BAB I PENDAHULUAN. sarana terciptanya kesempatan bagi warga negara dalam menyampaikan aspirasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sarana terciptanya kesempatan bagi warga negara dalam menyampaikan aspirasi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah negara yang demokratis, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk menentukan keputusan dalam hal urusan publik. Urusan publik adalah segala hal yang menyangkut kepentingan bersama dan dipergunakan sebagai milik bersama. 1 Salah satu contoh dari urusan publik adalah pemilihan umum. Pemilihan umum menjadi salah satu penunjuk penting dalam penyelenggaraan negara yang demokratis. Pemilihan umum merupakan salah satu sarana partisipasi politik masyarakat. Pemilihan umum di anggap penting karena setiap warga negara dapat menyalurkan aspirasi dan keinginannya melalui jalur politik. Pemilu menjadi sarana terciptanya kesempatan bagi warga negara dalam menyampaikan aspirasi dan dukungan politiknya. Pemilihan umum memberikan dua pilihan bagi tiap warga negaranya, yaitu mencalonkan diri dan memberikan pilihan kepada calon yang didukung. Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia sendiri pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden yang saat ini disingkat menjadi pilpres, semula dilakukan oleh MPR, kemudian disepakati untuk dilakukan secara 1 Adytia Perdana, dkk, Panduan Calon Legislatif Perempuan untuk Pemilu, Pusat Kajian Politik, Jakarta, 2012, hlm. 49

2 langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pemilihan Presidenyang merupakan bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk dan digunakan pada saat pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup: Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten dan Wali kota dan wakil wali kota untuk kota. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni Pada awalnya kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilh oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kemudian sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. 3 Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yaitu memilih atau tidak memilih dalam pemilu.miriam Budiardjo menyatakan partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan 2 Saiful Munjani, Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Prsesiden Indonesia Pasca-Orde Baru, Mizan, Jakarta, 2012, hlm. 3 3 Lihat UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal

3 politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). 4 Dengan demikian partisipasi politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. 5 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Setiap keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat maka mereka berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. 6 Keterlibatan masyarakat dalam partisipasi politik juga dapat menunjukkan perilaku politik seseorang dalam proses politik. Hal ini berkaitan dengan perilaku memilih masyarakat dalam menentukan pilihannya pada saat pemilihan umum berlangsung. Sehingga keputusan keputusan memilih dan tidak memilih ini menjadi salah satu bentuk dari perilaku politik pada perilaku memilih seseorang. Dalam kajian perilaku pemilih terdapat dua konsep utama, yaitu; perilaku memilih (voting behavior) dan perilaku tidak memilih (non voting behavior).perilaku memilih merupakan bentuk partisipasi politik aktif yang paling kecil dari masyarakat karena hal itu hanya menuntut suatu keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian suara telah terlaksana. Menurut Saiful Munjani, Perilakumemilih memiliki tiga pendekatan utama yaitu, pendekatan sosiologis, psikologis dan pilihan rasional (rational choice). 7 4 Miriam Budiarjo,Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, Hal Ibid., 6 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, PT Grasindo, Jakarta, 1992, hal Saiful Munjani,Kuasa Rakyat, Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Prsesiden Indonesia Pasca-Orde Baru, Mizan, Jakarta, 2012, hal. 4

4 Pendekatan sosiologis lebih menekankan pentingnya beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen kemasyarakatan seseorang seperti, status sosial ekonomi (pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan klas), agama, etnik/suku bangsa dan wilayah tempat tinggal (pedesaan dan perkotaan). Kemudian pada pendekatan psikologis lebih menekankan kepada pentingnya sosialisasi politik terhadap lingkungan seperti indentifikasi kepartaian dimana identifikasi kepartaian merupakan wujud dari sosialisasi politik yang bisa dibina oleh orang tua, masyarakat dan organisasi sosial masyarakat lainnya. Sosialisasi politik lainnya yaitu orientasi kandidat. Pendekatan selanjutnya yaitu pendekatan pilihan rasional yang dipopulerkan oleh Antony Down 8 yang mengasumsikan bahwa seseorang berprilaku rasional ketika memilih dimana perilaku memilih dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi yang menekankan pada biaya dan keuntungan, baik itu keuntungan jangka panjang maupun keuntungan jangka pendek. David Moon mengatakan ada dua pendekatan teoritik utama dalam menjelaskan perilaku non-voting yaitu: pertama, menekankan pada karakteristik sosial, psikologi pemilih dan karakteristik institusional sistem pemilu; dan kedua, menekankan pada harapan pemilih tentang keuntungan dan kerugian atas keputusan mereka untuk hadir atau tidak hadir memilih. 9 Pendekatan sosialpsikologi-institusional biasanya menemui kesulitan dalam membangun penjelasan mengenai kehadiran atau ketidakhadiran sehingga menimbulkan munculnya berbagai cara pandang atau pertanyaan seperti faktor apakah yang paling 8 Ibid., hlm.5 9 Efriza, Political Explore, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 535

