ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH
|
|
- Djaja Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Kesantunan Berbahasa (Rodhiati Rahmawati) 149 ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH Rodhiati Rahmawati MTsN Bojonegoro Telp Pos-el Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk (a) mendeskripsikan kesantunan berbahasa para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro dengan prinsip kesantunan Leech; (b) mengetahui wujud ragam bahasa yang tidak santun yang diucapkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro; dan (c) mengetahui persepsi penyimak bahasa di luar lingkungan terminal terhadap kesantunan berbahasa para calo, pedangang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif. Teknik pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan teknik rekam dan teknik catat. Tenik analisis data dalam penelitian ini menggunakan kartu data. Sumber data penelitian ini adalah para calo, pedangang asongan, supir, dan kondektur yang terdapat di lingkungan terminal sekitar wilayah Bojonegoro. Data dalam penelitian ini adalah tuturan para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur yang mengandung kata-kata kasar dan pelanggaran prinsip kesantunan Leech. Hasil penelitian kesantunan berbahasa di lingkungan terminal Bojonegoro menunjukkan bahwa tuturan yang ada di lingkungan terminal khususnya di terminal sekitar wilayah Bojonegoro yang dituturkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur terdapat pelanggaran enam maksim prinsip kesantunan Leech. Enam maksim tersebut yaitu pelanggaran maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, pelanggaran maksim kemurahan, pelanggaran maksim kerendahan hati, pelanggaran maksim kecocokan, dan pelanggaran maksim simpati. Wujud ragam bahasa yang tidak santun juga diucapkan oleh para calo, pedagang asongan, supir dan kondektur seperti kata-kata menyakitkan hati, olok-olok atau sindiran pedas, dan celaan getir. Persepsi penutur bahasa di luar lingkungan terminal seperti guru, mahasiswa, karyawan swasta, dan ustadz beranggapan bahwa tuturan yang ada di lingkungan terminal sebagian besar adalah tuturan kasar. Menurut mereka yang menjadi latar belakang penutur mengucapkan tuturan kasar adalah latar pendidikan yang rendah, lingkungan yang memungkinkan mereka untuk bertutur kasar dan pondasi iman yang kurang kuat. Kata-kata kunci: kesantunan berbahasa, calo, pedagang asongan, supir, kondektur, prinsip kesantunan Leech
2 150 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: PENDAHULUAN Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti aktivitas sosial lainnya, kegiatan bahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasiinterpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan bicaranya. Setiap peserta tindak ucap bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi sosial itu (Alan dalam Wijana, 1996:28). Dalam berbahasa terdapat etika komunikasi. Dalam etika komunikasi itu sendiri terdapat moral. Moral mempunyai pengertian yang sama dengan kesusilaan yang memuat ajaran tentang baik dan buruknya perbuatan. Etika juga bisa diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat. Dalam berkomunikasi tidak akan pernah lepas dengan adanya pola berbahasa yang diucapkan secara kasar, baik berupa olok-olok atau sindiran yang menyakitkan hati. Contoh di lingkungan terminal kita terkadang sering mendengar pembicaraan yang diucapkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur yang sering mengucapkan kata-kata kasar. Penulis sendiri pernah melihat bagaimana para supir angkot atau bus dengan wajah terpaksa memberi sejumlah uang kepada calo. Mungkin bagi sebagian orang hal yang dilakukan para calo itu biasa saja, sehingga mereka pantas menerima sejumlah uang. Lalu apa yang akan terjadi jika para supir dan kondektur tersebut tidak memberikan uang yang tidak sesuai dengan keinginan para calo. Yang terjadi selanjutnya adalah teriakan kata-kata makian atau kata-kata kasar (sarkasme) yang keluar dari mulut calo tersebut kepada supir dan kondektur. Sarkasme adalah sejenis majas yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dengan menyakiti hati (Purwadarminta dalam Tarigan, 1990:92). Apabila dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar. Fenomena yang terjadi saat ini, sarkasme justru menjadikan keakraban tanpa sekat strata, sehingga mereka yang menggunakan ragam bahasa tersebut dapat menikmatinya dengan senang dan bangga hati. Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik menganggkat sebuah penelitian yang berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Terminal Sekitar Wilayah Bojonegoro dengan Prinsip Kesantunan Leech. Sedangkan fokus masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kesantunan berbahasa para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro dengan prinsip kesantunan Leech? (2) Bagaimana wujud ragam bahasa yang tidak santun yang diucapkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro? (3) Bagaimana persepsi penyimak bahasa di luar lingkungan terminal terhadap kesantunan berbahasa para calo, pedangang asongan, sopir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro?
3 Analisis Kesantunan Berbahasa (Rodhiati Rahmawati) 151 KAJIAN PUSTAKA Sosiopragmatik Sosiopragmatik merupakan telaah mengenai kondisi-kondisi yang lebih khusus, bahwa prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda-beda atau aneka mayarakat bahasa, dalam situasi sosial yang berbeda-beda dan sebagainya. Dengan perkataan lain, sosiopragmatik merupakan tapal batas sosiologis pragmatik. Jadi, jelas di sini betapa erat hubungan antara sosiopragmatik dengan sosiologi (Tarigan, 1986:26). Pragmatik dan sosiolinguistik adalah dua cabang ilmu bahasa yang muncul akibat adanya ketidakpuasan terhadap penanganan bahasa yang terlalu bersifat formal yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Dalam hubungan ini pragmatik dan sosiolinguistik masingmasing memiliki titik sorot yang berbeda di dalam melihat kelemahan pandangan kaum strukturalis (Wijana, 1996: 6). Adanya kenyataan bahwa wujud bahasa yang digunakan berbeda-beda berdasarkan faktor-faktor sosial yang tersangkut di dalam situasi pertuturan, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi penutur dan sebagainya. Hal ini menunjukkan alasanalasan atau keberatan-keberatan yang dikemukakan oleh kaum strukturalis untuk menolak keberadaan variasi bahasa yang tidak dapat diterima. Secara singkat konsep masyarakat homogen kaum strukturalis jelas-jelas bertentangan dengan prinsip yang dikemukakan oleh Bell ( dalam Wijana, 1996:6-8), terutama dua prinsip yang mengatakan bahwa: (a) prinsip pergeseran makna (the principle of style shifting) yaitu tidak ada penutur bahasa yang memiliki satu gaya, karena setiap penutur menggunakan berbagai bahasa, dan menguasai pemakaiannya. Tidak ada seorang penutur pun menggunakan bahasa persis dalam situasi yang berbeda-beda; dan (b) prinsip perhatian (the principle of attention) yaitu laras bahasa yang digunakan oleh penutur berbeda-beda bergantung pada jumlah atau banyaknya perhatian yang diberikan kepada tuturan yang diucapkan. Semakin sadar seseorang penutur terhadap apa yang diucapkan semakin formal pula tuturannya. Pragmatik Pragmatik adalah ilmu yang mengkaji makna tuturan, sedangkan semantik adalah ilmu yang mengkaji makna kalimat; pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar (Leech, 1993:21). Tujuan utama pragmatik adalah menjawab semua persoalan tentang interpretasi ujaran yang tak dapat dijawab dengan pengkajian makna kalimat semata-mata; segala yang implisit di dalam tuturan tidak dapat diterangkan oleh semantik, tetapi berhasil dijelaskan oleh ilmu pragmatik. Saefullah (2003 dalam artikel artikulasi) menyatakan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan di dalam komunikasi. Pragmatik yang menjadi latar kajian ini adalah pragmatik tradisi kontinental. Dasar pertimbangannya adalah bahwa analisis pragmatik kontinental memiliki jangkauan kajian, yakni mencakup tindakan dan konteks. Selaras dengan pendapat di atas Levinson (d alam Tarigan, 1990:33) menyatakan pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan/laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain, telaah mengenai kemampuan bahasa menghubungkan
4 152 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Sedangkan konteks merupakan segenap informasi yang berada di sekitar pemakaian bahasa, bahkan termasuk juga pemakaian bahasa yang ada di sekitarnya. Dengan demikian hal-hal seperti situasi, jarak, tempat, dan sebagainya merupakan konteks pemakaian bahasa. Fungsi konteks sangat penting di dalam bahasa. Konteks dapat menentukan makna dan maksud ujaran. Wujud Ragam Bahasa Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan dan menurut medium pembicaraan (Kridalaksana, 2001:184). Ragam bahasa yang terjadi tergantung pemakaian topik yang dibicarakan, misalnya ada yang resmi tidak resmi, santun tidak santun, bijak tidak bijak dan lain-lain. Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu yang sebenarnya kita lakukan ketika kita berbicara. Ketika kita terlibat dalam suatu percakapan kita melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan lain-lain. Suatu tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil aktivitas berbicara yang dapat dikatakan memiliki fungsi. Dalam pragmatik kata tuturan dapat digunakan sebagai produk suatu tindak verbal (Leech, 199 3:14). Definisi ini sejalan dengan salah satu definisi tuturan menurut Kridalaksana (2001 :222) yang mengatakan tuturan sebagai kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Maksudnya tuturan adalah pemakaian satuan bahasa seperti kalimat, sebuah kata oleh seorang penutur tertentu pada situasi tertentu. Prinsip Kesantunan Leech Prinsip kesantunan menurut Leech (1993:123) menyangkut hubungan antara peserta komunikasi, yaitu penutur dan pendengar. Oleh sebab itulah mereka menggunakan strategi dalam mengajarkan suatu tuturan dengan tujuan agar kalimat yang dituturkan santun tanpa menyinggung pendengar. Secara umum, santun merupakan suatu yang lazim dapat diterima oleh umum. Santun tidak santun bukan makna absolut sebuah bentuk bahasa. Karena itu tidak ada kalimat yang secara inheren santun atau tidak santun, yang menentukan kesantunan bentuk bahasa ditambah konteks ujaran hubungan antara penutur dan petutur. Jadi, prinsip kesantunan adalah peraturan dalam percakapan yang mengatur penutur (penyapa) dan petutur (pe sapa) untuk memperhatikan sopan santun dalam percakapan. Leech (1993 :123) membahas teori kesantunan dengan menitikberatkan atas dasar nosi: (1) biaya/cost dan keuntungan/benefit, (2) kesetujuan/agreement, (3) pujian/approbation, dan (4) simpati/antipati. Leech (1993 :123) sendiri mendefinisikan prinsip kesantunan yaitu dengan cara meminimalkan ungkapan yang kita yakini tidak santun. Ada enam maksim yakni: (1) Maksim Kebijaksanaan ( Tact Maxim) a. Kurangi kerugian orang lain. b. Tambahi keuntungan orang lain. (2) Maksim Penerimaan/ Penghargan (Approbation Maxim)
5 Analisis Kesantunan Berbahasa (Rodhiati Rahmawati) 153 a. Kurangi keuntungan diri sendiri. b. Tambahi kerugian diri sendiri. (3) Maksim Kemurahan ( Generosity Maxim) a. Kurangi cacian pada orang lain. b. Tambahi pujian orang lain. (4) Maksim Kerendahan Hati ( Modesty Maxim) a. Kurangi pujian pada diri sendiri. b. Tambahi cacian pada diri sendiri. (5) Maksim Kesepakatan/Kecocokan (Agreement Maxim) a. Kurangi ketidakcocokan antara diri sendiri dengan orang lain. b. Tingkatkan kecocokan antara diri sendiri dengan orang lain. (6) Maksim Simpati (Sympath Maxim) a. Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain. b. Perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Pada keenam maksim di atas terdapat bentuk ujaran yang digunakan untuk mengekspresikannya. Bentuk-bentuk ujaran yang dimaksud adalah bentuk ujaran komisif, impositif, ekspresif, dan asertif. Bentuk ujaran komisif adalah bentuk ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan. Ujaran ekspresif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap sesuatu keadaan. Ujaran asertif adalah ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran proposisi yang diungkapkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif. Metode kualitatif pada dasarnya dilakukan untuk menyusun teori, bukan menguji teori (Chaer, 2007:11). Metode ini digunakan untuk menemukan pengetahuan baru, atau merumuskan teori baru berdasarkan data yang dikumpulkan. Metode ini juga bersifat deskriptif karena berusaha menjelaskan suatu masalah, yakni masalah yang diteliti. Kajian dalam metode ini dimulai dangan merumuskan masalah, merumuskan fokus, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kajian, dilanjutkan dengan pengumpulan data oleh peneliti sendiri sebagai instrumennya (Chaer, 2007:11). Penelitian kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif (Subroto, 1992:8). Jadi, tidak mencari data untuk menguji hipotesis, tetapi cenderung membuat generalisasi atau abstraksi yang dibangun dari tumpukan fenomena yang berserakan. Fenomenafenomena yang melimpah dan berserakan itu harus dihubunghubungkan, diatur, dipilih, dan dipilah. Sehingga ditemukan saling hubungan antara fenomena secara bersistem. Data merupakan bahan penelitian (Sudaryanto, 1995:9). Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dan kalimat-kalimat yang termasuk kategori sarkasme yang diucapkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, teknik rekam, dan teknik catat. Penulis terlebih dahulu mengobservasi dengan mengamati situasi dan keadaan lingkungan, kemudian melakukan wawancara kepada para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur dengan melakukan wawancara berstruktur untuk mendapatkan informasi yang relevan. Selanjutnya, dengan teknik rekam penulis merekam kejadian faktual di lapangan. Setelah itu, dilakukan catat,
6 154 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: yaitu mencatat semua kejadian dari tuturan para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di sekitar terminal Bojonegoro. Data penelitian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mentranskrip data hasil rekaman. Setelah penulis memperoleh data berupa tuturan dari para calo, pedagang asongan, supir dan kondektur melalui hasil rekaman, maka selanjutnya mentranskripsi/memindahkan data tersebut dengan cara menulis kembali semua hasil tuturan yang diujarkan oleh calo, pedagang asongan, supir dan kondektur; (2) mengidentifikasi data. Berdasarkan hasil transkripsi diperoleh data tertulis yang selanjutnya siap untuk diidentifikasi. Proses identifikasi berarti mengenali/menandai data untuk memisahkan kalimat mana yang dibutuhkan untuk tahap selanjutnya dan mana yang tidak dibutuhkan; (3) menyalin ke dalam kartu data. Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka selanjutnya adalah penyalinan tiap tuturan yang telah diidentifikasi ke dalam kartu data. Hal itu dimaksudkan agar mudah untuk mengelompokkan tuturan tersebut menurut karakteristik tertentu; (4) menganalisis data dalam kartu data. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan tuturan ketidaksantunan dan teori pragmatik dengan prinsip kesantunan Leech. Dari analisis kartu data tersebut akan tergambar kesantunan berbahasa para calo, pedagang asongan, supir dan kondektur di lingkungan terminal; (5) lembar wawancara untuk persepsi penyimak bahasa di luar lingkungan terminal. Penulis mengajukan pertanyaan kepada persepsi penyimak bahasa di luar lingkungan terminal; dan (6) menyimpulkan. Untuk tahap terakhir, hasil analisis akan menghasilkan simpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan berbahasa/tuturan yang dilakukan para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro terdapat pelanggaran enam maksim prinsip kesantunan Leech. Enam maksim tersebut yaitu pelanggaran maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, pelanggaran maksim kemurahan, pelanggaran maksim kerendahan hati, pelanggaran maksim kecocokan, dan pelanggaran maksim simpati. Dalam maksim kebijaksanaan, setiap pelaku komunikasi dianjurkan agar senantiasa berpegang teguh untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan pihak lain. Pelanggaran maksim kebijaksanaan dari data yang diperoleh seperti antara calo dan supir dalam berbahasa mereka memaksimalkan kerugian orang lain/mitra bicara, dan meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Selain itu, tuturan antara calo dan supir juga mengandung unsur bicara dengan kepahitan, kurang enak didengar dan menyakiti hati. Hal tersebut merupakan pelanggaran maksim kebijaksanaan. Dalam maksim penerimaan, setiap pelaku komunikasi diharuskan mengurangi keuntungan dirinya dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Setiap orang yang mematuhi maksim ini akan mendapatkan citra diri sebagai orang yang pintar menghormati orang lain, dan akan mampu membangun kehidupan yang harmonis dan penuh dengan toleransi. Pelanggaran terhadap maksim penerimaan akan membuat si pelaku dicap sebagai orang yang tidak tahu caranya bagaimana menghormati
7 Analisis Kesantunan Berbahasa (Rodhiati Rahmawati) 155 orang lain, tidak tahu sopan santun, dan selalu iri hati. Pelanggaran maksim penerimaan dari data yang diperoleh seperti kondektur dan sopir dalam berbahasa mereka melanggar maksim penerimaan karena tuturan antara kondektur dan sopir justru meminimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan memaksimalkan keuntungan diri sendiri. Dalam maksim kemurahan, setiap pelaku komunikasi diharuskan untuk mengurangi cacian pada orang lain dan menambahkan pujian pada orang lain. Penutur yang selalu mematuhi maksim ini akan dianggap sebagai orang yang tahu sopan santun, pintar menghargai orang lain, dan terjauh dari prasangka buruk lawan tuturnya. Bila pelaku komunikasi mempunyai kecenderungan untuk selalu mematuhi maksim ini, maka jalannya komunikasi dan hubungan interpersonal antara penutur dan petutur akan terjalin dengan sangat harmonis. Karena dari masing-masing pihak akan ada keinginan untuk saling menghargai satu sama lain dan akan terjauh dari tuturan mencaci atau menyakiti lawan tuturnya. Pelanggaran maksim kemurahan dari data yang diperoleh seperti tuturan antara calo dan kondektur dalam terminal yang kurang enak didengar. Kondektur pada tuturannya terlalu menyombongakan dirinya sendiri. Ia merasa tampan sehingga merasa harus memiliki kekasih yang cantik. Namun, si calo pun menimpali ucapan yang mengandung celaan dan hinaan kepada kondektur. Dalam tuturan antara calo dan kondektur jelas sekali melanggar maksim kemurahan, karena telah meminimalkan rasa hormat pada orang lain, dan memaksimalkan rasa tidak hormat pada orang lain. Dalam maksim kerendahan hati menuntut penutur untuk selalu mengurangi pujian pada dirinya sendiri dan memaksimalkan cacian pada dirinya sendiri. Pelaku komunikasi yang menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang rendah hati dan tidak sombong. Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati secara terus menerus akan membentuk stigma kepada pelaku sebagai orang yang sombong, bersikap antisosial, dan bahkan yang terburuk penutur seperti itu akan dijauhi lawan tuturnya karena bagaimanapun bertransaksi komunikasi dengan orang yang selalu melanggar maksim kerendahan hati akan sangat tidak nyaman. Pelanggaran maksim kerendahan hati dari data yang diperoleh seperti tuturan antara dua pedagang asongan. Pedagang asongan yang pertama ingin bercerita bahwa adiknya begitu pintar. Namun, ternyata jawaban dari temannya yang sesama pedagang asongan justru menjatuhkan dirinya. Tuturan pedagang asongan kedua ini tidak layak diucapkan. Seharusnya ia mengucapkan selamat kepada temannya yang mempunyai adik pintar bukan malah menyombongkan diri seolah-olah tidak mau kalah bahwa adiknya juga pintar. Tuturan tersebut termasuk ke dalam pelanggaran maksim kerendahan hati, karena telah meminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Dalam maksim kecocokan, setiap pelaku komunikasi diharuskan untuk meminimalkan ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang menaati maksim ini akan dicap sebagai seorang yang santun dan selalu perhatian terhadap topik yang dibicarakan. Dalam konteks umum atau kontroversial pelaku pelanggaran terhadap maksim ini akan mendapat cap sebagai seorang yang tidak santun dan tidak berwawasan luas. Yang terburuk, lawan tutur akan merasa enggan
8 156 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: berkomunikasi dengannya. Pelanggaran maksim kecocokan dari data yang diperoleh seperti tuturan antara pedagang asongan dengan calo. Pedagang asongan mengeluh kepada calo bahwa enak menjadi orang kaya memiliki banyak uang dan tidak berat bekerja seperti dirinya dalam mendapatkan uang. Dalam situasi seperti itu calo justru menjawab dengan sombong dan ucapan yang menghina. Tuturan calo kepada pedangang asongan tesebut melanggar maksim kecocokan, karena telah meminimalkan kecocokan di antara mereka dan memaksimalkan ketidakcocokan di antara mereka. Simpati adalah suatu model kesantunan di mana setiap pelaku tutur diwajibkan untuk ikut memahami perasaan lawan tuturnya, terutama di saat lawan tuturnya sedang gundah gulana karena didera oleh cobaan hidup atau musibah. Dengan pemahaman rasa seperti ini diharapkan lawan tutur menjadi sedikit terhibur atau merasa nyaman saat melakukan transaksi komunikasi sosial bersama sang pelaku tutur. Penutur yang senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal dan sosial. Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami perasaan orang lain. Pelanggaran maksim simpati dari data yang diperoleh seperti tuturan antara calo dan pedagang asongan. Ketika calo memberitahukan kepada pedagang asongan bahwa seorang temannya yang bernama Ujang meninggal dunia, tuturan dari pedagang asongan tidak menunjukkan rasa simpati. Tuturan pedagang asongan kepada calo tersebut melanggar maksim kesimpatian, karena peserta pertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Seharusnya pedagang asongan tersebut memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati saat mendengar ada seorang kerabatnya yang meninggal dunia. Wujud ragam bahasa yang tidak santun yang diucapkan oleh calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur seperti terdapat nama-nama binatang yang sering diucapkan oleh mereka. Wujud ragam bahasa tersebut sangat tidak enak didengar, menyakitkan hati, bicara dengan kepahitan, olok-olok atau sindiran pedas dan mengandung celaan getir. Selain data terkait pelanggaran maksim prinsip kesantunan Leech dalam penelitian ini penulis juga ingin mengetahui tanggapan para penutur bahasa Indonesia di luar lingkungan terminal seperti, dosen, guru, mahasiswa, karyawan swasta, dan ustadz mengenai kekasaran berbahasa yang dituturkan oleh calo, pedagang asongan, supir dan kondektur di lingkungan terminal Bojonegoro. Tabel 1 Data Persepsi Penutur Bahasa di Luar Lingkungan Terminal Bojonegoro No Pertanyaan Responden Keterangan 1 Apakah Anda pernah mendengar guru Pernah tuturan kasar di lingkungan terminal mahasiswa Pernah Bojonegoro? karyawan swasta Pernah ustadz Pernah 2 Bagaimana menurut Anda tuturan guru kasar sekali tersebut? mahasiswa Kasar
9 Analisis Kesantunan Berbahasa (Rodhiati Rahmawati) Apa yang Anda rasakan terhadap tuturan tersebut? 4 Mengarah kepada apa tuturan tersebut? 5 Menurut Anda apa yang menjadi penyebab mereka menuturkan tuturan kasar? karyawan swasta ustadz guru mahasiswa karyawan swasta ustadz guru mahasiswa karyawan swasta ustadz guru mahasiswa karyawan swasta ustadz Kasar sangat kasar sekali menyakiti hati olok-olok bicara dengan kepahitan sangat menyakitkan hati Perbuatan Perbuatan fisik dan perbuatan fisik, prestasi, dan perbuatan pendidikan dan lingkungan pendidikan dan lingkungan pendidikan dan lingkungan pendidikan, lingkungan, dan iman Dari hasil data persepsi penutur bahasa di luar lingkungan terminal ternyata guru, mahasiswa, karyawan swasta dan ustadz semuanya pernah mendengar tuturan kasar yang ada di lingkungan terminal. Hampir semuanya beranggapan bahwa tuturan yang pernah mereka dengar di lingkungan terminal adalah tuturan yang mengandung unsur kekasaran berbahasa. Yang mereka rasakan saat mendengar tuturan kasar tersebut adalah menyakiti hati, olok-olok, dan bicara dengan kepahitan. Sasaran ujarannya menurut mereka adalah fisik, prestasi, dan perbuatan. Menurut mereka penyebab utama para penutur di lingkungan terminal menuturkan tuturan kasar adalah latar pendidikan, lingkungannya, dan landasan iman yang kurang kuat. SIMPULAN DAN SARAN Tuturan yang ada di lingkungan terminal khususnya di terminal sekitar Bojonegoro yang dituturkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur terdapat pelanggaran enam maksim prinsip kesantunan Leech. Enam maksim tersebut yaitu pelanggaran maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, pelanggaran maksim kemurahan, pelanggaran maksim kerendahan hati, pelanggaran maksim kecocokan, dan pelanggaran maksim simpati. Wujud ragam bahasa yang tidak santun yang diucapkan oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur sangatlah kasar. Seperti terdapat namanama binatang yang sering diucapkan oleh mereka. Wujud ragam bahasa tersebut sangat tidak enak didengar, menyakitkan hati, bicara dengan kepahitan, olok-olok atau sindiran pedas dan mengandung celaan getir. Persepsi penutur bahasa di luar lingkungan terminal seperti guru, mahasiswa, karyawan swasta, dan ustadz beranggapan bahwa tuturan yang ada di lingkungan terminal sebagian besar adalah tuturan kasar. Menurut mereka yang menjadi latar belakang penutur mengucapkan tuturan kasar adalah latar pendidikan yang rendah, lingkungan yang memungkinkan mereka untuk bertutur kasar, dan landasan iman yang kurang kuat. Dari penelitian ini penulis berharap agar ada penelitian lain tentang kersantunan berbahasa karena masih jarangnya penelitian mengenai kesantunan berbahasa. Kepada ahli
10 158 EDU-KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: bahasa, tokoh masyarakat, dan ulama semoga memberikan perhatian khusus tentang fenomena pelanggaran kesantunan berbahasa yang saat ini sering terjadi guna menumbuhkan kesantunan dan kosopanan berbahasa di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul Kajian Bahasa: Struktur iinternal, Pemakaian, dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Sudaryanto Linguistik: Identitasnya, Cara Penanganan Objeknya, dan Hasil Kajiannya. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Pagmatik. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Wijana, I Dewa Putu Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Saefullah, Ruhendi Aceng Pragmatik dari Morris sampai Van Dijk dan Perkembangannya di Indonesia: Jurnal Artikulasi volume 3. Bandung: FPBS. Subroto, D. Edi Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komuniksi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi
BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;
Lebih terperinciJurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN
PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea ( 한국어 / 조선말 ) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terminal merupakan tempat sekumpulan bus atau angkot mengawali dan mengakhiri lintasan operasionalnya. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pada bangunan terminal
Lebih terperinciOleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK
REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya
Lebih terperinciMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A
KESANTUNAN BERBICARA PENYIAR RADIO SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan
Lebih terperinciBAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran
BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian
Lebih terperinciOleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo
PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.
Lebih terperinciKESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK
KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 ERWITIAN MARYA AGUSTINE
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)
IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN PASAR JUANA BARU KECAMATAN JUANA KABUPATEN PATI JAWA TENGAH
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN PASAR JUANA BARU KECAMATAN JUANA KABUPATEN PATI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penggunaan bahasa, selalu ada pesan yang ingin ditonjolkan juga pesan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam penggunaan bahasa, selalu ada pesan yang ingin ditonjolkan juga pesan yang ingin disamarkan. Hal tersebut rasanya sulit diwujudkan tanpa adanya gaya
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA DENGAN GURU DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA DENGAN GURU DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk menjalankan segala aktivitas. Bahasa juga sebagai salah satu aspek tindak tutur yang terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia
Lebih terperinciKESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN
KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW
KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.
Lebih terperinciPERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi
PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciREALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN
REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN Dewi Anggia Huzniawati Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI gigie_kaka@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar
Lebih terperinciABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,
ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian bahasa sebagai sarana komunikasi kurang begitu diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. Mereka berfikir bahwa yang terpenting dalam berkomunikasi
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBICARA DI PASAR TRADISIONAL NGEMPLAK KABUPATEN TULUNGAGUNG DALAM SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK
KESANTUNAN BERBICARA DI PASAR TRADISIONAL NGEMPLAK KABUPATEN TULUNGAGUNG DALAM SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK Anik Purwati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Fenomena kebahasaan adalah penggalan
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi
IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan
Lebih terperinciBAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas
8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.
Lebih terperinciREALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciABSTRAK
STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)
KAJIAN PRINSIP KESANTUNAN DALAM NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA DARWIS TERE-LIYE Auliya Arista Auliya.paul@gmail.com Tlp. 081805142321 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda
Lebih terperinciKAJIAN PERILAKU PRAGMATIS TERHADAP TINDAK TUTUR SANTRI TERHADAP KYAI DI PONDOK PESANTREN DI WILAYAH KOTA SEMARANG
KAJIAN PERILAKU PRAGMATIS TERHADAP TINDAK TUTUR SANTRI TERHADAP KYAI DI PONDOK PESANTREN DI WILAYAH KOTA SEMARANG Oleh: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro tiani.riris@gmail.com ABSTRACT The main
Lebih terperinciArtikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN
Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK
KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.
Lebih terperinciPERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)
PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki
Lebih terperinciPrinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik
Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik I Made Rai Arta 1 Abstrak Tulisan ini memuat kajian prinsip kerjasama dan kesantunan yang berorientasi pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata merupakan alat penyalur gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata dijalin-satukan melalui penggabungan dalam suatu konstruksi yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran
Lebih terperinciTINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah
0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Galuh dewinurhayati0403@gmail.com, hendaryan@unigal.ac.id ABSTRAK Bahasa dan kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan penuturnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur
61 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data
III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman pada saat ini banyak menuntut masyarakat untuk memahami berbagai macam penggunaan bahasa yang digunakan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud
Lebih terperincimenafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik yang selalu berkembang dari masa kemasa memegang perana penting dalam dunia kebahasaan. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Diajukanoleh
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK Iis Darliah, Ahadi Sulissusiawan, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email: darliah.iis@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Ketika manusia berbicara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan berbahasa merupakan sebuah aktivitas sosial yang dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Ketika manusia berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Pembawa Acara Musik Inbox Edisi Desember 2015 di Stasiun Televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi
Lebih terperinciANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA
Vol. 4 No.1 Juli 2014 ISSN 2089-3973 ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA Indah Rahmita Sari FKIP Universitas Jambi ABSTRACT This article is aimed to explain the disobedience
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia tidak akan lepas dari interaksi. Agar interaksi dapat berjalan dengan baik, tiap manusia memerlukan proses berkomunikasi.
Lebih terperinciANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI
ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI Oleh SUSANTI FITRIANA PATRISIA NIM 201010080311008 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
Lebih terperinciTINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO
TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Progam Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciSTRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON
STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON SKRIPSI Oleh JANJI WIJANARKO NIM 09340080 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.
KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN 2008--2011 DENGAN KARYAWAN UNESA Dwi Santoso S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sejenis Sebelumnya Penelitian tentang humor mengenai prinsip kerjasama sudah penah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain Rini Devi Ellytias (2013)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia
Lebih terperinci