POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR
|
|
- Hendri Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROSIDING HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR Wiwik Wahidah Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar, Telp./Fax: (0411) /(0411) Abstract Kota Makassar merupakan wilayah pesisir yang berdasarkan sejarah merupakan titik tumbuh Kota Makassar yang memiliki berbagai kegiatan dan fungsi ruang yang beragam. Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik ruang kawasan pesisir sehingga dihasilkan suatu gambaran pola atau bentuk ruang pesisir Kota Makassar. Variabel yang dibahas adalah karakteristik fisik lingkungan, karakteristik permukiman, karakteristik jalan, sempadan pantai, dan jenis vegetasi. Penelitian dilakukan di sepanjang pesisir Kota Makassar dibagi dalam 5 (lima) sub kawasan yaitu: Delta Sungai Jeneberang, Pantai Losari, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Paotere, dan Muara Sungai Tallo. Variabel dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik pola ruang dan pengaruh laut terhadap pola ruang sehingga hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pola ruang ditentukan oleh jenis aktivitas, peruntukan lahan fisik lingkungan, pola permukiman, pola jalan yang dapat di tunjukkan dengan skema pola ruang kawasan. Untuk Kawasan pesisir kota Makassar pola ruangan dapat dibedakan yakni kawasan fungsi lindung (pada Delta Sungai Jeneberang dan Muara Sungai Tallo) dan kawasan budidaya (Pantai Losari, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Paotere). Kata Kunci: pola ruang, kawasan pesisir, kota makassar PENDAHULUAN Kota Makassar merupakan wilayah pesisir yang merupakan titik tumbuh kota Makassar, memiliki areal seluas 175,77 kilometer persegi dengan panjang pesisir mencapai ±35,52 km (Perda Makassar ), wilayah pesisir kota Makassar menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Hal tersebut mempunyai konsekuensi bagi Pemerintah Kota Makassar dalam mengelola berbagai potensi yang ada khususnya wilayah pesisir serta mengatasi kendala dan tantangan yang dihadapi. Kendala di wilayah pesisir antara lain munculnya permukiman kumuh dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada, tantangan yang dihadapi selanjutnya di masa yang akan datang agar dapat menjadikan wilayah pesisir kota Makassar lebih tertata dengan pengelolaan lingkungan dalam wilayah pesisir sesuai dengan konsep yang terencana, rasional, bertanggungjawab dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan kawasan pesisir bagi pembangunan yang berkelanjutan (Sugandhy, 2001). Lokasi penelitian sepanjang kawasan pesisir dibagi 5 (lima) zona, setiap zona memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu pada zona delta Sungai Jeneberang merupakan daerah pariwisata dan komersil yang kepadatan penduduk saat ini masih rendah, zona Pantai Losari merupakan daerah perdagangan/jasa dan ruang terbuka publik, zona Pelabuhan Makassar merupakan daerah pelabuhan dan perdagangan, zona Pelabuhan Paotere merupakan daerah pelabuhan dan permukiman, zona Sungai Tallo sebagai daerah konservasi dan permukiman. Pola Ruang Adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Arsitektur ISBN : TA6-1
2 Pola Penggunaan Lahan pada Wiwik W. Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Pola Penggunaan Lahan Adalah model atau bentuk penggunaan lahan seperti: perladangan, tegalan, hutan penghijauan, perkampungan dan lain-lain. Secara umum lahan memiliki karakteristik yang membedakan dengan sumberdaya alam yang lain (Kaiser, Godschalk, and Chapin, 1995) yaitu; a. Lahan mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan sumberdaya yang lain, meliputi: - lahan merupakan aset ekonomis, harganya tidak terpengaruh oleh penurunan nilai & waktu. - jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah, kecuali melalui reklamasi. - lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang luas di suatu daerah merupakan keuntungan bagi daerah tersebut yang tidak dapat dialihkan dan dimiliki oleh daerah lain. b. Lahan mempunyai nilai dan harga. c. Hak atas lahan dapat dimiliki dengan aturan tertentu. Pengertian Tata Guna Lahan Tata guna (land use) adalah pengaturan penggunaan tanah yang meliputi penggunaan permukaan bumi di daratan dan penggunaan permukaan bumi di lautan (Jayadinata, 1999). Tata guna lahan kota adalah cermin tata kegiatan kota, guna lahan memiliki kemungkinan yang besar untuk berubah-ubah baik luas ruang atau fungsi jalan dan kegiatan seiring dengan sarana dan prasarana penggunaan aktivitas (Warpani, 1990 dalam Noorwahyuni, 2006). Tanah dalam pengertian lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya perorangan maupun lembaga (Jayadinata, 1999). Pengertian Kawasan Tepian Air/ Wilayah Pesisir Menurut UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir &Pulau-pulau Kecil, Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat & laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat & laut. Belum ada kesepakatan dunia tentang berapa jarak batas wilayah pantai ke laut maupun ke darat, namun setiap negara memberikan batasan wilayah pesisir sesuai tujuan pengelolaannya. Batas wilayah pantai yang digunakan adalah batas administrasi daerah, batas wilayah politik negara, bentuk fisik pantai, unit-unit ekologi (arbitrary). Dalam kesepakatan nasional, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut, mencakup daerah yang masih terkena percikan air laut/pasang surut, ke arah laut meliputi daerah paparan benua. Dalam proyek perencanaan dan evaluasi sumberdaya kelautan, batas wilayah pantai ke arah laut sesuai dengan peta Lingkungan Pantai Indonesia (LP I) yang diterbitkan oleh Bakorsurtanal, sedang ke arah darat meliputi batas administrasi seluruh desa pantai berdasarkan Departemen Dalam Negeri (Dahuri 2000). Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota. Elemen yang menjadi satu kesatuan yang membentuk keseluruhan dari kawasan pantai, antara lain: 1. Pesisir (beach), adalah pantai yang tersusun oleh endapan pasir atau kerikil. 2. Tepian (shore), adalah mintakat diposisi muka air terendah dan posisi muka air tertinggi yang dapat dicapai. 3. Garis Tepi (shore line), adalah garis yang diperoleh dari hasil rata-rata pengukuran pasang surut, garis tepi merupakan titik ikat nol terhadap ketinggian (altitude) di daratan. 4. Belakang Tepian (back shore), adalah bagian yang tidak dipengaruhi oleh air laut atau terletak antara tebing pasir (dune) atau tebing laut (sea cliff) dengan muka tepian. 5. Lepas Pantai (off shore), adalah mintakat terhitung mulai dari posisi air surut terendah hingga laut lepas. Hunt (1998) menerangkan penentuan batasan wilayah pesisir, yaitu: 1. Batas wilayah pesisir ke arah darat adalah jarak arbiter dari rata-rata pasang tinggi (mean high tide), dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas yurisdiksi provinsi. 2. Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat diterapkan yaitu: batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan ( regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata (significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya di pesisir. Oleh karena itu, untuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat sangat jauh ke arah hulu. 3. Batas wilayah pesisir ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah sesuai isu pengelolaannya. ISBN : Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 TA6-2
3 PROSIDING HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK METODE PENELITIAN Lokasi penelitian sepanjang kawasan pesisir Kota Makassar mulai dari muara Sungai Jenebarang sampai muara Sungai Tallo dengan panjang pesisir ±35,52 km (Perda Makassar ). Kawasan penelitian di bagi 5 (lima) zona yaitu: 1). Zona delta Sungai Jeneberang; 2). Zona Pantai Losari; 3). Zona Pelabuhan Makassar; 4). Zona Pelabuhan Paotere; 5). Zona Muara Sungai Tallo. Metode penelitian adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan pola ruang tepian air Kota Makassar. Penelitian ini membahas: 1). Karakteristik fisik lingkungan berupa: topografi kawasan; 2). Karakteristik permukiman berupa: pola permukiman, orientasi bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB), koefisi en lantai bangunan (KLB), dan jenis bangunan; 3) Prasarana jalan berupa: pola jalan dan kondisi jalan; 4). Sempadan pantai; 5). Jenis Vegetasi yang ada pada kawasan penelitian; 6). Pengaruh eksistensi laut/pesisir terhadap pola ruang di sekitar kawasan pesisir Kota Makassar berupa: pola permukiman dan pola Land use. Teknik analisis yang digunakan: 1). Analisis deskriptif-kualitatif; 2). Analisis standar tentang peraturan pembangunan wilayah pesisir; 3). Analisis Kuantitatif; 4). Analisis Figure Ground. Gambar 1. Peta Pembagian Zona Penelitian (Sumber: Citra Satelit) HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Kawasan Penelitian 1. Zona Delta Sungai Jeneberang Terletak di kawasan pesisir pantai bagian selatan Kota Makassar, terbentuk dari hasil sedimentasi Sungai Jeneberang. Kawasan ini tercakup dalam wilayah kecamatan Tamalate yaitu Kelurahan Tanjung Bunga. Kawasan delta Sungai Jeneberang seluas 349 ha. Ketinggian permukaan 0-10m di atas permukaan laut, kemiringan 0% - 2%, di sekitar aliran sungai terdapat daerah cekungan, sehingga mengalami penggenangan air selama musim hujan. Di selatan delta Sungai Jeneberang terdapat jembatan menghubungkan Kota Makassar dengan Kabupaten Takalar. Kondisi jalan utama terdiri dari 2 ruas jalan, di tengah terdapat drainase lebar 6 m (gambar 2). 2. Zona Pantai Losari Pantai Losari berada tepat di jantung Kota Makassar, yaitu di Jalan Penghibur, terletak di sebelah barat Kota Makassar & merupakan icon Kota Makassar. Teletak pada wilayah kelurahan Maloku & Kelurahan Losari Kecamatan Ujung Pandang, fungsi utama sebagai pusat jasa pelayanan, perdagangan & permukiman. Letak Pantai Losari sangat strategis mudah diakses. Dari pelabuhan Sukarno Hatta dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan mobil/motor. Jika dari Bandara Udara Hasanuddin dapat ditempuh sekitar 45 menit menggunakan mobil/motor. Pesisir Pantai Losari terdapat anjungan sebagai sarana rekreasi menikmati panorama laut & tempat memancing (Gambar 3). 3. Zona Pelabuhan Makassar Pelabuhan ini terletak di Kecamatan Wajo, pesisir barat Kota Makassar. Pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan Nasional dan pelabuhan terbesar di Kawasan Timur Indonesia juga sebagai pelabuhan ekspor. Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Arsitektur ISBN : TA6-3
4 Pola Penggunaan Lahan pada Wiwik W. Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Pelabuhan Makassar mempunyai panjang dermaga m dengan kedalaman ± 18 m, dilengkapi fasilitas seperti gedung perkantoran luas m 2.. Ruang tunggu penumpang, pergudangan luas 4000 m 2 berkapasitas orang. Pelabuhan Makassar dapat dicapai melalui jalan utama yakni jalan Nusantara yang dibedakan atas dua yaitu jalan Nusantara lebar 8 m dan Jalan Nusantara Baru dengan lebar 12 m terdiri dari 2 ruas jalan (Gambar 4). Gambar 2. Peta Kondisi Eksisting Delta Sungai Jeneberang (Sumber: Analisis Penulis, 2013) Gambar 3. Peta Kondisi Eksisting Pantai Losari (Sumber: Analisis Penulis, 2013) 4. Zona Pelabuhan Paotere Kawasan pelabuhan Paotere terletak di sebelah utara kota Makassar berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar & merupakan bagian dari sejarah kota Makassar. Pelabuhan Paotere terletak di Kec Ujung Tanah yaitu di Kelurahan Gusung & Kelurahan Cambaya, berfungsi sebagai kawasan permukiman & pelabuhan terpadu. Luas dataran kawasan pelabuhan ± 38 ha, merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan & merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Fungsi kawasan sebagai pusat pelelangan ikan Paotere, pelabuhan tradisional dan pemukiman nelayan (Gambar 5). ISBN : Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 TA6-4
5 PROSIDING HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar 4. Peta Kondisi Eksisting Pelabuhan Makassar (Sumber: Analisis Penulis, 2013) Gambar 5. Kondisi Eksisting Pelabuhan Paotere (Sumber: Analisis Penulis, 2013) 5. Zona Muara Sungai Tallo Sungai Tallo adalah sungai yang membelah Kota Makassar terletak di Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo. Pada kawasan ini terdapat makam kuno yang di dalamnya terdapat 778 makam dengan berbagai bentuk (susun timbun, papan batu, maupun kubah batu) & terdiri dari berbagai jenis bahan bangunan. Terletak di bagian utara Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, tepatnya dalam lingkungan bekas kerajaan Tallo. Termasuk wilayah muara Sungai Tallo dalam area perencanaan, khususnya dari aspek konservasi (Gambar 6). Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Arsitektur ISBN : TA6-5
6 Pola Penggunaan Lahan pada Wiwik W. Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Gambar 6. Kondisi Eksisting Sungai Tallo (Sumber: Analisis Penulis, 2013) Karakteristik Penggunaan Lahan Pada Kawasan Pesisir Kota Makassar Gambar 7. Transek Zona Delta Sungai Jeneberang (Sumber: Hasil Analisis 2013) ISBN : Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 TA6-6
7 PROSIDING HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar 8. Transek Zona Pantai Losari (Sumber: Hasil Analisis 2013) Gambar 9. Transek Zona Pelabuhan Makassar (Sumber: Hasil Analisis 2013) Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Arsitektur ISBN : TA6-7
8 Pola Penggunaan Lahan pada Wiwik W. Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Gambar 10. Transek Zona Muara Sungai Tallo (Sumber: Hasil Analisis 2013) Tabel 1. Karakteristik Pola Ruang Kawasan Pesisir Kota Makassar Kawasan Pola Muara Delta Sungai Jeneberang Pantai Losari Pelabuhan Makassar Pelabuhan Paotere Muara Sungai Tallo Gambar Topografi Permukiman Relatif datar ketinggian kurang dari 2 meter dpl Terpencar, tidak teratur Ketinggian permukaan 0-10 m dpl, kemiringan 0-2% Linear, teratur di kiri-kanan jalan. Ketinggian permukaan 0-10 m dpl, & kemiringan 0-2% Terpusat, teratur. Ketinggian permukaan 0-10m dpl, & kemiringan 0-2%. Ribbon, tidak teratur (permukiman di atas air) Ketinggian permukaan 0-10 m dpl, kemiringan 0-2%. Terpusat, tidak teratur (permukiman di atas air) Orientasi Laut dan jalan Laut dan jalan Laut dan Jalan Laut dan jalan Laut dan jalan Heterogen Heterogen Heterogen (panggung (panggung non Jenis Homogen (tingkat Homogen (tingkat (panggung semi permanen & non permanen, tingkat Bangunan permanen) permanen) permanen dan non permanen, tingkat semi permanen, dan permanen) permanen) tingkat permanen) KDB dan KLB Permukiman KDB= 40-60%, perdagangan KDB= 80% KLB= 0,6-2,4 - KDB= % - KLB= 3 7,2 KDB di sekitar pelabuhan= % dan KDB dalam area pelabuhan= 40% - KDB= % - KLB= KDB= % - KLB= 2 Pola Jalan Linear (natural) Grid Grid Tidak teratur Tidak teratur Ruang terbuka Ruang terbuka Pelabuhan dan Pelabuhan dan konservasi dan Sempadan publik, perdagangan Publik gudang. permukiman permukiman dan jasa ISBN : Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 TA6-8
9 PROSIDING HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Kawasan Pola Jenis Vegetasi Muara Delta Sungai Jeneberang Kelapa, pisang, palem Pantai Losari Palem, kelapa, tanaman hias Pelabuhan Makassar Bambu, ketapang gelondongan, palem Pelabuhan Paotere Beringin dan rumput Muara Sungai Tallo mangrove Peta Land Use dan Pola Permukiman Sub Kawasan Delta Sungai Jeneberang Peta Land Use dan Pola Permukiman Sub Kawasan Pantai Losari Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Arsitektur ISBN : TA6-9
10 Pola Penggunaan Lahan pada Wiwik W. Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Peta Land Use dan Pola Permukiman Sub Kawasan Pelabuhan Makassar Peta Land Use Sub Kawasan Sungai Tallo Peta Land Use Sub Kawasan Pelabuhan Paotere ISBN : Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 TA6-10
11 PROSIDING HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK SIMPULAN Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. a. Peruntukan ruang di Kawasan Delta Sungai Jeneberang difungsikan sebagai kawasan budidaya dan kawasan lindung. Untuk fungsi budidaya berada di pesisir pantai berupa ruang terbuka publik & permukiman. Untuk fungsi lindung pada Benteng Sombaopu berupa kawasan bersejarah. Pola permukiman terpencar & tidak teratur, KDB 90%-100%, KLB 0,6-3, pola jalan linear, sempadan pantai untuk ruang terbuka publik. b. Peruntukan ruang di Kawasan Pantai Losari difungsikan sebagai kawasan budidaya. Pada pesisir pantai untuk ruang terbuka publik berupa anjungan dan perdagangan/jasa berupa rumah makan, hotel, salon, ruko, dll. Pola permukiman linear mengikuti pantai dan jalan, KDB 90%-100%, pola jalan grid. c. Peruntukan ruang di Kawasan Pelabuhan Makassar difungsikan sebagai kawasan budidaya. Terdapat dermaga yang dilengkapi ruang terbuka berupa tempat parkir, perdagangan/jasa berupa ruko, travel, penginapan/hotel, rumah makan, dll. Pola permukiman terpusat teratur, orientasi bangunan ke jalan, KDB 90%-100%, pola jalan grid, sempadan pantai difungsikan untuk dermaga. d. Peruntukan ruang di Kawasan Pelabuhan Paotere difungsikan kawasan budidaya. Terdapat dermaga dilengkapi ruang terbuka berupa tempat parkir, permukiman nelayan, perdagangan/jasa berupa ruko, pelelangan ikan, penginapan/hotel, rumah makan, dll. Pola permukiman linear terpusat, pola permukiman di atas air tidak teratur, orientasi ke laut, KDB 100%, kepadatan penduduk tinggi, pola jalan tidak teratur. e. Peruntukan ruang di Kawasan muara Sungai Tallo difungsikan sbg kawasan budidaya dan kawasan lindung. Fungsi lindung di muara Sungai Tallo berupa kawasan konservasi hutan mangrove, dan kawasan bersejarah berupa makan Raja Tallo. Fungsi budidaya berupa permukiman & perindustrian. Pola permukiman terpusat tidak teratur, KDB 90%-100%, pola jalan tidak teratur, sempadan pantai untuk permukiman. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Djayadinata, J.T Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Edisi Ketiga. ITB Bandung. Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Harwijaya, M. & P.B Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Penelitian, Teguh Publisher. Sevilla,Consuelo G et. al Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia, Jakarta. Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalam konteks UUPA-UUPR-UUPLH Jakarta. Dahuri Rokhiman Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Kawasan Pesisir. Volume 7 : Desember 2013 Group Teknik Arsitektur ISBN : TA6-11
12 Pola Penggunaan Lahan pada Wiwik W. Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana ISBN : Group Teknik Arsitektur Volume 7 : Desember 2013 TA6-12
Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya
1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN PASAR DAN SEKITARNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman
Lebih terperinciMuatan Rencana Tata Ruang Wilayah. Profil Singkat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah 7 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Tujuan Penataan Ruang Berdasarkan visi dan misi pembangunan Kota Makassar, maka tujuan penataan ruang wilayah kota Makassar adalah untuk
Lebih terperinci12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT
3) Standar Desain Standar desain jalan (1997) ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga 2 dan Pedoman Kapasitas Jalan Raya Indonesia (Versi Bahasa Inggris berjudul Indonesian Highway Capacity Manual,
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL
, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume, Issue : () ISSN ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL Dzati Utomo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan
Lebih terperinciHIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi
Lebih terperinciAnalisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar
1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,
Lebih terperinciKINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D
KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai Timur dan Pantai Barat. Salah satu wilayah pesisir pantai timur Sumatera Utara adalah Kota Medan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai
Lebih terperinciAMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UULH = Undang-Undang Lingkungan Hidup no 23 Tahun 1997, yang paling baru adalah UU no 3 tahun 2009 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua
Lebih terperinciTINJAUAN PULO CANGKIR
BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciTABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU SELATAN
LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI TABEL 44 INDIKASI PROGRAM PENATAAN ATAU PENGEMBANGAN KECAMATAN
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa
II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO
Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Lebih terperinciPENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN
WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH
Lebih terperinciKonsep Tata Bangunan pada Permukiman Padat di Kawasan Pesisir Pantai, Studi Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Konsep Tata Bangunan pada Permukiman Padat di Kawasan Pesisir Pantai, Studi Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Wiwik Wahidah Osman (1), Amalia Paramitha (2) (1)
Lebih terperinciDAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : EMY ROSSANTY L2D 306 006 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK Daerah pesisir
Lebih terperinciPERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR
PERSPEKTIF KRONO SPASIAL PENGEMBANGAN PANTAI UTARA JABODETABEKPUNJUR OUTLINE: 1. 2. 3. 4. Isu-isu di Kawasan Pantura Jabodetabekpunjur Kronologis Kebijakan Penataan Ruang Konsep Penataan Ruang Konsep substansi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang mempunyai peran bagi keperluan pembangunan bangsa Indonesia dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir
BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi
Lebih terperinciLOGO Potens i Guna Lahan
LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan
Lebih terperinciAMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) Pengertian AMDAL Kriteria wajib AMDAL Proses AMDAL Jenis AMDAL Contoh kasus AMDAL AMDAL Lahan Basah Fungsi AMDAL Pengertiang AMDAL Adalah kajian mengenai dampak
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki potensi sumberdaya kelautan dan pesisir yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN
Lebih terperinciPROFIL SANITASI SAAT INI
BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana
Lebih terperinciKELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI
-157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup
Lebih terperinciMOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari
BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik Wisata dengan Konsep Revitalisasi Mukti Ali (1), Muhammad Adhim Arasy (2), Andi Risdayanti (2), Tristania Agatha K. (2)
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan
Lebih terperinciKeterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur
P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Drainase merupakan prasarana suatu kawasan, daerah, atau kota yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1 1.2. Maksud dan Tujuan Studi......8 1.2.1. Maksud......8
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DAN KABUPATEN BANDUNG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciAIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan
AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG
17 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai meliputi ruang atau daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS
KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN BONTOHARU KABUPATEN KEPULAUAN SALAYAR
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN BONTOHARU KABUPATEN KEPULAUAN SALAYAR Murshal Manaf Staf Pengajar Jurusan Teknik PWK, Universitas 45 Makassar Murshal_manaf@yahoo.com ABSTRAK Analisis
Lebih terperinciTUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA. ARAH KEBIJAKAN REVITALISASI PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR (Kasus Reklamasi Pantai)
TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM INFRASTRUKTUR WILAYAH DAN KOTA ARAH KEBIJAKAN REVITALISASI PANTAI LOSARI KOTA MAKASSAR (Kasus Reklamasi Pantai) Disusun oleh Kaharuddin Disusun oleh SUKARDI PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya
Lebih terperinciPENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU
PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan PESISIR Wilayah pesisir adalah hamparan kering dan ruangan lautan (air dan lahan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.
KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI
BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir
Lebih terperinciMENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI
e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 10 September 2016 www.msp-lawoffice.com MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI Kajian terhadap Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai km
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut 3,1 juta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,
Lebih terperinci