BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya membuat peneliti mendapatkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya membuat peneliti mendapatkan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja Museum Sebagai Daya Tarik Wisata Terinspirasi dengan filosofi yang mengatakan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya membuat peneliti mendapatkan inspirasi untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan nilai sejarah dan budaya yang kuat, sehingga muncul sebuah gagasan untuk mengangkat museum sebagai obyek penelitian. Karena sudah kita ketahui bahwasanya museum merupakan wadah untuk mengenal sejarah dan dari mengenal sejarah itu membuat kita lebih mengenal jasa para pahlawan kita. Mengutip dari salah satu artikel KOMPAS.com pada tanggal 7 Januari 2015 menyatakan bahwa Louvre yang sangat terkenal dan berada di Perancis, berhasil meraih kunjungan wisatawan sebesar 9,3 juta pada tahun Hal ini menjadikan Louvre kembali menjadi museum paling banyak dikunjungi di dunia. Masih dalam artikel yang sama seperti dikutip dari kantor berita AFP, pihak Louvre mengumumkan dari angka tersebut 70 persen penjualan tiket masuk berasal dari wisatawan asing. Turis asing paling banyak berasal dari Amerika Serikat, Tiongkok, Italia, Inggris, dan Brasil. lebih dari setengah pengunjung di tahun 2014 berusia di bawah 30 tahun. Museum Louvre yang terletak di Rive Droite Seine Paris, salah satu kota di Negara Prancis, memiliki koleksi seni dan barang antik. Untuk koleksinya yang paling terkenal adalah lukisan Mona Lisa karangan Leonardo da Vinci dan patung Venus de Milo dari zaman Yunani Kuno. 1

2 Museum Louvre memiliki lokasi yang strategis yaitu di pusat kota Paris di tepian Sungai Seine. Museum ini pun bisa diakses melalui transportasi publik yaitu Metro (subway) melalui trek Louvre-Rivoli yang merupakan line 1 dari jaringan Metro kota Paris yang memiliki 14 buah line Metro. Museum Louvre memiliki tiga pintu masuk. Yang utama adalah melalui pintu masuk utama di piramida kaca yang berada di tengah area, lalu melalui pusat perbelanjaan bawah tanah Carrousel de Louvre, dan yang terakhir melalui Porte des Lions. Jika masuk melalui pintu utama (piramida) akan tersedia elevator yang terutama bermanfaat bagi lansia, ibu dengan anak, maupun orang dengan cacat fisik. Hal ini merupakan bukti bahwa pihak museum sangat memperhatikan masalah pelayanan dan kepuasan pengunjung. Jumlah kunjungan di sebuah Museum Louvre Paris bisa mendatangkan wisatawan hingga 9,3 juta per tahunnya, jauh berbanding dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Januari hingga Desember 2014 yang hanya menyentuh angka (Kemenparekraf 2014). Artikel tersebut membuktikan bahwa museum dapat dijadikan salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik banyak kunjungan wisatawan. Dilihat dari jumlah wisatawan yang datang hampir separuhnya berusia 20 hingga 35 tahun, hal ini membuktikan trends pengunjung museum tidak lagi didominasi usia anak sekolah atau lansia. Gambar 1.1 Museum Louvre di Kota Paris, Perancis (Kompas.com, 2014) 2

3 Selain memberikan pengalaman, mengunjungi museum dapat menambah pemahaman terhadap banyak hal baru. Terutama dari koleksi yang ditampilkan oleh museum dapat bercerita serta memberikan informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengunjung museum. Karena dikemas dengan fun, museum pun jauh dari kesan membosankan. Seperti yang terlihat di ArtScience Museum, Marina Bay Sands, Singapura. Aneka perabot modern, playful, dan sophisticated benar-benar memanjakan mata para pengunjung museum. Tidak berbeda jauh dengan Museum Louvre di Kota Paris, Artscience Museum di Singapura menjadikan museum sebagai salah satu daya tarik wisata dengan tujuan dapat menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Dari segi tampilan bangunan fisik ArtScience Museum, sudah dikemas dengan baik dan menonjolkan sisi keunikan sehingga membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi museum. Selain koleksi museum yang begitu mempesona dengan tampilan display yang menarik, museum ini sering mengadakan pameran pameran baik skala nasional maupun internasional dan yang terbaru ini pameran Mummy: Secrets of the Tomb. Essential Eames: A Herman Miller Exhibition dan 50 Greatest Photographs National Geographic Gambar 1.2 ArtScience Museum, Marina Bay Sands, Singapura (Foto: Fitri/Okezone, 2014) 3

4 Dari artikel di atas membuktikan museum dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dijadikan asset berharga di bidang pariwisata, sehingga bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun internasional. Kedua museum di atas telah memberikan contoh bagaimana museum bisa berfungsi sebagai alternatif baru untuk dijadikan daya tarik wisata Kondisi Kinerja Museum di Indonesia Pariwisata di Indonesia sejauh ini mengalami peningkatan yang signifikan, dapat dilihat dari tingginya capaian target sektor pariwisata sepanjang tahun 2013 semakin menguatkan bahwa prospek pariwisata yang semakin besar pada Tahun 2013 sektor pariwisata meraih kunjungan wisman atau tumbuh 9,42 persen dengan perolehan devisa sebesar 10,05 miliar dollar AS. Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenparekraf mencatat dalam dua bulan terakhir November dan Desember 2013 kunjungan wisman mencapai rekor tertinggi masing-masing sebesar dan wisman. Dengan meningkatnya pariwisata di Indonesia, hal ini juga berdampak terhadap museum-museum di Indonesia, dimana museum di Indonesia mengalami suatu perkembangan. Museum tidak lagi ingin disebut sebagai gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan masyarakat pada umumnya, tetapi museum berusaha untuk menjadi tempat dimana pengunjung dapat merasakan suatu suasana dan pengalaman yang berbeda, yang hanya akan mereka dapatkan jika mereka berkunjung ke museum. 4

5 Perubahan ini membuat peran museum berkembang menjadi tempat preservasi, penelitian dan komunikasi, yang tujuannya untuk menyampaikan misi edukasi sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil, 1990; Hooper-Greenhill, 1994:140). Menurut Ibu Mari Elka Pangestu (Menteri Kemenparekraf Periode ) dalam wawancara di sebuah acara di Palembang mengatakan "Dengan melihat museum kita bisa tahu bahwa kreativitas manusia sudah ada sejak zaman dulu. Jadi ayo kembali ke museum supaya bisa mengetahui pertumbuhan industri kreatif." Menurut Ibu Mari lagi, museum di suatu tempat juga potensial menghidupkan industri kreatif di mana jika makin banyak orang yang datang mengunjungi museum maka multiplier effect yang timbul akan makin luas. Masyarakat di sekitarnya akan menikmati potensi kesejahteraan dari sisi industri kreatif yang hampir pasti akan berkembang. "Orang yang datang sebagai wisatawan pasti akan mencari souvenir, replika, hingga kuliner," katanya. Kemenparekraf dalam hal ini telah menetapkan enam kebijakan untuk merevitalisasi museum yang ada di Indonesia. Salah satu dari enam kebijakan itu yakni memperbaiki bangunan fisik, termasuk dalam display agar benda-benda artefak di dalamnya mampu bercerita, menarik, dan edukatif Selain itu mengunjungi museum merupakan salah satu cara yang dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memanfaatkan waktu luang dan waktu libur mereka bersama keluarga. Hal ini karena museum dapat digunakan sebagai wadah yang tepat dalam mempelajari bidang pendidikan, sejarah,dan kebudayaan. Dengan demikian museum seharusnya dapat menarik perhatian masyarakat agar berkunjung dan mendorong keinginan rasa ingin tahu yang dapat meningkatkan pembelajaran. 5

6 Meskipun begitu, berdasarkan penelitian E. Hopper (Museum and Their Visitors, New York: Routledge, 1994) dalam bidang pemasaran yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa masyarakat tidak mengunjungi museum karena citra museum yang membosankan, milik golongan tertentu,dan tidak relevan. Hasil survei menunjukkan bahwa pengunjung berpikir tidak memperoleh manfaat dalam mengunjungi museum. Hal ini menurutnya juga tidak jauh berbeda dengan keadaan di negara lain, termasuk di Indonesia sehingga citra museum perlu diperbaharui. E. Hopper merekomendasikan agar museum memperbaiki perannya yang semula hanya sebagai rumah penyimpanan menjadi sebuah rumah pembelajaran yang menyediakan lingkungan pembelajaran untuk menambah pengetahuan bagi pengunjung. Sejumlah museum sudah menyadari hal ini sehingga terjadi peningkatan jumlah museum yang dikelola berdasarkan perspektif bisnis, yaitu dengan mengadopsi strategi dan kebijakan pemasaran. Tujuannya adalah meningkatkan aksesibilitas koleksi yang dimiliki bagi masyarakat. Implementasi strategi pemasaran oleh pengelola manajemen ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya kinerja museum, permasalahannya kondisi kinerja museum di Indonesia secara garis besar terlihat pada proses pendiriannya, hanya dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik bendabenda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda tersebut. Berbeda dengan negara lain yang konsep pemikiran secara global sudah maju, dimana menciptakan museum tidak sebatas untuk pelestarian kebudayaan tetapi juga memperhatikan dari segi wisatanya dengan mengemas 6

7 museum secara menarik sehingga masyarakat maupun wisatawan gemar mengunjungi museum, seperti yang dicontohkan oleh Museum Louvre di Paris. Kinerja museum di Indonesia sejauh ini belum menjadikan museum sebagai tempat tujuan wisata bagi masyarakat dan wisatawan secara global. Masih banyak wisatawan, terutama wisatawan domestik yang notabenenya sebagai tuan rumah tidak terlalu akrab dengan kata museum, museum tidak lagi dijadikan alternatif utama sebagai media pembelajaran, hiburan, dan kesenangan. Sudah sulit ditemui masyarakat yang memilih mengunjungi tempat-tempat bersejarah maupun bangunan budaya sebagai alternatif hiburan di akhir pekan. Hal ini sangat disayangkan karena tempat bersejarah (museum) sesungguhnya menyimpan banyak potensi yang masih sangat bisa dimaksimalkan. Sejauh ini museum di gambarkan sebagai tempat suram dan menyeramkan, kesan yang ditimbulkan oleh wisatawan menjadikan museum daya tarik wisata yang tidak menarik dan membosankan. Hal tersebut dibuktikan dalam jumlah kunjungan wisatawan. Wisatawan nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke museum di Indonesia masih memprihatinkan. Sebanyak 328 museum di seluruh Indonesia, hanya mampu menarik 10 juta kunjungan pertahun. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan museum di negara lain, di mana satu museum di Singapura bisa menarik hingga 6 juta kunjungan pertahunnya, belum lagi apabila dibandingkn dengan Museum Louvre di Kota Paris, Perancis bisa mencpai 9 juta kunjungan pertahunnya. sumber: (Subdirektorat Pengembangan dan Pemanfaatan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan Dasar Menengah dan Kebudayaan, 2014). 7

8 1.1.3 Kondisi Kinerja Museum di Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta, sebagai salah satu daerah tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara memiliki kekayaan potensi alam dan budaya yang sangat beragam. Peninggalan seni-budaya yang masih terpelihara dengan baik dan dapat disaksikan di monumen-monumen peninggalan sejarah dan budaya (Candi Prambanan dan Ratu Boko, Kraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat), Kota tua Kota Gedhe, Makam Raja-raja Mataram di Imogiri, beberapa museum dan adat istiadat serta kesenian tradisional. Menurut data Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud RI, Jumlah museum se-indonesia hingga tahun 2014 mencapai 327 museum. Dari jumlah tersebut sebagian besar berada di Yogyakarta, yaitu sebanyak 40 an atau 15%. Museum tersebut dikelola oleh perorangan, swasta maupun pemerintah. Hal tersebut membuktikan bahwa potensi museum yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daya tarik wisata sangat besar. Tidak berbeda jauh dengan kondisi kinerja museum secara nasional. Kondisi kinerja museum pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta belum terlalu menggembirakan. Sejauh ini museum museum yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta belum terlalu memiliki pengaruh penting dalam menarik serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Saat ini memang museum di DIY belum menjadi bagian dari kunjungan wisatawan. Dari 28 museum di provinsi ini, hanya beberapa museum yang selalu ramai dikunjungi pelajar," ( 2015) 8

9 1.1.4 Kinerja Museum Sonobudoyo Yogyakarta Museum Sonobudoyo merupakan museum negeri yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di jantung Kota Yogyakarta tepatnya di Jalan Trikora no.6 disebelah barat laut Alun Alun Utara Yogyakarta. Dilihat dari segi lokasi, Museum Sonobudoyo memiliki keunggulan dari segi akses masuk karena terletak di pusat kota dan sebagai gerbang utama masuknya wisatawan ke Yogyakarta, museum ini mulai dibangun pada tahun 1934 dan diresmikan pada tanggal 6 November 1935 dengan sengkalan Kayu Winayanging Brahmana Buda, oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VIII (Purwoko, 1981: 2). Pendirian museum ini diprakarsai oleh organisasi Java Instituut yang beranggotakan para intelektual yang berasal dari Eropa dan Pribumi Indonesia. Organisasi ini memiliki ketertarikan pada hasil budaya dan seni tradisional masyarakat pribumi. Kegiatan utama dari organisasi ini adalah melestarikan dan mengembangkan kebudayaan pribumi yang mencakup wilayah Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. Tidak mengherankan apabila koleksi yang berada di Museum Sonobudoyo didominasi hasil budaya dari keempat daerah tersebut. Kinerja Museum Sonobudoyo sejauh ini sudah baik namun tidak jauh berbeda dengan yang dialami museum museum di DIY. Walaupun dari segi jumlah koleksi yang dimiliki oleh Museum Sonobudoyo merupakan nomor dua terlengkap secara nasional setelah Museum Nasional di Jakarta. Namun sayang sekali kinerja Museum Sonobudoyo belum dapat dioptimalkan secara baik, dilihat dari observasi awal peneliti dan dari 9

10 referensi yang peneliti dapatkan ada beberapa permasalahan Museum Sonobudoyo, yang peneliti uraikan dalam tabel dibawah ini : ASPEK PENGUNJUNG 1.Banyak pengunjung yang belum terlalu mengenal Museum Sonobudoyo 2.Seringkali pengunjung merasa bosan saat mengunjungi museum 3.Pengunjung tidak mendapatkan pemahaman yang cukup terhadap koleksi museum. Sehingga kesan yang diberikan membuat pengunjung malas untuk kembali datang lagi. Tabel 1.1 Permasalahan Dasar Museum Sonobudoyo Sumber :Analisis, 2015 ASPEK PENGELOLA 1.Penempatan staff yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2.Kondisi display tempat koleksi dipamerkan yang membosankan dan monoton. 3.Tidak dilengkapi oleh fasilitas fasilitas pendukung seperti audio visual terhadap koleksi agar dapat terlihat lebih menarik. Walaupun sudah ada dibeberapa ruang pameran tetapi tidak berfungsi. Dari data tabel di atas terlihat adanya beberapa permasalahan di Museum Sonobudoyo, sebagian besar dipengaruhi dari citra dan kemasan museum yang belum memenuhi keinginan pengunjung. Jika dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, berdasarkan data yang diperoleh dari tahun 2011 hingga 2015 jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Sonobudoyo mengalami grafik postif adanya peningkatan jumlah kunjungan dapat dilihat tabel dibawah ini Tabel 1.2 Jumlah kunjungan wisatawan Museum Sonobudoyo Sumber : Data Statistik Museum Sonobudoyo, 2015 TAHUN DOMESTIK MANCANEGARA JUMLAH

11 Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Museum Sonobudoyo, sayangnya tidak diimbangi dengan kinerja yang ada. Hal tersebut dapat dilihat apabila jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Sonobudoyo dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan di daya tarik wisata lainnya maupun museum yang berada di sekitar lokasi Museum Sonobudoyo, jauh tertinggal dpat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini : Tabel 1.2 Jumlah kunjungan wisatawan di beberapa tempat daya tarik wisata di Wilayah DIY tahun 2014 Sumber : Statistik Kepariwisataan Keraton Yogya Taman Pintar Museum Benteng V Museum Sonobudoyo Taman Sari Museum Ullen Sentalu Berdasarkan tabel di atas, jumlah kunjungan wisatawan di beberapa daya tarik wisata dalam satu lokasi dengan Museum Sonobudoyo terjadi kesenjangan jumlah kunjungan wisatawan, terlihat jelas perbedaan yang sangat mencolok. Pada tahun 2014 jumlah kunjungan Museum Sonobudoyo mencapai sangat jauh berbeda dengan Museum Benteng Vredeburg mencapai bahkan dibandingkan dengan Museum Ullen Sentalu yang lokasinya jauh dari pusat kota bisa mencapai (Sumber. Data Statistik Kepariwisataan 2015), dapat diartikan sejauh ini Museum Sonobudoyo belum dapat menjadi pilihan utama wisatawan dalam mengujungi daya tarik wisata yang ada di DIY. Sehingga diperlukan kajian yang lebih untuk mencari sesuatu yang baru dalam hal 11

12 meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan salah satunya dengan mengoptimalkan kinerja Museum Sonobudoyo, diharapkan dengan adanya hubungan branding dan packaging dapat meningkatkan kinerja museum. Sehingga selain meningkatkan jumlah kunjungan pada museum. Museum Sonobudoyo dapat memiliki sebuah citra tersendiri atau semacam identitas mutlak yang membuat pengunjung lebih mengetahui dan mengenal Museum Sonobudoyo. Berdasarkan data data yang ada dan permasalahan yang sebelumnya sudah dibahas di awal yang peneliti dapatkan, untuk penelitian kali ini peneliti mengangkat Museum Sonobudoyo yang ada di Yogyakarta dari jumlah keseluruhan museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dikarenakan dilihat dari kriteria yang peneliti telah tentukan, dari segi kelengkapan koleksi museum, letak museum dan keterbatasan waktu yang dmiliki Branding and Packaging terhadap Kinerja Museum Kinerja dalam konteks perusahaan nir-laba mencerminkan pencapaian misi, tujuan, dan sasaran, berdasarkan seorang ahli museum dari jerman, Gestrud Rudolf, (Ditjen Kebudayaan Depdikbud, 1984) menyimpulkan misi, tujuan, dan sasaran yang harus ditempuh oleh museum dapat dilihat dan diukur dari dua aspek yaitu, kinerja sosial dan kinerja ekonomi. Dimana kinerja sosial dapat menjadi ukuran apakah sebuah museum sudah dikenal oleh masyarakat ataukah belum. Frekuensi jumlah kunjungan seseorang atau kelompok yang mengunjungi museum dalam satu tahun dapat digunakan sebagai parameter, semakin jarang orang kembali ke museum akan mengindikasikan bahwa museum bukanlah sebuah kebutuhan yang perlu dipenuhi. 12

13 Kunjungan murid sekolah ke museum sebagai bagian dari tugas pendidikan misalnya tidak mencerminkan kinerja ini karena bukan dimotivasi oleh keinginan pribadi. Hal ini berbeda tentunya dengan orang-orang yang datang bergantian sepanjang tahun, karena museum memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan kinerja ekonomi merupakan wacana baru yang bagi sebagian pengelola masih diperdebatkan pemahaman ekonomi ini tidak dimaksudkan untuk menempakan museum sebagai badan usaha komersial, di mana faktor keuntungan (profit) menjadi salah satu tujuan dari kinerja museum. Dalam konteks yang lebih luas, pengertian kinerja ekonomi ini harus dibawa ke tataran yang lebih tinggi, yaitu bagaimana museum mampu berkonstribusi meningkatkan pendapatan penduduk di sekitarnya, perolehan pedagang yang berjualan di sekitar museum, ataupun kesejahteraan pegawai yang bekerja di dalam museum, mungkin dapat menjelaskan kinerja ini. Museum berdasarkan otoritas yang dimilikinya dapat memberi kesempatan kepada dunia usaha untuk memanfaatkan koleksinya bagi kepentingan komersial; misalnya mencetak kartu pos atau perangko. Di luar negeri sudah dikembangkan pemikiran baru bahwa sesama museum diperbolehkan menjual atau membeli koleksi selama tidak dibawa ke luar negeri, contohnya adalah Perancis. Proses jual beli ini erat kaitannya dengan ekonomi, karena dana yang dipergunakan untuk membelinya berasal dari uang tiket dan jasa. Wacana yang belum bisa diterima di Indonesia, ada banyak peraturan dan etika yang masih menjadi pertimbangan serius untuk mencari jalan keluar peran ekonomi semacam ini.. 13

14 Di dalam sebuah case study yang dilakukan oleh J. Tobelem, ( The Marketing Approach in Museum, Museum Management an Curatorship, vol. 16, 1997), tentang kinerja museum menyatakan bahwa untuk saat ini museum sudah seharusnya merubah konsep dan pemahaman yang lebih luas terutama dalam hal pemasaran. Bahwa dengan mengedepankan tampilan yang baru dengan dikemas (packaging) secara baik dan memiliki sebuah nilai (branding) untuk memudahkan wisatawan mengingat museum itu sendiri. Dikuatkan oleh penelitian E. Hopper dalam bidang pemasaran yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa masyarakat tidak mengunjungi museum karena citra museum yang membosankan, milik golongan tertentu, dan tidak relevan. Hasil survei menunjukkan bahwa pengunjung berpikir tidak memperoleh manfaat dalam mengunjungi museum. Hal ini menurutnya juga tidak jauh berbeda dengan keadaan di negara lain. Citra museum perlu diperbarui, E Hopper merekomendasikan agar museum memperbaiki perannya yang semula hanya sebagai rumah penyimpanan menjadi sebuah rumah pembelajaran yang menyediakan lingkungan pembelajaran untuk menambah pengetahuan bagi pengunjung. Sejumlah museum sudah menyadari hal ini sehingga terjadi peningkatan jumlah museum yang dikelola berdasarkan perspektif bisnis, yaitu dengan mengadopsi strategi dan kebijakan pemasaran. Tujuannya adalah meningkatkan aksesibilitas koleksi yang dimiliki bagi masyarakat. Implementasi strategi pemasaran oleh pengelola manajemen ditentukan oleh beberapa faktor pertumbuhan sektor museum, kebutuhan pendanaan pengelolaan/pemeliharaan, meningkatnya persaingan, meningkatnya waktu luang yang dimiliki individu, dan kebutuhan bagi museum untuk mengetahui 14

15 profil pengunjung dengan lebih baik. Menurut J. Tobelem, pengelola museum menjalankan strategi pemasaran untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki, yang berimplikasi pada peningkatan usaha komersialnya (toko souvenir,restoran) atau meningkatkan pendanaan dari donator. Strategi pemasaran juga membantu museum untuk mencapai tujuan dan sasarannya dengan lebih efisien atau dengan kata lain memiliki kinerja yang bagus. Kinerja dalam konteks perusahaan nir-laba mencerminkan pencapaian misi, tujuan dan sasaran. Misi museum adalah untuk membantu perkembangan sikap yang positif terhadap kebudayaan, melakukan penelitian dan menjaga warisan cagar budaya. Misi ini tercermin dalam kinerja sosial. Bagi beberapa museum, memperoleh pendapatan yang memadai untuk memelihara koleksi dan membiayai kegiatan operasional sehari-hari (kinerja ekonomi) merupakan sasaran yang tidak mungkin terhindarkan Penelitian ini menguji hubungan orientasi pemasaran (branding dan packaging) terhadap kinerja sosial dan kinerja ekonomi museum, dimana penelitian sebelumnya lebih banyak membahas dari segi fisik museum. Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya hubungan branding dan packaging bisa meningkatkan kinerja social dan kinerja ekonomi Museum Sonobudoyo. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya ada dua permasalahan yang akan peneliti angkat. Berikut adalah rumusan masalah dari penelitian ini : 1).Dari segi kinerja museum, kinerja Museum Sonobudoyo dapat dilihat dari sisi sosial dan ekonomi. Jika dilihat dari sisi sosial, misi museum dalam 15

16 mengenalkan dan menginformasikan kandungan pada koleksi museum belum tersampaikan secara baik dan kurang menarik sehingga membuat para pengunjung merasa bosan dan ingin cepat mengakhiri kunjungannya. Faktor tersebut yang menyebabkan banyaknya wisatawan yang malas mengunjungi museum dan tidak berminat untuk datang kembali. Museum kurang menarik dalam memberikan informasi koleksi yang ada pada museum sehingga dikhawatirkan pengunjung tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang isi museum. Hal tersebut yang menyebabkan museum tidak terlalu dikenal dan citra yang diciptakan museum tidak melekat terhadap wisatawan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, promosi dan pemasaran yang belum berjalan optimal, serta kurangnya kegiatan yang diselenggarakan atau diikuti oleh pihak museum berdampak terhadap kurangnya antusias dan minat wisatawan untuk mengunjungi museum. Harga tiket yang relatif murah tidak serta merta membuat banyak jumlah pengunjung tertarik sehingga berdampak pada kondisi museum yang tidak terawat dan SDM yang terlihat bekerja tidak secara optimal, selain itu museum tidak memiliki koleksi utama yang dapat dijadikan sebagai koleksi bernilai komersial, serta fasilitas yang tidak berfungsi manandakan indikasi kurangnya pendapatan. Diharapkan apabila kinerja ekonomi ini berjalan secara optimal, museum dapat menghidupi diri sendiri tampa harus menunggu bantuan dari pemerintah. 2).Brand image (branding) maupun dari segi kemasan (packaging) di Museum Sonobudoyo terlihat belum optimal dibuktikan dengan tidak terlalu dikenalnya museum tersebut bagi sebagaian besar wisatawan lokal maupun 16

17 mancanegara. Tampilan museum yang tidak menarik dan media dalam mempresentasikan museum terhadap pengunjung terlihat monoton menandakan indikasi bahwa Museum Sonobudoyo belum mengoptimalkan pengaruh dari branding dan packaging. Maka dengan adanya penelitian ini untuk menganalisis kekuatan hubungan sebuah citra atau branding dengan dipadukan kemasan (packaging) Diharapkan dapat membuat Museum Sonobudoyo lebih terlihat menarik dan dikenal oleh masyarakat maupun wisatawan. Dengan demikian, secara otomatis para pengunjung baik masyarakat lokal dan wisatawan dapat menjadikan museum sebagai salah satu daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah peneliti ungkapkan maka untuk pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana kondisi kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo saat ini? 2) Bagaimana hubungan Branding dan Packaging terhadap kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo sebagai sebuah daya tarik wisata di Yogyakarta? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui sejauh mana kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo saat penelitian dilakukan. 2) Mengetahui sejauh mana tingkat pengaruh adanya branding dan packaging dalam mengoptimalkan kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo sebagai sebuah daya tarik wisata di Yogyakarta. 17

18 I.5. Sasaran Penelitian 1). Mengidentifikasi kondisi kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo. 2). Mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara pengarug branding & packaging terhadap kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo 3). Mengidentifikasi langkah langkah dan strategi untuk mengoptimalkan kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo (dengan menggunakan konsep bauran pemasaran yang sudah dimodifikasi yaitu branding and packaging). 4). Menghasilkan arahan dan rekomendasi hasil dari penelitian dimana hubungan pengaruh branding & packaging terhadapa kinerja sosial dan ekonomi Museum Sonobudoyo terhadap pihak yang terkait. I.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, informasi, dan referensi bagi beberapa kalangan diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi peneliti sebagai bahan informasi untuk menerapkan pengetahuan selama perkuliahan dan penelitian ini. 2. Bagi pembaca dan pelaku pariwisata sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum dan wisatawan domestik maupun internasional dalam memahami segala persepsi yang berkaitan dengan kinerja museum dan pengembangannya terhadap pariwisata 3. Bagi stakeholder sebagai bahan pertimbangan dan rujukan dalam menyusun peraturan dan kebijakan pembangunan dan pengembangan pariwisata dengan referensi untuk pengoptimalan kinerja museum museum yang ada di Kota Yogyakarta dan bagaimana museum dapat dijadikan sebagai destinasi wisata. 18

19 1.7 Keaslian Penelitian No 1 Laksmi Kusuma Wardani 2 Penulis Judul / Tahun Fokus Lokus Metode Hasil Nilai Budaya Potensi Koleksi Museum Metode Pada Interior Budaya Sonobudoyo Kualitatif Museum Deskriptif Sonobudoyo (2007) (Tesis) Alwin Suryono 3 Ashar Murdihastomo Pelestarian Arsitektur Museum Sonobudoyo (2009) (Tesis) Model Pembelajaran Bagi Kelompok Disabilitas di Museum Sonobudoyo (2015) (Tesis) Persepsi terhadap pelestraian museum Pemenuhan Fasilitas dan tawaran modelpembelajaran di museum yang tepat untuk kelompok disabilitas Museum Sonobudoyo Museum Sonobudoyo Metode Kualitatif Metode Observasi Metode Wawancara 1.Pengelolaan Museum dengan memfokuskan pada interior museum 2.Pengembangn melalui dan dilihat dari sudut pandang arsitektur 1.Fungsi arsitektur dalam melestarikan bentuk fisik dari museum 2.Merubah persepsi masyarakat terhadap bangunan museum yang dianggap biasa menjadi sesuatu yang mempunyai nilai Menunjukan bahwa fasilitas yang dibutuhkan untukmengakomodasi pengunjung kelompok disabilitas 19

20 4 Irma Yunita Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk Dan Brand Image Terhadap Loyalitas Pemasang Iklan Di Pt. Radar Banten Dan Pesaingnya (2015) (Tesis) 5 Rezi Edi Muin Hubungan branding dan packaging terhadap kinerja Museum Sonobudoyo sebagai daya tarik wisata (2016) (Tesis) Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan, kualitas produk dan Branding terhadap loyalitas konsumen Bagaimana pengaruh dari hubungan branding & packaging terhadap kinerja sosial dan kinerja ekonomi museum Radar Banten Museum Sonobudoyo Metode Kuantitatif dengan analisa regresi ganda Metode Deskriptif Kualitatif kesimpulan penelitian ini terbukti bahwa hanya 2 variabel yang berpengaruh positif yaitu variabel Kualitas Produk dan Brand Image tetapi variable Kualitas Pelayanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. 1.Mengidentifikasikan kinerja sosial dan kineja ekonomi Museum Sonobudoyo sat ini belum berjalan secara optimal 2.Menerapakan pengaruh dari hubungan branding & packaging dapat meningkatan kinerja sosial dan kinerja ekonomi Museum Sonobudoyo 20

21 I.8 Alur Penelitian Pengaruh Branding & Packaging terhadap kinerja Museum I.8 Alur Sonobudoyo Penelitian KEGIATAN PARIWISATA Strategi pemerintah dan pengelola museum untuk mengotimalkan kinerja museum dari segi sosial dan ekonomi Dengan meningkatkan kualitas Branding dan Packaging diharapkan mampu meningkatkan kinerja museum TEORI UTAMA : Branding dan Packaging TEORI PENDUKUNG : 1. Definisi pariwisata dan Komponen pariwisata 2. Tinjauan terhadap kinerja museum 3. Tinjauan terhadap potensi dan daya tarik wisata INPUT YANG DIPEROLEH Komponen yang akan diteliti: 1. Jumlah kunjungan wisatawan 2. Fasilitas & Produk yang dimiliki museum 3. Sarana pemasaran museum 1 WAWANCARA DENGAN PEMERINTAH DAN PENGELOLA MUSEUM OBSERVASI KE LAPANGAN DAN KUESIONER KE PENGUNJUNG STRATEGI UNTUK KINERJA MUSEUM IMPLEMENTASI DARI STARTEGI KINERJA MUSEUM E M P I R I 2 P E M B A H A S A N MENGANALISIS KONDISI EKSISTING KINERJA MUSEUM SONOBUDOYO SEBAGAI DAYA TARIK WISATA MENGANALISIS PENGARUH BRANDING & PACKAGING TERHADAP KINERJA MUSEUM SONOBUDOYO HASIL DARI ANALISIS TERHADAP PENGARUH BRANDING & PACKAGING TERHADAP KINERJA MUSEUM SONOBUDOYO 3 OUTPUT KESIMPULAN DAN HASIL PEMBAHASAN SEBAGAI REKOMENDASI 21

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

BAB 5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik

BAB 5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik BAB 5 Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Kesimpulan Kinerja Museum Sonobudoyo Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber :  diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. Ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata berbeda satu dengan yang lainnya. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara. Banyak negara menjadikan pariwisata sebagai sektor ungglan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai beraneka kebudayaan, adat istiadat, dan sumber daya alam yang dapat dijadikan sumber pendapatan utama dengan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah dikenal di dunia. Indonesia memiliki berbagai destinasi wisata yang tersebar dari Sabang sampai

Lebih terperinci

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Dari

Lebih terperinci

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta beberapa orang menyebutnya Jogja, Jogjakarta, atau Yogya adalah kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal akan pariwisata mengenai kebudayaannya yang beragam. Salah satu kota yang terkenal akan banyaknya destinasi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari zaman dahulu hingga sekarang seseorang atau sebagian besar orang yang tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam arti yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat pariwisata merupakan salah

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya budaya. Keragaman budaya yang dimiliki melalui peristiwa sejarah yang panjang sudah seharusnya diapresiasi masyarakat dan diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1 1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Aktivitas wisata dalam hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan tersier untuk menghilangkan kepenatan yang diakibatkan oleh rutinitas. Umumnya orang berlibur ketempat-tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerima devisa, sektor ini juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan maupun

Lebih terperinci

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi proyek Indonesia termasuk negara yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah. Sementara di sisi lain sering terdengar prestasi siswa-siswi indonesia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Konsep Komunikasi 3.1.1. Target market Target market adalah para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang sedang mencari informasi mengenai alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belanja dan pariwisata adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belanja dan pariwisata adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belanja dan pariwisata adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belanja menjadi aktivitas yang banyak dilakukan oleh wisatawan ketika berkunjung ke sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu ikon pariwisata yang sangat menonjol. Bukan hanya sebagai kota pariwisata, Yogyakarta juga berhasil menyabet predikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata Indonesia merupakan salah satu industri penting yang ada di Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak daya tarik didalamnya, termasuk pariwisata. Selain memiliki banyak nilai sejarah dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian Industri pariwisata merupakan sektor terpenting untuk setiap Negara karena dapat meningkatkan perekonomian dan devisa negara. Banyaknya penduduk disuatu

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan suku bangsa, adat istiadat maupun kebudayaan dari masing-masing daerah. Keanekaragaman budaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kepariwisataan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang semakin tampak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan nasional maupun daerah. Pariwisata dapat menjadi sektor utama dalam meningkatan sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi, diawali dari kegiatan yang semula hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta JUTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang semakin besar dalam menjelajah sektor pariwisata global. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pariwisata menjadi suatu industri yang berpotensial dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Kegiatan pariwisata tidak hanya berekreasi atau melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sumber devisa negara. Industri yang mengandalkan potensi pada sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu industri yang diandalkan oleh banyak negara di dunia. Mereka menggunakan pariwisata sebagai penyokong perekonomian dan sumber devisa

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitality Industry adalah industri terbesar di dunia. Seiring dengan era globalisasi ini, hospitality industry berkembang begitu pesatnya, terlihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya Indonesia yang melimpah, merupakan modal yang kuat untuk Indonesia agar dapat meningkatkan lagi tarik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berpotensi untuk dijadikan objek pariwisata. Perkembangan industri pariwisata Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH DI KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci