BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Bahasa merupakan instrumen terpenting dalam proses komunikasi di kehidupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, sampai tidur lagi, dan melakukan interaksi dengan manusia lainnya, tidak luput dari adanya penggunaan bahasa. Penelitian ini menelaah ihwal penggunaan bahasa remaja di masa sekarang ini. Tidak hanya mengenai penggunaannya saja, namun juga alasan mengapa mereka (kaum remaja) menggunakan bahasa tersebut dalam proses penyampaian pesan (proses komunikasi) dikalangan mereka (para remaja). Bab ini juga membahas peran bahasa dalam masyarakat dan ragam bahasa, khususnya bahasa gaul. 1.1 Kajian Pustaka Beberapa studi mengenai penggunaan bahasa gaul dalam proses komunikasi di kalangan remaja sudah banyak dilakukan. Seperti penelitian Runtun Rima Ultima, Ragam Bahasa Remaja, 12

2 13 penelitian ini membahas mengenai bahasa yang dipakai oleh remaja dalam situs jejaring soaial Facebook. Penelitian ini juga membahasa mengenai remaja dan bahasa gaul yang mereka gunakan. Penelitian lainnya yaitu Ni Made Dhianari yang membahasa mengenai penggunaan bahasa gaul pada kalangan komunitas pengguna Kaskus. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti sebelumnya Judul Teori Metode Hasil Penelitian Kritik 1. Donny Handoko, Relasi Semiotika Kualitatif Facebook Ada Pengajar Fakultas Manajemen Desain dan Komunikasi Institut Manajemen Telkom Tanda pada Aplikasi Permainan Pasif Pada Jejaring Sosial (Pierce) atau syntagm dalam semiologi (Saussure) ternyata tidak hanya memenuhi kebutuhan komunikasi antar personal, ada beragam aplikasi baiknya jika teori interaksi simbolik digunakan lebih Facebook yang membawa maksimal pola baru dalam dalam interaksi manusia menganalis di facebook, a makna- keunikan ini makna memberi peluang simbolik yang lebih besar pada pola komunikasi interaksi

3 14 visual untuk berkreasi manusia di facebook. melibatkan makna-makna simbolik. 2 Dr.Maria Josephine Pengama- Komunika- Kualitatif Berbahasa yang Dari segi tan si Antar baik mencakup pendekatan Penggunaa Personal komunikasi yang yang n Bahasa memperhatikan dilakukan, Indonesia pendidikan penelitian di Dunia lingkungan ini akan Digital sosial, pekerjaan, lebih (Bahasa hubungan antar maksimal alay personal, nilai jika merusak yang dianut serta dilakukan Bahasa sikap dengan Indonesia) menggunak an metode kuantitatif juga. 3 Runtun Rima Ragam Teori Kualitatif Hasil temuan dan Akan Ultima Bahasa Morfologi pembahasan sangat Remaja menunjukan menarik bahwa perubahan jika,

4 15 afiksasi bahasa gaul ini tergantung pada kelompok bunyi yang dihadapi afiks tersebut. Selain itu terungkap pula bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan semakin kaya dan kreatif peneliti juga menjabarka n secara rinci, akibat dari penggunaa n ragam bahasa tersebut terhadap kehidupan para remaja tersebut. kata-kata yang mereka gunakan, sebaliknya semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin sedikit dan sederhana kata-kata yang mereka gunakan.

5 16 4 Kristina Konstruksi Teori Kualitatif Penelitian Sebaiknya Sosial Konstruksi menunjukan teori Update atas realitas bahwa interaksi status pengungkapan simbolik pengguna identitas dalam digunakan Sosial menyampaikan lebih Media emosi pada maksimal (Analisis kalangan remaja dalam Wacana saat menganalis Bahasa menggunakan a makna- Gaul Pada media elektronik makna Facebook) bervariasi. simbolik Bahasa yang pada pola digunakan tidak interaksi lagi menunjukan manusia di kecintaannya facebook. terhadap bahasa nasional. Yang menjadi perbedaan penelitian ini dengan penelitian - penelitian terdahulu adalah bahwa dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk meneliti bahasa gaul dilihat dari percakapan-percakapan secara langsung, dalam keseharian mereka, dan dalam komunitas remaja yang sesungguhnya.

6 Kerangka Pemikiran Proses Komunikasi Menurut Wiryanto dalam bukunya Teori Komunikasi Massa, ia mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses, dimana komunikator menyampaikan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, lewat saluran tertentu kepada komunikan 1 Dalam pengertian itu tampak proses komunikasi diawali dengan komunikator yang menyampaikan pesan dan diakhiri dengan komunikan yan menerima pesan. Proses komunikasi berlangsung dalam keadaan dinamis, berkelanjutan, berubah-ubah. Agar peristiwa komunikasi mudah dipelajari, maka sengaja diciptakan penyederhanaan. Kebanyakan pada studi komunikasi, penyederhanaan tersebut diawali dari komunikator (source) yang menyampaikan pesan (message) melalui media (channel) kepada komunikan (receiver) sampai proses tersebut menimbulkan dampak (effect) pada komunikannya Pelaku Komunikasi Remaja Wajah dicermin ini menatapku dan bertanya siapa kamu? Akan jadi apa kamu? Dan mengejek kamu tidak akan pernah 1 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Jakarta, Grasindo, 2000 hal.19

7 18 tau. Dituduh demikian, membuat saya ngeri dan menyetujuinya. Dan kemudian, karena saya masih muda, saya menjulurkan lidah saya. Eve Merriam, Conversation with myself, Masa Remaja merupakan masa peluang sekaligus resiko. Para remaja berada dipertigaan antara kehidupan cinta, pekerjaan dan partisipasi dalam masyarakat dewasa. Belum lagi, masa remaja adalah masa di mana para remaja terlibat dalam prilaku yang menyempitkan pandangan dan membatasi pilihan mereka. Mereka merasa penasaran terhadap banyak hal, mereka mencari identitas dan jati diri dengan pengalaman yang masih sangat sedikit. Mereka ragu dan akan banyak hal yang mereka alami, tetapi sekaligus tertantang untuk melakukan hal-hal yang berbeda. berikut: Definisi masa remaja bagi Romaine (1984) adalah sebagai adolescence is the time between being a child and full adult, that is the period of time during which a person is biologically (physically) adult but emotionally (feelings) not at full maturity. Jadi, masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan secara biologis (fisik) 2 Papalia, Diane E., Human Development, Psikologi Perkembangan, Bagian V s/d IX, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, hal.532

8 19 sudah matang namun secara emosional (emosi) mereka itu belum matang sepenuhnya. Sementara itu menurut Salzman (dalam Pikunas, 1976) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian ( independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Romaine (1984) mengatakan bahwa masa remaja merupakan kebudayaan dan tidak mengacu pada periode waktu yang tetap. Batasan masa remaja pada setiap budaya berbeda-beda. Contohnya, di Amerika Serikat, seseorang dianggap remaja biasanya mulai sekitar usia 13 tahun, dan berakhir sekitar usia 18 tahun. Dalam bahasa Inggris, remaja (adolescents) sering disebut teenagers atau teen, yang berasal dari akhiran kata bahasa Inggris thirteen sampai dengan nineteen. Sedangkan Aristoteles (dalam Sarwono, 2010) membagi jiwa manusia yang dikaitkan dengan perkembangan fisiknya, ke dalam tiga tahap yang masing-masing berlangsung dalam kurun usia 7 tahunan. Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles adalah sebagai berikut: (1) 0-7 tahun: masa kanak-kanak (infancy) (2) 7-14 tahun: masa kanak-kanak (boyhood) (3) tahun: masa dewasa muda (young manhood)

9 20 Pandangan Aristoteles ini sampai sekarang masih berpengaruh pada dunia modern kita, antara lain dengan tetap dipakainya batas usia 21 tahun dalam kitab-kitab hukum di berbagai Negara, sebagai batas usia dewasa. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis berkesimpulan batasan masa remaja untuk penelitian ini dimulai dari usia 13 tahun sampai 20 tahun. Masa remaja, ditinjau dari segi perkembangan, merupakan masa kehidupan manusia yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin pula dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia yang hanya berlaku bagi kelompok mereka, atau kalau semua pemuda sudah tahu, bahasa ini tetap rahasia bagi kelompok anak-anak dan orang tua (Sumarsono, 2009:150). Pada umumnya para remaja menggunakan pertuturan ini untuk berkomunikasi dengan sesamanya dalam keadaan santai dan berfungsi untuk menjalin keakraban atau sebagai identitas keakraban.terkadang bagi mereka yang sudah tidak remaja lagi, bahasa remaja ini menimbulkan kebingungan karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan atau yang ditulis para remaja itu saat mereka berkomunikasi.

10 Teori Perkembangan Bahasa Anak (Generatif-Transformasi), Chomsky Menurut Chomsky kemampuan berbahasa pada manusia bukanlah produk (setting) alam, melainkan merupakan potensi bawaan manusia sejak lahir. Teori ini, ia kemukakan sebagai hasil dari penelitian yang ia lakukan pada perkembangan berbahasa seorang anak dalam hal pemerolehan bahasa berdasarkan teori hipoteseis atau teori kodrati. Melalui pendekatan nativis Chomsky mengemukakan bahwa adanya ciri-ciri bawaan bahasa untuk menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada anak dalam tempo begitu singkat sekalipun ada sifat amat abstrak dalam kaidah-kaidah bahasa tersebut. Seorang anak dapat menguasai bahasa ibunya dengan mudah dan cepat, bahkan pengetahuan itu juga diikuti oleh sense of language dari bahasa itu, yang lebih mengarah pada keterampilan dalam tata bahasa. Mereka dapat mengenal bahasa itu sehingga mampu merangkai kalimat dengan tepat, meski mereka tak mungkin bisa menjelaskannya. Hal itu, ia yakini sebagai kemampuan naluriah yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Suatu hal yang mustahil bila kemampuan itu dianggap sebagai hasil pembelajaran, dari alam atau kedua orang tuanya. Penguasaan terhadap tata bahasa sebuah bahasa bukanlah hal yang mudah, terlebih untuk tingkat kanak-kanak.

11 22 Menurut Chomsky, focus teori bahasa adalah upaya menandai kemampuan abstrak yang dimiliki pembicara, memungkinkan pembicara menggunakan kalimat-kalimat yang secara gramatikal benar dalam suatu bahasa. Teori Generatif-Transformasi yang diletakan oleh Chomsky adalah teori modern paling menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan masalah kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan pengetahuan manusia. Bahwa manusia lahir dengan kapasitas genetik juga mempengaruhi kemampuan kita memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah kontruksi sistem bahasa yang tertanam dalam diri kita. Menurut Chomsky, pengetahuan bawaan ini diumpakan dengan kotak hitam kecil di otak, sebagai sebuah perangkat pemerolehan bahasa atau language acquisition device (LAD). McNeill (1966) memaparkan LAD meliputi empat perlengkapan linguistic bawaan. 1. Kemampuan membedakan bunyi wicara dari bunyi-bunyi lain di lingkungan sekitar 2. Kemampuan menata data linguistic ke dalam berbagai kelas yang bisa disempurnakan kemudian 3. Pegetahuan bahwa hanya jenis system linguistic yang memungkinkan, sedang yang lainnya tidak.

12 23 4. Kemampuan untuk terus mengevaluasi mengevaluasi system linguistic yang berkembang untuk membangun kemungkinan system paling sederhana berdasarkan masukan linguistic yang ada. Perlengkapan linguistik bawaan ini mempengaruhi kemampuan kita memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah kontruksi system bahasa yang tertanam dalam diri kita Bahasa Gaul Sebagai Pesan Komunikasi Peran Bahasa Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam hidup manusia. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antarsesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas-komunitas masyarakat atau bangsa. Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya. Bahasa bersifat manasuka (arbitrer). Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini memungkinkan adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah lain. Bahasa tidak terlepas dari perkembangan budaya manusia. Bahasa berkembang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Bahasa dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi di

13 24 dalam masyarakat. Sehingga, bahasa dapat disebut sebagai cermin zamannya. Sumarsono dan Partana dalam Sosiolinguistik (2006) menyatakan bahwa bahasa sebagai produk sosial atau produk budaya. Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Keraf (1991) yang menyatakan bahwa bahasa apabila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya, bahasa berfungsi sebagai (1) alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) alat komunikasi, (3) alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) alat untuk mengadakan kontrol sosial. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri dipergunakan untuk mengkespresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri. Ekspresi bahasa lisan dapat dilihat dari mimik, lagu/intonasi, tekanan, dan lain-lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat dengan diksi, pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Ekspresi diri dari pembicaraan seseorang memperlihatkan segala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial, ekonomi. Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai

14 25 indentitas kelompok dalam suatu masyarakat. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi kultural. Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan antaranggota masyarakat. Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai sarana pelestarian budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini meliputi segala aspek kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan bahasa sebagai alat untuk memperlancar proses sosial manusia. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia

15 26 Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa. Bahasa memungkinkan manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan kebutuhannya untuk hidup bersama. Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda. Dari adanya kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa yang dipergunakan beragam. Keberagaman bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya. Oleh karena itu, ragam bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam. Lebih sederhana, Sumarsono dan Partana (2006) mencoba mengelompokkan apakah dua bahasa merupakan dialek atau subdialek atau hanya sekedar dua ragam saja, dapat ditentukan dengan mencari kesamaan kosakatanya. Jika persamaannya hanya 20% atau kurang, maka keduanya adalah dua bahasa. Tetapi kalau bisa mencapai 40% - 60%, maka keduanya dua dialek; dan kalau mencapai 90% misalnya, jelas keduanya hanyalah dua ragam dari sebuah bahasa.

16 27 Pateda (1987) 3 mengemukakan bahwa ragam bahasa dapat dilihat dari enam segi, yaitu tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan, status, dan pemakaiannya/ragam. Tempat dapat menjadikan sebuah bahasa beragam. Yang dimaksud dengan tempat di sini adalah keadaan tempat lingkungan yang secara fisik dibatasi oleh sungai, lautan, gunung, maupun hutan. Kebervariasian ini mengahasilkan adanya dialek, yaitu bentuk ujaran setempat yang berbeda-beda namun masih dipahami oleh pengguna dalam suatau masyarakat bahasa walaupun terpisah secara geografis. Ragam bahasa dilihat dari segi waktu secara diakronis (historis) disebut juga sebagai dialek temporal. Dialek tersebut adalah dialek yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Perbedaan waktu itu pulalah yang menyebabkan perbedaan makna untuk kata- kata tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena bahasa mengikuti perkembangan masyarakat pemakai bahasanya. Itulah mengapa bahasa bersifat dinamis, tidak statis. Dari segi pemakai, bahasa dapat menimbulkan keberagaman juga. Istilah pemakai di sini adalah orang atau penutur bahasa yang bersangkutan. Ragam bahasa dilihat dari segi penutur oleh Pateda (1987:52) dibagi menjadi tujuh, yaitu glosolalia (ujaran yang dituturkan ketika orang kesurupan), idiolek (berkaitan dengan aksen, intonasi, dsb), kelamin, monolingual (penutur bahasa yang memakai satu bahasa saja), role (peranan yang dimainkan oleh seorang 3 Pateda, Mansoer ;Semantik Leksikal

17 28 pembicara dalam interaksi sosial), status sosial, dan umur. Ragam bahasa dilihat dari segi situasi akan memunculkan bahasa dalam situasi resmi dan bahasa yang dipakai dalam tidak resmi. Dalam bahasa resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa standar. Kesetandaran ini disebabkan oleh situasi keresmiannya. Sedangkan dalam situasi tidak resmi ditandai oleh keintiman. Bahasa menurut statusnya meliputi status bahasa itu sendiri. Hal ini berarti bahwa bagaimanakah fungsi bahasa itu serta peraanan apa yang disandang oleh bahasa. Sebuah bahasa, bahasa Indonesia, dapat memiliki berbagai macam status apakah ia sebagai bahasa ibu, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa pemersatu, atau bahasa negara. Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasi perbedaan ragam bahasa. Dengan penguasaan ragam bahasa, penutur bahasa dapat dengan mudah mengungkapkan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penguasaan ragam bahasa termasuk bahasa gaul remaja menjadi tuntutan bagi setiap penutur, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan yang masing-masing menghendaki kesesuaian bahasa yang digunakan. Penciptaan bahasa khusus, atau yang kita sebut juga dengan bahasa gaul ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya. Pertama sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama di

18 29 dalam kelompok yang memusuhi/kurang memahami mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa gaul mereka yang tidak dapat dipahami kelompok luar. Kedua sebagai sarana kebencian/ketidaksukaan kelompok tersebut terhadap budaya dominan. Ketiga sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Bahasa khusus ini juga memungkinkan mereka dalam membedakan antara orang dalam dan orang luar Perkembangan Bahasa Walaupun usia anak sekolah cukup cakap menggunakan bahasa, masa remaja memunculkan penghalusan bahasa lebih lanjut. Kosakata terus tumbuh seiring dengan bahasa bacaan yang semakin dewasa. Walaupun ada perbedaan individual yang besar, pada usia tahun, seorang anak muda rata-rata mengetahui kata (Owens, 1996) Dengan kemunculan pemikiran formal, para remaja dapat menentukan dan membahas abstraksi seperti cinta, keadilan, dan kebebasan. Mereka lebih sering menggunakan istilah however (walaupun), otherwise (sebaliknya), anyway (bagaimanapun juga), therefor (oleh karena itu), really dan probably (mungkin) untuk menunjukan realisasi logis antara klausa dan kalimat. Mereka makin sadar akan kata sebagai 4 Mulyana, Deddy Prof., Ilmu Komunikasi, suatu pengantar. Bandung, 2007, hal.312

19 30 sebuah simbol dengan berbagai macam makna: mereka menikmati penggunaan ironi, permainan kata, dan metafora (Owens,1996). Para remaja juga menjadi lebih trampil dalam penyerapan perspektif sosial (social perspective-taking), kemampuan memahami sudut pandang orang lain dan level pengetahuannya serta kemampuan berbicara menjadi sepadan dengan kedua hal tersebut. Kemampuan ini sangat esensial untuk membujuk atau hanya sekedar dapat mengikuti pembicaraan. Dengan kesadaran akan audiens mereka, para remaja berbicara dengan cara yang berbeda kepada orang dewasa dan kepada teman sebayanya (Owens, 1996). Bahasa gaul para remaja merupakan bagian dari proses perkembangan identitas independen yang terpisah dari orang tua dan dunia orang dewasa. Dalam menciptakan ekspresi seperti awesome (keren) dan geek (kuper), anak muda menggunakan kemampuan yang baru ditemukannya untuk bermain dengan kata, untuk mendefinisikan penyerapan unik generasi mereka terhadap nilai, rasa dan pilihan (Elkind, 1998, hlm 29) Bahasa Gaul Bahasa memiliki berbagai variasi atau ragam bahasa. Hartman dan Stork (1972) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Variasi atau ragam bahasa menyangkut semua

20 31 masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita dapat melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang tergolong lanjut usia. Variasi atau ragam bahasa berdasarkan penutur dan penggunaannya berkenaan dengan status, golongan, dan kelas penuturnya, biasanya disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambah dengan istilah prokem. Bahasa gaul atau bahasa prokem adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan oleh kaula muda, meski kaula tua pun ada juga yang menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam jejaring sosial.

21 32 Para remaja menganggap bahasa gaul dialek Jakarta lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa daerah. Kota Jakarta adalah kota metropolitan. Sehingga, para remaja di daerah dan yang pernah ke Jakarta merasa bangga bisa berbicara dalam dialek Jakarta itu. Selain itu, para remaja juga memerlukan bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150). Walaupun istilah alay ini sudah dikenal di masyarakat luas dengan arti orang norak, tetapi hingga saat ini bahasa alay tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja dalam berdialog. Beberapa kata yang sering dijumpai dalam status para pengguna jejaring sosial, misalnya, kata gue. Kini, untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa gaul juga menggunakan kata saiia, aq, q, ak, gw, gua, w, akoh, aqoh, aqu, dan ane. Kemudian, kata Lo atau Lu sama seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur bahasa gaul juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.

22 33 Adapun, pengunaan kosakata bahasa gaul (atau oleh sebagian orng disebut bahasa alay ) yang mengubah bahasa Indonesia menjadi bahasa yang seolah dikatakan oleh orang cadel, misalnya, kata sabar menjadi cabal, kata kasihan menjadi ciyan, kata terima kasih menjadi maacih, kata serius menjadi ciyus, kata enak menjadi enyak, kata sungguh menjadi cungguh, kata bisa menjadi bica, dan sebagainya. Bahasa gaul akan tumbuh bersamaan dengan perkembangan usia remaja. Hal tersebut dianggap wajar karena sesuai dengan tuntgutan perkembangan pribadi usia remaja, yang sering memiliki keinginan untuk hidup dengan kelompoknya dengan menciptakan bahasa rahasia dalam kelompoknya tersebut. Sehingga bahasa gaul yang digunakan dalam suatu kelompok remaja sering kali hanya dapat dimengerti oleh anggota kelompok mereka sendiri. Tetapi, ketika mereka berada di luar kelompoknya mereka akan kembali menggunakan bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan tempat di mana mereka berada. Namun diharapkan haruslah ada kesadaran pada diri kita selaku pengguna bahasa Indonesia, untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan dalam EYD demikian juga dengan para remaja.

23 Pubilect ; Dialek Sosial Pubertas Sebagian besar percakapan remaja berkenaan tentang orang dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari (Labov,1992). Mereka menggunakan bahasa slang (tidak resmi) untuk me-label-kan orang ( si bangsat atau si geblek ), untuk mengucapkan penilaian positif atau negatif ( mantaf atau gila ) untuk mendeskripsikan aktifitas yang berkaitan dengan obat terlarang atau akohol ( dia teler atau lagi fly ). Pakar bahasa Kanada, Marcel Danesi (1994) berpendapat bahwa kata-kata remaja lebih dari sekedar bahasa slang (yang juga digunakan oleh orang dewasa). Percakapan tersebut justru menyusun dialeknya sendiri: Pubilect : dialek sosial pubertas. Pubilect lebih dari sekedar ekspresi penuh warna. Dialek tersebut merupakan mode utama komunikasi verbal para remaja, dengan dialek tersebut, mereka membedakan diri mereka dari orang dewasa. Ketika mereka mendekati pubertas, anak yang lebih muda menyerap dialek ini melalui teman yang usianya diatasnya atau lebih tua. Seperti kode bahasa lain, pubilect berfungsi menguatkan identitas kelompok dan menutup diri dari orang luar (Orang dewasa). Kosakata remaja ditandai dengan perubahan yang cepat. Walaupun beberapa itemnya sudah menjadi wacana umum, para remaja terus menemukan kata yang baru sepanjang waktu. Analisa sample rekaman percakapan remaja mengungkapkan beberapa fitur pubilect, pertama dialek tersebut merupakan kode emotive

24 35 (berkaitan dengan emosi). Melalu nada yang dilebih-lebihkan, penyampaian yang santai dan tenang, penekanan yang diperpanjang, bahasa tubuh yang menyertai, dan kata seru yang vulgar, dialek tersebut menarik perhatian kepada perasaan dan sikap. Ucapan emotive seperti itu tampaknya menyususn sekitar 65 persen bahasa remaja. Fitur kedua pubilect adalah connotative (berhubungan dengan konotasi). Remaja menciptakan kata deskriptif (atau meluaskan makna kata yang telah ada) untuk menyampaikan pandangan mereka tentang dunia mereka dan orang yang ada didalamnya-dan seringkali dengan cara yang metaforis. Seseorang tidak perlu kamus untuk memahami makna ekspresi seperti pikun atau linglung. istilah seperti ini memberikan leksem (arti yang paling mendasar) untuk penilaian yang cepat dan otomatis tentang orang lain Proses Morfologi 1. Morfologi Kata merupakan unsur penting dalam memahami suatu bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kajian terhadap bahasa dapat difokuskan pada kata dan proses pembentukannya. Cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya disebut morfologi. 5 Papalia, Diane E., Human Development, Psikologi Perkembangan, Bagian V s/d IX, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, hal.559

25 36 Morfologi dalam definisi O Grady (1996) dinyatakan sebagai sebuah sistem kategori dan aturan yang berkaitan dengan pembentukan kata dan interpretasinya. Sedangkan Ramlan (1985) mengatakan bahwa morfologi merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari atau mengkaji atau menelaah seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap kelas kata dan makna kata. Atau dengan kata lain, bahwa morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal, maupun fungsi semantik. Morfologi berkaitan dengan kajian pembentukan kata melalui proses penggabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Senada dengan dua pendapat di atas, Kridalaksana (1996) mengatakan bahwa morfologi dipandang sebagai subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem menjadi kata. Dalam pengertian ini leksem sebagai satuan leksikal, sedangkan kata sebagai satuan gramatikal. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa kajian terkecil dari morfologi adalah morfem dan kajian terbesar adalah kata. 2. Proses Morfologis Proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari

26 37 satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1985). Lebih lanjut Ramlan mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) afiksasi (proses pembubuhan afiks), (2) proses pengulangan, dan (3) proses pemajemukan. Sedangkan Kridalaksana (1996), mengatakan bahwa proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) komposisi, (4) abreviasi, (5) derivasi zero, (6) derevasi balik, dan (7) metanalisis. Menurut Chaer (2008:25) proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekkan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Proses morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal, dan (4) hasil proses pembentukan. Berikut ini akan di bicarakan proses-proses morfologis yang berkenaan dengan afiksasi dan abreviasi. a. Afiksasi (Proses Pembubuhan Afiks) Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku

27 38 linguistik umum dan morfologi. Menurut Chaer (2003:8) proses afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar, baik dalam membentuk verba turunan, nomina turunan, maupun kategori turunan lainnya. Sedangkan afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519). Ramlan (1985) menyatakan afiksasi adalah proses mengubah leksem menjadi kata kompleks. Dari semua pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori kelas kata tertentu, (3) berubah maknanya. Kata yang dibentuk dari satuan lain (kata lain) pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti berjalan, bersepeda,bertiga, ancaman, gerigi, berdatangan terdiri atas enam bentuk dasar jalan, sepeda, tiga, ancam, gigi, dan datang, yang masing-masing dilekati bentuk yang berwujud ber-, ber-, ber-, -an, -er-, ber-an. Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Atau dengan menggunakan konsep Ramlan (1985), afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan

28 39 melekat pada satuan- satuan lain untuk membentuk kata baru. Afiks bahasa Indonesia menurut posisi melekatnya pada bentuk dasar biasanya dibedakan menjadi prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Berikut pengertiannya menurut Alwi dll., (1998): (1) Prefiks disebut juga awalan. Prefiks adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar. Istilah ini berasal dari bahasa Latin praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae). Contoh: ajar + men- = mengajar (2) Sufiks atau akhiran adalah afiks yang digunakan di bagian belakang kata. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere) dibawah (sub). Contoh: ambil + -kan = ambilkan (3) Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar. Dalam bahasa Latinnya adalah infixus yang berarti melekat (fixus, figere) di dalam (in). Contoh: getar + -em- = gemetar (4) Konfiks disebut juga ambifiks atau sirkumfiks. Menurut Alwi dll. (1998:32) konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan secara serentak diimbuhkan.

29 40 Contoh: ke-an + sibuk = kesibukan (5) Simulfiks, definisinya dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus (bersamaan,membentuk) dan fixus (melekat). Menurut Kridalaksana dll. (1985: 20), simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa Indonesia tidak baku, Contoh: kopi = ngopi b. Abreviasi (Pemendekan) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:3) abreviasi adalah pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap; bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frasa. Hal yang senada dikemukakan oleh Arifin & Junaiyah (2009), abreviasi merupakan proses morfologis yang berupa penanggalan satu atau beberapa satuan kata atau kombinasi kata, sehingga membentuk kata baru. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Sejalan dengan pendapat Arifin dan Junaiyah, Kridalaksana (1993:1) menyatakan bahwa abreviasi merupakan proses morfologis

30 41 berupa penanggalan satu atau beberapa bagian dari kombinasi leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata. Abreviasi ini menyangkut penyingkatan, pemenggalan, akronimi, kontraksi, lambang huruf. Berdasarkan pendapat para linguis di atas penulis berkesimpulan abreviasi adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Pemendekan merupakan proses yang cukup produktif dan terdapat hampir pada semua bahasa. Produktifnya proses pemendekan ini karena keinginan untuk menghemat tempat (tulisan) dan tentu juga ucapan. Dalam bahasa Indonesia pemendekan ini menjadi sangat produktif adalah karena bahasa Indonesia seringkali tidak mempunyai kata untuk menyatakan suatu konsep yang agak pelik. Sebagaimana diuraikan di atas, abreviasi terdiri dari berbagai jenis, yaitu: (1) Pemenggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian kata atau leksem, seperti prof. (profesor), bu (Ibu), pak (Bapak), dan sebagainya. (2) Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata atau leksem dasar atau gabungan kata atau leksem dasar, seperti tak (dari tidak), takkan (dari tidak akan), berdikari (dari berdiri di atas

31 42 kaki sendiri), dan sebagainya; (3) Akronim, yaitu pembentukan kata melalui penggabungan hurufhuruf awal urutan kata atau bagian tertentu dari kata-kata yang berurutan, misalnya kata rakor (rapat koordinasi), mabes (markas besar), polwan (polisi wanita), dan sebagainya; (4) Penyingkatan, yaitu salah satu proses pemendekan berupa huruf atau gabungan huruf, yang dieja huruf demi huruf, seperti DKI (daerah Khusus Ibukota), MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dsb. (dan sebagainya).). (5) Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur, seperti kg (kilogram), l (liter), dan sebagainya Bahasa Remaja Saat ini penggunaan bahasa Indonesia di kalangan anak remaja agak berbeda dengan bahasa Indonesia yang 'baik dan benar'. Salah satu syarat bahasa yang baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau dianggap baku" atau "pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa (Badudu, 1985). Ragam yang digunakan

32 43 dalam bahasa remaja termasuk ragam santai sehingga bahasanya tidak terlalu baku. Ketidakbakuan tersebut tercermin dalam kosa kata, struktur kalimat dan intonasi. Misalnya, dalam pilihan kata gimana digunakan untuk mengganti kata bagaimana, napa untuk kenapa Untuk menghindari pembentukan kata dengan afiksasi, bahasa remaja menggunakan proses nasalisasi dan ada pula yang diiringi dengan penambahan akhiran -in seperti ngerusakin untuk merusak atau juga kata menguntungkan menjadi nguntungin. Kosakata yang dimiliki bahasa remaja sangatlah kaya. Kosakata bahasa remaja dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alami diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubahubah. Disamping itu bahasa remaja juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim dipakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya. Bahasa remaja dapat dikenal secara luas melalui peran media massa, seperti media cetak dan media elektronik. Pada media cetak, bahasa remaja banyak digunakan dalam majalah, novel, cerpen, dan tabloid. Sedangkan dalam media elektronik, bahasa remaja kerap kita temukan dalam bahasa di sms, radio, televisi dan internet. Kalau kita perhatikan bahasa yang digunakan kaum remaja dan mencoba memahaminya, tidak jarang kaum yang tidak dapat dikatakan remaja lagi akan bingung, heran bahkan pusing karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan atau pun yang ditulis pada waktu

33 44 mereka berbicara dalam keadaan santai diantara mereka sendiri. Tampaknya bahasa yang digunakan itu merupakan bahasa yang biasa kita pakai sehari- hari atau campuran antara bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Dari bahasa yang digunakan ini ada sejumlah kosa kata yang dapat dipahami, tetapi ada yang tidak dapat dipahami. Hal inilah yang sangat merisaukan masyarakat yang sama sekali tidak paham akan bahasa remaja ini sehingga menganggap bahwa mereka ini merusak bahasa Indonesia baku. Bahasa remaja memang tidak pernah tetap, atau dengan kata lain selalu berganti-ganti, sesuai dengan sifat remaja itu sendiri yang memang belum mapan. Perubahannya itu tidak dapat diramalkan, juga tidak oleh para remaja itu sendiri. Secara lingual perbedaan bahasa remaja dengan anggota kelompok masyarakat yang lain, dapat dilihat dalam berbagai tataran kebahasaannya, seperti tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, dan tataran leksikon, bahkan mungkin tataran yang lebih tinggi, seperti paragraf dan wacana. Masyarakat sebagai lingkungan tersier (ketiga) adalah lingkungan terluas bagi remaja sekaligus paling banyak menawarkan piulihan. Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa, maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis,

34 45 politis maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain (Sarwono,2010, 159). Masih menurut Sarwono (2010) bahasa remaja (kata-katanya diubah-ubah sedemikian rupa sehingga hanya bisa dimengerti di antara mereka) bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah istilah tersebut berkembang, berubah, dan bertambah hampir setiap hari. Teknologi komunikasi massa yang mempunyai andil paling besar dalam memperkenalkan bahsa remaja adalah media elektronik, salah satunya melalui internet. Penulis melihat ada gaya bahasa tertentu yang digunakan para remaja itu dalam berkomunikasi. Ragam bahasa remaja merupakan kreativitas dalam bahasa yang dilatarbelakangi oleh faktor sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pembacanya. Faktor sosial itu berdasarkan pada usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, profesi, dan sebagainya. Penerapan bahasa remaja belum banyak diketahui oleh orang lain di luar pemakainya sebab bahasa remaja memiliki karakteristik tertentu yang hanya berlaku pada bahasa tersebut dan diketahui oleh penggunanya. Ada berbagai pemakaian kata dalam bahasa remaja pada, misalnya pemakaian kata hbd, brownis, japri, curcol, lola, lagdim, maksi, tpaksa, ngedengerin, lupain, harkos dan sebagainya. Bahasa unik ini sudah terlanjur membudaya khususnya di kalangan anak-anak

35 46 remaja. Mereka gemar menyingkat kata, sesuka hatinya mereka membuat perbendaharaan kata sendiri dan tak ada yang mampu menerjemahkan bahasa aneh ini selain mereka. Kekhawatiran banyak orang bahwa bahasa remaja akan merusak bahasa Indonesia memang beralasan, tetapi menurut Chaer (1993) tidak perlu dibesar-besarkan, sebab tampaknya para remaja juga tahu kapan harus menggunakan ragam santai dan kapan pula harus menggunakan ragam baku. Kalau di dalam berbahasa formal mereka banyak melakukan kesalahan yang mereka buat sama saja dengan kesalahan remaja lain yang kuper, alias tidak mengenal bahasa prokem, atau kesalahan yang dibuat masyarakat lain. Menurut Bloomfield (1933) faktor pendukung terjadinya perubahan bahasa itu antara lain: letak geografis, stratifikasi sosial/kelas sosial, level pendidikan, gender, usia, dan solidaritas sosial. Fenomena perubahan bahasa banyak terdapat dalam kehidupan sosial. Bahasa dapat berubah jika dilihat dari aspek-aspek linguistik seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik (Malmkjaer, 1991).

36 Percakapan Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Dalam penelitian ini teknik-teknik komunikasi yang digunakan oleh sekelompok siswa dalam proses komunikasi menggunakan komunikasi antar manusia atau komunikasi insani atau yang biasa juga disebut human communication. Human communication dalam beberapa buku komunikasi sering juga disebut dengan Komunikasi Insani. Human communication terdiri dari beberapa konteks komunikasi antara lain seperti : komunikasi dua orang atau komunikasi antar pribadi, wawancara, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasional, komunikasi massa dan komunikasi antar budaya. Dalam penelitian ini digunakan konteks human communication, yang akan digunakan hanya dua saja yaitu komunikasi kelompok dan komunikasi antar pribadi.

37 48 Seperti yang disebutkan oleh Prof. Onong dalam bukunya Ilmu teori dan filsafat komunikasi. Komunikasi kelompok (Group Communication) berarti komunikasi yang berlaku antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari empat orang 6. Apabila jumlah orang yang ada dikelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication) contohnya seperti arisan ; jika jumlahnya banyak, yang berarti kelompoknya besar digunakan komunikasi kelompok besar (large group communication) contohnya : seperti kelompok penggemar music rock. Didalam kelompok memungkinkan individu dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya. Selain itu komunikasi kelompok juga dapat berfungsi secara efektif jika antar komunikannya saling menyukai. Dalam penelitian ini, penulis meneliti proses komunikasi yang terjadi di dalam kelompok siswa-siswi SMA 57. Namun bukan hanya dalam komunikasi kelompok saja yang diteliti, tapi juga komunikasi antar pribadi. Karna dalam kedua jenis komunikasi tersebut, remaja (siswa-siswi SMA 57) memilih untuk menggunakan bahasa gaul, dalam proses komunikasi mereka. 6 Prof. Onong Uchjana Effendy.,M.A. Ilmu Komunikasi Dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 75

38 Interaksi Simbolik Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik merupakan pemikiran dari George Herbert Mead ( ). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu "The theoretical Perspective" yang merupakan cikal bakal "Teori Interaksi Simbolik". Karakteristik dasar ide ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vokal, gerakan fisik, dan ekspresi tubuh, yang kesemuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia, itu dapat diperbedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna tersembunyi menjadi penting didalam interaksi simbolik. Secara umum ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik, yaitu: 1. Perilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala.

39 50 2. Pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumbernya pada interaksi sosial manusia. 3. Masyarakat manusia itu merupakan proses yang berkembang holistok, tak terpisah, tak linier dan tak terduga. 4. Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran fenomenologi, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatik. 5. Konsep mental manusia itu berkembang, dialektik. 6. Prilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif. Menurut Blumer, pokok pemikiran interaksi simbolik ada 3 : 1. Bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) 2. Makna itu berasal dari interaksi sosial seseorang terhadap sesamanya 3. Makna itu diberlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan orang dalam menghadapai sesuatu yang dijumpainya. Blumer hendak menyampaikan bahwa makna yang muncul dari interaksi, tidak begitu saja diterima oleh seseorang, namun ditafsirkan terlebih dahulu. Prinsip dalam metodologi interaksi simbolik ini meliputi beberapa hal penting berkaitan dengan penelitian terhadap manusia dan

40 51 masyarakat, dan perihal simbol-simbol dan pencarian makna-makna yang terkandung didalamnya yaitu : 1. Simbol dan interaksi itu menyatu. Tak cukup hanya merekam fakta, tapi terpenting menccari konteks sehingga dapat ditangkap simbol dan maknanya. 2. Karena simbol dan makna tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subjek perlu ditangkap. Pemahaman mengenai jati diri subjek yang demikian adalah penting. 3. Peneliti harus sekaligus mengaitkan antara simbol dengan jati diri subjek dengan lingkungan yang menjadi hubungan sosialnya. 4. Hendaknya direkam situasi yang menggambarkan simbol dan maknanya, bukan hanya merekam fakta sensual saja. 5. Metode-metode yang digunakan hendaknya mampu merefleksikan bentuk prilaku dan prosesnya. 6. Metode yang hendak dipakai, mampu menagkap makna dibalik interaksi. 7. Sensitizing, yaitu sekedar mengarahkan pemikiran yang cocok dengan interaksi simbolik dan ketika memasuki lapangan perlu dirumuskan menjadi hal yang lebih operasional, yakni scientific concept. 7 7 Sudikin, Basrowi, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Insan Cendekia, Surabaya, hal 110

41 52 Penulis melihat penggunaan teori interaksi simbolik didalam penelitian ini tepat adanya. Melihat dari prinsip metodologi interaksi simbolik diatas, penulis mengharapkan tidak hanya melihat fenomena penggunaan bahasa gaul saja, tetapi juga melihat fungsi penggunaannya dengan kelompok sosial para remaja. Dan bagaimana pergerakan makna yang terkandung dibalik simbol-simbol bahasa gaul tersebut.

42 Bagan Kerangka Pemikiran BAHASA INDONESIA TEORI PERKEMBANGAN BAHASA BAHASA GAUL REMAJA INTERAKSI SIMBOLIK PROSES MORFOLOGI PERCAKAPAN MENGGUNAKAN BAHASA GAUL MAKNA BAHASA GAUL BAGI REMAJA DALAM PERGAULAN PERGESERAN MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan bahasa untuk bekerjasama. Bahasa itu digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan bahasa untuk bekerjasama. Bahasa itu digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memerlukan bahasa untuk bekerjasama. Bahasa itu digunakan sebagai alat komunikasi untuk berbagai macam keperluan, seperti dalam beribadah, belajar,

Lebih terperinci

BAB II. Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja. dalam Media Jejaring Sosial Facebook

BAB II. Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja. dalam Media Jejaring Sosial Facebook BAB II Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja dalam Media Jejaring Sosial Penelitian ini menelaah ihwal penggunaan bahasa remaja dalam ditinjau dari sisi morfologisnya. Oleh karena itu, bab ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menyajikan desain penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Sebagaimana telah dijelaskan dalam dua bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan kerangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn: PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA UNSWAGATI Ratna Prasasti Suminar (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Bahasa adalah identitas dari suatu negara sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi. Selain itu, dalam membangun pertumbuhan mental seseorang

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi. Selain itu, dalam membangun pertumbuhan mental seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang mengawali segalanya. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, pendapat, dan berekspresi. Selain itu, dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS

PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS 0 PENGGUNAAN VARIASI BAHASA REMAJA DALAM RUBRIK MISS GAUL PADA MAJALAH GADIS SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pendidikan S1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial antara individu dengan individu lain. Interaksi tersebut dapat dilakukan dengan tindakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI 0 ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Dalam hal inilah bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sebagai alat untuk menyampaikan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat sarajan S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah S U T A N T I A 310 040 085

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Disadari bahwa penelitian ini bukanlah kajian pertama yang mengangkat masalah ini. Telah banyak penelitian yang relevan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Melalui bahasa seseorang dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Melalui bahasa seseorang dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemersatu bangsa. Melalui bahasa seseorang dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan demikian bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menyampaikan maksud kepada lawan bicaranya. Bahasa terdiri atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana adalah paparan ide atau pikiran secara teratur, baik lisan maupun tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai macam hal dari yang berupa barang sampai dengan jasa. Karena kuatnya persaingan dalam usaha itu, maka tidak jarang

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ucapan, pikiran perasaan seseorang yang teratur serta yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut Kridalaksana (dalam Abdul Chaer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segala segi kehidupan, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kosakata bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses pembentukan kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari di masyarakat

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci