BAB III AKIBAT HUKUM SUKSESI NEGARA TIMOR LESTE TERHADAP NEGARA INDONESIA. A. Yurisdiksi / Kedaulatan Negara Terhadap Suatu Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III AKIBAT HUKUM SUKSESI NEGARA TIMOR LESTE TERHADAP NEGARA INDONESIA. A. Yurisdiksi / Kedaulatan Negara Terhadap Suatu Wilayah"

Transkripsi

1 BAB III AKIBAT HUKUM SUKSESI NEGARA TIMOR LESTE TERHADAP NEGARA INDONESIA A. Yurisdiksi / Kedaulatan Negara Terhadap Suatu Wilayah Yurisdiksi/kedaulatan negara atas wilayah dipandang dan diinterprestasikan di dalam hukum Romawi sebagai milik. Di dalam praktek internasional adanya kaitan yang erat antara kedaulatan (sovereignty) dan milik (property) dipakai menetapkan keabsahan dari hak suatu negara terhadap wilayah tertentu dan rakyatnya. Dalam aspek hukumnya kedaulatan meliputi suatu konsepsi yang lebih luas dan fundamentil yakni : hak berdasarkan hukum dan hak yang melekat pada seseorang raja atau bangsa atas suatu wilayah. Parthiana sebagaimana dikutip oleh Suryo Sakti Hadiwijoyo mengatakan kedaulatan dapat diartikan sebagai kekuasaan yang tertinggi yang mutlak, utuh dan bulat dan tidak dapat dibagi-bagi dan oleh karena itu tidak dapat ditempatkan di bawah kekuasan lain. 44 Mochtar Kusumaatmadja sebagaimana dikutip oleh Suryo Sakti Hadiwijoyo mengatakan bahwa kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki dari negara, dimana negara tersebut berdaulat, tetapi mempunyai batas-batasnya yaitu ruang berlakunya kekuasaan tertinggi ini dibatasi oleh batas-batas wilayah negara itu, di luar wilayahnya negara tersebut tidak lagi memiliki kekuasaan demikian. Berkenaan dengan hal tersebut, kedaulatan tidak dipandang sebagai 44 Suryo Sakti Hadiwijoyo, Op.Cit. hal

2 sesuatu yang bulat dan utuh, melainkan dalam batas-batas tertentu sudah tunduk pada pembatasan-pembatasan yang berupa hukum internasional maupun kedaulatan dari sesama negara lainnya. Dengan demikian suatu negara yang berdaulat tetap saja tunduk pada hukum internasional serta tidak boleh melanggar atau merugikan kedaulatan negara lain. Sehubungan dengan hal tersebut maka dapat dikatakan pula bahwa pada masa kini kedaulatan negara merupakan sisa dari kekuasaan yang dimiliki dalam batas-batas yang ditetapkan melalui hukum internasional. 45 Namun demikian suatu negara mempunyai kekuatan untuk menjalankan jurisdiksinya di dalam wilayahnya sendiri. Jurisdiksi tersebut antara lain meliputi : a. Yurisdiksi teritorial. Yurisdiksi teritorial adalah yurisdiksi suatu negara untuk megatur, menerapkan dan memaksakan hukum nasional negara tersebut terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam lingkup wilayah negara bersangkutan. b. Yurisdiksiquasi teritorial. Yurisdiksi ini disebut dengan quasi teritorial karena ruang atau tempat dimana yurisdiksi negara tersebut diterapkan, sebenarnya bukanlah wilayah negara. c. Yurisdiksi ekstrateritorial. Kepentingan suatu negara tidak hanya cukup di dalam batas-batas wilayahnya atau pada area di dekat wilayahnya, akan tetapi dapat juga meluas sampai pada area yang jauh di luarnya. 45 Ibid., hal. 43.

3 d. Yurisdiksi Universal. Yurisdiksi universal merupakan yurisdiksi negara yang tidak semata-mata didasarkan pada tempat, waktu maupun pelaku dari peristiwa hukum tersebut, akan tetapi lebih dititikberatkan pada kepentingan umat manusia yang universal. e. Yurisdiksi eksklusif. Yurisdiksi eksklusif muncul sebagai akibat adanya keinginan dari kemampuan negara-negara untuk mengeksploitasi dasar laut dan tanah di bawahnya serta mengeksploitasi sumber daya alamnya. 46 B. Aset-Aset Indonesia di Timor Leste Indonesia masih memiliki aset di Timor Leste, walau negara itu sudah merdeka dari Begara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sejak pemerintah Indonesia mengajukan permohonan pengembalian asset Warga Negara Indonesia (WNI) di Timor Leste pada tahun 2004 lalu, hingga kini belum sepenuhnya selesai diproses. Direktur HAM dan Kemanusiaan Kemlu, Muhammad Anshor menyatakan, sebanyak klaim resmi pemerintah Indonesia kepada pihak Timor Leste hingga saat ini belum berhasil diselesaikan. Menurut Muhamad Anshor hal ini dikarenakan Timor Leste belum menyelesaian pembuatan UU pertanahan nasionalnya yang dijadikan sebagai rujukan dari pengembalian asset WNI di Timor Leste. 46 Ibid., hal

4 Asset individu ini masih diurusi dan memang perkembangannya baru 2 tahun yang lalu disepakati terbentuknya working group Technical Sub Committee (TSC) mengenai asset untuk mencari jalan keluar penyelesaian masalah ini, sejauh ini belum ada kemajaun karena pemerintah Timor Leste masih memiliki kendala yaitu belum diselesaikannya UU pertanahan nasional Timor Leste yang menjadi rujukan dalam pembahasan masalah ini. Hanya asset milik warga eks timor Leste saja yang dapat dikembalikan oleh pemerintah Timor Leste. Sementara untuk asset milik pemerintah, negara, termasuk BUMN sesuai hukum Internasional asset tersebut secara otomatis langsung dimiliki oleh Timor Leste. C. Keberadaan Aset-Aset Indonesia di Wilayah Timor Leste Setelah Pemisahan Sewaktu Timor Leste menyatakan perpisahannya dari RI, masalah yang segera timbul adalah bagaimanakah status hukum aset-aset pemerintah RI yang ada di dalam wilayah negara tersebut. Pendirian RI dan Timor Leste berbeda. RI berpendapat bahwa aset-asetnya di wilayah itu tidak secara otomatis beralih, tetapi status tersebut harus atau tunduk kepada aturan-aturan hukum internasional yang berlaku. Sebaliknya Timor Leste berpendapat bahwa aset tersebut adalah milik negaranya sesuai dengan Konstitusinya. Sudah diakui umum, suksesi terhadap harta benda (aset) publik dari negara yang diambil alih adalah suatu prinsip hukum kebiasaan internasional. Praktek negara-negara mengakui suksesi negara

5 baru terhadap aset atau harta kekayaan milik negara sebelumnya. 47 Sarjana terkemuka yang memiliki otoritas di bidang kajian ini, yakni D.P. O'Connell, mengemukakan bahwa negara pengganti (successor state) memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari hak milik dari negara yang digantikannya. 48 Konvensi Wina 1983 tidak membedakan harta benda publik dan privat. Konvensi lebih menekankan kepada perlakuan yang seragam dari harta benda negara (State property). Tampaknya yang menjadi alasan Konvensi untuk tidak memberikan pembedaan ini karena tidak adanya kriteria dalam hukum kebiasaan internasional mengenai pengertian harta negara ini. 49 Berdasarkan Konvensi 1983, harta benda negara (State property) adalah "property, rights and interests (in a legal sense) which, at the date of the succession of State, were owned by that State." Dengan kata lain, harta benda negara adalah harta benda, hak dan kepentingan (dalam arti hukum) yang dimiliki oleh negara pada waktu terjadinya suksesi negara. 50 Dalam hal negara pengganti (succession States) tersebut bukan suatu negara baru merdeka, maka para negara akan berupaya mencari kesepakatan (agreement). Manakala para pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan, pada prinsipnya benda-benda bergerak yang berada di dalam wilayah negara pengganti beralih kepada negara tersebut. 47 Huala Adolf, Op.Cit., hal Ibid., hal Ibid. 50 Blogspot.com, Perspektif Hukum International Mengenai Suksesi Negara Dalam Menginterpretasi Kasus Timor-Timur, Diakses tanggal 28 Pebruari

6 Pasal 17 (1) (b) Konvensi 1983 menjelaskan lebih lanjut bahwa harta benda bergerak yang beralih tersebut adalah harta benda yang ada kaitannya dengan kegiatan negara yang diganti (lama) di wilayah yang sekarang menjadi milik negara pengganti. Tidak termasuk dalam hal ini adalah harta benda yang diperoleh oleh negara yang digantikan sebelum, misalnya, terjadinya kolonisasi atas wilayah yang sekarang menjadi negara pengganti (baru). Sedangkan harta benda bergerak lainnya di mana suatu bagian wilayah terpisah harus dibagi berdasarkan pembagian yang adil (equitable proportion). 51 Namun dalam hal negara pengganti adalah suatu negara yang baru merdeka (newly independent State), maka kesepakatan di antara para pihak tidak diperlukan (Pasal 15 (1) (b)). Demikian pula negara baru merdeka ini juga mewarisi harta benda bergerak yang semula "milik" wilayah yang sekarang menjadi negara baru meredeka selama jangka waktu wilayah tersebut masih dimiliki negara lama. Ketentuan yang sama juga berlaku terhadap harta benda bergerak yang semula dimiliki atau dibentuk oleh wilayah yang sekarang merdeka. Dari uraian di atas tampak bahwa Konvensi internasional memberi hak kepada negara yang baru merdeka untuk mengklaim dirinya sebagai pemilik baru atas aset negara lama. Dalam hal ini, Timor Leste sebagai negara baru merdeka menjadi pemilik atas aset negara RI yang berada di sana. Pada umumnya, negara-negara mempunyai hukum nasional-nya yang mengatur masalah suksesi negara ini. Hukum nasional Timor Leste telah 51 Huala Adolf, Op.Cit., hal. 6-7.

7 dikemukakan di atas. Hukum Indonesia mengatur suksesi negara dalam Undang- Undang Nomor 24 tahun 2000 mengenai Perjanjian Internasional. Namun UU ini hanya mengatur suksesi negara dalam kaitannya dengan status hukum perjanjian internasional di negara baru (pasal 20). RI tidak punya aturan susesi negara mengenai status aset negara di suatu wilayah negara baru. Contoh lain sebagai perbandingan adalah hukum Amerika Serikat (AS). Pengaturan Suksesi Negara dalam hukum AS terdapat dalam the Foreign Relations Law. Menurut Section 209 UU ini, "Subject to agreement between the predecessor and successor states, title to state property passes as follows:... (c) where part of a state becomes a separate state, property of the predecessor state located in the territory of the new state passes to the new state." 52 Hukum Amerika Serikat tersebut tampak senada dengan hukum nasional (Konstitusi) Timor Leste. Namun yang menarik dari hukum AS ini adalah bahwa kepemilikan tersebut akan beralih apabila ada kesepakatan di antara para pihak. Artinya, ia tidak beralih secara otomatis. 53 Dari ulasan di atas, tampak ada persamaan berikut. Aset negara lama (RI) yang terdapat di dalam wilayah negara yang baru merdeka pada prinsipnya beralih menjadi milik negara yang baru merdeka. Ketentuan ini ditegaskan dalam Konvensi Wina 1983, hukum AS dan hukum Timor Leste. Permasalahannya adalah, apakah Konvensi Wina 1983 bersifat mengikat, dan, apakah hukum nasional dapat dipakai sebagai pedoman dalam sengketa 52 Ibid., hal Ibid., hal. 8.

8 sekarang ini. Pertama, Konvensi 1983 pada prinsipnya tidak berlaku terhadap Indonesia karena Indonesia tidak meratifikasinya. Meskipun demikian, Konvensi 1983 dapat berfungsi atau dianggap sebagai sumber hukum berupa doktrin. Dalam hal ini ketentuan dalam Konvensi 1983 adalah hasil dari pendapat dari para ahli hukum internasional terkemuka (para anggota ILC). Kedua, status hukum nasional yang mengatur masalah suksesi negara. Hukum nasional Timor Leste dan hukum AS sudah barang tentu tidak berlaku keluar atau mengikat pihak lainnya. Hukum nasional tersebut tidak mengikat RI. 54 Namun demikian, apabila dilihat seksama, tampak bahwa bunyi ketentuan mengenai suksesi negara antara hukum nasional (Konstitusi Timor Leste) dengan hukum internasional tidak jauh beda. Artinya, klaim pemerintah Timor Leste terhadap aset negara RI memiliki dasar hukum yang cukup kuat. Masalah hukum lain yang mendapat sorotan di tanah air adalah status Perjanjian Timor Gap (Timor Gap Treaty) antara RI dan Australia. Masalah hukum yang lahir adalah: 1. Apakah Perjanjian Timor Gap masih berlaku setelah Timor Timur lepas dari wilayah RI, dan 2. Kalau jawaban pertanyaan 1) di atas adalah negatif, apakah Timor Barat mempunyai hak atas sumber daya alam di landas kontinen di wilayah Timor Gap berdasarkan hukum internasional, khususnya Konvensi Hukum Laut 54 Blogspot.com, Op.Cit.

9 Perjanjian Timor Gap mengikat Indonesia setelah diundangkan dengan Undang-Undang No. 1 tahun Perjanjian ini merupakan pengaturan sementara antara RI Australia yang ditempuh mengingat upaya kedua negara dalam menetapkan garis batas landas kontinennya di wilayah Timor Gap gagal meskipun perundingan untuk itu telah berlangsung cukup lama (sekitar 10 tahun). Kendala utamanya adalah perbedaan pandangan para pihak mengenai prinsip hukum yang diterapkan di Timor Gap dan mengenai situasi geomorfologis landas kontinen di wilayah Timor Gap. Daripada masalah penetapan garis batas berlarut-larut, kedua pihak sepakat untuk mengadakan pengaturan sementara. Pengaturan sementara ini sesuai dengan ketentuan Pasal 83 ayat 3 Konvensi Hukum Laut 1982 yang antara lain menyatakan: Pending agreement as provided for in paragraph 1, the Sates concerned, in a spirit of understanding and cooperation, shall make every effort to enter into provisional arrangements of a practical nature and, during this transitional period, not to jeopardize or hamper the reaching of the final agreement. Such arrangements shall be without prejudice to the final delimitation Wilayah yang menjadi sengketa dibagi ke dalam tiga zona, yakni zona A, B, dan C. Zona A adalah wilayah tumpang tumpang tindih (overlapping) atau daerah sengketa (disputed area). Di zona ini kedua pihak sepakat untuk membagi keuntungan fifty-fifty. 55 Huala Adolf, Op.Cit., hal Ibid., hal. 9.

10 Zona ini adalah daerah landas kontinen yang di Selatan dibatasi oleh klaim maksimum Indonesia (median line), dan di utara dibatasi oleh klaim maksimum Australia (di Palung Timor atau Timor Trough). Berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982, dan sesuai dengan praktek negara, negara-negara yang bersangkutan dapat membuat perjanjian untuk menjadikan disputed area tersebut sebagai joint development zone atau zona pengembangan bersama dengan pembagian keuntungan fifty-fifty. 57 Zona B adalah zona di mana Indonesia menuntut bagian dari keuntungan yang diperoleh Australia atas daerah landas kontinen yang memang berada di bawah yurisdiksi Australia karena terletak di luar batas klaim maksimal Indonesia (terletak di sebelah selatan median line). Hal ini dimaksudkan untuk kompensasi bagi garis batas landas kontinen berdasarkan Perjanjian tahun 1972 yang kurang menguntungkan Indonesia (terlalu dekat dengan pantai Indonesia). Sebabnya adalah ketentuan hukum laut yang berlaku waktu itu kurang menguntungkan Indonesia. Karena itu, Zona B merupakan keuntungan tambahan bagi Indonesia karena di samping memperoleh separuh dari hasil di Zona A, Indonesia memperoleh 16% dari hasil yang diperoleh Australia di daerah yang seharusnya merupakan daerah yurisdiksi eksklusif Australia. Indonesia mengenai Zona B tersebut dapat menerima usulan, dan atas dasar permintaan Australia untuk keseimbangan, Australia menuntut agar ada daerah kecil di sebelah utara klaim maksimal Australia (di utara Palung Timor) di mana Australia akan memperoleh 10% dari keuntungan di daerah tersebut, 57 Ibid.

11 yang kemudian dinamakan Zona C yang sejak semula sudah diketahui oleh kedua belah pihak sebagai daerah yang tidak prospektif. Jadi sebenarnya Zona C ditetapkan dan disepakati sekedar untuk menampung keinginan Australia untuk menciptakan suatu keseimbangan tanpa merugikan Indonesia. 58 Menyusul jejak pendapat di Timor Timur tanggaal 30 Agustus 1999 di mana penduduk Timor Timur memilih untuk berpisah dari RI, pemerintah mengeluarkan TAP MPR No V/MPR/1999 yang menerima jejak pendapat tersebut. TAP MPR ini sekaligus juga mencabut TAP MPR No VI/MPR/1976 tentang integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI. Dengan keluarnya TAP MPR tahun 1999 tersebut, pemerintah RI berpendapat Perjanjian Timor Gap telah kehilangan hukumnya. Dasar hukum yang digunakan pemerintah untuk pendapatnya tersebut adalah berdasarkan pada sumber hukum perjanjian internasional tentang berakhirnya perjanjian internasional. Pemerintah berpendapat bahwa apabila obyek dari suatu perjanjian berubah, maka perubahan tersebut dapat dijadikan dasar oleh kedua belah pihak untuk mengakhir perjanjian. Pendapat pemerintah RI ini kurang tepat. Memang benar salah satu alasan untuk mengakhiri perjanjian internasional adalah karena berubahnya obyek perjanjian. Namun masalahnya adalah, obyek perjanjian ini yaitu wilayah Timor Gap tidak berubah. Alasan yang tampaknya lebih tepat adalah alasan suksesi negara, yaitu terpisahnya wilayah Timor Timur dari wilayah RI dan hilangnya 58 Blogspot.com, Op.Cit.

12 kedaulatan RI atas wilayah Timor Timur. Dengan beralihnya kedaulatan atas wilayah Timor Timur ini kepada Timor Leste, maka kejadian ini dapat dijadikan alasan untuk mengakhiri Perjanjian Timor Gap. Kedua negara melalui penandantangan Exchange of Letters tanggal 1 Juni 2000 sepakat untuk mengakhiri Timor Gap Treaty yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Juni Dengan demikian, perjanjian tersebut tidak berlaku lagi dan wilayah Timor Gap karenanya bergantung kepada perjanjian atau kesepakatan antara Timor Timor dan Australia. Terserah kepada kedua negara ini apakah mereka akan merundingkan penetapan garis batas landas kontinennya atau juga membuat pengaturan sementara seperti yang dilakukan antara RI Australia. Masalah hukum kedua adalah apakah Timor Barat mempunyai hak atas sumber daya alam di wilayah landas kontinen Timor Gap berdasarkan hukum internasinal, khususnya Konvensi Hukum Laut Daerah yang dinamakan Timor Gap adalah daerah landas kontinen di antara Timor-Timur dan Australia, yaitu daerah yang terletak di antara dua titik dasar pada pulau Timor, yaitu di sebelah timur pada titik median line antara pulau Leti (Indonesia) dan pulau Yako (Timor-Timur), dan di sebelah barat pada titik mulut sungai Mota Masin di perbatasan Timor-Timur dan NTT, yang ditetapkan berdasarkan Perjanjian RI- Australia tahun Daerah tersebut dinamakan Timor Gap karena adanya gap atau celah di mana garis batas landas kontinen kedua negara belum dapat ditetapkan karena adanya perbedaan posisi antara Portugal dan kemudian Indonesia- dengan Australia mengenai cara menarik garis batas landas kontinen di

13 daerah itu. 59 Dengan demikian daerah di sebelah Barat dan Timur dari Timor Gap tidak termasuk Timor Gap, dan garis batas landas kontinen antara kedua negara di kedua daerah tersebut sudah ditetapkan berdasarkan Perjanjian tahun Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa dengan lepasnya Timor-Timur dari wilayah RI, Indonesia (termasuk Timor Barat) tidak lagi mempunyai hak terhadap landas kontinen di daerah Timor Gap berdasarkan hukum internasional. D. Akibat Hukum Pemisahan Negara Timor Leste Terhadap Indonesia Membicarakan akibat hukum suksesi negara Timor Leste terhadap Indonesia adalah membicarakan terlepasnya Timor Leste dari negara kesatuan Republik Indonesia. Suatu hal utama dalam membahas suksesi negara Timor Leste terhadap Indonesia adalah dikenalnya istilah suksesi negara itu sendiri dalam kasus Timor Leste, karena ada beberapa pendapat sarjana hukum internasional memandang lepasnya Timor Leste dari negara Indonesia adalah peristiwa suksesi negara. Pendapat sarjana tersebut dapat dilihat dari yang dikemukakan oleh Huala Adolf yang memberi judul tulisannya Beberapa Masalah Suksesi Negara Dalam Kasus Timor Timur, 60 bukan beberapa masalah suksesi negara dalam kasus Timor-Timur. 59 Ibid. 60 Huala Adolf, Beberapa Masalah Suksesi Negara Dalam Kasus Timor Timur, Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.

14 Demikian juga pendapat Boer Mauna yang memandang pemisahan Timor Timur dari wilayah RI juga berkaitan dengan masalah suksesi negara. Namun dalam melihat masalah Timor Timur ini ini masih dapat diperdebatkan apakah terjadi perubahan kedaulatan atas wilayah tersebut atau hanya sekedar pengembalian kedaulatan. 61 Pendapat Boer Muna di atas pada dasarnya memperdebatkan karena adanya masyarakat internasional tetap menganggap bahwa Timor Timur merupakan wilayah yang diduduki oleh Indonesia yang kemudian dikembalikan statusnya menjadi non-self governing teriroty. 62 Pendapat sarjana hukum internasional yang memandang kasus Timor- Timur adalah kasus suksesi adalah Sefriani yang mengatakan Lepasnya Timor- Timur sebagai provinsi Indonesia yang ke-27 menjadi negara baru yang merdeka merupakan kasus suksesi negara di Indonesia. 63 Timor Timur merupakan sebuah wilayah bekas koloni portugis yang dianeksasi oleh militer Indonesia menjadi sebuah provinsi yang pernah menjadi bagian Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai 19 Oktober Timor Timor atau Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27 setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara. Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya 61 Boer Muna, Op.Cit., hal Ibid., hal Sefriani, Op.Cit., hal Media Indonesia, 28 November 1975: Timor Timur memproklamasikan kemerdekaan dari Portugal, Diakses tanggal 28 Pebruari

15 walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik. Sebelum bergabung dengan Indonesia di Timor Timur lahir lima partai, yaitu: partai UDT yang menginginkan Timor Timur bergabung dengan portugal, partai ASDT yang berganti nama menjadi FRETILIN menginginkan Timor Timur menjadi Negara merdeka, serta tiga partai lain yang menginginkan Timor Timur bergabung dengan Indonesia yaitu: AITI yang berubah nama menjadi APODETI, KOTA, dan Partido Trabalhista/Partai Buruh. Kemudian pada 11 September 1975 tiba-tiba UDT mendeklarasikan keinginannya untuk bergabung dengan Indonesia. Dan pada tanggal 28 November 1975 atas cetusan FRETILIN, Timor Timur pun merdeka dengan nama Republik Demokratik Timor Timur. Deklarasi tersebut tidak diterima partai lain yang Pro-integrasi, sehingga kelompok Pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan meminta dukungan agar Indonesia ambil alih Timor Timur dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan marxis-komunis. 65 Saat Indonesia mendarat di Timor Timur pada 7 Desember 1975, FRETILIN dan ribuan rakyatnya mengungsi ke pegunungan untuk melawan Indonesia. Pada akhirnya penduduk banyak yang meninggal karena pemboman dari udara oleh Indonesia, kelaparan, penyakit, dan bahkan ada yang karena dibunuh sesama FRETILIN di hutan. Perbedaan sikap politik antara partai-partai yang ada menimbulkan perang saudara dan Indonesia terus mengikuti kondisi atas peristiwa tersebut. Adapun tanggapan Indonesia terhadap permintaan kelompok 65 Blogspot.com, Mengenang Kasus Lepasnya Timor Timur Dari Indonesia, Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.

16 Pro-integrasi yaitu menerima Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia. Timor Timur pun bergabung dengan Indonesia secara legal/resmi sesuai UU No. 7 Tahun 1976, pada tanggal 17 Juli Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar penduduk sipil (sebagian besarnya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). Dalam sebuah wawancara pada tanggal 5 April 1977 dengan Sydney Morning Herald, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan bahwa jumlah korban tewas berjumlah orang atau mungkin Integrasi bumi Loro Sae ke NKRI tersebut merupakan buah aspirasi masyarakat Timor Timur sendiri melalui deklarasi Balibo. Karena bergabung di Indonesia belakangan, Timor Timur pun bukan bagian utuh dari Indonesia, karena 66 Ibid. 67 Media Indonesia, Op.Cit.

17 tidak termasuk dalam Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 68 Dengan peristiwa integrasi tersebut, kemudian pihak pro integrasi meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis. 69 Pada waktu itu Presiden Habibie menganggap pembiaran integrasi Timor Timur ke Indonesia oleh dunia internasional (terutama Amerika dan sekutunya) disebabkan saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Timor Timur dan karena khawatir Timor Timur menjadi daerah komunis lewat FRETILIN. Namun setelah Blok Timur/Komunis runtuh, dunia barat mulai mempermasalahkan integrasi Timor Timur tersebut. Pada hari Rabu Tanggal 27 Januari 1999, sesuai Sidang Kabinet Menlu Ali Alatas menyampaikan sebuah kalimat, yaitu Setelah 22 tahun kita mengalami sejarah kebersamaan dengan rakyat kita di Timor Timor untuk menyatu dengan kita. Maka kiranya adalah wajar dan bijaksana, bahkan demokratis dan konstitusional bila kepada wakil-wakil rakyat kita yang kelak akan terpilih diusulkan untuk mempertimbangkan agar dapat kiranya Timor Timor secara terhormat, secara baik-baik berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tanggal April 1999, pemerintah menawarkan Opsi untuk meyakinkan masyarakat Timor Timor yaitu Otonomi luas. Hal-hal penting yang ditawarkan pemerintah RI tentang Pemberian Otonomi luas kepada Timor Timor meliputi antara lain : 68 Blogspot.com, Op.Cit. 69 Media Indonesia, Op.Cit.

18 1. Timor Timor akan mempunyai bendera dan bahasa sendiri. Bahasa Indonesia hanya digunakan untuk keperluan resmi (sebagai bahasa resmi). 2. Pemanfaatan/pengalokasian dana pembangunan tersebut diputuskan atau ditentukansendiri oleh Pemerintah Daerah Otonomi Khusus Timor Timor. 3. Anggaran pembangunan tetap sama seperti selama ini, dengan rincian 93 % berasal dari pemerintah pusat dan sisanya 7 % dari pendapatan asli daerah (PAD) Timor Timor sendiri. 70 Dilihat sepintas, tawaran tersebut sangat menjanjikan buat masa depan Timor Timor. Namun ternyata tawaran inipun ditolak sehingga tidak ada pilihan lain selain merdeka atau harus melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maraknya tekanan terhadap Pemerintah Indonesia agar melepaskan Timor Timor menjadi sebuah keharusan dan tidak bisa dibendung lagi. Konflik dan tindak kekerasan merebak dimana-mana. Pada akhirnya tanggal 08 Agustus 1998, semua satuan-satuan tempur TNI ditarik dari Timor Timor. Terjadilah kekosongan kekuatan Vacuum of Power tindak kekerasan semakin merajalela dan banyak memakan korban jiwa. Pada saat itu muncul dua kelompok kekuatan yang saling berhadap-hadapan. Kelompok pertama adalah mereka yang ingin memisahkan diri dari NKRI. Kelompok yang kedua adalah mereka yang berjuang ingin tetap bersatu dengan Indonesia. Pada tanggal 5 Mei Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Alatas dan Menlu Portugal Jame Gama, bersama sekretaris Jenderal PBB Kofi Anan menandatangani kesepakatan bahwa Indonesia tetap bertanggung jawab pada keamanan pelaksanaan tersebut. 70 Ibid.

19 Disepakati, tanggungjawab keamanan akan diserahkan kepada Polri yang dibantu TNI. Hal itu tertuang dalam dua kesepakatan, yaitu: 1. Kesepakatan tentang modalitas pelaksanaan penentuan pendapat melalui jejak pendapat. 2. Kesepakatan tentang Polisi (Polri) sebagai penanggung jawab keamanan. Selain desakan referendum oleh PBB dan Portugal serta desakan internasional, sejak awal peralihan Orde Baru ke Reformasi Timor Timur masih terus menjadi beban bagi Indonesia karena gejolak masyarakat disana yang sebagian besar pro referendum sementara tidak sedikit curahan sumber daya untuk Timor Timur yaitu 93% APBD provinsi ini ditanggung oleh Negara yang jauh berbeda dengan bantuan untuk daerah lain. Alokasi dana dari Indonesia ditujukan untuk pembangunan di Timor Timur yang luasnya km². Bantuan itu berupa dana pembangunan daerah (inpres) dan dana sektoral masing-masing berjumlah Rp 350,7 miliar dan Rp 602,4 miliar yang mendorong kemajuan di Timor Timur. Hasilnya kesejahteraan sosial, angka melek huruf, ruas jalan beraspal, hingga bangsal di Rumah Sakit pun terus bertambah. Bahkan saat semakin besar potensi untuk berpisah dengan Indonesia tahun 1999, Timor Timur masih menerima alokasi APBN sebesar Rp 187,3 Miliar untuk pembangunan provinsi, kota, desa, dan jaringan pengaman sosial, serta untuk menanggulangi kemiskinan. Sehingga Timor Timur menjadi seperti benalu bagi Indonesia bahkan sampai di akhir-akhir masa integrasinya Blogspot.com, Op.Cit.

20 Selain dana yang cukup besar dari pemerintah untuk Timor Timur, masalah daerah lain yang ikut ingin merdeka, masalah gerilya politik oleh kelompok Anti-integrasi, dan kritik serta kecaman Negara-negara barat atas pelanggaran HAM di Timor Timur yang terus ditujukan kepada Indonesia, semua itu semenjak Timor Timur menjadi provinsi ke-27 di Indonesia. Perang saudara selama 3 bulan (September-November 1975) di Timor Timur dan pendudukan Indonesia selama 23 tahun ( ), sudah lebih dari orang meninggal dan diantaranya disebabkan tentara Indonesia yaitu karena keracunan bahan kimia dari bom. Karena hal tersebut PBB tidak setuju dengan integrasi Timor Timur ke Indonesia. Ketidaksetujuan PBB juga dikarenakan ada kaum anti-kemerdekaan yang didukung Indonesia melakukan pembantaian balasan secara besar-besaran dimana sekitar jiwa tewas dan jiwa dipaksa mengungsi ke Timor Barat. Untuk mengatasi permasalahan di Timor Timur, pemerintah Indonesia menawarkan otonomi diperluas dengan status khusus/otonomi khusus. Namun PBB dan Portugal tetap menolak dan mendesak dengan alasan walau kebijakan itu dibuat, kedepannya Timor Timur tetap meminta referendum. Hal tersebut tentu saja merugikan Indonesia. 72 Akhirnya jajak pendapat pun dilakukan untuk memberi kebebasan kepada rakyat Timor Timur untuk menerima ataupun menolak tawaran otonomi khusus. Ternyata hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan 78,5% menolak (ingin merdeka) dan 21,5% menerima (masih ingin bergabung dengan Indonesia). Dengan kata lain lebih banyak rakyat Timor Timur yang memutuskan untuk 72 Ibid.

21 merdeka dan berpisah dari Indonesia. Kenyataan pahit tersebut harus diterima Indonesia karena itu pilihan rakyat Timor Timur sendiri. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur diakui dunia sebagai Negara merdeka dengan nama Timor Leste/ Republica Democratica de Timor Leste dan mendapat sokongan dana yang luar biasa dari PBB. Sejak merdeka, pemerintah Timor Leste berusaha memutus segala hubungan dengan Indonesia seakan Indonesia penjajah dan tidak pernah membantu mereka. Dengan kata lain Timor Timur tidak tahu berterimakasih atas apa yang pernah dilakukan Indonesia terhadapnya. Lepasnya Timor Timur menjadi catatan kelam bagi Indonesia karena dipertahankan dengan penuh pengorbanan, dana, dan nyawa. Diperkirakan lebih dari pahlawan gugur dalam perang seroja demi mempertahankan provinsi ini. 73 Presiden BJ Habibie menyatakan menerima hasil jejak pendapat tersebut. Pada tanggal 30 Oktober Pukul waktu setempat, Bendera Merah Putih diturunkan dari Timor Timor dalam upacara yang sangat sederhana dan tanpa liputan. Interfet melarang wartawan untuk meliput acara tersebut, kecuali RTP Portugal. Pada tanggal 31 Oktober pukul waktu setempat seluruh prajurit dan perwira TNI meninggalkan perairan Dili. Timor Timor telah lepas dari pangkuan Ibu pertiwi. Secara resmi Timor Timur bukan lagi bagian dari wilayah kedaulatan NKRI. Permasalahan lepasnya Timor Timur dari Indonesia sempat menjadi kesempatan lawan politik Presiden Habibie (yang saat itu menggantikan Presiden Soeharto) untuk menjatuhkan Presiden Habibie. Lepasnya Timor Timur juga 73 Ibid.

22 dianggap sebagai ketidakmampuan Pak Habibie dalam mempertahankan Provinsi Timor Timur yang saat itu menjadi bagian dari Indonesia. Semua sudah jelas bahwa dari sejarahnya masyarakat Indonesia mengetahui lepasnya Timor Timur tidak lain adalah keinginan masyarakatnya sendiri ditambah desakan dunia internasional. Jadi, Indonesia dan Presiden Indonesia yang menjabat pada waktu itu tidak salah dalam kasus Timor Timur, karena Indonesia telah menjaga dan mempertahankan wilayah tersebut sebelumnya. Dan lepasnya Timor Timur adalah memang jalan keluar terbaik pada saat itu. Melihat uraian di atas dapat dipahami bahwa terpisahnya Timor-Timur dari Indonesia adalah merupakan peristiwa suksesi, sedangkan peristiwa suksesi negara Timor Timur dari Indonesia adalah bagian dari suksesi sendiri. Hal ini dikatakan sebab Indonesia menduduki Timor Timur bukan disebabkan oleh penjajahan tetapi disebabkan sebagian rakyat Timor-Timur melakukan integrasi dengan Indonesia melalui deklarasi Balibo. Berdasarkan telah terjadinya integrasi antara Indonesia dengan Timor- Timur yang mendudukkan Timor-Timur sebagai Provinsi ke 27, maka dapat diketahui bahwa Timor-Timur tersebut adalah merupakan wilayah Indonesia. Setelah terjadinya referendum yang menghasilkan pemisahan Timur Timor dari Indonesia dan menjadi negara baru dengan nama Timor Leste, maka peristiwa tersebut dikenal dengan istilah suksesi, bukan suksesi negara. Terlepasnya Timor Timur dari wilayah Republik Indonesia dan kemudian membentuk negara baru (Timor Leste), melahirkan berbagai masalah baru.

23 Masalah utamanya adalah adanya dua pendapat yang saling bertentangan antara Indonesia dan negara-negara luar. Indonesia menganggap Timur Timur adalah wilayah yang sebelumnya telah resmi menjadi bagian wilayah Indonesia pada tahun Karena itu, ketika Timor Timur kemudian memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999, maka telah terjadi suksesi negara pada waktu itu. Pandangan kedua dari negara-negara lain, termasuk PBB, yang menganggap peristiwa tahun 1976 tersebut adalah tindakan pendudukan dengan kekerasan terhadap wilayah Timor Timur. Karena itu, ketika Timor Timur lepas dari wilayah Indonesia, yang terjadi bukanlah suksesi negara, tetapi pengembalian kedaulatan. 74 Dari fakta ini, menurut Huala Adolf, suksesi negara telah terjadi. Wilayah Timor Timur sebelumnya adalah wilayah pendudukan (Portugis sebelum diambil alih Indonesia), bukan wilayah merdeka. Karena itu dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada tahun 1999, telah terjadi pemisahan wilayah dan kemudian telah lahirnya suatu negara baru. Artinya, telah terjadi suatu proses suksesi negara. 75 Berdasarkan pendapat Huala Adolf di atas ditambah kenyataan bahwa bergabungnya Timor Timur dengan Indonesia karena keinginan sebagian besar rakyat Timor Timur maka Indonesia bukanlah penjajah Timor- Timur sehingga pemisahan Timor Timur dari Indonesia adalah peristiwa suksesi. Suksesi negara dapat digolongkan dalam dua bentuk yaitu: 74 Huala Adolf, Op.Cit. 75 Ibid.

24 1. Universal succession (pemisahan keseluruhan). Terjadi apabila suatu Negara secara keseluruhan dicaplok oleh Negara lain, baik karena ditaklukkan maupun karena meleburkan diri kedalam Negara lain secara sukarela. Ini juga dapat terjadi kalau suatu Negara pecah-belah menjadi beberapa Negara bagian yang masing-masing menjadi international person ataupun dicaplok semua oleh Negara yang mengelilinginya. 76 Pada bentuk pemisahan universal ini tidak ada lagi international identity dari suatu negara (predecessor state) karena seluruh wilayahnya hilang. Sebagai contoh dapat dikemukakan hilangnya Korea pada tahun 1910 karena dianeksasi oleh Jepang, juga Kongo yang dianeksasi oleh Belgia. Dalam kasus lain Columbia terpecah menjadi tiga negara merdeka yaitu Vezezuela, Equador serta New Gradana pada Tahun Dengan demikian tidak ada lagi Columbia pada waktu itu. 77 Mirip dengan kasus ini yang juga tergolong pemisahan universal adalah ketika wilayah suatu negara (predecessor state) habis terbagi-bagi yang masingmasing bagian dicaplok oleh negara-negara lain. Contohnya adalah wilayah Polandia yang habis terbagi masing-masing bagian dimiliki oleh Rusia, Austria, dan Prusia pada tahun Beberapa negara kecil yang kemudian meleburkan diri menjadi satu negara besar juga tergolong bentuk pemisahan universal Prabu Gomong, Suksesi negara, /03/11/pemisahan-negara/, Diakses tanggal 28 Pebruari Sefriani, Op.Cit., hal Ibid., hal

25 2. Partial succession (pemisahan sebagian), Terjadi apabila sebagian daripada wilayah Negara memisahkan diri dari kesatuan lewat revolusii dan menjadi international person sendiri sesudah mencapai kemerdekaannya. Ini bisa juga terjadi kalau Negara memperoleh sebagian dari wilayah Negara lain dengan cara sukarela (cession). Cara lain dari terjadinya partial succession ialah kalau Negara yang berdaulat dan merdeka penuh masuk ke dalam Negara federal. 79 Pada bentuk pemisahan parsial ini negara predecessornya masih eksis, tetapi sebagian wilayahnya memisahkan diri menjadi negara merdeka maupun bergabung dengan negara lain. Contoh untuk bentuk pemisahan parsial ini adalah hilangnya Timor-Timor dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia membentuk negara Timor Leste pada tahun Negara Indonesia sebagai predecessor state masih ada, yang terjadi adalah bahwa Indonesia kehilangan sebagian wilayahnya. 80 Ada tiga teori yang menyatakan sejauh mana hak dan kewajiban negara yang digantikan (predecessor state) beralih kepada negara yang menggantikan (successor state), yaitu: a. Teori Common Doctrine yaitu teori yang menyatakan apabila terjadi suksesi negara maka seluruh hak dan kewajiban predecessor beralih kepada suksesornya. b. Teori Clean Slate Doctrine yaitu teori yang menyatakan apabila terjadi suksesi 79 Prabu Gomong, Op.Cit. 80 Sefriani, Op.Cit., hal. 295.

26 negara, seluruh hak dan kewajiban predecessornya tidak beralih kepada suksesornya kecuali dikehendakinya. c. Teori dalam Konvensi Wina 1978 tentang perjanjian dan Konvensi Wina 1983 tentang suksesi negara yaitu konvensi hanya mengatur garis-garis besar atau prinsip-prinsip umumnya saja dan diberlakukan sepanjang para pihak tidak mengaturnya dalam devolution agreement. 81 Perbedaan dari kedua jenis suksesi negara ini terletak pada bagian wilayah dari suatu negara yang digantikan kedaulatannya. Bilamana pemisahan itu terjadi terhadap seluruh wilayah suatu negara (berarti negara yang lama atau predecessor state lenyap) maka pemisahan yang demikian dinamakan pemisahan universal. Sedangkan bilamana suksesi negara itu hanya meliputi bagian tertentu saja dari wilayah suatu negara (berarti predecessor state masih ada hanya wilayahnya saja yang berubah), maka pemisahan yang demikian dinamakan pemisahan parsial. Dengan demikian, pada pemisahan universal, identitas internasional dari suatu negara lenyap sebagai akibat lenyapnya seluruh wilayah negara itu. Di sini, kepribadian hukum internasional (international legal personality) dari negara itu hilang. Sedangkan pada pemisahan parsial, identitas internasional dari negara itu tidak hilang melainkan hanya luas wilayahnya saja yang berubah. Dalam hubungan ini, negara itu tidak kehilangan kepribadian hukum internasionalnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa suksesi negara adalah merupakan bagian suksesi. Suksesi negara menghasilkan negara dan 81 Blogspot.com, Hukum Internasional: suksesi negara, Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.

27 suksesi membicarakan akibat hukum internasional setelah terjadinya suksesi negara tersebut. Maka tatkala dikaji dalam kasus Timor-Timur maka dapat dipahami telah terjadi suksesi antara Timor Leste dengan Indonesia, dimana Timor Leste menjadi negara baru ketika terpisah dari Indonesia. Kajian suksesi akan meletakkan akibat suksesi negara dalam hubungan internasional, seperti batas wilayah negara baru dengan negara lainnya serta hubungan-hubungan internasional lainnya. Ada dua kelompok masalah penting yang menjadi fokus bahasan dalam persoalan suksesi negara, yaitu : 1. Factual State Succession, yakni yang berkenaan dengan pertanyaan faktafakta atau peristiwa-peristiwa apa sajakah yang menunjukkan telah terjadi suksesi negara? 2. Legal State Succession, yakni yang berbicara tentang apa akibat-akibat hukumnya jika terjadi suksesi negara. 82 Dalam hubungannya dengan substansi yang disebut terdahulu (Factual State Succession), akan dilihat pendapat para sarjana dan pengaturan dalam Konvensi Wina 1978 yang telah disebutkan di atas. Dalam pandangan para sarjana, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang dipandang sebagai suksesi negara, yang bisa juga dikatakan sebagai bentukbentuk suksesi negara adalah: 82 Internet, Suksesi negara (Succession of State), Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.

28 1. Penyerapan (absorption), yaitu suatu negara diserap oleh negara lain. Jadi di sini terjadi penggabungan dua subjek hukum internasional. Contohnya, penyerapan Korea oleh Jepang tahun Pemecahan (dismemberment), yaitu suatu negara terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang masing-masing berdiri sendiri. Dalam hal ini bisa terjadi, negara yang lama lenyap sama sekali (contohnya, lenyapnya Uni Soviet yang kini menjadi negara-negara yang masing-masing berdiri sendiri) atau negara yang lama masih ada tetapi wilayahnya berubah karena sebagian wilayahnya terpecah-pecah menjadi sejumlah negara yang berdiri sendiri (contohnya, Yugoslavia). 3. Kombinasi dari pemecahan dan penyerapan, yaitu satu negara pecah menjadi beberapa bagian dan kemudian bagian-bagian itu lalu diserap oleh negara atau negara-negara lain. Contohnya, pecahnya Polandia tahun 1795 yang beberapa pecahannya masing-masing diserap oleh Rusia, Austria, dan Prusia. 4. Negara merdeka baru (newly independent states). Maksudnya adalah beberapa wilayah yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah negara lain atau berada di bawah jajahan kemudian memerdekakan diri menjadi negara-negara yang berdaulat. 5. Bentuk-bentuk lainnya yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua atau lebih subjek hukum internasional (dalam arti negara) atau pemecahan satu subjek hukum internasional (dalam arti negara) menjadi beberapa negara Ibid.

29 Sementara itu, dalam perkembangannya, dalam Konvensi Wina 1978 memerinci adanya lima bentuk suksesi negara, yaitu : 1. Suatu wilayah negara atau suatu wilayah yang dalam hubungan internasional menjadi tanggung jawab negara itu kemudian berubah menjadi bagian dari wilayah negara itu (Pasal 15). 2. Negara merdeka baru (newly independent state), yaitu bila negara pengganti yang beberapa waktu sebelum terjadinya suksesi negara merupakan wilayah yang tidak bebas yang dalam hubungan internasional berada di bawah tanggung jawab negara negara yang digantikan (Pasal 2 Ayat 1f). 3. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah atau lebih menjadi satu negara merdeka. 4. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah atau lebih menjadi suatu negara serikat (Pasal 30 Ayat 1). 5. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat terpecah-pecahnya suatu negara negara menjadi beberapa negara baru (Pasal 34 ayat 1). 84 Sementara itu, untuk persoalan legal state succession, sebagaimana telah disebutkan tadi adalah berbicara tentang akibat hukum yang ditimbulkan oleh terjadinya suksesi negara. Dalam hubungan ini ada dua teori, yaitu teori yang dikenal sebagai Common Doctrine dan teori tabula rasa (Clean State). Menurut common doctrine, dalam hal terjadinya suksesi negara, maka segala hak dan kewajiban negara yang lama lenyap bersama dengan lenyapnya negara itu (predecessor state) dan kemudian beralih kepada negara yang 84 Ibid.

30 menggantikan (successor state). Sedangkan mereka yang berpegang pada teori tabula rasa (clean state) menyatakan bahwa suatu negara yang baru lahir (successor state) akan memulai hidupnya dengan hak-hak dan kewajiban yang sama sekali baru. Dengan kata lain, tidak ada peralihan hak dan kewajiban dari negara yang digantikan (predecessor state). 85 Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan akibat hukum suksesi negara Timor Leste terhadap Indonesia adalah terhapusnya hak dan segala kewajiban yang pernah dibuat oleh Indonesia pada wilayah Timor Leste dan melahirkan hak dan kewajiban negara baru yaitu Negara Timor Leste. Hak dan kewajiban tersebut hak untuk mengurus negara Timor Leste oleh pemerintah negara Timor Leste sendiri dan membuat perjanjian-perjanjian internasional baru antara Negara Timor Leste dengan negara-negara lainnya di luar Timor Leste. 85 Ibid.

31 BAB IV PENYELESAIAN TERHADAP ASET-ASET INDONESIA DI WILAYAH TIMOR SETELAH PEMISAHAN A. Permasalahan Akibat Suksesi Negara Timor Leste Jika berbicara mengenai kasus yang terjadi mengenai Timor Timur yang kini dikenal dengan nama Timor Leste, tampak bahwa terlepasnya Timor Timur dari wilayah RI merupakan masalah suksesi negara. Dua masalah yang serta merta lahir daripadanya, yakni masalah status aset pemerintah RI di wilayah Timor Leste dan status Perjanjian Timor Gap merupakan sebagian kecil saja masalah yang timbul dari terlepasnya Timor Timur dari RI, dengan demikian maka dapat diambil beberapa poin dari permasalahan tersebut, yaitu: 1. Perbedaan pandangan mengenai status kemerdekaan Timor Leste. Timor- Timur yang menganggap tahun kemerdekaannya adalah 1975, bukan 1999 ketika berpisah dari Indonesia. Demikian pula PBB dan negara-negara lain yang menyatakan kasus Timor-Timur bukanlah suatu suksesi negara melainkan tindakan pendudukan dengan kekerasan terhadap wilayah Timor Timur. Hal ini tentu berbeda dengan pandangan Indonesia yang menganggap telah terjadi suksesi negara. 2. Tidak hanya mengenai status kemerdekaan yang berbeda, diantaranya masalah aset negara. Masalah aset negara Indonesia, menurut RI aset yang ada di Timor-Timur tidak secara otomatis beralih, tetapi harus mengikuti hukum Internasional yang berlaku. Menurut Timor Leste, bahwa klaim pemerintah Timor Leste terhadap aset negara RI memiliki dasar yang cukup kuat. aset 69

32 tersebut adalah milik mereka sesuai dengan konstitusinya. Pendapat Timor Leste dikuatkan oleh Konvensi Wina 1983, namun Indonesia sendiri tidak meratifikasinya, dan konstitusi nasional Timor Leste tentu tidak mengikat Indonesia. 3. Untuk perjanjian Timor Gap antara Indonesia dan Australia, mengenai batas wilayah juga menjadi permasalahan tersendiri, karena belum adanya keputusan akhir tentang kasus tersebut, maka dibuat keputusan sementara. Namun kemudian sejak kemerdekaan Timor Leste, maka perjanjian tersebut telah resmi diakhiri oleh kedua negara dengan penandantangan Exchange of Letters tanggal 1 Juni 2000, berlaku pada hari yang sama. B. Penyelesaian Terhadap Aset-Aset Indonesia di Wilayah Timor Setelah Pemisahan Berdasarkan informasi salah satu situs di internet dijelaskan ada sebanyak klaim resmi pemerintah Indonesia terkait aset kepada Direktorat Land and Property Timor Leste hingga saat ini belum diproses. Klaim aset milik Indonesia tersebut telah diajukan sejak 2004 lalu, namun sampai saat ini masih dipending oleh Timor Leste. 86 Kendala yang dihadapi pemerintah Timor Leste terhadap klaim aset Indonesia tersebut, adalah adanya revisi peraturan hukum dan belum terbentuknya tim teknis kedua Negara untuk penyelesaian klaim aset ini. Pemerintah RDTL saat 86 Inilah.com, Ribuan Aset Indonesia Masih Ada di Timor Leste, Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.

33 ini sedang melakukan revisi UU No. 1 Tahun 2003 yang mengatur tentang benda tidak bergerak termasuk permasalahan tanah, Revisi UU tersebut sudah disetujui dewan menteri, dan saat ini sedang dibahas parlemen sebelum disahkan menjadi undang-undang. 87 Apabila Rancangan Undang-Undang tersebut sudah disahkan, Undangundang tersebut menjadi dasar utama bagi Pemerintah RDTL untuk menyelesaikan permasalahan aset WNI di RDTL. Sementara itu, tim teknis untuk penyelesaian asset ini juga belum terbentuk. Pemerintah Indonesia berharap dapat secara bersama dengan Pemerintah RDTL untuk membentuk working group semacam Technical Sub Committee (TSC) mengenai aset, namun sampai saat ini belum terlaksana, sehingga proses penyelesaian masih membutuhkan waktu. Jika TSC sudah dibentuk, maka pihak RI dan RDTL bisa bersama-sama untuk berunding menyelesaikan asset. Konstitusi RDTL melarang kepemilikan tanah oleh warga negara asing. Dalam UU No 1 Tahun 2003 mengenai status benda tak bergerak ditetapkan bahwa semua akta yang dikeluarkan pada jaman Indonesia dinyatakan tidak berlaku dan benda-benda tidak bergerak milik Pemerintah RI dinyatakan menjadi milik negara RDTL. Sedangkan milik perseorangan masih akan dikaji dan diputuskan lebih lanjut berdasarkan bukti-bukti kepemilikannya. Berkenaan dengan klaim atas aset tersebut, Pemerintah TL telah memberikan batas waktu untuk pengajuan klaim yaitu sampai 10 Maret Klaim resmi yang telah diajukan kepada Direktorat Land and Property TL mencapai klaim dan 87 Ibid.

34 hingga saat ini belum diproses atau masih di pending. 88 Pemerintah Timor Leste belum mampu memberikan ganti rugi kepada pemerintah Indonesia atas aset-aset BUMN dan swasta maupun aset individu WNI yang ditinggalkan pasca jajak pendapat Saah satu penyelesaian yang coba ditawarkan salah satunya untuk aset BUMN dan swasta dikompensasikan menjadi penanaman modal asing (Indonesia) di Timor Leste. 89 Prinsip yang dikembangkan oleh Timor Leste terhadap penyelesaian aset Indonesia adalah win-win solution karena memang sukar memberikan kategorisasi aset untuk ganti rugi. Indonesia memahami kondisi ekonomi Timor Lerte sehingga kedua negara telah bersepakat sejak awal, penyelesaian masalah aset Indonesia di bekas provinsi ke-27 tersebut diselesaikan melalui jalur perundingan. Karena (masalah) aset ini merupakan residual issues akibat pemisahan Timor dari Indonesia. Mengenai aset-aset milik individu WNI, penghitungan dan ketegorisasinya tidaklah semudah penghitungan aset milik pemerintah. Apalagi Undang-Undang Timor Leste yang mengatur masalah konflik aset belum lagi tergarap tuntas. Registrasi aset-aset tersebut sampai saat ini masih terus dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri. Sedangkan untuk aset-aset BUMN didaftar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Perundingan masalah aset Indonesia ini merupakan salah satu agenda yang manjadi mata acara penting, selain masalah perbatasan. 88 Ibid. 89 Tempo.Co, Aset BUMN di Timor Leste Dikompensasi Menjadi PMA, Menjadi-PMA, Diakses tanggal 28 Pebruari 2014.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur telah terpecah belah akibat politik devide at impera. Pada 1910 terjadi pemberontakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik de Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa e) adalah sebuah negara di Asia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU: STUDI KASUS OPERASI SEROJA / INTEGRASI TIMOR-TIMUR KE WILAYAH NKRI TINGKAT ANALISIS SISTEM GLOBAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanggotaan seseorang dari suatu komunitas bangsa biasanya berhubungan dengan hukum terkait kelahirannya, karena adanya hubungan darah ataupun karena imigrasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia* PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS DAN ASAS PACTA TERTIIS NEC NOCENT NEC PROSUNT TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA CELAH TIMOR ANTARA INDONESIA, AUSTRALIA DAN TIMOR LESTE Oleh : Stephanie Maarty K Satyarini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen.

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perjanjian pembagian hasil kekayaan alam yang terdapat pada laut Timor merupakan salah satu hambatan dalam hubungan antara Australia dan Republik Demokratik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. 115 maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 tidak hanya memberi keuntungan-keuntungan ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014 I. PEMOHON 1. dr. Naomi Patioran, Sp. M (selanjutnya sebagai Pemohon I);

Lebih terperinci

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI Disusunoleh: Raimundo de FátimaAlvesCorreia 151 070 253 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

APEK HUKUM WILAYAH NEGARA INDONESIA

APEK HUKUM WILAYAH NEGARA INDONESIA APEK HUKUM WILAYAH NEGARA INDONESIA Penulis: : Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Selama 24 (dua puluh empat) tahun rakyat Timor Leste berjuang

Lebih terperinci

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA JURNAL STATUS KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT YANG BERDOMISILI DI KAWASAN PERBATASAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE KHUSUSNYA YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KABUPATEN BELU ( Studi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 20/1996, PENGESAHAN CONVENTION ON INTERNATIONAL LIABILITY FOR DAMAGE BY SPACE OBJECTS, 1972 (KONVENSI TENTANG TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL TERHADAP KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH BENDA BENDA ANTARIKSA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1991 TENTANG PENGESAHAN "TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OFINDONESIA AND AUSTRALIA ON THE ZONE OF COOPERATION IN AN AREA BETWEEN THE INDONESIAN PROVINCE OF EAST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Timor Timur merupakan salah satu negara yang pernah dijajah oleh Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal berlangsung begitu

Lebih terperinci

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA Oleh : Ida Kurnia * Abstrak Sebelum Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982, Indonesia telah mempunyai

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1995 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KERAJAAN SPANYOL MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN SECARA RESIPROKAL ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme I. PARA PEMOHON 1. Umar Abduh; 2. Haris Rusly; 3. John Helmi Mempi; 4. Hartsa Mashirul

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL NPM : 100510366 Diajukan Oleh: ARCANJO JUVIANO SAVIO Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1493, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tanda Penghargaan. Bela Negara. Pemberian. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 20132013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009 Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A

NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN F I R M A N, S. S O S., M A Organisasi yang mengatur hubungan orang-orang dalam sebuah kota atau polis (negara) Socrates Aristoteles: Negara adalah perpaduan beberapa keluarga

Lebih terperinci

*46879 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 6 TAHUN 1997 (6/1997)

*46879 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 6 TAHUN 1997 (6/1997) Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 6/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS DEMOKRATIK SRI LANKA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat I. PEMOHON Assosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang diwakili oleh Ir.

Lebih terperinci

Perkembangan Hukum Laut Internasional

Perkembangan Hukum Laut Internasional Perkembangan Hukum Laut Internasional Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai, yang terkurung oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Islam KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA Saya menyetujui, dengan segala hormat, bagian pengantar keputusan terkait prosedur dan fakta dan juga bagian penutup tentang dengan penerapan Pasal 50 (pas. 50) dari Konvensi terhadap kasus ini. Saya juga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hukum pertambangan harus merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden/Panglima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

Kompleksitas Sengketa Celah Timor Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Sakti Prasetiya Dharmapati I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN

Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN LATIHAN SOAL TES CPNS Soal CPNS Tata Negara + PEMBAHASAN 1. Yang disebut dengan Negara Protektorat adalah a. Negara yang terdiri atas beberapa Negara bagian b. gabungan dua buah negara atau lebih yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB V INSTRUMEN-INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA. 1. Memahami dan mengetahui sistem internasional hak-hak asasi manusia;

BAB V INSTRUMEN-INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA. 1. Memahami dan mengetahui sistem internasional hak-hak asasi manusia; BAB V INSTRUMEN-INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA A. Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat: 1. Memahami dan mengetahui sistem internasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1976 TENTANG Pengesahan Penyatuan Timor-Timur Ke Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Pembentukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor-Timur DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

Hukum Laut Indonesia

Hukum Laut Indonesia Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hukum pertambangan harus merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden/Panglima

Lebih terperinci

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu : a. Harus ada penghuni (rakyat,

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat I. PEMOHON Assosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang diwakili oleh Ir. H. Isran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman moderen ini dunia teknologi berperan sangat penting di bidang komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE KLRCA (Direvisi pada tahun 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada tahun 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan yang telah di sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pengelolaan wilayah perbatasan RDTL dengan NKRI selama ini lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci