HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan pada Program Studi Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Guna Memperoleh gelar dalam Magister Sains Psikologi Oleh : Siti Muslimah S PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2 ii2

3 HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAW1YAH Siti Muslimah Nisa Rachmah Nur Anganthi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran pada remaja MTS, mengetahui sumbangan ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa MTsN Gondangrejo kelas IX yang berjumlah 184 siswa. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala ekspresi cinta dan skala perilaku pacaran. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis product moment. Berdasar analisis data diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,38 1, p 0,000 (p < 0.01). Hasil ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran. Perilaku pacaran pada remaja MTS tergolong tinggi, sedangkan ekspresi cinta pada remaja MTS tergolong sedang. Sumbangan efektif ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran pada remaja MTS sebesar 14,5 % ditunjukkan dari hasil koefisien determinan (r 2 ) sebesar 0,145, ini berarti masih terdapat 85,5% faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran selain variabel ekspresi cinta, diantaranya jenis kelamin, perubahan hormonal, hubungan dengan orangtua, interaksi teman sebaya dan pergaulan bebas. Berdasar hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara ekspresi cinta. Kata kunci: ekspresi cinta, perilaku pacaran 3 iii

4 THE RELATIONSHIP BED WEEN THE EXPRESSION OF LOVE WITH COURTSHIP BEHAVIOR IN ADOLESCENTS MADRASAH TSANAWIYAH Siti Muslimah Nisa Rachmah Nur Anganthi ABSTRACT The aim of this study is to examine the relationship between the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. Knowing the influence of expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. The sample of this study was a class IX the students of MTS Negeri Gondangrejo which amounts to 184 students. The measurement that was used in this study is expression of love s scale and courtship behavior s. The technique of analysis data that was used is product moment. Based on the data analysis the product moment obtained results (r) is where p = 0,000 (p<0,01). There is a significant relationship between the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. The subject of courtship behavior is in high category. The expression of love is in the average rate. The effective influence of the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah is 14,5 % it is shown by the coefficient of determinant, where is (r2) 0, 145, it means that there is 85,5 % of the other factors that influence of the inclination of he expression of love, including gender, hormonal changes, relationships with parent, peer interaction and promiscuity. Based on this study it can be concluded that there is a significant relationship between the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. Keywords: the expression of love, courtship behavior iv 4

5 Latar Belakang Masalah Data dokumentasi di populasi menunjukkan bahwa model perilaku berpacaran menunjukkan perbedaan dari tahun ke tahun. Tahun pelajaran 2007/2008, data berpacaran yang terjadi dari kartu kasus ditemukan bahwa perilaku pacaran masih merupakan fenomena yang tabu dan merupakan pelanggaran norma sosial madrasah yang cukup menjadi tiotik berat bagi para siswa. Jumlah siswa yang berpacaran dengan sesama atau dengan siswa lain sekolah tidak sebanyak saat ini. Beberapa kasus berpacaran adalah dengan pulang bersama, mengobrol berdua di ruang kelas saat istirahat atau setelah habis jam pelajaran. Perilaku pacaran yang dilakukan meliputi berpegangan tangan mencium dan merangkul. Beberapa siswa yang berpacaran tersebut sebagian masih menggunakan media surat yang diselipkan dalam buku pelajaran. Kasus pacaran tahun 2009/2010 didominasi oleh kasus 8 orang yang menjadi konseli ketika data kehadiran di madrasah bcrmasalah. Mereka senang tidak masuk dengan atau tanpa keterangan. Setelah dilakukan kunjungan rumah atau pemanggilan orang tua siswa ternyata setiap hari mereka berangkat dengan berseragam. Pada saat konseling yang inensif barulah diketahui bahwa mereka tidak masuk untuk bertemu pacarnya dan mereka melakukan aksi berpacaran di tempat wisata Sangiran, atau di rumah teman yang kebetulan orang tuanya sedang tidak di rumah, di rumahnya sendiri yang kebetulan kosong atau di rumah sang pacar. Awal tahun pelajaran 2010/2011 data kasus berpacaran ada tiga kasus yang cukup mencengangkan yakni ditemukannya kasus siswa kelas 9 yang berpacaran dan bertunangan hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari madrasah. Pada beberapa ketidakhadirannya tersebut dia menyatakan menginap beberapa kali di rumah pacarnya yang kebetulan orang tuanya sedang tidak berada di rumah. Pada dua kasus lainnya menyatakan bahwa mereka berpacaran hingga pasangan laki-lakinya mengajak ML atau berhubungan intim. Sebagaimana yang lain mereka melakukan komunikasi yang intensif dengan SMS. Intensifikasi konseling 15

6 pada masalah perilaku pacaran di bulan Februari 2011 menunjukkan data yang amat manprihatinkan. Yakni terjadinya kasus melarikan diri bersama pacar pada seorang siswi kelas 8, dan pernyataan dua siswa yang teridentifikasi berperilaku pacaran beresiko berhasil mengungkap bahwa mereka telah melakukan hubungan intim dengan pacarnya sejak kelas 8. Remaja melakukan perilaku pacaran diawali oleh adanya ketertarikan antar lawan jenis atau sesama jenis. Bentuk dari perilaku seksual ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, sampai tingkah laku berkencan,bercumbu dan bersenggama, (Sarwono,200 1). Pada masa remaja, rasa ingin tahu mcngenai seksualitas sangat penting dalam pembentukan hubungan baru dengan lawan jenisnya. Hal ini sesuai dengan perkembangan fisiologis remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Banyaknya informasi mengenai seksualitas yang benar berkaitan dengan perkembangannya dapat mencegah perilaku seksual yang tidak sehat. Bersamaan dengan itu pula berkembang aspek psikoseksual dengan lawan jenis dan remaja akan berusaha untuk bereksplorasi dengan kehidupan seksual, (Amrillah dkk, 2006). Menjadi sangat mengejutkan ketika terungkap banyaknya siswa yang memiliki pacar yang diiringi tindakan mojok sepulang sekolah, pergi berdua, dan bercumbu atau lebih jauh lagi hingga intercourse. Ekses buruk yang mengiringi periiaku pacaran ini membawa perilaku negative yang mengikuti. Menurut data dokumentasi BK di lokasi penelitian perilaku negative tersebut meliputi (1). kehilangan konsentrasi dan kepedulian pada mata pelajaran, (2). membolos dengan mengaku sakit pada saat pelajaran untuk pergi dengan pacarnya, (3). pergi dengan pacar saat jam pelajaran dengan dalih pergi sekolah, (4). melakukan aksi bcrpacaran di sekolah sehingga menimbulkan ketidaknyaman pada siswa lain dan menjadi preseden buruk yang memungkinkan akan ditiru oleh siswa lain. Mengenai ekses buruk perilaku seksual (pacaran) ini Sonna (2007) menyatakan bahwa para siswa yang mulai berkencan pada waktu mereka 62

7 masih duduk di sekolah lanjutan pertama beresiko untuk terjerumus dalam hubungan seksual pranikah, hamil, dan tertular penyakit menular seksual. Sebagian besar remaja yang terjerumus dalam hubungan seksual pranikah dibawah usia enambelas tahun secara terlambat menyadari bahwa mereka secara emosional tidak siap untuk melakukan hubungan seks dan mcnyesali keterlibatan mereka yang terlalu dini itu. Tujuan Penelitian Untuk menguji hubungan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran bagi remaja MTs. Hubungan antara Ekspresi Cinta dengan Perilaku Pacaran Perilaku pacaran juga memungkinkan terjadinya perilaku seks pranikah, pengalaman berpacaran dapat menyebabkan seorang permisif terhadap perilaku seks pranikah (Sari. 2008) Peristiwa yang melibatkan kontak fisik yang intim antara pria dan wanita, hubungan seks pranikah membutuhkan waktu sekitar enam bulan berpacaran, hal ini cukup sulit terutama bagi wan ita yang mengutamakan hubungan emosional namun lebih mudah bagi pria yang lebih mementingkan keintiman fisik. Namun apabila dirayu dengan tekun dan sabar disertai perasaan cinta, perasaan percaya menyerah niscaya hubungan seks pranikah yang pertama akan mudah dilakukan (Wirawan, 2008). Tubbs dan Moss (2005). hubungan antara dua orang yang berpacaran termasuk komunikasi diadik yang diliputi keintiman, keeratan, kedekatan, kedalaman dan bersifat pribadi, sebagai suatu masa yang berkarakteristik berbeda dengan masa kanak-kanak maka terdapat ciriciri psikologis pada masa ini yang salah satunya adalah pemekaran diri sendiri (extension of the self). Yaitu kemampuan seseorang untuk menganggap orang atauu hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang, sebaliknya tum buh perasaan ikut memiliki. Salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain yang sekaligus menunjukkan tandatanda kepribadian dewasa. Kaitan 73

8 antara hubungan seks (perilaku pacaran) dengan persepsi tentang cinta, menurut berbagai penelitian lebih cenderung pada remaja putri. Hurlock (1992) menyatakan bahwa manifestasi dorongan seksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh, (a). Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam dan individu yang berupa bekerjanya hormonhormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan. (b). Faktor eksternal yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas diskusi dengan teman pengalaman masturbasi, pengaruh orang diskusi dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan. Wirawan (2008) mengatakan bahwa masalah seksualitas pada remaja timbul diantaranya adalah karena faktor-faktor perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja penundaan usia perkawinan. tidak dapat menahan diri untuk melanggar norma yang melarang penyaluran hasrat seksual, adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi canggih, orang tua kurang terbuka kepada anak mengenai seksualitas dan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat. Metode Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku pacaran dan ekspresi cinta. Perilaku pacaran adalah tanggapan atau reaksi yang dilakukan dalanim rangka hubungan percintaan atau berkasih - kasihan. Ekspresi cinta adalah pengungkapan atau proses menyatakan kondisi perasaan emosi, kasih sayang yang kuat dan ketertarikan antar pribadi. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa MTsN Gondangrejo kelas IX yang berjumlah 285 siswa. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 184 siswa. Teknik Sampling yang 84

9 digunakan teknik cluster random sampling. Metode Pengumpulan Data Metode datam penelitian ini menggunakan skala perilaku pacaran dan skala ekspresi cinta. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah product moment. Hasil Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis product moment. Berdasarkan hasih perhitungan diperoleh koefisien korelasi (r) 0,381, p = 0,000 (p < 0,01). Hasih ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran. Artinya semakin tinggi ekspresi cinta maka semakin tinggi pula perilaku pacaran Koefesien determinan atau sumbangan efektif menunjukkan seberapa besar peran atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung yang ditunjukkan oleh r 2. Hasih koefisien determinan (r 2 ) sebesar 0,145. Hal ini berarti sumbangan ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran sebesar 14,5%, maka masih terdapat 85,5% faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran selain variabel ekspresi cinta, diantaranya jenis kelamin, perubahan hormonal, hubungan dengan orangtua, interaksi teman sebaya dan pergaulan bebas. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ekspresi cinta dengan peri laku pacaran. Semakin tinggi ekspresi cinta maka akan semakin tinggi pula perilaku pacaran remaja Madrasah Tsanawiyah. Sarwono (2001) mengemukakan remaja melakukan perilaku pacaran diawali oleh adanya ketertarikan antar lawan jenis atau scsama jenis. Bentuk dari perilaku seksual mlini bermacammacam, mulai dari perasaan tertarik, sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Nugraha (2008) beberapa bentuk perilaku pacaran dengan berbagai perilaku seksual seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan - sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. Ditambahkan oleh Pease (2003) cinta memiliki bentuk perilaku (aspek-aspek) yang mengarah ke ekspresi seksual sebagai isyarat 59

10 percumbuan. antara lain: 1) gerak isyarat percumbuan laki-laki antara lain, (a). memperlihatkan perilaku bersolek selama ada wanita yang mendekatinya. (b). menjulurkan batang leher dan merapikan pakaiannya., (c). merapikan rambutnya. (d). ibu jari yang menyorotkan alat kelamin. (e). menghadapkan tubuhnya ke wanita, (f). tatapan intim, (g). menunjukkan kesiapan fisik untuk mendekati wanita. 2). Gerak isyarat dan sinyal percumbuan wanita. (a). menyentuh rambut, (b). merapikan pakaian, (c). satu atau kedua tangannya diletakkan di pinggangnya, (d). kaki dan tubuhnya diarahkan ke laki-laki. (e). memperpanjang tatapan intimnya dan menaikkan kontak matanya. (f). gerak isyarat ibu jari di ikat pinggang. (g). perhatian yang menggairahkan juga menyebabkan pembesaran bola mata dan rupa yang menggelorakan akan tampak pada pipinya. Ekspresi cinta selama berpacaran berpotensi menyebabkan timbulnya perilaku berpacaran. Sebagai contoh pcnelitian Mahfiana dkk (2009) yang menyatakan bahwa perilaku pacaran remaja Yogyakarta semakin mengarah kepada pergaulan bebas, semakin banyak remaja yang mengaku hamil pranikah. Awal mulanya pacaran hanya sckedar bergandengan tangan, tetapi semakin lama perilaku pacaran dapat menjurus pada perilaku seks pranikah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh PKBI (2005) tentang perilaku seksual remaja di Semarang mengungkap bahwa aktivitas berpacaran yang dilakukan oleh para remaja tersebut adalah 91,3 % responden merangkul dan memeluk, 95 % responden mencium pipi dan kening, 99 % mencium bibir, 72,4 % mencium leher, 48,03 % meraba daerabh sensitive yaitu payudara dan kelamin, 28,3% melakukan peeting, dan 20,4% responden melakukan seks dengan pasangannya. Remaja mengemban suatu tugas perkembangan yang harus dan dijalani yaitu menjalin hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan minat terhadap lawan jenisnya. Remaja mulai melakukan pendekatan yang diawali dengan berteman, bersahabat dan kemudian berpacaran dengan lawan jenisnya. Pacaran yang merupakan salah satu manifestasi dari hubungan heteroksuai pada remaja, 10 6

11 merupakan hal yang wajar dialami oleh para remaja. Hal ini senada dengan ungkapan Hurlock (2002) bahwa pacaran merupakan fenomena yang khas pada remaja, selain karena adanya perubahan hormonal semenjak organ reproduksi berfungsi, hubungan heteroseksual yang diwujudkan dalam bentuk pacaran merupakan salah satu tugas perkembangan sosialisasi pada remaja. Sumbangan ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran sebesar 14,5%, maka masih terdapat 85,5% faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran selain variabel ekspresi cinta, diantaranya jenis kelamin, perubahan hormonal, hubungan dengan orangtua, interaksi teman sebaya dan pergaulan bebas. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Wirawan (2008), masalah seksualitas pada remaja timbul diantaranya adalah karena faktorfaktor, perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. penundaan usia perkawinan, tidak dapat menahan diri untuk melanggar norma yang melarang penyaluran hasrat seksual, adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi canggih, orang tua kurang terbuka kepada anak mengenai seksualitas dan pcrgaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat. Hurlock (1992) menyatakan bahwa manifestasi dorongan scksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh. (a). Faktor internal. yaitu stimulus yang berasal dari dalam dan individu yang berupa bekerjanya hormonhormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan. (b). Faktor eksternal yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas diskusi dengan teman pengalaman masturbasi, pengaruh orang diskusi dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan. Hasil analisis kategorisasi variabel perilaku pacaran diketahui responden dengan tingkat kecenderungan kategori tinggi 11 7

12 sebanyak 106 orang atau 61,0 %; kategori sedang sebanyak 36 orang (19.25) sedangkan responden dengan tingkat kecenderungan rendah sebanyak 42 orang atau 22,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kecenderungan perilaku pacaran siswa MTSN Gondangrejo secara umum adalah tinggi. Adapun variabel ekspresi cinta diketahui distribusi responden memiliki kecenderugan ekspresi cinta kategori tinggi sebanyak 30 orang atau 16%, kecenderungan sedang sebanyak 110 orang atau 61,1% dan kecenderungan rendah sebanyak 44 orang atau 23,9%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum responden penelitian memiliki kecenderungan ekspresi cinta sedang. Kesimpulan Perilaku pacaran pada remaja MTS dipengaruhi oleh ekspresi cinta pada remaja MTS Negeri Gondangrejo. Perilaku pacaran pada MTS Negeri Gondangrejo tergolong tinggi, sedangkan ekspresi cinta pada remaja MTS Negeri Gondangrejo. Ekspresi cinta mempunyai peran sebesar 14,5 % terhadap perilaku pacaran pada remaja MTS Negeri Gondangrejo, jadi masih ada 85,5 % faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran pada remaja MTS Negeri Gondangrejo. Saran Bagi Subjek Penelitian (remaja MTs), perlu dilakukan cara untuk membatasi perwujudan ekspresi cinta dalam bentuk perilaku pacaran. Bagi Pihak Sekolah, diharapkan dapat mengkondisikan pembatasan siswa-siswi MTs dalam hal pengkondisian agar siswa-siswi untuk tidak leluasa mengekspresikan cinta romantik kepada lawan jenisnya selama di sekolah. Bagi Peneliti Selanjutnya, mengingat masih ada 85,5% faktor lain di luar ekspresi cinta yang mempengaruhi perilaku pacaran remaja Madrasah Tsanawiyah, maka perlu dilakukan penelitian yang mengupas masalah perilaku pacaran. Mengingat kekurangan yang ada pada penelitian ini, semoga penelitian lebih lanjut dapat menyempurnakannya. 12 8

13 Daftar Pustaka istiwidaryanti. Jakarta: Erlangga. Soedjarwo. Athar Shahid Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Jakarta, Pustaka Zahra. Azwar Saifuddin Dasar-Dascar Psikometri. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Yogaka Pelajar. Beehe Steven A, Beebe Susan J, Ivy Diana K Communicagtion (PriiiplIes For. A lifetime). Data, Person Education, Boston. Publishing. Bungin Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif: Jakarta. Prenada Media. Darwanto Televisi sebagai Media Pendidikan. Jakarta. Pustaka Pelajar. Dulai Iskandar Putra Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana. Garseme Burton Media dan Budaya Populer. Yogyakarta, Jalasutra. Hadi Sutrisno Metodologi Research. Jilid III. Yogyakarta, Andi. Hadjam N. R.M dan Mayasari F Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi 2. hal Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan Indigenous Hubungan antara Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua Anak dengan Perilaku Seksual Pranikah. Annadharah Amilia Amrillah dkk, Vo. 8. No. 1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 206 Indonesia Psycological Journal, Seri Lestari, Pengasuh Orang Tua dan Harga Diri Remaja. Anima. Indigenous Sikap Remaja terhadap Perilaku Seks Bebas Lebih Dipengaruhi Orang Tua atau Teman Sebaya. Agustini Kadarwati. dkk. Surakarta, Fakultas Psikologi UMS. Kallat James W. Shiota Michelle N. 2007, Emotion Thompson Higaher Education 10 Davis Drive Belmon, USA. CA Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Balai Pustaka. Mahfiana, L. Rohmah. E. Y. dan Widyaningrum, R Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press. Makodian Nuraksa dan Wardhana Kingga Teknologi Wireless Communication dan Broadband. Yogyakarta. Andi. Mangkulo Hengky Alexander. 2010, Aplikasi Jejaring Sosial Ponsel. Jakarta. 13

14 Mansa Perilaku Konsumsi Telepon Seluler Di Kalangan Mahasiswa UNIKA Atma Jaya Jakarta. Rayini Dahasihsari. Bol. I. No. 3, Unika Tama Jaya. Maretinus Surawan Kamus Serapan. Jakarta. Gramedia. Newman-newman Development Through Life Wadeworth Cencage Learning 10 Davis Belmon. USA. CA Nugraha. B.D Problema Seks dan Cinta Remaja. Jakarta : Bumi Aksara. Otto Soekatno Cr Psikologi Seks. Jogjakarta. Garasi. Papalia. dkk Perkembangan Manusia. Jakarta. Salemba Humanika. Pease Alan Bahasa Tubuh. Jakarta. Prestasi Pustaka PKBI Laporan Hasil Line Servey: Perilaku Seksual Mahasiswa di Semarang. Semarang: PKBI. Severin Weerneer J dan Trakared James W Teori Komunikasi Sejarah dan Terapan dalam Media Massa. Yogyakarta. Kencana. Solopos. 28 Juli Surat Kabar Harian 0. Sonna Linda The Everything Parenting Teenager Book Membimbing Anak Remaju Alish Bahasa Drs. Elly Wiriawan Balam. Karsima Publishing Group. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung. Alfabeta. Umo Hamzah B. dan Lamatenggo Nina, Teknologi Komunikasi dan informasi Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara. W. Steven Little John dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi. Jakarta, Salemba Humanika. Santrock John W Adolescena. Jakarta, Erlangga. Santrock J. W Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi Kelima. (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga. Setiady Tolib. Latifasari Hukum Adat Indonesia. Bandung. Alfabeta. 14

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dunia sosial remaja. Hubungan ini memunculkan emosi kuat, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dunia sosial remaja. Hubungan ini memunculkan emosi kuat, baik positif maupun 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bouchey & Furman yang termuat dalam Papalia (2009) menyatakan bahwa hubungan romantis (pacaran) adalah bagian utama dari sebagian besar dunia sosial remaja. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pacaran tidak bisa lepas dari dunia remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : DWI ARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam perkembangan manusia. Dalam masa remaja terjadi banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH TESIS

HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH TESIS HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH TESIS Diajukan pada Program Studi Magister Sains Psikologi, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik maupun psikologis diantaranya peningkatan emosional, kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan seperti perubahan intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual remaja. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH Ns. Pawestri, S.Kep, M.Kes2, Ratih Sari Wardani, S.Si M.Kes, Sonna M, SKep Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Masalah seksualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam perkembangan kehidupan individu. Masa remaja adalah masa peralihan dari anakanak ke dewasa. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rita Sugiharto Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok umur yang memegang tongkat estafet pembangunan suatu bangsa. Untuk itu, remaja perlu mendapat perhatian. Pada masa remaja seseorang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak. KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mengesankan dan indah dalam perkembangan hidup manusia, karena pada masa tersebut penuh dengan tantangan, gejolak emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Perilaku Seksual Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS Ilham Prayogo, Hastaning Sakti* iprayogo@rocketmail.com, sakti.hasta@gmail.com Ilham Prayogo M2A607052

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai, norma sosial, serta pola interaksi dengan orang lain. Pada perubahan

Lebih terperinci

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung Sari MN, Islamy N, Nusadewiarti A Faculty of Medicine in Lampung University

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi masyarakatindonesia. Pola perilaku generasi penerus akan terbentuk melalui dunia pendidikan, selain pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seksualitas merupakan topik yang sangat menarik bagi remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal seksual di dalam diri mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang. Pengetahuan tentang seksualitas ataupun perkembangan seksual yang seharusnya dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja 2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini budaya barat telah banyak yang masuk ke negara kita dan budaya barat ini sangat tidak sesuai dengan budaya negara kita yang kental dengan budaya timur

Lebih terperinci

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Riski Tri Astuti Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang kompleks,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI 19 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI Yeti Mareta Undaryati Dosen STIKES Insan Cendekia Medika Jombang ABSTRAK Peningkatan minat dan motivasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia khususnya remaja yang belum menikah semakin meningkat dan sangat memprihatinkan, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia (Desmita, 2012). Di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari kata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat terjadi, karena

Lebih terperinci

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua nomor dan usahakan jangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Eni Suparni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia remaja merupakan dunia yang penuh dengan perubahan. Berbagai aktivitas menjadi bagian dari penjelasan usianya yang terus bertambah, tentu saja karena remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil survey yang dilakukan Bali Post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahap kehidupan yang penuh tantangan dan terkadang sulit dihadapi, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi anak yang terlahir normal, para orang tua relatif mudah dalam mengasuh dan mendidik mereka. Akan tetapi, pada anak yang lahir dengan berkelainan sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci