BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Susanto Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara Indonesia, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat beragam dan lengkap. Hal ini menjadi pemicu bagi warga dari berbagai daerah untuk berpindah dan menetap di Jakarta dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan ataupun untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik. Sebagai konsekuensinya kota Jakarta semakin padat penduduknya dari tahun ke tahun.jumlah penduduk Jakarta yang semakin bertambah dari waktu ke waktu sudah mencapai titik 10,09juta jiwa (sensus 2013, BPS Provinsi DKI Jakarta). Setiap individu pasti memerlukan tempat tinggal sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, maka pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan jumlah hunian yang dibutuhkan. Namun, pada kenyataannya pertambahan kebutuhan akan hunian ternyata tidak didukung oleh jumlah hunian yang tersedia karena jumlah lahan yang dapat dijadikan hunian semakin sedikit. Semakin terbatasnya jumlah lahan yang tersedia, harga lahan semakin lamamenjadi semakin mahal. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan hunian pada lahan yang terbatas adalah dengan pembangunan hunian vertikal bertingkat tinggi berupa apartemen. Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan merupakan suatu wilayah yang 64 tahun yang lalu telah direncanakan sebagai kota satelit, yang merupakan suatu kota taman yang asri, sejuk dan hijau. Kebayoran Baru merupakan kota taman pertama di Indonesia yang dirancang oleh arsitek Indonesia yaitu H. Moh. Soesilo, dimana pembangunannya dilakukan pada tahun 1948 atas prakarsa Presiden Republik Indonesia pertama yaitu Ir. Soekarno di atas lahan seluas 730 Ha untuk memenuhi kebutuhan pemukiman warga Jakarta yang kala itu berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Perencanaan Kebayoran Baru merupakan hasil adaptasi dari kota taman bergaya Eropa seperti layaknya kota taman yang dikembangkan oleh Ir. Herman Thomas Karsten di beberapa kota di Bogor, Bandung dan Malang. Selain itu Kebayoran 1
2 2 Baru menyesuaikan desain kota taman dengan iklim tropis sehingga dapat disebut sebagai Kota Taman Tropis. (Mauboy, 2006). Berdasarkan analisa properti, Jakarta Selatan bagian administratif yang berada di selatan provinsi Jakarta ini merupakan wilayah paling kaya diantara kota administratif lainnya di Jakarta. Memiliki banyak perumahan kelas menengah ke atas dan sentra perkantoran paling aktif membuat pertumbuhan ekonomi diwilayah ini cukup pesat. Tingginya aktifitas ekonomi pada wilayah ini dibarengi dengan permintaan sektor properti yang cukup ramai (forum.kompas.com). Menurut perhitungan Area Analytics berdasarkan data UrbanIndo, sejak bulan Juli 2012 hingga februari 2013 pemasaran properti untuk daerah Jakarta Selatan setiap bulan selalu meningkat, di akhir bulan Februari 2013 total properti yang dipasarkan mencapai Dari total tersebut didapat bahwa data apartemen 475 (forum.kompas.com). Gambar 1.1 Grafik Properti yang Terdaftar di Urbanindountuk Daerah Jakarta Selatan Sumber: forum.kompas.com diakses 15 Maret 2014 Sedangkan perhitungan pengunjung pencari properti di daerah Jakarta Selatan berdasarkan data dari UrbanIndo, sebanyak pengunjung 14% mencari apartemen (forum.kompas.com).
3 3 Gambar 1.2 Grafik Properti yang Dicari Pengunjung Sumber: forum.kompas.com diakses 15 Maret 2014 Gedung-gedung tinggi dibangun dengan struktur lebih tertutup dan umumnya dilengkapi sistim sirkulasi udara serta pendingin buatan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman. Udara luar yang masuk ke dalam sistim ventilasi gedung akan berkurang bahkan mencapai titik nol, hanya udara resirkulasi yang digunakan untuk bernapas. Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas bersumber dari asap rokok, ozon dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta bahan pembersih. Sehingga terjadilah efek Sindroma Gedung Sakit (Sick Building Syndrome) pada gedung-gedung tinggi. Sindroma Gedung Sakit (Sick Building Syndrome) adalah kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang yang bekerja di kantor atau tinggal di apartemen dengan bangunan tinggi dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara yang menyebabkan keluhan iritasi dan kering pada mata, kulit, hidung, tenggorokan disertai sakit kepala, pusing, rasa mual, muntah, bersin dan kadang disertai nafas sesak. Keluhan ini biasanya tidak terlalu berat walaupun bisa menetap sampai 2 minggu, sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja (Aditama, 1992; Mukono, 2000). Sick Building Syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ dan buruknya ventilasi gedung. World Health Organization (WHO) tahun 1984 melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada pekerjanya dihubungkan dengan IAQ. Di seluruh dunia 2,7 juta
4 4 jiwa meninggal akibat polusi udara; 2,2 juta di antaranya akibat indoor air pollution atau polusi udara di dalam ruangan (Yulianti, D., Ikhsan, M., Wiyono, WH., 2012) Kualitas udara, ventilasi, pencahayaan serta penggunaan berbagai bahan kimia didalam gedung, merupakan penyebab yang sangat potensial bagi timbulnya SBS (Anies,2004). Sick building syndrome disebabkan multifaktor termasuk faktor fisik, kimia, biologis dan fisiologis. Jika faktor tersebut terpelihara baik maka lingkungan menjadi tempat yang nyaman dan sehat. Sistim pendingin merupakan penyebab terbanyak SBS karena tidak terjadi pertukaran udara optimal dan menjadi sumber infeksi mikroorganisme serta menambah kontaminasi tempat kerja. Melius (1984), Collet dan Sterling (1988) mendapatkan SBS % berhubungan dengan kondisi ventilasi buruk dan polusi udara. Berdasarkan pengamatan dari bentuk apartemen di Jakarta, apartemen yang mempunyai kemungkinan besar terjadinya sick building syndrome (SBS), salah satunya apartemen Taman Anggrek, apartemen tersebut berbentuk tower (central corridor), ventilasi atau jendela pada unit dengan menggunakan jendela mati (hanya digunakan untuk mendapatkan cahaya matahari dan view), sehingga terjadi kesulitan pada apartemen tersebut untuk melakukan pergantian udara yang segar pada ruangan-ruangannya. Berdasarkan hasil observasi terhadap apartemen Green Bay Pluit Jakarta Utara pada tanggal 23 Maret 2014, rancangan unit apartemen terdapat ruangan yang tidak memiliki ventilasi. Menurut salah seorang penghuni apartemen di lantai 7, ruangan tersebut menjadi sangat lembab dan tidak terjadi pengaliran udara pada ruangan tersebut (pengukuran kecepatan angin pada ruangan tersebut dengan menggunakan hot wire anemometer adalah 0.0 m/s) sehingga ruangan tersebut menjadi tidak nyaman karena tidak terjadi pertukaran udara. Solusi dalam permasalahan polusi udara dalam ruangan adalah dengan meningkatkan pertukaran udara (air changes) pada ruangan untuk membersihkan udara dalam ruangan. (Lee, 1996)
5 5 Menurut Givoni (1976), Lechner (1991) dan Moore (1993), ada beberapa faktor yang akan berpengaruh terhadap proses pertukaran udara secara alamiah yang terjadi pada suatu ruangan atau bangunan. Faktor-faktor tersebut adalah arah dan kecepatan angin di luar bangunan, suhu, dan kelembaban udara di dalam dan di luar bangunan, spesifikasi lubang ventilasi (posisi inletdan outlet, dimensi dan bentuk serta featurepenunjang). Faktorfaktor ini saling berkaitan dan mendukung dalam menciptakan pertukaran udara yang baik pada suatu ruangan atau bangunan. Moore (1993) menggambarkan bahwa posisi yang baik bagi sebuah lubang ventilasi yang berfungsi sebagai inlet (tempat memasukkan udara) adalah yang sama tingginya dengan penghuni yang sedang beraktifitas dalam ruang tersebut. Dan untuk memudahkan udara yang telah mengandung CO2 segera keluar dari ruangan maka posisi outlet (tempat mengeluarkan udara) sebaiknya dibuat lebih tinggi. Adapun rate ACH ideal bagi suatu ruang tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Menurut EnREI (Energy Related Environmental Issues), untuk tujuan kesehatan penghuni diperlukan nilai pertukaran udara sebesar 0,5-1 ACH. Penghawaan merupakan pertukaran antara udara luar dan udara dalam ruangan. Salah satu aspek standar ruangan yang baik yaitu sirkulasi penghawaan yang lancar. Untuk menjaga agar kondisi pengahawaan tetap dalam kondisi nyaman diperlukan bukaan-bukaan yang sesuai standar ruangan itu sendiri. ruangan yang skalanya lebih besar tentu membutuhkan bukaan yang lebih besar dan banyak pula. Namun bagaimanapun kondisinya, ruangan tetap membutuhkan bukaan agar kondisi udara di dalam ruangan dalam berputar. Kecepatan aliran udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian udaradalam ruang. Kecepatan udara yang kurang dari 0,1 meter/detik atau lebih rendahmenjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada pergerakan udara. Sebaliknya, bilakecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan kebisingan di dalam ruangan(arismunandar dan Saito 2002 dalam Ruth 2009). Menurut (Frick, 2006: 51), kecepatan angin yang paling nyaman adalah berkisar m/s. Pentingnya cross ventilasi dalam unit apartemen dikarenakan pada umumnya kenyamanan di dalam bangunan diperoleh melalui ventilasi alami yang merupakan bukaan/lubang untuk memasukkan aliran
6 6 angin ke dalam bangunan sebagai pendingin ruang yang menyebabkan penghuni rumah merasakan kenyamanan (Manley, 2009; Mangun wijaya, 1997; dan Sangkertadi, 1998). Kenyamanan kemudian mengacu pada kesehatan penghuni dimana menurut Sumardjito (2009) bahwa kesegaran akan banyak menyangkut masalah terpenuhinya kebutuhan udara sehat dan bersih bagi penghuni ruang, meliputi kelancaran sirkulasi, kuantitas maupun kualitas udara yang ada. Untuk menciptakan kondisi sehat yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hidup penghuni, penghawaan alami perlu diperhatikan pengalirannya yang perlahan-lahan namun terjadi secara kontinyu, agar udara didalam ruangan selalu diganti dengan udara yang bersih, sehat, dan segar. Pergantian udara dikatakan baik apabila udara didalam ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15 m 3 /orang/jam, semakin kecil ukuran ruang, maka frekuensi pergantian udara harus semakin sering. Menurut Appendices Greenship Home yang diterbitkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) bersama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) (2011: 15), syarat terjadinya pertukaran udara dalam ruangan adalah dengan adanya ventilasi silang dengan penyediaan bukaan untuk inlet dan outlet dengan hadapaan bukaan berbeda dan jarak tidak melebihi 12 meter. Ukuran bukaan yang baik adalah 5% dari luas ruangan regular dengan perhitungan total luas ruangan regular yang berventilasi silang dibagi dengan total luas ruangan regular dan dikalikan dengan 100. Ruangan regular adalah ruangan yang terdapat aktivitas penghuni sedangkan ruangan tidak termasuk kedalam ruangan regular adalah kamar mandi, toilet, dapur, gudang dan tempat parkir. Walaupun demikian, ruang tidak regular seperti toilet dan dapur perlu menggunakan ventilasi mekanis antara lain berupa exhaust fan karena laju udara ventilasi alami tidak cukup mengurangi polusi udara yang dihasilkan dalam ruangan tersebut. Perancangan gedung apartemen pada jalan Hang Lekir 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan karena menurut penelitian Occupational Safety and healthy Act (OSHA) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya efek sick building syndrome adalah Polusi luar gedung (mencapai 11%). Jakarta selatan merupakan daerah yang memiliki udara yang segar. Jakarta selatan memiliki banyak perumahan kelas menengah ke atas dan sentra perkantoran paling aktif membuat pertumbuhan ekonomi diwilayah ini cukup pesat.
7 7 Tingginya aktifitas ekonomi pada wilayah ini dibarengi dengan permintaan sektor properti yang cukup ramai.perancangan apartemen ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin berkehidupan di daerah jakarta selatan dan menciptakan lingkungan hidup yang sehat dengan menggunakan penghawaan hybriduntuk memenuhi standar kebutuhan pertukaran udara tiap jam (Air changes per Hour; ACH) pada ruangan-ruangan apartemen. 1.2 Formulasi Masalah Berdasarkan latar belakang didapatkan beberapa rumusan masalah dalam penelitian Faktor Air Changes per Hourpada Penghawaan Hybrid Apartemen di Jakarta Selatan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh prilaku angin terhadap gubahan massa apartemen? 2. Bagaimana merancang tata ruang pada apartemen yang bisa terjadi pertukaran udara yang baik? 3. Bagaimana sistem penghawaan hybrid yang ideal pada apartemen dengan memenuhi standar kebutuhan Air Changes per Hour (ACH)? 1.3 Ruang Lingkup Sesuai dengan latar belakang permasalahan, ruang lingkup dari pembahasan skripsi ini dibatasi pada: 1. Perancangan apartemen. 2. Pengaruh prilaku angin terhadap gubahan massa apartemen. 3. Perancangan tata ruang pada apartemen supaya bisa terjadi pertukaran udara. 4. Perancangan bukaan yang ideal pada apartemen agar terjadi pertukaran udara yang baik. 5. Data kecepatan angin rata-rata dari hasil pengukuran angin pada ITC Permata Hijau tanggal 22 Maret 2014, di input ke dalam kalkulator Soren Krohn & Danish Wind Industry Associationuntuk mengenerasi nilai faktor kecepatan angin pada ketinggian dalam keseluruhan nilai kekasaran lingkungan Jakarta Selatan. 6. Hasil faktor kecepatan angin pada ketinggian dan hasil data pengukuran kecepatan angin pada ITC Permata Hijau tanggal 22 Maret 2014 akan
8 8 digunakan sebagai variabel simulasi. Variabel lain tidak diikut sertakan dalam simulasi ini dan dianggap tidak memberikan pengaruh pada hasil simulasi. 7. Simulasi CFD dilakukan pada lingkungan kawasan tapak, bentuk bangunan apartemen dan unit apartemen. 8. Perhitungan Air Changes per Hour pada ruangan. 9. Menciptakan lingkungan yang bisa terjadipertukaran udaradengan standar kebutuhan ACH 0, Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari Faktor Air Changes per Hourpada Penghawaan Hybrid Apartemen di Jakarta Selatan adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh prilaku angin terhadap gubahan massa apartemen 2. Untuk merancang tata ruang pada apartemen yang bisa terjadi pertukaran udara yang baik 3. Menggunakan sistem penghawaan hybrid yang ideal pada apartemen dengan memenuhi standar kebutuhan Air Changes per Hour (ACH)
9 1.5 State of the Art (Tinjauan Pustaka) Judul Artikel Air movement, gender and risk of sick building syndrome headache among employees in a jakarta office Uncertaint y and sensitivity analysis of natural ventilation Survei terhadap seluruh pekerja di kantor pada bulan Mei- Agustus 2002 di suatu perkantoran di Jakarta in Highrise apartment buildings An Extended Study on Building Regulation s Impact on Natural Ventilation in Apartment Buildings in Dhaka City Nama Jurnal/vol./N o. Med J Indones /Vol 12. No 3. Juli-september 2003 Proceedings: Building Simulation 2007 CAA 2013 Dhaka Tabel 1.1 State of the Art (Tinjauan Pustaka) Penulis Masalah Tujuan Metode Hasil / Temuan Margareth a Winarti, Bastaman Basuki, Abdulbar Hamid Se-Hoon Hyun, and Cheol-Soo Park, Godfried Augenbro e Saiful Islam, Ph.D. Timbul gejala nyeri kepala akibat sindrom gedung sakit (NK SGS) karena sistem sirkulasi udara secara buatan Kuantifikasi tingkat ventilasi alami pada bangunan apartemen bertingkat tinggi Dampak pada ventilasi alami di bangunan apartemen Dhaka Mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap timbulnya Nyeri Kepala Sindroma Gedung Sakit (NK SGS) Untuk memprediksi tingkat aliran udara alami Menguji potensi ventilasi alami di lantai paling atas, dan menemukan bahwa kumpulan peraturan yang samamenyediakan ventilasi alami yang maksimum untuk lantai paling atas Meteorologic al data, building properties (leakage areas of windows, doors, etc.), metode Monte -Carlo dengan Latin Hypercube Sampling ( LHS ) digunakan untuk propagasi ketidakpastian Alat pengumpulan data berupa Computationa l Fluid Dynamics tool and Energy Simulation tool - Kecepatan gerakan udara yang cepat memperkecil risiko timbulnya NK SGS sebesar 57%, - pekerja perempuan mempunyai risiko NK SGS hampir 3 kali lipat lebih besar dibandingkan pekerja laki-laki - desainpengambilan keputusanakan mencakupawal danbiaya pemeliharaan, kualitas udara dalam ruangan, penggunaan energidan kenyamanan. - pengendalian terpadusecara signifikan melebihikontrolventilasisuboptimalh anya berdasarkaninformasi negaralokal. - Peningkatan ruang terbuka saja tidak dapat menjamin tingkat ventilasi yang lebih tinggi di gedung-gedung apartemen. Justru itu adalah konfigurasi bangunan dengan ruang terbuka yang cukup dapat berkontribusi dalam tingkat ventilasi yang lebih tinggi - ventilasi alami yang memadai dapat dicapai bahkan di daerah perkotaan yang padat jika bangunan regulasi dirancang secara hati-hati, dan konfigurasi bangunan diatur secara hati-hati 9
10 10 4 A Preliminar y Study on Hvac Systems and Thermal Comfort in a Tropical University Building in Malaysia 5. Simulation -based Hybrid Ventilation System Design and Evaluation International Journal of Mechanical and Materials Engineering (IJMME), Vol. 3 (2008), No.2, International High Performance Buildings Conference Paper 35 (2010) Y.H. Yau, Y.W. Foo and M.H.H. Mohyi Bing Dong, Yuebin Yu, Yang Hu BalaiUngkuAziz GedungfakultasBiologiOralDepartemendiFaku ltas Kedokteran GigiUniversitasMalaya Arah dan kecepatan angin yang mempenngaruhi sistem penghawaan hybrid. Penghematan energi Utuk mengetahui apakah gedungfakultasbiologioraldepartemendifaku ltas Kedokteran GigiUniversitasMalaya mengalami SBS dan apakah sudah memenuhi standaruntukkualitas UdaraIndoorsebagaimana ditentukan olehashrae memaksimalkan penghawaan alami untuk menjaga kualitas suhu dan udara yang baik dalam ruangan. Load calculations, capacity measurements Tools of genetic algorithm optimization, computer fluid dynamics (CFD) and energy simulation - Nilai ACH yang disarankan untuk building ranging from tight to loose construction adalah 0,5-2,0 (ASHRAE) - BalaiUngkuAziztidak mengalamisbs - Ventilasi cukup tinggi, konsentrasi CO2 rendah - Perhitungantelah membawaspesifikasidiukurdarisiste m pendingin udaradekat denganspesifikasi desain. - strategi hybrid vetilation menghemat sejumlah besar energi dibandingkan dengan traditional HVAC systems. - Kenyamanan thermal dapat dipastikan lebih dari 90%.` Simpulan: Kecepatan gerakan/sirkulasi udara atau interior air quality(iaq), dan efektifitas ventilasi yang kurang memadai serta polutan udara dalam ruangan yang dapat menyebabkan terjadinya sick building syndrome. Peningkatan ruang terbuka saja tidak dapat menjamin tingkat ventilasi yang lebih tinggi dan perluasan bukaan harus memperhatikan perbandingan besaran outlet dan inlet. Dan diperlukan sistem penghawaan hybrid pada bangunan yang berfungsi untuk kesehatan dan kenyaman pada para penghuni dengan faktor kebutuhan air changes per hour.
