TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus Linnaeus)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus Linnaeus)"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus Linnaeus) Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tumbuhan asli dari daerah Amerika Utara, Meksiko, Cili, dan Peru. Tanaman ini merupakan tumbuhan semusim dari suku kenikiran (Compositeae atau Asteraceae). Hingga kini anggota genus Helianthus diperkirakan terdiri atas 67 spesies. Saat ini bunga matahari merupakan sumber minyak sayur utama di dunia. Sejak dulu Rusia telah menjadi produsen terbesar bunga matahari, diikuti oleh Argentina dan Amerika Serikat, yang menempati posisi ketiga dalam produksi bunga matahari di seluruh dunia (Berglund 2007). Sampai saat ini budidaya bunga matahari telah dilakukan oleh negara-negara besar lainnya seperti Perancis, Hungaria, Cina, India, dan lainlain (CAB International 1995). Hampir seluruh bagian tanaman bunga matahari dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti pangan, industri, pakan ternak, tanaman hias dan bahan tanaman obat, sehingga budidaya bunga matahari dikelompokkan berdasarkan kegunaannya sebagai berikut (Anonim 2008): Kultivar penghasil minyak. Bagian tanaman yang dimanfaatkan berupa biji. Biji bunga matahari jenis ini memiliki cangkang biji yang tipis. Kandungan minyak biji matahari berkisar antara 48% hingga 52%. Kultivar penghasil minyak dapat menghasilkan biji yang mengandung asam oleat hingga 80%-90%. Kelompok kuaci. Biji bunga matahari dibudidayakan untuk menghasilkan bahan baku makanan ringan biji kuaci. Biji yang dihasilkan oleh kultivar ini umumnya hanya memiliki kandungan asam oleat yang lebih kecil (hanya 25%) bila dibandingkan kultivar penghasil minyak. Kelompok pakan ternak. Tanaman dipanen dalam bentuk daun sebagai pakan ternak atau pupuk hijau. Tanaman ini memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, kandungan lisin yang rendah, dan kandungan metionin yang tinggi dibandingkan kedelai, sehingga dapat digunakan sebagai

2 4 pakan ternak. Kandungan protein tanaman bunga matahari sama dengan rumput-rumputan tetapi lebih tinggi daripada jagung (Putnam et al. 1999). Kelompok tanaman hias. Beberapa kultivar dari kelompok ini memiliki berbagai variasi ukuran dan warna helaian mahkota bunga yang sangat menarik dan umumnya memiliki banyak cabang yang menghasilkan bunga. Kelompok tanaman obat. Setiap bagian tanaman bunga matahari dapat dimanfaatkan sebagai tanaman herba untuk mengobati penyakit seperti flu, batuk, demam, sakit tenggorokan, menurunkan kolesterol tinggi, dan sakit paru-paru. Klasifikasi tanaman bunga matahari Tanaman bunga matahari diklasifikasikan menurut CAB International (2005) sebagai berikut: Kingdom Domain Phylum : Plantae : Eukaryota : Spermatophyta Subphylum : Angiospermae Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Dicotyledone : Asterales : Asteraceae : Helianthus : Helianthus annuus Linnaeus Bunga matahari (Helianthus annuus L.), merupakan tanaman perdu semusim (herba annual) berbatang basah, umumnya berumur pendek atau kurang dari setahun (Anonim 2008, CAB International 2005). Pohon berbatang tegak, agak melengkung pada tanaman yang dewasa, seringkali tidak bercabang; tinggi cm; batang berdiameter relatif kecil, kurang dari 5 cm, dan berbulu kasar.

3 5 Bunga matahari jenis liar biasanya mempunyai banyak percabangan pada batangnya dibandingkan dengan tanaman budidaya yang umumnya hampir tidak atau jarang memiliki percabangan. Daun tunggal berbentuk jantung, berdiameter terpanjang 15 cm dan lebar 12 cm. Tangkai daun relatif panjang berpangkal pada batang pokok dengan susunan berhadapan. Daun yang tumbuh kemudian, berukuran lebih besar dan berbentuk oval, tepi daun bergerigi dan kedua permukaan daun dilapisi rambut-rambut halus berkelenjar maupun tidak berkelenjar, serta letak daun berseling dan tersusun spiral. Bunga majemuk terletak di ujung batang, berbentuk tandan atau bongkol yang tersusun pada dasar atau kepala bunga (reseptakel) berbentuk seperti cawan dengan permukaan datar sampai cembung atau cekung berdiameter sampai 30 cm (Anonim 2008). Bunga matahari dikenal berperilaku heliotropik, yaitu pada siang hari permukaan bunga menghadap ke arah matahari dan pada malam hari bunga tertunduk ke arah bawah. Susunan bunga pada cawan terdiri atas dua lapisan: bunga steril terletak di sekeliling tepi luar cawan dengan helaian mahkota bunga berbentuk pita berukuran panjang antara cm dan bunga-bunga biseksual berukuran kecil berbentuk tabung terletak di bagian tengah cawan dan tersusun spiral melingkar dari pusat bongkol. Bunga bagian luar ini mudah gugur dan memiliki warna helaian mahkota sangat menarik, yaitu kuning, kadang-kadang putih, biru, oranye atau merah, sedangkan bunga-bunga kecil di bagian dalam memiliki helaian mahkota bunga berwarna cokelat. Setelah terjadi proses pembuahan pada bunga kecil, maka akan terbentuk biji dengan kulit biji tipis, satu lapisan endosperma, embrio lurus dan dua keping biji. Seluruh biji-biji tersebut tersusun dalam kelompok di permukaan cawan dan kesatuan ini disebut sebagai buah. Biji bunga matahari berbentuk seperti telur terbalik (bagian ujung agak menyegi empat dengan ujung rompang dan bagian pangkal membulat). Ukuran dan warna biji bervariasi seperti putih, krem, cokelat, ungu, hitam, atau putih kelabu dengan garis hitam. Biji-biji yang sudah matang akan mudah dilepaskan dari cawannya.

4 6 Syarat tumbuh Tanaman bunga matahari sangat cocok tumbuh pada tanah berpasir hingga tanah liat dengan ph berkisar dari 6,5 sampai 7,5 (Franzen 2007). Tanaman ini tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air karena perakarannya mudah membusuk, sehingga memerlukan drainase yang baik. Kebutuhan air selama masa pertumbuhan tanaman umumnya berkisar antara 300 dan 700 mm, walaupun hal ini bergantung pada kultivar tanaman, tipe tanah dan iklim. Curah hujan lebih dari 1000 mm dapat meningkatkan resiko perendaman lahan serta kondisi lingkungan tersebut mendukung timbulnya penyakit tanaman. Bunga matahari akan lebih baik pertumbuhannya apabila ditanam di lahan terbuka dengan penyinaran cahaya matahari langsung. Di daerah yang memiliki iklim empat musim, hari cahaya panjang menyebabkan tanaman menjadi tinggi. Pada saat pembentukan dan pematangan biji, tanaman memerlukan kondisi udara yang kering untuk mendapat kualitas biji yang baik. Tanaman yang tumbuh di daerah beriklim panas menghasilkan biji bunga matahari dengan kadar minyak relatif rendah dengan komposisi asam linoleat yang rendah dan asam oleat yang tinggi dibandingkan dengan biji yang diperoleh dari daerah beriklim dingin. Budidaya Bunga matahari umumnya dibudidayakan di daerah dingin hingga subtropis. Di daerah tropis bunga matahari dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian hingga 1500 m dpl. dengan temperatur optimum C dan kelembaban yang relatif kering. Bunga ini umumnya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan rumah, paling subur tumbuh di daerah pegunungan yang memiliki kelembaban udara cukup dan banyak mendapat sinar matahari langsung. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan bunga matahari adalah tanah berpasir hingga tanah liat, dengan drainase yang baik dan ph yang berkisar antara 6,5 sampai 7,5 (Franzen 2007). Tanaman H. annuus diperbanyak dengan biji. Benih berasal dari biji bunga pertama induknya yang sudah tua. Benih sebaiknya disemai dahulu sebelum ditanam. Penyemaian dalam skala besar dapat dilakukan dengan cara menabur

5 7 benih di atas tanah basah di dalam bedengan, sebaliknya untuk keperluan skala kecil, benih cukup disemai pada media tanah di dalam pot. Benih ini mudah berkecambah dan cepat membesar. Bibit baru dapat dipindahkan ke lokasi tanam bila tingginya telah mencapai cm, biasanya memerlukan waktu semai 10 hari. Satu bibit ditanam dalam satu lubang, dengan jarak tanaman 1 m 2. Jika jarak tanaman terlalu rapat, batang tidak akan berkembang optimal maupun bercabang, ukuran bunga kecil bahkan kerdil. Bibit sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Pada awal tanam, setiap 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per tanaman ditaburkan di sekeliling bibit. Pemupukan diulangi setelah tanaman berumur sebulan ditambah dengan 25 gram pupuk ZA per batang. Dua minggu kemudian, ditambahkan 15 gram TSP per batang. Selama pemeliharaan tanaman, saluran pembuangan air harus diperiksa supaya tidak terjadi genangan air, sehingga tidak mudah terserang hama maupun penyakit. Pada saat tanaman berumur 2 bulan sudah mulai terbentuk kuncup bunga pada batang utama, kemudian diikuti tumbuhnya kuncup pada cabang-cabang yang terletak pada ruas-ruas daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan tangkai bunga. Penyiraman setidaknya dilakukan satu kali sehari. Hiasan mahkota bunga matahari mampu menarik serangga yang turut membantu proses penyerbukan untuk menghasilkan biji bagi perbanyakan dan pertumbuhan anak benih baru. Manfaat dan kandungan kimia tanaman bunga matahari Di Amerika Utara, bunga matahari dikenal sebagai tanaman bunga penghias pinggiran kota yang mempunyai nilai estetika tinggi dan tetap indah meski disimpan dalam pot. Bunga matahari selain dikenal sebagai tanaman hias sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Setiap bagian tanaman memiliki khasiat sebagai berikut: a) Bunga: antipiretik, hipotensif, menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa nyeri (analgetik), nyeri haid (dysmenorrhoe), nyeri lambung (gastric pain), sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, tekanan darah tinggi, radang payudara (obat luar), radang persendian (obat luar), kosmetik (mencegah penuaan dini), dan sulit melahirkan.

6 8 b) Akar: Anti inflamasi, analgesik, antitusif, diuretic, batuk, batu ginjal, bronkhitis, keputihan (leucorrhoe), anti radang, peluruh air seni, pereda batuk, dan menghilangkan nyeri. c) Daun: Anti inflamasi, analgesik, antipiretik, anti radang, mengurangi rasa nyeri, dan anti malaria. d) Biji: Anti disentri berdarah, membangkitkan nafsu makan, lesu, sakit kepala, merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon, enzym, dll.), dan merangsang pengeluaran campak (measles). e) Sumsum dari batang dan reseptakel: Merangsang vitalitas energi, menenangkan liver, merangsang pengeluaran air kemih, menghilangkan rasa nyeri pada waktu buang air kemih, nyeri lambung, air kemih bedarah (hematuria), ari kemih berlemak (chyluria), kanker lambung, kanker esophagus dan malignant mole. Sumsum dari batang dan dasar bunga (reseptakel) mengandung hemiselulosa yang menghambat penyakit sarcoma 180 dan Ehrlich ascitic carcinoma pada tikus (Anonim 2008). Bagian tanaman bunga matahari mengandung berbagai komposisi bahan kimia yang bermanfaat untuk kesehatan sebagai berikut (Anonim 2007): a) Bunga: quercimeritrin, (flavon glikosida), sianidinmonoglukosida (antosian glikosida), xantofil, kholina, betaina, sapogenin, helianthoside A- B-C, oleanolic acid, echinocystic acid. b) Biji: protein globulin, albumin, glutolin, asam amino esensial, betasitosterol, prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan 3,4- benzopyrene. Di dalam 100 g minyak biji bunga matahari atau 100 g lemak total terkandung 9,8 g lemak jenuh dan lemak tidak jenuh yang terdiri atas 11,7 g asam oleat, 72,9 g asam linoleat, dan kolesterol. c) Buah: lemak, kolin, lesitin, betaina, dan zat samak. d) Sumsum dari batang dan reseptakel mengandung hemicellulose yang menghambat sarcoma 180 dan Ehrlich ascitic carcinoma pada tikus. Biji bunga matahari sering dimanfaatkan sebagai bahan pokok dalam pembuatan makanan ringan yang dikenal dengan kuaci, dan saat ini semakin banyak dikonsumsi dan disukai sebagai makanan cemilan oleh penduduk modern

7 9 Amerika (Chase 2005, Stern 2006). Biji bunga matahari yang kaya protein dan lemak secara luas digunakan oleh penduduk asli Amerika sebagai sumber buah kering yang diolah lebih lanjut menjadi tepung dan diketahui mampu memenuhi kebutuhan pangan untuk bahan tambahan dalam pembuatan roti. Selain itu, tanaman bunga matahari dibudidayakan secara komersial sebagai penghasil minyak sayur dan mentega setelah dibersihkan dari sekam dan diekstrak dari bijinya (Stern 2006). Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit, seringkali menjadi kendala dalam budidaya tanaman setiap komoditas pertanian. Berbagai jenis serangga hama tanaman bunga matahari telah dilaporkan di Amerika Utara, di antaranya adalah kepik hijau Nezara viridula (Linn.) (Hemiptera: Pentatomidae) dan ulat penggerek Helicoverpa armigera (Hbn.) (Lepidoptera: Noctuidae) yang merupakan hama utama pada bagian biji dan wereng daun Amrasca biguttula biguttula Ish. (Homoptera: Cicadellidae) serta ulat gerayak Spodoptera litura (Fbr.) (Lepidoptera: Noctuidae) yang merupakan hama minor pada bagian daun maupun bunga matahari (Hill 1987). Ulat bulu Amsacta transiens Wlk. (Lepidoptera: Arctiidae), Clostera restitura (Wlk). (Lepidoptera: Notodontidae), Euproctis virguncula Wlk. (Lepidoptera: Lymantriidae), ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat jengkal (Lepidoptera: Geometridae), dan belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), dapat dijumpai di pertanaman bunga matahari, walaupun diduga tanaman ini bukan merupakan inang utamanya. Penyakit yang ditemukan pada tanaman bunga matahari adalah layu fusarium (Fusarium sp.), bercak daun (Choanephora sp. dan Curvularia sp.), busuk bunga (Rhizopus sp.), dan hawar alternaria (Alternaria sp.). Namun, hanya busuk bunga (Rhizopus sp.), dan hawar alternaria (Alternaria sp.) yang secara umum pernah dilaporkan sebagai gejala penyakit pada bunga matahari di Amerika Utara.

8 10 Kepik hijau, Nezara viridula (Linn.) (Hemiptera: Pentatomidae) Kepik hijau merupakan hama penting di daerah tropik. Kepik hijau ini bersifat polifag pada pertanaman padi, tomat, cabai, kapas dan lain-lain (Pracaya 2007). Di Amerika Utara, kepik ini dilaporkan sebagai hama primer biji bunga matahari (Hill 1987). Kepik hijau memiliki panjang tubuh 16 mm. Selama hidupnya, imago betina mampu meletakkan butir tersusun dalam kelompok di permukaan daun. Perkembangan telur menjadi dewasa membutuhkan waktu 4-8 minggu. Siklus hidup kepik hari, maksimum mencapai 6 bulan. Imago betina menyerang tanaman fase pembungaan, sehingga menimbulkan kerusakan pada biji yang sedang berkembang. Kerusakan utama tidak hanya disebabkan oleh tusukan dan hisapan nimfa dan imago kepik secara langsung, melainkan disertai racun yang diinjeksikan dari kelenjar ludah kepik. Racun ini dapat menimbulkan kelayuan daun dan pucuk daun serta kematian tanaman. Kerusakan pada biji bunga matahari menunjukkan gejala biji kempis. Cara pengendalian yang tepat untuk menekan perkembangan hama ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan telur dan nimfanya kemudian dimusnahkan. Cara pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan tabuhan parasitoid telur Ooencyrtus malayensis (Ferr.) dan Telenomus sp. (Pracaya 2007). Ulat tongkol jagung, Helicoverpa armigera (Hbn.) (Noctuidae: Lepidoptera) Ulat ini bersifat polifag, menyerang jagung, tomat, tembakau, kapas, kentang, jarak, polong pupuk hijau, bermacam-macam sayuran, dan tanaman hias (Pracaya 2007). Pada tanaman jagung, biasanya ulat melubangi buah tetapi ada juga yang memakan daun. Di Amerika Utara, ulat ini merupakan hama primer penggerek biji bunga matahari (Heel, 1987). Hama ini hidup di dataran rendah sampai ketinggian 2000 dpl. Ngengat makan dengan cara menghisap madu dari bunga-bunga tanaman. Ngengat bertelur sampai 1000 butir. Biasanya ngengat meletakkan telur pada tanaman yang sedang berbunga, sehingga saat telur menetas, larva muda telah mempunyai sediaan pakan di tempatnya. Telur berbentuk bulat, diletakkan satu per satu dalam jumlah yang besar pada bagian permukaan atas daun tanaman inang. Larva memiliki variasi warna, di antaranya

9 11 hijau, hijau kekuningan, hijau kecokelatan, cokelat tua, dan cokelat muda. Larva bersifat kanibal, biasanya satu tanaman atau tongkol jagung jarang terdapat lebih dari satu atau dua larva. Larva berpupa di permukaan tanah, dibungkus kokon yang terbuat dari partikel tanah. Perkembangan telur sampai imago memerlukan waktu ± 35 hari. Cara pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami, yaitu parasitoid telur Trichogramma nana, parasitoid larva Eriborus argenteopilosa dan cendawan Metharizium. Cara pengendalian kimia yang telah dilaporkan, yaitu dengan penggunaan insektisida berbahan aktif sipenmetrin dan monokrotofos (Pracaya 2007). Ulat grayak, Spodoptera litura (Fbn.) (Lepidoptera: Noctuidae) Spodoptera litura merupakan salah satu hama daun pada pertanaman bunga matahari (Hill, 1987). Di Indonesia, hama ini dianggap penting, karena bersifat polifag dan sering menyerang berbagai komoditas tanaman seperti kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. Ulat umumnya menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif, yaitu memakan daun tanaman muda dengan menyisakan tulang daun saja dan pada fase generatif saat tanaman mulai berbunga dan berbuah (Direktorat Perlindungan Tanaman 1985). Menurut Adisarwanto & Widianto (1999) serangan S. litura menyebabkan kerusakan sekitar 12,5% dan lebih 20% pada tanaman kedelai umur lebih dari 20 hst. Ngengat meletakkan telur dalam kelompok yang terdiri atas beberapa ratus butir telur di permukaan atas daun. Puncak peneluran terjadi pada malam kedua setelah eklosi. Ngengat betina kawin 3-4 kali selama hidupnya, sedangkan ngengat jantan kawin hingga 10 kali. Seekor ngengat dapat meletakkan telur dalam waktu 6-8 hari. Kelompok telur dututupi oleh rambut atau sisik imago (Kalshoven 1981). Stadia telur 2-3 hari. Stadia larva terdiri atas lima instar. Larva muda umumnya berwarna kehijauan. Larva instar I dan II hidup berkelompok di sekitar kulit telur dan memakan epidermis daun bagian bawah. Larva instar lanjut mempunyai tanda dua bintik hitam berbentuk seperti bulan sabit pada ruas abdomen ke empat dan ke sepuluh yang dibatasi oleh alur-alur lateral dan dorsal memanjang berwarna kuning di sepanjang tubuhnya (Kalshoven 1981). Larva instar lanjut memakan

10 12 helaian daun dengan menyisakan tulang daun pada malam hari. Oleh karena itu, instar instar III dan IV merupakan instar yang sangat berbahaya bagi tanaman, karena perilaku makannya yang rakus dan pada kepadatan populasi yang tinggi dapat menggunduli seluruh daun tanaman (Ditlintan 1985). Lama stadia larva berkisar antara hari (Deptan 1981). Pupa berkembang di dalam tanah di dekat tanaman inang. Stadia pupa berkisar antara 7-10 hari. Usaha pengendalian S. litura pada tanaman bunga matahari dilaporkan dengan menggunakan teknik pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dengan cara menanam tanaman perangkap jarak pagar yang menarik S. litura di sekeliling dan di dalam pertanaman (CAB International 2005). Pengendalian lain dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida atau penggunaan NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus). NPV merupakan salah satu jenis virus patogen yang berpotensi sebagai agensia hayati dalam mengendalikan ulat grayak, karena bersifat spesifik, selektif, efektif untuk hama-hama yang telah resiten terhadap insektisida dan aman terhadap lingkungan (Laoh 2003). Wereng daun, Amrasca biguttula biguttula Ish. (Homoptera: Cicadellidae) Wereng hijau bersifat polifag, dilaporkan sebagai hama utama pada tanaman bunga matahari (CAB International 2005). Hama ini juga menyerang inang lain seperti okra (Abelmoschus esculentus), kacang tanah, kedelai, terung, dan kentang. Selain itu dapat hidup pada tanaman bayam, tomat, lobak, dan jagung. Persebaran hama ini meliputi daerah Indonesia, India, Bangladesh, Nepal, Pakistan, Afghanistan, Vietnam, Jepang, Cina, Taiwan dan Kepulauan Pasifik. Tubuh imago wereng berwarna hijau kekuningan dengan sepasang bercak hitam jelas terletak di bagian verteks kepala dan di areal ujung sayap depan. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 mm. Sayap depan memiliki jumbai berwana hijau kecokelatan dan tungkai berwarna hijau. Pada siang hari, serangga ini tinggal di bawah permukaan daun, sedangkan pada sore hari kadang-kadang bergerak naik ke permukaan daun. Jika wereng terganggu, dia akan lari menyamping dengan cepat untuk mencari tempat yang aman. Imago mampu terbang cukup jauh, terutama jika ada angin. Lama hidup imago 11 hari. Imago betina menyisipkan telur di bagian mesofil helaian daun muda atau di dalam tangkai daun. Seekor

11 13 imago menghasilkan telur selama hidupnya. Telur berwarna putih kekuningan, panjang 0.73 mm dan lebar 0.24 mm. Telur ini dapat jelas dilihat dengan menggunakan metode pewarnaan yang diuraikan oleh Moorthy et al. (1988). Stadia telur 8-10 hari. Nimfa terdiri atas 5 instar, dengan masing-masing stadia 3-5 hari. Tubuh nimfa berwarna kuning kehijauan dengan tungkai kebiruan. Wereng A. biguttula biguttula tidak diketahui menularkan penyakit yang disebabkan oleh virus ataupun mikoplasma. Gejala awal kerusakan yang diakibatkan oleh isapan wereng ini adalah menguningnya daun, diikuti dengan pengerutan disekitar tepi daun, dan kemudian daun mengeriting dengan lengkungan menghadap ke arah atas. Ujung dan tepi daun berkembang menjadi daerah nekrotik. Stadium lanjut seluruh daun menjadi kecokelatan. Kerusakan berat menyebabkan tanaman kerdil. Satu generasi mampu hidup kira-kira 3 bulan, bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Curah hujan merupakan faktor utama mortalitas nimfa dan dewasa. Populasi serangga dapat berkurang berkaitan dengan suhu rata-rata rendah (29 C), kelembaban nisbi tinggi (> 78%), dan lama penyinaran matahari kurang dari 6,4 jam. Pada tanaman bunga matahari, serangan oleh wereng ini bersama-sama dengan kutu kebul menyebabkan kehilangan hasil sebesar 9,2% (Balasubramanian & Chelliah 1985 dalam CAB International 2005). Di India Utara, pengendalian wereng ini digunakan penanaman tumpang sari antara tanaman kapas, tanaman bunga matahari, dan kacang hijau atau tanaman bunga matahari dengan okra (CAB International 2005). Pengendalian lain dapat digunakan dengan menanam varietas tahan tanaman bunga matahari, seperti contohnya varietas EC 15527, EC 27501, dan EC Musuh alami hama ini adalah predator dari famili Coccinellidae dan Chrysopidae, parasit telur Mymaridae, parasit nimfa dan imago Dyrinidae (Pracaya 2007). Di dataran India, dilaporkan bahwa dengan ketiadaan musuh alami yang efektif, pengendalian hama ini dibantu dengan menggunakan insektisida yang berbahan aktif endosulfan, monokrotofos, dan karbaril (Pracaya 2007).

12 14 Ulat bulu, Amsacta transiens Wlk. (Lepidoptera: Arctiidae) Amsacta merupakan hama polifag yang biasa terdapat pada tanaman herba, semak belukar, dan pohon-pohon tinggi. Larva berwarna cokelat dengan garis terang pada dorsal dan rambut yang berwarna putih keabu-abuan. Spirakel kebanyakan berwarna putih atau kuning. Pupa berwarna abu-abu. Imago memiliki sayap depan berwarna cokelat terang dengan sedikit bintik; kepala dan torak berwarna putih; dan abdomen berwarna kuning muda dengan barisan bintik hitam. Imago betina mampu menghasilkan sampai 1500 telur. Lama stadia telur 5,5-7 minggu. Pengendalian dapat dilakukan dengan parasitoid telur, yaitu Apanteles creatonoti yang berasal dari Famili Braconidae (Kalshoven 1981). Serangga ini tidak dilaporkan sebagai hama tanaman bunga matahari. Ulat bulu, Clostera restitura (Wlk.) (Lepidoptera: Notodontidae) Menurut Kalshoven (1981), spesies serangga ini dikenal sebagai Clostera restitura (Wlk.). Ulat berwarna cokelat kekuningan atau oranye yang ditandai dengan adanya tonjolan pada ruas ke-4 dan ke-11 di permukaan dorsal tubuhnya, serupa dengan tonjolan yang umum dijumpai pada ulat yang tergolong famili Noctuidae. Larva berpupa pada daun tempat larva melakukan aktivitas makan. Perkembangan mulai dari telur hingga menjadi imago memerlukan waktu 33 hari. Larva memakan tanaman jenis Flacourtiaceae (CAB International 2005). Ulat bulu, Euproctis virguncula Wlk. (Lepidoptera: Lymantriidae) Ulat ini bersifat polifag dan umum ditemukan di daerah Jawa, Sumatra, dan India. Ulat berwarna hitam dengan pita kuning di bagian dorsal tubuh, tetapi terkadang memiliki banyak warna. Larva memiliki tuberkel yang berwarna merah dan hitam. Tuberkel yang berwarna merah ditumbuhi tumpukan rambut dan terdapat pada bagian belakang kepala, sedangkan tuberkel yang berwarna hitam terdapat pada bagian distal abdomen larva dengan ditumbuhi rambut berwarna putih. Tebu, padi, sayuran, kacang-kacangan, Malvaceae, beberapa tanaman semak, dan pohon diketahui sebagai inang dari ulat ini. Ulat seringkali terlihat makan pada bagian bunga (padi, kopi, lamtoro, Tephrosia). Pupa berwarna coklat

13 15 kelabu. Ngengat berwarna putih dengan warna kuning pada bagian anal abdomen. Telur ditumbuhi bulu yang berwarna cokelat tua dan diletakkan berkelompok. Perkembangan dari telur hingga imago membutuhkan waktu ±35 hari. Cara pengendalian ulat ini dapat memanfaatkan parasitoid, seperti Apanteles femoratus, Megarhogas sp., Eulectrus ceylonensis, dan Winthemia divorsoides. Ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae) Ulat kantung umumnya polifag. Tanaman yang diketahui sebagai inang ulat ini adalah kelapa sawit, pinang, enau, dan pisang. Ulat hidup dan beraktifitas di dalam kantung yang terbuat dari potongan daun kering atau gerigitan kulit batang yang dijalin dengan benang sutera. Hama ini bergerak dengan menjulurkan kepala dan sebagian toraks dari kantungnya. Ukuran kantung bertambah sesuai dengan ukuran dan perkembangan larva. Warna kantung biasanya hitam kelabu. Ulat ini memakan daun, bunga, dan kulit tanaman dengan sangat rakus. Pupa terdapat di dalam kantung. Pupa yang akan berkembang menjadi ngengat jantan, sebagian tubuhnya menyembul dari dalam kantung untuk persiapan eklosi (CAB International 2005) Ngengat jantan yang keluar dari pupa memiliki sayap yang pendek, tubuh tidak memiliki sisik dan antena berambut. Ngengat betina berbentuk menyerupai ulat, tidak bertungkai maupun bersayap, serta antena tidak berkembang dan mereduksi berupa tonjolan kecil. Ulat tetap hidup di dalam kantung, dengan pengecualian ujung abdomen menjulur keluar dari kantung untuk keperluan kawin. Sesudah perkawinan, ngengat betina bertelur dalam kantung (Pracaya 2007). Telur tersebut menetas dalam kantung. Ulat muda ini keluar dari kantung dan mulai mengeluarkan benang suteranya untuk menggantungkan diri pada substrat, kemudian digunakan untuk menyebar dengan bantuan angin, manusia, atau binatang lain. Setelah menetap ulat muda ini lalu membentuk kantung sendiri. Ulat jengkal (Lepidoptera: Geometridae) Ulat Famili Geometridae umumnya memiliki tubuh berbentuk silinder dan memiliki dua pasang tungkai palsu (proleg) di bagian ventral ruas abdomen ke- 6

14 16 dan ke-10. Ulat bergerak menjengkal yaitu dengan melekukkan abdomennya membentuk setengah lingkaran ke arah depan tubuh seperti gerakan lintah, sehingga ulat ini dikenal sebagai ulat jengkal (CAB International 2005, Kalshoven 1981). Serangga dilaporkan merusak tanaman kacang hijau, kedelai, kentang, kakao, dan tembakau. Ngengat aktif malam hari, langsung berpasang-pasangan pada hari eklosi dan mulai meletakkan telur pada hari ke dua dan ketiga setelah kopulasi dan berlanjut hingga lima hari. Ngengat jantan biasanya mati segera setelah kawin dan ngengat betina mati setelah meletakkan kelompok telur yang terakhir. Ngengat meletakkan 50 telur selama hidupnya. Telur berbentuk bulat dan berwarna hijau kebiruan, diletakkan dalam kelompok di permukaan kulit kayu. Saat menjelang menetas, warna telur berubah menjadi kehitaman. Lama stadia telur 3 hari. Larva yang baru keluar dari telur memencar dengan bantuan angin. Larva ulat jengkal merusak daun-daun agak tua, yaitu dengan cara mengigit daun dari arah pinggir. Jika serangan berat, ulat memakan daun dengan rakus dan menyisakan tulang daunnya saja. Sebagai contoh pada tanaman kakao, jika daun telah habis, larva ini akan menyerang bunga dan buah. Saat larva sudah besar biasanya masuk ke dalam tanah yang gembur untuk berpupa pada kedalaman 2-3 cm. Lama stadium pupa adalah 6 hari. Ngengat berwarna cokelat keabu-abuan dan aktif pada malam hari. Belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae) Belalang ini merupakan hama utama tanaman padi dan tidak dilaporkan sebagai perusak tanaman bunga matahari. Nimfa dan imago dapat mengakibatkan kerusakan yang parah (Kumari & Lyla 2001). Gejala yang ditinggalkan oleh belalang adalah gerigitan pada daun. Belalang mempunyai ciri-ciri tubuh berwarna kuning-hijau atau kuning-coklat dan terdapat garis gelap pada bagian punggung(cab International 2005). Bagian tibia tungkai belakang berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuh imago jantan adalah 18,3-27 mm, sedangkan imago betina 24,5-39,5 mm. Panjang sayap depan imago jantan dan betina masing-masing adalah adalah 14-24,5 mm dan 20,5-31,5

15 17 mm. Telur berbentuk seperti silinder, berukuran 4,5-5,2 mm, lebar 1,2-1,6 mm. Warna telur kuning atau coklat kekuningan. Imago meletakkan telur di dalam tanah. Stadia telur 10 hari dan umumnya menetas pada pagi hari. Nimfa terdiri atas 5 instar. Nimfa I berukuran sekitar 7 mm dan berwarna hijau dengan mata majemuk serta tampak berkilau abu keperakan. Nimfa II berukuran sekitar 6-11 mm, sedangkan nimfa instar III adalah 9-14 mm. Nimfa instar III dicirikan dengan adanya bakal sayap depan berbentuk seperti lidah dan bakal sayap belakang membraneus berbentuk setengah lingkaran. Nimfa IV berukuran mm, sedangkan nimfa V berukuran mm. Nimfa melakukan aktivitas makan pada tanaman padi selama 3-5 hari setelah menetas. Pengendalian dapat dilakukan dengan pembajakan sawah hingga kedalaman cm sehingga telur yang berada di permukaan tanah akan mati oleh panas sinar matahari atau dimakan oleh musuh-musuh alami (CAB International 2005). Dengan cara ini pula, telur akan terkubur dalam tanah sehingga telur yang menetas akan berkurang. Pengendalian dengan membajak sawah mampu mengendalikan hama hingga 70-80%. Pengendalian secara kimia dapat digunakan insektisida yang berbahan aktif piretroid, metamidofos, organofosfat, klordimeform hidroklorida, asam tiosulfurik, dan BHC (gammaxene). Layu fusarium (Fusarium sp.) Fusarium merupakan cendawan patogen yang banyak menyerang sayuran, tanaman perkebunan, dan tanaman hias. Tanaman yang biasanya diserang oleh patogen ini adalah kapas, pisang, tebu, tembakau, dan kopi. Patogen ini merupakan patogen tular tanah, oleh karena itu mampu bertahan lama dalam tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari cendawan ini. Cendawan ini menginfeksi bagian akar, terutama pada bagian pelukaan, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Fase vegetatif cendawan ini berbentuk miselium bersekat dan dapat tumbuh baik pada bermacam-macam medium agar yang mengandung ekstrak sayuran. Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya berubah menjadi krem, akhirnya koloni tampak memiliki benang-benang berwarna cokelat. Pada miselium yang lebih tua akan membentuk klamidospora. Cendawan banyak

16 18 membentuk mikrokonidium bersel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur berukuran 6-25 x 2,5-4 μm. Makrokonidium lebih jarang dijumpai, bila ada berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat 2 atau 3, serta berukuran x 3,5-5,5 μm (Semangun 1994). Pemencaran cendawan dapat terjadi melalui pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, dan terbawa oleh alat pertanian. Menurut Clayton (1923 dalam Semangun 1994), penyakit berkembang pada suhu tanah C. Suhu optimumnya adalah 28 C. Kelembaban tanah selain membantu pertumbuhan tanaman, juga dapat membantu perkembangan penyakit. Tanaman yang terinfeksi patogen ini akan mengalami gangguan dalam pengangkutan air dan hara tanah sehingga menyebabkan tanaman menjadi layu. Gejala serangan patogen akan terjadi lebih berat pada tanaman yang tumbuh pada tanah yang mengandung banyak unsur nitrogen tetapi miskin akan unsur kalium. Cara pengendalian yang dapat dilakukan adalah meningkatkan suhu tanah dengan menggunakan mulsa plastik atau penanaman varietas tahan. Pengendalian dengan pestisida kurang memberikan harapan atau tidak memberikan hasil yang memuaskan. Bercak daun choanephora (Choanephora sp.) Choanephora merupakan parasit lemah yang tumbuh pada sisa tanaman mati. Choanephora menyerang jaringan yang telah mengalami pelukaan secara mekanik atau karena serangan serangga saat makan dan peletakan telur. Cendawan ini diketahui juga menyerang tanaman okra, kembang kol, kopi, kentang, dan kedelai. Di Malaysia, kerugian akibat serangan cendawan ini dapat mencapai 20% pada tanaman okra (CAB International 2005). Cendawan Choanephora, anggota dari Choanephoraceae yang termasuk ke dalam golongan Phycomycetes ini membentuk konidium dan sporangiofor. Bentuk konidiofor tidak bercabang, mempunyai kepala yang bulat, dan dari kepala ini muncul banyak kapitulum bulat yang menumpu sterigma. Pada sterigma ini terbentuk konidium bergaris-garis, berbentuk jorong, serta bersel 1. Bentuk sporangiofor tidak bercabang, pada bagian ujungnya membengkok, mengandung satu sporangium dengan satu kolumela. Sporangiospora berbentuk bulat telur atau menyerupai kumparan, tersusun dari satu sel, dan pada kedua

17 19 ujungnya terdapat rambut halus. Miselium juga membentuk klamidospora interkalar dengan dinding yang agak tebal. Selain itu, cendawan dapat membentuk zigospora (Semangun 1994). Bercak daun curvularia (Curvularia sp.) Curvularia sp. adalah cendawan hyphomycetes yang merupakan patogen fakultatif bagi kebanyakan spesies tanaman, seperti tanaman serealia dan rumput rumputan (CAB International 2005). Curvularia sp. dapat ditemukan di daerah tropik maupun subtropik. Kelembaban tinggi pada daerah tropis merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan cendawan ini, dengan suhu optimum C. Inang lain dari cendawan ini adalah padi, jagung, nanas, kubis, dan kelapa. Cendawan ini memiliki hifa cokelat yang berseptat dan konidia transparan berukuran 8-14 x µm. Konidiofor berwarna cokelat, dengan bentuk sederhana atau bercabang yang biasa disebut sebagai pertumbuhan genikulat simpodial. Konidia cendawan ini disebut juga porokonidia yang lurus atau pyriform, cokelat, multiseptat, dan memiliki tonjolan dasar hila yang gelap. Septat yang trasparan dan membagi setiap konidium menjadi sel yang berlipatlipat. Septum pusat sering nampak lebih gelap dibandingkan dengan yang lain. Pembengkakan sel pusat menyebabkan konidium tampak bersiku (Boedijn 1933 dalam CAB International 2005). Busuk bunga (Rhizopus sp.) Busuk bunga merupakan penyakit yang penting dalam keadaan cuaca basah dan menyebabkan penurunan hasil panen. Awal gejala ditandai dengan busuk basah kecokelatan yang tidak merata pada reseptakel. Bercak membesar secara bertahap kemudian menjadi lunak dan mengandung banyak air. Bercak ditutupi dengan miselium putih yang kemudian menjadi hitam karena tampilan sporangia. Bila infeksi berat, bagian yang membusuk menyebar ke tangkai bunga dan bunga matahari. Penyakit ini hanya akan menyerang bila bunga sudah terbentuk atau bunga mengalami kerusakan. Bunga bertambah busuk seiring dengan umur

18 20 tanaman. Pembusukan biji sangat bergantung pada tahap perkembangan infeksi Rhizopus. Larva H. armigera telah diketahui berperan dalam penyebaran dalam penyakit ini pada saat pra-infeksi. Penyebaran penyakit juga berkorelasi positif dengan burung yang merusak bunga saat pencarian pakan. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah aplikasi secara bersama-sama antara insektisida dan fungisida setelah bunga terbentuk, sehingga kerusakan pada bunga dapat dihindari (IKISAN 2008). Hawar alternaria (Alternaria sp.) Hawar alternaria merupakan penyakit yang paling serius menyerang pada musim hujan. Hawar ini memiliki distribusi luas. Penyakit tersebut menyebabkan pengurangan benih 27-80% pada tanaman bunga matahari, yaitu dengan mempengaruhi kualitas biji saat pengecambahan awal biji bunga matahari dan berdampak dalam pengurangan jumlah bibit per kepala, serta mengurangi kandungan minyak 17-33%, dan masing-masing kerusakan tersebut telah dilaporkan di India (IKISAN 2008). Di Indonesia, cendawan ini menyerang tanaman kentang dan menginfeksi daun-daun tua terlebih dahulu. Penyakit sering ditemukan pada saat iklim kering, bila cuaca lembab cendawan akan banyak membentuk konidium. Cendawan dapat terbawa biji, sehingga jika biji tersebut ditanam akan menginfeksi semai. Sisa-sisa tanaman sakit dapat menjadi sumber infeksi, karena cendawan dapat bertahan sebagai konodium dan miselium yang dibentuk pada malam hari (Semangun 1994). Miselium berwarna coklat muda, konidiofor tegak, bersekat dengan ukuran x 8-9 μm. Konidiofor berbentuk gada terbalik, coklat berukuran x μm, mempunyai sekat melintang 5-10 buah, dan 1 atau lebih sekat membujur. Konidium mempunyai paruh (beak) pada ujungnya, paruh bersekat. Panjang paruh lebih kurang separuh dari panjang konidium. Miselium dapat hidup pada daun-daun sakit selama satu tahun atau lebih, dan konidium tetap hidup selama 17 bulan pada suhu kamar (Anon 1977 dalam Semangun 1994). Persebaran konidium dibantu oleh angin. Konidium dapat berkecambah pada suhu 6-34 C, suhu optimum C di dalam air. Pada suhu tersebut,

19 21 konidium dapat berkecambah dalam waktu menit. Tanaman yang baik pertumbuhannya karena dipupuk secara seimbang dan mendapat penyiraman yang cukup kurang mendapat gangguan penyakit ini. Menurut Suhardi (1988 dalam Semangun 1994) terdapat tanda-tanda bahwa pemupukan dengan urea pada musim hujan akan meningkatkan serangan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman dan tanaman ditanam pada drainase yang baik atau perawatan biji dengan air panas (hot water treatment) pada suhu 50 C selam 30 menit. Cara pengendalian kimia yang telah dilaporkan, yaitu dengan penggunaan fungisida berbahan aktif kaptafol, propineb, mankozeb, dan maneb (Anon 1984; Suhardi et al dalam Semangun 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Pengamatan Pengamatan hama dan penyakit dilakukan pada pertanaman bunga matahari milik petani binaan atau pemula di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Lebih terperinci

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi

Lebih terperinci

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ABSTRAK LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insekta :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT MAKALAH DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT Disusun oleh: WIDYA ALMAIDA (0910440215) JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,

Lebih terperinci

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Hama Kedelai dan Kacang Hijau Hama Kedelai dan Kacang Hijau Dr. Akhmad Rizali Hama Penting Kedelai dan Kacang Hijau Lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Ulat grayak (Spodoptera litura) Ulat penggulung daun (Lamprosema

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Sawi ke dalam : Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tanaman, sawi termasuk Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun

Lebih terperinci

Hama penghisap daun Aphis craccivora

Hama penghisap daun Aphis craccivora Hama Kacang tanah Hama penghisap daun Aphis craccivora Bioekologi Kecil, lunak, hitam. Sebagian besar tdk bersayap, bila populasi meningkat, sebagian bersayap bening. Imago yg bersayap pindah ke tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei. 19 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola adalah sebagai berikut : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta : Eumycotina

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Anthophyta : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan pakan ternak, permintaan terhadap komoditas kedelai meningkat pesat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kedelai tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asal dan kandungan gizi Tanaman Melon. menemukan benua Amerika pada tahun 1492 adalah seorang yang berjasa dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asal dan kandungan gizi Tanaman Melon. menemukan benua Amerika pada tahun 1492 adalah seorang yang berjasa dalam 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asal dan kandungan gizi Tanaman Melon Melon berasal dari lembah Persia, Mediterania. Melon menyebar ke seluruh dunia atas jasa para penjajah dunia. Christophorus Columbus yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN : KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Mengapa harus mengenal OPT yang menyerang? Keberhasilan pengendalian OPT sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Kedelai Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi dan Morfologi Hama Ulat Api (Setothosea asigna) Klasifikasi Setothosea asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthopoda

Lebih terperinci