PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS MATEMATIK
|
|
- Hendra Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prima: Jurnal Program Studi Pendidikan dan Penelitian Matematika Vol. 6, No. 1, Januari 2017, hal P-ISSN: PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIK, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS MATEMATIK Dian Novitasari Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan pendekatan pembelajaran SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk meningkatkan aktivitas matematik (doing math) siswa MTs. Penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah di Ciputat dengan metode penelitian tindakan kelas. Studi ini menemukan bahwa: 1) siswa yang proses pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivitas matematika. Berdasarkan perolehan belajar yang diamati, aspek pemecahan masalah memiliki perolehan belajar tertinggi 2) siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI. Siswa menjadi lebih aktif dan kritis dalam pembelajaran dengan pendekatan SAVI, dan pembelajaran dengan pendekatan SAVI juga memberikan suasana yang lebih menyenangkan kepada siswa. Kata kunci: pendekatan SAVI, aktivitas matematik Pendahuluan Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik, mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Salah satu tujuannya, menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Matematika merupakan ilmu dasar yang mendasari berbagai ilmu pengetahuan lain. Oleh karena itu, matematika berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika menjadi dasar dalam pengembangan ilmu. Kemajuan teknologi tidak dapat dipisahkan dari peran Matematika. Perkembangan ilmu dan teknologi sebagai hasil dari kemampuan berpikir logis, kritis, dan analitis. Dengan adanya kemampuan tersebut, manusia memiliki dorongan ingin tahu dan memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya. Setiap orang dalam kegiatan hidupnya akan terlibat dengan matematika, mulai dari bentuk yang sederhana dan rutin sampai pada bentuknya yang sangat kompleks. Misalnya, menghitung dan membilang, dua contoh kegiatan matematika rutin dan sederhana, hampir dikerjakan oleh setiap orang. Keadaan tersebut melukiskan karakteristik matematika sebagai suatu kegiatan manusia atau mathematics as a human activity. Sejalan dengan sifat
2 34 P-ISSN: kegiatan manusia yang tidak statis, pandangan tadi memuat makna matematika sebagai suatu proses yang aktif, dinamik, dan generatif. Sumarmo (2010) mengemukakan bahwa visi pengembangan matematika pada dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa datang. Visi pertama mengarahkan pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan idea matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua dalam arti yang lebih luas dan mengarah ke masa depan, matematika memberi peluang berkembangnya kemampuan menalar yang logis, sistimatik, kritis dan cermat, kreatif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap obyektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah. Belajar yang berhasil akan melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik aktif dengan anggota badan seperti membuat sesuatu, bermain atau bekerja. Sedangkan aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya berfungsi dalam rangka pengajaran secara aktif seperti mendengarkan, mengamati, dengan teliti, memecahkan persoalan matematika, mengambil keputusan dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah, pemahaman konsep, komunikasi matematik, koneksi matematik, dan penalaran matematik secara keseluruhan belum mencapai hasil yang memuaskan. Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas matematika adalah dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI yaitu salah satu pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran, dimana siswa dilibatkan tidak hanya sekedar mendapatkan penjelasan dari guru dan menyelesaikan soal, tetapi pada belajar dengan bergerak bebas aktif, mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan mengekspresikannya. Hal ini dapat melatih siswa secara kreatif, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan berusaha belajar secara aktif, pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Tinjauan Teoritis 1. Aktivitas Matematik Aktivitas pembelajaran yang memungkinkan dapat memunculkan kreativitas dipusatkan pada pemecahan masalah dengan kualitas tinggi yang melibatkan tantangan kognitif tingkat tinggi. Dalam memfasilitasi tumbuhnya kreativitas matematika maka semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran harus menyadari bahwa kreativitas Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,
3 Prima ISSN: matematika muncul dalam lingkungan yang dibangun secara aktif dengan mengamati fakta-fakta kemunculannya. Memberikan kesempatan kepada siswa agar memperoleh pengalaman kreatif dalam matematik, dan menyusun koneksi matematik secara eksplisit. Memunculkan keterampilan bertanya yang berkenaan dengan kejadian sehari-hari, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksikan proses matematik baik secara lisan maupun tulisan. Aktivitas matematik (doing math) diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan proses, konsep, sifat, dan idea matematika, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang kompleks. Kecakapan-kecakapan matematika yang termasuk ke dalam aktivitas matematik adalah; berkomunikasi matematika (mathematical communication), bernalar matematika (mathematical reasoning), kemampuan memecahkan masalah matematika (mathematical problem solving), mengkaitkan ide matematika (mathematical connection), dan pemahaman matematika (mathematical understanding). Pemecahan masalah diartikan sebagai suatu aktivitas yang memanfaatkan tugas atau permasalahan yang cara penyelesaian belum diketahui. Dalam kaitannya dengan mencari penyelesaian dari masalah itu, siswa harus mengintegrasikan pengetahuan yang dimilikinya, dan melalui proses ini kemungkinan dia mengembangkan pemahaman yang baru. Menyelesaikan masalah tidak menjadi tujuan utama dari pembelajaran matematika, tapi bagaimana siswa bekerja melalui aktivitas pemecahan masalah. Siswa akan memiliki banyak kesempatan untuk merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan persoalan kompleks yang memerlukan usaha keras dengan dorongan yang kuat sehingga dapat mencari solusi untuk masalah yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah matematik yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan masalah tidak rutin melalui tahap-tahap memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, melaksanakan strategi, dan memeriksa kebenaran hasil. Komunikasi Matematik merefleksikan pemahaman matematika yang tercakup dalam daya matematik. Siswa belajar matematika sebagaimana mereka berkata dan menulis tentang apa yang mereka kerjakan. Siswa akan menjadi aktif dalam menggunakan matematik ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide, berbicara dan mendengarkan temannya, berbagi ide, strategi, dan langkah-langkah penyelesaian. Menulis matematika mendorong siswa merefleksikan pekerjaannya dan mengklarifikasi ide-ide. Disamping itu membaca apa yang ditulis siswa adalah cara yang sangat baik untuk guru dalam mengidentifikasi pemahaman dan miskonsepsi siswa. Dalam NCTM (1989) beberapa indikator komunikasi matematik diantaranya adalah mengungkapkan gagasan matematika secara lisan dan tulisan, merumuskan definisi matematik, dan mengekspresikan generalisasi yang ditemukan melalui pengamatan. Kemampuan Penerapan pendekatan somatik, auditori, visual, intelektual (savi) untuk meningkatkan aktivitas matematik Novitasari
4 36 P-ISSN: komunikasi matematik dalam penelitian ini adalah kemampuan menyatakan, mendemonstrasikan, dan menafsirkan ide matematik dari suatu uraian ke dalam model matematika (grafik, diagram, tabel, dan persamaan) atau sebaliknya. Bernalar matematik adalah suatu kebiasaan dalam otak, dan seperti semua kebiasaan maka perlu dikembangkan secara konsisten dalam setiap konteks matematika. Disamping itu bernalar matematik menawarkan cara-cara yang kuat dalam mengembangkan dan mengekspresikan pandangan yang luas tentang suatu fenomena. Dapat bernalar merupakan hal yang penting dalam memahami matematik. Dengan membangun ide, mengeksplorasi fenomena, menjustifikasi hasil, dan menggunakan pernyataan matematika pada semua konteks dan semua jenjang kelas akan menyebabkan siswa dapat melihat bahwa matematika itu bermakna. Dalam penelitian yang dilakukan, kemampuan yang diukur adalah kemampuan generalisasi. Kemampuan generalisasi adalah kemampuan menarik kesimpulan umum berdasarkan data atau fakta yang diberikan. Koneksi matematika mendasari penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari yang menyajikan sinopsis untuk menghubungkan suatu topik dengan topik matematik lainnya. NCTM (1989) menekankan pentingnya koneksi diantara topik-topik matematika dan antara matematika dengan bidang disiplin ilmu lain. Siswa sebaiknya memahami bagaimana matematika berkaitan dengan subjek yang lain seperti seni, ilmu sosial, kesehatan, ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa, dan lain-lain. Kemampuan koneksi matematik dalam penelitian ini adalah mencari hubungan berbagai representasi konsep dan menggunakan matematika pada kehidupan sehari-hari. Kemampuan pemahaman matematik menjadi landasan untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Sumarmo (2010) menyebutkan indikator pemahaman matematik secara umum meliputi mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea matematika. Kemampuan pemahaman matematik dalam penelitian ini adalah kemampuan menerapkan konsep matematika pada situasi yang cocok, mengidentifikasikan, dan memberikan contoh dari konsep matematika. 2. Pendekatan SAVI Pendekatan belajar ini didasari oleh fakta bahwa setiap orang memiliki gaya berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagian kita dapat belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya orang-orang seperti ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan fasilitator dan tidak terganggu oleh kebisingan. Pola belajar demikian disebut gaya belajar visual. Disisi lain banyak pula pelajar yang mengandalkan kemampuan mendengar untuk mengingat dan tidak sedikit siswa yang memiliki cara belajar paling efektif dengan terlibat langsung dengan kegiatan. Pembelajaran tidak secara spontan dapat meningkat apabila siswa hanya disuruh untuk berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik, dengan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,
5 Prima ISSN: aktivitas berpikir (intelektual) dan penggunaan semua indera baik pendengaran maupun penglihatan (visual) berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran terutama pada hasil belajar siswa. Model belajar demikian menurut Meier disebut pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua indera yang dimiliki siswa, dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan intelektual dan penggunaan semua alat indera dalam satu peristiwa pembelajaran. Pembelajaran tidak secara spontan dapat meningkat apabila siswa hanya disuruh untuk berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik, dengan aktivitas berpikir (intelektual) dan penggunaan semua indera baik pendengaran maupun penglihatan (visual) berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran terutama pada hasil belajar siswa. Model belajar demikian menurut Meier (2002) disebut pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Pendekatan SAVI adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua indera yang dimiliki siswa, dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan intelektual dan penggunaan semua alat indera dalam satu peristiwa pembelajaran. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri. Istilah SAVI merupakan kependekan dari Somatis, Auditori, Visual, Intelektual. Somatis dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditori adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambar). Intelektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Keempat unsur tersebut harus berjalan sinergis, terpadu dan simultan. Kata Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti belajar dengan memanfaatkan indra peraba, kinestetik, praktis- melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Belajar auditori berarti belajar dengan cara mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Sedangkan belajar visual dapat membantu pembelajar melihat inti masalah, karena dengan menggunakan visual maka setiap anak terutama pembelajar visual akan lebih mudah memahami jika dapat melihat apa-apa yang bicarakan gurunya. Belajar intelektual dimaknai sebagai apa yang dilakukan dalam pikiran pembelajar secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptkan hubungan, makna, Penerapan pendekatan somatik, auditori, visual, intelektual (savi) untuk meningkatkan aktivitas matematik Novitasari
6 38 P-ISSN: rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Dengan intelektual pembelajar dapat menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif untuk membuat makna baru bagi diri pembelajar itu sendiri (Meier,2002). Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Pembelajar dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (Intelektual) jika mereka secara simultan menggerakan sesuatu (Somatis) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (Visual) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (Auditori). Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Inderawi. Metode pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang menyajikan pembelajaran dalam empat tahap dengan rincian sebagai berikut: 1) Pengelompokkan Siswa Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI langkah awal adalah dengan pembentukan kelompok, banyak cara untuk pembentukan kelompok misalnya menyebutkan salah satu angka yang disediakan guru, kemudian siswa memilih angka paling disenangi oleh siswa, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam kerja kelompok, dan siswa akan menyenangi bekerja dalam kelompok yang telah dipilihnya. 2) Pembelajaran menekankan pada penggunaan berbagai media Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam memberikan materi agar lebih mudah dalam pembelajaran. Media dapat mendukung terhadap penggunaan strategi belajar mengajar sekaligus membantu tercapainya tujuan pembelajaran. 3) Siswa memecahkan masalah secara berkelompok Setelah siswa mendapatkan masalah soal, maka akan lebih mudah apabila pemecahan masalah/soal dengan mendiskusikan terlebih dahulu dengan kelompok. Di dalam kelompok tersebut masalah akan dipecahkannya. 4) Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok diskusi Pada langkah terakhir pendekatan SAVI ini, bahwa siswa akan mempersentasikan hasil karya kelompoknya, pada tahap ini adanya tanya jawab, saran-saran dan sebagainya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,
7 Prima ISSN: dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Metode PTK berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan atau strategi pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pelajaran di kelas. Prosedur pelaksanaan PTK terdiri dari rangkaian beberapa siklus yang berulang. Siklus adalah suatu putaran kegiatan yang beruntun yang kembali ke langkah semula. Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan/observasi (observation), dan refleksi (reflection). Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai berdasarkan indikator keberhasilan kerja. Penelitian dilakukan di salah satu MTs Negeri di Kota Tangerang Selatan, dengan subjek penelitian siswa kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 37 siswa. Dilibatkannya semua siswa sebagai sumber data, mengingat hampir semua siswa belum mampu melakukan aktivitas matematik dengan baik. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dikembangkan dua buah instrument penelitian, yaitu: 1. Tes Aktivitas Matematik Tes aktivitas matematik yang disunakan adalah 10 buah soal tes bentuk uraian. Sebelum digunakan dalam penelitian, soal tes dianalisis oleh pakar evaluasi, yaitu dosen pembimbing. 2. Jurnal Harian tentang Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran Jurnal harian ini diberikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, bagaimana respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Instrument ini diberikan setiap hari setelah proses pembelajaran berlangsung. Setelah data-data penelitian terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data kuantitatif berupa data skor aktivitas matematik siswa dan jurnal harian. Data-data tersebut penulis sajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang (grafik). Data jurnal harian dianalisis dengan menggunakan nilai persentase menggunakan rumus: p = f N 100% Keterangan: p = Angka persentase f = Frekuensi yang akan dicari persentasenya Penerapan pendekatan somatik, auditori, visual, intelektual (savi) untuk meningkatkan aktivitas matematik Novitasari
8 40 P-ISSN: N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu) Hasil dan Pembahasan 1. Tes Aktivitas Matematik Tes aktivitas dilaksanakan setelah tindakan penelitian berlangsung, diakhir siklus I dan II. Untuk mengetahui adakah peningkatan terhadap kelas yang diajarkan dengan pendekatan SAVI berikut ini disajikan hasil dari tes pemecahan masalah, pemahaman matematik, komunikasi matematik, penalaran matematik dan koneksi matematik. Tabel 1. Rata-rata Perolehan Tes Hasil Aktivitas Matematik Siklus I dan II Aspek Aktivitas Matematik Rata-rata Siklus I Siklus II Komunikasi Matematik 73,47 77,78 Pemecahan Masalah Matematik 67,64 71,41 Penalaran Matematik 70,94 75,35 Koneksi Matematik 72,64 76,00 Pemahaman Matematik 74,69 80,54 Total 71,88 76,22 2. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran Respon positif siswa pada siklus I rata-rata 63,54%. Respon positif itu meliputi merasa senang ketika pembelajaran dan merasa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Sedangkan siswa yang memberikan respon negatif rata-rata 19,97%. Respon negatif itu meliputi merasa bosan, jenuh, dan sulit memahami materi pembelajaran. Namun demikian masih ada siswa yang merasa bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI biasa saja. Pada siklus II terjadi peningkatan pada respon positif menjadi 88,69%. Sedangkan rata-rata respon negatif siswa menurun menjadi 11,30%. Serta tidak ada lagi siswa yang merespon biasa saja pada siklus II. Persentase respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan SAVI disajikan dalam grafik berikut ini: Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,
9 Prima ISSN: Kategori Respon 100% 80% 60% 40% 20% 0% Positif Netral Negatif Siklus I Siklus II Gambar 1. Persentase Respon Siswa Siklus I dan Siklus II Pada pendekatan SAVI pembelajaran yang diberikan melalui soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan keseharian siswa, sehingga siswa jadi terbiasa untuk berpikir matematik dan menggunakan aktivitas intelektualnya dalam menarik kesimpulan. Pembelajaran SAVI juga membuat siswa menggerakan seluruh indera yang dimilikinya, siswa dibiasakan untuk berdiskusi selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini melatih keberanian siswa dalam bertanya dan menjelaskan kepada teman-temannya. Selain itu pembelajaran SAVI juga menggunakan media visual untuk memudahkan siswa memahami materi yang dipelajarinya. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, kemampuan pemahaman matematik siswa meningkat menjadi 74,69, siswa dapat membedakan relasi, fungsi, serta korespondensi satusatu, siswa juga dapat dengan mudah mengingat rumus banyaknya relasi, fungsi, dan korespondensi yang mungkin serta dengan mudah menggunakan dan menghitungnya. Dalam membuktikan apakah relasi itu sebuah fungsi atau korespondensi satu-satu sebagian besar siswa dapat menjawabnya, terutama siswa yang berkemampuan tinggi serta sebagian besar siswa yang berkemampuan sedang, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah masih kesulitan. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan penalaran matematik siswa sudah meningkat walaupun belum maksimal. Dalam menentukan rumus fungsi menggunakan persamaan linier siswa masih mengalami kesulitan secara aljabar, walaupun secara konsep hampir mendekati kebenaran. Komunikasi matematik siswa sudah cukup meningkat mencapai 73,47 pada siklus I, siswa dapat menjelaskan pengertian relasi, fungsi dan korespondensi menggunakan bahasanya sendiri, tetapi siswa masih enggan berdiskusi dan mengakibatkan kegiatan diskusi kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya peran siswa yang berkemampuan Penerapan pendekatan somatik, auditori, visual, intelektual (savi) untuk meningkatkan aktivitas matematik Novitasari
10 42 P-ISSN: akademik tinggi dalam menjelaskan materi kepada teman-temannya. Dalam mendemonstrasikan hasil diskusinya siswa belum secara maksimal melakukannya. Siswa juga belum optimal menggunakan media visual yang diberikan peneliti. Tulisan mereka pada karton masih terlalu kecil sehingga tidak terbaca oleh siswa yang duduk di belakang. Dengan kata lain siswa tidak dapat sepenuhnya dapat mengamati hasil presentasi kelompok lainnya. Kemampuan siswa dalam mencari hubungan berbagai representasi konsep pada siklus I sudah meningkat mencapai 72,64. Siswa sudah mulai terbiasa mengerjakan soal dengan menggunakan hubungan antar materi. Seperti dalam menyelesaikan persamaan linier satu variabel, siswa dapat menggunakan perubahan nilai fungsi untuk mempermudah mengerjakannya. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa, siswa yang berkemampuan akademik sedang lebih mudah mengerjakan soal-soal koneksi matematik dibandingkan dengan siswa berkemampuan akademik tinggi Kemampuan pemecahan masalah masih berada pada level terendah dengan rata-rata 67,64, siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan suatu permasalahan mengenai relasi, fungsi dan korespondensi satu-satu yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kendala utama siswa dalam pemecahan masalah matematika non rutin adalah faktor bahasa. Siswa kurang terlatih menggunakan ide tersebut dengan bahasa yang benar, muncul berbagai kesulitan seperti dalam menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, serta bagaimana hubungan ketentuan yang satu dengan yang lainnya. Kemampuan menentukan hubungan ketentuan satu dengan yang lainnya itu, akan mengarahkan pikiran siswa dalam menentukan jenis operasi yang diperlukan dalam pemecahan masalah. Respon positif yang diberikan siswa selama pembelajaran pada siklus I mencapai 63,54%, dan masih ada 19,97% siswa yang memberikan respon negatif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan siswa pada jurnal harian. Ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa pembelajarannya masih membosankan, kurang menyenangkan, dan soal-soalnya terlalu sulit. Pada siklus II, secara keseluruhan data telah mengalami peningkatan. Kemampuan pemahaman matematik berada pada level tertinggi yaitu mencapai 80,54 siswa sudah terbiasa menerapkan konsep fungsi, mengidentifikasikan, dan memberikan contoh relasi fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan penalaran matematik juga sudah meningkat mencapai 75,35, hal ini dapat dilihat dari hasil tes akhir, hampir semua siswa dapat menjawab soal kemampuan penalaran matematik, yaitu kemampuan menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta yang diberikan. Koneksi matematik siklus II ini siswa diharapkan dapat menentukan nilai fungsi dari selisih fungsi kuadrat, siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan, Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,
11 Prima ISSN: sudah banyak siswa yang dapat menyelesaikan secara aljabar. Koneksi matematik pada siklus II mencapai rata-rata 76,00. Kemampuan komunikasi siswa juga sudah meningkat menjadi 77,78, selama proses pembelajaran SAVI pada siklus II, siswa mulai menunjukkan sikap antusias dalam belajar matematika, siswa mulai merespon pembelajaran yang diberikan peneliti, memberikan alasan yang logis atas pertanyaan yang diajukan baik oleh temannya atau peneliti, siswa juga sudah terbiasa dalam berdiskusi sehingga terjadi komunikasi dua arah baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Metode diskusi kelompok heterogen yang dibuat peneliti mampu memfasilitasi keinginan siswa untuk bertukar pikiran. Dalam memberikan refleksi juga sudah cukup optimal, hal ini dapat dilihat bahwa bukan hanya siswa berkemampuan tinggi dan rendah yang mengemukakan pendapatnya, siswa yang berkemampuan rendah pun sudah ikut berperan. Kemampuan pemecahan masalah juga sudah meningkat walaupun tidak setinggi kemampuan-kemampuan lainnya, siswa sudah terbiasa memecahkan masalah yang berkaitan dengan relasi yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Respon positif terhadap pembelajaran SAVI pun meningkat menjadi 88,69%. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan indikator yang telah ditetapkan telah tercapai sehingga pembelajaran pun dihentikan. Simpulan dan Saran Dari hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat peningkatan hasil aktivitas matematik siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan SAVI. Dimana siswa yang mendapat pembelajaran pendekatan SAVI meningkat dari klasifikai belum lulus pada awal pembelajaran menjadi klasifikasi lulus setelah pembelajaran. 2. Pendekatan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Respon positif siswa pada siklus I rata-rata 63,54%. Respon positif itu meliputi merasa senang ketika pembelajaran dan merasa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan. Sedangkan siswa yang memberikan respon negatif rata-rata 19,97%. Respon negatif itu meliputi merasa bosan, jenuh, dan sulit memahami materi pembelajaran. Namun demikian masih ada siswa yang merasa bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI biasa saja. Pada siklus II terjadi peningkatan pada respon positif menjadi 88,69%. Sedangkan rata-rata respon negatif Penerapan pendekatan somatik, auditori, visual, intelektual (savi) untuk meningkatkan aktivitas matematik Novitasari
12 44 P-ISSN: siswa menurun menjadi 11,30%. Serta tidak ada lagi siswa yang merespon biasa saja pada siklus II. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran-saran penulis adalah: 1. Bagi para guru yang ingin meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa yang beragam kemampuan akademiknya, sebaiknya menerapkan pendekatan pembelajaran SAVI. 2. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin meningkatkan aktivitas menjelaskan tugas proyek, sebaiknya siswa diberikan banyak kesempatan dalam menjelaskan tugas yang dibuatnya, serta menghargai sekecil apapun yang telah dilakukannya, sehingga turut menumbuhkan sikap percaya diri. 3. Sebaiknya proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan SAVI lebih sering diterapkan, sehingga aktivitas siswa lebih meningkat. 4. Bagi para pembaca yang berminat untuk meneliti agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai pendekatan pembelajaran SAVI baik pada variabel penelitian, maupun pada jenjang pendidikan yang lainnya. Sehingga turut memperkuat pembuktian teori-teori pendekatan pembelajaran SAVI secara empiris. Daftar Pustaka Aktivitas Belajar Matematika. 2 April :20. Nastional Council of Teachers of Mathematics. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Virginia: NCTM Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Azwar, Saifuddin, Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Bahri, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Campbel, Linda. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligency. Jakarta: Intuisi Press Colin, Rose. Accelerated Learning For The 21 st Century. Bandung: Nuansa Deporter, Bobbi. Quantum Learning. Bandung: Kaifa Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,
13 Prima ISSN: Huda Michail. Motivasi dan Aktivitas dalam Belajar. ar, 22 Sept :20 Kadir. Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna Meier, Dave. The Accelerated Learning Handbook, Bandung: Kaifa Nasution S. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media Sagala, syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sardiman AM, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Silberman, Mel. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sudrajat, Akhmad, Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning dalam KTSP, Juli 2011] Sumarmo, Utari. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Penerapan pendekatan somatik, auditori, visual, intelektual (savi) untuk meningkatkan aktivitas matematik Novitasari
Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem pendidikan Indonesia, bidang studi yang dipelajari secara implisit dan eksplisit mulai dari taman kanakkanak hingga perguruan tinggi adalah matematika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA
ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciPERBANDINGAN METODE ACCELERATED LEARNING DENGAN METODE ACTIVE LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA SMP N 21 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PYTHAGORAS; Vol. 3 (2): 1-6 ISSN 2301-5314 Oktober 2014 PERBANDINGAN METODE ACCELERATED LEARNING DENGAN METODE ACTIVE LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA SMP N 21 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf dan derajatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas
Lebih terperinciTHINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Alis Suryanti Guru SDN 1 Purwosari Kec. Padangratu E-mail: Alissurnyanti@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai
Lebih terperinciPENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS Nurhayati, Nila Kurniasih, Dita Yuzianah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciRinendah Sihwinedar 16
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) PADA SISWA KELAS III SDN REJOAGUNG 01 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Rinendah Sihwinedar
Lebih terperinciKata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan sebuah negara. Semakin baik kualitas pendidikan di sebuah negara maka semakin baik pula kualitas negara tersebut.
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI Ana Susanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: santiana998@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai problema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN
Lebih terperinciPENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tutik Yuliarni 7 Abstrak. Proses pembelajaran masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran yang penting, banyak aktivitas yang dilakukan manusia berhubungan dengan matematika, sebagaimana pendapat Niss (dalam Risna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki nilai esesensial dalam kehidupan sehari-sehari. Matematika berhubungan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN Andy Sapta Program Pendidikan Matematika, Universitas Asahan e-mail : khayla2000@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciMENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA. Nurhasanah 2
MENERAPKAN PRINSIP PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA Nurhasanah 2 Abstrak. Telah dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang diperlukan dalam kehidupan manusia, karena melalui pembelajaran matematika siswa dilatih agar dapat berpikir kritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) [ 286 ] P a g e Wahyu Aris Setyawan & Yoyok Susatyo Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciEDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP Elli Kusumawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan
Lebih terperinciPGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi 36 A, Surakarta
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL (SAVI) Nita Puspita Sari 1), Retno Winarni 2), Joko Daryanto 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA ( PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu Tahun 2011/2012 ) Oleh
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR
PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT SIFAT CAHAYA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Istaana Bidadari Malinda 1), Lies Lestari 2), Yulianti
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciKata Kunci: Hasil Belajar, kesebangunan, simetri.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SIFAT-SIFAT KESEBANGUNAN DAN SIMETRI MELALUI KOMBINASI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN TALKING STICK DAN DEMONSTRATION DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KUIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD) Aisjah Juliani Noor, Rifaatul Husna Pendidikan Matematika FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2015 Indonesia menempati posisi ke 69 dari 76 negara di dunia dalam bidang pendidikan yang di survey oleh Organisation for Economic Cooperation and Development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika adalah bagian yang sangat dekat dengan kehidupan seharihari. Berbagai bentuk simbol digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian,
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciKata Kunci: Pemahaman Konsep, SAVI, IPS. Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP IPS MATERI PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL) Wulan Ika Ashari 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Hal ini karena matematika lahir dari fakta-fakta yang ada dalam kehidupan manusia
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING
PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JATIROTO TAHUN AJARAN 2014/2015 Marlina 1, M. Chamdani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU
PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU Sakka, Yusuf Kendek dan Kamaluddin e-mail: sakha_rahma@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematikadalamduniapendidikanmerupakansalahsatuilmudasar yangdapatdigunakanuntukmenunjangilmu-ilmulainsepertiilmu fisika,kimia,komputer,danlain-lain.pada
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Pendekatan pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) Menurut Hermowo (Firti, 2012:17) SAVI adalah singkatan dari Somatis (bersifat raga), Auditori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan
Lebih terperinciPENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs
PENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs Marliani Utami Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri karena persaingan dalam dunia pendidikan semakin ketat. Salah satu upaya yang dapat
Lebih terperinciPardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII MTS AMDA PERCUT SEI TUAN T.A. 2014/2015 Pardomuan N.J.M.
Lebih terperinciJurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
PENGGUNAAN MODEL DIRECT INSTRUCTION KOMBINASI DENGAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DI KELAS V SDN KUIN CERUCUK 3 BANJARMASIN Diana Fatmasari, Hj.
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELLEKTUAL (SAVI)
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELLEKTUAL (SAVI) Kartika Lusanti 1), Rukayah 2), M. Ismail Sriyanto 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir.
Lebih terperinciDeliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS VII H SEMESTER GENAP MTS NEGERI SURAKARTA II TAHUN 2014/2015 Naskah Publikasi Diajukan untuk memperoleh
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA Silvia Yanirawati 1), Nilawasti ZA 2), Mirna 3) 1) FMIPA UNP 2,3) Staf Pengajar
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG Widya Danu Fadilah 1, Edrizon 1, Hendra Hidayat 1 1
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR Dian Safitri Universitas
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
Lebih terperinciPROSIDING ISBN :
P 54 UPAYA MENINGKATKAN KARAKTER POSITIF SISWA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KOOPERATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TRAVEL GAME DI SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA Laela Sagita, M.Sc 1, Widi Asturi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN
p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN Yuni Lestari Purnomowati
Lebih terperinciMahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:
PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan era globalisasi yang semakin berat, yaitu diharapkan mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus terpenuhi dari setiap individu, karena dengan pendidikan potensi-potensi individu tersebut dapat dikembangkan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN Arrini Ditta Margarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya
Lebih terperinciOleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
218 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016 MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA SISWA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual Menurut Meier (2002) pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email : seriussembiring@gmail.com
Lebih terperinci