Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas. Kabupaten Pasaman Barat. ( Suatu Kajian Antropolinguistik)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas. Kabupaten Pasaman Barat. ( Suatu Kajian Antropolinguistik)"

Transkripsi

1 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropolinguistik) Skripsi Ini Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas 1 / 62

2 Novis Candra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang, 2014 ABSTRAK 2 / 62

3 Novis Candra Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat: Suatu Kajian Antropolinguistik. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Pembimbing 1: Dr. Fajri Usman, M.Hum. Pembimbing II: Elly Delfia, S.S., M. Hum. Setiap daerah memiliki nama, pemberian nama pada tiap daerah bukan hanya sebutan saja. Daerah-daerah diberi nama oleh masyarakatnya berdasarkan situasi dan kondisi tiap-tiap daerah. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Apa saja nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat dan apa latar belakang pemberian nama daerah tersebut? 2) Makna apa saja yang terkandung pada nama-nama daerah yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat? Penelitian ini dilakukan untuk: 1) Mendeskripsikan nama-nama daerah yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat serta latar belakang pemberian nama daerah tersebut. 2) Mendeskripsikan makna nama daerah yang terkandung pada penamaan daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat. Ada tiga metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: metode penyediaan data, metode analisis data, dan metode penyajian data. Pada metode penyediaan data digunakan metode simak dan cakap. Teknik dasar yang digunakan dalam metode simak adalah teknik sadap dan lanjutannya adalah Teknik Simak Libat Cakap (SLC) dan teknik catat. Teknik dasar yang digunakan dalam metode cakap adalah teknik pancing. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka. Pada metode analisis data digunakan metode padan ekstralingual dan teknik lanjutannya adalah teknik hubung banding. Pada metode penyajian data metode yang digunakan adalah metode penyajian informal. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat di antaranya: Aia Bangih, Silawai, Balakang Lido, Bungo Tanjuang, Pokan, Kampuang Pinang. Adapun latar belakang penamaan dari nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat terbentuk atas penemu dan pembuat, keserupaan, legenda dan mitos. Makna nama yang terkandung pada nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat terdiri atas: makna situasional, terdapat pada nama daerah Aia Bangih, Pulau Panjang, pulau unggeh, pulau harimau, Pasia, Muaro, Kampuang Padang, Kampuang Dalam, Pasa Koje, Topi Goduang, Kampuang Jawo, Kampuang Cino, Suak Batu Kudo, Sumua Batu, Pokan, Bukik Limo Kaco, Bungo Tanjuang, dan Kampuang Pinang. Makna nama kenangan, terdapat pada nama daerah 3 / 62

4 Tugu, Balakang Lido, dan Silawai Pendahuluan Latar Belakang Semua benda di dunia ini memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan dari ide atau gagasan yang di dalamnya mengandung makna. Makna yang dimaksud adalah makna yang terlahir dari budaya dalam kehidupan suatu masyarakat, misalnya makna nama dikaitkan dengan makna alam, benda, tempat, atau makna nama orang-orang hebat atau pintar. Nama adalah kata untuk menyebut atau memanggil orang, tempat, barang, binatang, dan sebagainya (KBBI, 2002:773). Nama juga sebagai bagian dari bahasa yang digunakan sebagai penanda identitas dan juga memperlihatkan budaya (Sibarani, 2004:108). Hampir setiap nama yang telah ada mencerminkan suatu budaya, misalnya nama diri mencerminkan budaya yang dimiliki oleh diri tersebut. Dalam hal ini, budaya memiliki peran penting karena budaya suatu hasil yang diciptakan oleh manusia. Menurut Koentjaraningrat (1985:80), kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang menjadi milik manusia dengan belajar. Sementara itu, Liliweri (2003:10) mengatakan budaya merupakan satu unit interpertasi, ingatan, dan yang ada di dalam diri manusia dan bukan sekadar dalam kata-kata, budaya meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma. Setiap nama memiliki makna. Pemberian nama tidak hanya untuk menamai orang, tetapi juga daerah atau tempat. Daerah-daerah diberi nama oleh masyarakatnya. Pemberian nama tidak 4 / 62

5 terlepas dari ciri-ciri atau hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang daerah tersebut, seperti halnya dengan nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat. Letak Geografis Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat. Dilihat dari geografisnya, Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat berada di kawasan pantai barat Sumatera dan merupakan daerah perbatasan antara Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Luci Huki dalam artikelnya yang berjudul Letak Astronomis, Geografis, Geologis, dan Kultur Historis menyatakan bahwa letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya dipermukaan bumi( geografis.net/index.php/artikel ). Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat yang pusat pemerintahannya di Aia Bangih memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ranah Batahan, sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Sikabau, sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Koto Balingka. Topografi atau bentuk daerah Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat adalah dataran yang berada di pinggir laut, memiliki sungai, dan bukit-bukit yang tidak begitu besar. - Batas-Batas Wilayah dan Topografi Daerah Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Setiap daerah memiliki topografi dan batas-batas wilayahnya. Begitu juga dengan 5 / 62

6 daerah-daerah yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat, yang dijadikan data dalam penelitian ini. Berikut dijelaskan dalam bentuk tabel. Daerah Topografi Batas Wilayah 6 / 62

7 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Aia bangih Dataran, pusat pemerintahan, di pinggir laut, memiliki sungai Utara dengan Batahan Selatan dengan Sikabau Barat dengan Samudra Hindia Timur dengan Silawai Silawai Dataran, terdapat hutan, lahan perkebunan Utara dengan Bungo Tanjuang Selatan dengan Aia Balam 7 / 62

8 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Barat dengan Bungo Tanjuang Timur dengan Batas Tarok Pulau Panjang Dataran, banyak pohon kelapa, dikelilingi laut, banyak terumbu karang, pasir putih, banyak pohon baka Utara dengan Pulau Harimau Selatan dengan Samudra Hindia Barat dengan Samudra Hindia Timur dengan Aia Bangih 8 / 62

9 Pulau Unggeh Dataran, banyak pohon kelapa, pasir putih dikelilingi laut. Utara dengan Tugu Selatan dengan Pulau Panjang Barat dengan Pulau Harimau Timur dengan Aia Bangih Pulau Harimau Hutan, perbukitan terdapat sedikit daratan, banyak pohon bakau, pasir putih 9 / 62

10 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Utara dengan Samudra Hindia Selatan dengan Pulau Panjang Barat dengan Samudra Hindia Timur dengan Pulau Unggeh Tugu Dataran, tepi laut, banyak pohon kelapa, ombak besar Utara dengan Gunuang Tugu Selatan dengan Kampuang Padang Barat dengan Samudra Hindia Timur dengan Kampuang Dalam 10 / 62

11 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Pasia Dataran, tepi laut, ombak besar Utara dengan Kampuang Padang Selatan dengan Muaro Barat dengan Samudra Hindia Timur dengan Pasa Ateh Muaro Dataran, tepi sungai Utara dengan Pasia Selatan dengan Sungai Barat dengan Samudra Hindia 11 / 62

12 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Timur dengan Kampuang Cino Kampuang Padang Dataran, tepi laut, banyak pohon kelapa, ombak besar Utara dengan Tugu Selatan dengan Pasia Barat dengan Samudra Hindia Timur dengan Kampuang Dalam Kampuang Dalam Dataran, lahan perkebunan 12 / 62

13 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Utara dengan Tugu Selatan dengan Balakang Lido Barat dengan Kampuang Padang Timur dengan Bungo Tanjuang Balakang Lido Dataran, banyak pohon kelapa, lokasi persawahan Utara dengan Kampuang Padang Selatan dengan Pasa Ateh Barat dengan Pasia Timur dengan Pasa Koje 13 / 62

14 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Pasa Koje Dataran, lokasi persawahan Utara dengan Kampuang Dalam Selatan dengan Pasa Tigo Barat dengan Balakang Lido Timur dengan Sumua Batu Topi Goduang Dataran, tepi sungai Utara dengan Pasa Satu Selatan dengan Sungai Barat dengan Muaro 14 / 62

15 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Timur dengan Pasa Satu Kampuang Jawo Dataran, tepi sungai Utara dengan Muaro Selatan dengan Sungai Barat dengan Kampuang Cino Timur dengan Pasa Satu Kampuang Cino Dataran, tepi sungai 15 / 62

16 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Utara dengan Muaro Selatan dengan Sungai Barat dengan Sungai Timur dengan Pasa Satu Suak Batu Kudo Dataran, tepi sungai Utara dengan Pokan Selatan dengan Sungai Barat dengan Muaro Timur dengan Bungo Tanjuang 16 / 62

17 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Pokan Dataran, tepi sungai Utara dengan Suak Batu Kudo Selatan dengan Sungai Barat dengan Pasa Tigo Timur dengan Bungo Tanjuang Bukik Limo Kaco Hutan, dataran tinggi, banyak pohon besar, tepi sungai Utara dengan Pokan Selatan dengan Sungai Barat dengan Suak Batu Kudo 17 / 62

18 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Timur dengan Pasa Tigo Bungo Tanjuang Dataran tinggi, persawahan Utara dengan Kampuang Dalam Selatan dengan Silawai Barat dengan Pokan Timur dengan Silawai Kampuang Pinang Dataran tinggi, banyak pohon pinang, lokasi perkebunan 18 / 62

19 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Utara dengan Silawai Selatan dengan Kampuang Dalam Barat dengan Bungo Tanjuang Timur dengan Silawai Sumua Batu Dataran tinggi, banyak batu granit, di kaki bukit Utara dengan Pokan Selatan dengan Pasa Koje Barat dengan Pasa Tigo 19 / 62

20 Nama-Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ( Suatu Kajian Antropoling Timur dengan Bungo Tanjuang Dilihat dari sejarah, masyarakat Kecamatan Sungai Beremas dengan pusat pemerintahanaia Bangih berasal dari kerajaan Indro Puro yang masih keturunan dari Raja Pagaruyuang. Asmar Asgar Rang Tuo Rajo (Ketua Lembaga Adat Nagari Kecamatan Sungai Beremas) menceritakan, bahwa salah satu keturunan Raja tersebut adalah Tuanku Inang Bisai yang dibantu oleh dua orang panglima kerajaan yang bernama Datuak Bandaro dan Datuak Magek Tagarang. Semasa pemerintahan Tuanku Inang Bisai, daerah Aia Bangih mengalami kemajuan. Masyarakat sudah bisa mengubah pola dalam bertani dan juga melakukan hubungan bilateral dengan bangsa Eropa melalui pelabuhan yang dibuat oleh kerajaan yang dinamakan dengan Muaro. Seiring berjalannya waktu, masyarakat bertambah banyak. Melihat kondisi tersebut, raja memutuskan untuk mencari tempat pemukiman di sekitar pusat kerajaan. Tempat pemukiman yang telah dibuka, diberi nama oleh masyarakat berdasarkan fenomena yang ada. Seperti halnya dengan nama Aia Bangih. Kata aia bangih berasal dari gabungan dua buah kata yaitu kata aia dan bangih.dalam Ka mus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:6), kata aia adalah air, benda cair yang memegang perananan penting dalam kehidupan manusia. Kata bangih dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:40) adalah bengis, marah, dan gusar. Jadi kata aia bangih memiliki arti yaitu air marah. Berbeda dengan makna nama yang diberikan oleh masyarakat. Nama Aia Bangih 20 / 62

21 oleh masyarakat memiliki arti, yaitu pertemuan antara air laut dan air sungai. Menurut cerita, nama Aia Bangih pada mulanya adalah Aia Bange. Setelah kedatangan bangsa Portugis ke daerah tersebut untuk melakukan hubungan ekonomi, Aia Bange berubah menjadi Aia Bangih. Hal itu disebabkan oleh bangsa Portugis tidak bisa mengucapkan Aia Bange. Ketika mereka mengucapkan Aia Bange, sering keluar kata-kata Aia Bangih. Hal ini dipengaruhi oleh dialek bahasa Portugis. Selain Aia Bangih, ada juga nama daerah Suak Batu Kudo. Kata Suak oleh masyarakat di Kecamatan Sungai Beremas, yaitu Sungai. Sementara itu, Batu Kudo sama artinya dengan Batu Kuda. Menurut keterangan dari informan, yaitu Bapak Asmar Asgar, Bapak Syamsir, dan Ibuk Yusna masyarakat menamai daerah ini disebabkan adanya fenomena batu berbentuk kepala kuda. Dahulunya, ada sebuah batu yang berbentuk kepala kuda di tepi sungai. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Suak Batu Kudo dahulunya, dalam jangka waktu setahun atau dua tahun akan memakan tumbal jika tidak diberi sesajian. Dari cerita itu, masyarakat menyebut daerah tersebut dengan sebutan Suak Batu Kudo sampai saat ini.danandjaja (2007:27) mengungkapkan bentuk dari bahasa rakyat yang disebut dengan anomastis, yaitu nama tradisional jalan atau daerah-daerah tertentu yang mempunyai legenda menurut sejarah terbentuknya. Sementara itu, daerah dalam (KBBI, 2002:228) adalah bagian permukaan bumi dalam kaitannya dengan keadaan alam sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas, alasan yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penamaan daerah di Kecamatan Sungai Beremas adalah proses pemberian nama daerah tersebut. Masyarakat memberi nama sesuai dengan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan alam dan lingkungan daerah tersebut yang dipengaruhi oleh faktor kebudayaan berupa kepercayaan kepada mitos. 21 / 62

22 Teori Teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah yang telah dirumuskan. Teori-teori tersebut adalah teori penamaan yang dikemukakan oleh Chaer (1995:44-46). Teori penamaan digunakan untuk mengetahui kategori nama daerah dalam bentuk penamaan. Latar belakang penamaan yang dikemukakan oleh Danandjaja (2007:27). Latar belakang penamaan digunakan untuk mengetahui asal usul nama daerah dan makna yang dikandung oleh nama daerah tersebut.teori yang berhubungan dengan semantik, yaitu jenis makna yang dikemukakan oleh Chaer (2002). Jenis makna digunakan untuk makna nama daerah. selanjutnya pengertian antropolinguistik yang dikemukakan Sibarani (2004:50) dan makna nama yang dikemukakan oleh Sibarani (2004: ). Makna nama yang dimaksud adalah makna nama yang berhubungan dengan antropolinguistik sebagaimana yang telah dikelompokan oleh Sibarani yaitu makna futuratif, makna situasional, dan makna kenangan Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik penelitian merupakan dua hal yang berbeda. Keduanya memiliki konsep yang berbeda, tetapi memiliki kaitan yang erat. Metode adalah cara yang dilaksanakan untuk menganalisis objek, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Metode dan teknik disesuaikan dengan langkah kerjanya. Mahsun (2005),membagi metode dan teknik menjadi tiga tahapan, yaitu penyediaan data, tahap analisis hasil data, dan tahap penyajian hasil analisis data. - Metode Penyediaan Data Pada tahap penyediaan data, metode yang digunakan adalah metode simak dan cakap. Metode simak tidak hanya menyimak bahasa secara lisan, melainkan juga tulisan (Mahsun, 2005:92). Hal ini sesuai dengan daftar nama-nama daerah yang ada di Kantor Camat 22 / 62

23 Kecamatan Sungai Beremas. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap, yaitu melakukan penyadapan terhadap penggunaan bahasa tertulis dari daftar nama-nama daerah. Teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan berupa Teknik Simak Libat Cakap (SLC) dan teknik catat. Teknik simak libat cakap digunakan karena peneliti ikut bicara dalam bentuk wawancara untuk mengetahui latar belakang penamaan daerah di Kec. Sungai Beremas. Teknik catat, peneliti mencatat hasil wawancara dengan informan. Selanjutnya, metode cakap dilakukan karena memang terjadi percakapan antara peneliti dengan informan. Data penulis dapatkan dengan cara mewawancarai informan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pancing, teknik ini dilakukan dengan cara memancing informan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik pancing ini dilakukan secara langsung. Artinya peneliti mendatangi dan langsung bertanya kepada informan. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik cakap semuka. Teknik cakap semuka dilakukan dengan percakapan langsung, tatap semuka secara langsung dengan informan. - Metode Analisis Data Pada tahap analisis data, digunakan metode padan, yaitu metode padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual adalah metode yang alat penentunya berada di luar bahasa yang bersangkutan (Mahsun,2005:120). Teknik dasarnya adalah hubung banding bersifat ekstralingual, yaitu dengan menghubungkan penamaan itu dengan makna di luarnya. Teknik lanjutan adalah teknik hubung banding. Dalam hal ini, peneliti menghubungkan antara makna dari nama-nama tersebut sesuai dengan makna nama yang ada dan membandingkan makna nama dengan makna yang ada dalam kamus. - Metode Penyajian Data Pada tahap penyajian data, digunakan metode informal untuk penyajian hasil data. Mahsun (2005:123) menjelaskan bahwa metode informal adalah metode penyajian hasil analisis data yang perumusannya dengan menggunakan kata-kata. 23 / 62

24 1. 3. Pembahasan Pengantar Daerah merupakan suatu kawasan yang berkaitan dengan alam dan memiliki batas-batas tertentu dengan daerah lain di sekitarnya. Sementara itu, daerah dalam (KBBI, 2002:228) adalah bagian permukaan bumi dalam kaitannya dengan keadaan alam sekitarnya. Sebagai sebuah kawasan, daerah biasanya diberi nama seperti Talu, Sasak, Ujuang Gadiang, Aia Bangih, Lubuak Landua, Maligi, Batang Soman, Batas Tarok, Balakang Lido, Kampuang Padang, Simpang Sayua, Lubuak Godang, Silawai. Pemberian nama pada suatu daerah didasarkan atas beberapa alasan, di antaranya penemu atau pembuat, legenda dan mitos, serta keserupaan. Pada masing-masing nama daerah, terdapat arti yang dapat dianalisis berdasarkan makna kamus atau makna yang muncul berdasarkan latar belakang nama daerah tersebut. Selain itu, pada setiap nama-nama daerah mengandung makna yang dikaitkan dengan suatu kepercayaan seperti sejarah legenda dan mitos. Dalam hal ini, makna nama yang terkandung pada nama-nama daerah yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat akan dianalisis berdasarkan makna nama dalam antropolinguistik. Berikut akan dijabarkan nama-nama daerah yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat berserta, latar belakang penamaan, dan makna nama yang terkandung pada nama-nama daerah tersebut - Nama-nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat. Nama-nama daerah yang penulis temukan adalah sebagai berikut: Aia Bangih,Silawai, Pulau Panjang, Pulau Unggeh, Pulau Harimau, Tugu, 24 / 62

25 Pasia, Muaro, Pasa Satu, Pasa Duo, Pasa Tigo, Pasa Ompek, Kampuang Padang, Kampuang Dalam, Pasar Baru, Pasar Lamo, Balakang Lido, Pasa Koje, Topi Goduang, Kampuang Jawo, Kampuang Cino, Suak Batu Kudo, Pasa Ateh, Sumua Batu, Pokan, Bukik Limo Kaco, Bungo Tanjuang, dan Kampuang Pinang. Dari nama-nama daerah di atas, ada beberapa nama yang dijadikan sampel untuk dianalisis, disebabkan oleh nama-nama daerah tersebut memiliki nilai-nilai budaya dan bahasa dalam pembentukannya. Nama-nama daerah tersebut adalah sebagai berikut: Aia Bangih,Silawai, Pulau Panjang, Pulau Unggeh, Pulau Harimau, Tugu, Pasia, Muaro,Kampuang Padang, Kampuang Dalam, Balakang Lido, Pasa Koje, Topi Goduang, Kampuang Jawo, Kampuang Cino, Suak Batu Kudo, Sumua Batu, Pokan, Bukik Limo Kaco, Bungo Tanjuang, dan Kampuang Pinang. - Latar Belakang Penamaan Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Latar belakang penamaan daerah disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya sejarah, legenda, dan mitos. Dengan mengetahui latar belakang penamaan daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat, dapat diketahui makna nama yang terkandung pada nama-nama daerah. - Latar Belakang Penamaan Daerah Berdasarkan Penemu dan Pembuat Chaer (1995:47) mengatakan banyak nama benda yang diberi nama berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama yang 25 / 62

26 demikian disebut dengan istilah appelativa. Pemberian nama seperti ini termasuk ke dalam latar belakang penamaan berdasarkan penemu dan pembuat. Nama daerah yang latar belakang penamaannya dari sejarah adalah Aia Bangih, Silawai, Pokan, Topi Goduang, Kampuang Jawo, Tugu, Pasia, Muaro, Bukik Limo Kaco, Bungo Tanjuang, Kampuang Pinang, Kampuang Padang, Kampuang Dalam, Balakang Lido, Pasa Koje, Kampuang Cino n Pulau Unggeh. Berikut penjelasannya. da Aia Bangih Nama Aia Bangih pada mulanya adalah Aia Bange, yaitu pertemuan antara air laut dengan air sungai. Menurut sejarahnya, setelah kedatangan bangsa Portugis ke daerah tersebut yang bertujuan untuk melakukan hubungan dagang, nama Aia Bange berubah menjadi Aia Bangih. Hal itu disebabkan oleh bangsa Portugis tidak bisa mengucapkan Aia Bange. Ketika mereka mengucapkan Aia Bange, sering keluar kata-kata Aia Bangih. Hal ini dipengaruhi oleh dialek bahasa Portugis. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:6), kata aia adalah air, benda cair yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kata bangih dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:40) adalah bengis, marah, dan gusar. Jadi, kata aia bangih 26 / 62

27 memiliki arti yaitu air marah. Berbeda dengan arti kata yang diberikan oleh masyarakat. Pemberian nama daerah ini oleh masyarakatnya mengacu kepada kata Aia Bangih yang berkaitan dengan alam, yaitu pertemuan antara air laut dan air sungai. Kata Aia Bangih dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang terletak pada acuannya. Aia Bangih adalah suatu daerah yang memiliki nilai sejarah dalam pembentukannya dan didasari oleh fenomena alam, yaitu pertemuan antara air laut dan air sungai. Silawai Nama Silawai diambil dari nama seorang perantau yang datang ke Aia Bangih. Menurut sejarahnya, seorang perantau datang menemui Raja Aia Bangih. Perantau ini meminta kepada raja supaya diizinkan untuk bisa tinggal di Aia Bangih. Disebabkan oleh daerah kerajaan Aia Bangih sangat kecil maka raja memberikan sebuah daerah yang berada di timur Aia Bangih. Perantau tersebut merasa senang dan ia membawa keluarganya ke sana. Seiring waktu, pemukiman semakin betambah masyarakat semakin banyak. Raja Aia Bangih menamakan daerah tersebut dengan nama Silawai disebabkan oleh orang yang pertama kali menempati daerah itu adalah seorang perantau yang bernama Silawai. Pemberian nama pada daerah ini sesuai dengan nama penemunya, yaitu orang yang bernama Silawai. 27 / 62

28 Kata Silawai dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang terletak pada acuannya. Acuan tersebut adalah Si lawai. Namaseorang perantau yang pertama kali menempati daerah itu. Pokan Nama pokan sama artinya dengan pakan. Masyarakat di Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat lebih dominan mengucapkan vokal O seperti kata ( olun sama artinya dengan alun, omuah sama artinya dengan amuah, ontah sama artinya dengan antah dan lain-lain). Penulis tidak akan membahas lebih dalam mengenai hal itu. Untuk pemahaman pembaca, dengan contoh di atas sudah cukup mewakili. Nama pokan (pakan) diambil dari peristiwa yang terjadi di daerah tersebut. Menurut sejarahnya, daerah ini dahulunya tempat orang berkumpul dan melakukan aktivitas jual beli. Jual beli yang dilakukan dengan bentuk barter, yaitu bertukar barang. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:582), kata pokan (pakan) adalah pekan yaitu pasar yang tidak terlalu besar. Pemberian nama daerah ini oleh masyarakatnya mengacu kepada kata p okan (pakan) yang berkaitan dengan peristiwa, yaitu tempat orang berkumpul dan melakukan aktivitas jual beli. 28 / 62

29 Kata Pokan (Pakan) dalam semantik termasuk kedalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuan tersebut adalah tempat orang berkumpul dan melakukan aktivitas jual beli. Topi Goduang Daerah ini dinamakan Topi Goduang disebabkan oleh di daerah tersebut dahulu terdapat bangunan besar seperti Gedung yang didirikan oleh Belanda. Masyarakat yang tinggal di sekitar Gedung tersebut menyebut tempat tinggal mereka di Topi Goduang (tepi gedung). Kata topi (sama artinya dengan tapi ), kata goduang ( sama artinya gedung dalam bahasa Indonesia). Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:807), kata topi (tapi) adalah tepi, yaitu bagian bidang (permukaan) yang di luar sekali, pinggir. Dalam KBBI (2002: 299), kata gedung adalah rumah besar yang berdinding batu. Pemberian nama daerah ini oleh masyarakatnya mengacu kepada kata topi goduang yang berkaitan dengan kondisi saat itu, yaitu di pinggir gedung. Kata Topi Goduang dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuan tersebut adalah tempat tinggal yang berada di tepi gedung. 29 / 62

30 Kampuang Jawo Daerah ini dinamakan Kampuang Jawo oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini dahulu zaman kolonial Belanda tempat lokalisasi dari serdadu belanda. Serdadu-serdadu Belanda tersebut kebanyakan orang Jawa. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:355), kata kampuang adalah kampung yaitu tempat orang tinggal, didirikan oleh orang-orang sekaum bersama orang sumenda mereka. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:310), kata jao adalah jawa. Dalam hal ini mengacu kepada orang Jawa. Pemberian nama daerah ini oleh masyarakatnya mengacu kepada kata kampuang jao yang berkaitan dengan kondisi saat itu, yaitu sebuah daerah yang dihuni oleh serdadu Belanda yang kebanyakan orang Jawa. Kata Kampuang Jao dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuan tersebut adalah di daerah tersebut banyak serdadu Belanda, yaitu orang Jawa. Tugu Daerah ini dinamakan Tugu oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini dahulunya merupakan saksi pendaratan TNI sewaktu PRRI. Atas kejadian tersebut didirikanlah tugu peringatan. Dalam KBBI (2002: 1076), kata tugu adalah tiang besar dan tinggi terbuat dari batu dan batu bata. Pemberian nama daerah ini oleh masyarakatnya mengacu kepada kata 30 / 62

31 tugu, yaitu sebuah tiang besar dan tinggi yang dibuat untuk memperingati pendaratan TNI sewaktu PRRI. Kata Tugu dalam semantik termasuk kedalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuan tersebut adalah di daerah tersebut ada sebuah tugu peringatan pendaratan TNI sewaktu PRRI. Pasia Daerah ini dinamakan Pasia oleh masyarakatnya disebabkan oleh, daerah ini berada di tepi laut. Dahulu, daerah ini merupakan bekas lautan yang mengering dan meninggalkan pasir. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:611), kata p asia adalah pasir yaitu pantai. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata pasia yaitu bekas lautan yang mengering. Kata Pasia dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuan tersebut adalah di daerah tersebut terdapat pasir yang berasal dari lautan yang mengering. Muaro Daerah ini dinamakan Muaro oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini berada di dekat muaro. Dahulu, belum ada orang tinggal di sana. Setelah kedatangan kolonial Belanda ke daerah tersebut, pihak kerajaan membuat sebuah dermaga guna untuk mempelancar 31 / 62

32 hubungan dengan Belanda dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:545), kata muaro adalah muara yaitu tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau atau sungai lain. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata muaro, yaitu tempat berakhirnya aliran sungai di laut. Kata Muaro dalam semantik termasuk kedalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah di daerah tersebut terdapat muaro, yaitu tempat berakhirnya aliran sungai di laut. Bukik Limo Kaco Daerah ini dinamakan Bukik Limo Kaco oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini dahulunya ada kebun limo kaco. limo kaco sama artinya dengan jeruk nipis. Menurut sejarahnya, bukit ini dijadikan kebun oleh kerajaan Aia Bangih yang isi kebun itu adalah limo kaco. Pada saat itu harga limo kaco sangat tinggi. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:125) kata bukik adalah bukit yaitu tumpukan tanah yang lebih tinggi dari pada tempat sekelilingnya, lebih rendah dari pada gunung. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:494)kata limo (limau) adalah jeruk. Sementara itu, kata kaco dalam 32 / 62

33 Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:329) adalah kaca yaitu benda yang keras, biasanya bening dan mudah pecah. Pemberian nama daerah ini oleh masyarakatnya mengacu kepada kata Bukik Limo Kaco yaitu tumbuhan limo kaco yang pernah tumbuh di Bukit itu. Kata Bukik Limo Kaco dalam semantik termasuk dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah di daerah tersebut ada tumbuhan Limo Kaco yang tumbuh di atas bukit. Bungo Tanjuang Daerah ini diberi nama Bungo Tanjuang oleh masyarakatnya disebabkan oleh di daerah ini dahulunya banyak tumbuh Bungo Tanjuang. Menurut sejarah, salah seorang RajaAia Bangih mengambil sebuah keputusan untuk bergelar Rang Kayo Bungo Tanjuang dan raja tersebut tinggal di daerah itu. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:130), kata bungo adalah bunga yaitu bagian tumbuhan yang akan menjadi buah. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:804),kata tanjuang adalah pohon yang bunganya berwarna putih kekuning-kuningan berbau harum, biasanya dipakai untuk hiasan sanggul. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata bungo tanjuang yaitu tumbuhan bunga yang berwarna putih kekuning-kuningan berbau harum yang biasa dipakai untuk sanggul. 33 / 62

34 Kata Bungo Tanjuang dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah di daerah tersebut ada tumbuhan bungo tanjuang yang baunya harum. Kampuang Pinang Daerah ini diberi nama Kampuang Pinang oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini pernah ada kebun pinang dengan jumlah yang banyak. Sejarahnya daerah ini dahulu adalah hutan rimba. Kedatangan Belanda membuat daerah ini berubah, masyarakat menebang hutan dan menanam pohon pinang disebabkan oleh harga pinang cukup tinggi ditawarkan oleh kolonial Belanda kepada masyarakat. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:355), kata kampuang adalah kampung yaitu tempat orang tinggal, didirikan oleh orang-orang sekaum bersama orang sumenda mereka. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:628),kata pinang adalah tumbuhan berumpun, berbatang lurus seperti lilin, tangkai daun yang melekat pada batang yang berbentuk seperti lembaran kulit, buah yang tua berwarna kuning kemerah-merahan, dipakai untuk kawan makan sirih. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata kampuang pinang disebabkan oleh dahulunya pernah tumbuh pohon pinang dengan jumlah yang banyak. Kata kampuang pinang dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah di daerah tersebut pernah tumbuh pohon pinang dengan jumlah yang banyak. 34 / 62

35 Kampuang Padang Daerah ini diberi nama Kampuang Padang oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini pernah tumbuh Padang Ilalang yang sangat luas. Dahulunya, daerah ini merupakan tempat berkebun masyarakat. Seiring berjalannya waktu, penduduk bertambah banyak dan pemukiman semakin padat. Melihat kondisi seperti itu, timbul inisiatif dari masyarakat. Mereka pindah dan membuat rumah di daerah ini. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:355), kata kampuang adalah kampung yaitu tempat orang tinggal, didirikan oleh orang-orang sekaum bersama orang sumenda mereka. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:576),kata padang yaitu dataran luas; wilayah yang lapang (tidak ditumbuhi pohon-pohon yang berkayu besar). Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata kampuang padang disebabkan oleh dahulunya pernah tumbuh Padang Ilalang yang sangat luas. Kata Kampuang Padang dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah di daerah tersebut pernah tumbuh Padang Ilalang yang sangat luas. Kampuang Dalam 35 / 62

36 Daerah ini diberi nama Kampuang Dalam oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini berada di pedalaman. Dahulunya, daerah ini merupakan hutan rimba. Beberapa orang dari masyarakat membuat perkebunan di sana. Disebabkan oleh lokasinya jauh di pedalaman, masyarakat tersebut membuat rumah dan tinggal di sana bersama keluarganya. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:355), kata kampauang adalah kampung yaitu tempat orang tinggal, didirikan oleh orang-orang sekaum bersama orang sumenda mereka. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:179),kata dalam yaitu jauh, bagian yang bukan bagian luar. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata kampuang dalam yaitu sebuah kampung yang lokasinya berada di pedalaman. Kata Kampuang Dalam dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah sebuah daerah yang berlokasi di pedalaman. Balakang Lido Daerah ini diberi nama Balakang Lido oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini berada di belakang rumah Lido. Lido adalah nama salah seorang masyarakat yang kaya dan memiliki sifat dermawan di saat itu. DalamKamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:75),kata balakang yaitu arah atau bagian yang menjadi lawan muka (depan). Sementara itu, nama Lido adalah nama salah seorang masyarakat. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata 36 / 62

37 balakang lido yaitu sebuah daerah yang lokasinya berada di belakang rumah Lido. Kata balakang lido dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah suatu daerah yang berlokasi di belakang rumah Lido. Pasa koje Daerah ini diberi nama Pasa Koje oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini pernah tumbuh pohon koje yang berukuran besar. Pohon koje adalah sejenis pohon beringin. Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:609),kata pasa yaitu terang dan bersih (tentang jalan, lapangan, dan sebagainya) yang tidak lagi ditumbuhi rumput karena sering dilalui. Sementara itu kata koje adalah pohon besar sejenis pohon beringin. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata pasa koje, yaitu sebuah daerah yang lokasinya berada di sekitar pohon Koje. Kata Pasa Koje dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah suatu daerah yang berlokasi di sekitar pohon Koje. 37 / 62

38 Kampuang Cino Daerah ini diberi nama Kampuang Cino disebabkan oleh di daerah ini pernah tinggal orang-orang Cina. Sejarahnya, daerah ini merupakan bekas markas kolonial Belanda. Setelah kedatangan orang Cina yang bertujuan untuk berdagang, masyarakat menyewakan markas Belanda tersebut kepada orang Cina untuk tempat tinggal mereka. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:355), kata kampuang adalah kampung yaitu tempat orang tinggal, didirikan oleh orang-orang sekaum bersama orang sumenda mereka. Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:159),kata cino yaitu orang bermata sipit, orang Cina bermata sipit. Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata Kampuang Cino yaitu suatu daerah yang pernah ditempati orang Cina. Kata Kampuang Cino dalam semantik termasuk kedalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah suatu daerah yang pernah ditempati oleh orang cina. Pulau Unggeh Daerah ini diberi nama Pulau Unggeh oleh masyarakatnya disebabkan oleh daerah ini merupakan pulau yang banyak terdapat Unggeh. Daerah ini dahulunya merupakan daerah tujuan para Pamikek (orang yang mencari burung). Ratusan jenis burung ada di pulau ini. Oleh sebab itu, 38 / 62

39 masyarakat menyebutnya dengan sebutan pulau unggeh. DalamKamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:641),kata pulau yaitu tanah (daratan) yang dikelilingi air (di laut, sungai atau danau). Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:865),kata unggeh yaitu hewan bersayap, berkaki dua, berparuh dan berbulu yang mencakupi segala jenis burung, dapat dipelihara dan diternakan sebagai penghasil pangan (daging dan telur). Pemberian nama daerah ini mengacu kepada kata pulau unggeh yaitu suatu pulau yang banyak terdapat Unggeh. Kata Pulau Unggeh dalam semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang ada acuannya. Acuannya adalah sebuah pulau yang banyak terdapat Unggeh. - Latar Belakang Penamaan Daerah Berdasarkan Keserupaan Pulau Panjang 39 / 62

40 Nama Pulau Panjang diambil dari bentuk fisik daerah tersebut, diantara pulau-pulau yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat, pulau inilah yang paling panjang. DalamKamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:641),kata pulau yaitu tanah (daratan) yang dikelilingi air (di laut, sungai atau danau).kata Panjang dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:598) adalah berjarak jauh dari ujung ke ujung. Jadi kata Pulau Panjang adalah pulau yang berjarak jauh dari ujung ke ujung. Pemberian nama pada daerah ini adalah mengacu pada keserupaan fisik, yaitu pulau yang paling panjang di antara pulau-pulau lainnya. Kata Pulau Panjang dalam semantik termasuk kedalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002) yaitu, makna yang ada acuanya. Acuanya, yaitu pulau yang panjang. - Latar Belakang Penamaan Daerah Berdasarkan Legenda Dan Mitos Nama daerah yang latar belakang penamaanya dari legenda dan mitos adalah Sumua Batu, Suak Batu Kudo, dan Pulau Harimau. Sumua Batu Daerah ini dinamakan Sumua Batu oleh masyarakat Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten 40 / 62

41 Pasaman Barat disebabkan oleh di daerah ini banyak terdapat batu granit. Menurut legendanya, di celah-celah batu granit tersebut bermunculan air. Air tersebut semakin lama semakin banyak dan berbentuk seperti sumur. Masyarakat memanfaatkan sumur tersebut untuk air minum. Mitos yang dipercaya masyarakat tentang Sumua Batu adalah setiap orang dilarang beraktivitas di sana, kecuali untuk mengambil air minum. Bagi yang melanggar, ia akan dilarikan oleh makhluk gaib atau mendapat suatu penyakit yang disebabkan oleh makhluk gaib. Makhluk penghuni Sumua tersebut. Masyarakat mempercayai hal itu. Oleh sebab itu, sampai sekarang Sumua Batu itu masih utuh dan masih dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009: 768), kata sumua adalah sumur, yaitu pencuran air yang dibor dari dalam tanah. Kata batu dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009: 99) adalah batu, yaitu benda keras padat yang berasal dari bumi atau planet lain, tetapi bukan logam. Pemberian nama daerah ini berdasarkan kepada legenda dan mitos daerah tersebut, yaitu adanya air yang berasal atau keluar dari celah-celah batu granit yang dihuni oleh makhluk gaib. Kata Sumua Batu dalam ilmu semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang terletak pada acuannya. Acuannya yaitu sebuah sumur yang dikelilingi oleh batu. Suak Batu Kudo Daerah ini dinamakan Suak Batu Kudo oleh masyarakatnya disebabkan oleh di daerah tersebut ada batu berbentuk kepala kuda. Dahulunya, di tepi Sua k (sungai) ada sebuah batu 41 / 62

42 berbentuk kepala kuda. Mitos Suak Batu Kudo setiap orang dilarang mandi-mandi disana. Jika melanggar aturan tersebut, ia akan hilang atau dilarikan oleh makhluk gaib yang diyakini penghuni batu berbentuk kepala kuda tersebut. Dalam jangka waktu setahun atau dua tahun akan memakan tumbal jika tidak diberi sesajian. Kata suak sama artinya dengan kata sungai. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:99) kata batu, yaitu benda keras padat yang berasal dari bumi atau planet lain tetapi bukan logam. Sementara itu, Kata kudo dalam Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia (2009:415) adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipelihara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan. Pemberian nama daerah ini berdasarkan kepada legenda dan mitos daerah tersebut, yaitu adanya batu di tepi sungai yang berbentuk kepala kuda dan dihuni oleh makhluk gaib. Kata suak batu kudo dalam ilmu semantik termasuk ke dalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang terletak pada acuannya. Acuannya itu adalah sebuah batu berbentuk kepala kuda yang berada di tepi sungai. Pulau Harimau Daerah ini dinamakan Pulau Harimau oleh masyarakatnya disebabkan oleh mitos pulau harimau itu. Di zaman dahulu, orang-orang yang memiliki sihir (dukun) yang sudah meninggal bereinkarnasi menjadi harimau dan harimau itu diasingkan ke sebuah pulau yang sekarang dinamakan Pulau Harimau. Mitos ini sebenarnya bertujuan untuk mencegah kegiatan illegal logging di sana. Di 42 / 62

43 Pulau Harimau, banyak terdapat pohon-pohon besar yang diperlukan masyarakat untuk membuat rumah dan kapal. DalamKamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:641),kata pulau yaitu tanah (daratan) yang dikelilingi air (di laut, sungai atau danau). Sementara itu, kata harimau dalam KBBI (2002:341) adalah binatang buas, pemakan daging, rupanya seperti kucing besar. Pemberian nama daerah ini berdasarkan mitos daerah tersebut yaitu adanya harimau yang diasingkan kepulau tersebut. Kata Pulau Harimau dalam ilmu semantik termasuk kedalam kategori makna referensial yang dikemukakan Chaer (2002), yaitu makna yang terletak pada acuannya. Acuannya itu adalah sebuah pulau yang ada harimaunya. - Makna Nama Daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Makna nama yang terdapat dari masing-masing nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat memiliki konsep dan ide yang sesuai dengan pemberian nama. Pemberian nama pada nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat ini mengandung suatu peristiwa. Dalam hal ini, makna nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat dapat dikelompokan ke dalam makna nama antropolinguistik yang dikemukakan Sibarani (2004: ). Makna nama dari nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat yang ditemukan terdiri atas makna situasional dan makna kenangan. Makna Nama Situasional 43 / 62

44 Makna situasional adalah makna yang mengandung pemberitahuan situasi. Makna nama situasional ini diberikan sesuai dengan nama yang mengacu pada situasi saat itu. Pada nama situasional, pemaknaan dikaitkan dengan nilai-nilai budaya atau sesuatu kepercayaan bagi pemilik nama terhadap suatu yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi. Makna situasional banyak ditemukan di tengah masyarakat, dan makna situasional mengandung harapan sesuai dengan situasi. Makna nama yang muncul pada nama-nama daerah di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat adalah Aia Bangih, Pulau Panjang, pulau unggeh, pulau harimau, Pasia, Muaro, Kampuang Padang, Kampuang Dalam, Pasa Koje, Topi Goduang, Kampuang Jawo, Kampuang Cino, Suak Batu Kudo, Sumua Batu, Pokan, Bukik Limo Kaco, Bungo Tanjuang, Kampuang Pinang. Aia Bangih Nama Aia Bangih dapat dikelompokkan ke dalam makna situasional. Pemberian nama pada daerah ini berdasarkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan situasi daerah yang berada di tepi sungai dan laut. Dilihat dari latar belakang penamaannya, Aia Bangih awalnya bernama Aia Bange. Setelah kedatangan bangsa Portugis ke daerah tersebut kata Aia Bange berubah menjadi Aia Bangih disebabkan oleh orang-orang Portugis tidak bisa mengucapkan Aia Bange. Setiap mereka mengucapkan Aia Bange sering keluar kata-kata Aia Bangih. Kata Aia Bangih oleh masyarakat Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat memiliki makna yaitu pertemuan antara air laut dan air sungai. Pada nama daerah ini menjelaskan bahwa makna yang terkandung berdasarkan kondisi dan situasi di daerah itu. 44 / 62

45 Pengharapan yang terkandung pada nama Aia Bangihadalah agar masyarakat mengetahui latar belakang nama daerah mereka dan di daerah mereka pernah di datangi oleh bangsa asing yaitu bangsa Portugis. Pulau Unggeh Nama Pulau Unggeh dapat dikelompokkan ke dalam makna situasional. Pemberian nama pada daerah ini berdasrkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan situasi daerah yang banyak terdapat jenis unggeh. Kata pulau unggeh oleh masyarakat memiliki makna yaitu di pulau tersebut pernah ada banyak jenis Unggeh yang hidup di sana. Daerah ini dahulunya tempat tujuan Pamikek (orang yang mencari burung). Para pamikek tidak hanya dari masyarakat Kecamatan Sungai Beremas saja. Dari luar daerah juga banyak yang datang ke sana seperti Pamikek dari daerah Ujuang Gadiang, Sasak, dan Maligi. Pada nama daerah ini, dijelaskan bahwa makna yang terkandung berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Pulau Panjang Dilihat dari fisiknya memang benar bahwa pulau ini adalah pulau yang terpanjang di antara 45 / 62

46 pulau-pulau yang ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat. Nama Pulau Panjang dapat dikelompokan ke dalam makna situasional. Pemberian nama pada daerah ini berdasarkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan bentuk fisiknya. Kata Pulau Panjang oleh masyarakat memiliki makna, yaitu pulau yang panjang. Pada nama daerah ini, dijelaskan bahwa makna yang terkandung berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Pulau Harimau Nama Pulau Harimau dapat dikelompokan ke dalam makna situasional. Pemberian nama pada daerah ini berdasarkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan situasi saat itu, untuk mencegah penebangan liar (illegal logging). Dahulunya, sangat banyak penebangan hutan secara liar di pulau tersebut dikarnakan di pulau itu banyak terdapat pohon-pohon besar yang memiliki nilai jual tinggi, sementara hukum untuk melarang illegal logging belum ada di Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat. Oleh sebab itu, untuk melarang illegal logging maka dibuatlah sebuah mitos bahwa pulau itu tempat diasingkannya harimau dari rengkarnasi orang-orang yang memiliki sihir (dukun). Pada nama daerah ini, dijelaskan bahwa makna nama diberikan sesuai dengan kondisi dan situasi. Pengharapan yang terkandung pada nama daerah Pulau Harimau adalah untuk mencegah Illegal Logging yang ingin menebang hutan di pulau tersebut. Pasia 46 / 62

47 Makna nama yang terkandung pada nama daerah ini adalah makna nama situasional, karena nama diberikan sesuai dengan situasi yaitu daerah yang berada di pinggir laut. Menurut sejarahnya, daerah ini merupakan bekas dari lautan yang mengering. Pemberian nama pada daerah ini mengacu pada defenisi pasia. Dalam Kamus Bahasa Minangkabau- Indonesia (2009:611), kata pasia adalah pasir yaitu pantai. Pengharapan yang terkandung pada nama daerah ini adalah agar masyarakat mengetahui bahwa daerah ini dahulunya adalah bekas lautan yang mengering. Muaro Nama Muaro dapat dikelompokan ke dalam makna situasional. Pemberian nama pada daerah ini berdasarkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan situasi daerah yang berada di dekat Muaro. Kata Muaro oleh masyarakat memiliki makna yaitu tempat berakhirnya aliran sungai. Sewaktu kedatangan kolonial Belanda, daerah Muaro mengalami kemajuan, masyarakat sudah banyak yang datang ke daerah ini disebabkan oleh di daerah Muaro, kerajaan membuat dermaga yang banyak mendatangkan lapangan pekerjaan. Pada nama daerah ini, dijelaskan bahwa makna yang terkandung berdasarkan dengan kondisi dan situasi yang ada, yaitu suatu daerah yang berada didekat Muaro. Pengharapan yang terkandung pada nama daerah ini adalah dengan adanya dermaga di Muaro, orang-orang akan bertambah ramai dan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kampuang Padang 47 / 62

48 Nama Kampuang Padang pada nama daerah ini diberikan berdasarkan situasi pada saat itu, yaitu pemberian nama dilakukan pada situasi dan kondisi daerah. Pemberian nama pada daerah ini berdasarkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan situasi daerah yang dahulunya pernah tumbuh Padang Ilalang yang sangat luas. Kata Ka mpuang Padang oleh masyarakat memiliki makna, yaitu suatu daerah yang merupakan bekas dari tumbuhan Padang Ilalang. Pada nama daerah ini, dijelaskan bahwa makna yang terkandung berdasarkan dengan kondisi dan situasi yang ada. Kampuang Dalam Nama Kampuang Dalam dapat dikelompokan ke dalam makna situasional. Pemberian nama pada daerah ini berdasarkan situasi yang ada, yaitu nama daerah diberikan sesuai dengan situasi daerah yang berada di pedalaman. Daerah ini awalnya daerah perkebunan masyarakat. Lokasi yang jauh dari perkampungan membuat masyarakat tidak berani meninggalkan kebun-kebun mereka disebabkan oleh banyak Musuah. Musuah meru pakan sebutan dari masyarakat yang artinya binatang-binatang yang merusak tanaman, seperti babi hutan dan musang. Oleh sebab itu, masyarakat memutuskan untuk membuat rumah dan tinggal di sana. Kata Kampuang Dalam oleh masyarakat memiliki makna, yaitu suatu daerah yang berada di pedalaman. Pada nama daerah ini, dijelaskan bahwa makna yang terkandung berdasarkan dengan kondisi dan situasi yang ada. Pengharapan yang terdapat pada nama daerah ini menurut sejarahnya adalah agar masyarakat bisa menjaga kebun mereka dari serangan Musuah. 48 / 62

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Semua benda di dunia memiliki nama. Pemberian nama bertujuan untuk memudahkan seseorang mengenal identitas dari benda tersebut. Nama merupakan media yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kecamatan sungai beremas merupakan salah satu daerah di sebelah utara kabupaten pasaman barat dengan luas wilayah sekitar 440,48 km 2 atau 11,33 persen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192

PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PEMERINTAH KABUPATEN AGAM KECAMATAN BASO NAGARI SIMARASOK Alamat : Anak Ala Jorong Simarasok Kode pos 26192 PERATURAN NAGARI SIMARASOK NOMOR 01 TAHUN 2002 TENTANG TERITORIAL DAN ULAYAT NAGARI SIMARASOK

Lebih terperinci

Jenis-jenis Sumber Daya Alam

Jenis-jenis Sumber Daya Alam Jenis-jenis Sumber Daya Alam Apa yang dimaksud dengan sumber daya alam? Sumber daya alam merupakan kekayaan alam di suatu tempat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai jenis tumbuhan,

Lebih terperinci

Kondisi Geografis dan Penduduk

Kondisi Geografis dan Penduduk Kondisi Geografis dan Penduduk 1) Kondisi geograis suatu wilayah terdiri dari empat faktor utama yaitu: a) Litosfer (lapisan tanah), b) Atmosfer (lapisan udara), c) Hidrosfer (lapisan air), d) dan biosfer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Geografi Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam Bab 7 Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Potensi Alam Bab ini akan membahas tentang kegiatan ekonomi yang didasarkan pada potensi alam. Pelajarilah dengan saksama agar kamu dapat mengenal aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki akses air minum yang layak adalah harapan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun masyarakat yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang PENGETAHUAN MENGENAI ALAM DAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA Nama Sekolah: Kelas : Nama Siswa : Berilah tanda silang ( x ) pada pernyataan - pernyataan di bawah ini: No. Pernyataan Benar Salah 1. 2. 3. 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekarangan pada dasarnya merupakan lahan di sekitar rumah yang di dalamnya tumbuh sayur-mayur, kolam ikan, tanaman buah-buahan dan obatobatan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 A. Pendekatan dan Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan Strategi grounded theory (teori dari bawah). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c Kunci Jawaban BAB 1 Ayo Berlatih 1.1 2. Hewan berkembang biak dengan cara beranak dan bertelur. Contoh hewan yang beranak kucing, sapi, dan kelinci. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah

Lebih terperinci

DASAR-DASAR FENG SHUI

DASAR-DASAR FENG SHUI DASAR-DASAR FENG SHUI Feng Shui adalah seni dan ilmu pengetahuan China tradisional tentang hidup harmonis dengan lingkungan. Berakar dalam kebudayaan China dan filosofi Tao, feng shui adalah cara melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di alam semesta. Selain itu tumbuhan adalah mahkluk hidup yang memiliki daun, batang, dan akar sehingga mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu Kabupaten di Sumatra Utara. Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 03 16-02 22 Lintang Utara dan 98 25-99 32 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu dapat berupa daratan, lautan, sungai, danau, bukit dan gunung. Tanah merupakan sumber

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan

Lebih terperinci

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang. Induksi Jika aku mengatakan kepadamu, lihatlah seekor burung merah, dapatkah kau melihatnya untukku? Lihatlah setangkai bunga kuning. Lihatlah sebuah mobil biru. Lihatlah seekor anjing dan seekor kucing.

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk 33 IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Letak Geografis Dan Iklim Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 8. HUBUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEMLatihan soal 8.2

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 8. HUBUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEMLatihan soal 8.2 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 8. HUBUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEMLatihan soal 8.2 1. Individu yang membentuk sebuah populasi dan bergabung dengan populasi yang berbeda dalam sebuah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja Masa Pra Penjajahan Pulau Kundur memiliki jejak sejarah sendiri sebelum masa penjajahan. Dikisahkan bahwa Kerajaan Singasari di Pulau Jawa yang berada di bawah kepemimpinan Kertanegara hendak melakukan

Lebih terperinci

NAMA-NAMA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG. Dede Marinih. Abstrak

NAMA-NAMA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG. Dede Marinih. Abstrak NAMA-NAMA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG Dede Marinih Dedemdrb@yahoo.com Jl. Irigasi No 50, Kecamatan Pauh (Pasar Baru, 081993099046) Abstrak Makalah ini membahas tentang Nama-Nama Rumah Makan di Kotang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PNPM DAERAH TERTINGGAL & KHUSUS ALOKASI BLM (Rp. x Juta) SUMATERA BARAT PNPM PNPM PERAN LOKASI DAN (Rp. x 1 Agam 1 Banuhampu 900 900 720 180 2 Ampek Nagari 2.000 2.000 1.600 400 3 Baso 900 900 720 180 4 Candung 2.000 2.000 1.600 400 5 IV Angkat Candung 900 900 720 180 6 IV

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 21 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2008 Seri : D Nomor 06 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK DAN

Lebih terperinci

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER V. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER V Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami rawa, fungsi, manfaat, dan pengelolaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mengutip pernyataan Jacub Rais bahwa kita terpesona oleh kalimat bersayap William Shakespeare What s in a name, tetapi tidak berlaku dalam toponimi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : PESISIR SELATAN 13.01 PESISIR SELATAN 28.40 281.113 568.520 1 13.01.01 PANCUNG SOAL 14.85 14.345 29.202 2 13.01.02 RANAH PESISIR 19.424 19.339 38.63 3 13.01.03 LENGAYANG 34.645 33.969

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem Tujuan Pembelajaran Mampu mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia Mampu membedakan keanekaragaman

Lebih terperinci

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah

Lebih terperinci

Hewan dan Tumbuhan di Sekitarku

Hewan dan Tumbuhan di Sekitarku Hewan dan Tumbuhan di Sekitarku Ilmu Pengetahuan Alam Kelas Venus Standar Kompetensi 1. Mengenal bagianbagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, pertumbuhan hewan dan tumbuhan serta berbagai tempat hidup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN 6 (ENAM) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PESISIR SELATAN, SOLOK, SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG, DAN PASAMAN

Lebih terperinci

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.13 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 95/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KARTU SOAL ULANGAN HARIAN

KARTU SOAL ULANGAN HARIAN KARTU SOAL ULANGAN HARIAN Sekolah : SMPN 4 Wates Nama Penyusun : Nurul Khaerotun N Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Semester : VII / 1 (Gasal) Tahun Ajar : 2016 / 2017 N O Standar Kompetensi Kompetensi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang: a. bahwa fasilitas umum merupakan bagian dari aset daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, -1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tertib administrasi dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang 47 IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Sejarah Desa Pahawang Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan Cina. Hawang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lahan basah paling luas dan paling beragam di Asia Tenggara, meliputi lahan basah alami seperti hutan rawa, danau,

Lebih terperinci

Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI

Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI A. Berilah tanda Silang (x) pada huruf a, b, c, dan d di depan jawaban yang benar! 1. Pada tahun 1960, Provinsi Sulawesi dimekarkan menjadi....

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Barat 109.460 14.393 9.536 9.370 8.156 18.267 17.440 8.479 29.113 71.248 227.338 2 Agam 10.510 981 1.537 1.231 1.094 2.777 2.231 1.282 4.970 10.152 26.885

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 103355 8835 19432 13015 16487 18847 17899 13972 14794 99.652 228145 2 Agam 8316 978 2823 1811 3185 2407 3214 2020 2189 15.460 26971 3 Ampek Angkek 318 60 215 75 258 81 111 86 196 826 1400

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 94.920 11.337 15.227 8.108 9.381 16.960 17.466 20.403 33.810 87.545 229.026 2 Agam 12.508 1.280 1.426 940 1.315 1.909 2.264 1.924 3.271 9.778 27.006 3 Ampek Angkek 659 96 101 32 65 108

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 81.235 9.876 16.534 14.901 13.334 19.083 18.382 14.999 39.415 97.233 229.211 2 Agam 10.356 1.321 1.754 1.757 1.079 1.751 2.104 1.583 5.119 10.028 27.101 3 Ampek Angkek 544 87 134 113 57

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) 1 Sumatera Barat 70.974 21.356 15.763 14.547 11.518 21.113 16.941 22.192 33.751 102.074 229.158 2 Agam 9.936 1.724 1.695 1.118 1.057 2.689 2.132 2.898 3.763 11.589 27.119 3 Ampek Angkek 497 136 106 49

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 84 TAHUN 1999) TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan pembangunan di Propinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 84 TAHUN 1999 (84/1999) TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTA BUKITTINGGI DAN KABUPATEN AGAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

SOAL KONSEP LINGKUNGAN

SOAL KONSEP LINGKUNGAN 131 SOAL KONSEP LINGKUNGAN 1. Ciri-ciri air yang tidak tercemar adalah a. Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa b. Berkurangnya keberagaman biota perairan c. Banyak biota perairan yang mati d.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 2012 TENTANG PENAMAAN JALAN, TAMAN TERBUKA, TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DAN PENOMORAN BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB. Keseimbangan Lingkungan

BAB. Keseimbangan Lingkungan BAB 3 Keseimbangan Lingkungan Pada hari minggu, Dimas dan keluarganya pergi menjenguk neneknya. Rumah nenek Dimas berada di Desa Jangkurang. Mereka membawa perbekalan secukupnya. Ketika tiba di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga

Lebih terperinci

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah BAB 1 SKOUW WUTUNG Peta Pulau Papua A. Sejarah Provinsi Papua dulunya mencakup seluruh Pulau Papua bagian barat. Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini memiliki banyak wilayah pesisir dan lautan yang terdapat beragam sumberdaya alam. Wilayah

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Pelajaran

Ringkasan Materi Pelajaran Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan manusia dengan bumi Kompetensi Dasar 5.1 Menginterpretasi peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANUWATA ALA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANUWATA ALA QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH Menimbang : a. bahwa masalah kebersihan dan keindahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa Sumber

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa penggalian kekayaan alam di hutan secara

Lebih terperinci

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT Suyadi L200100015 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1 Tentang Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan

Lebih terperinci

Bermainku adalah Belajar

Bermainku adalah Belajar Bermainku adalah Belajar Oleh : Ani Mutiatun, S.Pd. Saya teringat saat-saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Telinga saya bagian kiri dijewer hingga sakit oleh Bu guru yang mengajar. Saat itu pelajaran

Lebih terperinci