ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA (TIMUR) DI DESA TANJUNG MEDAN KECAMATAN TAMBUSAI UTARA KABUPATEN ROKAN HULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA (TIMUR) DI DESA TANJUNG MEDAN KECAMATAN TAMBUSAI UTARA KABUPATEN ROKAN HULU"

Transkripsi

1 ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA (TIMUR) DI DESA TANJUNG MEDAN KECAMATAN TAMBUSAI UTARA KABUPATEN ROKAN HULU Oleh: Sulastri ˡ ), Hambali ²), Ahmad Eddison ³) ˡ ) Mahasiswa Program Studi PPKn Universitas Riau ²) Dosen Program Studi PPKn Universitas Riau Jln. Binawidya kilometer 12 Kampus Unri Panam No. Hand Phone : ABSTRAK This Research aim to to know what is there are change in execution of ceremony marriage of Java society ( Timur). According to Gilin and of Gilin change of social as a(n) variation of of way of living which have been accepted. Either due geographical change, culture of material, resident composition, idiologi and caused by diffusion and or new inventions in society. This research of writer conduct in Countryside Foreland Field District Of Tambusai North Sub-Province of Rokan Hulu;Upstream take place from October 2012 till finish research. Population in this research is entire/all Java society which was berdomosili in Countryside Foreland Field District Of Tambusai North Sub-Province of Rokan Hulu;Upstream amounting to 260 family heads and of pinisepuh 4 people. technique intake of sampel is sampling purposive of sampel in this research is 26 family head people and 4 people of pinisepuh. Technique data collecting the used is in the form of Technique Observation, Technique Interview, Technique Documentation, Technique Study Bibliography and Technique Enquette. In analysing data use descriptive method qualitative. As for hypothesis in this research is There Are Change Of Procedures Custom of Perkawinanan Society East Java In Countryside Foreland Field District Of Tambusai North Sub- Province of Rokan Hulu. this Research result indicate that there are change with percentage 65,83% and including into measuring rod which categorizing " yes" that is with measuring rod 50,01%-100%. Becoming raised to be hypothesis to be accepted and proven that There Are Change Of Procedures Custom of Perkawinanan Society East Java In Countryside Foreland Field District Of Tambusai North Sub-Province of Rokan Hulu. Keyword : Execution, Custom Marriage, this East Java 1

2 PENDAHULUAN Masyarakat bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk, dalam arti bahwa masyarakat Indonesia terdiri atas beraneka macam suku bangsa, keanekaragaman kebudayaan serta lingkungan hidup yang bermacam-macam pula. Kenyataan yang obyektif itu, memberikan gambaran tersendiri mengenai berbagai unsur kebudayaan Indonesia yang memberikan corak yang khas dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat yang ada di Desa Tanjung Medan adalah masyarakat transmigrasi yang mayoritas adalah suku Jawa, menurut Hamidy dan Mukhtar Ahmad (1993:77-98), keragaman etnik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan aset yang sangat penting dalam menjalin rasa Nasionalisme. Hal ini sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya walaupun beda-beda tapi satu jua. Sistem nilai dan norma yang bersumber adat dan tradisi suatu daerah merupakan kekayaan budaya baik bagi suku bangsa maupun warga masyarakat. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU No.1 Tahun 1974:1) Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, sistem perkawinan pada masyarakat Jawa khususnya masyarakat Jawa Timur di Desa Tanjung Medan pada zaman dahulu sebelum tahun 2000-an dalam upacara pasang tarub selalu menggunakan lambang-lambang seperti seperti pohon tebu, pohon pisang, buahbuahan, dll. Namun pada saat ini lambang tersebut mulai hilang karena banyak memilih yang lebih praktis yaitu dengan menyewa tarub. Selain itu yang mengalami perubahan yaitu dalam upacara adat buncalan gantal. Dahulu gantal terbuat dari lintingan sirih yang diikat dengan benang lawe yang di dalamnya diisi dengan pinang muda, sirih yang digunakan bukan asal sirih tapi sirih temu ros. Yaitu sirih urat-urat bagian kanan kirinya saling bertemu. Namun pada saat ini sirih yang digunakan sudah tidak ditentukan lagi bahkan gantal banyak terbuat dari lintingan daun pisang yang diikat dengan benang. Berbicara mengenai Perubahan adat perkawinan sebagaiamana yang tertera di atas yaitu adat yang tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena para orang tua kebanyakan mulai lupa dan kurang tahu pada rangkaian acara dan kelengkapan sehingga makna akan nilai-nilai dan lambanglambang yang terkandung di dalamnya mulai hilang, selain itu terjadi perkawinan yang berbeda suku di dalam masyarakat sehingga dengan mudah mereka mengambil cara yang praktis sehingga tidak memakai adat yang sebenarnya. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang yang merantau dan pendatang, maka dalam prosesi pernikahannya hanya sekedarnya saja. Sehingga tradisi yang murni menjadi banyak dipengaruhi oleh tradisi setempat yang menjadikan tradisi pernikahan adat jawa menjadi kabur. Kemudian faktor uang dan waktu juga mempengaruhi perubahan pelaksanaan adat perkawinan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Terdapat Perubahan Dalam Pelaksanaan Adat Perkawinan masyarakat Jawa (Timur) di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. 2

3 Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah terdapat perubahan dalam pelaksanaan upacara perkawinan masyarakat Jawa (Timur) di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. METODE PENELITIAN Penelitian ini penulis lakukan di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Adapun waktu penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2012 sampai selesai penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Jawa yang berdomosili di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu yang berjumlah 260 kepala keluarga dan pinisepuh 4 orang. Berdasarkan populasi diatas, dalam menentukan sampel penulis mengacu pada pendapat suharsimi arikunto. Apabila subjek kurang dari 100, dapat diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,2002:112). Berdasarkan pendapat diatas penulis menentukan sampel 10% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 30 orang. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan cara Teknik Observasi,Wawancara, Dokumentasi, Studi Kepustakaan, Angket. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkna semua data yang diinginkan 2. Mengklasifikasi alternatif jawaban responden 3. Menentukan besar persentase alternatif jawaban responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut: F P = X 100% N P= besar persentase alternatif jawaban F= frekuensi alternatif jawaban N= Jumlah populasi penelitian 4. Menyajikan data dalam bentuk tabel 5. Memberi penjelasan dan menarik kesimpulan Hasil analisis tersebut kemudian di kelompokkan menurut persentasi jawaban angket responden dan menjadi tolak ukur dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Sebesar 50,01 % - 100% = Ya ( Terdapat Perubahan ) 2. Sebesar 0% - 50,00% = tidak (Tidak Terdapat Perubahan ) (Sutrisno Hadi, 1990: 229) 3

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Hasil Angket Tahap-Tahap Adat Perkawinan Yaitu: Tahap pembicaraan 1. Nglamar Dalam acara nglamar ini biasanya yang melamar adalah pihak calon pengantin pria. Pada masa lalu, orang tua calon pengantin pria mengutus salah seorang anggota keluarganya untuk meminang dan menanyakan apakah si gadis yang akan dilamar sudah ada yang memiliki apa belum. Tabel 4.8 Acara Nglamar dalam tahap pembicaraan 1. Ya % 2. Tidak % Sumber: Data Olahan Lapangan Tahun 2012 Dari hasil data pada tabel 4.8 di atas bahwa dari 23 orang atau 76.67% responden menjawab ya bahwa acara nglamar dalam tahap pembicaraan telah mengalami perubahan, alasanya karena tidak mempunyai saudara kandung yang dekat untuk diutus kerumah gadis yang hendak dilamar jadi yang datang kerumah pihak perempuan langsung orang tua si lelaki. dan 7 orang atau 23.33% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam acara nglamar karena ada perwakilan dari saudara-saudara kandung untuk di utus kerumah perempuan yang akan di lamar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa acara nglamar dalam tahap pembicaraan di Desa Tanjung Medan mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 23 orang atau 76,67%. Tahap kesaksian 1. Srah-srahan Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Pada zaman dulu, srah-srahan dilakukan sebelum malam midodareni. Orang tua dan keluarga calon pengantin pria memberikan beberapa barang kepada orang tua calon pengantin wanita. Tabel 4.9 Acara srah-srahan dalam tahap kesaksian 1. Ya % 2. Tidak % 4

5 Sumber: Data Olahan Lapangan Tahun 2012 Dari hasil data pada tabel 4.9 di atas bahwa dari 17 orang atau 56.67% responden menjawab ya bahwa acara srah-srahan telah mengalami perubahan dengan alasan pada saat ini srah-srahan hanya sebuah formalitas bahwa si lelaki hendak datang kerumahnya ingin mengikat perempuan yang akan dinikahinya. dan 13 orang atau 43.33% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam acara srah-srahan dengan alasan apabila dilakukan sebelum malam midodareni lebih praktis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat srah-srahan pada tahap kesaksian mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 17 orang atau 56,67%. 2. Peningsetan Peningsetan dari kata singset artinya mengikat erat dengan saling tukar cincin atau si lelaki memberikan cincin pada perempuan yang akan dinikahinya. dalam hal ini terjadinya komitmen akan sebuah perkawinan antara putra putri kedua pihak dan para orang tua pengantin yang akan menjadi besan. Tabel 4.10 Acara peningsetan dalam tahap kesaksian 1. Ya 25 83,33% 2. Tidak 5 16,67% Sumber: Data Olahan Lapangan Tahun 2012 Dari hasil data pada tabel 4.10 di atas bahwa dari 25 orang atau 83,33% responden menjawab ya bahwa terdapat perubahan dalam acara peningsetan karena mereka melaksanakan acara peningsetan yaitu saling tukar cincin dilaksanakan dalam acara ijab qobul dengan alasan mereka ingin langsung melaksanakan perkawinan yang sah dan ingin menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan 5 orang atau 16,67% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam acara peningsetan dengan alasan mereka masih menggunakan acara peningsetan karena si lelaki minta jangka waktu mencari modal untuk pesta pernikahan nanti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat peningsetan pada tahap kesaksian mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 25 orang atau 83,33%. 3. Asok tukon Asok tukon pada hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri. Tabel 4.11 Acara Asok Tukon Dalam Tahap Kesaksian 1. Ya % 2. Tidak % 5

6 Sumber: Data Olahan 2012 Dari hasil data pada tabel 4.11 di atas bahwa dari 26 orang atau 86.67% responden menjawab ya bahwa terdapat perubahan dalam pelaksanaan acara asok tukon karena pihak keluarga calon pengantin laki-laki melaksanakan pesta pernikahan sendiri di rumahya. Sehingga tidak membantu dana untuk pesta di rumahnya si calon pengantin putri. dan 4 orang atau 13.33% yang menjawab tidak mengalami perubahan karena mereka masih memakai acara asok tukon dengan alasan untuk meringankan keluarga pengantin putri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat Asok Tukon pada tahap kesaksian mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 26 orang atau 86.67%. 4. Gethok dina Gethok dina yaitu menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa yaitu dengan penghitungan hari baik berdasarkan patokan primbon Jawa. Tabel 4.12 Acara Gethok Dina Dalam Tahap Kesaksian 1. Ya % 2. Tidak % Dari hasil data pada tabel 4.12 di atas bahwa dari 23 orang atau 76.67% responden menjawab ya mengalami perubahan dalam acara gethok dina dengan alasan untuk mencari hari, tanggal dan bulan mereka hanya melibatkan pihak keluarga calon pengantin putra dan calon pengantin putri tanpa didampingi oleh ahli dalam perhitungan jawa dan 7 orang atau 23.33% yang menjawab tidak mengalami perubahan karena untuk mencari hari, tanggal, bulan dipercayakan kepada ahli dalam perhitungan jawa dengan alasan mereka takut apabila mencari sendiri terjadi hal-hal gaib karena salah memilih hari untuk pesta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat gethok dina pada tahap kesaksian mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 23 orang atau 76.67%. Tahap siaga 1. Sedhahan Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan. Tabel 4.13 Acara Sedhahan Dalam Tahap Siaga 1. Ya 27 90% 6

7 2. Tidak 3 10% Dari hasil data pada tabel 4.13 di atas bahwa dari 27 orang atau 90% responden menjawab ya mengalami perubahan dalam acara sedhahan dengan alasan dengan perkembangan zaman dan semakin canggihnya teknologi sehingga pembuatan undangan sudah tidak dibuat sendiri lagi melainkan langsung diserahkan kepada pencetak undangan tersebut kemudian yang akan melaksanakan pesta tinggal terima bersih dan 3 orang atau 10% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam acara Sedhahan karena untuk meminimalisir dana buat persiapan pesta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam acara Sedhahan pada tahap siaga mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 27 orang atau 90%. 2. Kumbakarnan Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu Tabel 4.14 Acara kumbakarnan Dalam Tahap Siaga 1. Ya 0 0% 2. Tidak % Dari hasil data pada tabel 4.14 di atas bahwa dari 0 orang atau 0% responden menjawab ya mengalami perubahan dalam acara kumbakarnan dan 30 orang atau 100% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam acara kumbakarnan karena sampai saat ini masih digunakan guna untuk meringankan beban tuan rumah yang melaksanakan hajatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat kumbakarnan pada tahap siaga tidak mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab tidak mengalami perubahan sebanyak 30 orang atau 100%. 3. Jenggolan Atau Jonggolan Jenggolan atau jonggolan yaitu calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab. Tabel 4.15 Acara Jenggolan Atau Jonggolan Dalam Tahap Siaga 1. Ya 20 66,66% 2. Tidak 10 33,33% 7

8 Dari hasil data pada tabel 4.15 di atas bahwa dari 20 orang atau 66,66% responden menjawab ya mengalami perubahan dalam acara jenggolan atau jonggolan dengan alasan ketika mereka akan melaksanakan pernikahan tidak melapor kekantor KUA cukup datang kerumah pembantu KUA sebagai P3N kemudian pembantu KUA sendiri yang melaporkan ke kantor KUA dan 10 orang atau 33,33% yang menjawab tidak mengalami perubahan karena ketika mereka akan melaksanakan pernikahan langsung datang ke kantor KUA dan melaksanakan ijab qobulnya di kantor KUA juga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat Jenggolan Atau Jonggolan pada tahap siaga mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 20 orang atau 66,66%. Tahap rangkaian upacara 1. Pasang tratag dan tarub Pemasangan tratag yang dilanjutkan dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tabel 4.16 Acara Pasang Tratag dan Tarub dalam tahap rangkaian acara 1. Ya % 2. Tidak 0 0% Dari hasil data pada tabel 4.16 di atas bahwa dari 30 orang atau 100% responden menjawab ya mengalami perubahan dalam acara pasang tratag dan tarub dengan alasan pada saat ini pemasangan tratag dan tarub sudah menggunakan yang lebih praktis yaitu dengan menyewa, yang sudah lengkap dengan bunga warna-warni. kalau pada masa lalu tratag dan tarub harus dipasang dengan cara bergotong royong dengan tetangga dan kerabat terdekat serta menggunakan simbol-simbol yang lengkap dan 0 orang atau 0% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaan pasang tratag dan tarub pada tahap rangkaian acara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat pasang tratag dan tarub pada tahap rangkaian acara mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya mengalami perubahan sebanyak 30 orang atau 100%. 1. Kembar mayang Berasal dari kata kembar artinya sama dan mayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Tabel 4.17 kembar mayang dalam tahap rangkaian acara 8

9 1. Ya % 2. Tidak 0 0% Dari hasil data pada tabel 4.17 di atas bahwa dari 30 orang atau 100 % responden menjawab ya mengalami perubahan dalam adat perkawinan kembar mayang dengan alasan pada saat ini setelah selesai pesta, kembar mayang tersebut tidak lagi dibuang diperempatan jalan atau disungai melainkan dibuang di atas atap rumah yang maknanya agar kedua pengantin selalu ingat kepada yang maha kuasa dalam susah maupun senang dan 0 orang atau 0 % yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam adat kembar mayang pada tahap rangkaian acara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat kembar mayang pada tahap rangkaian acara mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya mengalami perubahan sebanyak 30 orang atau 100%. 2. Pasang tuwuhan (Pasren) Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan seperti janur kuning, daun kluwih, daun beringin, daun dadap, seuntai padi, cengkir gadhing (air kelapa muda), setandan pisang raja yang sudah masak, batang tebu hitam, bunga dan buah kapas, bunga setaman yang ditaruk di air dalam bokor. Tabel 4.18 Acara Pasang Tuwuhan (Pasren) Dalam Rangkaian Acara 1. Ya % 2. Tidak 0 0% Dari hasil data pada tabel 4.18 di atas bahwa dari 30 orang atau 100% responden menjawab ya mengalami perubahan pada adat perkawinan pasang tuwuhan (Pasren) dalam rangkaian acara dengan alasan bahan-bahan yang digunakan untuk pasren saat ini sudah banyak yang tidak ada jadi hanya menggunakan pasren seadanya dan mudah dicari seperti contoh daun beringin, cengkir gading (kelapa muda) dan 0 orang atau 0% yang menjawab tidak mengalami perubahan dalam adat perkawinan pasang tuwuhan (pasren) dalam tahap rangkaian acara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat perkawinan pasang tuwuhan (pasren) dalam rangkaian acara mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya mengalami perubahan sebanyak 30 orang atau 100%. 3. Midodareni 9

10 Midodareni adalah malam sebelum akad nikah dan temu pengantin/panggih di keesokan harinya. Tabel 4.19 Acara Midodareni Dalam Rangkaian Acara 1. Ya 18 60% 2. Tidak 12 40% Dari hasil data pada tabel 4.19 di atas bahwa dari 18 orang atau 60% responden menjawab ya mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara midodareni dalam rangkaian acara dengan alasan mereka ketika menikah tidak melaksanakan upacara midodareni melainkan langsung melaksanakan ijab qobul ke kantor KUA dan 12 orang atau 40% yang menjawab tidak mengalami perubahan pada upacara midodareni dalam rangkaian acara karena mereka melaksanakan upacara tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam upacara midodareni dalam rangkaian acara mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya mengalami perubahan sebanyak 18 orang atau 60%. Puncak acara 1. Ijab qobul Tabel 4.20 Acara Ijab Qobul Dalam Puncak Acara 1. Ya 0 0% 2. Tidak % Dari hasil data pada tabel 4.20 di atas bahwa dari 0 orang atau 0% responden menjawab ya mengalami perubahan pada pelaksanaan ijab qobul dalam puncak acara dan 30 orang atau 100% yang menjawab tidak mengalami perubahan pada pelaksanaan ijab qobul dengan alasan ijab qobul merupakan peristiwa penting dalam hajatan mantu dan saat yang paling mendebarkan dari rangkaian upacara yang ada. Karena pada upacara ini mempelai putra dan mempelai putri mengucapkan janji seumur hidup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan upacara ijab qobul dalam rangkaian acara tidak mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 0 orang atau 0% dan tidak mengalami perubahan sebanyak 30 orang atau 100%. 2. Upacara Panggih Upacara panggih mempunyai makna yaitu orang yang menunggu-nunggu, maksudnya adalah menunggu untuk dipertemukan. 10

11 Tabel 4.21 Upacara Panggih Dalam Puncak Acara 1. Ya 24 80% 2. Tidak 6 20% Dari hasil data pada tabel 4.21 di atas bahwa dari 24 orang atau 80% responden menjawab ya mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara panggih dalam rangkaian acara dengan alasan ketika mereka melaksanakan pernikahan tidak memakai adat panggih karena keterbatasan biaya dan mereka melaksanakan pernikahan langsung di kantor KUA dan 6 orang atau 20% yang menjawab tidak mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara panggih dengan alasan ketika menikah mereka menggunakan adat tersebut dan sesuai dengan tata cara yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat upacara panggih dalam rangkaian acara mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya mengalami perubahan sebanyak 24 orang atau 80%. 3. Buncalan Gantal Gantal yakni lintingan sirih yang diikat dengan benang lawe yang di dalamnya diisi dengan pinang muda. Sirih yang digunakan bukan asal sirih tapi sirih temu ros, yaitu sirih yang urat-urat bagian kanan kirinya saling bertemu. Tabel 4.22 Upacara Buncalan Gantal 1. Ya % 2. Tidak 10 13,33% Dari hasil data pada tabel 4.22 di atas bahwa dari 20 orang atau 66,67% responden menjawab ya telah mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara buncalan gantal dengan alasan banyak yang tidak tahu apa maknanya dan ada yang tidak memakai adat tersebut karena gantal pada sekarang ini banyak yang tidak terbuat dari daun sirih melainkan terbuat dari daun pisang dan 10 orang atau 13,33% yang menjawab tidak mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara buncalan gantal karena mereka ketika menikah memakai adat tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat upacara buncalan gantal dalam puncak acara mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya mengalami perubahan sebanyak 20 orang atau 66,67%. 4. Sungkeman Tabel 4.23 Upacara Sungkeman Pada Tahap Puncak Acara 11

12 1. Ya 3 10% 2. Tidak 27 90% Dari hasil data pada tabel 4.23 di atas bahwa dari 3 orang atau 10% responden menjawab ya mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara sungkeman dengan alasan ketika mereka menikah dengan orang yang berbeda suku sehingga adat yang digunakan mengikuti adat suaminya dan 27 orang atau 90% yang menjawab tidak mengalami perubahan pada pelaksanaan upacara sungkeman karena sungkeman merupakan merupakan bentuk penghormatan tulus kepada orang tua dan pinisepuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam adat upacara sungkeman pada tahap puncak acara tidak mengalami perubahan. Hal ini disesuaikan dengan jawaban responden yang menjawab ya sebanyak 3 orang atau 10% dan yang menjawab tidak sebanyak 27 orang atau 90%. Tabel Rekapitulasi Jawaban Angket Responden NO Alternatif jawaban Jumlah N angket YA % TIDAK % , , , , , , , , , , , , , , Jumlah , ,65 Ratarata 19,75 65,83 10,25 32,91 Berdasarkan hasil rekapitulasi persentase jawaban angket dari responden dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Jawa Timur Di Desa Tanjung Medan telah mengalami perubahan. Berdasarkan tolok ukur pada bab III pendapat Sutrisno Hadi (1990:229) menyatakan jawaban persentase sebesar 50,01%-100% = ya terdapat perubahan dan sebesar 0%- 12

13 50,00% tidak terdapat perubahan, maka dapat dilihat dari rata-rata responden yang menjawab pilihan jawaban (Ya) dengan rata-rata 65,83% dan yang menjawab pilihan jawaban (tidak) dengan rata-rata 32,91%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Jawa Timur Di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu telah mengalami perubahan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai Analisis Tentang Pelaksanaan Adat Perkawinan Masyarakat Jawa (Timur) Di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu yang mana dalam pelaksanaannya telah mengalami perubahan. Hal ini berdasarkan tolok ukur pada bab III pendapat Sutrisno Hadi (1990:229) menyatakan bahwa persentase sebesar 50,01%-100% = ya terdapat perubahan dan 0%-50,00% tidak terdapat perubahan. Penulis mendapat jawaban dari responden sebesar 65,83%. hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Jawa Timur Di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu telah terdapat perubahan. Sehingga Hipotesis Yang menyatakan terdapat perubahan dalam pelaksanaan adat pernikahan Jawa Timur Di Desa Tenjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu di terima Secara Empirik hal ini terbukti dari hasil penelitian dengan persentase 65.83% dari responden yang menjawab telah terdapat perubahan, hasil ini sesuai dengan tolok ukur sebesar 50,01%-100% = ya. Sementara hasil analisis data sisanya dari 65,83% adalah 32,91% persentase ini berkisar antara 0%-50,01% = tidak. Hal ini menyatakan bahwa dalam pelaksanaan adat perkawinan Jawa Timur Di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kebupaten Rokan Hulu tidak terdapat perubahan. Namun berdasarkan analisis data dan pendapat Sutrisno Hadi pada bab III bahwa kategori tidak ini hanya 32,91% jadi tidak cukup untuk menolak hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perubahan dalam pelaksanaan adat perkawinan masyarakat Jawa Timur Di Desa Tanjung Medan. Saran 1. Supaya masyarakat Jawa Timur yang ada di Desa Tanjung Medan dalam pelaksanaan adat perkawinan pada zaman dahulu tidak meninggalkan sepenuhya apalagi yang tidak bertentangan dengan agama dan merupakan sumber kebudayaan mereka. 2. Adanya tulisan-tulisan yang mengupas tentang adat perkawinan Masyarakat Jawa Timur seperti buku-buku yang bertemakan kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya dan budaya perkawinan pada khususnya. Agar buku-buku tersebut mudah didapat dan dipahami oleh para pembaca. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sri Hartati. 2001, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Adat Jawa, PT Balai Pustaka Utama Hadi, sutrisno Metodologi penelitian. Yogyakarta: Andi offset Hamidi Dan Muchtar Ahmad Beberapa Aspek Sosial Budaya Daerah Riau, UIR Press (diakses 4 September 2012 pukul WIB). Sudjono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Suharsimi, Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta Sumber: 20 September 2012 pukul WIB). Sumarsono Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. Jakarta: PT. Buku Kita. 14

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan penduduk yang padat. Sebagaimana dalam Wikipedia (2012) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

UPACARA PENDAHULUAN

UPACARA PENDAHULUAN www.ariefprawiro.co.nr UPACARA PENDAHULUAN I Pasang Tarub & Bleketepe Bleketepe adalah daun kelapa yang masih hijau dan dianyam digunakan sebagai atap atau tambahan atap rumah. Tarub yang biasanya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan diwariskan manusia dari generasi ke generasi. Setiap bangsa memiliki kebudayaan, meskipun

Lebih terperinci

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh : PERKAWINAN ADAT (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara manusia dan kelompok tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hubungan antara manusia dan kelompok tersebut. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Masyarakat Adat Jawa Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Selo Sunarjdan,1982:24). Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB III POSISI PENCAK MACAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN. dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

BAB III POSISI PENCAK MACAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN. dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. 34 BAB III POSISI PENCAK MACAN DALAM UPACARA PERNIKAHAN A. Pernikahan Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ritual injak telur sesuai dengan namanya dimana telur ayam kampung yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ritual injak telur sesuai dengan namanya dimana telur ayam kampung yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ritual injak telur merupakan salah satu ritual yang dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Pelaksanaan ritual injak telur berbeda-beda tergantung dari

Lebih terperinci

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol

Pedoman Observasi. No Aspek yang diamati Keterangan. 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di. 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol LAMPIRAN 69 Lampiran 1 Pedoman Observasi Tanggal observasi : Tempat/ waktu : No Aspek yang diamati Keterangan 1. Lokasi/ kondisi geografis desa di Kecamatan Ngombol 2. Jumlah warga Kecamatan Ngombol 3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi lelaki, demikian pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat masingmasing. Perempuan pastilah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Contoh dari keanekaragaman tersebut adalah keanekaragaman adat istiadat

Lebih terperinci

ABSTRACT CENTRAL JAVA CUSTOMARY MARRIAGE ( DESCRIPTIVE STUDY IN THE GISTING BAWAH VILLAGE GISTING SUBDISTRICT TANGGAMUS DISTRICT)

ABSTRACT CENTRAL JAVA CUSTOMARY MARRIAGE ( DESCRIPTIVE STUDY IN THE GISTING BAWAH VILLAGE GISTING SUBDISTRICT TANGGAMUS DISTRICT) ABSTRACT CENTRAL JAVA CUSTOMARY MARRIAGE ( DESCRIPTIVE STUDY IN THE GISTING BAWAH VILLAGE GISTING SUBDISTRICT TANGGAMUS DISTRICT) (Diah Triani, Irawan Suntoro, Hermi Yanzi) This aim of this research was

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BERGESERNYA TATA CARA ADAT MIDODARENI PADA MASYARAKAT ADAT JAWA

ABSTRAK PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BERGESERNYA TATA CARA ADAT MIDODARENI PADA MASYARAKAT ADAT JAWA ABSTRAK PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BERGESERNYA TATA CARA ADAT MIDODARENI PADA MASYARAKAT ADAT JAWA Oleh Nicolaus Bangun Prabowo, Drs. Holillulloh, M.Si., M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan),

V. KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : meliputi, Himpun (meliputi : Himpun Kemuakhian dan Himpun Pemekonan), V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses upacara perkawinan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan kepada umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan Penduduk yang berdiam dan berasal dari pulau-pulau yang beraneka ragam adat budaya dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT, karena setiap insan manusia yang ada dimuka bumi ini telah ditentukan pasangannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan gerbang terbentuknya keluarga dalam kehidupan masyarakat, bahkan kelangsungan hidup suatu masyarakat dijamin dalam dan oleh perkawinan. 1 Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Tata Cara Perkawinan Masyarakat Islam Jawa di Desa Taman Prijek Laren

BAB V ANALISA DATA. A. Tata Cara Perkawinan Masyarakat Islam Jawa di Desa Taman Prijek Laren BAB V ANALISA DATA A. Tata Cara Perkawinan Masyarakat Islam Jawa di Desa Taman Prijek Laren Lamongan Pernikahan masyarakat Islam Jawa bisa dikatakan sangat ribet atau terlalu banyak aturan atau cara, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peminangan atau pertunangan merupakan pendahuluan dari sebuah perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT sebelum adanya ikatan suami

Lebih terperinci

Pemaes and Wedding Committee

Pemaes and Wedding Committee The Proposal Ibu dan ayah pengantin laki minta tangan pengantin perempuan dari ibu dan ayahnya. (ask for hand in marriage) Pada jaman dulu, seorang utusan (match-maker) diminta untuk lamaran ini tapi sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan peristiwa hukum yang terjadi didalam hidup bermasyarakat yang menyangkut nama baik keluarga ataupun masyarakat. Hal ini diterangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MEMBELAJARKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS PENGETAHUAN DAUR HIDUP MANUSIA JAWA

MEMBELAJARKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS PENGETAHUAN DAUR HIDUP MANUSIA JAWA MEMBELAJARKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS PENGETAHUAN DAUR HIDUP MANUSIA JAWA Oleh: Sekar Purbarini Kawuryan PGSD FIP UNY sekarpurbarini@uny.ac.id Pendahuluan Secara konsepsional, mata pelajaran Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu praktek kebudayaan yang paling mengundang upaya perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawin adalah perilaku mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar manusia berkembang biak. Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA. Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Irawati (2011 : 6) menyatakan bahwa konsep merupakan ide-ide, penggambaran halhal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang dimaksud dengan "ijab

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita 1. Keadaan geografis Pasar Pelita merupakan salah satu pasar yang ada di kecamatan Kubu Babussalam tepatnya di desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan sakral dalam kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan manusia

Lebih terperinci

STUDI TENTANG TATACARA UPACARA PERKAWINAN DI DESA TAMANAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

STUDI TENTANG TATACARA UPACARA PERKAWINAN DI DESA TAMANAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna STUDI TENTANG TATACARA UPACARA PERKAWINAN DI DESA TAMANAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH MODERNISASI TERHADAP TATA CARA ADAT PERNIKAHAN SUKU SAKAI DI DESA PINGGIR KECAMATAN PINGGIR KABUPATEN BENGKALIS. Oleh :

PENGARUH MODERNISASI TERHADAP TATA CARA ADAT PERNIKAHAN SUKU SAKAI DI DESA PINGGIR KECAMATAN PINGGIR KABUPATEN BENGKALIS. Oleh : PENGARUH MODERNISASI TERHADAP TATA CARA ADAT PERNIKAHAN SUKU SAKAI DI DESA PINGGIR KECAMATAN PINGGIR KABUPATEN BENGKALIS Oleh : Cipta Pratama Tarigan 1 ), Zahirman 2 ), Ahmad Eddison 2 ) 1 ) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH. A. Analisis Fungsi Manifes Terhadap Pengaruh Weton dalam Pelaksanaan

BAB IV ANALISIS MASALAH. A. Analisis Fungsi Manifes Terhadap Pengaruh Weton dalam Pelaksanaan BAB IV ANALISIS MASALAH A. Analisis Fungsi Manifes Terhadap Pengaruh Weton dalam Pelaksanaan Akad Nikah Akad nikah merupakan prosesi paling penting dalam perkawinan. Dalam akad nikah terdapat ijab qabul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan setiap manusia. Perkawinan ini di samping merupakan sumber kelahiran yang berarti obat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Perkawinan Manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lainnya, begitu juga pada setiap manusia yang berlainan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan pengolahan dan menganalisis data dari hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

DRAFT PANDUAN ACARA PERNIKAHAN. Putra pertama Bapak.. & Ibu. Dengan. Srah Tinampi : Ahad,.. Sepetember 2014 Pukul 07.00

DRAFT PANDUAN ACARA PERNIKAHAN. Putra pertama Bapak.. & Ibu. Dengan. Srah Tinampi : Ahad,.. Sepetember 2014 Pukul 07.00 DRAFT Untuk dirapatkan DRAFT PANDUAN ACARA PERNIKAHAN Putri pertama Bapak. & Ibu Dengan Putra pertama Bapak.. & Ibu Srah Tinampi : Ahad,.. Sepetember 014 Pukul 07.00 Akad Nikah : Ahad,.. September 014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem hukum civil law yang sangat menjunjung tinggi kepastian hukum. Namun dalam perkembangannya Sistem hukum di Indonesia dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

PELATIHAN PEMBUATAN HANTARAN PENGANTIN SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN WAKTU LUANG BAGI IBU RUMAH TANGGA DI DUSUN COKROBEDOG

PELATIHAN PEMBUATAN HANTARAN PENGANTIN SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN WAKTU LUANG BAGI IBU RUMAH TANGGA DI DUSUN COKROBEDOG PELATIHAN PEMBUATAN HANTARAN PENGANTIN SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN WAKTU LUANG BAGI IBU RUMAH TANGGA DI DUSUN COKROBEDOG Oleh: Sugiyem FT Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan pelaksanaan pengabdian

Lebih terperinci

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Abstrak Nikah Sirri dalam perspektif hukum agama, dinyatakan sebagai hal yang sah. Namun dalam hukum positif, yang ditunjukkan dalam Undang -

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

ANALYSIS OF KAYAT TRADITION SHIFTING IN KECAMATAN KUANTAN HILIR SEBERANG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

ANALYSIS OF KAYAT TRADITION SHIFTING IN KECAMATAN KUANTAN HILIR SEBERANG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI 1 ANALYSIS OF KAYAT TRADITION SHIFTING IN KECAMATAN KUANTAN HILIR SEBERANG KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Titi Indrawati¹, Sri Erlinda², Supentri³ Email: titiindrawatio@gmail.com, linda_sri70@yahoo.com,supentri_ur@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya.

Penjelasan lebih lanjut mengenai mahar dan prosesi pertunangan akan dibahas di bab selanjutnya. Secara garis besar, aku mengurutkan persiapan pernikahan seperti ini: 1. Tentukan Besarnya Mahar dan Tanggal Pertunangan Mahar atau Mas Kawin adalah adalah harta atau barang yang diberikan oleh calon pengantin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini dijelaskan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada pasal 1 ayat (3) (amandemen ke-3) yang berbunyi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur simbolis sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. unsur simbolis sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat Jawa selalu diwarnai oleh kehidupan simbolis, unsur simbolis sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjalani kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam 85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam adat kota Ende, mahar adalah pemberian wajib seorang suami kepada calon istrinya. Jumlah mahar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG Pernikahan BAB I PENDAHULUAN merupakan hal yang dilakukan oleh setiap makhluk Tuhan khususnya dalam agama Islam yang merupakan salah satu Sunnah Rasul, seperti dalam salah satu Hadist

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERNIKAHAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERNIKAHAN BAB II TINJAUAN UMUM PERNIKAHAN II.1 PEMAHAMAN TENTANG PERNIKAHAN II.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan I. PENDAHULUAN 1.1, Latar Belakang. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan Lampung Jurai Pepadun. Dapat dikatakan Jurai Saibatin dikarenakan orang yang tetap menjaga

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Komang Padma Patmala Adi Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr A. Analisis terhadap proses penyelesaian wali adhal di Pengadilan Agama Singaraja Nomor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci