BELAJAR MELALUI PERMASALAHAN PENDIDIKAN BAHASA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BELAJAR MELALUI PERMASALAHAN PENDIDIKAN BAHASA"

Transkripsi

1 BELAJAR MELALUI PERMASALAHAN PENDIDIKAN BAHASA Biner Ambarita Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kita belajar dan memahami menggunakan bahasa. Bahasa adalah objek dasar yang sangat esensial dalam pemaknaan hidup dan kehidupan. Bahasa bukanlah sekedar dialek dan cara berkomunikasi semata, melainkan juga bagian dari cara hidup kelompok sosial. Bahasa menunjukkan bagaimana seseorang atau sekelompok orang berfikir. Bahasa yang digunakan oleh orang atau kelompok akan meneguhkan identitas seseorang atau kelompok tersebut. Bahasa merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis dalam energi dan aktivitas manusia. Bahasa bukanlah sesuatu yang berasal dari luar proses aktivitas, namun dari pemanfaatan organik dan pembangkitan dari daya kreatif manusia, sehingga bahasa merupakan pola dan bentuk yang diasumsikan oleh pikiran manusia. Permasalahan pendidikan bahasa memiliki cakupan yang luas terkait pemahaman makna hasil pikiran, alih ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, komunikasi, penamaan dan aturanaturan dalam kehidupan. KATA KUNCI : Belajar, pendidikan bahasa PENDAHULUAN Arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menjadi tantangan yang harus dihadapi dunia pendidikan nasional Indonesia untuk menghasilkan generasi muda yang tangguh dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu, perlu dirancang sistem pendidikan nasional mulai dari tingkat pendidikan prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi yang relevan dengan tuntutan kehidupan dan dunia kerja serta kemajuan ilmu pengetahuan di masa kini dan yang akan datang. Perubahan yang terjadi sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung menimbulkan pergeseran nilai dan melahirkan makna ganda dari kebenaran. Pergeseran pandangan dualistik menuju pandangan yang pluralistik, dari filosofi pluralistik menuju konsep yang holistik. Pergeseran filosofi yang terjadi tergantung pada hasil budaya baru yang tercipta. Sementara jarak tidak menjadi kendala utama mengalirnya arus informasi. Dalam keadaan demikian ini, sangat terasa pentingnya peranan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan komparatif dan adaptif, inovatif dan kompetitif, dan mampu berkolaborasi. Sumber daya manusia yang terdidik ini, akan dapat lebih mudah menyerap informasi baru lebih efektif, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang handal dalam beradaptasi untuk menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat. Bahasa adalah objek dasar yang sangat esensial dalam pemaknaan hidup dan kehidupan. Bahasa bukanlah sekedar dialek dan cara berkomunikasi semata, melainkan juga bagian dari cara hidup kelompok sosial. Bahasa menunjukkan bagaimana seseorang atau sekelompok orang berfikir. Bahasa yang digunakan oleh orang atau

2 kelompok akan meneguhkan identitas seseorang atau kelompok tersebut. Bahasa merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis dalam energi dan aktivitas manusia. Bahasa bukanlah sesuatu yang berasal dari luar proses aktivitas, namun dari pemanfaatan organik dan pembangkitan dari daya kreatif manusia, sehingga bahasa merupakan pola dan bentuk yang diasumsikan oleh pikiran manusia. Rekomendasi dari UNESCO menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan bahasa dapat berupa (1) kajian pusat bahasa dan manajemen sumberdaya lainnya dalam alih teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki negara-negara maju, (2) pemanfaatan bahasa ibu dalam pembelajaran sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dibangun di atas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa dan guru, (3) mendukung pendidikan Bilingual dan atau Multi Lingual pada seluruh tingkat pendidikan sebagai alat mempromosikan kesamaan gender maupun sosial dan sebagai elemen kunci dari masyarakat yang beragam secara linguistik, (4) mendukung bahasa sebagai komponen penting dalam pendidikan lintas budaya untuk membangkitkan pemahaman di antara kelompok-kelompok populasi yang berbeda dan menjamin penghargaan terhadap hak asasi. Wilhelm (1995) menyatakan bahasa suatu bangsa adalah jiwa bangsa itu sendiri, dan jiwa mereka adalah bahasa mereka. Berdasarkan pendapat ini sikap suatu bangsa terhadap bahasanya akan sangat menentukan keberadaan bangsa tersebut di masa mendatang. Kebijakan Jepang untuk mengalihbahasakan seluruh informasi tentang perkembangan Iptek dari negara luar ke dalam bahasa Jepang telah membawa negara Jepang sebagai negara yang diperhitungkan dalam perkembangan Iptek. Kebijakan ini secara otomatis membuka akses yang sebesar-besarnya kepada warga Jepang terhadap Iptek. Sehingga setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk memberi kontribusi terhadap perkembangan Iptek di Jepang sendiri. Akan berbeda hasilnya jika kebijakan ini tidak diluncurkan, dapat dibayangkan bahwa mereka yang memiliki akses ke perkembangan IPTEKS hanyalah orang yang menguasai bahasa asing saja. Akibatnya kontribusi terhadap perkembangan Iptek akan terbatas. Bahkan lebih penting lagi bahasa sebagai dasar ilmu pengetahuan terutama peranan bahasa dalam pengembangan metode ilmiah, logika dan epistemologi. Pada zaman modern ini terdapat tokoh-tokoh filsafat modern memiliki penganut yang sangat kuat terhadap berkembangnya filsafat analitika bahasa. Para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problem filsafat dapat dijelaskan melalui suatu analisis bahasa. Sebagai contoh problema filsafat yang menyangkut pertanyaan terkait keadilan, kebaikan, kebenaran, kewajiban, hakekat ada (metafisika) dan pertanyaan-pertanyaan fundamental dapat dijelaskan menggunakan metode analsis bahasa. Perhatian filsuf semakin besar terhadap bahasa ketika abad pertengahan yang ditandai dengan tujuh sistem utama yang meliputi gramatika, dialektika, dan retorika serta quadrivium yang mencakup aritmatika, geometrika, astronomi dan musik. Akar-akar ilmu pengetahuan menjadi sangat jelas dan pemaknaan kebenaran semakin holistik. Antonomi Betrand Russell dapat menggugurkan tesis filsafat silogisme dari kaum Platonisme dengan analitika bahasa, Himpunan dari Segala Himpunan. Bangsa Indonesia cukup merasakan keterbatasan dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK sebagai akibat keterkungkungan dalam bahasanya sendiri dan keterbatasan dalam pengembangan visi untuk melahirkan kebijakan pendidikan bahasa. Berbagai hasil pengembangan IPTEK yang berasal dari negara maju cukup menaklukkan kita untuk wajib beradaptasi dan menguasai sosial budaya mereka dan menggeser nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan menjadikan anak-anak bangsa kehilangan identitas. Bila kita tidak menginginkan Indonesia menjadi nasion paling bodoh di seluruh Asean dan Asia Timur, bahkan di tengah bangsa-bangsa di dunia,

3 maka kinerja manajemen dan inovasi kebijakan pendidikan bahasa di seluruh gugusan pendidikan, harus ditingkatkan. Banyak perubahan-perubahan signifikan terjadi terkait dengan pendidikan bahasa, antara lain: perubahan politik yang mengarah pada perubahan kebijakan pendidikan bahasa; perpindahan penduduk dalam skala besar membawa perubahan dan variasi bahasa di daerah setempat; pengaruh internet yang secara dramatis mempengaruhi penggunaan bahasa dalam berkomunikasi dan juga belajar; akselerasi globalisasi menantang keberadaan identitas-identitas lokal yang berdasar pada bahasa. Untuk itu perlu ditinjau ulang posisi bahasa dalam pendidikan. Dengan menyadari sedemikian besarnya peran bahasa dalam menentukan keberadaan bangsa maka perlu ditinjau bagaimana mengelola segala sumber daya yang terkait dengan pendidikan bahasa. Ketika berbicara tentang pengelolaan sumber daya, maka pembahasan beralih kepada teori yang terkait dengan manajemen. Manajemen dapat dipandang sebagai pengkoordinasian dan pengawasan terhadap kegiatan kerja sehingga pekerjaan tersebut diselesaikan secara efisien dan efektif. Tulisan ini selanjutnya akan mengangkat beberapa isu sekitar kebijakan pendidikan bahasa, dan secara khusus kebijakan Menteri Pendidikan Mashuri Saleh pada tahun PEMBAHASAN 1. Beberapa Issue dan Masalah Pendidikan Bahasa a. Bahasa Sebagai Alat Pemersatu Bangsa VS Bahasa Sebagai Pemicu Konflik Kesadaran tentang pentingnya peran bahasa telah ada sejak dulu. Keyakinan para pemuda di tahun 1928 tentang peran bahasa sebagai alat pemersatu bangsa melatarbelakangi munculnya bahasa sebagai salah satu point dalam Sumpah Pemuda. Di dalam sejarahnya, bahasa Melayu (yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia) bukanlah bahasa etnis besar di tanah air ini. Penuturnya sangat jauh dibanding penutur bahasa etnis lainnya seperti bahasa Jawa dan Sunda. Anton Moeliono menyatakan, pada 1928 populasi orang Indonesia yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa ibu sebanyak 4,9%, sedangkan bahasa Jawa dan Sunda berturut-turut 47,8% dan 14,5%. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu menggeser bahasa etnis yang kecil dan menggoyangkan bahasa etnis yang besar. Melalui vernakularisasi, bahasa Indonesia menjadi bahasa dari masyarakat baru yang bernama masyarakat Indonesia. Sesudah merdeka, peranan bahasa Indonesia semakin jelas dan nyata. Dalam pergaulannya dengan bahasa-bahasa yang sudah terlebih dahulu ada di tanah air, identitas bahasa Indonesia semakin mengemuka. Pada era Orde Baru, bahasa Indonesia diajarkan kepada siswa kelas 3 di sekolah dasar. Sekarang ini, siswa taman kanak-kanak pun sudah mendapatkannya. Hal ini tentunya sangat menguntungkan karena bahasa Indonesia bisa lebih mengindonesia sejak dini. Gebrakan baru pemerintah pada masa Orde Baru ini adalah diberlakukannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tahun Sebelum adanya EYD, Bahasa Indonesia yang digunakan masih diwarnai oleh bahasa etnis masing-masing atau unsur lain dari bahasa asing. Pemberlakuan EYD ditujukan untuk mengakomodasi keragaman bahasa yang ditemukan di tanah air ini. Politik bahasa merupakan masalah yang pelik. Selain bisa mengatasi permasalahan yang nantinya berujung pada kesatuan suatu bangsa, politik bahasa bisa juga memicu konflik antar negara atau antar daerah. Pertama, masalah dapat muncul karena adanya ketidakpuasan dari pihak pemakai bahasa atas ketidakmampuan

4 bahasanya mengikuti tantangan zaman. Pemerintah Filipina mengeluarkan kebijakan dwibahasa. Bahasa Filipino hanya digunakan dalam pengajaran bahasa Filipino dan studi Sosial. Sedangkan bahasa Inggris digunakan dalam mata ajar bahasa Inggris, matematika, dan Sains. Bahasa Filipino hanya digunakan di awal-awal masa pengajaran, dan selebihnya bahasa Inggris. Akibatnya bahasa Filipino sulit berkembang. Ketidakmampuan bahasa Filipino memenuhi tuntutan globalisasi mengakibatkan penguasaan bahasa Inggris semakin meningkat. Identitas kebangsaan negara ini semakin pudar dan terancam krisis. Kedua, masalah dapat muncul karena adanya kecemburuan sosial dari penutur bahasa etnis kecil terhadap etnis besar. India bekas jajahan Inggris, mengalami resistensi politik dari para pendukung bahasa etnis besar di bagian selatan India (bahasa Dravida dan Bengali) terhadap penggunaan bahasa Hindi sebagai bahasa nasional selain bahasa Inggris. Konstitusi 1950 yang memproklamasikan Hindi sebagai bahasa nasional terpaksa diamendemen untuk menghindari konflik antar etnis. (kasus India). Lebih jauhnya apabila etnis kecil tidak berdaya terhadap etnis besar, hal itu bisa mengakibatkan kematian bahasa. Dalam hal pengajaran, terlihat bahwa bahasa Indonesia tidak kontekstual dengan budaya lokal. Materi yang diajarkan di Pulau Jawa sama dengan materi yang disampaikan di Papua. Kecerobohan lainnya kebanyakan terkait dengan sikap mental para pemakai bahasa yang terkadang kurang lihai menempatkan diri atau kurang bisa berperilaku bijak. Ketika seseorang bertemu dengan sesama etnisnya, tidak salah mereka langsung beralih menggunakan bahasanya sendiri. Akan tetapi ketika kondisi ini terjadi pada lingkungan yang memiliki keberagaman budaya tinggi, secara norma pergaulan, cara seperti itu menunjukkan lemahnya sensitivitas budaya penuturnya di tengah-tengah keberagaman yang sedang ia hadapi. Apabila hal ini terjadi pada level elite, maka bisa memicu terjadinya konflik kepentingan yang eksesnya dapat terlihat dalam power sharing, pendayagunaan aspek ekonomi, dan kedekatan personal. Ekses negatif lainnya terutama, bila etnis minoritas memiliki semangat primordialisme tinggi terhadap etnis mayoritas, yang bisa menimbulkan stereotip terhadap etnis mayoritas dan yang lebih parahnya hal itu bisa mengantarkan pada munculnya resistansi terhadap etnis ini. Secara kasarnya, hal ini menimbulkan kesan imperialisme bahasa dalam bingkai ke- Indonesiaan yang lebih modern. b. Perlu Kebijakan Pendidikan Bahasa dalam Penamaan Rupabumi Nama geografis atau nama unsur rupabumi (topografi) baik dalam ucapan dan tulisan lahir dari sejarah kebudayaan manusia sejak manusia berhenti sebagai pengembara (nomaden). Sejak manusia mulai menetap di suatu kawasan tertentu, manusia mulai menamai unsur-unsur rupabumi di sekitarnya sebagai sarana komunikasi dan berkembangnya sistem acuan dalam orientasi dan transportasi. Kini Nama unsur rupabumi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia sehari-hari. Nama unsur rupabumi digunakan sebagai sarana komunikasi antara bangsa dan negara sejak berkembangnya perpetaan, seperti Peta Claudios Ptolemaios (Ptolemy) di abad ke-2 Masehi. Manusia modern tidak dapat lepas dari peta yang memuat semua informasi unsur rupabumi untuk menunjang kegiatan manusia seperti kegiatan perdagangan, eksplorasi, penelitian, perjalanan, bahkan peperangan sekalipun. Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari wilayah daratan dan lautan yang meliputi kurang lebih pulau (Depdagri, 2003). Di pulau-pulau tersebut terdapat 726 bahasa daerah (menurut Summer Institute of Linguistics). Keanekaragaman bahasa ini sangat berpengaruh dalam tatacara penamaan unsur rupabumi yang dapat

5 berakibat pada ketidakseragaman penulisan unsur rupabumi di peta. Oleh karena itu, Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tanggal 29 Desember 2006, mempunyai wewenang penuh untuk mengatur tatacara pembakuan nama rupabumi. Hal ini sesuai dengan Resolusi PBB No. 4 Tahun 1967 dari The First UN Conference of Standardization on Geographical Names di Jenewa yang merekomendasi perlu dibentuknya National Geographical Names Authority (lembaga nasional otoritas nama geografis) di tiap negara anggota. Bentuk lembaga otoritas tersebut disesuaikan dengan struktur pemerintahan setempat yang mempunyai tugas dan fungsi pokok pembakuan nama unsur rupabumi, sebagai langkah mendukung pembakuan nama unsur rupabumi di tataran internasional. Unsur rupabumi umumnya dinamai oleh penduduk setempat dengan menggunakan bahasa daerahnya yang mencerminkan bagian dari sejarah dan kebudayaan suku bangsa yang pertama kali mendiami suatu wilayah. Dalam penamaan unsur rupabumi biasanya mengandung elemen generik yang dapat juga disebut sebagai nama generik dan elemen/nama spesifik. Elemen generik dari suatu nama unsur rupabumi mencerminkan migrasi manusia di masa lalu. Sebagai contoh, istilah wai yang artinya sungai tidak hanya terdapat di Lampung saja tetapi tersebar mulai dari Pasifik Selatan dalam bahasa Maori, Hawaii, Tonga, dan Maui sampai di kawasan Indonesia seperti di wilayah Papua, Seram, Buru, Nusa Tenggara, dan Lampung. Sehingga nama unsur rupabumi dalam bahasa setempat harus dipertahankan karena merupakan bagian dari sejarah yang panjang dari migrasi manusia di muka bumi. Selain itu elemen spesifik dari nama unsur rupabumi juga penting karena mencerminkan legenda atau mitos dari suku bangsa yang mendiami kawasan tersebut. Dengan demikian tugas Tim Nasional Pembakuan Nama Unsur Rupabumi antara lain melestarikan bahasa dan budaya setempat. Banyak nama unsur rupabumi di Indonesia belum memiliki nama baik di daratan dan lautan terutama pulau-pulau. Walaupun sebagian dari unsur rupabumi telah memiliki nama namun dalam kenyataannya di lapangan masih beragam dan tidak baku dalam penulisan dan ucapannya. Pada saat ini ditemukan banyak nama unsur rupabumi yang berganti dari bahasa lokal menjadi bahasa yang tidak dikenal oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh, banyak digunakan bahasa asing untuk promosi, terutama untuk nama permukiman (real estate), sehingga nama asli desanya sudah tidak dikenal lagi. Sudah waktunya pemerintah Indonesia mulai membakukan dan menetapkan nama unsur rupabumi secara nasional, yang bertumpu dari penamaan unsur rupabumi yang dilaksanakan mulai dari tataran desa/kelurahan, sebagai bagian dari tertib administrasi pemerintahan. Prinsip, Kebijakan, dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi ini perlu dipersiapkan sebagai acuan bagi pelaksanaan pembakuan nama unsur rupabumi di Indonesia dalam pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian semua lapisan masyarakat termasuk semua jajaran Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah wajib memakai nama baku unsur rupabumi secara konsisten dan taat asas dalam semua aktivitasnya. c. Bahasa Perkembangan IPTEK Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Hampir seluruh negara di dunia ini menyertakan pelajaran bahasa Inggris dalam kurikulumnya. Mengapa ini bisa terjadi? Seluruh negara mempelajari bahasa Inggris sebab bahasa ini membuka jalan bagi mereka beradaptasi dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dominasi

6 Inggris dan negara lain penutur bahasa Inggris di bidang Iptek, memaksa negara lain untuk mempelajari bahasa Inggris agar dapat mengakses perkembangan Iptek tersebut. Dalam hal ini dapat dikatakan perkembangan Iptek suatu negara memperkuat kedudukan bahasa suatu bangsa di tingkat internasional. Sebaliknya kebijakan bahasa juga dapat memperkuat perkembangan Iptek suatu bangsa. Kebijakan yang diambil Jepang merupakan contoh untuk kondisi ini. Dengan menerjemahkan seluruh informasi yang terkait dengan perkembangan Iptek dari negara luar ke dalam bahasa Jepang telah membawa negara Jepang sebagai negara yang diperhitungkan dalam perkembangan Iptek. Kebijakan ini secara otomatis membuka akses yang sebesar-besarnya kepada seluruh warga terhadap Iptek. Sehingga setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk memberi kontribusi terhadap perkembangan Iptek di Jepang sendiri. Berdasarkan uraian ini ternyata ada hubungan timbal balik antara bahasa dan perkembangan IPTEK suatu bangsa. d. Peranan Bahasa dalam Pemecahan masalah Filsafat Kajian filsuf terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar bahwa kenyataannya banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filsafat akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa. Tokoh-tokoh filsafat analitika hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan, kekaburan, dan kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai macam konsep filosofis dan berdampak pada peletakan makna dan kebenaran. Kegunaan (peranan) bahasa itu sangat penting dalam pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa itu adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat bahasa, sebab, asal dan hukumnya. Jadi pengetahuan dan penyelidikan itu terfokus kepada hakekat bahasa termasuk juga perkembangannya. Pada dasarnya filsafat analitika bahasa meliputi 3 aliran yang pokok, yaitu antomisme logis, positivisme logis, dan filsafat biasa. Aliran filsafat biasa inilah yang memiliki bentuk paling kuat bilamana dibandingkan dengan aliran filsafat yang lain, dan memiliki pengaruh yang sangat luas, baik di Inggris, Jerman, dan Perancis maupun di Amerika. Aliran filsafat bahasa biasa juga memiliki kelemahan-kelemahan antara lain a. Kekaburan makna b. Bergantung pada konteks c. Penuh dengan emosi dan d. Menyesatkan Untuk mengatasi kelemahan dan demi kejelasan kebenaran konsep-konsep filosofis maka perlu dilakukan suatu pembaharuan bahasa, yaitu perlu diwujudkan suatu bahasa yang sarat dengan logika sehingga ungkapan-ungkapan bahasa dalam filsafat kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Kelompok filsuf ini adalah Betrand Russell. Menurut kelompok ini tugas filsafat adalah membangun dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam bahasa seharihari. Dengan kerangka bahasa yang sedemikian itu kita dapat memahami dan mengerti tentang hakekat fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan dasar tentang metafisis dan realitas dunia yang menjadi perhatian terpenting adalah usaha untuk membangun dan memperbaharui bahasa itu membuktikan bahwa perhatian filsafat itu berkenaan dengan konsepsi umum tentang bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya. Sebagai suatu bidang filsafat khusus, filsafat bahasa memiliki kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkenaan bahasa. Jadi peranan filsaft bahasa jelas sangat

7 penting, atau berpengaruh terhadap pengembangan ilmu bahasa. Namun berbeda dengan ilmu bahasa atau lingkungan yang membahas ucapan tata bahasa dan kosa kata, filsafat bahasa lebih berkenaan dengan arti kata dan arti bahasa (semantik). Masalah pokok yang dibahas pada filsafat biasa lebih berkenaan dengan bagaimana ungkapan suatu bahasa itu mempunyai arti sehingga analisis filsafat tidak lagi dianggap harus didasarkan pada logika teknis, baik bagi logika formal maupun matematika, tetapi berfilsafat didasarkan pada penggunaan bahasa biasa. Oleh karena itu mempelajari bahasa biasa menjadi syarat jika ingin membicarakan masalah-masalah filsafat, karena bahasa merupakan alat dasar dan utama berfilsafat. 2. Perlu Manajemen Sumber Daya Sebagai Respon Terhadap Issue Menyadari kemungkinan terburuk dari berbagai dampak berbagai isu yang suatu saat akan menjadi masalah besar bagi tatanan kehidupan bangsa di masa yang akan dating, perlu adanya penataan dan pengelolaan sumberdaya serta kebijakan pendidikan bahasa yang lebih visioner dalam mengantisipasi resiko yang akan terjadi. Pemerintah Indonesia perlu cepat tanggap mengantisipasi potensi munculnya konflik, ketertinggalan IPTEKS akibat keterkungkungan bahasa, hilangnya nilai-nilai luhur budaya dan identitas anak bangsa, serta permasalahan teritorial akan muncul akibat ketidakjelasan nama dan pengucapan rupabumi Indonesia. Menyikapi tantangan zaman atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berupa persoalan tata istilah, pemaknaan kebenaran, metode ilmiah, epistemologi, pemerintah melalui optimalisasi fungsi sumberdaya pendidikan bahasa terkait SDM, sarana dan prasarana, informasi dan keuangan. Pusat Bahasa sebagai pusat pengkajian analitika bahasa harus proaktif dan kreatif mencari pemecahan masalah bahasa yang berdampak luas pada tatanan kehidupan bangasa, dan membuka kerja sama dengan para pakar dalam disiplin ilmu tertentu menerbitkan berbagai kamus, melakukan alih bahasa IPTEK, melahirkan berbagai kebijakan pendidikan bahasa yang visioner dalam mengatasi permasalahan yang akan terjadi. Bahasa di kalangan etnis-etnis kecil maupun etnis-etnis besar diupayakan untuk dipertahankan. Dalam pelaksanaannya kebijakan yang diterapkan pemerintah Indonesia berbeda dari negara-negara lain di dunia. 3. Kesimpulan PENUTUP Berdasarkan dasar teori dan analisis filosofi, teori dan praktek pendidikan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan berikut: a. Bahasa suatu bangsa adalah jiwa bangsa itu sendiri, dan jiwa mereka adalah bahasa mereka. Keterkungkungan bangsa dalam bahasanya berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kreatifitas dan produktifitas bangsa tersebut. b. Kebijakan-kebijakan yang visioner dalam pendidikan bahasa perlu dilahirkan untuk mengantisipasi berbagai isu dan problema perkembangan IPTEK, pengawasan teritorial, degradasi nilai-nilai luhur budaya, dan peletakan dasar kebenaran dalam kajian filsafat ilmu pengetahuan. Implementasi kebijakan pendidikan bahasa sedini mungkin dapat mengantisipasi peminimalan resiko perubahan yang terjadi. 4. Saran

8 Perlu dilakukan optimalisasi fungsi sumberdaya pendidikan bahasa dalam implementasi berbagai kebijakan pendidikan bahasa yang dilahirkan merupakan alternatif pemecahan masalah yang akan terjadi. Reorganisasi fungsi lembaga-lembaga dan pusat bahasa diarahkan pada analitika bahasa, identifikasi pada masalah-masalah sosial budaya terkait bahasa, dan penemuan solusi permasalahan berupa kebijakankebijakan pendidikan bahasa. DAFTAR PUSTAKA Aurousseau, M. (1957). The Rendering of Geographical Names. London: Hutchinson University Library. Baroody, A.J. (1993). Problem solving, Reasoning, and Communicating, K-8. Helping Children think Mathematically. New York: Macmillan Publishing Company. Departemen Dalam Negeri, (2006). Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006 Tentang: Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan, Subdit Toponimi dan Pemetaan. Geographical Names Board of Canada, (2001). Principles and Procedures for Geograhical Naming. Canada: Center for Topographic Information Earth Sciences Sector, Natural Resources. Hulukati, E. (2005). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Generatif. Disertasi Doktor pada PPS UPI.: Tidak Diterbitkan. Kaelan, M.S. (1998). Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Paradigma. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1993). Pedoman Umum Pembentukan Elemen. Jakarta: Balai Pustaka.

9 UNESCO Education Position Paper. (2003). Education in a multilingual world. Paris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization Widjojo, Muridan S., Benny H Hoed, Mashudi Noorsalim. (2004). Bahasa negara versus bahasa gerakan mahasiswa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sekilas tentang penulis : Drs. Biner Ambarita, M.Pd. adalah dosen pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed dan sekarang menjabat sebagai Pembantu Rektor III Unimed.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nama geografis atau nama unsur rupabumi (topografi) baik dalam ucapan dan tulisan lahir dari sejarah kebudayaan manusia sejak manusia berhenti sebagai pengembara (nomaden).

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA 0 L E H Dra. SALLIYANTI, M.Hum UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

Kebijakan Pembakuan Nama Rupabumi di Indonesia. Drs. Eko Subowo, MBA Plt. Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan, Kemendagri

Kebijakan Pembakuan Nama Rupabumi di Indonesia. Drs. Eko Subowo, MBA Plt. Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan, Kemendagri Kebijakan Pembakuan Nama Rupabumi di Indonesia Drs. Eko Subowo, MBA Plt. Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan, Kemendagri Latar Belakang dan Esensi Toponim Nama geografis atau nama unsur rupabumi (topografi)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Modul ke: FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Fungsi Bahasa Secara Umum Bahasa Negara dan Bahasa Nasional Keunggulan Bahasa Indonesia Fakultas.. Dadi Waras Suhardjono, S.S., M.Pd. Program Studi. www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa

Lebih terperinci

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL

MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL MENYUSUN KURIKULUM: MENJAWAB TANTANGAN KERJA GLOBAL I ndonesia merupakan salah satu Negara yanga mempunyai jumlah perguruan tinggi terbanyak di dunia, baik negeri maupun swasta. Jenis program studi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar Wawasan Kebangsaan Dewi Fortuna Anwar Munculnya konsep Westphalian State Perjanjian Westphalia 1648 yang mengakhiri perang 30 tahun antar agama Katholik Roma dan Protestan di Eropa melahirkan konsep Westphalian

Lebih terperinci

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di samping itu, pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas hidup manusia, bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN

KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN 354 Kedudukan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia Pendidikan KEDUDUKAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA PENGANTAR DALAM DUNIA PENDIDIKAN Yulia Agustin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender 1 Tujuan belajar 1. Memahami arti stereotip dan stereotip gender 2. Mengidentifikasi karakter utama stereotip gender 3. Mengakui stereotip gender dalam media

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) lembaga utama internasional untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang: a. bahwa fasilitas umum merupakan bagian dari aset daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat dengan mudah menerima

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gegar budaya atau biasa dikenal dengan culture shock sering kali dialami oleh individu ketika mereka memasuki budaya baru. Ketika memasuki budaya

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Identitas Nasional Istilah Identitas nasional secara terminologis Adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini dunia sedang memasuki era globalisasi yang merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan yang melanda ini

Lebih terperinci

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEJARAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA A. Sejarah Perkembangan Bahasa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mengutip pernyataan Jacub Rais bahwa kita terpesona oleh kalimat bersayap William Shakespeare What s in a name, tetapi tidak berlaku dalam toponimi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), aset adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), aset adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010), aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan pembangunan karena investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Era

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna.

I. PENDAHULUAN. mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Pengantar Kurikulum merupakan cerminan dari filosofi, keyakinan, dan cita-cita suatu bangsa. Melalui dokumen tersebut, seseorang dapat mengetahui

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, hilangnya nilai-nilai budaya dan kearifan lokal menjadi isu yang ramai dibicarakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan Berdasarkan UU Nomor

Lebih terperinci

Kurikulum Kurikulum 2013

Kurikulum Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

Landasan Pendidikan Inklusif

Landasan Pendidikan Inklusif Bahan Bacaan 3 Landasan Pendidikan Inklusif A. Landasan Filosofis 1) Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN MEREKONSTRUKSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI PENGUAT KARAKTER BANGSA Citra Maya Pusvitasari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI NGAWI cietmay_puu@rocketmail.com ABSTRAK Bahasa Indonesia saat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, -1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PENAMAAN FASILITAS UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tertib administrasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

PERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia. Karina Jayanti

PERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia. Karina Jayanti PERANAN DAN FUNGSI Bahasa Indonesia Karina Jayanti BAHASA (Menurut Ahli) ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. (Depdiknas, 2005: 3) BAHASA (Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu generasi muda penerus bangsa yang mampu menjawab tantangan-tantangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan teknologi informasi menjadi semakin ketat dan tajam yang sudah barang tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi akhir-akhir ini arus kemajuan dan tehnologi terasa sangat pesat dan cepat. Manusia terus akan menghadapi dan mengalami berbagai perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dan rakyat Indonesia dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di institusi pendidikan. Pendidikan karakter yang diimplementasikan

Lebih terperinci

Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional

Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi sekarang ini mendapat tantangan yang sangat kuat, terutama karena pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Encar Carwasih, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Encar Carwasih, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunikan Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang memiliki penduduk yang beragam (multietnis). Keanekaragaman suku bangsa tumbuh dan berkembang karena perbedaan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di daerah geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan pendokumentasian

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran otentik Kabupaten Rejang Labong dalam 5 (lima) tahun mendatang pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya.

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan Laporan Bab 1 Pendahuluan 3 I.1. Pengantar Laporan pengembangan model merupakan paparan hasil penelitian terhadap praktek pendidikan di masyarakat sungai dalam kaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: MATA KULIAH BAHASA INDONESIA 03 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SUPRIYADI, M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583

Lebih terperinci

MEMPERTAHANKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA. M. Arifin PS. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIB

MEMPERTAHANKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA. M. Arifin PS. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIB 82 MEMPERTAHANKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA M. Arifin PS. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIB ABSTRAK Globalisasi dan reformasi memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Lingkungan strategi pendidikan telah terjadi perubahan yang sangat fundamental, terutama dilihat dari faktor penentu kemajuan suatu negara. Menurut hasil

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Mata pelajaran PKn 2.1.1.1.Pengertian PKn SD Pendidikan kewarganegaraan SD adalah program pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 1 BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 A. Sekilas Tentang Kurikulum 2013 Sebelum membahas mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013, sebaiknya kita pahami dulu tentang latar belakang, arah, dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang banyak menyangka bahwa penguasaan tiap bahasa pertama seakanakan tidak memerlukan usaha sama sekali dari pihak anak. Pendapat itu tentulah kurang tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU

Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalsasi, era persaingan bebas membawa peluang sekaligus tantangan bagi bangsa dan negara Indonesia. Untuk dapat bertahan dan bersaing dalam era globalisasi

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu, wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan mereka

Lebih terperinci