BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Luas Sawah (Ha) di Indonesia Menurut Pulau Tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Luas Sawah (Ha) di Indonesia Menurut Pulau Tahun"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak dibawah garis khayal khatulistiwa. Garis khatulistiwa merupakan garis khayal yang menjadi orbit semu pergerakan matahari. Setiap wilayah di muka bumi yang dilewati oleh garis khatulistiwa memiliki iklim tropis dan mendapatkan porsi sinar matahari lebih banyak dari wilayah lain. Oleh karena itu negara-negara yang berada di kawasan iklim tropis cenderung lebih subur dibandingkan negara yang berada pada kawasan iklim lain. Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan iklim tropis sehingga mempunyai kondisi tanah yang subur. Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor yang dominan dibandingkan sektor lain. Indonesia memiliki luas sawah tahun 2009 sekitar 8,06 juta hektar dan tahun 2010 menyusut menjadi sekitar 8,00 juta hektar (BPS, 2014). Sebagian besar lahan tersebut digunakan sebagai lahan persawahan. Tanaman utama yang dibudidayakan pada lahan tersebut adalah padi. Tabel 1.1. Luas Sawah (Ha) di Indonesia Menurut Pulau Tahun Pulau Sumatera Jawa Bali, NTT, NTB Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 1

2 Indonesia pernah menjadi salah satu penghasil beras terbesar didunia. Di tahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada beras. Bahkan pada era yang sama Indonesia berhasil menjadi negara pengekspor beras terbesar di dunia. Padahal sebelumnya Indonesia adalah salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia (Darwanto,1998). Pemerintah pada saat itu berhasil membangun sektor pertanian secara menyeluruh. Bahan pangan beras diberdayakan secara nasional. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi beras baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi pertanian (Purwaningsih,2008). Saat ini Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras sebab kebutuhan pangan nasional sangat tinggi yaitu 34,05 juta ton per tahun. Produksi padi nasional tahun 2013 mencapai ton (belum dikonversi ke beras). Jumlah tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 237 juta penduduk. Tabel 1.2. Produksi Padi (ton) di Indonesia Menurut Pulau tahun Pulau Sumatera Jawa Bali, NTT, NTB Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa Pulau Jawa menjadi lumbung padi nasional. Tahun 2013 produksi padi di Pulau Jawa mencapai ton. Pertanian di Pulau Jawa terutama untuk tanaman padi lebih baik dibandingkan dengan daerah lain diluar Jawa. Faktor ekologis menjadi pembeda antara Pulau Jawa dengan pulau lain di Indonesia. Selain itu, tanah di Pulau Jawa sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman padi. Tanaman padi mendominasi lahan sawah hampir diseluruh provinsi di Pulau Jawa, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta 2

3 (produksi padi 2013 = ton). Rincian produksi padi menurut provinsi di Indonesia tahun dapat dilihat pada lampiran 1. Indonesia tidak lepas dari permasalahan dibidang ketahanan pangan meskipun dikenal sebagai negara agraris. Isu tentang ketahanan pangan terus berkembang dari waktu ke waktu. Keadaan ketahanan pangan disetiap wilayah Indonesia tidak sama. Oleh karena itu ketahanan pangan menjadi permasalahan yang selalu menarik untuk dikaji. Bukan hanya di Indonesia tapi juga dinegaranegara lain. Berbagai peristiwa bencana alam sering terjadi di Indonesia. Contoh bencana alam yang terjadi adalah gempabumi, tsunami, banjir, kekeringan, letusan gunungapi, kebakaran hutan, angin puting beliung, tanah longsor, dan lain-lain. Banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia tidak lepas dari faktor letak wilayah. Indonesia berapa dibawah garis khatulistiwa yang berarti Indonesia berada di wilayah iklim tropis. Pangan dan bencana memiliki keterkaitan. Kejadian bencana alam yang sering terjadi di Indonesia turut mempengaruhi kondisi ketahanan pangan. Bencana alam akan membawa dampak yang luas. Salah satu sektor yang paling sering terkena dampak dari kejadian bencana alam adalah pertanian. Contoh bencana banjir dan kekeringan dapat menyebabkan gagal panen bagi petani karena lahan pertanian beserta tanaman pangan menjadi rusak. Bencana letusan gunungapi merupakan salah satu kejadian bencana yang sering terjadi Indonesia. Indonesia memiliki banyak gunungapi aktif. Hal ini dikarenakan Indonesia masuk dalam lingkaran asia pasifik atau lebih dikenal dengan istilah ring of fire yang berarti cincin api (Tondobala, 2011). Secara geologis wilayah Indonesia berada diatas pertemuan tiga lempeng besar. Ketiga lempeng tersebut adalah Lempeng Indo-Australia, Lempeng Asia, dan Lempeng. Pasifik. Jumlah gunungapi aktif di Indonesia mencapai 129 (Sudradjat, 2007). Letak geografi dan geologi yang demikian membuat Indonesia menjadi rawan terhadap bencana alam seperti gempabumi dan letusan gunungapi (Sutikno,2007). 3

4 Salah satu gunungapi aktif di Indonesia adalah Gunungapi Merapi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Letaknya ada di 7 o 32,5 Lintang Selatan dan 110 o 26,5 Bujur Timur. Gunungapi Merapi memiliki tipe strato dengan kubah lava dan memiliki ketinggian sekitar 2911 meter diatas permukaan air laut atau sekitar 2800 meter dari dataran Yogyakarta (Kusumadinata dkk, 1979). Sampai tahun 2006 Gunungapi Merapi sudah tercatat meletus sebanyak 83 kali. Letusan pada tahun 2010 merupakan letusan ke 84 sejak pencatatan pertama. Selang waktu erupsi Merapi rata-rata terjadi setiap 2-5 tahun sebagai periode pendek dan 5-7 tahun sebagai periode menengah. Merapi pernah mengalami istirahat dalam waktu selama 71 tahun yaitu dari tahun 1587 sampai tahun tahun merupakan masa istirahat terpanjang yang pernah tercatat dari Gunungapi Merapi (Tim Disaster Management Center Dompet Dhuafa Republika,2011). Erupsi Gunung Merapi pada tanggal 4-5 November 2010 merupakan erupsi terbesar sejak Tercatat bahwa erupsi besar pernah terjadi pada tahun 1768, 1822, 1872, 1930, 1961, dan 1969 (Wasito dan Wahyunto,2011) Sumber : Wasito dan Wahyunto (2011) Gambar 1.1. Jumlah korban jiwa meninggal akibat erupsi Gunungapi Merapi menurut periode waktu letusan 4

5 Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 tergolong besar dengan indeks letusan VEI 4 dan sifatnya eksplosif dengan mengeluarkan material lebih dari 100 juta m 3 (Subandriyo, 2012). Erupsi tahun 2010 ini merupakan yang terbesar sejak Sumber: Gertisser, et.al (2012) Gambar 1.2. Sejarah Skala Letusan Gunungapi Merapi Dampak yang ditimbulkan akibat letusan ini menyebabkan kerugian yang sangat besar. Khusus untuk sektor pertanian, secara keseluruhan mengalami kerugian sekitar Rp 5,821 trilyun. Total kerugian pada usaha peternakan diperkirakan mencapai Rp. 88,320 milyar. Angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah ternak mati, ternak yang sudah dijual dan akan dijual. Kerugian juga dihitung dari kerusakan kebun pakan ternak dan penurunan produksi susu (Apriyanti dan Ilham, 2011). Letusan gunungapi dapat membahayakan daerah kilometer disekitarnya. Sebaran abu vulkanik dari letusan gunungapi dapat mencapai ratusan kilometer (Sudradjat, 2007). Bencana erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menyebabkan dampak besar bagi manusia berupa kematian, kerusakan lahan, kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum (bangunan dan jalan), dan lain sebagainya. Menurut hasil pencatatan BNPB (2010), diketahui orang mengungsi, 341 orang tewas, dan 368 orang terluka sehingga harus menjalani rawat inap. Terjangan awan panas dan material jatuhan menyebabkan bangunan rumah, sekolah, puskesmas, dan pasar rusak. Penelitian yang dilakukan oleh Any J.dkk (2011) ada sebanyak 5

6 3245 bangunan di Kecamatan Cangkringan mengalami rusak berat. Banjir lahar juga merendam banyak lahan pertanian. Nilai kerugian akibat erupsi tersebut ditaksir mencapai Rp 4,23 triliun. Menurut Yulianto dkk (2013) disebutkan bahwa erupsi Merapi tahun 2010 membawa dampak kerusakan yang cukup parah terhadap penggunaan lahan. Total kerusakan penggunaan lahan mencapai 1.413,19 Ha. Penggunaan lahan perkebunan terdampak paling luas yaitu mencapai 570,98 Ha. Hutan hanya terdampak sekitar 0,12 Ha. Sementara lahan sawah yang terdampak seluas 92,32 Ha. Berikut adalah tabel dampak erupsi Merapi 2010 terhadap penggunaan lahan di Kabupaten Sleman: Tabel 1.3. Luas Penggunaan Lahan Terdampak Erupsi Merapi 2010 di Kabupaten Sleman No Penggunaan lahan Luas (Ha) 1 Permukiman 133,31 2 Sawah 92,32 3 Lahan Kering 235,60 4 Perkebunan 570,98 5 Lahan Kosong 380,86 6 Hutan 0,12 Total 1.413,19 Sumber data: Yulianto, dkk (2013) Kabupaten Sleman adalah salah satu wilayah yang paling besar terkena dampak erupsi Gunungapi Merapi tahun Kabupaten Sleman merupakan penghasil padi terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Adanya letusan Gunungapi Merapi tahun 2010 diduga telah ikut mempengaruhi jumlah produksi padi di Kabupaten Sleman. Menurut data BPS, hasil panen padi total tahun 2009 (sebelum letusan tahun 2010) sebesar ton sedangkan tahun 2011 sebesar ton. Selisih produksi padi antara tahun 2009 dan 2011 adalah sebesar ton. 6

7 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ini difokuskan pada dampak letusan Gunungapi Merapi tahun 2010 terhadap produksi padi di Kabupaten Sleman. Waktu yang diambil adalah sebelum letusan yaitu , dan sesudah letusan yaitu Tahun tersebut dipilih untuk membandingkan dua kondisi. Sekaligus untuk melihat seberapa besar pengaruh letusan Gunungapi Merapi tahun 2010 terhadap produksi padi Kabupaten Sleman. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Apakah terjadi penurunan produksi padi secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Sleman pasca-erupsi Gunungapi Merapi 2010? b. Apakah abu vulkanik Gunungapi Merapi tahun 2010 berdampak terhadap produksi padi di Kabupaten Sleman? Jika berdampak terhadap produksi padi, seberapa besar pengaruhnya? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas maka penelitian yang akan dilakukan ini berjudul DAMPAK ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui perubahan produksi padi di Kabupaten Sleman pascaerupsi Gunungapi Merapi tahun b. Mengetahui dampak abu vulkanik erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 terhadap produksi padi di Kabupaten Sleman. 7

8 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam membuat kebijakan dan dalam proses menanggulangi bencana letusan Gunungapi Merapi untuk bidang pertanian khususnya padi. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan tentang dampak bencana alam terhadap pertanian khususnya abu vulkanik Gunungapi Merapi terhadap produksi padi di Kabupaten Sleman. 1.5 Tinjauan Pustaka Bencana Bencana adalah suatu rangkaian kejadian yang membawa dampak besar terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Bencana membawa dampak berupa kerusakan lingkungan fisik, sarana dan prasaranan kehidupan, penderitaan bagi manusia, kerugian harta benda. Bencana juga dapat mengganggu tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto,2011). Menurut Center for Research on the Epidemiology of Disaster (2010) menyatakan bahwa bencana adalah situasi atau peristiwa yang tak terduga dan terjadi secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan kerusakan besar, kehancuran dan penderitaan manusia. Bencana terjadi pada kapasitas wilayah lokal atau internasional. Setiap kejadian bencana memerlukan adanya bantuan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Susanto (2006) mendefinisikan bencana sebagai peristiwa langka dan bersifat ekstrim yang terjadi pada lingkungan alam dan lingkungan manusia yang menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, baik aktivitas maupun 8

9 kerugian harta benda. Masih dalam Susanto (2006), menurut BAKORNAS PBP bencana diartikan sebagai peristiwa yang diakibatkan oleh aktivitas manusia atau alam. Bencana terjadi secara tiba-tiba dan perlahan namun dapat menimbulkan kerugian berupa kehilangan nyawa manusia, harta benda, dan kerusakan lingkungan. Kejadian bencana terjadi diluar kemampuan dan sumberdaya manusia untuk menanggulanginya. Menurut BAKORNAS PBP juga menerangkan bahwa ada empat faktor utama yang dapat menyebabkan terjaidnya bencana: 1. Kurangnya pemahaman manusia terhadap karakteristik bahaya (hazard). 2. Aktivitas manusia yang menyebabkan degradasi sumberdaya alam. 3. Kurangnya informasi atau peringatan dini tentang kejadian bencana sehingga tidak ada antisipasi dan persiapan saat terjadi bencana. 4. Ketidakmampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Lebih jauh dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2007 membagi bencana menjadi tiga macam, yaitu bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Pasal 1 ayat (2) menerangkan bahwa Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 9

10 1.5.2 Padi dan Produksi Padi Padi (Oryza Sativa) merupakan sejenis tanaman rumput berumpun yang sudah dibudidayakan sejak lama. Tanaman padi dikenal sebagai tanaman kuno yang telah ditanam di Asia dan Afrika bagian barat. Padi diduga berasal dari daerah Benggala Utara. Padi awalanya berupa tanaman liar. Padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis atau daerah yang beriklim panas dengan curah tutupan 200 mm/bulan atau mm/tahun. Tanaman padi membutuhkan sinar matahari secara langsung agar dapat tumbuh optimal (Suparyono dan Setyono A,1994). Kondisi fisik wilayah tersebut sangat sesuai di Indonesia, sehingga tanaman padi sangat cocok dibudidayakan di Indonesia. Tanaman padi cukup mudah dibudidayakan. Terlebih lagi, Indobesia memiliki tanah yang subur karena memiliki banyak gunungapi (Sosroprawiro,1958). Padi harus dikonversi menjadi beras terlebih dahulu sebelum diolah sebagai makanan pokok. Saat ini masyarakat di Indonesia sangat bergantung pada beras/padi sebagai makanan pokok. Akibatnya kebutuhan terhadap beras/padi sangat tinggi sebab jumlah penduduk Indonesia sangat banyak, yaitu sekitar 237 juta pada tahun Masyarakat Indonesia menganggap bahwa jika belum makan nasi (beras yang dimasak) berarti belum makan. Beras menjadi sumber utama karbohidrat bagi masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris namun nyatanya belum mampu memproduksi beras yang cukup untuk konsumsi lokal. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai sekitar 237 juta jiwa. Jumlah tersebut terbilang sangat banyak sehingga kebutuhan pangan terutama beras juga sangat tinggi. Salah satu alasan mengapa beras menjadi makanan pokok di Indonesia adalah kandungan nilai gizi pada beras yang cukup tinggi. Beras mengandung karbohidrat sekitar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gram, kalsium 6 gram, dan zat besi sebesar 0,8 gram (Astawan, 2004). Produksi padi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Kenaikan produksi beras terjadi karena adanya upaya khusus. Upaya khusus 10

11 untuk meningkatkan produksi beras nasional antara lain melalui ekstensifikasi dan intesifikasi. Ekstensifikasi adalah usaha peningkatan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian. Biasanya dilakukan dengan membatat hutan untuk membuka lahan pertanian baru. Intensifikasi adalah usaha peningkatan hasil pertanian dengan berbagai cara seperti menanam bibit unggul, pemupukan, pengairan dengan baik, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, dan lain-lain (Purwaningsih,2008). Meskipun produksi beras nasional mengalami kenaikan namun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang juga terus naik setiap tahun. Rata-rata konsumsi beras di Indonesia sebesar 130 kilogram per kapita per tahun. Rata-rata konsumsi beras dunia sebesar 60 kilogram perkapita per tahun. Itu artinya rata-rata konsumsi beras Indonesia dua kali lebih besar dari rata-rata konsumsi beras dunia. Luas lahan panen padi di Indonesia hanya 13, 5 juta hektar dengan produktivitas sekitar 6 ton per hektar (Suswono,2013) Produksi Pangan Aspek produksi pangan merupakan hal penting dalam penyediaan bahan pangan. Produksi pangan berkaitan dengan kuantitas pangan yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Produksi pangan terutama padi sebagai bahan pangan pokok menjadi salah satu prioritas program pemerintah dalam pembangunan pertanian (Widodo S, 2011; dalam Yuwono T, 2011). Produksi pangan selalu ditingkatkan sebab kebutuhan pangan penduduk terus bertambah. Peningkatan produksi pangan di Indonesia dilakukan dengan beberapa cara, yaitu diversifikasi pangan, intensifikasi, dan ekstensifikasi. Produksi dan produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan (Harini R dkk, 2012). Perubahan penggunaan lahan akibat konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian sangat intensif terjadi di 11

12 Indonesia. Perubahan penggunaan lahan juga akan memepengaruhi keseimbangan lingkungan. Menurut Indradewa (2011) dalam Yuwono (2011), ada beberapa faktor produksi utama dalam pembangunan pertanian adalah ketersediaan lahan, penyusutan lahan, pengembangan lahan, dan pengembangan lahan gambut sejuta hektar. Menurut Mahananto dkk (2009), faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi adalah luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida, pengalaman petani dalam berusahatani, jarak rumah dengan lahan garapan, dan sistem irigasi. Selain aspek produksi, ada juga aspek distribusi pangan. Distribusi pangan berkaitan dengan pemerataan dan persebaran bahan pangan disuatu wilayah. Distribusi pangan yang merata akan mempermudah masyarakat untuk memperoleh pangan. Sebaliknya jika bahan pangan hanya terakumulasi di suatu wilayah maka di wilayah lain akan kesulitan memperoleh bahan pangan. Jumlah pangan yang surplus belum menjamin ketahanan pangan disuatu wilayah. Selain cukup dari segi jumlah, bahan pangan juga harus terdistribusi dengan baik. Oleh karena itu aspek distribusi pangan menjadi sangat penting dan perlu diperhatikan. Distribusi pangan adalah bagian dari akses pangan didalam konsep ketahanan pangan. Distribusi pangan bukan hanya terkait dengan aspek fisik wilayah saja, namun juga aspek sosial masyarakat (Mahela dan Susanto, 2006). Distribusi pangan dapat terganggu akibat beberapa faktor, salah satunya akibat bencana. Bencana yang merusak fasilitas jalan dapat mengganggu aksesibilitas suatu wilayah. Selain bencana, juga karena kerusuhan dan konflik sosial dan politik. Keadaan wilayah yang tidak kondusif atau aman dapat menghambat distribusi pangan Bencana dan Produksi Pangan Bencana alam terjadi secara mendadak dan tiba-tiba. Bencana alam dapat menimbulkan dampak kerusakan yang besar pada kehidupan sosial manusia, 12

13 perekonomian, kesehatan, mata pencaharian penduduk, dan pertanian. Dampak tersebut sebagai konsekuensi yang ditimbulkan oleh setiap kejadian bencana alam (Sivakumar, 2005). Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang paling rentan terhadap kejadian bencana alam. Alasannya sektor pertanian sangat tergantung pada kondisi lingkungan fisik yang mudah berubah (Musah, et al.,2013). Pangan dan bencana saling berkaitan. Kejadian bencana akan merusak ekologi dan kondisi lingkungan. Salah satu kerusakan lingkungan akibat bencana adalah kerusakan lahan pertanian penghasil bahan pangan. Apabila tanaman pangan rusak maka suplai bahan pangan di suatu wilayah akan berkurang. Akibatnya terjadi krisis pangan sebab ketersediaan bahan pangan akan menyusut tajam pada saat terjadi bencana. Krisis pangan akan terjadi pada lokasi kejadia bencana dan lokasi pengungsian. Lokasi pengungsian menjadi tempat tinggal sementara bagi para korban bencana dan butuh bahan pangan secepatnya (Sudiman, 2001). Ada beberapa contoh kasus kejadian bencana yang berpengaruh terhadap kondisi ketersediaan pangan disuatu wilayah. Contoh bencana banjir di Ghana bagian utara yang merupakan daerah basis pertanian dan bencana letusan Gunung Tambora di Indonesia yang mengakibatkan bencana lanjutan berupa kelaparan masal akibat kekurangan bahan pangan. Frederick et al (2010) dalam Musah et al. (2013) menjelaskan lebih jauh tentang pengaruh bencana banjir terhadap pertanian dan pangan di Distrik Tolon/Kumbungu di wilayah Ghana bagian utara. Banjir di wilayah utara Ghana tahun 2010 menyebabkan hektar lahan pertanian rusak dan mengakibatkan kehilangan produksi sekitar Metric Ton (MTs) tanaman pangan. Tanaman pangan tersebut termasuk kacang jagung, sorgum, millet, tanah, yam, singkong dan beras. Kejadian ini telah mengakibatkan kekurangan pangan akut pada masyarakat yang terkena dampak. Diperkirakan orang di wilayah utara Ghana mengalami kerawanan pangan dan beresiko kekurangan gizi selama minimal 15 bulan setelah panen awal Oktober Bulan Agustus 2007 terjadi banjir yang telah menelan enam 13

14 korban jiwa, 1300 rumah tangga kehilangan tempat tinggal, lebih dari 3000 hektar lahan pertanian rusak, dan banjir menimbulkan adanya penyakit seperti diare, kollera, dan malaria. Bencana erupsi Gunungapi Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia tahun 1815 merupakan letusan gunungapi terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Dampak yang ditimbulkan sangat besar dan luas. Dikatakan berdampak besar karena saat itu terjadi perubahan ekologi dan gangguan kondisi sosial ekonomi yang signifikan khususnya di Indonesia. Dikatakan berdampak sangat luas karena efek abu vulkanik Gunung Tambora menyebar ke banyak negara lain. Bahkan pada saat itu terjadi perubahan iklim global yang mengakibatkan banyak lahan pertanian yang gagal panen berkepanjangan. Dampak selanjutnya adalah terjadi bencana kelaparan dimana mana karena ketersediaan bahan pangan sangat sedikit. Pascaerupsi Gunung Tambora tahun 1815 terjadi bencana kelaparan hebat dibanyak negara di dunia (Boers, B.J., 2014). Letusan Gunung Tambora yang sangat dahsyat mampu memberi pengaruh yang luar biasa besar bagi ketahanan pangan dunia pada tahun Contoh lain kejadian erupsi gunungapi yang berdampak besar terhadap sektor pertanian adalah letusan Gunungapi Pinatubo tahun 1991 di Filipina. Letusan Gunung Pinatuboo saat itu membawa dampak yang sangat luas dan mempengaruhi hampir semua sektor. Salah satu yang terdampak parah adalah sektor pertanian. Letusan Gunung Pinatubo tahun 1991 menghasilkan sekitar 20 juta ton sulfur diokasida yang berhamburan ke atmosfer. Abu vulkanik tersebar ke berbagai negara sekitar dan menutupi langit sehingga siang tampak gelap. Letusan ini telah menyebabkan suhu di Bumi turun sementara sekitar 1 o F dari tahun 1991 sampai Oleh karena dahsyatnya, letusan Gunung Pinatubo tahun 1991 dianggap sebagai salah satu letusan terbesar didunia (Guzman, ). Perubahan temperatur bumi turut mempengaruhi kondisi iklim global. Akibatnya banyak petani yang kehilangan pekerjaan sebab saat itu sektor pertanian menjadi lemah. Banyak lahan pertanian yang rusak dan butuh waktu lama untuk dapat kembali pulih. Aliran lahar merusak lahan pertanian, lahan 14

15 hutan, Daerah Aliran Sungai, dan mengganggu keseimbangan sistem sungai. Luas lahan pertanian yang terkena dampak letusan adalah sekitar hektar. Akibatnya produksi pangan di Fillipina khususnya di Pulau Luzon turun drastis (Guzman, ). Sama hal nya dengan letusan Gunung Pinatubo di Fillipina, letusan Gunung Ruapehu tahun 1995 di Pulau Utara Selandia Baru juga membawa dampak besar bagi sektor pangan. Letusan tahun 1995 menyebabkan banyak tanaman pangan rusak khususnya kebun sayur. Abu vulkanik menyebar seluas 250 km dari lokasi gunung yang mengakibatkan kerusakan yang cukup parah bagi tanaman pangan (Neild, O'Flahery, Hedley, & Underwood, 1998). Empat contoh diatas menggambarkan bahwa kejadian bencana akan mempengaruhi kondisi pangan suatu wilayah. Bencana secara tidak langsung telah menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan dunia. Oleh karena itu dalam setiap kejadian bencana, salah satu bantuan utama yang dikirimkan adalah bahan pangan Penelitian Sejenis Winto Kurniawan (2010) melakukan penelitian yang berjudul Proyeksi Ketersediaan beras di Kabupaten Sleman tahun Tujuan penenlitian tersebut adlaah untuk Mengetahui ketersediaan pangan beras di Kabupaten Sleman tahun Winto Kurniawan menggunakan metode Analisis Deskriptif Kuantitatif dan metode pertumbuhan geometris untuk menghitung proyeksi penduduk dan produksi pangan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa di kabupaten Sleman tahun 2015 mengalami surplus pangan sebesar 851,98 ton. Meski demikian namun ada 6 kecamatan yang tidka mampu mencukupi beras dari produksi diwilayahnya sendiri. Wawan Arijal (2013) melakukan penelitian yang berjudul Ketersediaan Beras dan Akses Pangan Dalam Kajian Ketahanan Pangan di Kabupaten Gunungkidul tahun Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Ketahanan Pangan berdasarkan ketersediaan dan akses pangan serta pola keruangan ketahanan pangan menurut kecamatan di Kabupaten Gunungkidul 15

16 tahun Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder dan data diolah dengan metode Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA). Hasilnya adalah ketahanan pangan di Gunungkidul berdasarkan ketersediaan dan akses menghasilkan kondisi yang berbeda-beda. Berdasarkan ketersediaan ada 5 kecamatan yang sangat tahan pangan dan 1 rentan. Berdasarkan akses, ada 3 kecamatan yang cukup rentan pangan, 12 agak rentan, dan 3 rentan pangan. Ikha Prasetiyani (2013) meneliti tentang Strategi Ketahanan Pangan Indonesia dimasa Mendatang. Proyeksi yang diambil adalah tahun dan Tujuan penenlitiannya adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi dinamika penduduk dna proyeksinya, kebutuhan, ketersediaan, dan ketercukupan pangan di Indonesia tahun , serta membuat grand strategi terkait kondisi ketahanan pangan. Metode yang digunakan adalah Statistik deskriptif menggunakan data sekunder, dan perhitungan proyeksi dengan rumus eksponensial dan aritmatik. Hasil penelitian tersebut adalah kebutuhan pangan di Indonesia tahun terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Ketersediaan dan kebutuhan pangan di Indonesia didominasi oleh provinsiprovinsi di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Barat menjadi yang paling tinggi. Kebutuhan pangan beras yang rendah didominasi oleh Indonesia bagian timur seperti Provinsi Papua Barat dan Maluku. Untuk lebih jelasnya perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain dapat dilihat pada tabel

17 Tabel 1.4. Penelitian Yang Sudah Dilakukan Sebelumnya Peneliti Lokasi Penelitian Judul Tujuan Metode Hasil yang dicapai Winto Kurniawan Kabupaten Proyeksi Mengetahui Analisis Kabupaten Sleman mampu (2010) Sleman, Ketersediaan beras ketersediaan beras Deskriptif memenuhi kebutuhan pangan Daerah di Kabupaten kabupaten Sleman Kuantitatif, beras pada tahun Istimewa Yogyakarta Sleman tahun 2015 tahun Mengetahui ketersediaan beras metode pertumbuhan geometris Ketersediaan pangan beras menurut keamatan bervariasi (ada surplus dan defisit) menurut kecamatan tahun Wawan Arijal Kabupaten Ketersediaan Beras Mengetahui Analisis data Ketahanan pangan di (2013) Gunungkidul, dan Akses Pangan Ketahanan Pangan sekunder Gunungkidul berdasarkan Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Kajian Ketahanan Pangan di Kabupaten berdasarkan ketersediaan dan akses pangan serta Data diolah dengan metode Food Security ketersediaan dan akses menghasilkan kondisi yang berbeda-beda. Ada 5 17

18 Gunungkidul tahun pola keruangan and kecamatan yang sangat tahan 2013 ketahanan pangan Vulnerability pangan dan 1 rentan. menurut kecamatan Atlas (FSVA) Berdasarkan akses, ada 3 di kecamatan yang cukup rentan Kab.Gunungkidul pangan, 12 agak rentan, dan 3 rentan pangan. Ikha Prasetiyani Indonesia Strategi Ketahanan Mengetahui dan Statistik Kebutuhan pangan di (2013) Pangan Indonesia Mengidentifikasi deskriptif Indonesia tahun dimasa Mendatang dinamika menggunakan terus mengalami peningkatan penduduk dna data sekunder, seiring bertambahnya jumlah proyeksinya, dan perhitungan penduduk. Ketersediaan dan kebutuhan, proyeksi dengan kebutuhan pangan di Indonesia ketersediaan, dan rumus didominasi oleh provinsi- ketercukupan eksponensial provinsi di Pulau Jawa. pangan di dan aritmatik. Provinsi Jawa Barat menjadi Indonesia tahun yang paling tinggi. Kebutuhan , serta pangan beras yang rendah membuat grand didominasi oleh Indonesia 18

19 strategi terkait bagian timur seperti provinsi kondisi ketahanan Papuan Barat dan Maluku. pangan. Yusuf Amri Kabupaten Produksi Padi Mengetahui Deskriptif Terjadi penurunan produksi (2015) Sleman, Sebelum dan perubahan Kuantitatif padi tahun 2011 sebesar Daerah Sesudah Erupsi produksi padi di menggunakan 12,46% (32943,19 ton). Ada Istimewa Gunungapi Merapi Kab.Sleman data sekunder 12 kecamatan produksinya Yogyakarta tahun 2010 di pascaerupsi turun, 4 naik, 1 tetap. Kabupaten Sleman, G.Merapi 2010 Penurunan terendah adalah Daerah Istimewa Yogyakarta Mengetahui dampak abu vulkanik erupsi G.Merapi 2010 terhadap produksi padi di Kab.Sleman 360,32 ton di Kecamatan Mlati dan penurunan terbesar adalah 6508,95 ton di Kecamatan Ngaglik. Abu vulkanik G.Merapi 2010 berdampak pada penurunan produksi padi tahun 2011 di Kab.Sleman. 19

20 1.6 Kerangka Penelitian Kejadian bencana erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 telah membawa pengaruh terhadap kondisi FAO ketahanan pangan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut (2006) kondisi ketahanan pangan di suatu wilayah dapat dilihat dari 4 aspek, yaitu Ketersediaan pangan, Akses Pangan, Penyerapan Pangan, dan stabilitas. Penelitian ini fokus pada kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Sleman dilihat dari aspek ketersediaan pangan, khususnya beras sebagai bahan pangan pokok. Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 berpengaruh terhadap kondisi pertanian di Kabupaten Sleman. Luas lahan sawah produktif untuk tanaman padi mengalami kerusakan akibat terjangan material piroklastik. Luas panen padi menurun dan luas lahan sawah berkurang. Efeknya adalah berkurangnya jumlah produksi dan cadangan padi di Kabupaten Sleman setelah terjadi erupsi tahun Perlu dilihat bagaimana distribusi padi/beras di Kabupaten Sleman tahun 2009 dan Apakah produksi beras di Sleman merata disemua wilayah atau hanya berada pada daerah yang terdampak erupsi. Mengingat bahwa Sleman merupakan produsen padi/beras terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan sebagian beras dari Kabupaten Sleman didistribusikan ke daerah lain. Produksi padi di Kabupaten Sleman tahun 2011 (pascaerupsi) mengalami penurunan dibanding tahun 2009 (praerupsi). Diduga ada pengaruh langsung abu vulkanik erupsi Merapi 2010 terhadap produksi padi di Kabupaten Sleman. Oleh karena itu perlu diteliti lebih dalam lagi apakah ada pengaruh abu vulkanik hasil erupsi Merapi tahun 2010 terhadap produksi padi di kabupaten Sleman ditinjau dari faktor produksinya dan seberapa besar pengaruhnya. 20

21 Abu Vulkanik Gunungapi Merapi 2010 Sektor Pertanian di Kab. Sleman Luas sawah Luas Panen Produktivitas lahan Produksi Padi Faktor Hama dan Penyakit tanaman Dampak Gambar 1.3. Kerangka Teori Penelitian 21

DAMPAK ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN. Yusuf Amri

DAMPAK ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN. Yusuf Amri DAMPAK ABU VULKANIK ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SLEMAN Yusuf Amri yusufamri44@gmail.com Abdur Rofi abdurrofi@yahoo.co.uk Abstract Merapi Volcano eruption in 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lingkaran cincin api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negeri yang rawan bencana. Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya dua letusan gunung api terbesar di dunia. Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki sebutan sebagai negara agraris. Indonesia sebagai negara agraris karena pada jaman dahulu hasil pertanian merupakan produk yang dapat diunggulkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan wilayah seyogyanya dilakukan dengan mengacu pada potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada di suatu lokasi tertentu. Di samping itu, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan dari flora dan faunanya, serta kekayaan dari hasil tambangnya. Hamparan bumi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di ring of fire (Rokhis, 2014). Hal ini berpengaruh terhadap aspek geografis, geologis dan klimatologis. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pertanian memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai

Lebih terperinci

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur 1 of 5 10/7/2017, 5:35 AM Disiplin ilmiah, gaya jurnalistik Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur di dunia Oktober 5, 2017 4.02pm WIB Petani Bali dengan latar Gunung Agung. Wilayah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan menjadi salah satu isu permasalahan penting pada skala global, apalagi jika dihubungkan dengan isu perubahan iklim yang secara langsung mengancam pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu fase penting dalam penanggulangan bencana adalah fase respon atau fase tanggap darurat. Fase tanggap darurat membutuhkan suatu sistem yang terintegritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu : lempeng Hindia-Australia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di

Lebih terperinci

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Memperoleh pangan yang cukup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar berada dalam kondisi sehat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

BAB II JENIS-JENIS BENCANA Kuliah ke 2 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB II JENIS-JENIS BENCANA Dalam disaster management disebutkan bahwa pada dasarnya bencana terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana Kuliah ke 1 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB I PENDAHULUAN Bencana menjadi bagian dari kehidupan manusia di dunia, sebagai salah satu permasalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik setiap tiga tahun, empat tahun atau lima tahun. Krisis Merapi yang berlangsung lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia a. Banjir dan Kekeringan Bencana yang sering melanda negara kita adalah banjir dan tanah longsor pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau. Banjir merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan pangan yang cukup bagi para penduduk, mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan pertanian setiap tahunnya berkurang kuantitas maupun kualitasnya. Dari sisi kuantitas, lahan pertanian berkurang karena alih fungsi lahan pertanian menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2008, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana sangat tinggi dan bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lereng Gunungapi Merapi merupakan daerah yang dipenuhi oleh berbagai aktivitas manusia meskipun daerah ini rawan terhadap bencana. Wilayah permukiman, pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pemerintahan di Indonesia merencanakan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap pembangunan pertanian. Target utamanya adalah program swasembada pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA. DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN...5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA...8 5W 1H BENCANA...10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA...11 SEJARAH BENCANA INDONESIA...14 LAYAKNYA AVATAR (BENCANA POTENSIAL INDONESIA)...18

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI KOTABARU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MITIGASI BENCANA BENCANA : MITIGASI BENCANA BENCANA : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=74226&lokasi=lokal

Lebih terperinci