11 11
12 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada skripsi ini merupakan suatu gambaranumum mengenai isi dari keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Berikut ini merupakan sistematika penulisan: BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang pemilihan judul dan keterkaitan dengan topik dan tema yang diambil, rumusan malasah, tujuan penelitian, ruang lingkup, state of the art (tinjauan pustaka), serta sistematika penulisan. BAB 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan menguraikan teori-teori ataupun berbagai definisi yang mendukung penelitian ini, dimulai dari definisi mengenai apartemen beserta data-data yang terkait dengan proyek yang diambil. Adapun definisi mengenai penghawaan dan yang terakhir data-data dilengkapi dengan studi banding dari hasil survey langsung peneliti atau pengambil data relevasi pendukung. BAB 3.METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini. BAB 4. ANALISIS DAN BAHASAN Bab ini membahas mengenai analisa dengan menggunakan simulasi komputer salah satunya Computational Fluid Dynamics (CFD) pada bangunan dan melakukan perhitungan Air Changes Per Hour pada ruangan. BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan perancangan serta saran terhadap isi penulisan skripsi ini. 12
13 13
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara. Pencemaran udara terjadi karena meningkatnya industri, perubahan perilaku dalam masyarakat,
Lebih terperinciFAKTOR ACH PADA PENGHAWAAN HYBRID KANTOR DI JAKARTA SELATAN
FAKTOR ACH PADA PENGHAWAAN HYBRID KANTOR DI JAKARTA SELATAN Julius Setiadi, Firza Utama Sjarifudin, dan Vivien Himayani Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K H. Syahdan
Lebih terperinciBelakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di Jakarta,sehingga Pemerintah sekarang ini tidak mampu menyediakan hunian secara semuanya. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan dasar (basic human
Lebih terperinciStudi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa
Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Angga Satria Tritama 1, Farizi Rachman 2, Denny Dermawan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas lahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Topik dan Tema Berdasarkan statistik yang ada, Indonesia kekurangan lahan pertanian sebanyak 8,2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan dan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta mengingat jumlah penduduk Jakarta yang terus bertambah, sehingga saat ini di Jakarta banyak
Lebih terperinciInvestigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur
Lebih terperinciArgon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Karbon Dioksida 0,03% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara
Karbon Dioksida 0,03% Argon 0,93% Ne, He, CH4, H2 1,04% Oksigen 20% Nitrogen 78% Udara Apa Itu Pencemaran Udara? Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), Sumber Pencemaran udara bebas : Alamiah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Sensus Penduduk dan Tabel 2. Data Proyeksi Perkembangan Sensus Penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan kota metropolitan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tiap tahunnya. Menurut data sensus BPS pada tahun 2010, meskipun jumlah penduduk Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya rumah tinggal mempunyai halaman depan dan halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS MEDAN AREA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim tropis lembab yang dialami oleh Indonesia memberikan masalah yang spesifik dalam menciptakan kenyamanan ruang pada bangunan. Masalah yang timbul adalah tingginya
Lebih terperinciSOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN
SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan bertumbuh sangat pesat terutama dari segi peningkatan jumlah penduduk. Menurut data sensus BPS, meskipun jumlah penduduk Jakarta 8,38
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (occupational disease), penyakit akibat hubungan kerja (work related disease)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan menuju industrialisasi dapat membawa berbagai resiko positif maupun negatif yang mempengaruhi para pekerja dan keluarganya. Resiko positifnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang
PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data WHO, setiap tahun sekitar tiga juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia. Seribu
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Berdasarkan sensus, Jakarta merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat yaitu 8.509.170 jiwa (Dinas Kependudukan dan catatan Sipil 2008). Tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan sekarang ini adalah masalah besar jika kita mengingat populasi penduduk yang terus bertambah, terutama di ibukota kita ini DKI Jakarta. Semakin
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
Lebih terperinciberfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pembangunan JORR W1 yang menghubungkan Kebon Jeruk dan Penjaringan memberikan dampak positif dan negatif bagi kawasan di sekitarnya. Salah satu dampak negatif yang
Lebih terperinciBAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sampai saat ini dijadikan tujuan utama masyarakat sebagai tempat untuk mengejar masa depan. Para pendatang dari daerah luar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi peningkatan persaingan usaha yang menyebabkan kebanyakan pengusaha lebih memperhatikan masalah permodalan, manajemen, dan pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan serta ventilasi yang kurang baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 5.1 Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Sumber: Data olahan pribadi, 2013
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu
Lebih terperinciBAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang
BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding
Lebih terperinciPEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS
PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS Muhammad Siam Priyono Nugroho 1 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tempat tinggal merupakan kebutuhan utama bagi setiap manusia. Jumlah populasi manusia yang terus bertambah membuat tingkat kebutuhan manusia terhadap tempat tinggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1. Kelayakan Proyek Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal ini membuat tingkat kebutuhannya juga semakin bertambah, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH KUALITAS UDARA DALAM RUANGAN (INDOOR AIR QUALITY/IAQ) Disusun Oleh : Achmad Risa Harfit, ST. FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2008 DAFTAR ISI Daftar isi...
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pada bab ini, akan dipaparkan teori tentang ventilasi alamiah, pergantian udara per-jam, prinsip pergerakan udara, strategi pengaturan pergerakan angin, penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 28). Isu pemanasan
Lebih terperinciPathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam
PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat adalah bagian pokok dibidang kesehatan khususnya adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh, integrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY
81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental
Lebih terperinciPENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciTabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi padat penduduk di Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah
Lebih terperinciAPARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan
Lebih terperinciSTUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING
STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan teknologi berkembang secara pesat, sehingga permasalahan urbanisasi meningkat per tahunnya. Peningkatan
Lebih terperinciSEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING
SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Disusun Oleh : M. ROFIQI ATHOILLAH (2409 105 033) Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
`BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang dilakukan terhadap Model
115 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang dilakukan terhadap Model Student Center UAJYdengan variasi komposisi kipas 2230 RPM, 2350 RPM, dan 2750 RPM pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan
BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun di dunia. Angka morbiditas sebagai dampak dari polusi udara jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data WHO menyatakan bahwa terdapat sekitar tiga juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia. Angka
Lebih terperinciGambar 3.2 Pola Penataan Bangunan Obyek Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kawasan lingkungan perumahan yang dikembangkan oleh swasta dengan pola penataan rumah tipe deret (row house) di Kota Medan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI
ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciPengembangan RS Harum
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert
Lebih terperinciPerancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin
G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gedung Student Center Universitas Atma Jaya merupakan bangunan yang
50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Kajian dan Permasalahan Gedung Student Center Universitas Atma Jaya merupakan bangunan yang akan ditinjau pada penelitian ini. Bangunan ini masih dalam perencanaan,
Lebih terperinciPenghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin
Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin Mamiek Nur Utami, Muhammad Ibrahim, Nurzaman Azis Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email:
Lebih terperinciPendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi
ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Eksistensi green desain pada dunia arsitektur dan interior merupakan hal yang sangat disadari bagi para pekerja dunia arsitektur dan interior desain. Pada saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciAPARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruangan merupakan suatu tempat aktivitas manusia di mana hampir 90 % dari waktu yang ada, waktu dihabiskan manusia di dalam ruangan, jauh lebih lama dibandingkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia merupakan negara beriklim
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang 1.1. 1. Latar belakang arti penting kasus Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia merupakan negara beriklim tropis lembab,dengan karakter intensitas radiasi matahari
Lebih terperinciHOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Vindri Anggraini
Lebih terperinciBAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.
BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang
Lebih terperinciANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA Lustyyah Ulfa, Ridho
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke Jakarta untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Jakarta adalah pusat kota bisnis Indonesia sekaligus salah satu tempat tujuan utama untuk wisata di Indonesia. Setiap hari banyak pendatang baik dari dalam negeri
Lebih terperinci