Kata Kunci : Kawasan Strategis Kawasan Ekonomis Pertumbuhan Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci : Kawasan Strategis Kawasan Ekonomis Pertumbuhan Ekonomi"

Transkripsi

1

2 ABSTRAK Kajian kawasan strategis pada Pemerintahan Kota Medan, bertujuan untuk Melakukan analisis dan pemetaan dari profil untuk Kawasan Strategis di wilayah Kota Medan berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun Selain itu, kajian ini juga menganalisis dampak Penentuan Kawasan Strategis yang disesuaikan dengan Sektor Ekonomi Unggulan Kota Medan dalam mencapai Kawasan Ekonomis Perkotaan. Terakhir, kajian ini ingin membuat kriteria dalam penentuan kawasan strategis yang terdapat pada RUTRK kota Medan, sehingga sesuai dengan karakteristik wilayah dan keterkaitannya dengan aktivitas ekonomi lainnya. Berdasarkan temuan yang diperoleh dari Kajian Kawasan Strategis ini, bahawa CBD Polonia harus dievaluasi sebagai kawasan yang mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor formal perdagangan dan kawasan perkantoran. Karena wilayah CBD Polonia sangat dekat dengan kawasan strategis nasional, yakni Landasan Udara (LANUD) Polonia sebagai fungsi Pertahanan Udara Nasional seperti pangkalan militer, maka jika ada pembangunan kompleks gedung perkantoran, kemudian pembangunan rumah tringgal (resident) yang berbentuk vertikal, maka dapat mengancam keselamatan penerbangan pesawat angkatan udara. Selain itu, status kepemilikan tanah atas CBD Polonia masih belum jelas, sehingga pengembangannya menjadi sangat lambat. Selain penemuan diatas, maka wilayah utara Medan banyak dijaadikan kawasan strategis kota yang berorientasi mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti kawasan pelabuhan laut BELAWAN yang dilengkapai dengan Pelabuhan orang dan pelabuhan petikemas untuk angkutan barang baik antar pulau maupun antar negara. Kawasan industri Mabar, yang termasuk kawasan industri terbesar di Sumatera Utara. Terdapat juga kawasan yang memberi daya dukung terhadap lingkungan hidup serta memberi peluang dalam pengembangan pariwisata kota khususnya wilayah pesisir pantai, yakni Hutan Mangrove di Medan Belawan, Labuhan dan Marelan, kawasan wisata Danau Siombak (danau buatan). Wilayah utara kota Medan khususnya Marelan juga ditetapkan sebagai kawawsan budidaya agrobisnis dengan konsentrasi produk berupa sayur-mayur dan budidaya hewan ternak ikan dan unggas, guna memenuhi permintaan lokal masyarakat Medan. Program revitalisasi kawasan kota tua harus secepatnya dilakukan, sehingga gedung-gedung tua tersebut dapat dimanfaatkan baik komersil maupun menjadi kawasan heritage Medan yang memiliki nilai historis yang sangat bagus. Revitalisasi bangunan tua di seputaran Kawasan KESAWAN Medan akan menjadi icon penting untuk destinasi wisata kota. Selain itu ada kota tua di Medan Labuhan yang dilengkapai sarana ibadah Konghucu dan Mesjid Al Usmani yang bergaya Eropa dan Timur Tengah menjadi daya tarik untuk dikembangkan. Kawasan komplek Stasiun Kereta Api Medan dan Pulo Brayan yang sangat unik dan dapat digunakan sebagai kawasan pergudangan dan perdagangan yang lebih baik, nyaman dan mudah diakses, tanpa menghancurkan bangunan tua yang ada. Kata Kunci : Kawasan Strategis Kawasan Ekonomis Pertumbuhan Ekonomi i

3 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iv v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Hukum Kegiatan Kajian Maksud Kegiatan Kajian Tujuan Kegiatan Kajian Sasaran Kegiatan Kajian 5 BAB 11 TINJAUAN LITERATUR DAN STUDI PUSTAKA Teori Lokasi dan Analisa Ekonomi Spasial Penetapan Kawasan Strategis Penetapan Kawasan Strategis di Kota Medan Tujuan Yang Akan Dicapai dalam Penetapan Kawasan Strategis Dasar Penetapan Kawasan Strategis dalam RTRWK 11 BAB III MTODE PENELITIAN DAN ANALISIS Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengambilan Data Data Primer D ata Sekunder Waktu Penelitian 13 BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PEMBANGUNAN Perkembangan Strategi Pengambangan Pembangunan Di Indonesia Strategi Pembangunan Wilayah di Propinsi Sumatera Utara Strategi Pembangunan Wilayah di Kota Medan 16 BAB V KAWASAAN STRATEGIS KOTA MEDAN BERDASARKAN PADA RENCANA TATA RUANG ii

4 WILAYAH (RTRW) Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Profil Kawasan CBD Polonia Kawasan Pelabuhan Belawan Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Bidang Sosial Budaya Kawasan Strategis berdasarkan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Pengembangan Kawasan Budi Daya Kawasan Budidaya Perikanan Kawasan Strategis Nasional dan Propinsi di Wilayah Kota Medan Kontribusi Sektor Unggulan dan Sub Sektornya dari PDRB Kota Medan 47 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi 57 DAFTAR PUSTAKA 58 iii

5 DAFTAR TABEL No Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 5-1 Tabel 5-2 Tabel 5-3 Tabel 5-4 Tabel 5-5 Total Produksi Sayur-Mayur dan Cabe di Kecamatan Medan Marelan Tahun Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air Payau Kota Medan 40 Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air Tawar Kota Medan 41 Produksi Sayur-Mayur per Kecamatan di Kota Medan Tahun Perkembangan Kontribusi (%) dari Sektor dan Sub Sektor PDRB Kota Medan 55 iv

6 DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman Gambar 5-1 Salah satu Pojok Kawasan Bisnis di CBD Polonia 18 Gambar 5-2 Pelabuhan Laut Belawan Angkutan Barang 19 Gambar 5-3 Pelabuhan Laut Belawan Terminal Petikemas 20 Gambar 5-4 Akses Jalan Menuju Pelabuhan Petikemas 21 Gambar 5-5 Stasiun Kereta Api Belawan 22 Gambar 5-6 Titi Gantung sebagai Akses Jalan dari dan ke Stasiun Besar Medan 24 Gambar 5-7 Kawasan Seputaran Lapangan Merdeka Medan 25 Gambar 5-8 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Kesawan Medan 25 Gambar 5-9 Kawasan Rumah Tjong Afie Kesawan Medan 26 Gambar 5-10 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Hindu Medan 26 Gambar 5-11 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Raden Saleh Dalam Medan 27 Gambar 5-12 Toapekong Medan Labuhan 28 Gambar 5-13 Rumah Toko Bergaya Pecinan di Kota Tua Labuhan 29 Gambar 5-14 Mesjid Al-Osmai Medan Labuhan 29 Gambar 5-15 Stasiun Kereta Api Medan Labuhan 30 Gambar 5-16 Stasiun Kereta Api Belawan 31 Gambar 5-17 Kawasan Pgudangan di Stasiun Kereta Api Brayan 31 Gambar 5-18 Kompleks Istana Maimun Medan 32 Gambar 5-19 Kompleks Mesjid Raya Al Mashun Medan 33 Gambar 5-20 Kompleks Kuil Sri Maryamman 33 Gambar 5-21 Kebun Sayur di Kawasan Medan Marelan 35 Gambar 5-22 Kawasan Hutan Mangrove di Pesisir Kota Medan 36 Gambar 5-23 Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan 37 v

7 No Judul Halaman Gambar 5-24 Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan 38 Gambar 5-25 Kawasan Budidaya Perikanan di Pesisir Medan Belawan 42 Gambar 5-26 Kawasan Budidaya Perikanan Air Tawar Medan Tuntungan 43 Gambar 5-27 Peta Penyebaran Kawasan Strategis Kota Medan 46 Gambar 5-28 Perkembangan Kontribusi Sektor Indusri Pengolahan Serta Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun Gambar 5-29 Perkembangan Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, serta Sub Sektor PDRB Kota Medan tahun Gambar 5-30 Perkembangan Kontribusi Sektor Bangunan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun Gambar 5-31 Perkembangan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun Gambar 5-32 Perkembangan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Peerusahaan serta Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun Gambar 5-33 Perkembangan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa serta Sub Sektor PDRB Kota Medan Tahun vi

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek lokasi menjadi sangat penting dalam tahapan pembangunan ekonomi baik di negara-negara sedang berkembang maupun dinegara-negara maju. Terdapat tiga isu utama dalam pembangunan yakni; pertama, ketimpangan geografi (geographic unevenness); kedua, siklus sebab akibat (circular causation); ketiga, dampak bertetangga/berdekatan (neighborhood effect) dalam World Development Report (2009). Aspek ruang memiliki dimensi geografis dan lansekap ekonomi (economic landscape) yang menjadi variabel tambahan penting dalam kerangka teori ekonomi pembangunan. Sesuai dengan perkembangan ilmu saat ini, maka munculah konsep baru dalam mengkombinasikan kedua aspek tersebut yakni aspek geografi dan aspek ekonomi, dan dikenal dengan istilah geografi ekonomi (economic geography). Konsep ini mampu menjelaskan tentang tabir misteri (blackbox) permasalahan dari ketidakseimbangan spasial dalam proses pembangunan. Pembangunan daerah dan pertumbuhan ekonomi daerah dalam kerangka kebijakan pembangunan sangat tergantung pada permasalahan dan karakteristik spesifik wilayah yang terkait. Perbedaan tingkat pembangunan dapat dilihat dari adanya perbedaan peranan sektoral yang mempengaruhi pembentukan PDRB di suatu wilayah.secara hipotesis, dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan sektor ekonomi yang memiliki keunggulan baik secara alamiah maupun non-alamiah, maka semakin tinggi pertumbuhan PDRB wilayah tersebut.peranan dari setiap sektor dapat dilihat dari data PDRB pada setiap tahunnya. PDB dan PDRB memiliki 9 sektor ekonomi, dari kesembilan sektor itu ada beberapa sektor yang memiliki tingkat keunggulan (economic base) lebih baik dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.sektor basis tersebut memiliki peranan yang penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektorsektor lainya, sehingga melihat sektor-sektor yang memiliki keunggulan dan kelemahan di wilayahnya menjadi sangat penting. 1

9 Bila suatu sektor dikatakan basis atau memiliki keunggulan tertentu, maka nilai tambah dari sektor tersebut akan lebih baik jika dibandingkan dengan sektorsektor lain dan juga jika dibandingkan dengan sektor tersebut dengan daerah lainnya. Sehingga sektor basis tersebut merupakan komoditas ekspor utama dari daerah tersebut. Ricardo dalam teorinya menyatakan bahwa sektor yang disebut basis merupakan sektor ekspor utama bagi daerah tersebut dan juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ( Tarigan, 2009, hal. 56). Namun sektor unggulan dapat juga didefinisikan sebagai sektor yang mampu menggerakkan roda perekonomian di suatu wilayah dalam meningkatkan aktivitas ekonomi dan mampu menggerakkan (economic driven) pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik dan berkesinambungan (suistanability). Pengertian sektor basis (unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, nasional maupun regional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul atau basis jika pada sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama di negara lain. Ricardo (1917) dalam Salvatore (2001) telah membuktikan bahwa apabila dua negara yang saling berdagang dan masingmasing negara melakukan spesialisasi produksi pada produk yang memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage), untuk kemudian akan mengekspor barang-barang tersebut ke negara yang memiliki kerugian komparatif (comparative disadvantage) terhadap barang tersebut, maka kedua negara akan meraih keuntungan dalam perdagangan internasinal yang sedang dijalani keduanya. Ternyata hal seperti ini juga berlaku dalam melihat keunggulan dari sektor-sektor ekonomi pada suatu daerah atau kota, untuk mengembangkan perekonomiannya dari waktu ke waktu. Kawasan strategis wilayah kabupaten atau kota merupakan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang penataan ruangnya sangat diprioritaskan. Kawasan strategis ini mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau daya dukung lingkungan hidup. Penentuan kawasan strategis kabupaten/kota lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis (RTRK). 2

10 Kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap, tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain dibidang sejenis dan atau kegiatan dibidang lainnya, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Kawasan startegis di wilayah Kota atau Kabupaten berfungsi juga dalam mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi diidentifikasi melalui penentuan sektor-sektor ekonomi kunci pada wilayah tersebut, sektor-sektor unggulan yang dimiliki oleh setiap kabupaten/kota, preferensi investasi di masingmasing kabupaten/kota, serta pengembangan kebijakan infrastruktur pendukung pengembangan wilayah. Kemudian diidentifikasi juga karakteristik tingkat perkembangan masing-masing kabupaten atau kota. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten atau kota akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis. Kawasan strategis kabupaten berfungsi sebagai : (1) Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; (2) Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan; (3) Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur dan rencana pola ruang; (4) Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan (5) Sebagai dasar penyusunan rencana lebih rinci untuk tata ruang wilayah kabupaten/kota. Untuk Kota Medan, arah dalam pengembangan ekonomi lebih jelas dijabarkan melalui penentuan kawasan-kawasan strategis ekonomi dengan melihat posisi tingkat perkembangan setiap kecamatan, prioritas sektor unggulan apa yang dapat dikembangkan di kawasan tersebut berdasar sektor unggulan di kota Medan, serta kebutuhan infrastruktur pendukung wilayahnya; prioritas investasi jangka pendek dan jangka panjang menjadi bahan masukan dalam menetapkan fokus dari sektor- 3

11 sektor untuk setiap kawasan strategis yang dikembangkan; serta potensi kerja sama antar daerah disekitarnya. Medan sebagai kota yang sangat besar, sudah memiliki perencanaan kawasan strategis untuk tingkatan kota. Kawasan-kawasan strategis tersebut telah dijabarkan pada RUTR Kota Medan. Dalam menentukan kawasan strategis maka pihak Pemerintah Kota Medan (selanjutnya disebut dengan Pemko Medan) harus menyesuaikan dengan kawasan strategis yang telah ditentukan baik skala nasional maupun skala propinsi. Pembangunan daerah dan kota dewasa ini semakin dinamis dan kompleks. Berbagai isu dan permasalahan muncul dan menuntut penyelesaian segera, tepat sasaran, tuntas dan berkelanjutan. Tantangan pembangunan daerah dan kota tidak saja dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah, akan tetapi juga bagaimana mengimplementasikan dan mengawasinya secara efektif dan transparan. Tantangan tersebut dapat berupa permasalahan penyediaan lahan, penataan sistem transportasi, penyediaan prasarana dan sarana, pengadaan fasilitas umum, perumahan dan permukiman, sarana hiburan dan lain-lain Dasar Hukum Kegiatan Kajian Adapun landasan hukum yang melatarbelakangi kegiatan Kajian Kawasan Strategis Menuju Kawasan Ekonomis di Kota Medan, yakni : 1. Undang-undang No. 18 Tahun 2002, tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 2. Undang-undan No. 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. 4. Peraturan daerah Kota Medan No. 8 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun 2015; 5. Peraturan Walikota Medan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun

12 1.3. Maksud Kegiatan Kajian Adapun maksud dari kegiatan Kajian Kajian Kawasan Strategis Menuju Kawasan Ekonomis di Kota Medan, yakni : 1. Bagaimana perkembangan kawasan strategis yang telah ditetapkan oleh RUTRK Medan sehingga dapat memberi kontribusi yang besar untuk perkembangan ekonomi kota Medan. 2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penentuan kawasan strategis bernilai ekonomis terhadap kontribusi sektor ekonomi unggulan Kota Medan. 3. Bagaimana kriteria dalam penentuan kawasan strategis yang terdapat pada RUTR kota Medan sesuai dengan karakteristik wilayah serta memiliki keterkaitan (linked) yang cukup besar dengan aktivitas ekonomi lainnya Tujuan Kegiatan Kajian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Kajian Kawasan Strategis Menuju Kawasan Ekonomis di Kota Medan, yakni : 1. Melakukan analisis dan pemetaan dari profil Kawasan Strategis kota Medan berdasarkan dokumen yang terdapat pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun Melakukan analisis dampak Penentuan Kawasan Strategis yang disesuaikan dengan Sektor Ekonomi Unggulan Kota Medan dalam mencapai Kawasan Ekonomis Perkotaan. 3. Melakukan analisis tentang kriteria penentuan kawasan strategis yang terdapat pada RUTRK kota Medan, sesuai dengan karakteristik wilayah serta keterkaitannya dengan aktivitas ekonomi yang lain Sasaran Kegiatan Kajian Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kajian ini berupa tersedianya profil Kawasan Strategis yang menjadi Kawasan Ekonomis pada wilayah kota Medan, dan beberapa rekomenasi-rekomendasi dalam bentuk kebijakan pengembangan wilayah guna mendukung kawasan ekonomis tersebut. 5

13 BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN STUDI PUSTAKA Proses dari pembangunan ekonomi akan selalu fokus pada permasalahan daya saing industri, ketersediaan infrastruktur, angkatan kerja dan pengembangan pasar, sehingga proses yang terjadi dalam pembangunan ekonomi ini akan berkesinambungan (suistanable development) dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi akan mngisyaratkan adanya proses pertumbuhan ekonomi yang juga berkesinambungan. Bicara tentang pembangunan ekonomi, sekaligus membahas pertumbuhan ekonomi dan faktor sosial lainnya, jadi pembangunan ekonomi menyiratkan dimensi jamak. Berdasarkan pada aspek waktu, maka pembangunan ekonomi akan membahas tentang transformasi ekonomi dan sosial dalam kurun waktu panjang biasanya antara 20 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembangunan ekonomi akan menghasilkan keadaan berupa ketimpangan ekonomi dan penduduk sebagai konsekwensi alamiah, karena ada daerah yang dapat beraglomerasi secara ekonomi lebih dahulu dan menghasilkan daerah konsentrasi ekonomi serta penduduk Teori Lokasi dan Analisa Ekonomi Spasial Ada perbedaan pokok antara ilmu ekonomi wilayah dan ekonomi perkotaan dengan ekonomi tradisional (mikro ekonomi dan makro ekonomi) adalah menyangkut aspek lokasi dan tata ruang (space). Teori lokasi dan analisis ekonomi spasial (spatial economic analysis) merupakan landasan pokok dan menjadi karakteristik utama dari ilmu ekonomi wilayah (regional economics) dan ekonomi perkotaan (urban economics). Jadi dalam analisis ekonomi spasial dimana tata ruang dan lokasi kegiatan ekonomi (economic activity) merupakan unsur yang sangat penting. Teori lokasi akan memberikan kerangka analisis yang sistematis mengenai pemilihan lokasi kegiatan ekonomi dan sosial, serta analisis interaksi antarwilayah. Teori lokasi menjadi sangat penting karena pemilihan lokasi yang tepat akan dapat memberikan penghematan cukup besar pada ongkos angkut dan 6

14 biaya produksi sehingga mendorong terjadinya efisiensi baik dalam bidang produksi maupun pemasaran produk. Sedangkan interaksi antarwilayah akan mempengaruhi perkembangan bisnis yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Pada konsep spasial, faktor jarak menjadi sangat dominan dalam menentukan suatu lokasi industri, karena terkait langsung dengan biaya transportasi, baik biaya angkut dari sumber bahan baku ke unit pengolahan dan dari unit pengolahan menuju pasar. Total biaya transportasi ini disebut dengan istilah biaya lokasional. Harga jual produk per-satuan unit di pasar, tergantung pada biaya basis (biaya produksi ditambah dengan laba marginal) dan biaya lokasional, sehingga harga jual produk per satuan unit akan semakin tinggi jika semakin jauh dari lokasi industri (pabrik). Dengan asumsi tidak ada perlakuan pada diskriminasi harga. Biaya lokasional bertambah besar akibat munculnya biaya distribusi (biaya angkut produk dari pabrik ke pasar) yang merupakan fungsi dari jarak tempuh meskipun (biaya angkut bahan baku ke pabrik) diasumsikan konstan. Formulasi dari teori lokasi dan analisis ekonomi spasial, dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor utama yang menentukan pemilihan lokasi kegiatan ekonomi, baik bidang pertanian, maupun industri dan jasa. Pemilihan lokasi tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi saja, tetapi juga oleh faktor sosial, geografi maupun kebijakan pemerintah. Ada enam faktor ekonomi dan sosial yang mempengaruhi lokasi seperti yang diuraikan dalam Syafrizal (2012), yakni adanya biaya pengangkutan, perbedaan upah antar wilayah, keuntungan aglomerasi, kompetisi antar wilayah, konsentrasi permintaan dan harga sewa tanah. Pada level paling tinggi dari teori lokasi sebagai faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk memilih lokasi produksi perusahaannya, seperti yang diuraikan oleh Cann (2001). Ada empat kelompok pemikiran dalam teori lokasi yang menjadi dasar utama untuk memilih tempat sebagai lokasi produksi perusahan yaitu : pertama, kelompok yang menekankan pada faktor biaya (costs factor) yang dimotori oleh Weber; kedua, kelompok yang fokus pada interdependensi lokasi (locational interdependence) yang dimotori oleh Hotelling; ketiga, kelompok yang menekankan pada sisi permintaan konsumen (demand) yang dikembangkan oleh Losch; keempat, kelompok yang menekankan pada sisi 7

15 keuntungan perusahaan dan prilaku manusia (profit and human behaviour) yang dikembangkan oleh Smith dan Pred. Untuk kelompok saling ketergantungan lokasi perusahaan atau bisnis dari Hotteling dan kelompok yang berorientasi pada profit dan prilaku orang dalam berbisnis tidak dikemukakan lebih lanjut, karena lebih bersifat spesifik dan cenderung lebih individu. Sedangkan untuk kelompok Weberian dan Loschian akan lebih banyak dijelaskan pada sub bagian selanjutnya dalam disertasi ini. Losch juga menjelaskan tentang pola keseimbangan ekonomi spasial untuk mencapai keuntungan maksimum, baik pada tingkat skala ekonomi individu perusahaan maupun skala ekonomi daerah. Untuk mencapai pola keseimbangan ekonomi spasial, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah : pertama, penentuan lokasi industri (perusahaan) harus mencerminkan letak yang menguntungkan (baik bagi produsen dan konsumen), artinya saling mendapatkan keuntungan tanpa merugikan pihak yang lain; kedua, lokasi industri harus terdistribusi diseluruh penjuru spasial, sehingga tidak memungkinkan bagi pemain baru (industri sejenis ikut beroperasi pada space yang sama) atau tidak memungkinkan bagi industri baru akan beropersi diareal yang sama; ketiga, kegiatan ekonomi harus bersifat terbuka, dan perolehan laba mencerminkan nilai yang wajar sehingga diharapkan kompetisi antar produsen di pasar dapat ditiadakan; keempat, areal pemasaran produk harus sekecil mungkin agar perusahaan-perusahaan yang ada operasionalnya dapat berkesinambungan; kelima, kebutuhan konsumen yang berada di lokasi perbatasan harus disuplai oleh perusahaan-perusahaan yang terdekat agar harga jual produk dapat sama dengan lokasi lain. Ukuran dan bentuk areal pasar akan mengambarkan keuntungan yang akan diperoleh produsen. Semakin banyak produk yang diminta oleh pasar, maka semakin rendah harganya, demikian pula semakin jauh jarak konsumen dari lokasi industri,maka semakin sedikit pula jumlah produk yang diminta oleh konsumen karena harga jual untuk per-satuan unit menjadi lebih mahal. Menurut Losch, bentuk areal pasar yang optimal adalah berbentuk heksagonal, artinya bila terdapat banyak perusahaan sejenis maka akan terjadi kompetisi antar produsen didaerah tersebut untuk mendapatkan konsumen dalam memenuhi permintaan 8

16 pasar sehingga harga jual produk menjadi lebih murah akibat adanya kompetisi perusahaan-perusahaan tersebut Penetapan Kawasan Strategis Kawasan strategis wilayah kabupaten atau kota merupakan bagian wilayah kabupaten/kota yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten atau kota lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis, dalam (Indonesian Institute for Infastructure Studies; 2013) Penentuan batasan fisik kawasan strategis kota pada RTRW kota lebih bersifat indikatif. Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kota. Kawasan strategis yang ada di kota memiliki peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan kawasan strategis kota didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan. Penetapan kawasan strategis kota dalam (RTRW Kota Bandung ) ditetapkan dengan beberapa kriteria seperti : 1) Memperhatikan kawasan strategis nasional dan propinsi yang ada di wilayah kota; 2) Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan atau kawasan strategis propinsi namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan yang jelas; 3) Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi dan memiliki potensi ekonomi untuk cepat tumbuh, terdapat sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi, memiliki potensi ekspor, dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan 9

17 teknologi tinggi, serta berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; 4) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya seperti tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya, memiliki prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya, aset yang harus dilindungi dan dilestarikan, tempat perlindungan peninggalan budaya, tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik social, tempat untuk menunjukkan hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang menjadi jati diri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota, dan/atau kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota; 5) Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain: kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir, memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa Penetapan Kawasan Strategis di Kota Medan Tujuan yang akan dicapai dalam Penetapan Kawasan Strategis Adapun tujuan dalam penetapan untuk Kawasan Strategis Kota Medan sebagai berikut: 1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota; 2. Lokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kota; 10

18 3. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota; dan 4. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota Dasar Penetapan Kawasan Strategis dalam RTRWK Sedangkan dasar penetapan kawasan strategis kota Medan sebagai berikut : Tujuan, kebijakan dan strategi dari penataan ruang wilayah kota; Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi penanganan kawasan; Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang telah ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan; Daya dukung dan daya tampung wilayah kota berdasarkan pada Pola Ruang dan Tata Ruang Kota Medan; dan Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 11

19 BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di wilayah kota Medan dan berlangsung selama 3 (tiga) bulan kerja dari Agustus sampai dengan Oktober Jenis dan Sumber Data Jenis Data Berdasarkan atas klasifikasi data, maka pada penelitian kali ini digunakan data kwantitatif dengan jenis rasio dan beberapa data kualitatif. Sedangkan berdasarkan dimensi waktu, maka data yang digunakan adalah Data Runtun Waktu (time serries) yakni data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu (Mudrajat Kuncoro,2003) Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan adalah : (a) Data Primer; yang diperoleh dengan survei dan wawancara langsung kepada Bappeda, SKPD dan Kecamatan terkait yang berhubungan dengan kawasan strategis dan sektor-sektor ekonomi unggulan di kota Medan dan para stakeholders lainnya sebagai pelaku ekonomi dalam bentuk asosiasiasosaisi pengusaha. (b) Data Sekunder; diperoleh dari lembaga pengumpul data baik dari pemerintah dalam hal ini BPS (Biro Pusat Statistik ) Kota Medan, dan Bappeda Kota Medan yang telah dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data Teknik Pengambilan Data Adapun tehnik pengambilan data baik yang berbentuk kwantitatif maupun kwalitatif, Data kwantitatif berbentuk data sekunder berasal dari BPS, sedangkan data kwalitatif diambil dari SKPD dan institusi yang terkait 12

20 dalam mendukung penelitian tersebut. Maka yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah : Data Primer Data yang berasal dari masyarakat pelaku ekonomi kota Medan dalam bentuk asosiasi pengusaha, dengan cara membuat daftar pertanyaan (questioner) yang akan digunakan dalam tehnik wawancara terstruktur dan mendalam dengan beberapa dinas terkait dan beberapa asosiasi pengusaha sektor riil dikota Medan yang sangat tradebale dalam perekonomian kota Medan, guna mendapatkan informasi yang akurat tentang potensi, hasil produksi dan ekspektasi kedepan dari bisnis tersebut Data Sekunder Data yang berasal dari Kantor Statistik Kota Medan, maka pencarian data dilakukan dengan cara langsung ke instansi tersebut untuk pengambilan data yang telah dipublikasikan secara resmi, baik dari Buku Medan Dalam Angka dari tahun maupun publikasi lainnya yang mendukung. Data staistik KADIN (Kamar Dagang dan Industri) kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, Dinas KOMINFO, Asosiasi PHRI kota Medan dan Asosiasi Pengusaha Ritel Kota Medan Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian ini hanya untuk 90 (sembilan puluh) hari kalender (Skedul terlampir) 13

21 BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PEMBANGUNAN 4.1. Perkembangan Strategi Pengembangan Pembangunan di Indonesia Problematika dalam pembangunan di suatu negara atau daerah pada masa yang akan datang masih berkisar pada persoalan spasial, karena berkaitan dengan ketimpangan. Ketimpangan yang terjadi tidak hanya terjadi secara sektoral dan pendapatan dari sisi sosial ekonomi, tetapi ketimpangan terjadi juga antar daerah atau wilayah. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah yang diselaraskan dengan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah, antara kota dengan desa maupun antar sektor ekonomi. Pada masa pemerintahan di zaman Orde Baru, model pengembangan pembangunan dikenalkan dengan konsep wilayah pembangunan. Pendekatan wilayah sebagai pendekatan dalam perencanaan pembangunan berpandangan bahwa pendekatan secara sektoral saja cenderung sempit dan bersifat parsial. Untuk itu pendekatan wilayah dan sektoral sebagai satuan analisis yang berbasisi pendekatan tata ruang. Sejak berlakunya PELITA II maka propinsi Sumatera Utara dengan Kota Medan sebagai pusat pertumbuhannya (growth pole centre) telah menjadi wilayah pembangunan utama (WPU) pada wilayah Pulau Sumatera dalam (Hariani;1994). Medan yang juga sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara, secara regional telah ditetapkan juga sebagai pusat layanan jasa dan ekonomi di propinsi terebut. Maka pada era otonomi daerah seperti ini, strategi pengembangan pembangunan wilayah, lebih bertumpu pada kebijakan pengembangan kawasan kota metropolitan (metropolitan area), kawasan pembangunan ekonomi terpadu (KAPET), dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pada masa pemerintahan SBY-Boediono, mulai dikembangkan startegi wilayah pembangunan berdasarkan pada keunggulan absolut wilayah dan keunggulan kompetitif. Maka strategi pembangunan sedikit berubah dengan konsep MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dengan membagi wilayah koridor pembangunan 14

22 berdasarkan pulau-pulau, dalam (Bappenas;2011). Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia didukung oleh potensi demografi, kekayaan sumber daya alam serta posisi geografis Indonesia. Misalnya saja koridor Pulau Sumatera, yang lebih difokuskan pada pengembangan komoditas perkebunan khususnya komoditi kelapa sawit dan potensi SDA untuk energy yang berasal dari minyak dan gas bumi Strategi Pembangunan Wilayah di Propinsi Sumatera Utara Pada masa pemerintahan Orde Baru, propinsi Sumatera Utara juga memiliki strategi pembangunan wilayah dalam (Hariani; 1994) dengan konsep sebagai berikut : 1. Wilayah Pembangunan I meliputi; Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Kabupaten Nias serta kota Sibolga, dengan pusat pertumbuhannya di Kota Sibolga. Sedangkan potensi ekonomiya berupa perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan industri. 2. Wilayah Pembangunan II meliputi; Kota Pematang Siantar, Kabupaten Tapanuli Utara, Simalungun, Tanah Karo dan Dairi, dengan pusat pertumbuhannya di Kota Pematang Siantar. Sedangkan potensi utama ekonomiya berupa perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan tanaman pangan serta industri. 3. Wilayah Pembangunan III meliputi; Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Langkat, kota Binjai dan Tebing Tinggi, dengan pusat pertumbuhannya di Kota Medan. Sedangkan potensi ekonomiya berupa perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan tanaman pangan, industri pengolahan serta perdagangan. 4. Wilayah Pembangunan IV meliputi; Kabupaten Asahan, Labuhan Batu dan Kota Tanjung Balai, dengan pusat pertumbuhannya di Sinatar. Sedangkan potensi ekonomiya berupa perkebunan rakyat dan korporasi, pertanian dan industri. Namun sejak reformasi, maka strategi wilayah pembangunan ini menjadi tidak digunakan lagi, dan persoalan pemerataan pembangunan, lebih focus pada 15

23 pemekaran wilayah kota dan kabupaten, yang mengakibatkan menjadi 33 kota dan kabupaten di Sumatera Utara saat ini. Namun perkembangan pembangunan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakt masih lambat Strategi Pembangunan Wilayah di Kota Medan Sejalan dengan perkembangan ekonomi di masa pemerintahan Soeharto, maka kota Medan sudah memiliki strategi wilayah pengembangan pembangunan (WPP) dalam (Hariani; Dirjen Bangda; 1994) yang meliputi : 1. WPP-A; meliputi 3 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Belawan, Medan Marelan dan Medan Labuhan, dengan Pusat Pengembangannya di Belawan. 2. WPP-B; hanya meliputi 1 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Deli, dengan Pusat Pengembangannya di Tanjung Mulia. 3. WPP-C; meliputi 5 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Johor, Medan Baru, Medan Maimun, Medan Kota dan Medan Polonia, dengan Pusat Pengembangannya di pusat kota Medan (down town). 4. WPP-D; meliputi 6 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Denai, Medan Area dan Medan Amplas, dengan Pusat Pengembangannya di Aksara. 5. WPP-E; meliputi 6 Kecamatan yakni Kecamatan Medan Barat, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Tuntungan dan Medan Selayang, dengan Pusat Pengembangannya di Sei Sikambing. Kota Medan pada era 1990-an perkembangannya sangat cepat, hal ini ditandai dengan semakin luasnya wilayah administratif kota, dari 11 kecamatan kemudian bertambah menjadi 21 kecamatan. Perluasan wilayah ini mengambil wilayah administratif Kabupaten Deli Serdang. Maka konsep pusat wilayah pengembangan pembangunan sangat dirasakan setelah 5 tahun kedepan, 16

24 BAB V KAWASAN STRATEGIS KOTA MEDAN BERDASARKAN PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: a. Tata ruang di wilayah sekitarnya; b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. Berdasarkan kriteria diatas maka Kawasan Strategis Kota (KSK) Medan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, antara lain: 1. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Pusat Kota (CBD Polonia); Di Kota Medan terdapat 7 (tujuh) kecamatan di Pusat Kota yang ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Baru, Timur dan Medan Kota. 2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); yang akan di kembangkan adalah di Kecamatan Medan Labuhan; 3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET); Kawasan pengembangan ekonomi terpadu ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut : (a) Memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi yang sangat memadai. (b) Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam pengembangan sosial ekonomi. 17

25 (c) Berdampak luas terhadap pengembangan regional, nasional dan internasional (d) Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi. Berdasarkan kriteria diatas maka kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi terpadu adalah: Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Pusat Kota (CBD Polonia) dan Kecamatan Medan Amplas. 4. Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas; Kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas adalah Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Pusat-Pusat Primer dan Sekunder Profil Kawasan CBD POLONIA Lokasi : Kelurahan Polonia, Eks Lokasi Bandar Udara POLONIA Medan Status Tanah : Milik Angkatan Udara dan Sultan Deli Beroperasi : Sejak 2012 Jarak dari Kantor Walikota : 9 Km Pihak yang bekerjasama : Pemko Medan dengan Pihak Swasta Spesifikasi Usaha : Perdagangan, Restoran, Tempat Rekreasi Gambar 5-1 Salah satu Pojok Kawasan Bisnis di CBD Polonia 18

26 CBD Polonia merupakan pusat pertumbuhan ekonomi baru di tengah kota Medan, karena ada pemindahan Bandara Internasional Polonia Medan ke Bandara Internasional Kuala Namu Deli Serdang. Maka kawasan ini dapat dikembangkan menjadi kawasan bisnis dan property, selain itu dapat dilengkapi sarana hiburan Kawasan Pelabuhan Belawan Lokasi : Kelurahan Belawan, Eks Lokasi Bandar Udara POLONIA Medan Status Tanah : Milik Angkatan Laut dan PT. Pelabuhan Indonesia I Medan Beroperasi : Sejak dulu kala Jumlah Perusahaan yang beroperasi : Pihak yang bekerjasama : Pemko Medan, PT. Pelabuhan Indonesia I dan Swasta Gambar 5-2 Pelabuhan Laut Belawan Angkutan Barang Terletak di Kota Medan, Sumatera Utara, Pelabuhan Belawan merupakan pelabuhan terpenting di Pulau Sumatera. Pelabuhan dengan total luas area kerja sekitar ,33 hektar ini dilengkapi empat darmaga, dimana dua diantaranya 19

27 mampu menyandarkan kapal dengan bobot masing-masing hingga 7000 ton. Bongkar muat komoditas Crude Palm Oil (CPO) menjadi primadona aktivitas ekonomi di pelabuhan ini. Nilai kuantitas ekspornya juga tak tanggung-tanggung, mencapai 51 juta ton/tahun. Selain CPO, ada pula bongkar muat bungkil (semacam ampas dari minyak kelapa sawit) dengan nilai ekspor mencapai 985 ribu ton/tahun. Sementara itu, untuk melayani kebutuhan angkutan penumpang, terminal penumpang Pelabuhan Belawan mampu memberangkatkan hingga orang penumpang baik dari dalam maupun keluar daerah setiap harinya. Layanan untuk angkutan orang masih cukup lancar yang dikelola oleh BUMN dan menjadi prioritas kedua setelah maskapai penerbangan dari Medan ke Pulau Jawa. Pelabuhan Belawan juga merupakan pelabuhan laut berskala nasional (antar pulau) dan internasional. Gambar 5-3 Pelabuhan Laut Belawan Terminal Petikemas Pelabuhan bongkar muat untuk petikemas (container) di Pelabuhan Belawan sudah mengalami perbaikan beberapa kali. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari meningkatnya volume keluar masuk barang ke kota Medan sebagai kota inti di jalur wilayah SumateraBahagian Utara (SUMBAGUT), maka pelabuhan Belawan menjadi pintu gerbang masuk dan keluarnya barang dari 20

28 Medan sekitarnya atau masuk dari luar pulau dan bahkan dari luar negeri (impor barang). Kawasan ini dilengkapi juga dengan kawasan perusahaan pelayaran angkutan barang yang melayani jasa pengiriman barang dengan menggunakan container di sepanjang jalan keluar dari Gerbang Tol BELAWAN dan menuju ke gerbang pelabuhan bongkar muat container. Gambar 5-4 Akses Jalan Menuju Pelabuhan Petikemas Kawasan pelabuhan Belawan, juga dilengkapi dengan kawasan pelabuhan ekspor impor yang didukung oleh kawasan perkantoran dan area penempatan container untuk barang ekspor maupun impor. Kawasan Pelabuhan Belawan di Medan, merupakan pintu gerbang di pantai timur Sumatera baik untuk orang maupun barang. Karena di pelabuhan ini ada terminal penumpang untuk kapal laut yang disediakan oleh BUMN PT. PELNI dengan rute pelayaran Belawan- Batam-Tanjung Priok, yang sampai saat ini masih terdapat skedul pelayarannya secara terjadwal. Untuk itu akses menuju pelabuhan Belawan menjadi sangat padat, karena masih didukung dengan kawasan pergudangan dan kawasan perusahaan shipping yang menyediakan jasa layanan barang dalam container. 21

29 Salah satu jalur transportasi agar terhindar dari kemacetan adalah melalui jalan tol BELMERA. Melihat perkembangan jumlah perusahaan shipping di Medan jumlah nya meningkat dari waktu ke waktu, maka revitalisasi jalur kereta api dari dan ke Plebuhan Belawan menjadi sangat prioritas untuk disediakan. Angkutan orang dengan fasilita KRD (Kereta Rel Diesel), akan menambah angkutan yang mudah, murah dan massal mernjadi solusi yang tepat tentang kemacetan di kota Medan. Layanan kereta api ini juuuggga dapat dikembangkan untuk memobilisasi orang menuju Kota Medan dengan menggunakan KRD dan Bus TRANSMEDAN. Gambar 5-5 Stasiun Kereta Api Belawan Pengembangan kawasan Belawan didukung oleh sarana transportasi kereta api, dimana jalur Medan-Belawan akan dibangun rel kereta ganda (double track). Jalur ini akan memudahkan pergerakan orang dari Medan ke Belawan, karena jalur ini juga melewati kawasan industry Medan (KIM Mabar) dan juga komplek 22

30 pergudangan, dimana banyak tenaga kerja yang bekerja pada wilayah tersebut. Selain itu,. Pergerakan barang akan dapat langsung terhubungi dengan kawasan pelabuhan laut Belawan, karena jalur kereta api akan berakhir di Pelabuhan tersebut. Selain dari perencanaan pengembangan jalur kereta api, maka transportasi darat dalam kota di Medan, baik yang berbasis rel maupun jalan raya sepertri BRT (bus rapid transit), dan mulai diawali dengan TRANS MEBIDANG. Jalur Kereta api angkat dibangun rel ganda (doble track), sehingga lebih mudah untuk mengangkut orang dan barang yang terkoneksi secara langsung dari inti kota ke pelabuhan Belawan Kawasan Strategis berdasarkan Kepentingan Bidang Sosial Budaya Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah : 1. Kawasan adat tertentu; 2. Kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan strategis sosial budaya meliputi wilayah : (a) Kawasan Komplek Kereta Api Medan; Banyak bangunan di sekitar Lapangan Merdeka yakni kompleks stasiun kereta api, jembatan Titi Gantung, komplek pergudangan, dan pertokoan di Kesawan dan Pusat penjualan tekstil yang dikenal dengan Pajak Ikan Lama. Kawasan seputar stasiun kereta api Medan, merupakan pusat laayanan transportasi dan merupakan alun-alun kota Medan. Lapangan Merdeka juga merupakan titik 0 dari kota Medan, bahkan perkembangan saat ini telah menjadi kawasan bisnis khususnya restoran dan perdagangan. Kawasan ini juga merupakan pusat keuangan perbankan sebagai pendukung aktivitas ekonomi. Selain itu, kawasan ini menjadi pusat Hotel Bintang 5 di kota Medan, dimana akses ke kantor-kantor pemnerinbtahan 23

31 dan bisnis tidak dari lokasi hotel dan stasiun kereta api yang menuju Bandara Kuala Namu. Selain sebagai pusat layanan transportasi, kawasan seputar Stasiun kereta api Medan merupakan kawasan cagar budaya berupa bangunanbangunan peninggalan zaman kolonial Belanda, seperti kawasan pertokoan KESAWAN Medan yang menjadi pusat kegiatan perdagangan dan restoran. Pada kawasan ini terdapat juga rumah peninggalan Tjong Afie pendatang dari daratan Cina dan akhirnya menetap di kota Medan. Untuk menambah destinasi wisata kota tua di Medan, maka program revitalisasi kota tua di seputaran Kesawan sampai jalan Hindu harus direnovasi dan dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah dan lansekap bangunan. Sebahagian dari gedung tua tersebut dapat dijadikan Museum Tematik, seperti transportasi Medan dari masa ke masa yang dapat menjadi venue nya kota Medan. Gambar 5-6 Titi Gantung sebagai Akses Jalan dari dan ke Stasiun Besar Medan 24

32 Gambar 5-7 Kawasan Seputaran Lapangan Merdeka Medan Gambar 5-8 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Kesawan Medan 25

33 Gambar 5-9 Kawasan Rumah Tjong Afie Kesawan Medan Gambar 5-10 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Hindu Medan 26

34 Gambar 5-11 Kawasan Bangunan Tua Seputaran Jalan Raden Saleh Dalam Medan (b) Kawasan Kota Lama Labuhan Deli; Kawasan Kota Tua bergaya Pecinan dan Melayu yang terdiri dari Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai dan Stasiun Kereta Api Belawan. 27

35 Gambar 5-12 Toapekong Medan Labuhan Kawasan kota tua Medan Labuhan akan dijadikan kawasan heritage kota Medan sebagai bagian dari kawasan pecinan. Tapi kawasan ini belum direhabilitasi, sehingga belum dimanfaatkan secara ekonomi walaupun potensi ekonominya cukup besar. Kawasan pecinan ini sangat berdekatan dengan Mesjid Al-Osmani sebagai bagian dari peninggalan Kesultanan Deli. Maka kawasan ini dapat dikembangkan menjadi kawasan akultrasi budaya Merlayu dan Cina di kota Medan. Selain itu kawasan Kota Tua ini sangat berdekatan dengan rumah toko bergaya Cina dimasa kolonial Belanda, sehingga jejak-jejak bisnis perdagangan masa lalu masih jelas terlihat. Sebaiknya pemerintah Kota Medan membuat program revitalisasi kota tua di wilayah Labuhan ini, maka lokasi ini akan menjadi tujuan wisata kota tua yang sedikit lebih religious karena ada 2 bangunan rumah ibadah yang umurnya sudah cukup lama, serta kondisi fisik bangunan relative cukup baik. Pusat kuliner Cina Peranakan di Medan serta etnik Melayu Deli sebagai landmark kota Medan di wilayah utara. Revitalisasi kota tua ini dapat mendukung sector pariwisata kota Medan. 28

36 Gambar 5-13 Rumah Toko Bergaya Pecinan di Kota Tua Labuhan Gambar 5-14 Mesjid Al-Osmani Medan Labuhan Akses menuju kawasan heritage Medan Labuhan ini dapat melaui jalan raya utama yakni Jalan Yos Sudarso karena berada di pinggir jalan 29

37 utama, selain itu dapat diakses juga melaui jalan tol BELMERA. Selain itu jalur kereta api juga dapat digunakan karena ada stasiun kereta api sejak zaman Belanda, maka lokasi stasiun sudah direvitalisasi karena perencanaan PT. KAI (Kereta api Indonesia) akan menghidupkan lagi jalur Medan Belawan untuk angkutan orang. Gambar 5-15 Stasiun Kereta Api Medan Labuhan (c) Kawasan Perumahan dan Pergudangan Eks DSM (Deli Spoorweg Maatsehappij) di Pulo Brayan; Stasiun Pulu Brayan (PUB) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Pulo Brayan Bengkel, Medan Timur, Medan. Stasiun ini berada di Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh. Stasiun ini berada 200 meter dari persimpangan Brayan. Kompleks stasiun ini memiliki sebuah rumah sinyal yang masih dipakai sampai saat ini dan juga memiliki kompleks pergudangan yang kini disewakan untuk umum. Sekitar 200 m ke arah selatan stasiun, terdapat persimpangan rel ke kanan menuju Balai Yasa Medan. Selain itu, di ujung sebelah utara stasiun ini terdapat juga Dipo Kereta Pulu Brayan, sebagai tempat diperbaikinya kereta api dan gerbong. Setiap harinya stasiun ini melayani sekitar 16 kali dinasan kereta CPO dan BBM, dan empat kali dinasan kereta komuter Sri Lelawangsa. Stasiun ini juga merupakan stasiun pengisian pupuk yang akan dibawa sampai ke Rantau Prapat. 30

38 Gambar 5-16 Stasiun Kereta Api Belawan Gambar 5-17 Kawasan Pergudangan di Stasiun Keretaapi Brayan 31

39 (d) Kawasan Istana Maimun; yang meliputi Mesjid Raya Kota Medan, Istana Maimun dan Taman Sri Deli; Istana Maimun yang merupakan salah satu ikon kota Medan dibangun oleh Sultan Seli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Memiliki luas sekitar m persegi. Kawasan Istana Maimundan Mesjid Raya AL Mahsun yang terketak di Jakan Brigjen Katamso dan Jalan Sisingamangaraja saat ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan komersial, perumahan dan pemukiman penduduk. Kawasan ini dilengkapi dengan komplek Masjid Raya dan Taman Sri Deli sebagai satu kesatuan. Gambar 5-18 Kompleks Istana Maimun Medan 32

40 Gambar 5-19 Kompleks Mesjid Raya Al Mashun Medan (e) Kawasan Kampung Keling; Terdapat bangunan rumah ibadah etnis India berupa Kuil Sri Maryamman untuk agama Hindu, dan yang cukup terkenal juga adalah Pusat Kuliner Kota Medan mulai dari sore sampai malam hari. Gambar 5-20 Kompleks Kuil Sri Maryamman 33

41 (f) Kawasan Kesawan; Kota Tua Pusat Kota Medan (dengan gedunggedung tua bekas pusat perdagangan kota di zaman Belanda); Rumah Tradisonal Tionghoa peninggalan Tjong A Fie Kawasan Strategis berdasarkan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain, adalah kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman Nasional. Kriteria kawasan perlindungan yang strategis adalah : (a) Memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan dan mengantisipasi bencana banjir; (b) Memiliki peranan ekonomi yang cukup besar, jika dapat dikelola dengan baik; (c) Kebutuhan pemberian identitas kota dengan pengembangan tanaman. Kawasan strategis yang perlu dikembangkan sebagai kawasan ekonomis serta memiliki kepentingan untuk fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kota Medan adalah : (a) Kawasan Agrobisnis di Kecamatan Medan Marelan; wilayah ini menghasilkan tananaman holtikultura seperti sawi hijau, kacang panjang, cabe, terong, timun, kangkung, bayam dan bawang merah.pada tahun 2015, produksi pertanian holtikultura berupa sayur-mayur di Kecamatan Medan Marelan adalah sebagai berikut: Tabel 5-1 Total Produksi Sayur-Mayur dan Cabe di Medan Marelan Tahun 2015 No Komoditi Produksi (Ton) Sawi Cabe merah Kangkung Bayam Bawang merah Sumber: DinasPpertanian,Kkelautan danperikanankota Medan 34

42 Untuk mendorong kegiatan agribisnis ini, maka Pemerinta Kota Medan dalam hal ini dinas pertanian, kelautan dan perikanan memberikan bantuan kepada para petani. Bantuan yang diberikan dalam bentuk benih, pupuk dan obat-obatan. Untuk tahun 2015, bantuan yang diberikan antara lain: benih cabe (375 gr), pupuk kandang (1.633 kg), kapur (dolomit) sebanyak kg, NPK (545 kg), Insektisida (Promexin) sebanyak 2.5 kg, fungisida (antracol) sebanyak 2.5 kg, fungisida (factory) sebanyak 2.5 kg dan mulsa sebanyak 23 ball. Gambar 5-21 Kebun Sayur di Kawasan Medan Marelan (b) Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan; Banyak cara yang dilakukan manusia untuk, meredam gelombang tsunami, salah satunya dengan membuat hutan bakau atau mangrove. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan 35

43 bakau. Namun berbeda dengan di Indonesia, banyak hutan bakau yang beralih fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain. Hutan mangrove di pesisir kota Medan berada di kawasan utara yakni Belawan sekitarnya, walaupun tidak terlalu luas, tapi masih dapat dijadikan destinasi wisata alam pesisir pantai. Hutan mangrove yang paling luas terdapat di kecamatan Medan Belawan. Gambar 5-22 Kawasan Hutan Mangrove di Pesisir Kota Medan Kawasan hutan mangrove kota Medan terdapat di 3 kecamatan (sumber: Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Medan;2015) yakni : 1. Kecamatan Medan Belawan dengan luas hektar; yang terdapat di Kelurahan Belawan Sicanang, Bagan Deli dan Belawan Bahari. 2. Kecamatan Medan Labuhan dengan luas 277 hektar; yang terdapat di Kelurahan Nelayan Indah dan Sei Mati. 3. Kecamatan Medan Marelan dengan luas 103 hektar; yang terdapat di Kelurahan Paya Pasir dan Labuhan Deli. 36

44 (c) Kawasan Wisata (Theme Park dan Natural Park) di Kecamatan Medan Marelan; Danau Siombak adalah sebuah danau buatan dengan luas sekitar 40 hektare, Diameter sekitar 1000 meter,dan kedalaman kurang lebih 12 meter. Danau ini terletak di Kelurahan Paya Pasir, Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara. Danau Siombak terletak di antara dua sungai, yaitu Sungai Deli dan Sungai Terjun. Air danau di sini berwarna jernih agak kehijauan, karena di dasar danau ditumbuhi sejenis tumbuhan lumut dan ganggang, namun airnya tak berbau. Memang danau ini menjadi salah satu tempat favorit masyarakat Medan, mereka menyempatkan waktu untuk bersantai sambil memancing di sini. Anda pun dapat memancing sepuasnya di sini, bahkan ikan pancingan anda dapat langsung disantap dengan dibakar atau digoreng. Tak hanya itu, lokasi ini cocok untuk wisata keluarga karena di sekitar area danau menyediakan fasilitas bermain bagi anak-anak, seperti kolam mini, mandi bola, dan lain-lain. Gambar 5-23 Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan 37

45 Gambar 5-24 Kawasan Danau Siombak di Pesisir Medan Marelan (d) Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang menyebar di Kecamatan Medan Labuhan. Waduk Laguna di Komplek Perumahan Griya Martubung Kecamatan Medan Labuhan. Waduk Laguna selama hampir sepuluh tahun tak bisa digunakan karena dipenuhi tumbuhan enceng gondok dan dangkal, tapi sekarang ini telah kembali berfungsi layaknya waduk. Bahkan keberadaan Waduk Laguna akan jadi salah satu tujuan wisata masyarakat Medan dan sekitarnya khususnya di wilayah Medan Utara. Tentu dengan keberadaan waduk yang dalam dan bersih dari tumbuhan pengganggu akan jadi sarana bermain sepeda air dan hiburan lain yang menyenangkan warga. Pemerintah kota Medan telah menetapkan suatu kawasan agribisnis di sebahagian wilayah kota Medan yang posisinya berada di bahagian utara kota 38

46 Medan. Wilayah agribisnis di bagian utara Medan meliputi Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Sedangkan wilayah bagian selatan meliputi kecamatan Medan Amplas, Medan Tuntungan dan Medan Selayang. Selanjutnya wilayah Medan bagian barat meliputi kecamatan Medan Helvetia dan Medan Sunggal Pengembangan Kawasan Budi Daya Kawasan budidaya adalah kawasan yang kondisi dan potensi sumber alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia, seperti: kawasan perumahan dan permukiman; kawasan perdagangan dan jasa; kawasan Industri; kawasan fasilitas pelayanan; dan kawasan khusus Kawasan Budidaya Perikanan Wilayah selatan dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang ) kota Medan dari tahun 1996 sudah meneetapkan, bahwa wilayah selatan sebagai wilayah tangkapan air (wáter cacthment área) yang berfungsi sebagai penyangga dan penyimpan air bagi warga Medan. Jadi dalam melengkapi dan mempertahankan tata ruang wilayah tangkapan air tersebut, sangat cocok sekali dikembangkan usaha produksi pertanian tanaman pangan yang kegiatnnya lebih pertanian perkotaan dan menjadi kawasan budidaya perikanan air tawar. Karena produksi ikan ini dapat mempertahankan wilayah ruang terbuka hijau yang menjadi paruparu kota untuk meyerap karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari beberapa kegiatan ekonomi dan kegiatan transportasi perkotaan. Berdasarkan pada data statistik Kota Medan yakni untuk Medan dalam Angka tahun 2010, rumah tangga dengan kategori budidaya perikanan untuk daratan adalah 967 rumah tangga di tahun 2008 dan 962 rumah tangga pada tahun Adapun budidaya perikanan ini sangat didominasi oleh pembudidayaan ikan darat dengan kolam dan tambak. Tapi untuk rumah tangga nelayan laut tidak terdapat datanya, dan kemungkinan belum diperbaharui. 39

47 Adapun data dari pembudidaya perikanan yang berada di kota Medan, berdasarkan pada data yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan kelautan Kota Medan Tahun 2012 adalah : Tabel 5-2 Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air Payau Kota Medan No Nama Kelompok Lokasi Budidaya Jumlah Anggota (orang) Keterangan 1 Gurame Labuhan Deli 11 Medan Labuhan 2 Mina Sejahtera Labuhan Deli 28 Medan Labuhan 3 Mina Karya I Labuhan Deli 12 Medan Labuhan 4 Mujahir Paya Pasir 10 Medan Labuhan 5 Amanah Secanang 12 Medan Belawan 6 Anugerah M Sentosa Secanang 11 Medan Belawan 7 Suka Karya VI Secanang XX 10 Medan Belawan 8 Suka Karya VII Secanang 10 Medan Belawan 9 Suka Karya VIII Secanang 10 Medan Belawan 10 Sukakarya IV Secanang XX 12 Medan Belawan 11 Sukakarya XI Secanang XX 10 Medan Belawan 12 Taruna Tani Secanang XX 10 Medan Belawan 13 Lestari Secanang XX 10 Medan Belawan 14 Sukakarya XII Secanang XVIII 10 Medan Belawan 15 Sukakarya XIII Secanang XX 13 Medan Belawan 16 Mina Soka Labuhan Deli 10 Medan Labuhan 17 Seruai Kel. Sei Mati 10 Medan Labuhan 18 Udang Windu Sejahtera I Kel. Sei Mati 10 Medan Labuhan 19 Keluarga Mandiri Nelayan Indah 27 Medan Labuhan 40

48 20 Mina Jaya Pesisir Labuhan Deli 10 Medan Labuhan 21 Forum Petani Batang Kilat Kel. Sei Mati 30 Medan Labuhan 22 Udang Sejahtera Kel. Sei Mati 15 Medan Labuhan Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan Tahun 2014 Sedangkan untuk kelompok petani pembudidaya ikan air tawar, umumnya berlokasi di wilayah selatan kota Medan. Sebahagian besar mereka tergabung dalam kelompok-kelompok petani pembudidaya ikan air tawar yang telah di inventarisir oleh Pemerintah kota Medan melalui Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan. Namun banyak kelompok petani budidaya ikan air tawar ini hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah dalam bentuk bantuan dana, sehingga untuk mengembangkan usaha budidaya menjadi kurang efektif jika unag bantuann yang diberikan sudah habis digunakan. Kemudian mereka akan menunggu kembali bantuan dana berikutnya, sehingga bantuann dana ini menjadi tidak mendidik. Adapaun daftar nama kelompok tani pembudidaya ikan air tawar dapat dilihat pada tabel 5-3 berikut ini : Tabel 5-3 Daftar Nama Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Air Tawar Kota Medan No Nama Kelompok Lokasi Budidaya Jumlah Anggota (orang) Keterangan 1 Mina Permai I Kemenanngan Tani 20 Medan Tuntungan 2 Mina Permai II Tanjung Selamat 15 Medan Tuntungan 3 Nusa Indah Ladang Bambu 21 Medan Tuntungan 4 Mina Bakti Jaya Simalingkar B 12 Medan Tuntungan 5 Suka Indah Medan Johor 18 Medan Johor 6 Eka Minakiati Jl. Ekasuka III 13 Medan Johor 7 Mina Mekar Harjosari II 10 Medan Denai 8 Mina Serumpun Bangun Mulia 8 Medan Denai 9 Makmur Medan Denai 10 Medan Denai 41

49 10 Mina Sejahtera Medan Sunggal 9 Medan Sunggal 11 PTP II 10 KSS Medan Denai 10 Medan Denai 12 Bersama 99 Menteng 13 Medan Denai 13 Indah Lestari Sudi Rejo II 16 Medan Denai 14 Laris Manis Sudi Rejo II 18 Medan Denai 15 Sukamaju Bersama Sukamaju 13 Medan Denai 16 Sukamaju Sukamaju 15 Medan Denai 17 Mina Marati Petisah Hulu 16 Medan Petisah 18 Mina Bersama Ladang Bambu 14 Medan Tuntungan 19 Mina Mandiri Helvetia 12 Medan Helvetia Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan Tahun 2014 Gambar 5-25 Kawasan Budidaya Perikanan di Pesisir Medan Belawan Dua orang petani ikan sedang memberi makan ikan kakap putih yang dibudidayakan dengan sistem kerambah jaring apung di perairan Belawan, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Belawan, Sumatera Utara, Jumat, 16 Oktober 42

50 2015. Saat ini sejumlah nelayan di Belawan mulai mengembangkan ikan kakap putih seiring dengan tingginya permintaan pasar dalam dan luar negeri. Gambar 5-26 Kawasan Budidaya Perikanan Air Tawar Medan Tuntungan Unit Pelaksana Teknis Budidaya pada Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan mempunyai uraian tugas melaksanakan sebagian kegiatan dinas di bidang identifikasi, perencanaan, dan pelaksanaan ujicoba kaji traf serta pengembangan teknologi budidaya perikanan Sedangkan kecamatan yang dijadikan kawasan strategis yang memiliki potensi untuk pertumbuhan ekonomi, maka ditetapkanlah kecamatan Medan Marelan sebagai pusat kawasan agrobisnis kota Medan. Secara lebih detail tentang produksi holtikultura berupa sayuran se- Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5-5 berikut ini : 43

51 Tabel 5-4 Produksi Sayur-Sayuran per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2005 NO KECAMATAN Sawi Kacang Panjang Cabe Terong Timun Kangkung Bayam 1 Medan Labuhan Medan Deli Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Denai Medan Tembung Medan Tuntungan Medan Selayang Medan Johor Medan Amplas Medan Polonia Medan Timur Medan Marelan Medan Perjuangan T O T A L Sumber : dalam Kartika (2007) Jadi kawasan agribisnis dengan spesialisasi produksi sayur-sayuran, hanya memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran dari warga kota Medan. Sisanya akan ditutupi oleh daerah lain yang berdekatan dengan kota Medan bahkan dari luar Negara Indonesia. Mungkin tidak semua orang tahu kalau di tengah hiruk pikuknya Marelan ternyata masih menyimpan potensi alam yang luar biasa. Segarnya sayur mayur yang dihasilkan dari wilayah Kota Medan sebelah utara itu menjadi rebutan para pedagang dari berbagai wilayah terdekat setiap sorenya. Rata-rata ton setiap hari sayur mayur yang dihasilkan petani setempat habis "dilahap" para toketoke sayur yang datang ke tempat itu. Tidak salah, jika Kecamatan Marelan yang padat penduduk dijuluki sebagai Kota Sayur. Di luar dugaan, sayur yang ditanam tidaklah seperti sayuran yang dikembangkan petani di Kabupaten Karo, pada hamparan lahan yang luas. Budidaya yang dilakukan hanyalah di lahan sempit di antara bangunan rumah-rumah penduduk. 44

52 5.4. Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi di Wilayah Kota Medan. Rencana tata ruang Kota Medan juga mengakomodir kawasan-kawasan strategis nasional dan provinsi yang yang berperan penting dan diprioritaskan pengembangannya. Berikut ini merupakan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi dalam wilayah Kota Medan: 1. Kawasan Strategis Nasional (KSN); yang terdapat dalam wilayah Kota Medan adalah Kawasan Perkotaan Mebidangro 2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP); yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah Kawasan Andalan Perkotaan Mebidangro. 3. Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan keamanan; yang diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan negara berdasarkan geosrategic national yang terdapat dalam wilayah Kota Medan adalah (Pangkalan Udara) Lanud Polonia di Kecamatan Medan Polonia, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Kodam di Kecamatan Medan Helvetia. Penentuan kawasan strategis kota harus menyesuaikan dengan Kawasan strategis Nasional dan atau Provinsi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih fungsi dari kawasan tersebut. Sebaiknya penentuan kawasan-kawasan strategis ini harus saling mendukung pemanfaatannya, sehingga pola ruang dan tata ruang menjadi lebih efisien dan efektif. Penyebaran lokasi dari kawasan strategis juga akan memperhitungkan tingkat daya dukung lingkungan, baik secara sosial, ekonomi maupun alam. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran lokasi kawasan-kawasan strategis di Kota Medan dapat dilihat pada gambar 5-27 berikut ini 45

53 Gambar 5-27 Peta Penyebaran Kawasan Strategis Kota Medan 46

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: a. Tata ruang di wilayah sekitarnya; b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Kota Medan merupakan kota yang berada di posisi strategis IMT-GT (Indonesia- Malaysia-Thailand Growt Triangle) dari keadaan itu pula kota Medan menjadi salah satu Kawasan Strategis Nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Kelurahan Pulo Brayan Lama (Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli)

BAB I PENDAHULUAN. : Kelurahan Pulo Brayan Lama (Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli) BAB I PENDAHULUAN Kota Medan merupakan kota yang berada di posisi strategis IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) dari keadaan itu pula kota Medan menjadi salah satu Kawasan Strategis Nasional.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS 5.1 Dasar Perumusan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan karakteristik keberadaan jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal di desa dan jumlah desa yang lebih banyak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang lebih maju dan bermutu. Seperti halnya di negara-negara berkembang industrialisasi

Lebih terperinci

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R.

LANGKAH DAN STRATEGI. Paparan Bupati Batu Bara. Pada Tanggal 08 Januari 2015 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian R. LANGKAH DAN STRATEGI Percepatan Ketersediaan Lahan dan Infrastruktur Pendukung dalam Kerangka SISLOGNAS Pembangunan Pelabuhan Internasional di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara Paparan Bupati Batu Bara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH 2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek-

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Nilai strategis dari aspek- BAB V KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1. PROSES PENETAPAN KAWASAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN SIJUNJUNG 5.1.1 Fungsi, Dasar dan Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG 1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN KEBERSIHAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BANK SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN KOTA MEDAN WALIKOTA MEDAN, Menimbang

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PROYEK BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1. Tinjauan Umum Bangunan Pet Station Medan merupakan bangunan yang mempunyai fungsi sebagai penjualan hewan-hewan peliharaan, pusat pelayanan kesehatan dan perawatan hewan-hewan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas ~ 51 ~ PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2015-2035 I. UMUM 1. Ruang Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai daerah otonom dan memiliki status sebagai Kota Metropolitan, pembangunan Kota Medan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG 1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada sektor jasa semakin meningkat. Perkembangan ini dapat diamati pada aktivitas sehari-hari, dimana sebagian besar aktivitas tersebut tidak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sistem transportasi mempunyai hubungan yang erat serta saling ketergantungan. Berbagai upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang berlandaskan UU No. 32 tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING) PANITIA PENGADAAN/KELOMPOK KERJA/PEJABAT PENGADAAN JASA KONSULTANSI SUMBER DANA APBD TAHUN ANGGARAN 2011 DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bandara kualanamu adalah sebuah Bandar udara internasional yang melayani kota medan dan sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota medan. Bandara ini adalah bandara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan

Lebih terperinci

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan BAB II KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DAN LANDASAN DASAR HUKUM 2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci