BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar glukosa darah puasa tidak boleh lebih tinggi dari 110 mg/dl dan jangan lebih rendah dari 60 mg/dl. Untuk mengatur hal ini tubuh mempunyai mekanisme pengaturannya. Apabila mekanisme pengaturan kadar gula dalam darah tidak berjalan dengan baik atau terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh maka akan mengakibatkan ganguan pada proses metabolisme glukosa, oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan kdar glukosa dalam darah sehingga dapat diketahui kadar glukosa melebihi batas normal atau tidak. Tujuan pemeriksaan glukosa darah ini salah satunya adalah untuk menentukan ada tidaknya penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah atau kelainan metabolisme karbohidrat. Dalam kasus ini glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga mengakibatkan keadaan hiperglikemia. Penundaan waktu pemeriksaan dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Hal ini disebabkan oleh glikolisis sel-sel darah dimana sampel serum dan plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah sebab eritrosit dan leukosit dalam darah biarpun sudah berada diluar tubuh tetap merombak glukosa untuk metabolismenya (Widmann, 1995). Hal tersebut mencerminkan aktivitas glukosa tetap terjadi meski berada di luar tubuh. Dari pengalaman dan survei yang didapat dari lapangan, pemeriksaan kimiawi khususnya pemeriksaan glukosa darah tidak pernah menggunakan sampel plasma EDTA terkadang sampel plasma dijadikan 1

2 2 pilihan untuk pemeriksaan glukosa darah apabila adanya permintaan glukosa yang cito (segera), karena dari segi efisiensi waktu sampel plasma lebih cepat didapat dibandingkan dengan serum. Akan tetapi pemeriksaan glukosa darah lebih akurat jika menggunakan sampel serum dibandingkan dengan sampel plasma EDTA. Pada pengalaman juga selama praktek di laboratorium klinik pada tahap praanalitik yang dimulai dari pengambilan sampel darah, sampel darah yang diambil atau dikumpulkan kemudian diperiksa secara bersamasama. Sampel yang pertama kali datang diperiksa bersamaan dengan sampel yang terakhir kali datang sehingga pada sampel yang pertama kali datang mengalami penundaan waktu pemeriksaan. Fenomena seperti ini biasanya disebabkan karena jumlah sampel yang diperiksa dan untuk mengefektifkan waktu dan mengefisienkan pemakaian reagen dan hal ini juga disebabkan karena pemeriksaan dilakukan secara seri. Selama melakukan penelitian di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bahwa banyak pasiean yang melakukan pemeriksaan glukosa darah pada bulan februari-juni Pada bulan februari pemeriksaan GDS 145 orang sedangkan yang melakukan pemeriksaan GDP dan G2JPP ada 85 orang, bulan maret GDS 637 orang, G2JPP 294, pada bulan april GDS 732 orang, G2JPP 239, pada bulan mei GDS 659 orang, G2JPP 220, pada bulan juni GDS 690 orang, G2JPP 354 orang. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Menggunakan Sampel Plasma EDTA dan Serum yang Langsung Diperiksa dan yang Ditunda Selama Dua Jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil antara plasma EDTA dan serum glukosa darah puasa yang diperiksa langsung dan yang ditunda selama dua jam. Penelitian ini dilakukan terhadap sampel glukosa darah puasa. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

3 3 B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa yang diperiksa langsung dan yang ditunda selama dua jam antara serum dan plasma EDTA? C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada sampel plasma EDTA dan serum hanya melihat perbedaan dan berapa besar tingkat penurunanya. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara kadar glukosa darah puasa dan tingkat penurunanya yang menggunakan plasma EDTA dan serum yang diperiksa langsung dan ditunda selama dua jam. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak berikut. 1. Laboratorium Klinik Telitian ini dapat digunakan sebagai acuan pemeriksaan kadar glukosa darah. 2. Mahasiswa Analis Kesehatan Telitian ini dapat mernjadi acuan untuk penelitian. Penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah 3. Peneliti Telitian ini merupakan pengalaman baru bagi peneliti sehingga dapat menambah wawasan peneliti dalam bidang analis kesehatan.

4 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa berperan sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh, sebagai sumber energi utama bagi kerja otak, dan merupakan bahan bakar utama untuk jaringan tertentu seperti otak dan sel darah merah (Marks, 1996). Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak. Tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa. Proses ini juga menghasilkan metabolitmetabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keaadan puasa (Sacher, 2004). Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetil-coenzim A. Jika glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang akan disimpan didalam hati atau otot dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang tidak terpakai melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein. Hati berperan dalam menentuka apakah glukosa langsung dipakai untuk menghasilkan energi, disimpan atau digunakan untuk tujuan struktural (Sacher, 2004). Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang adekuat, baik dalam keaadan normal maupun sebagai respon terhadap stres. Hormon yang berperan dan mengatur metabolisme karbohidrat adalah hormon insulin. Insulin adalah zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. 4

5 5 Insulin berasal dari kata insula yang berarti pulau. Insulin merupakan suatu polipeptida yang disekresikan oleh sel-sel pulau Langerhans. Kadar insulin yang rendah akan mengurangi penyerapan glukosa dan tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi. Insulin digunakan dalam pengobatan diabetes melitus. Kadar glukosa dalam tubuh dapat meningkat apabila pankreas yang memproduksi insulin mengalami gangguan dan tidak dapat bekerja dengan baik. Glukosa darah dikatakan abnormal apabila kurang atau melebihi nilai rujukan. Nilai rujukan glukosa adalah pada rentang mg/dl (Widmman, 1995). Kadar gula darah yang terlalu tinggi dinamakan hiperglikemia. Kadar glukosa kurang dari normal dinamakan hipoglikemia. Dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. B. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah Dahulu pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang sebagian besar laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Karena eritrosit memiliki kadar protein (yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi daripada serum dimana serum memiliki kadar melarutkan lebih banyak glukosa (Sacher, 2004). Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme-mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah mengisyaratkan gangguan homeostasis dan dari hal tersebut mendorong kita melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya (Sacher, 2004). Salah satu proses metabolisme glukosa yang terjadi adalah glikolisis, Proses ini bertujuan agar sel-sel darah terutama eritrosit tetap memperoleh energi.

6 6 Menurut Hardjoeno (2003) macam-macam pemeriksaan glukosa darah adalah sebagai berikut. 1) Glukosa darah sewaktu (GDS) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan yang dilakukan seketika waktu itu, dan lakukan kapan saja, tanpa ada puasa. Nilai normal kadar glukosa darah sewaktu adalah mg/dl. 2) Glukosa darah puasa (GDP) Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam mengatur kadar glukosa darah supaya dapat terkontrol secara baik. Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien disarankan agar puasa lebih dahulu puasa selama 8 10 jam. Nilai normal glukosa darah puasa adalah mg/dl. 3) Glukosa darah dua jam post prandial (G2JPP) Pemeriksaan ini merupakan tes penyaring untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menghilangkan beban glukosa yang ada dalam tubuh. Setelah melakukan puasa selama 8 10 jam kemudian pasien diminta untuk puasa kembal selama dua jam. Nilai normal kadar glukosa G2JPP adalah mg/dl. 4) Test toleransi glukosa oral ( TTGO) Pemeriksaan ini dilakukan untuk tes jika kadar glukosa dua jam post prandial tidak normal (abnormal). Test ini bertujuan memberikan keterangan yang lebih lengkap mengenai adanya ganguan metabolisme karbohidrat. Pada test toleransi glukosa oral, kadar glukosa darah puasa diukur, nilai normal TTGO >140 mg/dl.

7 7 C. Fungsi Pemeriksaan Glukosa Darah Menurut Hardjoeno (2003) kepentingan/fungsi pemeriksaan glukosa darah adalah sebagai berikut. 1. Tes Saring Tes saring digunakan untuk mendeteksi kasus diabetes melitus sedini mungkin sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi kronik akibat penyakit ini. Tes saring biasanya mengambil glukosa darah sewaktu sebagai sampel pemeriksaan. 2. Tes Diagnostik Tes ini bertujuan untuk memastikan diagnosis Diabetes melitus pada individu dengan keluhan klinis khas diabetes melitus, atau mereka yang terdiagnosis pada tes saring. Tes diagnostik ini biasanya mengambil glukosa darah puasa dan glukosa darah dua jam post prandial sebagai sampel pemeriksaan. 3. Tes Pengendalian Tes ini bertujuan untuk memantau keberhasilan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses terapi pengobatan dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, glukosa darah puasa dan glukosa darah dua jam post prandial. Apabila pemeriksaan glukosa darah dua jam post prandial abnormal maka dapat dilakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral. Menurut Hardjoeno (2003) hal penting mengenai tes glukosa darah adalah. 1. Menggambarkan faktor risiko penyakit kardivaskular (penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah) dan 2. Glukosa post prandial merupakan pemeriksaan yang lebih akurat dan baik dibandingkan dengan glukosa darah puasa.

8 8 D. Klasifikasi Tipe Diabetes Mellitus Menurut WHO diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup, atau sebaliknya ketika tubuh tidak mampu secara efektif menngunakan insulin yang diproduksi. American Diabetes Association (ADA) memberikan klasifikasi diabetes mellitus tipe 1,tipe 2, diabetes melitus gestational, dan diabetes melitus tipe khusus lain. Klasifikasi ini telah disepakati oleh WHO dan telah dipakai diselurruh dunia (ADA, 2010). 1. Diabetes melitus tipe 1 (IDDM: Insulin Dependent Diabetes Melitus) Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang tergantung dengan insulin. Pada tipe ini terdapat kerusakan sel-sel dalam pankreas sehingga tidak dapat memproduksi insulin lagi, akibatnya sel-sel tidak bisa meyerap glukosa dari darah. Tipe 1 banyak diderita oleh orangorang dibawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia remaja tahun. Tipe 1 biasanya diterapi dengan pemberian insulin. 2. Diabetes melitus tipe 2 (NIDDM: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes yang tidak tergantung dengn insulin akibat proses dari penuaan. Banyak penderita jenis ini mengalami penurunan fungsi sel-sel dalam pankreas sehingga insulin yang dihasilkan jumlahnya berkurang. Umumnya tipe ini dimulai pada usia diatas 40 tahun dengan kejadian lebih banyak pada orang gemuk. 3. Diabetes gestational ini biasanya terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada masa kehamilan Wanita hamil yang belum pernah mengalami diabetes namum memiliki kadar gula yang tinggi. Diabetes gestational biasanya terdeteksi pertama kali pada usia kehamilan trisemester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan) dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Diabetes ini belum diketahui secara

9 9 pasti, namun besar kemungkinan terjadi akibat hambatan sehingga terjadi resistensi insulin yang membuat tubuh bekerja untuk menghasilkan insulin sebanyak tiga kali normalnya. Diabetes ini terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan seluruh insulin yang digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin glukosa tidak dapat dihantarkan ke jaringan untuk diubah menjadi energi dan mengakibatkan glukosa meningkat didalam darah. 4. Pra-Diabetes merupakan diabetes yang terjadi sebelum berkembang menjadi tipe dua. Penyakit ini ditandai dengan naiknya kadar glukosa didalam darah melebihi nilai normal, kadar glukosa darah puasa berada diantara mg/dl. E. Metode Pemeriksaan Glukosa Darah Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu metode enzimatik, metode kimia, dan alat meter. 1. Metode Enzimatik Metode ezimatik biasanya digunakan pada pemeriksaan glukosa darah karena metode ini memberikan hasil speksifitas yang tinggi. Metode ini hanya mengukur kadar glukosa dalam darah. Ada dua macam metode enzimatik yang digunakan yaitu metode glukosa oksidase dan metode heksokinase. a. Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP) Metode glukosa oksidase (GOD-PAP) adalah metode spesifik untuk melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum atau plasma melalui reaksi dengan glukosa oksidase. Prinsip metode ini adalah glukosa oksidasi secara enzimatis menggunakan enzim glukosa oksidase (GOD), membentuk asam glukonik dan H 2 O 2 kemudian bereaksi dengan fenol dan 4- aminoantipirin dengan enzim peroksidase (POD) sebagai katalisator membentuk quinonemine. Intensitas warna yang

10 10 terbentuk sebanding dengan konsentrasi dalam serum spesimen dan diukur secara fotometris (Depkes, 2005) Reaksi pembentukan warna quinonemine dari glukosa dapat dilihat (Depkes, 2005). Glukosa + O 2 + H 2 O Asam Glukonik + H 2 O 2 2 H 2 O Aminophenazone + Phenol POD Quinonemine + 4 H 2O Reaksi glukosa oksidase (GOD) b. Metode Heksokinase Metode ini digunakan untuk pengukuran glukosa. Metode ini dianjurkan oleh WHO dan IFCC. Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah heksokinase akan mengkatalisis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP, membentuk glukosa-6-fosfat, dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa-6-posfat dengan nicotinamide adenin dinocloetide phosphate (NADP) (Depkes, 2005). Glukosa Oksidase Reaksi yang terjadi pada heksokinase Glukosa + ATP Heksokinase Glukosa-6-fosfat + ADP Glukosa -6-fosfat + NADP (p) G-6-DP H+H + 6-fosfoglukonat + NAD(p) Metode heksokinase jarang digunakan karena menggunakan alat-alat yang otomatis. Kelebihan metode ini yaitu lebih kecil kemungkinan untuk terjadi human error (kesalahan oleh manusia). Waktu inkubasi sedikit lebih cepat dan penggunaan reagen lebih irit bila dibandingkan dengan metode GOD PAP. Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara enzimatik, tidak lagi dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya zat-zat lain yang akan memberikan hasil tinggi/rendah palsu.

11 11 2. Metode Kimiawi Metode kimiawi metode yang memanfaatkan sifat mereduksi dari glukosa dengan bahan indikator yang akan berubah warna apabila terduksi. Akan tetapi, metode ini tidak spesifik karena senyawa-senyawa lain yang ada di dalam darah juga dapat mereduksi (misalnya:urea, yang dapat meningkat, cukup bermakna pada uremia) (Sacher, 2004) contoh metode kimiawi yang masih digunakan untuk pemeriksaan glukosa adalah metode toluidin. Metode ini murah, dengan cara kerja yang sederhana dan bahan mudah didapat ( Depkes, 2005). 3. Cara Strip POCT (Point Of Care Testing ) POCT merupakan alat pemeriksaan laboratorium sederhana yang dirancang hanya untuk penggunaan sampel darah kapiler, bukan untuk sampel serum atau plasma. Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakan pada alat. Ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk dalam strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah (Depkes, 2005). Kelebihan dari cara strip ini adalah hasil pemeriksaan dapat segera diketahui. Pemeriksaan jenis ini hanya membutuhkan sampel yang sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis, dan mudah dibawa kemana-mana. Kekurangan dari cara strip adalah akurasinya belum diketahui serta memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh suhu, volume sampel yang kurang. Cara strip ini tidak untuk menegakkan diagnosis klinis.

12 12 F. HbA1c ( Hemoglobin A1c) Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA1, HbA2, HbF( fetus) Hemoglobin A (HbA) terdiri atas 91% sampai 95% dari jumlah hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan dengan HbA1 yang merupakan bagian dari hemoglobin. Proses pengikatan ini disebut glikosilasi atau hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat ikatan antara glukosa dan hemoglobin. Pada penyandang DM, glikolisasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 120 hari terakhir, bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran normal selama 120 hari terakhir, maka hasil hemoglobin A1c akan menunjukkan nilai normal. Hasil pemeriksaan hemoglobin A1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan kendali glikemik. Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu selama 120 hari, yang merupakan rentang hidup sel darah merah. HbA1 terdiri atas tiga molekul, HbA1a, HbA1b dan HbA1c sebesar 70 %, HbA1c dalam bentuk 70% terglikosilasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah hemoglobin yang terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan tersaturasi dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin (Kee, 2003). Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari karena mencerminkan keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan HbA1c dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan. Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati, retinopati, atau kardiopati, Penurunan 1% dari HbA1c akan menurunkan komplikasi sebesar 35% (Kee, 2003).

13 13 Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian (Kee, 2003). Ada beberapa kondisi dimana pemeriksaan kadar HbA1c akan sangat terganggu dan tidak akurat, misalnya : 1. Spesimen Ikterik Warna kekuningan pada serum akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh yang menandakan terjadinya gangguan fungsi dari hepar (Widmann, 2004). 2. Spesimen Hemolisis Pada destruksi Eritrosit, membran sel pecah sehingga Hb keluar dari sel, hemolisis menunjukkan destruksi eritrosit yang terlalu cepat, baik kelainan intrinsik maupun proses ektrinsik terhadap eritrosit dan serum berwarna merah atau kemerahan( Widmann, 2004) 3. Penurunan Sel Darah Merah (Anemia, talasemia, kehilangan darah jangka panjang) mengakibatkan penurunanan kadar HbA1c palsu. Anemia didefenisikan sebagai berkurangnya kadar Hb darah, penurunan kadar Hb biasanya disertai penurunan Eritrosit dan Hematokrit. G. Sampel untuk Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa Glukosa darah puasa dapat diperiksa dengan menggunakan sampel serum dan sampel dengan antikoagulan (EDTA). 1. Plasma Plasma adalah komponen darah dalam tabung yang telah berisi antikoagulan yang kemudian disentrifuge dalam waktu tertentu dengan kecepatan tertentu sehingga bagian plasma dan bagian lainnya terpisah. Plasma yang masih mengandung fibrinogen tidak mengandung faktorfakt or pembekuan II, V, VIII, tetapi mengandung serotinin tinggi. Plasma masih mengandung fibrinogen karena penambahan antikoagulan yang mencegah terjadinya pembekuan darah tersebut (Guder, 2009).

14 14 Plasma hanya digunakan sebagai alternatif pengganti serum apabila serum yang diperoleh sangat sedikit pada kondisi darurat. 2. Serum Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum merupakan fraksi cair dari seluruh darah yang dikumpulkan setelah darah diperbolehkan untuk membeku. Bekuan dihilangkan dengan sentrifugasi dan supernatan yang dihasilkan. Serum merupakan bagian cairan darah tanpa faktor pembekuan atau sel darah. Serum didapatkan dengan cara membiarkan darah di dalam tabung reaksi tanpa antikoagulan membeku dan kemudian disentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk mengendapkan semua selselnya. Cairan di atas yang berwarna kuning jernih disebut serum. Serum mempunyai susunan yang sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan faktor pembekuan faktor II, V, VIII, XIII yang sudah tidak ada (Widmann, 1995). Penggunaan serum dalam kimia klinik lebih luas dibandingkan penggunaan plasma. Hal ini disebabkan serum tidak mengandung bahanbahan dari luar seperti adanya penambahan antikoagulan sehingga komponen-komponen yang terkandung di dalam serum tidak terganggu aktifitas atau reaksinya. Kandungan yang ada pada serum adalah antigen, antibodi, hormon, dan 6-8% protein yang membentuk darah. Serum ini terdiri dari tiga jenis berdasarkan komponen yang terkandung di dalamnya yaitu serum albumin, serum globulin, dan serum lipoprotein.

15 15 3. Perbedaan Serum dan Plasma Tabel 1: Ciri ciri plasma dan serum ( Sadikin, 2001). Ciri ciri Serum Plasma Warna Agak kuning dan jernih Agak kuning dan jernih Kekeruhan Lebih kental dari air Lebih kental dari air Antikoagulan Tidak pakai Pakai Pemisahan sel Penggumpalan spontan Pemusingan Selter kumpul Gumpalan Endapan (sedimen) didalam Suspensi Tidak ada Dapat kembali sel Fibrinogen Tidak ada lagi Masih ada Dari tabel 1 diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan antara serum dan plasma. Perbedaan itu terjadi karena cara pemisahan cairan dalam keadaan yang berbeda. Serum dipisahkan dengan cara membiarkan darah beberapa lama dalam tabung agar darah tersebut akan membeku. Selanjutnya serum akan mengalami penggumpalan akibat terperasnya cairan dari dalam bekuan. Darah biasanya sudah membeku dalam jangka waktu 10 menit. Pemisahan tersebut dapat dilakukan dengan alat pemusing (sentrifuge) dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Sedangkan plasma dipisahkan dengan cara menambahkan antikoagulan secukupnya pada tabung yang kemudian diisi sejumlah volume darah lalu diputar (sentrifuge) dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit (Depkes RI, 2010). Menurut Sacher (2004) perbandingan plasma dan serum yaitu plasma adalah bagian cair dari darah. Di luar sistem vaskuler, darah dapat tetap cair dengan mengeluarkan fibrinogen atau menambahkan antikoagulan, yang sebagian besar mencegah koagulasi dengan mengelasi atau menyingkirkan ion-ion kalsium, sitrat, okasalat, EDTA. Serum adalah cairan yang tersisa setelah darah menggumpal atau membeku serum

16 16 normal tidak mengandung fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi lainnya, sedangkan plasma yang baru diambil mengandung semua protein yang terdapat di dalam darah yang bersikulasi H. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah 1. Pengaruh obat: obat kortison, tiazid dan loop - diuretik dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah 2. Trauma atau stress, dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah 3. Merokok, dapat meningkatan kadar glukosa darah 4. Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium, dapat menurunkan kadar glukosa darah. 5. Penundaan pemeriksaan Penundaan pemeriksaan akan menurunkan kadar glukosa darah dalam sampel. Hal ini dikarenakan adanya aktifitas yang dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar akan menyebabkan penurunanan kadar glukosa darah kurang lebih 1-2 % per jam (Kee, 2003). Berdasarkan berbagai faktor yang disebut diatas, hal tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, sehingga pada penderitaan diabetes disarankan melakukan pemeriksaan HbA1c karena glukosa darah rata-rata sebenarnya selama 2-3 bulan sebelum dilakukan pemeriksaan dapat diketahui, karena kadar HbA1c ini tidak dipengaruhi oleh fluktuasi glukosa harian sehingga dapat diketahui kepatuhan penderita untuk pengontrolan diabetes selama waktu itu membaik atau semakin memburuk. Pemeriksaan HbA1c ini dapat memberi gambaran kadar gula darah dalam kurun waktu 3 bulan ke belakang sehingga pemeriksaan HbA1c ini banyak manfaatnya baik untuk penderita diabetes atau juga orang yang memiliki resiko terkena penyakit diabetes.. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang cukup penting untuk penderita diabetes apakah

17 17 kadar gulanya terkontrol dengan baik atau tidak. Hal ini juga dapat memberikan informasi apakah obat diabetes yang diminum cukup efektif atau tidak dalam mengendalikan kadar gula darah.

18 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Mei 2014 di Instalansi Laboratorium Patologi Klinik, ruang kimia klinik RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. B. Metode penelitian Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriftif kuantitatif suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dan membahas data-data yang ada dengan menggunakan parameter serta hipotesis sebagai tolak ukur (Notoatmodjo, 1993) C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Sebagai tujuan utama atau sebagai populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangkaraya pada tanggal Mei 2014 sebanyak 198 pasien yang melakukan pemeriksaan glukosa darah. 2. Sampel Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Imron, 2010). Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, Pengambilan secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 1993). Sampel yang diambil adalah pasien yang melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dimana sampel yg 18

19 19 diambil tidak semua dari populasi melainkan hanya 35 orang saja yang diambil sebagai sampel 35 sampel yang diambil sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan sehingga volume sampelnya dapat diambil sebagian sebagai sampel penelitian peneliti. D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel a. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubah variabel terikat, jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan variabel bebas adalah penggunaan sampel plasma EDTA dan serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam. b. Variabel terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, pada penelitian ini, yang dimaksud variabel terikat adalah kadar glukosa darah puasa. 2. Definisi Operasional Variabel Bahwa variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi), dan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 1993). a. Penggunaan sampel plasma EDTA dan serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam adalah jeda waktu dan penggunaan sampel yang sengaja dilakukan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa. Serum adalah cairan yang berwarna kuning jernih yang diperoleh dari darah yang dibekukan dan dipusingkan menggunakan sentrifuge.

20 20 Plasma adalah cairan kuning jernih yang diperoleh dengan cara darah diberikan antikoagulan didalam tabung reaksi lalu di pisahkan dengan sentrifuge. b. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah merupakan pusat dari metabolisme yang sangat penting bagi tubuh, sebagai sumber energi dan bahan bakar utama untuk jaringan tertentu seperti otak dan sel darah merah E. Teknik Pengambilan Data Penelitian ini dilakukan dengan cara obsevarsi eksperimental yaitu pengamatan laboratorium klinik dengan mengukur kadar glukosa darah puasa secara fotometris yang diperiksa dan ditunda waktu pemeriksaaannya selama dua jam. Dalam penelitian ini plasma didapat dengan cara menggunakan antikoagulan EDTA dan serum tanpa antikoagulan. F. Instrumentasi Penelitian 1. Alat a. Fotometer b. Sentrifuge c. Spuit 5 cc d. Mikro pipet 1000 µl e. Mikro pipet 10 µl f. Tabung reaksi 12 x 75 mm g. Tabung reaksi 15 x 100 mm h. Tip putih dan tip biru i. Rak tabung reaksi j. Stopwatch / timer 2. Bahan a. Kit reagen glukosa b. Antikoagulan ( EDTA)

21 21 c. Aquades d. Sampel : serum dan plasma EDTA 3. Langkah langkah penelitian a. Metode Metode pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan yaitu menggunakan metode GOD PAP b. Prinsip Glukosa oksidasi secara enzimatis menggunakan enzim glukosa oksidase (GOD), membentuk asam glukonik dan H 2 O 2 kemudian bereaksi dengan fenol dan 4 aminoantipirin dengan enzim peroksidase (POD) sebagai katalisator memebentuk quinonemine. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi dalam serum spesimen da diukur secara fotometris (Depkes, 2005). Reaksi pembentukan warna quinonemine adalah Glukosa Oksidase Glukosa + O 2 + H 2 O Asam Glukonik + H 2 O POD 2 2 H 2 O Aminophenazone + Phenol Quinonemine + 4 H 2 O c. Pengambilan sampel Sampel serum dan plasma diperoleh dari darah vena yang diambil sebanyak lima cc lalu darah dibagi dua masing masing 2,5 cc untuk plasma dan serum yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi ukuran 15 x 100 mm kemudian diperiksa langsung dan didiamkan selama dua jam 1) Cara pembuatan serum Darah yag berada di dalam tabung reaksi dibiarkan dalam suhu ruang C selama 10 menit, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. 2) Cara pembuatan plasma Darah yang berada di dalam tabung reaksi yang sudah berisi antikoagulan EDTA segera dikocok perlahan lahan,

22 22 kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. d. Langkah langkah pemeriksaan Pemeriksaan ini dilakukan secara photometris, maka diperlukan preparasi, dari pembuatan blanko, blanko reagen, standar dan sampel. a. Siapkan semua alat dan bahan b. Lakukan preparasi blanko, blanko reagen, standar dan sampel dengan melakukan pipetasi Blanko Standar Sampel Reagen Glukosa Sampel µl Standar Glukosa - 10 µl - Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl c. Homogenkan, lalu inkubasi selama 10 menit pada suhu C atau 5 menit pada suhu 37 0 C. d. Lakukan pengukuran menggunaka fotometer Hitachi 4020 dengan panjang gelombang 546 nm Sumber (Leaflet Reagen Glukosa) G. Teknik Analisa Data 1. Pengujian Hipotesis Data hasil penelitian kadar glukosa darah puasa antara sampel serum dan plasma EDTA dianalisis menggunkan uji-t untuk 2 sampel bebas. Uji t-test untuk 2 sampel bebas adalah uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data indenpenden (sampel bebas). Dengan dua jenis sampel diukur dengan metode yang sama dan hasil pengukuran sampel pertama dan kedua dibandingkan dengan taraf signifikansi α = 0,01 α α = 0.005, t-tabel = t 2/2, n 1 + n 2 2 = t 0.005, = t 0.005, 68=

23 23 Uji Hipotesis adalah : Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 µ2 Keterangan : Ho = tidak ada perbedaan pemeriksaan glukosa antara plasma dan serum Ha = ada perbedaan hasil pemeriksaan glukosa antara plasma dan serum µ1 = kadar glukosa pada serum µ2 = kadar glukosa pada plasma Kriteria : Jika, t hitung < t tabel maka Ho diterima Jika, t hitung >t tabel maka Ha ditolak Rumus t-test untuk dua sampel bebas S 2 2 ( n1 1). S1 ( n2 1). s p = n n x t 1 x2 h= 2 S 1/ n 1/ n ) P( 1 2 Keterangan :

24 24 S 2 p = Standar devisiasi gabungan n 1 = Jumlah sampel serum n 1 = Jumlah sampel plasma n 2 = Jumlah sample serum n 2 = Jumlah sample plasma x = Nilai rata rata serum 1 x = Nilai rata rata plasma 1 x = Nilai rata rata serum 2 x = Nilai rata rata plasma 2 S 1 = Standar devisiasi serum S 1 = Standar devisiasi plasma S 2 = Standar devisiasi serum S 2 = Standar devisiasi plasma t h = Nilai t-hitung 2. Persentase Penurunan Data hasil penelitian kadar glukosa darah pada pasien yang melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dihitung penurunan kadar glukosa darah puasa dengan menggunakan rumus presentase, yaitu % = x 100% Keterangan : A= Rata-rata kadar glukosa darah yang langsung di periksa B= Rata-rata kadar glukosa darah setelah di tunda dua jam

25 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pemeriksaan glukosa darah puasa di laboratorium patologi klinik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini dilakukan tanggal Mei Hasil penelitian perbedaan kadar glukosa darah puasa menggunakan sampel plasma EDTA dan serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam dengan jumlah sampel 35 orang diperoleh nilai rata-rata (mean) kadar glukosa darah puasa seperti pada tabel berikut ini. Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa antara serum dan plasm yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam. No Rata-rata pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (mg/dl) Sampel Langsung Ditunda 1 156,4 mg/dl Serum 162,1 mg/dl 2 Plasma 158,4 mg/dl 147,9 mg/dl Tabel 4.1 menunjukkan terjadinya bahwa terjadi penurunan kadar glukosa darah setelah dilakukan penundaan pemeriksaan selama dua jam. Nilai rata-rata kadar glukosa darah menggunakan sampel serum yang langsung diperiksa adalah 162,1 mg/dl dan sampel plasma yang langsung diperiksa adalah 158,4 mg/dl sedangkan yang ditunda selama dua jam di peroleh nilai rata-rata sampel serum yang ditunda 2 jam adalah sebesar 156,4 mg/dl, sampel plasma 147,9 mg/dl, perbedaan penurunan sampel serum adalah 3,5%, sedangkan pada sampel plasma adalah 6,6%. 25

26 RERATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR GDP (mg/lt) Serum Plasma Langsung Diperiksa Ditunda Dua Jam Gambar 4.2 Grafik rata-rata pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dengan sampel plasma dan serum B. Persentase penurunan kadar glukosa darah pada sampel serum dan plasma yang langsung diperiksa dan ditunda selama dua jam. Persentase penurunan kadar glukosa darah yang langsung diperiksa dan ditunda selama dua jam dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil perhitungan persentase penurunan glukosa darah yang langsung diperiksa dan ditunda selama dua jam adalah untuk serum sebesar 3,5% untuk plasma 6,6%. C. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis nol (Ho) yang berbunyi tidak ada perbedaan kadar serum dan kadar plasma sedangkan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi ada perbedaan antara kadar serum dan kadar plasma. Setelah menganalisa data dengan rumus yang sudah ditentukan langkah berikutnya yaitu memberikan interpretasi terhadap t h, dengan terlebih dahulu memperhitungkan dua jenis sampel diukur dengan metode yang sama dan hasil pengukuran sampel pertama dan kedua dibandingkan

27 27 dengan taraf signifikansi α = 0,01 α α = 0.005, t-tabel = t 2/2, n 1 + n 2 2 = t 0.005, = t 0.005, 68= Dengan membandingkan besarnya t yang sudah diperoleh dari perhitungan untuk serum (t h =0,2073) dan besarnya t yang tercantum pada tabel nilai t (t tabel = 2,6501) maka dapat diketahui untuk sampel serum bahwa t h lebih kecil dari t tabel yaitu t h =0,2073 < t tabel = 2,6501. Untuk plasma (t h =0,2431) dan besarnya t yang tercantum pada tabel nilai t (t t= 2,6501) maka dapat diketahui bahwa t h lebih kecil dari t tabel yaitu t h =0,2431 < t tabel = 2,6501. Karena t h lebih kecil dari t tabel maka hipotesis Ho diterima ini berarti tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan antara glukosa darah puasa mengunakan serum dan plasma. Berdasarkan hasil uji t didapat (Ho) yang berbunyi tidak ada perbedaan pemeriksaan antara serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda dua jam dan tidak ada perbedaan pemeriksaan antara plasma yang langsung diperiksa dan yang tunda dua jam. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi ada perbedaan pemeriksaan antara serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda dua jam dan tidak ada perbedaan pemeriksaan antara plasma yang langsung diperiksa dan yang tunda dua jam. Ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada hasil pemeriksaan glukosa darah puasa menggunakan sampel serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda dua jam. D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah puasa dengan menggunakan sampel plasma dan serum dan untuk mengetahui persentase penurunan kadar glukosa darah puasa. Data ini diperoleh dengan membandingkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dengan sampel serum dan plasma dan presentase hasil penurunan kadar glukosa kadar puasa yang ditunda selama dua jam. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskritif yang bertujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif, kemudian

28 28 dilakukan analisis statistik untuk perbandingan dua varian, dan melakukan persentase. Berdasarkan penelitian, perbedaan pemeriksaan glukosa darah puasa dengan menggunakan sampel plasma EDTA dan serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam dimana kadar serum yang langsung diperiksa sebesar 162,1 mg/dl yang ditunda 156,4 mg/dl dan plasma yang langsung diperiksa 158,4mg/dl dan yang ditunda 147,9 mg/dl. Perbedaan itu terjadi karena pemakaian plasma yang rentan tercampur dengan eritrosit akan mempengaruhi hasil- hasil pemeriksaan dan cara pemisahan yang berbeda. Sampel serum dipisahkan dengan cara membiarkan darah beberapa lama didalam tabung kemudian darah tersebut akan membeku dan selanjutnya akan mengalami penggumpalan dengan akibat terperasnya cairan dari dalam bekuan, darah biasanya membeku dalam waktu 10 menit (Depkes, 2010). Dalam pembuatan serum sel-sel darah menggumpal secara baur dan terjebak dalam suatu anyaman yang luas dan kontraktif dari jaring serat-serat fibrin. Dalam pembuatan plasma sel-sel darah terendapka secara jelas didasar tabung, seperti pengendapan suspensi partikel lain (Sadikin, 2001). Perbedaam yang terjadi antara serum da plasma juga disebabkan karena pada plasma yang didalamnya masih terdapat fibrinogen dan juga ada partikel antikoagulan EDTA yang ada didalam plasma sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan sedangkan pada sampel serum sudah tidak terdapat fibrinogen dan tidak adanya partikel antikoagulant EDTA. Namun setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji-t untuk dua sampel bebas dengan mencari terlebih dahulu t h -nya yang kemudian membandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi 0,01% sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar glukosa darah puasa dengan menggunakan serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda dua jam dan tidak ada perbedaan pemeriksaan antara plasma yang langsung diperiksa dan yang tunda dua jam. Karena t h lebih kecil dari

29 29 t tabel, untuk sampel serum dimana t h =0,2073 < t tabel = 2,6501, untuk plasma t h =0,2431< t tabel = 2,6501, karena t h lebih kecil dari t tabel maka hipotesis Ho diterima artinya tidak ada perbedaan antara pemeriksaan glukosa darah puasa dengan menggunakan sampel serum ataupun sampel plasma. Berdasarkan presentase penurunan kadar glukosa darah puasa hasil penelitian ini membuktikan bahwa penundaan waktu selama dua jam untuk pemeriksaan glukosa darah puasa mengalami penurunan kadar glukosa dalam darah setelah dibiarkan atau ditunda pemeriksaannya pada suhu ruang selama dua jam. Penurunan kadar glukosa darah puasa yang ditunda selama dua jam antara serum dan plasma adalah pada serum sebesar 3,5% dan plasma 6,6%. Penelitian sebelumnya tentang penundaan waktu pemeriksaan glukosa pada pasien diabetes melitus terjadi penurunan kadar sebesar 10,7 mg/dl (Dedi, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kadar glukosa pada pasien normal relatif sedikit dan tidak lebih besar dibandingkan pada pasien dengan diabetes melitus. Di karenakan pada pasien diabetes melitus sel-sel darah sudah mengalami kerusakan dan rentan kontaminasi bakteri sehingga proses glikolisis terjadi cukup cepat dan banyak sedangkan pada pasien normal proses glikolisis terjadi tidak cukup cepat dan banyak.

30 30 BAB V PENUTUP A. Simpulan Pada penelitian tentang perbedaan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dengan menggunakan sampel plasma EDTA dan serum yang langsung diperiksa dan yang ditunda selama dua jam di Rumah Sakit Umum Daerah Doris Sylvanus Palangka Raya dapat disimpulkan sebagai berikut. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan kadar glukosa darah dengan menggunakan sampel serum dan plasma, sehingga pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan sampel serum ataupun plasma. Nilai rata-rata kadar glukosa darah yang langsung diperiksa pada serum adalah sebesar 162,1 mg/dl dan yang ditunda dua jam 156,4 mg/dl, pada sampel plasma yang diperiksa langsung diperoleh nilai rata-rata 158,4 mg/dl, dan yang ditunda dua jam 147,9 mg/dl Penurunan kadar glukosa darah puasa serum sebesar 3,5%, plasma 6,6%. B. Saran 1. Untuk petugas laboratorium Pemeriksaan kadar glukosa sebaiknya dilakukan secara langsung setelah sampel diperoleh agar hasil yang didapat sesuai dengan keadaan tubuh pasien. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan hasil yang bisa memungkinkan hasil tinggi palsu dan rendah palsu. 2. Untuk mahasiswa analis kesehatan Supaya mengetahui bagaimana yang seharusnya cara pemeriksaan glukosa dengan baik dan benar dan dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2, HbF( fetus) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HbA 1c (hemoglobin terglikasi /glikohemoglobin/hemoglobin terglikosilasi/ Hb glikat/ghb) 2.1.1Biokimiawi dan metabolisme Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA 1, HbA 2,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes melitus atau DM merupakan penyakit metabolisme karbohidrat yang khas dengan gejala-gejala kadar gula darah tinggi, glukosuria dan setelah beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glukosa Darah Produk akhir metabolisme karbohidrat serta sumber energi utama pada organisme hidup merupakan glukosa, dimana penggunaan glukosa dikendalikan oleh insulin (Dorland,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memperoleh energi. Gula lain dalam makanan (terutama fruktosa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memperoleh energi. Gula lain dalam makanan (terutama fruktosa dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gula Darah Glukosa merupakan pusat dari semua metabolisme. Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan merupakan sumber karbon untuk sintesis sebagian besar senyawa

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glukosa Suatu gula monosakarida dari karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH Bagian Patologi Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KETERAMPILAN KLINIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. ( Joyce

Lebih terperinci

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Glukosa sering juga disebut gula anggur atau dekstrosa yang banyak tersebar di alam terutama terdapat pada buah buahan, sayur sayuran, getah tumbuh tumbuhan, madu, sirup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Glukosa darah atau kadar gula darah merupakan istilah yang mengacu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Glukosa darah atau kadar gula darah merupakan istilah yang mengacu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Glukosa darah atau kadar gula darah merupakan istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum diatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah glukosa dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat yang terdapat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan otot rangka

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA Ratih Hardisari 1, Binti Koiriyah 2* 1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Ngadinegaran MJ III/62

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gula Darah Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Kee, Joyce LeFever,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Darah Darah merupakan komponen asensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Komponen lipid utama yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kadar glukosa adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kadar glukosa adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glukosa Glukosa adalah sumber energi utama bagi tubuh. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas. Insulin dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF Meti Kusmiati, Dimas Adi Pradana Prodi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Penyakit Diabetes

Lebih terperinci

JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018

JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018 JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018 PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PLASMA NaF BERDASARKAN WAKTU PEMERIKSAAN DI RSUD dr. M. YUNUS PROVINSI BENGKULU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Glukosa Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme kronis dengan multi-etiologi (banyak penyebab) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme kronis dengan multi-etiologi (banyak penyebab) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi-etiologi (banyak penyebab) yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. status glukosa menjadi dua, yaitu normoglikemia dan hiperglikemia. 2 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. status glukosa menjadi dua, yaitu normoglikemia dan hiperglikemia. 2 Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Glukosa adalah sebuah komponen yang penting dalam darah. Glukosa yang terdapat dalam darah biasa disebut sebagai glukosa darah. Glukosa darah berada di dalam plasma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian analitik Jenis Penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III Rianti Nurpalah, Dede Nita S, Nur Holis Prodi DIII Analis Kesehatan, STIKes BTH Tasikmalaya ABSTRAK Konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka. Glukosa darah berfungsi sebagi penyedia energi tubuh dan jaringanjaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka. Glukosa darah berfungsi sebagi penyedia energi tubuh dan jaringanjaringan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa darah Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan diotot rangka. Glukosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat dalam darah (Baron, 1984). diubah menjadi glikogen (glikogenesis) dan disimpan di dalam hati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat dalam darah (Baron, 1984). diubah menjadi glikogen (glikogenesis) dan disimpan di dalam hati BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Glukosa Darah Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang terdapat dalam darah (Baron, 1984). 2. Organ-Organ Yang Berpengaruh a. Hati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi gangguan toleransi glukosa cenderung meningkat seiring dengan peningkatan kasus Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dan Sindrom Metabolik (Mets). Peningkatan insidensi

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN III PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT TOTAL DAN GPT Hari/ Tanggal Percobaan : SELASA/ 20 April 2010 Golongan/ Kelas : I / FKK 2008 Dosen Pembimbing : Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. non-polar. Lipid adalah senyawa yang berisi karbon dan hidrogen, yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Pengertian Lipid Lipid atau lemak didefinisikan sebagai senyawa organik heterogen yang terdapat di alam dan bersifat relatif tidak larut dalam air tetapi larut dalam

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) sering dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis. DM merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016 LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: 157008009) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016 TEMPAT : LABORATORIUM TERPADU LANTAI 2 UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

MEDAN, 15 DESEMBER Oleh : ERNAWATI SEMBIRING DORRA RIBTA ALAM MARA IMAM TAUFIQ SIREGAR

MEDAN, 15 DESEMBER Oleh : ERNAWATI SEMBIRING DORRA RIBTA ALAM MARA IMAM TAUFIQ SIREGAR LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II MEMBANDINGKAN PERBEDAAN KONSENTRASI GLUKOSA PRODUK MADU BIASA DENGAN PRODUK MADU MULTI LEVEL MARKETING MELALUI METABOLISME GLUKOSA DALAM TUBUH MEDAN, 15 DESEMBER 2011 Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Albumin Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serumnormal adalah 3,85,0 g/dl. Albumin terdiri

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan dari ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa darah sebagai

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : T.M. Reza Syahputra Henny Gusvina Batubara Tgl Praktikum : 14 April 2016 Tujuan Praktikum : 1. Mengerti prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SGPT 2.1.1 Pengertian SGPT Enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan hati adalah aminotransferase yang mengkatalisis pemindahan revensibel satu gugus amino antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir-akhir ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan, peningkatan penggunaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700811) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata rata 1500 g atau 2% dari berat tubuh total, hati menerima 1500 ml darah per menit, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek terus berkembang meskipun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu diantara penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (ADA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam Urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam Urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Urat a. Pengertian Asam Urat Asam Urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan protein makanan yang mengandung purin (terutama dari daging, hati, ginjal,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH Oleh: Martina Hutahaean Ningrum Wahyuni Sukaisi Kamis, 15 Desember 2011 Dasar Teori TRIGLISERIDA Gliserida

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700824) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi insulin,

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH (Metode CPC Photometric)

PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH (Metode CPC Photometric) 1 PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH (Metode CPC Photometric) A. Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar kalsium darah dengan metode CPC photometric. 2. Mahasiswa akan dapat menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Batasan Masalah C. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Batasan Masalah C. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Keluarga 1.1 Definisi keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah 1. Definisi Glukosa Darah Didalam darah terdapat zat glukosa, glukosa ini gunanya untuk dibakar agar mendapatkan kalori atau energi. Sebagian glukosa yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS Nadimin 1, Sri Dara Ayu 1, Sadariah 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang memerlukan waktu dan biaya terapi yang tidak sedikit. Penyakit ini dapat membuat kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih PENGERTIAN DIABETES Diabetes melitus keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci