WUJUD KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSIDANGAN PIDANA DI WILAYAH SURAKARTA
|
|
- Sucianty Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 WUJUD KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM PERSIDANGAN PIDANA DI WILAYAH SURAKARTA Dwi Purnanto, Bakdal Ginanjar, Chattri Sigit Widyastuti, Henry Yustanto, Miftah Nugroho Prodi Sastra Indonesia, Universitas Sebelas Maret Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang wujud ketidaksantunan berbahasa dalam konteks persidangan pidana yang dilatarbelakangi perbedaan otoritas di antara pelibat persidangan. Data penelitian bersumber dari persidangan pidana dalam sejumlah kasus di Pengadilan Negeri Surakarta, Pengadilan Negeri Klaten, dan Pengadilan Negeri Boyolali. Data dianalisis dengan metode kontekstual. Ada tujuh wujud ketidaksantunan: (1) menyuruh, (2) memperingatkan, (3) mengancam, (4) memojokkan, (5) kekesalan, (6) merendahkan, (7) memprotes, dan (8) mengejek. (1) peminimalan keuntungan pada mitra tutur, (2) pemaksimalan penjelekan kepada mitra tutur, dan (3) pemaksimalan ketidaksetujuan kepada mitra tutur. Kata kunci: ketidaksantunan berbahasa, otoritas, persidangan pidana Pendahuluan Dalam sebuah persidangan pidana terdapat adanya perbedaan otoritas yang dimiliki di antara partisipan yang terlibat, yakni majelis hakim, jaksa, penasihat hukum, saksi, dan terdakwa. Semakin besar otoritas yang dimiliki semakin leluasa pula kesempatan untuk bertutur. Sebaliknya, semakin kecil otoritas semakin sempit pula kesempatan untuk bertutur. Sehubungan dengan itu, hal yang menarik untuk ditelaah adalah bagaimana keleluasaan itu berpeluang mewujudkan ketidaksantunan berbahasa yang terjadi dalam tanya-jawab di persidangan pidana. Kemenarikan itu tecermin dari ketidaksetaraan relasi antarpartisipan di persidangan pidana. Hakim, jaksa, dan penasihat hukum berposisi sebagai penutur yang superior. Penutur superior berarti penutur yang memiliki kekuasaan. Di sisi lain, terdakwa dan saksi berposisi sebagai penutur inferior yang tidak memiliki kekuasaan. Pembahasan ketidaksantunan dapat dikatakan masih belum banyak dikaji secara mendalam dan komprehensif. Keprihatinan ini dinyatakan oleh Locher dan Bous ield (2008) melalui ungkapan seeks to address the enormous imbalance that exist between academic interest in politeness phenomena as opposed to impoliteness phenomena. Kadar ketimpangan yang terjadi dikatakan sebagai enormous imbalance atau ketimpangan yang sangat besar antara studi kesantunan berbahasa dan ketidaksantunan berbahasa. Kerangka Teori Leech (1993) mendasarkan kesantunan berbahasa pada nosi-nosi: (i) biaya dan keuntungan, (ii) kesetujuan, (iii) pujian, (iv) simpati/antipati. Keempat nosi tersebut dipakai untuk menyusun prinsip kesantunan berbahasa yang terbagi atas enam maksim: (i) maksim kebijaksanaan: meminimalkan biaya bagi pihak lain dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain, (ii) maksim kedermawanan: meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri dan memaksimalkan biaya bagi diri sendiri, (iii) maksim pujian: meminimalkan penjelekan kepada pihak lain dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain, (iv) maksim kerendahatian: meminimalkan pujian terhadap diri sendiri dan memaksimalkan penjelekan terhadap diri sendiri, (v) maksim kesetujuan: meminimalkan ketidaksetujuan kepada pihak lain dan memaksimalkan kesetujuan kepada pihak lain, (vi) maksim simpati: meminimalkan antipati terhadap orang lain dan memaksimalkan simpati terhadap orang lain. Pelanggaram terhadap salah satu atau beberapa maksim di atas memunculkan ketidaksantunan berbahasa. 62
2 Culpeper (2008:28) menyatakan Impoliteness, as I would de ine it, involves communicative behavior intending to cause the face loss of a target or perceived by the target to be so. Culpeper menekankan bahwa ketidaksantunan berbahasa merupakan perilaku yang membuat orang benar-benar kehilangan muka atau setidak-tidaknya merasa telah kehilangan muka. Metodologi Data penelitian ini berbentuk tuturan-tuturan yang diperoleh secara alamiah dari jalannya sebuah proses persidangan pidana. Data penelitian disediakan dengan metode simak melalui teknik rekam. Data bersumber dari Pengadilan Negeri Surakarta, Pengadilan Negeri Klaten, dan Pengadilan Negeri Boyolali. Metode kontekstual digunakan untuk menganalisis data. Temuan Berdasarkan analisis data, ditemukan delapan maksud yang dituturkan secara tidak santun: (1) menyuruh, (2) memperingatkan, (3) mengancam, (4) memojokkan, (5) kekesalan, (6) merendahkan, (7) memprotes, dan (8) mengejek. Temuan itu dipaparkan di bawah ini. 1. Maksud Menyuruh Tuturan menyuruh mengandung maksud agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana keinginan penutur. Ketidaksantunan pada jenis tuturan ini mengacu atas tingkat kelangsungannya. Berikut ini disajikan contoh tuturan menyuruh yang tidak santun. (1) H 1 : Betul. Kalau Budi Santoso? Jangan nunduk terus! Lihat sini! Diajak ngomong kok! Ditanyain kok nunduk terus? Ha? Keberatan tidak? T 2 : ((menggeleng)) Pada data tuturan (1) di atas tampak jelas bahwa daya ilokusi yang terkandung adalah menyuruh. Hakim 1 (H1) menyuruh terdakwa 2 (T2) dalam bentuk kalimat bermodus imperatif. Tuturan Lihat sini! merupakan manifestasi ketidaksantunan berbahasa. Hal ini disebabkan tindakan menyuruh yang dilakukan secara langsung sehingga berakibat pada pemaksimalan keuntungan bagi penutur dan peminimalan keuntungan bagi mitra tutur. Ketidaksantunan ini semakin dipertegas oleh adanya pemakaian intonasi perintah yang cenderung naik. Berdasarkan konteks-situasi, tuturan (1) dilakukan antara hakim (H1) dan terdakwa (T2) pada persidangan pemalsuan uang di PN Boyolali. Saat sidang berlangsung, T2 selalu menundukkan muka atau tidak menatap muka H1 ketika diminta untuk menjawab pertanyaan. Hal inilah yang mendorong H1 menyuruh T2 untuk mengangkat muka dan melihatnya. 2. Maksud Memperingatkan Tuturan yang bermaksud memperingatkan terjadi bila penutur memberi ingat; memberi nasihat, termasuk teguran supaya ingat akan kewajibannya, dsb. Tuturan ini dapat dikategorikan tidak santun ketika mitra tutur dirugikan atas tindakan yang diberikan penutur seperti tuturan berikut. (2) H : Oo, digadaikan. Alasan menggadaikan untuk apa? T : Itu untuk membeli susu. H : Kamu jangan anu lo ya! Tujuan awal kamu kenal Wahyuni itu kan mencarikan pekerjaan. Bukan untuk membeli susu. Pada tuturan (2) yang tercetak tebal, daya ilokusi memperingatkan disampaikan secara langsung oleh hakim (H) kepada terdakwa (T). Tuturan ini terjadi dalam sidang penipuan di PN Klaten. Pada saat sidang dilangsungkan, terdakwa lebih sering menjawab beberapa pertanyaan hakim yang tidak sesuai dengan laporan dari kepolisian. Untuk itu, hakim memperingatkan terdakwa untuk menjawab dengan jujur. Aspek ketidaksantunan berbahasa dalam tuturan ini adalah usaha meminimalkan keuntungan pada pihak mitra tutur. 63
3 3. Maksud Mengancam Sebuah tuturan mengancam terjadi manakala penutur bermaksud atau berencana akan melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan mitra tutur. Sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan dipastikan sebagai wujud adanya ketidaksantunan sebagaimana tuturan berikut. (3) H1 : Ingin cepat pulang? Ingin cepat pulang? Ingin cepat pulangi koyo apa wae ingin cepat pulang. Justru kalau Kamu seperti ini, nggak akan cepat pulang, Mas. Ngendon di sana sepuluh tahun nanti Kamu, kalau terbukti. Ini temenmu sudah, sudah, Budi aja sudah ngakoni Iya, Bu. Dia aja uang palsu tahu. Sekarang tinggal Kamu aja. Tergantung Kamu nasibnya ini. Di sana nanti Kamu bisa lebih dua kali lipat hukumannya dengan Budi. Kalau modelnya seperti ini kamu. Apa waktu diperiksa kamu sama pak polisi dipukul? T : Ndak. Tuturan (3) yang bercetak tebal bermaksud mengancam terdakwa (T) agar tidak berusaha untuk berbelit-belit dalam memberikan jawaban atas pertanyaan hakim 1 (H1). Tuturan ini terjadi pada persidangan perkara uang palsu di PN Klaten. Pada saat sidang dilangsungkan, terdakwa sering menjawab pertanyaan hakim secara berbelit-belit dengan dalih dapat lepas dari dakwaan yang berat. 4. Maksud Memojokkan Memojokkan berarti tindakan mendesak ke keadaan (posisi) yang sulit. Tindakan ini dilakukan oleh hakim (H1) kepada terdakwa (T2) dalam tuturan yang ditebalkan pada (4). Tuturan ini merupakan salah satu realisasi ketidaksantunan berbahasa dalam persidangan. Hal ini ditandai dengan adanya penyerangan terhadap kebebasan yang dimiliki terdakwa sehingga kebebasan terdakwa semakin terbatas sebagaimana tuturan berikut. (4) H1 : Jujur? T2 : Iya. Kan ngasihnya malam itu, Bu. H1 : Lha iya, Kamu itu di jalan, malam-malam lagi, apa nggak ada waktu siang apa? Kamu juga terima juga. Kenapa waktu berangkat Kamu serahkan Pak Adam? Kenapa? Karena takut, kenapa? Takut itu, kenapa? Kan gitu. Kamu kan tahu, itu dilarang pemerintah? Melanggar hukum tho yo? Emang bener, takut dipenjara? Takut ketahuan? Iya tho? T2 : ((mengangguk)). Tujuan diucapkannya tuturan itu agar terdakwa (T2) segera mengakui kesalahan perbuatannya. Pada saat sidang dilangsungkan, terdakwa menjawab beberapa pertanyaan hakim (H) secara berputar-putar sehingga terkesan berusaha menutupi kebenaran fakta. Tuturan yang memojokkan ini berimbas pada terdakwa yang tidak bisa menampik kenyataan bahwa strategi jawabannya telah terbaca oleh hakim. 5. Maksud Kekesalan Tuturan yang bermaksud menyatakan kekesalan muncul ketika penutur meminta mitra tutur untuk mengatakan informasi yang sebenarnya, tetapi mitra tutur masih berusaha menutupnutupi informasi tersebut. Penutur yang menuturkan kekesalan ditambah pula dengan intonasi yang naik termasuk tuturan yang tidak santun, seperti tuturan berikut. (5) T2 : Saya buktiin bener. H : Buktiin-buktiin. Itu kan nipu! Kan begitu? Tuturan kekesalan pada (5) mengandung maksud kekesalan hakim (H) atas jawaban yang diberikan terdakwa (T2). Saat persidangan, terdakwa sering menjawab pertanyaan secara tidak jujur. Situasi ini membuat hakim kesal. Kekesalannya diutarakan dengan menyebutkan 64
4 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIkembali jawaban-jawaban yang sebelumnya telah diucapkan terdakwa. Untuk itulah, hakim mengutarakan berbagai ujaran yang menunjukkan bahwa terdakwa secara jelas memberikan jawaban yang tidak benar. 6. Maksud Merendahkan Tuturan yang bermaksud merendahkan terjadi manakala penutur memandang rendah (hina) mitra tutur. Dalam komunikasi, hal demikian dinilai sebagai tindakan yang tidak santun sebagaimana tuturan berikut. (6) H : Itu biaya untuk apa katanya? S : Katanya untuk... H : Ini sudah beberapa kali orang ini. Untung yang kemarin itu sudah digerayangi semua, sudah sampai ke puncaknya, mau masuk dia mens, terselamatkan. Jadi ya, memang bejat orang ini. Trus pertanggungjawaban dia apa mbak? S : Pertanggungjawaban gimana? Tuturan (6) ditandai pemakaian kata bejat yang bermaksud merendahkan diri. Tuturan ini muncul karena hakim (H) memandang perbuatan yang dilakukan terdakwa terhadap korbannya tidak senonoh berdasar keterangan dari saksi (S). Dari sisi pragmatik, ketidaksantunan tuturan tersebut ditandai atas pemaksimalkan penjelekan terhadap Mt. 7. Maksud Memprotes Tuturan memprotes terjadi ketika penutur menyangkal atau menentang jawaban atau informasi yang diberikan mitra tutur. Berikut tuturan yang bermaksud memprotes mitra tutur. (7) J : Ketemu kan? Saya mbentak ndak waktu itu? T1 : Iya. J : Iya?! Saya mbentak?! J : Ketemu kan? Maksud tuturan memprotes pada (7) dilatarbelakangi atas jawaban yang diberikan terdakwa (T) tidak benar berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Mendengar jawaban itu, jaksa (J) secara tegas menggunakan intonasi yang menaik dan dalam bentuk tuturan pertanyaan yang beruntun. Dari sisi ketidaksantunan berbahasa, tindakan ini menyerang keinginan mitra tutur atau memaksimalkan ketidaksetujuannya terhadap mitra tutur. 8. Maksud Mengejek Mengejek dapat dimaknai sebagai mengolok-olok, mencemooh untuk menghinakan, mempermainkan dengan tingkah laku. Maksud penutur ini dituturkan karena mitra tutur tidak mengatakan jawaban secara benar sesuai fakta yang telah terjadi, seperti tuturan berikut. (8) H : Dibengoki opo? T : Massa. H : E..e..e dibengoki opo kowe kuwi? T : Maling. H : Yo, maling wong kowe kuwi yo maling. Trus kecekel. Tuturan (8) mengandung maksud hakim yang mengejek perilaku terdakwa (T). Aspek ketidaksantunan berbahasa dalam tuturan di atas ditandai dari penyerangan terhadap perilaku terdakwa. Artinya, hakim (H) melakukan pemaksimalan untuk menjelekkkan terdakwa. Temuan di atas menggambarkan bahwa ada kaitan antara ketidaksantunan dengan otoritas yang dimiliki penutur. Pada konteks tertentu, besarnya otoritas penutur akan membuka peluang lebih besar pula dalam mewujudkan ketidaksantunan berbahasa. Hal ini senada dengan pernyataan Bous ield (2008: 150) bahwa dalam sebuah konteks di mana hierarki otoritas tidak 65
5 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIdapat dinegosiasikan maka penutur yang memiliki otoritas atau kekuasaan (power) terbesar atau tertinggilah yang akan terus dapat memunculkan ketidaksantunan. Simpulan Ketidaksantunan berbahasa dalam persidangan pidana di wilayah Surakarta terjadi dalam delapan jenis tuturan: (1) menyuruh, (2) memperingatkan (3) mengancam, (4) memojokkan, (5) kekesalan, (6) merendahkan, (7) memprotes, dan (8) mengejek. Dimensi ketidaksantunan ditandai atas pelanggaran terhadap prinsip kesantunan berbahasa. Prinsip yang dilanggar berupa (1) peminimalan keuntungan pada mitra tutur, (2) pemaksimalan penjelekan kepada mitra tutur, dan (3) pemaksimalan ketidaksetujuan kepada mitra tutur. Daftar Pustaka Bous ield, Derek Locher dan Miriam A. (eds.) Impoliteness in Language: Studies on Its Interplay with Power in Theory and Practice. New York: Mouton de Gruyter. Bous ield, Derek Locher Impoliteness in the Struggle for Power dalam Impoliteness in Language: Studies on Its Interplay with Power in Theory and Practice. New York: Mouton de Gruyter. Culpeper, Jonathan Re lection in Impolitenes, Relational Work and Power dalam Impoliteness in Language: Studies on Its Interplay with Power in Theory and Practice. New York: Mouton de Gruyter. Leech, Geoffrey Prinsip-Prinsip Pragmatik (edisi terjemahan oleh M.D.D Oka). Jakarta: UI Press. 66
MANIFESTASI FACE THREATENING ACTS DALAM KETIDAKSANTUNAN PRAGMATIK BERBAHASA RANAH AGAMA
MANIFESTASI FACE THREATENING ACTS DALAM KETIDAKSANTUNAN PRAGMATIK BERBAHASA RANAH AGAMA R. Kunjana Rahardi, Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama Dewi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Tulisan
Lebih terperinciKETIDAKSANTUNAN BAHASA LARANGAN
KETIDAKSANTUNAN BAHASA LARANGAN Laili Etika Rahmawati Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: Laili.Rahmawati@ums.ac.id
Lebih terperinciSTRATEGI KETIDAKSANTUNAN CULPEPER DALAM BERBAHASA LISAN DI SEKOLAH
STRATEGI KETIDAKSANTUNAN CULPEPER DALAM BERBAHASA LISAN DI SEKOLAH Nuraini Fatimah dan Zainal Arifin Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TALK SHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI TV ONE
PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TALK SHOW SATU JAM LEBIH DEKAT DI TV ONE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa percakapan yang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa percakapan yang terjadi dalam ranah hukum, khususnya dalam penelitian ini persidangan pidana agenda keterangan
Lebih terperinciREALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN
REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN Dewi Anggia Huzniawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI gigie_kaka@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar
Lebih terperinciMAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman
MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA
Lebih terperinciKAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:
KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AMIN KARTIKA SARI A 310 090 251 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi
BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Bahasa dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Sebagaimana yang
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI
1 TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciPEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
324 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini berjudul Strategi Tindak Tutur Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Kajian pragmatik dan implikasinya
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN IMPERATIF PADA PAPAN PENGUMUMAN DAN INFORMASI DI WILAYAH SURAKARTA
TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN IMPERATIF PADA PAPAN PENGUMUMAN DAN INFORMASI DI WILAYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan guna Mendapatkan Gelar Sarjana Program Studi
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TALK SHOW Ada Ada Aja di Global TV: Suatu Pendekatan Pragmatik
PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TALK SHOW Ada Ada Aja di Global TV: Suatu Pendekatan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar
Lebih terperinciPERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)
PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di
Lebih terperinciArtikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA
Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat
Lebih terperinciOleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK
REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA
TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA DENGAN GURU DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA DENGAN GURU DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di Sekolah Dasar 5
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS 7 (Suatu Pendekatan Pragmatik)
PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA TALK SHOW HITAM PUTIH DI TRANS 7 (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana
Lebih terperinciREALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciSaksi #16: Tonny Soewandito
Saksi #16: Tonny Soewandito : Sidang perkara No. 37/Pid.B/Tipikor/2011, PN Jakarta Pusat atas nama terdakwa Ir. Eddie Widiono Suwondho M.Sc, dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. (Palu diketuk) Terdakwa
Lebih terperinciBEBERAPA TINDAK KETIDAKSANTUNAN DALAM MASYARAKAT JAWA. Sigit Haryanto Mahasiswa S3 Linguistik Deskriptif UNS
BEBERAPA TINDAK KETIDAKSANTUNAN DALAM MASYARAKAT JAWA Sigit Haryanto Mahasiswa S3 Linguistik Deskriptif UNS sh288@ums.ac.id Abstract It cannot be denied that living in society will find politeness and
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with
Lebih terperinciPRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA BIANG RUMPI NO SECRET TRANS TV
PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA BIANG RUMPI NO SECRET TRANS TV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Lebih terperinciKONTRAS GOFFMANIAN VIEW OF POLITENESS DAN GRICEAN VIEW OF POLITENESS DAN IMPLIKASINYA PADA STUDI KESANTUNAN PRAGMATIK BAHASA INDONESIA
KONTRAS GOFFMANIAN VIEW OF POLITENESS DAN GRICEAN VIEW OF POLITENESS DAN IMPLIKASINYA PADA STUDI KESANTUNAN PRAGMATIK BAHASA INDONESIA R. Kunjana Rahardi 1 1. Pendahuluan Studi ihwal kesantunan berbahasa
Lebih terperinciKESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI
KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciWUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI
WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI Irfai Fathurohman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI
PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA
ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A
KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga
III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim prinsip kesantunan tuturan tokoh-tokoh dalam drama serial Korea God s Quiz. Setelah melakukan analisis
Lebih terperinciTINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO
TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciKESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA YUK KEEP SMILE DI TRANS TV (Suatu Kajian Pragmatik)
KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM ACARA YUK KEEP SMILE DI TRANS TV (Suatu Kajian Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi
Lebih terperinciArtikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN
Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB IV DESKRPSI DAN ANALISIS DATA. sebelumnya, maka untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan
BAB IV DESKRSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Sehubungan dengan pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan pembahasan dalam bentuk
Lebih terperinciREALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah
0 REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR DEPOK JAYA KOTA DEPOK (Suatu Tinjauan Pragmatik)
TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR DEPOK JAYA KOTA DEPOK (Suatu Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciJurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN
PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan
Lebih terperinciPRINSIP KESANTUNAN DAN IRONI SERTA KELAKAR DALAM ACARA BUAYA SHOW DI INDOSIAR: Suatu Tinjauan Pragmatik
PRINSIP KESANTUNAN DAN IRONI SERTA KELAKAR DALAM ACARA BUAYA SHOW DI INDOSIAR: Suatu Tinjauan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis
BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.SKH A. Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan
Lebih terperinciPRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010
PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA ABSTRAK Agung Pramujiono Nunung Nurjati pram4014@yahoo.com nunung.nurjati@gmail.com Universitas
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA
1 PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA Herlina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK
KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah
Lebih terperinciKESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN
KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciPRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi
Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif-kualitatif. Menurut Bogdan dan Bilken dalam Subroto, penelitian kualitatif merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima
Lebih terperinciArtikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN
Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,
ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan
Lebih terperinciTINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO
TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciOleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo
PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 595/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 595/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah
Lebih terperinciKAJIAN PRAGMATIK PADA WACANA POJOK HARIAN BALI POST : Sebuah Tinjauan Pragmatik
KAJIAN PRAGMATIK PADA WACANA POJOK HARIAN BALI POST : Sebuah Tinjauan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Lebih terperinciPERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi
PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
Nomor : 004/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN
Lebih terperinciWUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG
WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG Munirah, Lili Suriani munirah.fkip@gmail.com Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Magister Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas
Lebih terperinciKESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK
KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 ERWITIAN MARYA AGUSTINE
Lebih terperinciABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK
RETORIKA INTERPERSONAL PRAGMATIK DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DALAM KEGIATAN AKADEMIK (Studi Kasus di Politeknik Indonusa Surakarta) Ratna Susanti 1 ; Sumarlam 2 ; Djatmika 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, surat kabar telah menjadi kebutuhan bagi manusia. Melalui surat kabar kita bisa memperoleh berbagai informasi yang sedang aktual atau sedang hangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU)
TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA KELAS (KAJIAN MIKROETNOGRAFI TERHADAP BAHASA GURU) Oleh Dian Etikasari* Pembimbing: (I) Prof. Dr. Anang Santoso, M.Pd, (II) Dr. Yuni Pratiwi, M.Pd Email: Dianetikasari@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, hal tersebut kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
Lebih terperinciTINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah
0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciWUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS
WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Erniati SMP Negeri 2 Kei Kecil Jalan Pesisir Timur Desa Elar MalukuTenggara Email: erniati.iwa@gmail.com Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data
III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Urgensi Peran Penasihat Hukum dalam Mendampingi Terdakwa Kasus. Narkotika pada Proses Pemeriksaan di Pengadilan
129 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Urgensi Peran Penasihat Hukum dalam Mendampingi Terdakwa Kasus Narkotika pada Proses Pemeriksaan di Pengadilan Terdakwa kasus narkotika dalam menghadapi proses peradilan
Lebih terperinciPELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA
PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas
Lebih terperinciKETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang asihpnrg@yahoo.com ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari kita
Lebih terperinciPENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BERBICARA BIPA
PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BERBICARA BIPA Barbara Pesulima, Sukojati Prasnowo barbara.pesulima@gmail.com, sprasnowo@gmail.com ABSTRAK Pengajaran berbicara dalam program Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tutur. Kegiatan berinteraksi antara penutur dan mitra tutur dapat berupa dialog
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memiliki fungsi penting bagi kehidupan bermasyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Kegiatan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian metodologi penelitian ini akan dijelaskan antara lain metode penelitian dan teknik penelitian. 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian digunakan adalah metode penelitian
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik)
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI JUAL BELI DI PASAR PEKAN SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG (Kajian Pragmatik) Oleh Aisyah Reysunnah Cleopatra S.Fahmy Dalimunthe, S.Sos., M.I.Kom.
Lebih terperinciREALISASI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KOMUNIKASI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh
REALISASI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KOMUNIKASI REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Maryani Nurlaksana Eko Rusminto Kahfie Nazaruddin Wini Tarmini Fakultas Keguruan
Lebih terperinci