesejahteraan Jenis Penyebaran -Bebas dari lapar dan haus -Bebas dari rasa tidak nyaman -Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit -Bebas untuk menampilkan perilaku alami -Bebas dari rasa takut dan tekanan Persepsi pengelola Motivasi dan persepsi pengunjung Analisis SWOT Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. Pengembangan wisata di TWA Punti Kayu Data dan informasi dalam penelitian ini didapatkan dari tiga obyek yaitu satwa, pengelola, dan pengunjung. Data dan informasi yang didapatkan akan dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi sehingga didapatkan pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui potensi keanekaragaman satwa di TWA Punti Kayu. 2. Mengetahui pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu. 3. Mengetahui motivasi dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu. 4. Mengetahui pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu. 5. Menyusun pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu.

19 4 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak pengelola untuk pengoptimalan pemaanfaatan potensi satwa sebagai obyek wisata yang selaras dengan kesejahteraan satwa.

20 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Wisata Alam Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Taman wisata alam berfungsi sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam (Rais et al. 2007). Tujuan pengelolaan taman wisata alam menurut Rais et al. (2007) yaitu terjaminnya potensi kawasan taman wisata alam, kelestarian kondisi lingkungan kawasan wisata alam, optimalnya manfaat taman wisata alam untuk kegiatan wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, budaya, bagi kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 menyatakan bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik. b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian dan potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. c. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. 2.2 Taman Satwa Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 menyatakan taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

21 6 Kriteria Taman Satwa menurut P.53/Menhut-II/2006 meliputi: a. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Species of Flora Fauna (CITES). b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar. c. Ketersediaan air dan pakan yang cukup. d. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan, kandang sapih, kandang peragaan, naungan dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain. e. Memiliki kantor pengelolaan dan sarana pengelolaan. f. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan. 2.3 Kesejahteraan Satwa Kesejahteraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) yaitu hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran. Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam. Animal welfare mengacu pada kualitas hidup satwa, kondisi satwa, dan perawatan/perlakuan terhadap satwa (Dallas 2006). Appleby dan Hughes (1997) menyatakan masalah kesejahteraan itu bermacam-macam, karena kesejahteraan bukan sesuatu yang sederhana, dari yang baik sampai buruk, menyangkut banyak aspek yang berbeda. Satu kesimpulan dari perbedaan aspek-aspek tersebut yaitu kebebasan (the Five Freedoms), Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) menyatakan bahwa idealnya satwa harus (1) bebas dari rasa lapar dan haus, (2) bebas dari rasa tidak nyaman, (3) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (4) bebas untuk menampilkan perilaku alami, dan (5) bebas dari rasa takut dan tekanan.

22 7 Duncan dan Fraser diacu dalam Appleby et al. (2004) juga menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk kesejahteraan, penekanan terhadap perasaan seperti kesenangan dan penderitaan (pikiran), penghindaran dari luka dan penyakit (tubuh), dan kemampuan untuk menampilkan perilaku alami (sifat). Duncan dan Frasher (1997) menyatakan lebih lanjut bahwa penilaian mengenai animal welfare tidak pernah bisa obyektif karena merupakan gabungan dari pengetahuan mengenai animal welfare dengan pendekatan penilaian. Ada tiga macam pendekatan dalam menerapkan animal welfare yaitu: a. Pendekatan berdasarkan perasaan, pendekatan ini mendefinisikan kesejahteraan satwa dimana satwa sebagai subyek (perasaan dan emosi) dimana pada pendekatan ini menekankan mengurangi perasaan negatif (cekaman, kesakitan, dan lain-lain) dan meningkatkan perasaan positif (nyaman, kesenangan, dan lain-lain). Terkait dengan metode ini termasuk pengukuran utama terhadap motivasi, perilaku, dan psikologi yang merupakan bagian dari perasaan satwa. b. Pendekatan berdasarkan fungsi, pendekatan ini mengartikan bahwa kesejahteraan satwa adalah terpenuhinya fungsi-fungsi biologis seekor satwa. Banyak yang terkait bahkan kadang bertentangan, pengukuran yang digunakan adalah berdasarkan kesehatan, umur, kesuksesan bereproduksi, dan gangguan pada perilaku dan psikologinya. Pada pendekatan ini banyak perdebatan mengenai hubungan antara fungsi dengan dasar pengukuran dan kesejahteraan satwa. c. Pendekatan berdasarkan pengekspresian satwa berdasarkan perilaku normal di alam. Penampilan secara penuh perilaku alamiah menyebabkan timbulnya daftar kritikan luas oleh pengkritisi animal welfare, namun pada sebagian orang pendekatan ini mungkin saja dikembangkan. Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan satwa ada dua macam, yaitu mengusahakan satwa hidup sealami mungkin atau membiarkan satwa hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya (Moss 1992). Menurut Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) kesejahteraan satwa dapat diukur dengan aspek-aspek kebebasan (Five Freedoms), yaitu:

23 8 a. Bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst) Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup. Kebebasan dari rasa lapar dan haus ini ditempatkan di urutan pertama karena ini sangat mendasar, primitif, dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat satwa terstimulasi untuk makan. Satwa memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Ukuran kelaparan dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama, termasuk di dalamnya masuknya makan, kedua, jumlah rata-rata memakan, dan ketiga, waktu yang dibutuhkan dalam aktivitas pendistribusian makanan. Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur rasa haus adalah proses pengukuran jumlah air yang masuk, jumlah rata-rata meminum, dan waktu yang dibutuhkan dalam pendistribusian minuman (Magnen 1985 diacu dalam Islahuddin 2009). b. Bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort) Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai pada satwa. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan kandang/ tempat berlindung yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur, dan sebagainya). Satwa akan merasa nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang nyaman. Kondisi lingkungan yang ekstrim dan penerapan manajemen yang membuat stres mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan satwa. Akibatnya selain metabolisme, satwa yang stres akan memperburuk penampilan (kurus), satwa juga akan lebih rentan terhadap infeksi agen penyakit (Blecha 2000). c. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (freedom from pain, injury, and disease) Sehat pada satwa secara individu secara sangat sederhana dapat didefinisikan negatif sebagai tidak adanya symptom penyakit (Ekesbo 1996). Penyakit seringnya diakibatkan oleh kekeliruan manajemen atau sistem yang diberlakukan. Penyakit meliputi malnutrisi, trauma, dan infeksi yang diderita satwa selama satwa dipelihara manusia. Kebebasan

24 9 ini dapat diwujudkan dengan pencegahan, diagnosa yang tepat dan perawatan. Pengetahuan yang cukup atau tersedianya dokter hewan sangat penting (Phillips 2000 diacu dalam Islahuddin 2009). d. Bebas untuk menampilkan perilaku alami (freedom to express normal behaviour) Satwa mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masingmasing jenis. Dalam perawatan manusia, satwa mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya tersebut. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi justru satwa menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi satwa dari sejenisnya akan membantu satwa mendapatkan kebebasan menunjukkan perilaku normalnya (Phillips 2000 diacu dalam Islahuddin 2009). e. Bebas dari rasa takut dan tekanan (freedom from fear and distress) Para peneliti mempunyai takaran tersendiri dalam mengukur tingkat stres, seperti detak jantung dan kadar konsentrasi pada plasma katekolamin dan kortikosteron. Peternak harus memastikan satwanya terbebas dari penderitaan mental akibat kondisi sekitar, perlakuan, dan manajemen. Untuk dapat bertahan seekor satwa harus mampu menyesuaikan diri dan mengatasi tantangan alam (Cook 2000). Respon terhadap tantangan alam ini salah satu wujudnya adalah stres. Stres selalu hadir, dan tanpa kehadiran stres berarti kematian (Wolfle 2000). Rangsangan yang memicu stres disebut dengan istilah stressor. Stres berbeda dari distres, distres adalah stres yang buruk, sementara stres tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kesejahteraan satwa. Istilah eustres digunakan untuk keadaan oleh stressor yang menyenangkan, misalnya saat bermain dengan kawannya (Lay 2000). Moberg (2000) menyatakan stres berpengaruh terhadap kesejahteraan satwa tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stres tersebut. Meskipun akomodasi atas stres mungkin terjadi, namun jika tidak maka stres dapat berakibat kematian. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat satwa harus beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat

25 10 satwa mempunyai respon yang lemah bahkan terhadap rangsangan normal sehari-hari (Duncan dan Fraser 1997). Rasa takut merupakan emosi primer yang dimiliki satwa yang mengatur respon mereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut dianggap sebagai stres yang merusak satwa (Jones 1997 diacu dalam Islahuddin 2009). Rasa takut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi kesejahteraan satwa. Cheeke (2004) diacu dalam Islahuddin (2009) menitikberatkan pada teknik manajemen satwa yang mengurangi atau menghilangkan stres sebagai komponen penting dari animal welfare. Prinsip kesejahteraan satwa yang telah diuraikan diatas, untuk singkatnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang sekaligus merupakan batasan kesejahteraan satwa yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 The Five Freedoms Satwa menurut the UK s Farm Animal Welfare Council (1997) diacu dalam Appleby et al. (2004) No Prinsip kesejahteraan satwa Deskripsi 1. Bebas dari rasa lapar dan haus Dengan tersedianya air bersih dan makanan untuk mendapatkan kekuatan penuh 2. Bebas dari rasa tidak nyaman Dengan tersedianya lingkungan yang cocok, termasuk tempat berlindung dan tempat beristirahat yang nyaman 3. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit Dengan pencegahan atau diagnosa yang tepat dan pengobatan 4. Bebas untuk menampilkan perilaku alami Dengan tersedianya ruang yang cukup, fasilitas yang tepat, dan interaksi dengan jenisnya sendiri 5. Bebas dari rasa takut dan tekanan Dengan menjamin kondisi dan perlakuan dengan menghindari tekanan mental Di Indonesia kesejahteraan satwa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada Pasal 1 dikatakan bahwa yang dimaksud kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar. Tercantum juga dalam hal pemeliharaan hewan pada Pasal 22 yang menyatakan untuk kepentingan kesejahteraan hewan, maka dengan peraturan pemerintah ditetapkan ketentuanketentuan tentang: a) tempat dan perlindungan, b) pemeliharaan dan perawatan, c) pengangkutan, d) penggunaan dan pemanfaatan, e) cara pemotongan dan pembunuhan, f) perlakuan dan pengayoman yang wajar oleh manusia terhadap

26 11 hewan. Pada saat ini undang-undang sedang direvisi dan muatan tentang kesejahteraan hewan disempurnakan sesuai dengan perkembangan masa kini. 2.4 Wisata Pengertian Wisata Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang semakin mengglobal (Pendit 2002). UU ini mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu: a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. h. Menteri Pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan. Pariwisata merupakan suatu gejala yang menggambarkan kepergian orangorang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau melalui batas negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini menimbulkan terjadinya interaksi

27 12 dan hubungan, persepsi, motivasi, tekanan, kepuasan, dan lain-lain antar pribadi atau antar kelompok (Wahab 1992). Goeldner et al. (2000) menyatakan wisata adalah perpaduan dari kegiatan, pelayanan, dan industri yang memberikan sebuah pengalaman perjalanan mulai dari transportasi, akomodasi, makan dan minum, berbelanja, hiburan, fasilitas kegiatan, dan pelayanan lainnya yang tersedia untuk individu atau rombongan yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal mereka. Avenzora (2008) menyatakan wisata merupakan kombinasi berbagai komponen dan aspek pengetahuan yang harus diintegrasikan dalam suatu kesatuan dinamika. Diterangkan lebih lanjut bahwa untuk memudahkan mempelajari wisata maka dapat dilakukan penyederhanaan dengan mengenali determinan yang sangat signifikan mempengaruhi berbagai aspek dalam wisata yaitu ruang dan waktu. Wisata menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam Pemanfaatan Satwa untuk Wisata Strategi konservasi yang telah dikembangkan dalam penanganan hidupan liar, menurut Semiadi (2007) dapat dirangkum sebagai berikut yaitu pembentukan kawasan lindung, perlindungan total, olahraga berburu, penangkaran, pengelolaan intensif pada hidupan liar yang memiliki nilai bioprospektif, pemanfaatan hidupan liar di wilayah pengembangan, dan ekowisata. Ekowisata merupakan konsep yang telah banyak dikembangkan selama 20 tahun terakhir di berbagai negara, dimana memberikan contoh bahwa hidupan liar yang dibiarkan berkembang secara alami lebih berharga dan indah dibandingkan dalam bentuk mati atau jauh dari habitatnya. Kegiatan ini berupa perjalanan dan kunjungan ke wilayah yang masih alami untuk kesenangan, pendidikan dan menghargai keindahan alam (Semiadi 2007).

28 13 Satwa yang hidup liar di alam bebas merupakan pemandangan alam yang indah dan khas serta mempunyai nilai seni yang sangat tinggi (Alikodra 2002). Taman Nasional Nairobi (Afrika), dapat menyuguhkan kehidupan liar diantaranya singa yang sedang memangsa antelope dan sebagainya, Taman Nasional Baluran dengan ratusan ekor rusa dan banteng yang melintas savana. Obyek-obyek rekreasi alam ini dapat dikembangkan secara profesional sehingga dapat menarik minat wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Jika keadaan ini dapat berkembang dengan pesat, berarti kita dapat memanfaatkan potensi keindahan alam secara optimal untuk kepentingan pengembangan sektor pariwisata (Alikodra 2002). Obyek dan daya tarik wisata (UU No. 9 Tahun 1990) terdiri atas: a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna. b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreaksi, dan tempat hiburan. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam (UU No.9 Tahun 1990) merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya untuk dijadikan sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata yang berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketenteraman masyarakat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pemanfaatan jenis menurut PP No. 8 Tahun 1990 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar adalah penggunaan sumber daya alam baik tumbuhan maupun satwa liar dan atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan; penangkaran; perburuan;

29 14 perdagangan; peragaan; pertukaran; budidaya tanaman obat-obatan; dan pemeliharaan untuk kesenangan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar bertujuan agar jenis tumbuhan dan satwa liar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan mengendalikan pendayagunaan jenis tumbuhan dan satwa liar atau bagianbagiannya serta hasil dari padanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan keseimbangan ekosistem (PP No.8 Tahun 1990). Peragaan jenis tumbuhan dan satwa liar berdasarkan PP No.8 Tahun 1990 dapat berupa koleksi hidup atau koleksi mati termasuk bagian-bagiannya serta hasil dari padanya. 1. Peragaan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilakukan oleh lembaga konservasi dan lembaga-lembaga pendidikan formal. 2. Peragaan yang dilakukan oleh orang atau Badan di luar lembaga sebagaimana dimaksud di atas harus dengan izin menteri. Perolehan dan penggunaan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi untuk keperluan peragaan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri (PP No.8 Tahun 1990). 1. Lembaga, badan atau orang yang melakukan peragaan tumbuhan dan satwa liar bertanggung jawab atas kesehatan dan keamanan tumbuhan dan satwa liar yang diperagakan. 2. Menteri mengatur standar teknis kesehatan dan keamanan tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan peragaan. 2.5 Analisis SWOT Proses pengambilan keputusan strategis, suatu perusahaan atau organisasi sepatutnya menjalani berbagai evaluasi dan analisis. Rangkaian proses panjang ini dimaksudkan untuk memberikan pilihan alternatif terbaik dalam perkembangan selanjutnya (Rangkuti 2008), begitu juga dengan daerah wisata seperti Taman Wisata Alam Punti Kayu. SWOT menurut Rangkuti (2008) merupakan singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan

30 15 Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats) (Rangkuti 2008). Alat yang biasa dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan ialah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti 2008).

31 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus Alat dan Obyek Penelitian Alat yang digunakan adalah peta kawasan, kamera, buku panduan lapang, tallysheet, panduan wawancara, kuisioner, dan alat tulis menulis. Obyek penelitian yaitu satwa, pengunjung, dan pengelola TWA Punti Kayu. 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah secara langsung dari sumbernya oleh pengguna data. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pengguna data, dan data itu telah diolah dan dipublikasikan pihak lain (Kusmayadi 2004) Data Primer Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi tiga bagian, yaitu: 1. Satwa, meliputi data satwa yang dikelola di Taman Satwa Punti Kayu dan potensi satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu yaitu satwa yang hidup bebas di alam (Tabel 2-Tabel 3). 2. Pengunjung, meliputi data mengenai motivasi, persepsi, perilaku, dan harapan serta saran pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu (Tabel 4). 3. Pengelola, meliputi data mengenai persepsi pengelola terhadap aspekaspek pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola Taman Satwa Punti Kayu dan perilaku pengelola terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu (Tabel 5).

32 17 Tabel 2 Satwa yang diamati di Taman Satwa Punti Kayu (kandang) No Jenis Data Metode Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan 1. Jenis satwa Pengamatan lapang Semua jenis yang terdapat di taman satwa (nama lokal, nama latin, kelas, dan famili) 2. Pengelolaan pakan Wawancara dan pengamatan lapang a. Frekuensi pemberian makanan b. Waktu pemberian makanan c. Jenis makanan yang diberikan kepada satwa (buah/sayur/daging) d. Kondisi makanan e. Frekuensi pemberian air minum f. Waktu pemberian air minum 3. Pengelolaan kandang 4. Pengelolaan kesehatan Wawancara dan pengamatan lapang Wawancara dan pengamatan lapang g. Kondisi air minum a. Ketersediaan tempat berlindung/beristirahat b. Bentuk tempat berlindung/beristirahat c. Bentuk kandang d. Luas kandang e. Jenis lantai kandang f. Jumlah satwa /kandang g. Fasilitas pendukung (sarang/tempat berkubang) h. Kondisi lingkungan kandang dan sekitarnya a. Frekuensi pemeriksaan kesehatan b. Tindakan prefentif (sanitasi/vaksinasi) c. Jenis obat Pengisian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa dilakukan dengan sistem pengisian tabel evaluasi kesejahteraan satwa yang diterbitkan oleh PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia) diacu dalam Islahuddin (2009) yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pendekatan penilaian berdasarkan ketersediaan fasilitas dan sistem manajemen pengelolaan satwa (Lampiran 1). Tabel 3 Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam) No Jenis Data Metode Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan 1. Jenis satwa Studi pustaka dan pengamatan lapang Semua jenis yang terdapat di TWA Punti Kayu (nama lokal, nama latin, kelas, dan famili) 2. Potensi satwa Studi pustaka dan pengamatan lapang Mencatat titik-titik penyebaran satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu Tabel 4 Pengunjung yang diamati dalam penelitian No Jenis Data Metode Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan 1. Karakteristik pengunjung Kuisioner dan wawancara a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin d. Daerah asal e. Pendidikan terakhir 2. Motivasi pengunjung Kuisioner dan wawancara f. Pekerjaan a. Tujuan datang ke TWA Punti Kayu b. Intensitas mengunjungi TWA Punti Kayu

33 18 No Jenis Data 3. Persepsi pengunjung 4. Perilaku pengunjung 5. Harapan dan saran pengunjung Metode Pengumpulan Data Kuisioner dan wawancara Kuisioner, wawancara, dan pengamatan lapang Kuisioner dan wawancara Informasi yang Dikumpulkan c. Alasan berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu d. Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu e. Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu a. Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu b. Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu c. Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu d. Kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu e. Kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu Perlakuan pengunjung terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu Harapan dan saran pengunjung terhadap pengelolaan TWA Punti Kayu Tabel 5 Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati No Jenis Data Metode Pengumpulan Data Informasi yang Dikumpulkan 1. Persepsi pengelola Wawancara Persepsi pengelola terhadap aspek-aspek pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola TWA Punti Kayu 2. Perilaku pengelola Wawancara dan pengamatan lapang Perlakuan pengelola terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data mengenai satwa yang terdapat di alam hasil inventarisasi BKSDA Sumatera Selatan, sarana prasarana wisata, kebijakan-kebijakan pengelola, sejarah pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, dan data pengunjung TWA Punti Kayu serta data dan informasi lain yang menunjang penelitian. 3.4 Metode Pengumpulan Data 1) Studi Pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu dari berbagai sumber seperti dokumen pengelola, buku, laporan, dan lain-lain. Data yang diperoleh dari studi pustaka diverifikasi di

34 19 lapangan. Selain data satwa, juga dikumpulkan data pengunjung tahun-tahun sebelumnya dari dokumen pengelola TWA Punti Kayu. 2) Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui wawancara dan penyebaran kuisioner terhadap pengunjung. Wawancara yang dilakukan meliputi: a. Wawancara dengan pengelola dilakukan pada BKSDA Sumatera Selatan, manajer pelaksana, dan animal keeper mengenai persepsi pengelola terhadap aspek-aspek pengelolaan kesejahteraan satwa termasuk sumberdaya manusia, pengetahuan, dan kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu. b. Wawancara dengan pengunjung. Wawancara dengan pengunjung dilakukan dengan cara wawancara terstruktur (Lampiran 3) dan penyebaran kuisioner di taman satwa (Lampiran 4). Jenis kuisioner kombinasi yaitu tertutup dengan skala Likert tetapi juga bertanya alasan dari jawaban pengunjung tersebut. Pengambilan data dan informasi pengunjung dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemampuan biaya dan waktu peneliti (Kusmayadi 2004). Dalam pengambilan sampel responden, pengunjung dikelompokkan berdasarkan strata umur, yaitu: anak-anak (9-14 tahun), remaja (15-24 tahun), dewasa (25-50 tahun) dan tua (> 50 tahun). Jumlah responden pengunjung yang diambil adalah berdasarkan jumlah yang dikehendaki atas kemampuan peneliti, yaitu 100 orang responden (Nasution 2007). Proporsi untuk setiap kelompok umur secara rinci disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori responden, strata umur, persentase sampel dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian Kategori Persentase Jumlah Sampel No Responden Strata Umur Sampel (%) Pengunjung (orang) 1. Anak-anak 9-14 tahun Remaja tahun Dewasa tahun Tua > 50 tahun Jumlah Total 100 % 100 orang

35 20 3) Pengamatan Lapang Pengamatan lapang dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap obyek kajian di lapang atau di lokasi penelitian. Pengamatan yang dilakukan adalah: a. Pengamatan terhadap pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara langsung pengelolaan satwa yang terdapat di kandang Taman Satwa di Punti Kayu mulai dari pemberian pakan, pembersihan kandang, pemberian obat, dan kegiatan lain yang bersinggungan langsung dengan kesejahteraan satwa tersebut. Kegiatan tersebut dicatat dan didokumentasikan. b. Pengamatan satwa di alam Pengamatan satwa di alam TWA Punti Kayu yaitu pengamatan satwa baik itu mamalia, burung, dan herpetofauna yang tersebar di TWA Punti Kayu. Pengamatan dilaksanakan pagi dan sore hari. Pagi dimulai pukul (gerbang TWA dibuka) dan sore sekitar pukul masing-masing selama kurang lebih satu jam. Pengamatan dilaksanakan setiap hari selama penelitian. Jalur pengamatan mengikuti jalur yang sudah ada untuk pengunjung sampai ke daerah belakang danau. Pengamatan dilakukan dengan berjalan pada kecepatan yang konstan. Selain itu pengamatan dilakukan terkonsentrasi pada suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi. Misalnya tempat tersedianya pakan, air untuk minum dan sebagainya. Pengamatan dapat dilakukan pada tempat yang tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa. Pengamatan dilaksanakan di danau pada pagi dan sore hari. c. Pengamatan aktivitas pengunjung Pengamatan aktivitas yang dilakukan pengunjung selama berada di TWA Punti Kayu dan pengaruhnya terhadap perilaku satwa.

36 Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis Pengelolaan Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Metode yang digunakan dalam menganalisis pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti yaitu dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang ditetapkan. Pada penelitian ini terdapat lima parameter untuk kesejahteraan satwa (prinsip kesejahteraan satwa) yang di dalamnya terdapat berbagai kriteria penilaian kesejahteraan satwa (Lampiran 1). Nilai untuk setiap variabel yaitu Baik= 3, Cukup= 2, dan Buruk= 1. Tabel yang berisi dengan berbagai kriteria penilaian dievaluasi dengan rumus: Pencapaian implementasi kesejahteraan satwa Jumlah rataan Prinsip kesejahteraan satwa 5 Hasil perhitungan dengan rumus ini akan didapatkan nilai untuk kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu No Klasifikasi penilaian Skor 1. Baik 2,5-3,0 2. Cukup 1,5-2,5 3. Buruk 1,0-1, Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Penilaian persepsi pengunjung dilihat dari penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu, pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu, harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu, kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu, dan kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu. Penilaian persepsi pengunjung dilakukan dengan cara menjumlahkan total skoring dari persepsi pengunjung. Skoring adalah pemberian skor untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Pada penelitian ini, digunakan skala Likert yang sudah dimodifikasi menjadi tiga skala untuk menentukan skor (Tabel 8). Skala ini hanya menggunakan item yang pasti baik dan pasti buruk (Nazir

37 ). Jadi setiap pertanyaan tersebut diberikan 3 jawaban pilihan yang sesuai dengan inti masalah dalam pertanyaan tersebut. Masing-masing jawaban diberi nilai skor 1 sampai 3. Tabel 8 Penetapan skor dalam analisis persepsi pengunjung No Persepsi Skala Skor Definisi Skala 1. Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu Lengkap 3 Apabila di TWA Punti Kayu ini terdapat semua sarana prasarana wisata minimal yang harus ada pada suatu tempat wisata yaitu (1) tempat parkir, (2) pusat informasi, (3) tempat sampah, (4) toilet, (5) kantin, (6) shelter, dan (7) mushala Kurang lengkap 2 Terdapat 4-6 sarana prasarana 2. Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu 3. Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu 4. Kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu 5. Kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu Tidak lengkap Memuaskan Kurang memuaskan Tidak memuaskan Murah Sedang Mahal Sudah Belum Tidak Sejahtera Kurang sejahtera Tidak sejahtera Terdapat < 4 sarana prasarana Pelayanan pengelola TWA Punti Kayu berupa (1) kecepatan pelayanan, (2) keakuratan data yang diinformasikan, (3) kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan yang dibutuhkan pengunjung Terdapat 2 pelayanan Terdapat 1 pelayanan < Rp ,- Rp ,- - Rp ,- > Rp ,- Semua harapan pengunjung terpenuhi Sebagian harapan pengunjung terpenuhi Harapan pengunjung tidak terpenuhi Penampakan satwa secara umum sehat dan bebas dari tanda-tanda yang nyata dari adanya luka atau penyakit (tidak adanya telinga, hidung sobek atau jari/lengan/ekor yang hilang), satwa cenderung menjauhi pengunjung, kandang untuk tempat tinggal cukup luas untuk memungkinkan gerakan normal (seperti terbang, lari atau berenang cepat) Terdapat 2 kriteria Terdapat 1 kriteria Nilai akhir menunjukkan klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu. Klasifikasi akhir penilaian dikategorikan menjadi baik, cukup dan buruk pada selang angka tertentu (Tabel 9).

38 23 Tabel 9 Klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu No Klasifikasi penilaian Skor 1. Baik 13, Cukup 8,33-13,66 3. Buruk 5-8, Analisis SWOT Metode yang digunakan untuk membuat perumusan pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu adalah analisis SWOT. Data penelitian dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman keberadaan TWA Punti Kayu untuk pengembangan wisata di kawasan ini (Tabel 10). Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan alinea yang disajikan secara deskriptif (Rangkuti 2008). Tabel 10 Matrik SWOT (Rangkuti 2008) IFAS STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) Tentukan faktor-faktor Tentukan faktor-faktor EFAS kekuatan internal kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Tentukan faktor-faktor peluang Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang eksternal menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan memanfaatkan peluang untuk memanfaatkan peluang TREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Tentukan faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang ancaman eksternal menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

39 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 57/Kpts-II/1985 tanggal 7 Maret Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) diberikan kepada PT. Indosuma Putra Citra dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 735/Kpts-II/1999 tanggal 22 September 1999 yang pengelolaanya di bawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Selatan. Kemudian kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Punti Kayu berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 9273/Kpts- II/2002 tanggal 7 Oktober Luas kawasan TWA Punti Kayu yang dikelola oleh PT. Indosuma Putra Citra yaitu 39,9 ha (Sawitry 2004). Pengusahaan pariwisata alam TWA Punti Kayu bertujuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari agar dapat memberikan keuntungan secara ekologi dan ekonomi. Sehingga dapat mendukung program pemerintah di bidang kepariwisataan yaitu meningkatkan pendapatan negara di sektor non migas, membuka kesempatan berusaha dan kesempatan bekerja bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat di sekitar TWA Punti Kayu (PT Indosuma Putra Citra 2009). 4.2 Kondisi Fisik Letak dan Luas TWA Punti Kayu secara geografis terletak antara BT dan LS. Lokasi TWA Punti Kayu berbatasan dengan areal dan kawasan sebagai berikut (Sawitry 2004): a. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Raya Kol. H. Burlian dan tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan. b. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk.

40 25 c. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, dan tanah negara Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan. d. Sebelah barat berbatasan dengan daerah rawa- rawa Talang Buruk. Kawasan ini secara administrasi terletak di dalam wilayah Kecamatan Sukarame, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan seluas 50 ha Topografi Kawasan TWA Punti Kayu bertopografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian antara 3-20 m dpl. Kawasan TWA ini sebagian besar berupa daratan seluas 38,8 ha dan sisanya 11,2 ha berupa rawa tergenang sepanjang tahun (Sawitry 2004) Iklim dan Hidrologi Iklim kawasan TWA Punti Kayu menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1952) termasuk ke dalam tipe iklim A dengan dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April-September dan musim penghujan antara bulan Oktober-Maret. Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara mm/tahun. Suhu tertinggi mencapai 34 C dan suhu terendah 28 C, dengan kelembaban udara relatif rata-rata sekitar 68%. Sumber air yang terdapat di TWA Punti Kayu berupa sungai dan sumur. Dua buah sungai dimaksud yaitu Sungai Seluang dan Sungai Kemang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih diperoleh dari sumur yang kedalaman air tanahnya antara 2-3 m (Sawitry 2004) Tanah dan Geologi Jenis tanah di TWA Punti Kayu berdasarkan Peta Tanah Eksploitasi Sumatera Selatan (Lembaga Penelitian Tanah dan Pemupukan) adalah Podsolik Merah Kuning dengan susunan geologi terdiri dari formasi Neogen (Pliosin dan Nisen) berdasarkan Peta Ikhtisar Geologi Sumatera Selatan.

41 Aksesibilitas TWA Punti Kayu merupakan tempat wisata yang mempunyai aksesibilitas yang tinggi karena lokasinya yang terletak di pinggir jalan raya tepatnya di Jl. Raya Kol. H. Burlian. Kawasan ini menghubungkan Kota Palembang ke arah Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sejauh 7 km selama ±15 menit. Fasilitas transportasi angkutan darat yang memadai melalui jalan beraspal dengan kondisi baik (Sihotang 1999). 4.3 Kondisi Biologi Keanekaragaman Flora Vegetasi kawasan TWA Punti Kayu 32 ha merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh jenis pinus (Pinus merkusii), mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Melaleuca leucadendron), akasia (Acacia auriculiformis), dan Acacia mangium (Sawitry 2004) Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman jenis dan populasi satwa yang ada di taman wisata alam ini sangat sedikit, hal ini berkaitan erat dengan keanekaragaman jenis pohon yang sangat terbatas, luas, serta kondisi lingkungan di sekitar TWA Punti Kayu (Sawitry 2004). Jenis fauna yang terdapat di lokasi ini antara lain monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), siamang (Hylobates syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), ular piton (Python spp.), burung raja udang (Halcyon chloris), murai (Copsychus malabaricus), kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan bubut (Centripus sinensis) (Sawitry 2004). 4.4 Potensi Wisata TWA Punti Kayu sebagian besar ditumbuhi pohon pinus yang merupakan hutan tanaman. TWA ini mempunyai beberapa tempat yang dijadikan obyek wisata yaitu Hutan Pinus, Taman Satwa, Taman Rekreasi, Danau, Arena Outbound, Museum Fauna, Kolam Renang, dan Panggung Hiburan. Masingmasing obyek mempunyai karakteristik masing-masing sehingga menarik untuk dikunjungi (Tabel 11).

42 27 Tabel 11 Obyek daya tarik wisata di TWA Punti Kayu No Obyek wisata Deskripsi 1. Hutan tanaman berupa hutan pinus Kawasan hutan tanaman yang memberikan hawa yang sejuk dan segar serta pemandangan alam yang indah. Selain itu, lokasi hutan pinus sering digunakan untuk foto pra wedding 2. Museum Fauna Museum fauna berisi satwa-satwa yang diawetkan 3. Taman Satwa Taman satwa berisi satwa-satwa baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Satwa yang terdapat di taman satwa merupakan satwa titipan dari hasil sitaan BKSDA. Satwa tersebut dimanfaatkan untuk wisata pendidikan kepada masyarakat mengenai satwa 4. Danau Pengunjung bisa menikmati pemandangan alam yang indah serta dapat berekreasi perahu yang telah disediakan pengelola. Lokasi ini juga merupakan tempat yang sering digunakan untuk foto pra wedding 5. Taman Rekreasi Kegiatan yang dapat dilakukan di taman rekreasi ialah bermain komedi putar, kincir, jet putar, dan permainan lainnya. Di lokasi ini pengunjung juga dapat menunggang gajah dan kuda ditemani oleh pawangnya masing-masing 6. Arena Outbound Outbound yang disediakan yaitu flying fox yang dapat dinikmati oleh pengunjung dengan harga terjangkau 7. Kolam Renang Kolam renang yang dapat dikunjungi pengunjung yang mau berenang 8. Panggung Hiburan Panggung hiburan diperuntukkan untuk menghibur pengunjung yang datang ke TWA Punti Kayu. Panggung hiburan ini hanya dibuka pada saat ramai pengunjung yaitu pada hari libur nasional 4.5 Organisasi Pengelola Struktur organisasi dimaksudkan untuk memberikan fungsi dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan baik secara struktural maupun fungsional Adapun rencana struktural organisasi untuk pengusahaan pariwisata alam di TWA Punti Kayu (Sihotang 1999). Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab adalah sebagai berikut: 1. Direktur Bertugas merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tujuan perusahaan. 2. Manajer Pelayanan Umum Bertugas menangani dan mengkoordinasikan hal-hal yang berhubungan dengan wisatawan, menangani pelayanan serta melakukan perencanaan pemasaran yang berkaitan dengan anggaran dan peningkatan pendapatan serta peningkatan wisatawan.

43 28 3. Manajer Peralatan/ Perlengkapan Bertugas menangani, mengontrol, dan mengkoordinasikan kebersihan seluruh fasilitas pengelolaan, fasilitas rekreasi, fasilitas penunjang lainnya beserta lingkungannya, mengkoordinasikan dan mengontrol semua urusan yang berhubungan dengan masalah teknis seperti penyediaan air bersih serta mengkoordinasikan masalah personalia. 4. Manajer Keuangan Bertugas melakukan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian yang berkaitan dengan anggaran, sistem, dan prosedur akuntansi serta membuat laporan keuangan secara periodik. 5. Manajer Personalia Bertugas menangani dan mengontrol seluruh kegiatan petugas lapangan dari seluruh kegiatan pengusahaan. 6. Manajer Keamanan dan Lingkungan Bertugas melakukan perencanaan, koordinasi dan pengendalian yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan keamanan. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh TWA Punti Kayu adalah 9 orang di bawah PT. Indosuma Putra Citra. Tenaga kerja tersebut belum termasuk pekerja harian lepas serta tenaga kerja tambahan pada hari minggu dan libur nasional yang biasanya mengalami lonjakan pengunjung. Tenaga kerja harian lepas dan tambahan merupakan penduduk sekitar kawasan yang diberdayakan. Petugas bagian taman satwa (animal keeper) tidak memiliki dasar pendidikan pengelolaan satwa.

44 29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu dan satwa yang liar di alam TWA Punti Kayu. Taman Satwa Punti Kayu merupakan salah satu tempat pemeliharaan sementara satwa-satwa hasil sitaan maupun pemberian secara sukarela oleh masyarakat. Satwa-satwa yang terdapat di taman satwa ini akhirnya dimanfaatkan oleh pengelola untuk meningkatkan daya tarik TWA Punti Kayu. Satwa diletakkan dalam kandang-kandang seperti terlihat pada Gambar 2. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2 Taman Satwa Punti Kayu: (a) gerbang masuk taman satwa (b) kandang (c) orang utan (d) elang bondol (e) buaya muara.

45 Keanekaragaman Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Hasil observasi lapang yang dilakukan di Taman Satwa Punti Kayu diperoleh jumlah jenis satwa sebanyak 29 jenis yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu mamalia (12 jenis), burung (13 jenis), dan reptil (4 jenis) (Tabel 12). Tabel 12 Daftar jenis satwa di Taman Satwa Punti Kayu No Nama Lokal Nama Latin Kelas Famili 1. Beruang madu Helarctos malayanus Mamalia Ursidae 2. Beruk Macaca nemestrina Cercopithecidae 3. Kelinci Nesolagus netscheri Leporidae 4. Kucing hutan Prionailurus bengalensis Felidae 5. Landak Hystrix brachyuran Hystricidae 6. Lutung simpei Presbytis melalophus Cercopithecidae 7. Macan tutul Panthera pardus Felidae 8. Monyet Macaca fascicularis Cercopithecidae 9. Orang utan Pongo pygmaeus Pongidae 10. Malu-malu Nyticebus coucang Lorisidae 11. Marmut Cavia porcellus Caviidae 12. Siamang Hylobates syndactylus Hylobatidae 13. Elang brontok Spizaetus cirrhatus Burung Accipitridae 14. Angsa Cygnus olor Anatidae 15. Ayam kalkun Meleagris gallopavo Maleagrididae 16. Bangau tong-tong Leptoptilos javanicus Ciconiidae 17. Bebek Anas spp. Anatidae 18. Burung kasuari Casuarius casuarius Casuariidae 19. Kuntul perak Egretta intermedia Ardeidae 20. Bangau sandang lawe Ciconia episcopus Ciconiidae 21. Elang bondol Haliastur Indus Accipitridae 22. Elang ikan kepala Ichthyophaga ichthyaetus Accipitridae kelabu 23. Puyuh gonggong Arborophila javanica Phasianidae 24. Tekukur Streptopelia chinensis Columbidae 25. Merpati Columba sp. Columbidae 26. Biawak Varanus sp. Reptil Varanidae 27. Buaya muara Crocodylus porosus Crocodylidae 28. Kura-kura Cuora amboinensis Geomydidae 29. Ular sawah Python reticulates Boidae Data jumlah satwa yang ditemukan dalam penelitian (Tabel 12) berbeda dengan data jumlah satwa yang dilaporkan pengelola taman satwa (PT. Indosuma Putra Citra) kepada BKSDA Sumatera Selatan (Tabel 13). Jumlah satwa yang dilaporkan hanya 16 jenis terdiri dari 7 jenis mamalia, 7 jenis burung, dan 2 jenis reptil. Pihak pengelola hanya melaporkan satwa-satwa hasil titipan dari BKSDA Sumatera Selatan. Satwa tersebut adalah satwa milik negara dan tidak boleh dipindahtangankan dalam bentuk apapun tanpa seizin dari pihak BKSDA Sumatera Selatan. Pihak PT. Indosuma Putra Citra berkewajiban untuk merawat, memberi makan, mengobati serta memberi kesejahteraan kepada satwa titipan

46 31 tersebut sesuai prinsip-prinsip kesejahteraan satwa. Satwa yang dititipkan menunggu kesiapan Pusat Penyelamatan Satwa (Lembaga Rehabilitasi Satwa lain) untuk menerima dan merehabilitasi satwa tersebut guna dilepasliarkan kembali ke habitatnya dan selama dititipkan dikontrol secara rutin oleh BKSDA Sumatera Selatan. Tabel 13 Satwa di Taman Satwa Punti Kayu laporan bulan Agustus 2009 No Nama Satwa Nama Latin Jumlah Keterangan 1. Beruang madu Helarctos malayanus 3 ekor Sehat 2. Biawak hijau Varanus prasinus 1 ekor Sehat 3. Buaya muara Crocodylus porosus 4 ekor Sehat 4. Burung alap-alap 1 ekor Sehat 5. Burung bangau tong-tong Leptoptylus javanicus 1 ekor Sehat 6. Burung elang bondol Circus aeruginosus 4 ekor Sehat 7. Burung elang brontok Spizaetus cirrhatus 1 ekor Sehat 8. Burung kasuari Casuarius casuarius 1 ekor Sehat 9. Burung kuntul perak Egretta intermedia 1 ekor Sehat 10. Burung sandang lawe Ciconia episcopus 1 ekor Sehat 11. Kucing hutan Felix bengalensis 1 ekor Sehat 12. Landak Hystrix brachyuran 1 ekor Sehat 13. Malu-malu Nycticebus coucang 2 ekor Sehat 14. Macan tutul Panthera pardus 1 ekor Sehat 15. Orang utan Pongo pygmaeus 1 ekor Sehat 16. Siamang Symphalangus syndactylus 4 ekor Sehat Sumber : Hasil laporan bulanan TWA Punti Kayu (Bulan Agustus 2009). Satwa yang bukan titipan dari BKSDA merupakan satwa hasil sumbangan dari masyarakat dan pembelian dari pasar untuk menambah koleksi jenis satwa. Satwa tersebut ialah beruk, kelinci, lutung simpei, monyet, marmut, angsa, ayam kalkun, bebek, puyuh gonggong, tekukur, merpati, kura-kura, dan ular sawah. Penyediaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu di luar jenis-jenis satwa titipan BKSDA dilakukan dengan tujuan menambah koleksi obyek wisata. Pilihan jenisjenis satwa tersebut didasarkan pada permintaan pengunjung. Salah satunya yaitu untuk mendukung pemberian pendidikan khususnya kepada anak-anak mengenai satwa yang berada di lingkungan sekitar mereka seperti kelinci, marmut, angsa, bebek, dan kura-kura. Jumlah individu paling banyak yaitu burung merpati sebanyak 20 ekor, disusul monyet dan bebek masing-masing 6 ekor (Tabel 14). Jenis ini lebih banyak jumlah individunya karena mengalami reproduksi selama di Taman Satwa Punti Kayu. Sedangkan untuk beberapa satwa lainnya, hanya berjumlah 1 ekor seperti orang utan dan macan tutul. Jumlahnya yang hanya 1 ekor/jenis membuat

47 32 satwa tidak bisa bereproduksi. Dua jenis ini termasuk satwa yang dilindungi yang merupakan hasil titipan dari BKSDA Sumatera Selatan. Tabel 14 Perubahan jumlah satwa di Taman Satwa Punti Kayu selama penelitian No Nama Lokal Jumlah Awal Jumlah Akhir 1. Beruang madu Beruk Kelinci Kucing hutan Landak Lutung simpei Macan tutul Monyet Orang utan Malu-malu Marmut Siamang Elang brontok Angsa Ayam kalkun Bangau tong-tong Bebek Burung kasuari Kuntul perak Bangau sandang lawe Elang bondol Elang ikan kepala kelabu Puyuh gonggong Tekukur Merpati Biawak Buaya muara Kura-kura Ular sawah 1 2 Sumber : Hasil observasi lapang Taman Satwa Punti Kayu mengalami perubahan jumlah satwa selama penelitian berlangsung baik itu penambahan maupun pengurangan satwa. Satwa tambahan didapatkan dari sumbangan walikota ataupun masyarakat, selain itu ada beberapa jenis satwa yang dibeli dari pasar. Penambahan satwa yaitu marmut 4 ekor dan 2 ekor kelinci hasil dari pembelian di pasar, 1 ekor siamang sumbangan dari walikota, dan 1 ekor ular sawah sumbangan dari masyarakat. Satwa berkurang disebabkan oleh satwa melarikan diri dari kandang atau mengalami kematian. Satwa yang melarikan diri yaitu 2 ekor monyet. Satwa yang mengalami kematian yaitu 1 ekor kelinci, 1 ekor beruk, dan 1 ekor ayam kalkun yang mati setelah 2 hari sakit, hal ini terlihat dari warna kepalanya yang pucat. Sebelum mati ayam kalkun ini sempat diberi obat Tetra-Chlor yang dicampur di makanannya.

48 Keanekaragaman Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu terdiri dari 13 jenis. Jenis satwa yang ditemukan secara langsung yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), burung gereja (Passer montanus), bajing (Callosciurus notatus), dan biawak (Varanus sp.) (Tabel 15). Contoh gambar satwa yang ditemukan secara langsung dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 15 Daftar jenis satwaliar di TWA Punti Kayu No Nama Lokal Nama Latin Kelas Famili 1. Bajing Callosciurus notatus Mamalia Sciuridae 2. Monyet Macaca fascicularis Mamalia Cercopithecidae 3. Burung gereja Passer montanus Burung Passeridae 4. Biawak Varanus sp. Reptil Varanidae 5. Cici Cisticola sp. Burung Silviidae 6. Kutilang Pycnonotus aurigaster Burung Pycnonotidae 7. Sesap madu Lichmera limbata Burung Meliphagidae 8. Perkutut Geopelia striata Burung Columbidae 9. Perenjak Prinia sp. Burung Silviidae 10. Raja udang Alcedo sp. Burung Alcedinidae 11. Pipit Lonchura leucogastroides Burung Ploceidae 12. Kadal Eutropis multifasciata Reptil Scincidae 13. Tokek Gecko gecko Reptil Gekkonidae Sumber : Hasil observasi lapang dan laporan inventarisasasi BKSDA Sumsel (2008) (a) (b) Gambar 3 Satwa yang ditemukan langsung: (a) monyet (b) biawak. Satwa yang dapat dijumpai langsung yaitu monyet (Macaca fascicularis) dan bajing (Callosciurus notatus). Hasil dari wawancara terhadap pengelola, diketahui bahwa setidaknya jumlah monyet yang terdapat di TWA Punti Kayu berjumlah ratusan ekor. Tempat paling banyak ditemukan monyet yaitu daerah danau dan sekitarnya. Monyet memanjat di pohon-pohon sekitar danau khususnya di

49 34 jembatan gantung. Sawitry (2004) mengatakan hal ini disebabkan oleh pengunjung yang mulai berdatangan, sehingga monyet akan naik ke pohon-pohon atau ke sekitar danau untuk menghindari pengunjung. Namun, monyet tersebut mudah dilihat sebagai salah satu obyek wisata alam. Monyet mampu mengadaptasi diri terhadap hadirnya manusia, seperti sekelompok besar yang hidup di pelataran-pelataran candi di Lopburi dimana mereka diberi makan oleh penduduk setempat, rahib, dan turis-turis (Lekagul dan Mc Nelly 1977 diacu dalam Santosa 1993). Begitu juga dengan monyet yang terdapat di TWA ini, monyet ini akan mendekati pengunjung yang membawa makanan atau menunggu sampai pengunjung pergi dan memakan sisa makanan dari pengunjung. 5.2 Pengelolaan Satwa Pengelolaan Satwa di Habitat Alami Taman Wisata Alam Punti Kayu Pengelolaan satwaliar adalah kegiatan manusia dalam mengatur populasi dan habitatnya, serta interaksi antara keduanya untuk mencapai keadaan yang sesuai dengan tujuan pengelolaan (Alikodra 2002). Tujuan pengelolaan satwa liar di taman wisata alam menurut Alikodra (2002) bertujuan untuk memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pengunjung agar mereka dapat menikmati pemandangan dari kehidupan satwaliar di alam bebas. Pihak BKSDA mengetahui fungsi mereka untuk menjaga kelestarian kawasan beserta flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Pengelolaan satwa lebih difokuskan pada pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, sedangkan satwaliar di alam TWA Punti Kayu belum ada pengelolaan khusus yang dilaksanakan. Satwa dibiarkan bebas mencari makan di alam tanpa ada campur tangan sama sekali dari pihak pengelola. Pengelola dalam hal ini BKSDA Sumsel hanya memantau dan melaksanakan inventarisasi flora dan fauna. Inventarisasi adalah suatu kegiatan awal dalam pengelolaan satwaliar (Alikodra 2002). Jadi, TWA ini baru melaksanakan tahap awal dari pengelolaan satwaliar di TWA Punti Kayu.

50 Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Salah satu pemanfaatan potensi sumber daya alam oleh pengelola yaitu memanfaatkan satwa titipan BKSDA dan sumbangan masyarakat serta lingkungan yang masih alami dengan membuat Taman Satwa Punti Kayu. Pengelola TWA cukup tahu mengenai kesejahteraan satwa secara umum. Pengelola mengetahui apabila satwa harus diberi makan secara teratur, diperiksa kesehatan secara teratur, terlindung dari panas dan hujan, serta tidak ditekan agar tidak mengalami stres. Pengelola juga mengetahui satwa yang diilindungi sehingga memberikan perhatian lebih terhadap satwa tersebut Aspek Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Pengelola dari pihak BKSDA bertugas memantau dan melakukan inventarisasi terhadap flora fauna yang terdapat di kawasan, sedangkan pengelola dari pihak PT. Indosuma Putra Citra berinteraksi langsung dengan satwa dalam hal pemberian pakan, pembersihan, dan penyemprotan kandang juga bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palembang dalam hal pengobatan. a. Pengelolaan Pakan Frekuensi pemberian makanan oleh pengelola yaitu 2 kali sehari untuk mamalia, kecuali kucing hutan (1 kali sehari). Untuk jenis burung 1 kali sehari, dan 3-5 hari sekali untuk jenis reptil kecuali biawak (1 kali sehari). Waktu pemberian makan yaitu pagi (sekitar jam 9) dan sore (sekitar jam 3). Jenis makanan yang diberikan yaitu pisang, wortel, kacang panjang, kecambah, tomat, ikan, daging ayam, nasi, madu, dan tambahan lainnya yang berasal dari sumbangan pengunjung (Tabel 16). Jumlah pakan setiap harinya adalah 4 kg pisang (2 tandan pisang), 1 kg wortel, 500 gr kancang panjang (1 ikat kacang panjang), 3 kg ikan, 600 gr ayam (3 potong paha ayam). Kondisi makanan untuk sayur dan buah dalam keadaan segar, sedangkan untuk daging ayam dan ikan dalam keadaan beku, sebelum diberikan kepada satwa daging beku direndam dalam air terlebih dahulu. Makanan ini dibeli setiap 3 hari sekali kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Pengelola juga membeli pakan lebih banyak untuk waktu-waktu tertentu untuk mengantisipasi tidak adanya pakan tersebut di pasar.

51 36 Tabel 16 Frekuensi dan jenis pakan satwa di Taman Satwa Punti Kayu No Jenis Satwa Frekuensi Pemberian Jenis Pakan Pakan 1. Mamalia - Primata 2 kali /hari Kecuali kucing hutan (1 kali /hari) wortel, pisang, kacang panjang - Karnivora daging ayam 2. Burung 1 kali /hari - Burung air dan elang - Burung kasuari ikan pisang - Burung tekukur, jagung merpati, puyuh gonggong - Ayam kalkun, angsa, nasi dicampur dedek bebek 3. Reptil 1 kali /3-5hari - Biawak - Buaya muara Kecuali biawak (1 kali /hari) ikan kepala ayam, daging ayam Sumber : Hasil observasi lapang dan wawancara Air minum diberikan dalam wadah di kandang masing-masing, tetapi untuk primata dan beruang madu diberikan langsung terhadap satwa tersebut dengan cara meminumkan kepada satwa air susu dari botol air mineral sebanyak 2 kali sehari. Sumber air berasal dari sumur yang terdapat di taman rekreasi (Gambar 4). (a) (b) Gambar 4 Ketersediaan makanan dan minuman: (a) pakan satwa untuk 1 hari (b) wadah minum. b. Pengelolaan Kandang Kandang dibuat selain untuk melindungi satwa, juga dibuat untuk memperindah taman satwa sehingga kandang dibuat menarik dengan bentuk yang beranekaragam. Kandang satwa yang beranekaragam bentuknya yaitu tabung dengan atap kerucut, kotak dengan atap segitiga, dan kandang terbuka (Gambar

52 37 5). Kandang beratap berfungsi sebagai pelindung satwa baik itu dari cuaca (panas dan hujan) maupun gangguan satwa lainnya, tetapi ada beberapa kandang satwa yang tidak mempunyai atap yaitu kandang buaya muara, bangau tong-tong, angsa, burung kasuari, dan orang utan. Kandang pada malam hari ditutup dengan menggunakan terpal dimaksudkan untuk melindungi satwa dari cuaca dingin dan gangguan satwa yang liar. (a) (b) (c) (d) Gambar 5 Bentuk-bentuk kandang Taman Satwa Punti Kayu: (a) kandang tabung dengan atap kerucut (b) kandang kotak dengan atap segitiga (c) kandang kotak (d) kandang terbuka. Luas kandang pun bervariasi. Kandang berbentuk tabung dengan atap kerucut mempunyai tiga ukuran yaitu 1000 m³, 200 m³, dan 120 m³. Kandang yang berukuran 1000 m³ merupakan kandang burung merpati, kuntul perak, bangau sandang lawe, dan ayam kalkun. Kandang yang berukuran 200 m³ untuk siamang, lutung simpei, monyet, dan beruk. Kandang berukuran 120 m³ untuk burung tekukur, burung puyuh gonggong, elang ikan kepala kelabu, elang bondol, dan elang brontok serta marmut. Kandang berbentuk kotak mempunyai luas bervariasi bergantung pada satwa di dalamnya. Kisaran luas yaitu m³. Kandang seluas 10 m³ untuk kandang beruk, sedangkan kandang beruang dan buaya seluas m³ (Gambar 6).

53 38 Bangau tong-tong & Angsa Biawak & Kura-kura Burung kasuari Buaya muara Elang bondol Orang utan Beruk Elang ikan kepala kelabu Siamang Siamang Elang brontok Elang bondol Bebek Buaya muara Buaya muara Monyet & Lutung simpei Monyet & Beruk Tekukur dan Puyuh gonggong Shelter Landak Malu-malu Ayam kalkun Macan tutul Beruang madu Siamang Siamang Burung merpati Kucing hutan Kuntul perak & Bangau sandang lawe Beruang madu Beruang madu Buaya muara Keterangan: jalan Gerbang masuk Gambar 6 Denah kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu. 38

54 39 Lantai kandang terbuat dari semen dan tanah, beberapa lantai tanah sebelumnya merupakan semen tapi dihancurkan oleh satwa tersebut seperti kandang monyet dan orang utan. Fasilitas pendukung berupa ban, ranting/ batang pohon, palang besi, dan meja kayu. Jumlah satwa kandang bervariasi dan beberapa satwa dicampur dengan jenis lain yang tidak menimbulkan perkelahian di antara mereka. Siamang terdapat 4 ekor tetapi satwa tersebut tidak digabung dalam 1 kandang karena semua siamang berjenis kelamin betina dan dikhawatirkan apabila siamang tersebut digabung akan memicu perkelahian (Tabel 17). Tabel 17 Pengelolaan kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu No Jenis Jumlah Jenis Bentuk Ukuran Satwa /Kandang Kandang Kandang Jumlah Unit Kandang 1. Mamalia 15 Rata-rata 1 jenis /kandang kecuali monyet yang dicampur dengan lutung simpei dan beruk. Jadi maksimal 2 jenis / kandang Dan untuk marmut dan kelinci yang menumpang di kandang burung sehingga ada 3 jenis /kandang 2. Burung 11 Rata-rata 1 jenis /kandang tetapi ada juga yang 2 jenis /kandang seperti bangau sandang lawe dan kuntul perak. Tekukur dan puyuh gonggong 3. Reptil 5 1 jenis /kandang kecuali biawak yang dicampur dengan kura-kura Jumlah Individu/ Kandang Rata-rata 1 individu /kandang tetapi ada juga yang sampai 5 individu /kandang yaitu monyet yang bergabung dengan beruk Bervariasi mulai dari 1 individu /kandang sampai 20 individu untuk jenis burung merpati 1-2 individu /kandang Tabung dengan atap kerucut, kotak, dan segi enam untuk orang utan Tabung dengan atap kerucut dan kotak Kotak Rata-rata ukuran kandang yaitu 200 m³ untuk yang tabung, dan m³ untuk kandang kotak dan segi enam Ukuran kandang ada yang 120 m³ dan 1000 m³ untuk tabung. Kotak berkisar antara m³ Berkisar antara m³ Pembersihan kandang dilaksanakan 1 kali /minggu pada hari sabtu atau apabila kandang terlihat kotor sebelum waktunya jadwal pembersihan oleh petugas taman satwa. Penyemprotan kandang untuk mencegah flu burung dan

55 40 penyakit lainnya dilaksanakan 1 kali /minggu pada hari jumat. Kondisi sekitar kandang ditutupi tajuk pohon pinus yang masih cukup rapat, sehingga satwa masih bisa merasakan suasana hutan walaupun berada di dalam kandang. c. Pengelolaan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan, pemberian vaksinasi, dan pengobatan dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palembang. Suntik rabies khususnya untuk primata dilaksanakan 1 kali /tahun, vaksinasi flu burung 1 kali /4 bulan, selain itu pemeriksaan juga dilaksanakan apabila ada satwa yang sakit atau ada satwa baru di taman satwa. Jenis obat yang digunakan yaitu obat khusus untuk satwa. Salah satu obat yang diberikan berupa kapsul yaitu Tetra- Chlor untuk unggas yang sakit. Pemberian obat kepada satwa diberikan secara langsung atau dicampur di makanannya (Gambar 7). (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 7 Pemeriksaan kesehatan: (a) obat untuk unggas (b) vaksin flu burung (c) penyuntikan vaksin (d) kartu vaksin rabies (e) kegiatan sanitasi kandang.

56 Analisis Kondisi Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Kondisi kesejahteraan dinilai dari 5 prinsip kesejahteraan satwa (Five Freedoms) yaitu (a) bebas dari rasa lapar dan haus, (b) bebas dari rasa tidak nyaman, (c) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (d) bebas untuk menampilkan perilaku alami, dan (e) bebas dari rasa takut dan tekanan. Dalam pengamatan secara langsung dan wawancara yang dilakukan, Taman Satwa Punti Kayu telah mencapai beberapa tahapan dalam implementasi kesejahteraan satwa yang terdapat di dalamnya (Lampiran 1). Capaian kesejahteraan satwa di taman satwa berdasarkan pengamatan dan penilaian dapat dilihat pada Gambar 8. Kriteria pencapaian Prinsip kesejahteraan satwa Bebas dari rasa lapar dan haus Bebas dari rasa tidak nyaman Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit Bebas untuk berperilaku alami Bebas dari rasa takut dan tekanan Gambar 8 Capaian implementasi kesejahteraan satwa per prinsip. Capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup karena mempunyai rataan nilai 1,60. Untuk pemenuhan kriteria pengelolaan satwa dapat dilihat pada masing-masing prinsip kesejahteraan satwa. a. Bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst) Pemenuhan bebas dari rasa lapar dan haus erat kaitannya dengan pengelolaan pakan satwa. Pengelolaan pakan di Taman Satwa Punti Kayu berdasarkan data dan informasi yang didapatkan sudah cukup baik. Namun ada beberapa aspek yang belum dilakukan dalam upaya implementasi bebas dari rasa lapar dan haus yaitu frekuensi pemberian pakannya bisa dilakukan lebih sering, kesesuaian jenis pakan lebih dijaga, sebelum pemberian pakan ada baiknya

57 42 makanan yang diberikan dicuci terlebih dahulu, pemberian pakan tidak dilakukan secara bersamaan untuk menghindari dominansi oleh satu individu, pemberian minum sebaiknya secara kontinyu dan diberikan pada tempat khusus yang mudah dibersihkan. Gangguan juga datang dari monyet yang liar. Monyet liar berusaha untuk merebut makanan dari satwa yang di dalam kandang dengan cara mengulurkan tangan ke kandang satwa. Maka dari itu, perlu dilakukan manajemen khusus untuk mengatur monyet liar agar tidak mengganggu satwa yang berada di dalam kandang, seperti menanam tanaman penghasil pakan yang bisa dimakan oleh monyet tersebut di area belakang TWA Punti Kayu yang tidak bersinggungan langsung dengan taman satwa. b. Bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort) Pemenuhan bebas dari rasa tidak nyaman erat kaitannya dengan pengelolaan kandang satwa. Fungsi kandang sebagai pelindung satwa baik itu dari cuaca (panas dan hujan) maupun gangguan satwa lainnya. Kandang pada taman satwa sudah memenuhi bebas dari ketidaknyamanan dari terik matahari dan hujan. Akan tetapi ada beberapa satwa yang mempunyai kandang terbuka seperti burung kasuari dan bangau tong-tong yang tidak dapat terhindar dari terik matahari dan hujan. c. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (freedom from pain, injury, and disease) Pemenuhan bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit erat kaitannya dengan pengelolaan kesehatan satwa. Pemeriksaan kesehatan, pemberian vaksinasi, dan pengobatan dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palembang. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan setiap ada satwa yang sakit atau satwa baru yang masuk ke taman satwa. Kendala dalam pengobatan yaitu satwa yang tidak mau disuntik dan mengamuk sehingga petugas kesulitan untuk mengobatinya. Untuk pembersihan kandang kendalanya juga sama, sebagai contoh orang utan. Petugas minimal 3 orang memegang orang utan tersebut dari luar kandang dan ada satu petugas yang masuk untuk membersihkan kandang orang utan tersebut.

58 43 d. Bebas untuk menampilkan perilaku alami (freedom to express normal behaviour) Bebas untuk menampilkan perilaku alami terkait erat dengan enrichment (pengayaan) dalam pengelolaan satwa. Pengayaan yang dilakukan berbeda pada setiap kandang. Fasilitas pengayaan disesuaikan dengan sifat dan jenis satwa. Fasilitas pendukung yang terdapat di kandang berupa ban, ranting/ batang pohon, palang besi, dan meja kayu. Jumlah satwa kandang bervariasi dan beberapa satwa dicampur dengan jenis lain yang tidak menimbulkan perkelahian di antara mereka. e. Bebas dari rasa takut dan tekanan (freedom from fear and distress) Bebas dari rasa takut dan tekanan ditekankan pada pola interaksi antar individu satwa dan interaksi satwa dengan pengelola dan pengunjung. Perlakuan pengelola terhadap satwa terfokus pada kegiatan pemberian pakan. Perlakuan pengunjung terhadap satwa bervariasi, ada yang sekedar mengamati satwa dari jarak jauh maupun dekat, memberi makan satwa, tetapi ada pula yang mengganggu satwa baik secara langsung maupun tidak langsung seperti melempari satwa dengan benda tumpul (kayu, botol kosong), menusuk satwa dengan kayu, menyirami satwa, dan memukul atau menendang kandang satwa. Beberapa perlakuan pengunjung tersebut dapat berakibat buruk terhadap satwa. Pengunjung yang melempari satwa dengan benda tumpul (kayu, botol kosong), menusuk satwa dengan kayu, menyirami satwa, dan memukul atau menendang kandang satwa bisa mengakibatkan satwa mengalami stres. Selama penelitian berlangsung terjadi pengurangan jumlah satwa disebabkan oleh kematian. Hal ini menunjukkan apabila penanganan kesehatan belum dilaksanakan dengan baik. 5.3 Karakteristik Pengunjung Pengunjung paling besar dari kelompok umur anak-anak (9-14 tahun) dan dewasa (25-50 tahun) masing-masing 35% (Gambar 9). Pengunjung TWA Punti Kayu kebanyakan orang tua beserta anak, pelajar yang sedang mencari tugas, pasangan kekasih atau suami istri.

59 44 10% 35% 20% 35% 9 14 (anak anak) (remaja) 25 50(dewasa) > 50 (dewasa tua) Gambar 9 Umur pengunjung TWA Punti Kayu. Pengunjung TWA Punti Kayu, hasil dari pengisian kuisioner berdasarkan jenis kelamin seimbang dimanaa lebih banyak pengunjung laki-laki sedikit yaitu 52% (Gambar 10). Kawasan yang beradaa di pusat kota dan aksesnya mudah sehingga tidak ada perbedaan yang drastis antara jumlah pengunjung laki-lak dan perempuan. Daerah asal pengunjung 77% berasal dari Palembang (Gambar 11). 48% 52% Laki lakii Perempuan Gambar 10 Jenis kelamin pengunjung TWA Punti Kayu. 17% 6% 77% Palembang Luar Palembang (Sumatera Selatan) Luar Sumatera Selatan Gambar 11 Daerah asal pengunjung TWA Punti Kayu. Hasil dari pengisian kuisioner oleh respondenn pengunjung menunjukkan bahwa berdasarkan pekerjaannya, 39% merupakan pelajar, disusul 10% mahasiswa, 14% PNS, 17% swasta, 10% ibu rumah tangga, dan 10% lainnya yaitu tenaga honorer, pedagang, dan pensiunan ABRI (Gambar 12). Pendidikan terakhir pengunjung 37% SD karena sebagian besar responden merupakan pelajar SMP yang sedang mencari tugas sekolah (Gambar 13).

60 45 Kawasan TWA Punti Kayu merupakan salah satu tempat yang dijadikan obyek oleh pelajar untuk mencari data untuk tugas sekolah. 10% 17% 10% 39% Pelajar Mahasiswa PNS 14% 10% Swasta Ibu Rumah Tangga Lainnya Gambar 12 Pekerjaan pengunjung TWA Punti Kayu. 2% 1% 15% 7% 37% SD SMP SMA 30% 8% S1 S2 S3 Tidak menjawab Gambar 13 Pendidikann terakhir pengunjung TWA Punti Kayu. TWA Punti Kayu buka setiap hari pukul WIB. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, hari yang paling banyak jumlah pengunjungnya yaitu pada hari libur yaitu hari minggu dan hari libur nasional seperti 17 Agustus, Idul Fitri, Idul Adha, dan tahun baru, sedangkan hari yang paling sedikit jumlah pengunjungnya yaitu hari jumat dimana pengunjung yang datang hanya berkisar orang. Untuk waktu kunjungan paling ramai yaitu pada waktu siang menjelang sore sekitar pukul saat pengunjung sudah menyelesaikan kegiatannya pada hari itu. Pengunjung paling banyak datang ke taman satwa karena taman satwa merupakan areal yang buka setiap hari selain danau. Di taman satwa sendiri, pengunjung paling banyak berkumpul di depan kandang beruang madu dan orang utan. Kegiatan yang dilakukan pengunjung selama di Taman Satwa Punti Kayu yaitu berkumpul bersama keluarga atau teman dan mengamati satwa (Gambar 14).

61 46 Gambar 14 Pengunjung yang sedang mengamati satwa. 5.4 Motivasi dan Persepsi Pengunjung Motivasi Pengunjung Motivasi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan (Rangkuti 2008). Dengann memahami motivasi, kita dapat mengetahui perilaku serta keinginann setiap individu. Motivasi dilihat dari tujuan pengunjung datang, frekuensi kedatangan, alasan berkunjung kembali, kawasan, dan satwa yang disukai di TWA Punti Kayu. 11% Menikmati keindahan alam 37% 52% Mengamati tumbuhan dan satwa Lainnyaa Gambar 15 Tujuan responden datang ke TWA Punti Kayu. Pengunjung berdasarkan hasil kuisioner sebesar 52% datang ke TWA Punti Kayu untuk menikmati keindahan alam (Gambar 15). Hal ini disebabkan oleh karena TWA ini merupakan satu-satunya tempat wisata yang alami di pusat Kota Palembang dan akses untuk mencapai kawasan TWA Punti Kayu relatif mudah. Kemudian 37% tertarik untuk mengamati tumbuhan dan satwa yang terdapat di kawasan. Selebihnya sebanyak 11% datang dengan alasan refreshing, mengenang kembali masa kecil, dan memperkenalkann kawasan TWA Punti Kayu terutama satwa yang terdapatt di Taman Satwa Punti Kayu kepada anak. Pengunjung yang datang cukup banyak bersama orang tua masing-masingg dan

62 47 berlibur bersama sambil menikmati obyek yang disediakan oleh TWA Punti Kayu. 35% 17% 32% 16% Sekali Dua kali Tiga kali Lebih dari tiga kali Gambar 16 Intensitas responden mengunjung gi TWA Punti Kayu % 19.12% Pemandangannya indah 54.41% Tertarik terhadap satwa Lainnya Gambar 17 Alasan responden berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu. Sebagian besar pengunjung berdasarkan hasil kuisioner 35% sudah datang ke TWA ini lebih dari tiga kali (Gambar 16). Alasan pengunjungg datang kembali 54.41% karena tertarik terhadap satwa (Gambar 17). Hal ini karena TWA Punti Kayu memang lebih dikenal sebagai kebun binatang di kalangan masyarakat Kota Palembang. Selebihnya sebanyak 26.47% datang untuk alasan lainnya yaitu refreshing, mengenang masa kecil, mengisi waktu luang, dan mengerjakan tugas dari sekolah. 7% 6% 3% 1% 12% 10% 61% Museum Fauna Taman Satwa Danau Taman Rekreasi Arena Outbond Kolam Renang Panggung Hiburan Gambar 18 Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu.

63 48 1% 2% 1% 1% 3% 7% 9% 5% 6% 6% 7% 1% 1% 3% 3% 6% Gambar 19 Obyek satwaa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu. Kawasan yang paling disukai pengunjung hasil dari pengisian kuisioner ialah taman satwa mencapai 61% (Gambar 18). Hal ini sesuai dengan pikiran orang-orang karena apabila berbicara tentang TWA Punti Kayu yang terpikirr oleh sebagian besar orang Palembang adalah kebun binatang (taman satwa). Selain itu juga karena taman satwa buka setiap hari sehingga pengunjungg bisa datang di setiap waktu luang mereka. Selain itu taman rekreasi merupakan kawasan yang cukup disukai sebesar 12%. Walaupun hanya buka pada hari sabtu, minggu, dan hari libur nasional, taman rekreasi merupakan salah satu tempat yang paling sering dikunjungi. Satwa yang paling disukai yaitu beruang madu, 27% (Gambar 19). Selain itu orang utan juga salah satu satwa favorit yaitu sebesar 9% karena orang utan selalu menarik perhatian apabila ada pengunjung yang datang. Orang utan tersebut akan mengulurkan tangannya kepada pengunjung yang datang yang menandakan orang utan meminta makanan atau minuman dari pengunjung. 27% 8% 3% Semua Satwa Beruang madu Beruk Kelinci Kucing hutan Landak Macan tutul Monyet Orang utan Malu malu Marmut Siamang Ayam kalkun Burung kasuari Elang bondol Puyuh gonggong Buaya muara Kura kura Ular sawah Persepsi Pengunjung Setiap orang memiliki perilaku dan persepsi yang berbeda. Persepsi terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh perilaku dan motivasinya (Rangkuti 2008). Persepsi pengunjung terhadap pengelolaan TWA Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 18.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Wisata Alam Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Taman wisata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN

KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN (Management Assessment of Animal Welfare in Punti Kayu Nature Park, Palembang South Sumatera) IRWANI GUSTINA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

(Study on Tourist Motivation and Perception to Utilization Management of Animal as Tourism Object in Punti Kayu Animal Park Palembang-South Sumatra)

(Study on Tourist Motivation and Perception to Utilization Management of Animal as Tourism Object in Punti Kayu Animal Park Palembang-South Sumatra) Media Konservasi Vol. 15, No. 3 Desember 2010 : 131 138 STUDI TENTANG MOTIVASI DAN PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP PENGELOLAAN PEMANFAATAN SATWA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN SATWA PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR

PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR SKRIPSI Oleh: LOLLY ESTERIDA BANJARNAHOR 061201036 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 22 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI. Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN /MANAJEMEN HUTAN STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI SKRIPSI Oleh : HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati dan dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebun Binatang merupakan tempat wisata favorit bagi semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Kebun Binatang biasanya menjadi tujuan wisata bagi rombongan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 7 TAHUN 1999 (7/1999) Tanggal : 27 Januari 1999 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT.BA) (PERSERO) TBK - UNIT PRODUKSI OMBILIN (UPO) DAN TAMBANG BATUBARA TANPA IZIN (PETI) TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI OMBILIN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI LINGKUNGAN DI KAWASAN WISATA DANAU LINTING KABUPATEN DELI SERDANG OLEH MUSAWIR NASUTION/ MANAJEMEN HUTAN

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI LINGKUNGAN DI KAWASAN WISATA DANAU LINTING KABUPATEN DELI SERDANG OLEH MUSAWIR NASUTION/ MANAJEMEN HUTAN PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI LINGKUNGAN DI KAWASAN WISATA DANAU LINTING KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI OLEH MUSAWIR NASUTION/081201012 MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba dengan luas areal 13.490 hektar merupakan salah satu kawasan konservasi darat di Bengkulu yang memiliki kekayaaan sumber daya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada awalnya kebun binatang Medan didirikan dilahan seluas 3, 1 ha di jalan brigjen katamso pada tanggal 17 agustus 1968, namun dengan dikeluarkannya surat dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH SPESIMEN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR UNTUK LEMBAGA KONSERVASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Keunikan Kawasan Gunung Merapi Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena adanya interaksi yang kuat antar berbagai komponen di dalamnya,

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BALURAN. Oleh : RINI NOVI MARLIANI E

STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BALURAN. Oleh : RINI NOVI MARLIANI E STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BALURAN Oleh : RINI NOVI MARLIANI E34101037 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang a. GUBERNUR

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEGIATAN WISATA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BETIMUS KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK KEGIATAN WISATA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BETIMUS KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG 1 ANALISIS DAMPAK KEGIATAN WISATA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI BETIMUS KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI GHANANG DHIKA ARIA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila; Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA Pencapaian tujuan kelestarian jenis elang Jawa, kelestarian habitatnya serta interaksi keduanya sangat ditentukan oleh adanya peraturan perundangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN DANAU LINTING, DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR, KECAMATAN STM HULU, KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN DANAU LINTING, DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR, KECAMATAN STM HULU, KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI ANALISIS SUPPLY DAN DEMAND POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN DANAU LINTING, DESA SIBUNGA-BUNGA HILIR, KECAMATAN STM HULU, KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI Oleh : Marthalena Ginting 081201036/Manajemen Hutan PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI HASIL PENELITIAN Oleh : WELLY MANURUNG/041201020 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA

STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA STUDI PEMANFAATAN HASIL HUTAN OLEH MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL MANUSELA (Studi Kasus : Desa Horale, Desa Masihulan, Desa Air Besar, Desa Solea dan Desa Pasahari) WISYE SOUHUWAT DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii

DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii DAFTAR ISI Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... xi Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penulisan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengelolaan sumber daya alam, khususnya hutan yang berkelanjutan dimasa kini telah menjadi keharusan, dimana keberadaan serta keberlangsungan fungsi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa, sebagian diantaranya dikategorikan langka, tetapi masih mempunyai potensi untuk ditangkarkan, baik

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : Irni Indah Sari Nst 051201010 Manajemen Hutan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG Menimbang : MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI TUMBUHAN DAN SATWA LIAR MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci