BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Inge Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan wilayah-wilayah itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan, itulah yang memberi bentuk, dari kebudayaan itu. Juga proses sosialisasi yang kemudian dikembangkan dalam kerangka masing-masing kultur itu, memberi warna kepada kepribadian yang muncul dari lingkungan wilayah budaya itu sendiri. Klarifikasi tentang keberadaan tari tidak akan pernah tuntas tanpa mengikutsertakan aspek-aspek sosiologisnya. Kehadiran tari benar-benar merupakan masalah sosial dan hingga kini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Hadi (2005:30) sebagai berikut: Kehadiran tari ditengah-tengah masyarakat mengundang berbagai macam pertan yaan. Karena itu lahirlah pertanyaan tentang bagaimana jenis kegiatan atau perilaku sosial yang cukup berarti (significant symbol) ini harus dipahami. Dasar pemahaman ini menyangkut sosiologi yang berskala besar (makro), yaitu merupakan suatu system sosio-kultural yang terdiri dari sekelompok manusia, yang menggunakan berbagai cara untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka; bertindak menurut bentuk tindakan sosial yang sudah terpolakan dan menciptakan kesepakatan bersama yang dibuat untuk memberi makna bagi tindakan bersama yang dibuat. Pada intinya kehidupan masyarakat manusia dalam sistem sosio-kultural dibedakan dalam dua komponen pokok. Di satu pihak pola sosial yang termasuk
2 infrastruktur material yang berisi bahan baku dan bentuk sosial dasar yang berhubungan dengan usaha manusia untuk mempertahankan hidup serta beradaptasi dengan lingkungannya. Infrastruktur sebuah masyarakat dapat diidentifkasi seperti misalnya unit dasar teknologi, ekonomi, ekologi dan demografi. Dengan pengertian bahwa tanpa unit-unit yang paling dasar itu, manusia tidak mungkin dapat bertahan secara fisik. Di samping itu pola social yang termasuk infrastruktur, berisi pula beberapa pola kehidupan sosial yang teratur yang dipakai dikalangan para anggota masyarakat, yaitu struktur social yang selalu merujuk kepada pola prilaku atau berisi apa yang dilakukan orang secara aktual. Unit dasar struktur sosial ini menyangkut misalnya stratifikasi sosial, organisasi sosial, keluarga, kekerabatan, gaya hidup, pembagian kerja dan pendidikan. Pada dasarnya kesenian yang berkembang di Indonesia terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kesenian yang lahir di kalangan Istana atau kerajaan dan kesenian yang lahir di kalangan rakyat (kesenian rakyat). Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sujana, Anis (2001:132) sebagai berikut: Sekarang dikenal dua kutub kebudayaan, yaitu kebudayaan rakyat di satu pihak dan kebudayaan istana dipihak lain (volkskuns dan hofkuns), maka kesenian rakyat menempati bagian luar (outdoor) keraton, dan kesenian istana menempati bagian dalam ( indoor) keraton. Dari ungkapan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenian terbagi menjadi dua dimana terdapat kesenian istana dan rakyat, hal ini dapat dibedakan dari tempat pertunjukkannya dimana kesenian rakyat dipentaskan di bagian luar keraton dan kesenian istana dipentaskan di bagian dalam keraton. Hal tersebut diungkap pula oleh
3 Kayam (1981:39) bahwa, sebagai berikut:... tradisi agung dan tradisi kecil. Yakni pola kebudayaan dari peradaban kota (agung) dan pola kebudayaan dari komunitas kecil atau masyarakat pertanian (kecil). Hal tersebut diungkap pula oleh Soedarsono dalam bukunya Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Seni Pertunjukkan di Indonesia, dijelaskan bahwa, sebagai berikut. Pada zaman Kerajaan, ketika di Jawa terdapat dua golongan yang sangat berbeda, yaitu golongan istana dan golongan rakyat, telah mengahdirkan dua gaya seni pertunjukkan yang sangat berbeda pula, yaitu seni pertunjukkan istana dan seni pertunjukkan rakyat. Berdasarkan pemaparan di atas jelas terdapat dua kebudayaan atau tradisi yang terdapat dalam sebuah pertunjukkan di masyarakat. Dimana perbedaan tersebut munjukan status sosial masayarakat dari kalangan mana dia berasal.
4 B. Kesenian Kesenian merupakan unsur kebudayaan selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari masa ke masa. Perubahan itu disadari oleh pandangan manusia yang dinamis dan semakin lama semakin berkembang dalam konsep proses dan hasil karya berkesenian. Hal tersebut dapat dimengerti karena kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan dan manusia adalah pencipta sekaligus penikmatnya. Oleh karena itu, sepanjang sejarahnya manusia tidak akan lepas dari seni, karena hal tersebut mengandung nilai estetis (keindahan), sedangkan manusia menyukai keindahan. Sejalan dengan hal tersebut, Rohidi (2000:3) berpendapat sebagai berikut: Kesenian telah menyertai manusia sejak awal kehidupannya, dan sekaligus juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh hidup manusia. Semua ini menunjukkan keunikan baik dari umurnya maupun ke universalanya, sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Berdasarkan paparan diatas, berarti dengan seni, seseorang dapat memperoleh kenikmatan yang dirasakannya tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga secara batiniah. Estetika adalah disiplin terhadap keindahan atau seni.bahasan seni dalam estetika mencakup masalah filosofis (pengetahuan) dan sains sekaligus. Kemudian, secara bertahap berkembanglah berbagai disiplin seni yang lebih mengedepankan aspek rasional dan empiris yang didasari oleh interaksi bangsa-bangsa di dunia ini. Dimulai oleh disiplin antropologi yang kemudian bersentuhan dengan disiplin seni. Kenikmatan itu timbul apabila kita menangkap simbol-simbol estetik dari penciptanya, sehingga
5 sering orang menyatakan nilai seni merupakan nilai spiritual (kejiwaan). Pandangan tersebut dikemukakan pula oleh Rohindi (2000:11), sebagai berikut: Kesenian adalah sebagai pedoman bagi pemenuhan integrative, yang bertalian dengan keindahan, berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan tersebut menjadi suatu satuan system yang diterima oleh cita rasa yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pembenaran secara moral dan penerimaan akal pikiran warga masyarakat pendukungnya. Karena kompleksitas dan kedalamannya, maka orang membuat batasan-batasan tentang seni. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memahami dan menilai seni, sehingga timbul konsep-konsep yang bervariasi sesuai dengan pemahaman, penghayatan, pengalaman dan pandangan seseorang terhadap seni. Berbagai kesenian merupakan petualangan manusia, dan sebagian besar karyakarya tentang estetika pada masa kini, dimulai dari perbedaan-perbedaan umum di antara cabang-cabang seni yang dihasilkan dalam kehidupan kita. Namun demikian, dalam tahapan tertentu berbagai cabang kesenian ini mempunyai satu kesatuan, yang membentuk identitas masyarakat pendukungnya. Kesenian sudah melekat dalam tatanan hidup masyarakat. Hal ini tidak dapat kita pungkiri lagi karena kesenian telah ada sejak jaman dulu dalam kehidupan masyarakat. Bentuk kesenian adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia di zaman dulu tersebut, sering kali disebut sebagai kesenian tradisional. Kesenian tradisional lahir dari masyarakat, dipelihara oleh masyarakat, serta mendapatkan pengembangannya oleh masyarakat. Oleh karena itu masyarakatlah yang menentukan perubahan pada kesenian tradisional.kesenian tradisional memiliki ciri
6 tersendiri yang berpijak kepada adat istiadat atau aturan-aturan yang sudah baku, seperti yang diungkapkan oleh Edy Sedyawati (1981: 48) bahwa: Predikat tradisional bisa diartikan sebagai segala yang sesuai dengan tradisi sesuai dengan kerangka pola-pola bentuk maupun penerapan yang selalu berulang, sedang yang tidak tradisional adalah yang terikat pada kerangka apapun. Dari pernyataan di atas, menunjukan bahwa pandangan masyarakat tentang kesenian tradisi hanya diartikan sebagai warisan budaya yang patut dilestarikan tanpa pengamatan yang lebih dalam, serta mencerminkan makna dan symbol yang terdapat didalamnya. Kesenian tradisional sangat dirasakan masyarakat pendukungnya sebagai sarana untuk mencapai suatu kebutuhan baik moril maupun spiritual. Mereka sangat percaya bahwa keinginannya, akhirnya akan tercapai. Akan tetapi makna yang terkandung dalam kesenian tradisional pada umumnya berhubungan dengan kebutuhan pendukungnya. Dari begitu banyak gaya tari rakyat yang ada, maka dapat dilihat ciri-ciri yang selalu ada pada setiap tari rakyat, hal ini diungkapkapkan oleh Sedyawati (1986: 169) diantaranya sebagai berikut: 1. Fungsi sosial; Tarian yang mempunyai sifat sosial atau kebersamaan, atau bisa ditarikan oleh semua kalangan masyarakat. 2. Ditarikan bersama; Kelompok ataupun massal, bukan pemain atau penari saja, akan tetapi penonton juga dapat ikut andil pada pertunjukkan tari rakyat tersebut.
7 3. Sifatnya spontanitas dan komunikatif; Geraknya dilakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu tapi muncul secara spontan, asalkan mendekati suasana hati lingkungan, dapat menjadi unsur berlangsungnya sebuah tari rakyat. 4. Bentuk geraknya sederhana; Bentuk gerak yang diungkapkan bukan gerak yang sukar dan tinggi mutunya dalam arti gaya tari tertentu yang tinggi nilainya, akan tetapi sifat atau bentuk gerak yang sederhana (tidak ada pengolahan), sekedar mengimbangi bentuk gerak dan irama pasangannya. 5. Tata rias dan busana pada umumnya sederhana; Kespontanitasan yang dituntut untuk berpartisipasi dalam tarian rakyat, dengan sendirinya menjadikan unsur tata rias dan tata busana penampilan tari rakyat sangat sederhana. 6. Irama iringan dinamis; Iringan musiknya penuh semangat dan tenaga, sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Dengan diiringi hentakan-hentakan pukulan kendang lebih kerap, yang menyebabkan gending iringan terasa lebih dinamis. 7. Jarang membawakan cerita lakon; Di dalam pertunjukkan tari rakyat ini tidak membawakan cerita lakon. 8. Jangka waktu pertunjukan tergantung dari gairah penari yang tergugah; Waktu pertunjukkan tari rakyat sangat tergantung dengan banyaknya para apresiator dari penonton yang terlibat. Sebaliknya bila suasana sekekliling termasuk penonton tidak apresiatif, dan tambahan lagi penari-penari yang hadir tidak saling menggugah kegairahan mereka, hal semacam ini dapat menyebabkan pertunjukan menjadi sangat kurang bergairah dan patah di tengah jalan
8 9. Sifat tari rakyat sering humoristis: Dari segi sifat tari rakyat, dapat dirasakan bahwa humor sangat menonjol mewarnai sifat tari rakyat itu. 10. Tempat pementasan berbentuk arena; Tempat penyelenggaraan tari rakyat sangat lumrah diadakan di arena, dimana kemungkinan tontonan itu menyatu dengan para penontonnya (tidak ada batas antara pemain dan penonton). 11. Bertemakan kehidupan masyarakat; Tema tari rakyat mencerminkan kehidupan masyarakat dimana teori itu dilahirkan dan dibina, serta dikembangkan, seiring dengan pengaruh suasana lingkungan tempat dan waktu. Pemaparan di atas diungkap pula oleh Dolyana (1981:14) bahwa, Ciri khas sebuah kesenian rakyat yaitu suasana yang akrab dan kadang-kadang tidak diketahui lagi batas antara pemain dengan penonton. Hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri kesenian lengger yang merupakan kesenian rakyat. C. Kesenian Tradisional Lengger Dalam Ensiklopedi Indonesia tradisi ialah hal atau segala sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan dan sebagainya. Secara turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, berbagai bentuk ekspresi kebudayaan dan kesenian warisan tradisi mempunyai sifat kedaerahan. Tradisional dapat diartikan pula sebagai segala sesuatu yang sesuai dengan polapola bentuk maupun penerapan yang selalu berulang-ulang meliputi segala
9 pandangan hidup, kepercayaan, ajaran, upacara adat, kesenian yang semua bersifat turun temurun (Sedyawati, 1981:48). Seni tradisi dalam kehidupan kita meliputi seluruh bentuk seni yang dihargai dan merupakan terusan atau kelanjutan masa lalu. Kesenian tradisional adalah sebagai warisan nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun merupakan bentuk kesenian yang sudah menyatu dengan masyarakat, sangat berkaitan dengan adat istiadat, dan berhubungan erat dengan sifat kedaerahan. Kesenian tradisional merupakan ungakapan perasaan dari masyarakat pendukungnya secara simbolis. Menurut Sedyawati (1981:48) kesenian tradisional adalah segala sesuatu yang sesuai dengan tradisi, kerangka pola-pola bentuk maupun penerapan yang selalu berulang dan diwariskan secara turun temurun. Kesenian tradisional sebagai produk rakyat jelas sekali gaya seni dan ciri-cirinya lebih bersifat spontan dan umumnya mempunyai fungsi ritual. Kesenian tradisional dalam pertumbuhannya erat dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya. Menurut Soedarsono, Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Diskripsi Pigeaud dalam Javaanese volksvertoningen lazim digunakan untuk member gambaran seperti apakah Lengger di masa lalu. Mulanya pertunjukan ini menampilkan laki-laki yang berperan sebagai perempuan kemudian menari dan menyanyi diiringi angklung, kempul, gong, dan kendang batangan, disusul penampilan pria yang menggunakan topeng untuk menari
10 bersama penari Lengger. Topeng yang digunakan adalah topeng yang beragam, mulai dari topeng raja, ksatria, putri, hingga karakter-karakter binatang. Menurut sumber di sekitar wilayah Banyumas dan Wonosobo, kata Lengger berasal dari dua kata, yakni Leng yang berarti lubang atau liang sebagai symbol feminimitas dan Ngger yang berasal dari kata jengger yang dalam bahasa Jawa merujuk pada jengger ayam jantan (jago) sebagai lambang maskulinitas. Hal ini berkaitan dengan sejarah pertunjukan Lengger yang dahulunya ditarikan oleh laki-laki yang berdandan perempuan. Namun ada juga pendapat bahwa Lengger adalah gabungan kata le yang merupakan suku kata pertama dari kata Ledhek, Tledhek dan ngger yang berasal dari kata Geger yang dalam bahasa Indonesia berarti gempar. Sehingga dapat dimaknai sebagai tledhek yang membuat kegegeran atau kegemparan. Cerita ini berhubungan dengan cerita Panji yang dipentaskan, diceritakan dalam cerita Panji, Dewi Sekartaji dalam mencari sang kekasih yaitu Raden Panji Inukertapati. Dalam pencarianya, Dewi Sekartaji menyamar sebagai penari tledhek barangan, dan karena kecantikan serta kepandaianya menari, banyak pemuda yang tergila-gila hingga tak sadarkan diri. Tledek geger juga dapat muncul dari kegegeran penari tayub yang biasanya ditarikan oleh seorang perempuan namun ditarikan oleh seorang lakilaki. Menurut beberapa sumber, keberadaan penari laki-laki yang berperan sebagai perempuan telah muncul semasa perang Diponegoro mencapai daerah Wonosobo. Pada saat itu pemimpin perang di daerah Wonosobo adalah
11 Tumenggung Jogonegoro yang juga merupakan orang kepercayaan Pangeran Diponegoro sekaligus penyiar agama Islam, oleh karena situasi perang yang tidak memungkinkan untuk mendatangkan penari perempuan pada saat prajurit membutuhkan hiburan, kemudian mereka mendandani laki-laki layaknya perempuan untuk menari tayub. Asal usul berikutnya adalah Leng (eling) dari kata Elinga yang dalam bahasa Indonesia berarti mengingan atau ingat, dan ngger (angger) yang berarti anak laki-laki. Penyatuan dua kata tersebut berarti Elinga Ngger, yaitu merupakan nasehat yang diberikan kepada anak atau orang yang jauh lebih muda. Pendapat ketiga ini kental dengan siar Islam. Menurut crita, istilah ini muncul ketika Sunan Kalijaga menyebarkan Islam di tengah-tengah para pemuda yang sedang larut dalam kegembiraan Tayuban. (Syamsul Hadi, 2006 : 7) D. Fungsi Kesenian Tradisional Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan santapan-santapan estetis yang berwujud seni. Namun perhatian antara orang yang satu dengan orang yang lain berbeda. Ada yang lebih senang kepada seni lukis, seni musik, seni drama, seni tari dan lain sebagainya. Kesenian sebagai salah satu aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya tidak pernah berdiri sendiri. Segala bentuk dan fungsinya berkaitan erat dengan masyarakat tempat kesenian itu tumbuh, hidup, dan berkembang. Kata fungsi menunjukkan pengaruh terhadap sesuatu yang lain, tidak berdiri sendiri, tetapi justru dalam hubungan tertentu. Dengan demikian apa yang
12 dimaksud fungsional bukan merupakan sesuatu yang lepas dari konteksnya, melainkan harus dipandang secara keseluruhan. Yang dimaksud fungsi kesenian di sini adalah bahwa kegiatan kesenian tersebut mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 1989:6). Kesenian tradisional dalam kaitannya dengan fungsi, bagaimana suatu kesenian tradisional yang diciptakan oleh suatu masyarakat dapat mempunyai makna dan arti penting bagi masyarakatnya, dengan demikian kesenian tradisional yang hidup dalam kelompok masyarakat tertentu memiliki fungsi tertentu pula (Sedyawati, 1983:138). Kehadiran suatu bentuk kesenian di tengah-tengah masyarakat mempunyai fungsi-fungsi tertentu di tengah kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu dapatlah kiranya kehadiran suatu kesenian dikaji fungsinya, baik itu sebagai sarana upacara, hiburan atau tontonan untuk dinikmati masyarakat umum. Keberadaan suatu bentuk kesenian selalu berkaitan dengan fungsinya. Kesenian tradisional bukan hanya merupakan suatu sarana hiburan saja, tetapi berperan erat dalam segi agama, persembahan atau sebagai wujud ungkapan dari rasa syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Menurut Peursen (dalam Djazuli, 1994:36) dijelaskan bahwa fungsi selalu menunjukan terhadap sesuatu yang lain, apa yang namanya fungsional adalah sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi apabila dihubungkan dengan yang lain akan mempunyai arti dan maksud yang lain pula.
13 Sebagai salah satu unsur kebudayaan, kesenian memiliki fungsi sebagai acuan pedoman bertindak bagi pendukungnya, dalam upaya memenuhi kebutuhan estetikanya. Sebagai sistem budaya, kesenian menjadi pengatur, penata, pengendali atau pedoman bagi para pendukungnya dalam kegiatan kesenian baik dalam tataran berkreasi maupun dalam apresiasi. Hal ini terbukti terutama dalam bentuk kesenian tradisional (Triyanto, 1994:179). Menurut Thohir (1994:4) kesenian adalah salah satu unsur kebudayan yang menunjukkan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui kesenian manusia mencari, melaksanakan dan menciptakan aktifitas yang besar untuk memenuhi rasa estetis sesuai dengan tuntutan emosinya. Menurut Sach (dalam Djazuli, 1994:36), kesenian tradisional memiliki fungsi untuk tujuan magis dan sebagai tontonan, tujuan magis maksudnya adalah mempengaruhi keadaan manusia dan lingkungannya, seperti untuk mendatangkan hujan, memperoleh kesejahteraan, selamat dari bencana dan lain sebagainya. Fungsi penyajian kesenian tradisional sebagai tontonan adalah untuk hiburan atau santapan estetis yang merupakan perkembangan dari fungsi magis. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa kesenian tradisional yang hidup dalam kelompok masyarakat tertentu memiliki fungsi tertentu pula dalam kehidupan masyarakatnya. Kesenian tradisional bukan hanya merupakan suatu sarana hiburan saja, tetapi berperan erat dalam segi agama, persembahan atau sebagai wujud ungkapan dari rasa syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
14 Seni pertunjukan memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia. Disamping itu, antara manusia yang hidup di negara berkembang dengan yang hidup di negara maju, juga sangat berlainan dalam mereka memanfaatkan seni pertunjukkan dalam hidup mereka. Sebagai contoh yang mudah saja, di negara-negara yang sedang berkembang, yang dalam tata kehidupannya masih banyak mengacu kepada budaya agraris, seni pertunjukkan memiliki fungsi ritual yang sangat beragam. Lebihlebih apabila penduduk Negara tersebut memeluk agama yang selalu melibatkan seni dalam kegiatan-kegiatan upacaranya, seperti misalnya saja agama Hindu Dharma di Bali. Sebaliknya, di negara-negara maju yang dalam tata kehidupannya sudah mengacu kepada budaya industrial yang segala sesuatu bisa diukur dengan uang, sebagian besar bentuk-bentuk seni pertunjukkan merupakan penyajian estetis, yang hanya dinikmati keindahannya. Oleh karena begitu kompleksnya fungsi seni pertunjukkan dalam kehidupan masyarakat serta antara masyarakat yang satu menempatkan salah satu bentuk seni pertunjukkan lebih penting dari masyarakat yang lain, maka tak pernah ada kesepakatan serta keseragaman pendapat mengenai fungsi-fungsi yang sangat kompleks ini. Setiap zaman, setiap kelompok etnis serta setiap lingkungan masyarakat, mempunyai berbagai bentuk seni pertunjukkan yang memiliki fungsi primer dan skunder yang berbeda. Pembagian fungsi primer menjadi tiga berdasarkan atas siapa yang menjadi penikmat seni pertunjukkan itu. Hal ini penting kita perhatikan, karena dipertunjukkan bagi penikmat. Apabila penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tak kasat mata seperti misalnya dewa atau roh nenek moyang, maka seni pertunjukkan berfungsi sebagai sarana ritual. Apabila penikmatnya adalah pelakunya sendiri seperti
15 misalnya seorang pengibing pada pertunjukkan tayub, ketuk tilu, topeng banjet, doger kontrak, bajidoran dan disko, seni pertunjukkan itu berfungsi sebagai sarana hiburan pribadi. Jika penikmat seni pertunjukkan itu adalah penonton yang kebanyakan harus membayar, seni pertunjukkan itu berfungsi sebagai presentasi estetis. Seperti yang diungkapkan oleh Soedarsono (2002: 122), sebagai berikut. Seni pertunjukkan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok fungsi-fungsi primer dan kelompok fungsi-fungsi sekunder. Secara garis besar seni pertunjukkan primer terbagi menjadi tiga fungsi, yaitu 1. Sebagai sarana ritual; 2. Sebagai ungkapan pribadi yang pada umunya berupa hiburan pribadi; 3. Sebagai presentasi estetis. Sedangkan yang berfungsi sekunder, diantaranya: Media interaksi atau komunikasi; Gengsi atau prestion; Mata pencaharian; Pendidikan, dan lain-lain. Di lingkungan masyarakat Indonesia yang masih sangat kental nilai-nilai kehidupan agrarisnya, sebagian besar seni pertunjukkannya memiliki fungsi ritual. Fungsi-fungsi ritual itu bukan saja berkenaan dengan peristiwa daur hidup yang dianggap penting seperti misalnya kelahiran, potong gigi, potong rambut yang pertama, turun tanah, khitanan, pernikahan serta kematian; berbagai kegiatan yang dianggap penting juga memerlukan seni pertunjukkan, seperti misalnya berburu, menanam padi, panen, bahkan sampai pula persiapan untuk perang. Pada pertunjukkan untuk
16 kepentingan ritual ini penikmatnya adalah para penguasa dunia atas serta bawah, sedangkan manusia sendiri lebih mementingkan tujuan upacara itu dari pada menikmati bentuknya. Seni pertunjukkan semacam ini bukan disajikan bagi manusia tetapi harus dilibatkan (arts of participation). Seni pertunjukkan ritual memiliki ciri-ciri khas, yaitu: 1. Diperlukan tempat pertunjukkan yang terpilih, yang biasanya dianggap sakral; 2. Diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih yang biasanya juga dianggap sakral; 3. Diperlukan pemain yang terpilih, biasanya mereka yang dianggap suci, atau yang telah membersihkan diri secara spiritual; 4. Diperlukan seperangkat sesaji yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macamnya; 5. Tujuan lebih dipentingkan daripada penampilannya secara estetis; dan 6. Diperlukan busana yang khas. Fungsi yang berikutnya adalah sebagai ungkapan atau hiburan pribadi. Seni pertunjukkan jenis ini penikmatnya harus melibatkan diri dalam pertunjukan. Biasanya di Indonesia bentuk pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan pribadi disajikan oleh penari wanita dan yang ingin mendapatkan hiburan adalah pria yang bisa menari bersama penari wanita tersebut. Oleh karena pertunjukan ini hanya dinikmati sendiri oleh pelakunya, bentuk ungkapan estetisnya tidaklah penting. Biasanya asal penari pria itu bisa mengikuti irama musik yang mengiringi pertunjukan, ia sudah puas. Setiap
17 penari pria yang menari bersama penari wanita yang menghiburnya memiliki gaya penampilan sendiri-sendiri. Seni pertunjukkan yang berfungsi sebagai penyajian estetis memerlukan penggarapan yang sangat serius, karena penikmat yang pada umumnya membeli karcis, menuntut sajian pertunjukan yang baik. Di Indonesia seni pertunjukkan estetis muncul pada akhir abad ke-19, ketika di beberapa wilayah tumbuh kota-kota yang penghuninya dalam hidupnya tidak tergantung pada pertanian. Mereka itu adalah para karyawan pemerintah, para pengusaha, para karyawan karyawan perusahaan, serta para pedagang. Sebagai makhluk yang memiliki estetis (aesthetic behavior), yang secara naluriah ingin menikmati sajian-sajian estetis, mereka memerlukan bentuk-bentuk pertunjukkan yang bisa dinikmati dengan membeli karcis kapan saja dan dimana saja. Sudah barang tentu seni pertunjukkan estetis baru akan berkembang dengan baik apabila para cara penikmatnya memiliki penghasilan yang cukup, sehingga mereka bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk kepentingan rekreasi. Fungsi kesenian lengger mengalami pergeseran nilai, pada awalnya kesenian lengger berfungsi sebagai upacara ritual kemudian berkembang menjadi pertunjukan tari hiburan.
18 E. Penelitian Yang Relevan Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan bahasan permasalah yang sesuai dalam penelitian ini, yaitu: Suwoko Struktur dan Makna Gerak Simbolis Tari Lengger Solasih Karya Sanggar Satria Wonosobo Kabupaten Wonosobo, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univrsitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo. Membahas secara luas mengenai struktur tari lengger solasih secara menyeluruh serta makna yang terkandung dalam setiap gerak-gerak simbolis tari yang ditarikan oleh para penari didikan dari sanggar satria yang berada di Kabupaten Wonosobo.
BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan
BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebudayaan Kebudayaan mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling
Lebih terperinciARTIKEL TENTANG SENI TARI
NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbentuk kepulauan, maka dari itu Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya. Menurut Alwi (2003
Lebih terperinci3. Karakteristik tari
3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciTARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni tidak bisa lepas dari produknya yaitu karya seni, karena kita baru bisa menikmati seni setelah seni tersebut diwujudkan dalam suatu karya konkrit,
Lebih terperinci2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif
2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis seni pertujukan. Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi
Lebih terperinciSchedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester
Pengantar Apresiasi Seni Oleh : Kuswarsantyo, M.Hum. Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester Buku referensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari sebagai ekspresi jiwa manusia dapat diwujudkan dalam bentuk simbol yang mengandung arti yang beraneka ragam salah satunya digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan
Lebih terperinciBAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL
BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. temurun. Soedarsono mengungkapkan bahwa tari tradisional adalah semua. selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada.
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Kesenian Tradisional Tradisional merupakan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat istiadat yang ada secara turun temurun.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan
Lebih terperinci2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari aspek demografisnya, karena negara ini merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang
Lebih terperinciFungsi Seni Tari Tradisional di Indonesia
Fungsi Seni Tari Tradisional di Indonesia Oleh: Dra. Lilin Candrawati S. M.Sn. ============================================================ Abstrak Seni tradisional merupakan seni yang tumbuh serta berkembang
Lebih terperinci1. Koreografi Komunal
1. Koreografi Komunal Jika melihat dari kata koreografi dan komunal tersebut, dapat diartikan bahwa tari komunal adalah segala aktivitas tari yang melibatkan instrumen atau struktur sosial kemasyarakatan
Lebih terperinci2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa yang diungkapkan dalam bentuk gerak tubuh yang memiliki nilai estetika. Tari sebagai karya seni dapat dimaknai sebagai suatu ekspresi perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa
Lebih terperinciPERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO
PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO 1 Dwiyan Novriawan, 2 Drs. Tri Widiarto, M.Pd. E-mail : 1 novriawan.dwiyan@gmail.com, 2 tri.widiarto@staff.uksw.edu ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang
Lebih terperinciTARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA
1 A. LatarBelakangPenelitian BAB I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakansalahsatupusat mempunyaikebudayaankeseniansunda, keseniantersebutdapatmempengaruhimasyarakatjawa Barat khususnya Kota Bandung.BanyaksekalikeanekaragamankesenianSunda
Lebih terperinci2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang kaya akan ragam kesenian tradisional. Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan yang menjadi ikon kota Subang. Kesenian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam menjadikan kesenian sebagai salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas. Kesenian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru Nusantara sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang
115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah
BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan
Lebih terperinci2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG
A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa
Lebih terperinci2014 PERTUNJUKAN TARI GENDING SRIWIJAYA BAGI MASYARAKAT PERANTAU ASAL PALEMBANG DI JAWA BARAT
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan salah satu dasar kuat dalam kesejahteraan budaya, yang menjadikan suatu ciri dan identitas suatu bangsa. Identitas ini perlu dijaga, dipelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinci2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang beraneka ragam. Oleh karena itu, Indonesia kaya akan budaya dan adat istiadat. Kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa Indonesia merupakan, bangsa yang kaya akan budaya yang bernilai tinggi serta beraneka ragam sifat dan coraknya. Keanekaragaman kebudayaan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008
DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni Budaya Garut mencakup kepercayaan, norma-norma artistik dan sejarah-sejarah nenek moyang yang tergambarkan melalui kesenian tradisional. Hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya
Lebih terperinci2016 ANALISIS SIMBOL DAN MAKNA PADA TARI GAPLEK KARYA MAS NANU MUDA DI PADEPOKAN KALANG KAMUNING
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seni pertunjukan, ( performance art ) merupakan hasil karya seni yang biasa dilakukan dalam setiap pementasan, dalam seni pertunjukan terdiri dari seni musik, seni
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan dan kehidupan berkesenian pada umumnya merupakan salah satu perilaku budaya manusia, baik secara individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah seni yang di dalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hilda Maulany, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Seni secara sederhana
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pulau besar di wilayah Indonesia yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan sub etnis adalah pulau Sumatera. Setiap etnis memiliki ciri tersendiri,
Lebih terperincidari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dengan akalnya menciptakan kebudayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan untuk menemukan identitas diri. Melalui kebudayaan pula manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman budaya yang didalamnya terkandung kesenian, seperti halnya kesenian berupa tari-tarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi
Lebih terperinci