5 penting pengaruhnya untuk menjelaskan kehadiran atau ketidakhadiran pemilih. Dalam sudut pandang ini telah terbukti bahwa faktor-faktor tertentu seperti pendidikan, sikap terhadap politik, hubungannya dengan parpol, tatanan-tatanan institusi mempunyai hubungan sangat kuat dengan ketidakhadiran pemilih. 10 Munculnya perilaku tidak memilih masyarakat ini menjadi suatu acuan dalam sikap apatisme masyarakat terhadap politik. Perilaku tidak memilih berbeda dengan golput. Golput menurut Arief Budiman 11 merupakan sikap yang secara sadar sebagai sebuah gerakan moral yang sengaja dilakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintahan dan terhadap partai-partai politik. Sikap tidak senang terhadap campur tangan pemerintah dalam urusan internal partai politik dalam menentang kebijakankebijakan pemerintah dalam pengerahan massa yang hanya dikhususkan untuk mendukung partai pemerintah dan bahkan masyarakat dikerahkan hanya untuk bekerja dan tidak punya peran sama sekali dalam politik. Maka, kelompok golput bersatu menganjurkan pencoblosan diluar prosedur. Perilaku tidak memilih merupakan bentuk dari perilaku politik dalam pemilu.perilaku tidak memilih adalah mereka yang sudah terdaftar dalam pelaksanaan pemilu, namun tidak menggunakan hak pilih pada saat hari H Pemilu karena faktor tidak adanya motivasi. 12 Untuk memahami situasi motivasional sebagai faktor yang melatarbelakangi perilaku tidak memilih, itu berarti membutuhkan penjelasan yang bersifat sosiologis seperti karakteristik sosial 10 Ibid., hlm Acu Nurhidayat, 2009, Fenomena Golput di Indonesia Pasca Orde Baru (Studi Kasus Pada Pemilu 2004, Skripsi,Jakarta, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah 12 Efriza, Political explore, Bandung, Alfabeta, 2012, hlm. 534

6 ekonomi, dan semacamnya. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku tidak memilih secara lebih mendalam dibutuhkan penjelasan mengenai faktor psikologi, kepercayaan politik, sistem politik, dan SSE masyarakat yang mempengaruhi perilaku tidak memilih. 13 Pemilu kepala daerah langsung Walikota dan Wakil Walikota Padang yang diselenggarakan tanggal 30 Oktober 2013 merupakan sarana untuk mewujudkan aspirasi masyarakat di tingkat lokal. Pemilihan walikota ini di lakukan sebanyak dua kali atau sampai dengan putaran kedua. Idealnya pilkada putaran kedua semakin mendorong masyarakat pemilih untuk menggunakan hak suaranya saat pemilihan kepala daerah berlangsung. Namun kenyataannya tingkat kehadiran masyarakat (voter turn out) dalam pemilihan walikota dan wakil walikota ternyata malah menurun. Keputusan untuk tidak memilih sudah semakin rumit. Pada putaran kedua angka persentase masyarakat tidak memilih justru lebih tinggi dari putaran pertama. Dari hasil data yang didapat, hasil pemilihan walikota dan wakil walikota putaran pertama dan putaran keduapada tanggal 5 Maret 2014 persentase hasil masyarakat yang tidak menggunakan haknya pilihnya, yakni sebagai berikut: Tabel 1.1 Hasil Persentase Memilih dan Tidak Memilih Pada Putaran Pertama dan Putaran Kedua Pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Padang Pilkada putaran pertama Pilkada putaran kedua Persentasememilih Persentase tidak memilih Persentase memilih Persentase tidak memilih 13 Ibid., hlm. 534

7 58% 42 % 53,6 % 46,4% Sumber: Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa tingkat persentase tidak memilih masyarakat pada putaran kedua 46,4 % meningkat dari sebelumnya. 14 Padahal Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang menyatakan bahwa masyarakat yang tidak terdaftar namanya di daftar pemilih tetap (DPT) pemilihan kepala daerah (pilkada) walikota dan wakil walikota putaran kedua masih dapat menggunakan hak pilihnya. Hal ini mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi nomor 85/PPU-/2012, pemilih yang tidak tercantumkan namanya di DPT dapat memberikan suara dengan menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang masih berlaku. 15 Meningkatnya ketidakhadiran masyarakat kota padang pada pilkada putaran kedua bertolak belakang dengan hasil penelitian Lipset, berdasarkan data pemilu di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat seperti Jerman, Swedia, Norwegia, dan Finlandia, dimana masyarakat kota mempunyai partisipasi politik yang lebih tinggi dibandingkat dengan masyarakat desa. 16 Di Kota Padang ditinjau dari persentase penduduk berumur 15 tahun keatas bekerja menurut lapangan usaha, masyarakat Kota Padang sudah memiliki pekerjaan yang 14 Harismanto, 2014, 11 Maret,Jumlah Golput di Pilwako Padang Naik Jadi 47 Persen Dapat dilihat dihttp://pekanbaru.tribunnews.com/2014/03/11/jumlah-golput-di-pilwako-padang-naikjadi-47-persen. Diakses pada tanggal 30 april Harismanto, 2014, 5 Maret. Pilwako Padang Putaran II. Dapat dilihat pada Diakses pada tanggal 26 April Lihat Tanti Endang Lestari, 2006, Penyebab non-voter dalam Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang, Skripsi, Tidak Dipublikasikan, Padang, FISIP UNAND

8 memadai dan tergolong cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 1.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Bekerja menurut Lapangan Usaha No. Lapangan Usaha Jumlah 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 5,49 2. Pertambangan dan Penggalian 0,98 3. Industri 4,45 4. Listrik, Gas dan air Bersih 0,88 5. Kontruksi 5,83 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 31,90 7. Komunikasi dan Transportasi 10,10 8. Keuangan 2,46 9. Jasa-jasa 29, Dll. 8,42 Total 100 Sumber: BPS Kota Padang Tahun 2009 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa masyarakat Kota Padang sudah memiliki pekerjaan tetap. Dari tabel tersebut terlihat masyarakat Kota Padang mayoritas adalah pedagang, Hotel dan Restoran dengan persentase 31,90 %. Dalam perkembangannya, keputusan untuk tidak memilih ternyata semakin hari semakin menarik untuk diteliti penyebabnya. Seorang pemilih bersikap tidak memilih dengan cara tidak menghadiri bilik suara atau TPS pada waktu yang telah ditentukan (jadwal pencoblosan). Pemilih (voter) tadi sudah terdaftar sebagai pemilih, akan tetapi pemilih dengan sengaja tidak hadir ke

9 lokasi pemungutan suara ketika hari pelaksanaan pemilihan. Tentu saja kertas suara yang tidak digunakan tadi dianggap tidak sah. Sehingga sikap untuk tidak memilih (no vote) semakin menarik untuk dijelaskan. Mereka (calon pemilih) akan menolak untuk dicatatkan atau didaftarkan namanya sebagai calon pemilih. Adapun jumlah data pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya pada saat pemilihan berlangsung yaitu sebagai berikut; Tabel 1.3 Hasil Persentase Memilih dan Tidak Memilih Di Kota Padang Pada Pilkada Walikota Dan Wakil Walikota Putaran Kedua Tahun 2014 No. Kecamatan Jumlah DPT Total Pemilih Persentase (%) Suara tidak sah Tidak memilih Persentase (%) 1. Padang Utara , ,71 2. Padang Barat , ,13 3. Padang Selatan , ,17 4. Padang Timur , ,686 50,42 5. Kuranji , ,38 6. Pauh , ,74 7. Lubuk Begalung , ,60 8. Lubuk Kilangan , ,15 9. Koto Tangah , , Bungus Teluk Kabung , ,52 11 Nanggalo , ,61 Total ,84 % ,16% Sumber: Data sekunder KPU Kota Padang tahun 2014 Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang tidak memilih pada Pilwako Padang berjumlah atau 47,16%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengah pemilih yang tidak memilih pada Pilwako

10 Padang putaran kedua dan tergolong tinggi. Kemudian dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang, jumlah masyarakat yang tidak memilih paling banyak terdapat di Kecamatan Padang Timur sebesar orang atau 50,42 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang tidak memilih pada Pilwako Padang putaran kedua tergolong tinggi, dan jumlah tertinggi terdapat di Kecamatan Padang Timur. Berdasarkan data yang didapat pada tahun 2014 Kecamatan Padang Timur merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kecamatan ini memiliki terdiri dari 11 kelurahan dengan kondisi daerah berupa dataran rendah dimana tingkat mobilitas penduduknya cukup tinggi. Bila ditinjau karakteristik sosial masyarakat dari tingkat pendidikan, maka terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin rendah kecenderungan seseorang untuk berperilaku tidak memilih. Faktanya pada masyarakat Kecamatan Padang Timur yang penduduknya termasuk dalam golongan menengah yang sebahagian besar tamatan SLTP dan SLTA dengan mata pencarian sebagian besar adalah pedagang dan buruh masih banyak yang tidak menggunakan suara atau tidak memilih pada saat pemilihan berlangsung. 17 Tabel 1.4 Pendidikan Masyarakat Kec. Padang Timur No. Tingkat Pendidikan Tidak punya ijazah SD/MI SLTP/MTS SMA/SMK/MA Padang Dalam Angka Tahun 2009 dan 2013, BPS Kota Padang 2013

11 5. Akademi/Univ Sumber: BPS Kota Padang tahun 2013 Tabel 1.5 Jumlah Perusahaan Perdagangan Kec. Padang Timur Menurut Klasifikasi Tahun Tahun Jumlah Sumber: BPS Kota Padang tahun Dari data diatas, terlihat bahwa meningkatnya mutu pendidikan dan meningkatnya lapangan usaha perdagangan masyarakat Kec. Padang Timur ternyata belum mampu menyadarkan mereka untuk memberikan hak suara dalam pilkada langsung walikota dan wakil walikota Kota Padang putaran kedua. Padahal menurut Wolfinger dan Rossestone 18 menjelaskan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat seharusnya mampu membuat masyarakat hadir dalam pemilihan berlangsung, seperti halnya disekolah dan perkuliahan,kita belajar mengenai system politik dan bagaimana suatu isu mempengaruhi hidup kita dan diterangkan untuk menekan teman sebayanya untuk berpartisipasi dalam proses politik dan segala pengaruh ini mempengaruhi kita untuk memberikan suara. Pemilih yang kurang berpendidikan dengan perbedaan terpengaruh untuk menghindari politik karena kekurangan mereka terhadap kepentingan dalam suatu proses politik, ketidakpedulian atas hubungannya terhadap kehidupan mereka, dan kekurangan kemampuan mereka perlu dihadapkan pada aspek-aspek birokratik dari memilih dan mendaftar. 18 Efriza, Political explore, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 543

12 Selain karakteristik sosial masyarakat Kec. Padang Timur, ketidakhadiran pemilih pada saat pemilihan juga terlihat dari faktor psikologis pemilih. Hal ini juga dapat dilihat dari pernyataan beberapa warga Kecamatan Padang Timur yang tidak ikut memilih pada pemilukada walikota dan wakil walikota Padang putaran kedua tahun 2014 yang bernama Novia Arita (37 tahun) yang bekerja sebagai pedagang di kantin Bank BRI menyatakan bahwa : uni lai libur karajo waktu tu diak, tapi uni maleh se mancoblos patang ko. Mamiliah bana uni pemerintahan ko ka mode iko jo nyo..uni ndak lo pacayo jo calon ko lai diak. Pas kampanye nyo ngecek ka mandangaan kecek rakyat, lah duduaknyo awak nyo lupoan nyo.. ancak lah ndak mamilih samo sakali uni lai.. 19 (kakak, pada hari pencoblosan libur, tapi kakak malas untuk datang mencoblos kemaren ini. Memilih pun kakak, pemerintah akan seperti ini juga. Kakak sudah tidak percaya dengan calon kandidat ini dik. Ketika kampanye mereka mengatakan akan mendengarkan aspirasi rakyat, tetapi ketika sudah terpilih mereka melupakan rakyat. Lebih bagus kakak tidak memilih sama sekali) Berdasarkan wawancara diatas terlihat adanya perasaan sinisme yang merupakan bagian dari pendekatan faktor psikologis dimana terdapatperasaan kecurigaan terhadap orang lain, hal ini dapat disebabkan oleh karena masyarakat itu bersifat ego-sentris (memusatkan segala sesuatu pada dirinya sendiri wujud dari perasaan itu seperti, tidak adanya rasa percaya terhadap para politisdari salah satu masyarakat Kec. Padang Timur yang tidak hadir pada saat pemilihan berlangsung. Hal ini, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Yosi Silva (46 tahun)bekerja sebagai ibu rumah tangga yang menyatakan bahwa Pemilihan walikota patang ibuk ndak miliah diak, ibuk ko, ibu rumah tangga nyo, suaro ibuk ndak ado gai pengaruhnyo dek calon tu diak.kalau apak lai miliah mah dik.lagian manga harus mamiliah lo ibuk diak, lah jaleh pejabat ka KKN juo beko nyo. 19 Wawancara Novia Arita (38) salah satu warga kecamatan Padang Timur yang tidak memilih pada Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2014, 19 September 2015, pukul WIB, di Rumah Kediamannya. Jl. Air camar I No 07 RT 05 RW 08 Kel. Parak Gadang Timur Kec. Padang Timur

13 Ibuk yo ndak peduli bana jo politik ko diak, ma adoan pemilu ko se abih pitih ratusan juta tapi pejabat yang alah dipiliah KKN juo.. 20 (Pemilihan walikota kemaren ibuk tidak memilih dik, ibuk hanya ibu rumah tangga, suara ibuk tidak ada pengaruh terhadap calon tersebut, kalau bapak iya memilih dik. Lagian kenapa ibuk harus datang memilih sudah tau pejabat akan KKN juga nanntinya. Ibuk tidak terlalu peduli dengan politik ini dik. Mengadakan pemilu ini saja sudah menghabiskan uang ratusan juta tapi pejabat yang duduk tetap saja KKN) Berdasarkan pernyataan diatas, terlihat adanya sifat tidak acuh terhadap politik oleh masyarakat karena kecewa dengan banyaknya berita korupsi di media massa.sifat tidak acuh ini muncul karena masyarakat tidak peduli lagi dengan dunia politik.hal tersebut menujukkan bahwa sebagian masyarakat Kec. Padang Timur memperlihatkan gejala faktor psikologis dalam ketidakhadiran mereka pada saat pemilihan. Selanjutnya dalam menjelaskan perilaku tidak memilih mayarakat di Kec. Padang Timur pada Pilwako Padang putaran kedua tahun 2014 terlihat adanya faktor kepercayaan politik masyarakat Kec. Padang Timur. Dimana dalam menjelaskan faktor kepercayaan politik masyarakat ini terlihat dari ketidakaktifan masyarakat dalam dunia politik. Hal ini terlihat dari pernyataan sepasang suami istri warga Kecamatan Padang Timur yang tidak ikut memilih pada Pilwako Padang putaran kedua tahun 2014 yang bernama Andri Fardius (53 tahun) yang bekerja sebagai guru privat B.Inggris yang menyatakan bahwa : Apak ndak pernah mamilih salamo ko diak. Apolai pas pilwako patang, apak indak juo mamilih. Apak ndak mamilih dek apak lah puas jo pemerintahan kini ko diak, apak tau ndak ado yang bisa diubah dek pemerintah ko lai, makonyo apak puas se samo keadaan kini makonyo apak ndak nio manggunoan suaro pak pas pemilu ko diak Wawancara Yosi Silva (46 Tahun), salah satu warga kecamatan Padang Timur yang tidak memilih pada Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2014, 19 september 2015, pukul WIB, di Rumah Kediamannya, Komplek Filano Jaya 2 Blok DD no 08, RT 04 RW 05 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Kecamatan Padang Timur 21 Wawancara Andri Fardius (53 Tahun), salah satu warga kecamatan Padang Timur yang tidak memilih pada Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2014, 8 Oktober 2015, pukul 15.47

14 (Bapak tidak pernah memilih selama ini dik. Apalagi pemilihan walikota kemarin, bapak tidak juga ikut memilih. Bapak tidak pernah memilih karna bapak sudah puas dengan keadaan sekarang ini, makanya bapak tidak mau menggunakan suara bapak saat pemilu dik) Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh istri bapak Andri Firdaus yang bernama Yanti (41 tahun) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga menyatakan bahwa : Ibuk ndak juo pernah mamilih diak. Ba a ibuk ka mamilih diak, ibuk ndak pacayo samo calon nyo diak. Lah ibuk amati salamo ko mah diak, yang calon ko mainnyo sogok manyogok ko diak. Liek lah pas pilwako patang, yang mamilih kan yang dapek sogokan se mah diak, tau ibuk mah. Jadi ibuk ndak pacayo jo pemilu ko diak, samo jo calon yang maju ko, ndak ado yang bisa manarik hati ibuk untuk tibo ka TPS tu diak (Ibuk juga tidak memilih dik. Gimana mau ibuk pilih, ibuk tidak percaya dengan dengan calon ini dik. Sudah ibuk amati selama ini, yang calon main sogok. Lihat saja pilwako yang lalu, yang memilih kan yang mendapatkan sogokan saja. Jadi ibuk tidak percaya dengan calon karena tidak ada yang bisa menarik hati ibuk untuk datang ke TPS) Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa adanya faktor kepercayaan politik masyarakat Kec. Padang Timur dalam hal ini tidak ikut memberikan suara pada saat pemilihan. Dalam hal ini, beberapa masyarakat merasa bahwa ketidakhadiran pada Pilwako Padang putaran kedua dilihat dari ketidaktifan masyarakat yang diinterpretasikan sebagai kepercayaan yang tinggi diamana cukup puas dengan keadaan dan kepercayaan yang rendah karena rasa kecewa masyarakat yang saat ini dalam pemilu masih ada penyuapan. Kemudian, adanya perilaku tidak memilih masyarakat Kec. Padang Timur pada Pilwako Padang putaran kedua tahun 2014 juga terlihat dari faktor sistem WIB, di Rumah Kediamannya, Komplek Azizi, jln. Merak no.5 RT 03 RW 01 Kelurahan Andalas Kecamatan Padang Timur 22 Wawancara Yanti (41 Tahun), salah satu warga kecamatan Padang Timur yang tidak memilih pada Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2014, 8 Oktober 2015, pukul WIB, di Rumah Kediamannya, Komplek Azizi, jln. Merak no.5 RT 03 RW 01 Kelurahan Andalas Kecamatan Padang Timur

15 politik. Dimana adanya hubungan antara sistem pemilu atau sistem perwakilan yang diterpakan sangat berpengaruh pada persentase kehadiran dan ketidakhadiran seseorang dalam pemilu. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Bakrie (63 tahun) tidak bekerja yang menyatakan bahwa : apak indak suko jo sistem pemilu kini diak, apak lebih suko samo pemilu yang lamo. Bialah awak mamilih partai se, bia urang partai tu yang mamilih calon nyo surang. Pasti nyo tau yang ma yang terbaik yang pantas jadi pemimpin. Cukuik lah awak mamilih partai se. Masalah yang jadi pemimpin bialah inyo samo inyo yang marundiangan, jadi masyarakat ndak ikuik campua lai do.. 23 (Bapak tidak suka dengan sistem pemilu sekarang ini, bapak lebih suka dengan sistem pemilu yang lama. Dimana kita hanya memilih partai saja. Untuk calonnya biarlah orang partai yang menentukan. Pasti orang partai tau yang mana yang terbaik yang pantas dijadikan pemimpin. Cukup kita memilih partai saja, masalah siapa yang jadi pemimpin, biarlah mereka yang merundingkan sehingga masyarakat tidak ikut campur lagi) Adanya faktor sistem politik ini juga disampaikan oleh Suci Maulidia (22 tahun) Mahasiswi mengatakan bahwa : Pemilihan umum kini ko menurut akak ndak ado yang ancaknyo ratih, indonesia ko harus tau jo sifat masyarkatnyo, kalau maikuik sistem pemilu dilua kayak sistem distrik samo sistem proposional ko ndak bisa di masuak an ka negara awak ko do.. Jadi dek ndak suko jo sistem pemilu ko maleh se akak pai mamilih pas pemilihan tu jadinyo.. 24 (Pemilihan umum sekarang ini menurut kakak tidak ada yang bagusnya ratih. Indonesia seharusnya tau dengan sifat masyarakatnya, kalu mengikut sistem pemilu di luar tidak cocok dengan negara kita ini, seperti ajang uji coba saja. Karena kakak tidak menyukai sistem pemilu indonesia ini makanya kakak malas pergi memilih pada saat pemelihan itu jadinya) Berdasarkan realita di atas, memperlihatkan bagaimana sebagian masyarakat Kec. Padang Timur memperlihatkan adanya perilaku tidak memilih 23 Wawancara Bakri (63 Tahun), salah satu warga kecamatan Padang Timur yang tidak memilih pada Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2014, 8 Oktober 2015, pukul WIB, di Rumah Kediamannya, Jl. Air Camar I No. 143 A RT 03 RW 08 Kelurahan Ganting Parak Gadang Kecamatan Padang Timur 24 Wawancara Suci Maulidia (21 Tahun), salah satu warga kecamatan Padang Timur yang tidak memilih pada Pemilukada Kota Padang Putaran Kedua Tahun 2014, 8 Oktober 2015, pukul WIB, di Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh

16 dilihat dari faktor psikologis, faktor sistem politik, faktor kepercayaan politik dan faktor latar belakang sosial-ekonomi. Dalam meneliti perilaku tidak memilih masyarakat Kecamatan Padang timur, tidak terlepas dari peran masyarakat yang hadir dalam pemilihan berlangsung. Oleh karena itu fenomena di Kec. Padang Timur ini menarik diteliti, dimana jumlah DPT di Kec. Padang Timur tidaklah terbesar di Kota Padang, tetapi angka ketidakhadiran pemilih pada pilkada putaran kedua termasuk yang paling tinggi. Selain itu komposisi masyarakat Kec. Padang Timur rata-rata tergolong dalam kelas menengah dan berpendidikan tinggi. Oleh karena itu kehadiran dan ketidakhadiran masyarakat Kecamatan Padang Timur ini semakin menarik untuk diteliti,sehingga peneliti mempunyai hipotesis bahwa adanya hubungan perbedaan antara faktor-faktor masyarakat yang memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku masyarakat Kecamatan Padang Timur pada pemilihan Walikota dan wakil walikota Kota Padang putaran kedua tahun B. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melihat adanya perbedaan latar belakang sosial-ekonomi, psikologis, sistem politik, dan kepercayaan politik masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku masyarakat Kecamatan Padang Timur pada Pilkada Kota Padang putaran kedua tahun Agar penelitian ini menjadi terarah dan ruang lingkupnya tidak terlalu luas, maka berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang diteliti secara rinci yaitu:

17 1. Apakah ada perbedaaan faktor psikologis masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadapperilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun 2014? 2. Apakah ada perbedaan faktor sistem politik masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadapperilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun 2014? 3. Apakah ada perbedaan faktor kepercayaan politik masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadapperilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun 2014? 4. Apakah adaperbedaan faktor latar belakang sosial ekonomi masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan perbedaan faktor psikologis masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun 2014.

18 2. Untuk menjelaskan perbedaan faktor sistem politik masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun Untuk menjelaskan perbedaan faktor kepercayaan politik masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun Untuk menjelaskan perbedaan faktor latar belakang sosial ekonomi masyarakat yang ikut memilih dengan masyarakat yang tidak ikut memilih terhadap perilaku tidak memilih masyarakat Kec. Padang Timur pada pilkada Kota Padang putaran kedua tahun D. Signifikasi Penelitian Signifikasi penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu : a. Secara akademis, dapat dijadikan referensi bagi penulis lain yang juga mempunyai minat dan keterkaitan terhadap perilaku tidak memilih, serta faktor yang mempengaruhi tidak memilih dalam pemilu. b. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan gambaran, pemahaman dan acuan bagi pembaca guna memperluas wawasan mengenai perilaku tidak memilih dalam pemilu.

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilukada adalah pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kajian political marketing mix saat ini sudah cukup pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat signifikan terhadap

Lebih terperinci

BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya

BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya Bab ini menjelaskan tentang: A. Penetapan Calon Terpilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. pendeskripsian, uji Chi-square k sampel dan uji koefisien kontingensi maka. peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB VII PENUTUP. pendeskripsian, uji Chi-square k sampel dan uji koefisien kontingensi maka. peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : BAB VII PENUTUP Berdasarkan penjelasan pada bab terdahulu, baik dalam kerangka teoritis, pendeskripsian, uji Chi-square k sampel dan uji koefisien kontingensi maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi momen pendidikan politik yang sangat penting dalam rangka mendewasakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi momen pendidikan politik yang sangat penting dalam rangka mendewasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemilihan umum (Pemilu) yang merupakan salah satu kegiatan politik yang paling banyak menarik perhatian dan keterlibatan masyarakat sehingga pemilu menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena

Lebih terperinci

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara yang demokrasi. Secara teoritis pemilihan umum di anggap merupakan tahap paling awal dari berbagai

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pilkada merupakan pesta demokrasi rakyat dalam memilih kepala daerah beserta wakilnya yang berasal dari usulan partai politik tertentu, gabungan partai politik

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas?

Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas? Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas? Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia Diah Setiawaty Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) www.perludem.or.id, www.rumahpemilu.org @twitter:@perludem/@rumahpemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,

Lebih terperinci

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN Temuan Survei Nasional Juli 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id Tujuan Survei Mendekatkan desain institusional, UU dan UUD, dengan aspirasi publik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen I. PARA PEMOHON 1. M. Fadjroel Rachman, Pemohon I 2. Saut Mangatas Sinaga, Pemohon II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Kediri berumur 17 tahun ke atas atau telah menikah. Responden tersebut telah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD. Komisi Pemilihan umum

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD. Komisi Pemilihan umum UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM DPR, DPD DAN DPRD Komisi Pemilihan umum TAHAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU 2009 pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih, 5 April-5Okt

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami 4 (empat) kali perubahan, bahwa Pemilu

Lebih terperinci

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu Oleh: Hardinata Abstract In the culture of Elections in Indonesia, one of new challenge for Indonesia is the Regional Election directly initiated

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015 KEPUTUSAN NOMOR: 5 /Kpts/KPU-002.434894/2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI DAN AKUMULASI PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK SEBAGAI SYARAT PENDAFTARAN BAKAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUUXII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah I. PEMOHON Moch Syaiful, S.H. KUASA HUKUM Muhammad Sholeh,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat

Tengah atau di luar jam kerja dibayarkan di Bank persepsi yaitu Bank BRI Cabang Pariaman dengan tarif Rp ,00. (Enam Ratus Ribu Rupiah) Dapat BAB IV PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 2014 TERHADAP RENDAHNYA PERSENTASE PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI BALAI NIKAH KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN 4.1. Faktor Penyebab

Lebih terperinci

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR PANITIA LOMBA CERDAS CERMAT KEPEMILUAN DAN DEMOKRASI TINGKAT PELAJAR SLTA SE-KOTA BOGOR TAHUN 2015 BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB KODE A 1. Singkatan dari apakah -

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014.

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUUXII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah I. PEMOHON Moch Syaiful, S.H. KUASA HUKUM Muhammad

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu 41 BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang dilakukan untuk memilih seorang pemimpin.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilih Tidak Hadir Dalam

II. LANDASAN TEORI. A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilih Tidak Hadir Dalam II. LANDASAN TEORI A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilih Tidak Hadir Dalam Pemilihan Umum Istilah golput sendiri muncul tahun 1990-an. Istilah ini diperkenalkan oleh sejumlah aktivis dan kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan keputusan-keputusan politik secara partisipatif oleh individuindividu

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan keputusan-keputusan politik secara partisipatif oleh individuindividu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan sebuah sistem politik yang berupaya untuk mengantarkan keputusan-keputusan politik secara partisipatif oleh individuindividu yang mendapatkan kekuasaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh:

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh: LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh: KPU Kabupaten Tegal bekerja sama dengan Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan yang signifikan. Salah satu kebijakan dari otonomi daerah diantaranya yaitu diadakannya Pemilihan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi atas pemerintahan di suatu negara. Demokrasi sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi atas pemerintahan di suatu negara. Demokrasi sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demokrasi adalah sebuah sistem politik dengan rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atas pemerintahan di suatu negara. Demokrasi sebagai sebuah bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Pemilih Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di BEBERAPA MASUKAN UNTUK PERUBAHAN UU PEMILU LEGISLATIF A. Umum Meski Pemilu 2004 dinilai berlangsung cukup lancar, namun banyak pihak yang merasa kecewa atas penyelenggaraan pemilihan umum tersebut, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi dimana sistem pemerintahan dilaksanakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam negara

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUMM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TAHAPAN PROGRAM DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014

Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI) Disampaikan dalam acara rakornas Kemendagri 3 Juni 2014 Konsolidasi Pilpres Empat kunci pelaksanaan tahapan

Lebih terperinci

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN TERHADAP PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab * Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 20 November 2015; disetujui: 7 Desember 2015 Latar Belakang Pilkada Serentak pada tanggal 9

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi. Partisipasi masyarakat diperlukan sebagai penunjang sistem dalam pemilihan presiden setiap periodenya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci