USAHA BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USAHA BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA"

Transkripsi

1 USAHA BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Tugas Dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Disusun Oleh: NUR ROHMA SRI HIDAYATI G FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2

3

4 ABSTRAK Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Keberadaan bimbingan konseling di lembaga pendidikan yang mengatasnamakan Islam dalam menjalankan tugas bimbingannya tentu harus berpegang teguh pada ajaran Islam yang baik. Salah satu tugas guru BK adalah membantu meingkatkan motivasi belajar. Motivasi adalah keadaan internal organisme (manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Bagaimana usaha bimbingan konseling Islami dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, serta adakah hambatan dalam melaksanakan usahanya itu merupakan sesuatu yang perlu kita ketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta serta mengetahui hambatan bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar. Manfaat penelitian ini adalah menambah khasanah pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan, terutama cara-cara peningkatan motivasi belajar siswa yang dilakukan BKI di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Sumber data yang diperoleh dari data primer, yaitu dari sampel siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 4 Surakarta dan guru BK, serta dari data sekunder (buku-buku, jurnal dan penelitian sebelumnya yang menjadi reverensi). Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu setelah data terkumpul, kemudian dilakukan reduksi data kemudian data tersebut disajikan secara narasi, kemudian dilakukan verifikasi data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah usaha yang dilakukan bimbingan konseling Islami dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan cara meningkatkan gairah belajar siswa, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, serta memberikan pengarahan untuk melangkah lebih maju dan sesuai dengan ajaran agama Islam. Langkah-langkah yang digunakan bimbingan konseling dalam usaha mengatasi masalah siswa sehingga tercipta sikap dan belajar yang baik yaitu dengan; (1) Mengidentifikasi masalah siswa. (2) Mencari latar belakang masalah yang dihadapi siswa. (3) Memberikan bantuan berupa bimbingan belajar dan sosial. Motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta setelah mendapatkan bimbingan dan konseling Islami dapat dikatakan sudah ada peningkatan dengan ditandai siswa tidak lagi melanggar peraturan sekolah serta tidak ada masalah dalam belajar, prestasi mulai meningkat. Kata kunci: Konseling Islami dan Motivasi Belajar 2

5 PENDAHULUAN Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi di dunia. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang sesungguhnya dan seutuhnya pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik untuk pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan secara intensif oleh pemerintah dan pengelola pendidikan khususnya. Disinilah pentingnya bimbingan konseling Islami yang mengedepankan dan memusatkan penanaman nilai-nilai Islam dalam pelaksanaannya. Hal tersebut tidak hanya menyelesaikan masalah siswa dalam hubungannya dengan belajar, namun juga dalam masalah yang berhubungan dengan tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Bimbingan Konseling islami merupakan suatu layanan yang tidak hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup bahagia, Bimbingan Konseling Islami juga menuntut kearah hidup yang sakinah karena selalu dekat dengan Allah SWT. (Marsudi, 2007: 53) Konsep bimbingan konseling Islami tidak dapat terlepas dengan hakekat manusia menurut Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah, keberadaannya di dunia sebagai kholifah Allah. Implikasi dari perbuatannya semua diketahui Allah dan terjadi atas takdir Allah. Tujuan bimbingan konseling islami tidak hanya terpecahkannya masalah siswa, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran serta menyiapkan siswa agar mampu melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi (Marsudi, 2007: 56). Inti pelaksanaan bimbingan konseling Islami adalah penjiwaan agama dalam pribadi siswa sehubungan dengan usaha memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa dibimbing sesuai dengan perkembangan sikap dan perasaan keagamaan sesuai dengan tingkat dan situasi kehidupan psikologinya. Dengan keadaan demikian sikap dan pribadi pembimbing sangat berpengaruh terhadap kejiwaan siswa, oleh karena anak pada saat menderita kesulitan sangat peka terhadap pengaruh kejiwaan dari pribadi pembimbingnya (Arifin, 1995: 25). Pegaruh orang lain terhadap kejiwaan seseorang termasuk dalam motivasi. Motivasi adalah gejala psikologi yang terbagi menjadi 2 bentuk yaitu: motivasi instrinsik adalah dorongan yang berasal dari diri sendiri atau meyatu dengan tugas yang dilakukannya dan yang kedua motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang yang tidak berkaitan dengan tugas yang dilakukannya. Keduanya sangat diperlukan dalam pelaksanaan belajar. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab bagi seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu menyentuh sesuai dengan kebutuhanya. Segala sesuatu yang dapat menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya (Djamarah, 2002: 114)

6 Di setiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan coraknya masing-masing, seperti halnya dalam lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berakhlak atau berkepribadian muslim. Begitu juga dengan tujuan bimbingan konseling yang ada di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, yaitu selain untuk membentuk manusia yang berakhlak atau berkepribadian muslim di sini juga memberi materi di kelas menyangkut tentang bimbingan konseling dan budi pekerti, memberi pembinaan pada masing-masing siswa baik individu maupun kelompok, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa. Sebagian siswa di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta mengalami motivasi belajar yang bisa dianggap kurang, dikarenakan ada beberapa siswa yang hasil belajarnya rendah dibawah rata-rata,kemudian menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti suka menentang, tidak mau menyelesaikan tugas yang diberikan guru, serta suka membolos, mengganggu dan lain sebagainya. Berdasarkan kasus-kasus tersebut, maka guru BK di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta melakukan suatu strategi. Strategi dalam memberikan motivasi agar siswa memiliki semangat dalam belajarnya dengan menumbuhkan kesadaran serta motivasi yang sangat kuat dan semangat tanpa meninggalkan unsur Islami. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menemukan arti dan tujuan hidupnya, serta mampu memahami bahwa masalah yang datang adalah ujian dan dapat diselesaikan melalui proses perjalanan waktu, maka siswa akan mulai berjuang demi hidupnya sendiri. Menjadikan diri siswa untuk mentaati peraturan yang berlaku secara sadar tanpa harus takut terhadap guru BK serta lingkungan yang tak bermasalah, karena ini salah satu pengaruh yang dapat menjadikan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan belajarnya. LANDASAN TEORI Bimbingan berarti proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki seperti bakat, minat dan kemampuan, mengenali diri sendiri, mengatasi permasalahanpermasalahan sehingga mereka mampu menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain (Sukardi, 1983: 21). Bimbingan dan konseling Islami memberikan pelayanan membantu siswa untuk mencapai perkembangan secara utuh yang meliputi empat dimensi; keindivudual, kesosialan, kesusilaan dan keagamaan. Dengan perkembangan yang menyeluruh siswa diharapkan mampu menjalani kehidupan dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan dan konseling Islami merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitankesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penterahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depannya (Arifin, 1976: 25).

7 Faqih (2001: 36) merumuskan tujuan bimbingan dan konseling Islami adalah sebagai berikut: a. Tujuan umum; Membantu mewujudkan manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. b. Tujuan khusus; 1) Membantu menghadapi masalah. 2) Membantu memelihara situasi dan kondisi belajar agar tetap baik dan mengembangkannya agar lebih baik, sehingga tidak menjadi masalah bagi dirinya dan orang lain. Berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling, para pembimbing memerlukan beberapa metode untuk memudahkan proses bimbingan. Arifin (1976: 54-57) menyebutkan beberapa metode, antara lain: a. Metode Interview (wawancara) Fakta yang didapat dari interview baik berupa fakta psikologis dapat dijadikan bahan masukan yang berharga untuk membantu memecahkan masalah. b. Metode Kelompok Dengan menggunakan metode kelompok, pembimbing akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungannya menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu karena dia ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya dengan orang lain. c. Metode yang dipusatkan pada Klien Penggunaan metode ini didasari bahwa klien sebagai makhluk yang utuh yang memiliki kemampuan berkembang sendiri dan mencari kematangan diri sendiri. Jadi konselor harus bersikap sabar mendengarkan dengan penuh perhatian segala ungkapan batin klien yang diutarakan kepadanya. d. Metode Directive Counselling Metode ini tidak hanya dipergunakan oleh para konselor saja melainkan juga dipakai oleh para guru, dokter, ahli hukum dan sebagainya, untuk mencari informasi tentang keadaan klien. Dengan mengetahui keadaan klien konselor dapat memberikan bantuan pemecahan problema yang dihadapi. Peran konselor adalah merefleksikan kembali segala tekanan batin atau perasaan yang diderita oleh klien. Jadi konselor hanya bersikap menerima atau menaruh perhatian terhadap penderitan klien serta mendorongnya untuk mengembangkan kemampuannya sendiri mengatasi problema tanpa adanya paksaan mengikuti nasehat konselor. e. Metode Educative (metode pencerahan) Metode yang menekan usaha mengorek sumber perasaan yang dirasa menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan kekuatan/tenaga jiwa klien (potensi dinamis) dengan melalui pengertian tentang situasi yang dialami olehnya.. Menurut Tohirin, 2007 layanan Bimbingan Konseling Islam antara lain: 1) Layanan Orientasi Layanan untuk membantu siswa memahami lingkungan sekolah dan luar sekolah yang baru mereka masuki. 2) Layanan Informasi

8 Layana yang diberikan seperti informasi tentang perkembangan diri, tentang nilainilai dan moral, pendidikan, sosial dan budaya, informasi tentang kehidupan beragama. 3) Layanan Penempatan dan Penyaluran Membantu siswa memperoleh penempatan dan penyaluran tepat sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi kepribadiannya. 4) Layanan Bimbingan Belajar Layanan pengembangkan diri tentang sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai kegiatan belajar lainnya. 5) Layanan Konseling Perorangan Layanan untuk mendapatkan layanan secara perorangan dengan guru pembimbing dalam rangka membahas dan menuntaskan permasalahan siswa. 6) Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Layanan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas merupakan masalah-masalah pribadi yang dialami masingmasing siswa. Pengertian dasar motivasi adalah kondisi internal organisme (manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pengumpul daya untuk bertingkah secara terarah (Mahmud, 2010: 100). Sedangkan Djamarah (2002: 114) mengungkapkan arti motivasi adalah sebagai pendorong pengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Gangguan dari sudut intern dan ekstern anak didik. a. Faktor Anak Didik 1) Intelegansi (IQ) yqng kurang baik. 2) Faktor emosional yang kurang baik. 3) Aktifitas belajar yang kurang. 4) Latar belakang pengalaman yang pahit. 5) Keadaan fisik yang kurang menunjang. 6) Kesehatan yang kurang baik 7) Kehidupan seks yang tak terkendali 8) Pengetahuan dan ketrampian b. Faktor Sekolah Kenyamanan dan ketenangan dalam belajar akan ditentukan sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dah kreatif. Faktor penyebabnya ntara lain: 1) Pribadi guru yang kurang baik. 2) Guru tidak berkualitas 3) Hubungan guru dengan siswa kurang harmonis 4) Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak 5) Cara guru mengajar yang kurang baik 6) Alat/media yang kurang memadai 7) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang c. Faktor Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia

9 pendidikan. Faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak sebaga berikut: 1) Kurangnya kelengkapan alat-.alat belajar bagi nak dirumah. 2) Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua. 3) Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus. 4) Perhatian orang tua yang tidak memadai. 5) Anak yang terlalu banyak membantu orang tua. d. Faktor Masyarakat Sekitar Jika keluarga adalah komunitas masyarakat kecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakat dalam kehidupan sosial yang tersebar. Anak didik hidup dalam komuitas masyarakat yang heterogen adalah suasana kenyataan yang harus diakui. Kegaduhan, kebisingan, keributan, pertengkaran dan sebagainya sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang hederogen. Dalam memberikan bantuan bimbingan belajar kepada murid, maka pembimbing harus dapat: a. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar. b. Membantu siswa dalam mengatasi masalah pribadi. c. Mengevaluasi hasil setiap kegiatan yang telah dilakukan. d. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya. e. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun secara kelompok (Abu Ahmadi, 2008: ). Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam bimbingan meliputi: 1) Pengumupan data, yaitu suatu pengamatan langsung yang dilakukan untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar. 2) Analisis data, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. 3) Diagnosis, merupakan keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya), keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar, serta keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar, dan sebagainya. 4) Prognosis, setelah diketahui faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa, pembimbing menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil atau menyususn rencana/program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik. 5) Treatment/ terapi, pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. 6) Evaluasi/ follow up, dilakukan untuk melihatkan apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh hasil atau tidak (Abu Ahmadi, 2008: ). De Decce dan Grawford (1974) menyebutkan empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik; a. Menggairahkan anak didik

10 Guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus memelihara minat anak didik dalam belajar. Untuk dapat meningkatkan gairah anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya. b. Memberikan harapan realistis Guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapanharapan yang realistis, pesimistis atau terlalu optimis. c. Memberikan intensif Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik atas keberhasilannya. Sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuantujuan pengajaran. d. Mengarahkan perilaku anak didik Guru dituntut memberikan respon terhadap anak didik yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana(dalam Djamarah, 2002: ). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati (Moleong, 1989: 3). Sedangkan metode yang digunakan: 1) Metode Observasi, yang dilakukan adalah observasi secara langsung dalam situasi yang sebenarnya, seperti observasi untuk mengetahui sarana dan prasarana yang disediakan sekolah, upaya yang dilakukan sekolah, serta proses bimbingan konseling secara Islami. 2) Metode Wawancara, untuk mengambil data tentang pelaksanaan bimbingan konseling Islami. 3) Metode Dokumentasi, digunakan untuk mengetahui sumber dokumen dari SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, mengenai letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi sekolah, dan pelaksanaan bimbingan konseling secara islami di Sekolah ini. HASIL PENELITIAN Berdasarkan dari data hasil wawancara kepada guru BK dalam hal tujuan bimbingan konseling di SMP Muhammadiyah Surakarta yaitu: a. Tujuan secara umum adalah untuk membantu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang dimiliki siswa. Tujuan umum bimbingan dan konseling di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta meliputi; Membantu mengetahui dan memahami diri sendiri sesuai kemampuan yang ada. Membantu mengembangkan minat belajar siswa. Membantu mengembangan potensi pada diri siswa. Memberi nasehat untuk menjadikan siswa yang

11 beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Membantu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. b. Tujuan secara khusus, meliputi; Membantu menghadapi masalah yang mengakibatkan perilaku menyimpang dalam kaitannya dengan normanorma agama dan aturan yang ada di sekolah terutama dalam masalah yang dapat menganggu motivasi belajar siswa. Menanamkan ajaran agama kepada siswa agar dapat memahami, mengerti dan benar-benar mengamalkan ajaran agama Islam. Tujuan yang diadakan bimbingan konseling di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta lebih ditekankan pada bimbingan konseling Islami, sehingga dalam rangka pembinaan mental dan akhlak siswa juga ditekankan pada kedisiplinan mematuhi tata tertib sekolah, patuh dan taat kepada peraturan yang berlaku di SMP Muhammadiyah 4, sehingga tidak akan mengganggu dalam belajar. (Wawancara dengan Guru BK, 7 September 2012) Metode yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling menggunakan beberapa metode, antara lain metode kelompok, metode wawancara dan metode konferensi kasus. a. Metode kelompok, metode ini digunakan untuk melaksanakan bimbingan kelompok dan menangani permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok. b. Metode wawancara, digunakan untuk mendapatkan pernyataan atau keterangan yang mendalam tentang siswa yang memiliki masalah. c. Metode konferesi kasus, metode ini digunakan untuk membahas permasalahan yang dialami siswa dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan permasalahan tersebut serta upaya penyelesaiannya. Pihak-pihak tertentu itu antara lain guru BK, guru pelajaran, walikelas, kepala sekolah dan orangtua siswa. Penggunaan metode bimbingan dan konseling dalam fungsi pencegahan sebaiknya guru BK bekerjasama dengan guru mate pelajaran supaya pada saat mengajar guru pelajaran menggunakan metode yang lebih vang lebih vatiatif yaitu penggunaan metode belajar yang bersifat active learning sehingga siswa tidak jenuh dan dpat menambah kreatifitas siswa dalam belajar. Sedangkan penggunaan metode untuk fungsi pengentasan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Dan lebih optimal dengan menggunakan metode konferensi kasus, karena terjalin kerjasama antar beberapa pihak yang bersangkutan sehingga lebih memudahkan untuk menyelesaikan masalah siswa. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, terdapat contoh kasus yang mempunyai masalah dalam belajar. Adapun penjelasan penyelesaian yang dilakukan guru BK dengan menggunakan Bimbingan dan Konseling Islami sebagai berikut: *Masalah prestasi belajar menurun Guru BK memberi pelayanan kepada siswa dengan konseling individu. Setelah dilakukan kegiatan pelayanan BK, berdasarkan perilaku

12 sehari-hari yang dilakukan siswa A guru BK melakukan identifikasi masalah dan menunjukkan bahwa siswa Asering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, menggangu teman saat pelajaran berlangsung, sulit konsentrasi saat belajar, dikucilkan dari pergaulan temanteman di sekolah. Dari beberapa masalah yang dialami siswa A, guru BK mengumpulkan data dari siswa A yang berupa data diri, data prestasi yang didapat dari guru mata pelajaran dan juga data lingkungan dengan memanggil perwakilan dari teman sekelasnya untuk dimintai keterangan. Setelah guru BK menganalisis mengapa siswa A prestasinya menurun serta dikucilkan teman-temannya ternyata siswa A sering berperilaku semaunya sendiri dan sering menggangu temannya saat pelajaran berlangsung karena siswa A tidak bisa konsentrasi belajar. Guru juga melakukan home visit untuk mencaritahu kepada orangtuanya mengapa siswa A berlaku seperti itu. Dari hasil wawancara degan orang tua siswa A ternyata siswa A di rumah jarang belajar, dia susah sekali disuruh belajar alasannya tidak ada PR (Pekerjaan Rumah). Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab pemasalahan yang dialami siswa A selanjutnya guru BK menerapkan langkah-langkah bantuan untuk mengatasi masalah siswa A tersebut. Treatment yang dilakukan Guru BK yaitu dengan memanggil siswa A untuk diberikan nasehat dan pengarahan bahwa belajar itu penting, karena jika tidak diperbaiki belajarnya maka siswa A bisa saja tidak naik kelas. Maka dari itu guru Bk bekerjasama dengan guru pelajaran, teman sekelasnya serta walikelas untuk memberikan bimbingan belajar berupa jam tambahan dan pada saat di kelas berharap teman-temannya membantu siswa A apabila kurang jelas dalam pelajaran, serta memberikan pengajaran remedial dalam beberapa mata pelajaran tertentu yang dianggap hasilnya kurang maksimal. Untuk pegawasan dirumah guru juga meminta kepada orang tuanya agar memperhatikan anaknya dalam belajar. Dengan pelaksanaan pemberian bimbingan belajar kepada siswa A telah memberikan hasil dimana prestasi belajar meningkat dan perilaku siswa A berubah sehingga tidak lagi dikucilkan temannya (Wawancara dengan Guru BK, 17 Oktober 2012). Bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan oleh kepala sekolah, guru pelajaran, wali kelas, guru BK serta segenap karyawan di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Berdasarkan kasus-kasus yang ada, secara umum yang dilakukan antara lain: 1) Mengidentifikasi masalah dengan pengumpulan data siswa yang bermasalah sehingga akan menemukan latar belakang masalah. 2) Melakukan konseling untuk menindaklanjuti permasalahan siswa, langkah ini terbagi menjadi 3 bagian pengelompokan masalah yaitu: Pertama, masalah ringan, seperti: kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran, keluar kelas tanpa ijin, membuat contekan ketika ujian. Maka dari itu guru pelajaran serta guru BK mengidentifikasi kepada siswa dan menganalisis mengapa

13 mereka tidak memperhatikan penjelasan guru saat mengajar serta guru memberikan pengarahan kepasa siswa agar tidak mengulanginya kembali dan tidak ketinggalan pelajaran. Kedua, masalah sedang, seperti: apabila terdapat siswa yang memiliki kemampuan belajar yang rendah, maka guru pelajaran bekerja sama dengan wali kelas dan meminta ijin untuk memberikan jam tambahan kepada siswa yang memiliki kemampuan rendah di luar jam sekolah serta guru pelajaran melakukan persiapan untuk mengajar yang ekstra apabila terdapat siswa yang mempunyai kemampuan rendah dalam belajar. Ketiga, masalah berat, masalah ini berupa perilaku atau perbuatan siswa yang melanggar peraturan yang berlaku di sekolah seperti keluar sekolah saat jam sekolah tanpa ijin, mencuri, membawa HP, berkelahi dengan teman dan sebagainya. Maka dari itu bagi yang mengetahuinya akan melapor perbuatan siswa kepada guru, wali kelas atau guru BK guna untuk menindaklanjuti perbuatan siswa yang melanggar peraturan sekolah tersebut. Tindak lanjut yang dilakukan guru berupa: pemanggilan personal, pemanggilan orangtua untuk dimintai penjelasan dan diberikan pengarahan agar menjadi lebih baik, serta pembuatan surat pernyataan. 3) Meberikan intensif atau reward kepada siswa yang yang berhasil, seperti pemberian beasiswa kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi. Selain itu guru juga menampilkan film-film yang memiliki nilai-nilai motivasi sehingga siswa dapat mengambil pelajaran sebagai motivasi dalam meningkatkan kedisiplinan belajar. 4) Strategi layanan dalam penyelesaian masalah Sekolah yang memiliki anak didik yang berprestasi merupakan harapan dari guru-guru di setiap sekolah tidak lain di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Namun pada keyataannya masih ada siswa yang mempunyai motivasi belajar yang rendah, dengan itu maka guru di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta memberikan layanan-layanan guna menciptakan siswa yang memiliki wawasan dan memiliki motivasi dalam belajar. Layanan yang diberikan berupa layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar, layanan bimbingan konseling individu serta kelompok, koferensi kasus dan home visit (kunjungan rumah). Dengan materi pengenalan, pengembangan pribadi dan belajar. (Wawancara dengan guru BK, 17 Oktober 2012) KESIMPULAN Usaha yang dilakukan bimbingan konseling Islami dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan: 1. Cara meningkatkan gairah belajar siswa. 2. Memberikan harapan yang realistis. 3. Memberikan intensif kepada siswa yang berhasil dalam belajar dan berprestasi. 4. Memberikan pengarahan untuk melangkah lebih maju dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

14 Langkah-langkah yang digunakan bimbingan konseling dalam usaha mengatasi masalah siswa sehingga tercipta sikap dan belajar yang baik yaitu dengan beberapa tahap, seperti: (a) pengumpulan data, (b) analisis, kemudian (c) diagnosa guna untuk mengetahui faktor penyebab masalah itu muncul, (d) prognosis, (e) kemudian terapi, yaitu melaksanakan jenis bantuan kepada siswa yang bermasalah, (f) terakhir guru pelakukan evaluasi berhasil atau belum usaha yang dilakukan guru. Hambatan dalam pelaksanaan bimbingan konseling berupa: (a) Pemantauan orang tua terhadap anak sangat terbatas atau kurang. (b)lemahnya kemauan anak untuk berubah menjadi yang lebih baik. (c)lingkungan yang kurang baik. Motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta setelah mendapatkan bimbingan dan konseling Islami dapat dikatakan sudah ada peningkatan. Karena setelah mendapatkan bimbingan, siswa tidak lagi melanggar peraturan sekolah serta tidak ada masalah dalam belajar, prestasi mulai meningkat. SARAN 1. Kepada Kepala Sekolah Sebagai pemimpin sekolah diharapkan lebih berperan dalam memantau perkembangan serta peningkatan layanan bimbingan konseling agar tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 2. Kepada guru Bimbingan Konseling a. Demi kesuksesan pelaksanaan bimbingan konseling tentu tidak akan lepas dari keprofesionalan guru BK, maka dari itu sudah selayaknya profesionalitas menjadi perhatian penting. b. Keberadaan bimbingan konseling di lembaga pendidikan Islam sudah seharusnya menyelenggarakan bimbingan sesuai dengan ajaran agama Islam. Focus bimbingan konseling Islami berkaitan dengan aspek keagamaan siswa terkait masalah hubungan manusia dengan Allah SWT. c. Hendaknya guru BK memberikan teladan dan contoh yang baik kepada siswanya. d. Untuk meningkatkan prestasi siwa maka perlu adanya koordinasi antara guru BK, guru pelajara, wali kelas serta orangtua. 3. Kepada siswa Kesabaran dan ketekunan dari para siswa sangat diperlukan guna meningkatkan mutu pendidikan dalam meraih cita-cita. Belajar demi masa depan yang cemerlang. Waktu tidak akan terulang kembali, maka rajinlah belajar demi keberhasilan dan kesuksesan. 4. Guru mata pelajaran Keprofesionalitas sebagai guru mata pelajaran sangat diperlukan, serta diharapkan guru pelajaran mampu mengembangkan metode dalam pembelajaran yang bersifat active learning supaya siswa tidak merasa jenuh saat belajar. DAFTAR PUSTAKA Abu dan Widodo Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

15 Arifin, HM Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Rhineka Cipta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta. Barkan, Adz Dzaky Konseling dan Psikologi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Djamarah, Syaiful Bahri Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta. Dahlan, Abdul Cholid Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: Pura Pustaka. Depag Al-Qur an dan Terjemahannya. Jakarta: Syaamil Cipta Media. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Faqih, AR Bimbingan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. Margono Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Marsudi, Saring dkk Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Prayitno dan Erman A Dasardasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rhineka Cipta. Sukardi, Dewa Ketut Dasardasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Denpasar: Usaha Nasional. Sukmadinata, Nana Syaodih Metode penelitian pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tohirin, Bimbingan dan Konseling Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mahmud Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka

Lebih terperinci

PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI. (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Tahun Ajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI. (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Tahun Ajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI (Studi Kasus di Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN (SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi, dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat peneliti simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Dan Syarat-syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Tugas Dan Syarat-syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd. UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi di SD Negeri II Bangsri Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib

Lebih terperinci

UPAYA BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

UPAYA BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 UPAYA BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X MAN 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL 71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis (wahdatul anasir), manusia memiliki empat fungsi yaitu manusia sebagai makhluk Allah SWT, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan. baik, kesadaran akan tanggungjawab sebagai pelajar, kesadaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan. baik, kesadaran akan tanggungjawab sebagai pelajar, kesadaran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan menggunakan bimbingan belajar, sehingga dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sedang menggalakkan berbagai usaha untuk membangun manusia seutuhnya, dan ditempuh secara bertahap melalui berbagai kegiatan. Dalam hal ini kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia menurut Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah,

BAB I PENDAHULUAN. manusia menurut Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling islami tidak dapat dilepaskan dengan hakekat manusia menurut Islam. Pada dasarnya manusia adalah makhluk Allah, keberadaannya di dunia sebagai

Lebih terperinci

USAHA BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

USAHA BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA USAHA BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Tugas Dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Diajukan guna memenuhi sebagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar -benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menggalangkan berbagai usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya dan hal ini ditempuh dengan secara bertahap dengan berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting, karena pendidikan akan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga sumber daya alam di tanah air akan terolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah. BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan konseling Islami telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah ataupun di madrasah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia, berisi hal-hal yang menyangkut perkembangan dan kehidupan manusia serta diselenggarakan dalam hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69. BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, baik dari aspek jasmaniyah lebih-lebih rohaniyahnya. Karena kesempurnaannya dapat memahami, mengenal secara

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat menimbulkan masalah. Sebab dari kebiasaan membolos seorang siswa dapat memperoleh pengaruh yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat belajar siswa. Sekolah juga merupakan tempat untuk menentukan masa depan siswa, kerena di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekolah memiliki tanggung jawab membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN HUSNI EL HILALI Abstrak Kemampuan mengelola kelas menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Pengelolaan kelas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Negara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pemberian Angka Dalam meningkatkan motivasi belajar guru pendidikan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang dilahirkan memiliki potensi yang unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai manusia terkadang dalam

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai DerajatSarjana S-1. Oleh: HAFNI ISTIKHOMAH A

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai DerajatSarjana S-1. Oleh: HAFNI ISTIKHOMAH A IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DALAM BIMBINGAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI GEMOLONG 1 KECAMATAN GEMOLONG, KEBUPATEN SRAGEN TAHUN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Lebih terperinci

URGENSI PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH (PR) DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA

URGENSI PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH (PR) DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA URGENSI PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH (PR) DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas XI MAN Muara Bungo Pada Bidang Studi Fikih) Nurbeda 1 ABSTRAK Ketersediaan waktu pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju dan mundurnya

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Penelitian Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran mengenai upaya madrasah dalam menanggulangai pengaruh negatif teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakekat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN Anik Marijani

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN Oleh: Sri Mujinah Abstrak Pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA Bimbingan Pribadi Sosial Untuk BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK SELF-EFFICACY SISWA DAN IMPLIKASINYA PADA BIMBINGAN KONSELING SMK DIPONEGORO DEPOK SLEMAN, YOGYAKARTA Atifah Hanum Casmini Abstrak Adanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu. Oleh karena itu pendidikan harus mendapat perhatian yang sangat signifikan supaya pendidikan yang telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang unik. Keunikan tersebut karena melibatkan subjek berupa manusia dengan segala keragaman dan ciri khasnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memajukan dan mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan spiritual. Tinggi rendahnya perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Windra Kepala SDN 005 Banjar Guntung Kecamatan Kuantan Mudik windra157@gmail.com ABSTRAK Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. 71 Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan umat manusia yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa adanya sebuah pendidikan, maka tidak mungkin suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.

Lebih terperinci

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus.

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus. EFEKTIFITAS LAYANAN INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Suyanti Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal tersebut selaras dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi nasional cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang

Lebih terperinci

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berbeda dengan orang dewasa, baik secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh pola pikir yang bersifat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: adanya permasalahan berupa kurangnya komitmen untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: adanya permasalahan berupa kurangnya komitmen untuk BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan yang begitu cepat telah melahirkan manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan yang terus berkembang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A. 56 BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A. Analisis Moral Klien Anak di Balai Pemasyarakatan Klas I Semarang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh DWIJO MARTANTO NIM

SKRIPSI. Oleh DWIJO MARTANTO NIM STUDI KASUS PENERAPAN MODEL KONSELING BEHAVIORISTIK UNTUK MENANGANI SISWA YANG MENYALAHGUNAKAN HANDPHONE DI SMK NU MA ARIF KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh DWIJO MARTANTO NIM. 200831080 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan proses belajar mengajar tertib dan lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu

BAB V PEMBAHASAN. A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah. karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata mentransfer ilmu BAB V PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di Madrasah Tsanawiyah Sultan Agung Jabalsari Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar sehingga terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam menjalani pengalaman pembelajaran di sekolah, dengan demikian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin dalam belajar merupakan hal yang penting di dalam pendidikan. Dengan menjalankan disiplin akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Disiplin belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

2. Faktor pendidikan dan sekolah

2. Faktor pendidikan dan sekolah BAB IV ANALISIS APLIKASI TERAPI LIFE MAPPING DENGAN PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR DALAM MENANGANI SISWI YANG MEMBOLOS DI SMA AL-ISLAM KRIAN SIDOARJO A. Faktor yang menyebabkan siswi sering membolos di

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP PENULIS

RIWAYAT HIDUP PENULIS RIWAYAT HIDUP PENULIS 1. Nama Lengkap : Noor Jannah 2. Tempat / Tgl. Lahir : Tumbang Lahung, 19 Oktober 1993 3. Agama : Islam 4. Kebangsaan : Indonesia 5. Status Perkawinan : Belum Kawin 6. Alamat : Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas didasarkan bukanlah semata terletak ada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan).

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh SISWANTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh SISWANTI A PENERAPAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA N KARANGPANDAN TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen utama dalam membangun suatu negara yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa broken home yang ada di kelas VII SMP Al Khairiyah Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. siswa broken home yang ada di kelas VII SMP Al Khairiyah Surabaya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di SMP Al Khairiyah Surabaya menunjukkan adanya suatu hasil belajar yang kurang maksimal dari siswa yang keluarganya mengalami broken home. Data tersebut didapat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mendewasakan seseorang. Mendewasakan seseorang berarti membantu seseorang menjadi manusia dewasa yang dapat memahami dirinya sendiri

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU. Noor Jannah PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM PEMILIHAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 RANTAU Noor Jannah Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif

Lebih terperinci